Anda di halaman 1dari 26

DISKUSI TOPIK

BLOK 3.C MINGGU 5

“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Dengan Post Partum Psikosa”

Pembimbing DT : Lusiana El Sinta B, S.ST., M.Keb


Kelompok : 4 (Empat)
Anggota :
Nur Avivah (1910331001)
Lulisa Desrama T. (1910331011)
Nixy Claudia (1910332003)
Rike Mahdayanti (1910332004)
Windhy Lathifah A. (1910333008)
Dita Dwi Amanda (1910332007)
Viorika Marshafa P. (1910333011)
Etri Wanesti (1910333002)
Nadia Rizki Annisa (1910333013)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas
dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ
yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain
sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009). Pendapat lain mengatakan bahwa
postpartum adalah masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai minggu keenam
setelah melahirkan dimana masa postpurtum dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali pada masa sebelum hamil yang berlangsung kira-kira
enam minggu (Marmi, 2012). Periode postpartum adalah masa dimana tubuh akan
mengalami perubahan baik fisiologis maupun psikologis. Proses adaptasi fisiologis yang
terjadi pada ibu postpartum meliputi perubahan pada tanda-tanda vital, perubahan pada
hematologi, perubahan pada sistem kardiovaskular, perubahan pada perkemihan, perubahan
pada sistem penernaan, perubahan pada sistem musculoskeletal, perubahan pada sistem
endokrin dan perubahan pada organ reproduksi, sedangkan proses adaptasi psikologis
merupakan proses adaptasi postpartum yang terdiri dari tiga fase yaitu fase dependen (taking
in), fase dependen-mandiri (taking hold), dan fase letting go (Piliteri, 2007; Bobak,
Lowdermilk & Perry, 2005).

Pertama kali dikenal sebagai gangguan pada tahun 1850, psikosis postpartum adalah
suatu kondisi mental yang sangat serius yang memerlukan perhatian medis segera.
Menariknya, studi tentang tingkat gangguan telah menunjukkan bahwa jumlah perempuan
yang mengalami psikosis postpartum tidak berubah sejak pertengahan 1800-an.Sementara itu
adalah bentuk paling ekstrim dari gangguan mood pascamelahirkan, psikosis pascapersalinan
juga merupakan salah satu yang paling langka. Biasanya digambarkan sebagai periode ketika
seorang wanita kehilangan sentuhan dengan realitas, gangguan tersebut terjadi pada wanita
yang baru melahirkan. Ini mempengaruhi antara satu dan dua perempuan per 1.000 wanita
yang telah melahirkan.Sayangnya, meskipun banyak wanita dengan gangguan tersebut
menyadari sesuatu yang salah dengan mereka, kurang dari 20% benar-benar berbicara kepada
penyedia pelayanan kesehatan mereka. Masih sedih adalah kenyataan bahwa psikosis
postpartum sering salah didiagnosis atau dianggap depresi postpartum , sehingga mencegah
seorang wanita menerima perhatian medis yang tepat yang dia butuhkan.Wanita yang tidak
menerima pengobatan yang tepat seringkali merespon dengan baik tapi biasanya mengalami
depresi pascamelahirkan sebelum benar-benar pulih. Namun, tanpa pengobatan, psikosis
dapat menyebabkan konsekuensi yang tragis. Psikosis postpartum memiliki tingkat bunuh
diri 5% dan tingkat pembunuhan bayi 4%.Meskipun timbulnya gejala dapat terjadi kapan saja
dalam tiga bulan pertama setelah melahirkan, wanita yang memiliki postpartum psikosis
biasanya mengalami gejala dalam 2-3 minggu pertama setelah melahirkan. Gejala psikosis
postpartum biasanya muncul tiba-tiba, dalam 80% kasus, psikosis terjadi tiga sampai 14 hari
setelah periode bebas gejala.Patologi kebidanan adalah salah satu masalah dalam pelayanan
kesehatan dan harus dikenali gejalanya sejak dini. Pada bab ini kita sebagai bidan harus bisa
mengidentifikasi gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum, post
partum blues, dan post partum psikosa.

1.2 Rumusan Masalah


Pembahasan asuhan kebidanan pada ibu dengan post partum psikosa dapat disusun
dengan format sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan post partum psikosa ?
2. Apa penyebab dari post partum psikosa ?
3. Apa saja gelaja dari post partum psikosa ?
4. Bagaimana penanganan gangguan post partum psikosa ?
5. Apa akibat dari gangguan post partum psikosa ?

1.3 Tujuan
Pembahasan asuhan kebidanan pada ibu dengan post partum psikosa bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui apa itu gangguan post partum psikosa
2. Untuk mengetahui penyebab gangguan post partum psikosa
3. Untuk mengetahui gejala pada gangguan post partum. Psikosa.
4. Untuk mengetahui penanganan gangguan post partum psikosa.
5. Untuk mengetahui akibat dari gangguan post partum psikosa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka Varney


Varney (1997) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan
masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970, proses ini
memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian, perkiraan, tindakan-tindakan
dengan urutan yang logis dan menguntungkan, baik bagi klien maupun bagi tenaga
kesehatan. Dalam text book kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981, proses
manajemen kebidanan diselesaikan dalam lima langkah. Namun, setelah menggunakan
Varney tahun 1997, melihat ada beberapa hal penting yang harus disempurnakan,
sehingga ditambah dua langkah lagi untuk menyempurnakan teori lima langkah tersebut.
Proses manajemen kebidanan, terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap
langkah disempurnakan secara periodik, proses dimulai dari pengumpulan data dan
berakhir dengan evaluasi. Ketujuh kerangka tersebut Varney (1997) menjelaskan bahwa
proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat
dan bidan pada awal tahun 1970, proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan
pengorganisasian, perkiraan, tindakan-tindakan dengan urutan yang logis, dan
menguntungkan, baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan.
Dalam text book kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981, proses manajemen
kebidanan diselesaikan dalam lima langkah. Namun, setelah menggunakan Varney tahun
1997, melihat ada beberapa hal penting yang harus disempurnakan, sehingga ditambah
dua langkah lagi untuk menyempurnakan teori lima langkah tersebut. Proses manajemen
kebidanan, terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan
secara periodik, proses dimulai dari pengumpulan data dan berakhir dengan evaluasi.
Ketujuh kerangka tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang dapat diaplikasikan
dalam situasi apapun. Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Langkah 1. Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :
1. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
3. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
4. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien.

Langkah 2. Interpretasi data dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data dasar yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterprestasikan, sehingga ditemukan
masalah atau diagnosis yang spesifik, diagnosis kebidanan yang ditegakkan oleh bidan
dalam lingkup praktek kebidanan yang memenuhi standar nomenklatur (tata nama)
diagnosis kebidanan. Standar nomenklatur tersebut adalah :
1. Diakui dan telah disahkan oleh profesi
2. Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan
3. Memiliki ciri khas kebidanan
4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan
5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Langkah 3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial


Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi, langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati
klien, bidan diharapkan bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar
terjadi.

Langkah 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk penanganan
segera dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien.

Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh


Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh yang telah ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa saja yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien,
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan konseling, merujuk klien bila
ada masalah sosial ekonomi kultural atau masalah psikologi, setiap rencana asuhan harus
disetujui oleh kedua belah pihak (bidan dan klien) agar dapat dilaksanakan dengan
efektif.

Langkah 6. Melaksanakan perencanaan


Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dari langkah kelima harus
dilaksanakan secara efesien dan aman, pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebahagian dilakukan oleh bidan dan sebahagian lagi dilakukan oleh pasien.

Langkah 7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan,
sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis, rencana tersebut dapat
dianggap efektif bila benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.

2.2 Tinjauan Pustaka SOAP/Dokumentasi


1. Definisi Dokumentasi Menurut Thomas (1994 cit. Mufdlillah, dkk, 2001)
Dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien,
dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan pengobatan pada
pasien, pendidikan pasien, dan respon pasien terhadap semua asuhan yang telah
diberikan (Muslihatun, 2009). Dokumentasi kebidanan adalah bukti pencatatan dan
pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh
bidan dalam melakukan asuhan kebidanan dan berguna untuk kepentingan klien, tim
kesehatan, serta kalangan bidan sendiri (Hidayat, 2009).

2. Tujuan Dokumentasi
Adapun tujuan dari dokumentasi kebidanan adalah sebagai sarana komunikasi,
sarana tanggung jawab dan tanggung gugat, informasi statistik, sarana pendidikan,
sumber data penelitian, jaminan kualitas pelayanan kesehatan, sumber data,
perencanaan asuhan kebidanan berkelanjutan.

3. Manfaat Dokumentasi
1. Ditinjau dari aspek administrasi, dokumentasi bermanfaat sebagai sebuah
catatan karena berkas tersebut mengandung nilai identitas, tanggal masuk dan
keluar, serta data askes.
2. Ditinjau dari aspek hukum, dokumentasi bermanfaat sebagai alat pembuktian
yang sah. Isi sebuah berkas menyangkut adanya jaminan kepastian hukum atas
dasar keadilan dalam rangka menegakkan hukum dan menyediakan bahan
bukti selama proses pengadilan berlangsung.
3. Ditinjau dari aspek pendidikan, suatu berkas catatan bermanfaat untuk
mendukung kegiatan pembelajaran. Isi dari berkas dokumentasi menyangkut
data/informasi tentang kronologis perkembangan pelayanan yang telah
diberikan kepada pasien.
4. Ditinjau dari aspek penelitian, dokumentasi bermanfaat sebagai penyedian
data untuk keperluan penelitian. Data/informasi yang tercantum dalam sebuah
berkas dapat dipergunakan untuk keperluan penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan dibidang kesehatan.
5. Ditinjau dari aspek ekonomi, suatu berkas bermanfaat untuk
mendokumentasikan besarnya dana yang harus dikeluarkan, sehingga
mengurangi terjadinya pemborosan. Isi dari sebuah berkas dapat dijadikan
bahan untuk menetapkan pembayaran pelayanan di sebuah institusi pelayanan
kesehatan. Tanpa adanya bukti pencatatan sebuah tindakan, maka pembayaran
atas tindakan tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan.
6. Ditinjau dari aspek manajemen, catatan yang lengkap, dan disimpan dengan
baik menunjukkan adanya manajemen data yang baik juga.

4. Aspek-aspek Penting dalam Dokumentasi


Menurut Depkes (2011), ada beberapa aspek penting dalam pendokumentasian, yaitu :
a. Tanggal dan waktu pada asuhan yang diberikan.
b. Identifikasi penolong persalinan.
c. Paraf atau tanda tangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan.
d. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat dengan jelas, dan
dapat dibaca.
e. Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien, sehingga selalu siap tersedia.
f. Kerahasiaan dokumen-dokumen medis.

5. Prinsip-prinsip Dokumentasi
Dokumentasi yang efektif tergantung pada kegiatan pencatatan oleh individu,
peran, perilaku, dan kemampuan individu, serta hasil dari sebuah pendokumentasian
juga mempengaruhi keefektifan sebuah dokumentasi, asuhan kebidanan merupakan
suatu kegiatan yang saling berangkaian, setiap hari bidan mengenal, menganalisis,
merespon, dan mencatat secara bervariasi kebutuhan pasien, catatan pasien dapat
dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman praktik bidan, serta pengetahuan dan
kemampuan bidan dalam mendokumentasikan asuhan kebidanan (Muslihatun, 2009).
Menurut Carpenito (1991), ada tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam
sebuah dokumentasi, yaitu keakuratan data, keringkasan, dan kemudahan untuk
dibaca. Ditinjau dari segi teknik pencatatan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam kegiatan pendokumentasian, antara lain :
a. Menuliskan nama pasien pada setiap halaman catatan bidan.
b. Hendaknya tulisan mudah dibaca, sebaiknya tulisan menggunakan tinta
berwarna hitam atau biru, sehingga apabila hendak digandakan (difotokopi)
tulisan akan tampak jelas.
c. Dokumentasi segera dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian pertama dan
selesai melakukan setiap langkah asuhan kebidanan.
d. Apabila memungkinkan kutip semua kalimat atau kata yang diungkapkan oleh
pasien.
e. Pastikan kebenaran dari setiap data yang akan ditulis.
f. Bedakan antara informasi yang objektif dan penafsiran.
g. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi perubahan kondisi pasien atau
muncul masalah baru, respon pasien terhadap tindakan yang diberikan bidan,
dan respon pasien terhadap kegiatan konseling oleh bidan.
h. Hindari dokumentasi yang bersifat baku karena setiap pasien adalah unik dan
mempunyai permasalahan yang berbeda.
i. Hindari penggunaan istilah yang tidak jelas dan pergunakan singkatan yang
sudah biasa dipakai dan dapat diterima.
j. Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan, maka tulisan yang salah tersebut
jangan dihapus, pada tulisan yang salah, coret satu kali, kemudian tulis kata
“salah” diatasnya, serta bubuhkan paraf, selanjutnya tuliskan informasi yang
benar, validitasi data akan berkurang apabila dilakukan penghapusan
informasi.
k. Setiap kegiatan dokumentasi cantumkan waktu, tanggal, dan jam, serta tanda
tangan dan nama terang.
l. Bila pencatatan bersambung pada halaman berikutnya, bubuhkan tanda tangan
dan cantumkan kembali waktu pada bagian halaman berikutnya.
2.3 Tinjauan Pustaka Kasus
A. Apa itu Gangguan Post Partum Psikosa
Post partum psikosis adalah penyakit mental serius dan jarang terjadi, dan dapat
menyerang wanita yang baru menjadi ibu. Psikosis postpartum biasanya mulai terjadi
beberapa hari atau minggu setelah melahirkan dan bisa tiba-tiba terjadi yang
disebabkan oleh adanya perubahan hormonal pada ibu paska melahirkan.

B. Penyebab Gangguan Post Partum Psikosa


Penyebab psikosis postpartum tidak ada kaitannya dengan hubungan stres, dan
kemungkinan lainnya yang Anda perkirakan. Adanya faktor genetik dan riwayat
keluarga yang pernah mengalami mungkin bisa menjadi penyebab psikosis
postpartum. Selain itu, perubahan kadar hormon dan pola tidur yang terganggu juga
mungkin turut andil sebagai penyebab masalah mental yang satu ini. Meski begitu,
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mencari tahu penyebab pasti dari psikosis
pascamelahirkan. Penyebab psikosis pascapersalinan memang belum diketahui
dengan jelas. Akan tetapi, beberapa faktor risiko tertentu dapat meningkatkan peluang
Anda untuk mengalaminya.

Berbagai faktor risiko psikosis postpartum adalah sebagai berikut:


 Pernah mengalami psikosis pascapersalinan sebelumnya
 Memiliki gangguan kejiwaan bipolar tipe 1 maupun skizofrenia
 Mengalami masalah mental parah saat hamil
 Memiliki riwayat keluarga yang pernah mengalami masalah mental parah,
terutama gangguan bipolar
 Memiliki ibu atau saudara perempuan yang pernah mengalami psikosis
pascapersalinan

Ibu yang baru pertama kali melahirkan biasanya lebih berisiko mengalami
psikosis pascamelahirkan ketimbang ibu yang sudah pernah melahirkan
sebelumnya.Risiko ibu untuk mengalami psikosis pascamelahirkan juga semakin
besar bila mengalami masalah atau komplikasi persalinan sehingga menimbulkan
trauma melahirkan.

C. Gejala Pada Gangguan Post Partum Psikosa


Gejala psikosis postpartum dapat bervariasi pada setiap ibu yang biasanya
mulai terlihat di sekitar minggu pertama atau kedua setelah melahirkan. Gejala
biasanya mencakup suasana hati yang mudah berubah, depresi, kebingungan,
halusinasi, dan delusi. Awalnya Anda akan merasa gembira, berenergi, tidak bisa
tidur, hingga kemudian berlanjut dengan gejala yang tidak wajar. Psikosis
pascapersalinan lebih mirip dengan gangguan bipolar dan manic depression
dibandingkan dengan depresi.
Setiap kasus psikosis postpartum memiliki gejala yang berbeda, tapi gejala yang
umum terjadi adalah sebagai berikut:
 Mendengar suara dan melihat hal-hal yang tidak ada (halusinasi)
 Perubahan mood yang ekstrim (mood swings)
 Berperilaku manik (mood manic), misalnya bicara atau berpikir terlalu banyak
dan cepat, merasa terlalu senang, dan lainnya
 Merasa bingung, curiga, dan takut
 Berkhayal atau percaya pada hal yang tidak benar dan tidak logis (delusi)
 Menunjukkan tanda depresi, menarik diri dari lingkungan, dan gampang
menangis
 Kurang berenergi, kehilangan nafsu makan, gelisah, dan sulit tidur
 Menjadi sangat agresif atau kasar
 Merasa paranoid
 Sulit berkonsentrasi
 Memperlakukan bayi dengan cara yang tidak tepat
 Berencana untuk menyakiti diri sendiri maupun bayi.

D. Penanganan Gangguan Post Partum Psikosa


Penanganan untuk psikosis postpartum adalah berikut ini :
1. Pemberian obat-obatan
Masalah mental ini dapat ditangani dengan obat-obatan antipsikotik
atau antidepresan di bawah pengawasan dokter maupun psikiater.
Berikut obat-obatan yang dapat diberikan untuk membantu mengobati psikosis
postpartum:
 Antidepresan untuk meringankan depresi.
 Antipsikotik untuk meringankan gejala manik dan psikotik, seperti delusi
dan halusinasi.
 Penenang atau penstabil suasana hati guna mencegah gejala berulang.
 Bila diperlukan, dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk dirawat di
rumah sakit untuk sementara waktu. Sementara bayi bisa diurus oleh
pasangan, anggota keluarga lainnya, maupun babysitter.
2. Terapi psikologis
Dokter juga mungkin akan menyarankan Anda untuk menjalani terapi
bicara, seperti cognitive behavioral therapy (CBT).
Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah terapi bicara yang dapat membantu
Anda mengelola masalah dengan mengubah cara berpikir dan berperilaku.
3. Terapi elektrokonvulsif (ECT)
Terapi elektrokonvulsif atau electroconvulsive therapy (ECT) adalah
jenis stimulasi otak yang terkadang disarankan jika semua opsi pengobatan
lain gagal. Anda juga disarankan untuk menjalani terapi ini ketika kondisi
sudah mengancam nyawa.
Kebanyakan ibu yang mengalami psikosis pascapersalinan bisa
sembuh total setelah menerima perawatan yang tepat. Kebanyakan wanita
pulih dari psikosis pascamelahirkan dalam beberapa minggu pengobatan, tapi
pemulihan total dapat memakan waktu yang lebih lama.

E. Akibat dari gangguan post partum psikosa


 Komplikasi Postpartum Depression
Komplikasi akibat postpartum depression dapat dialami oleh ayah, ibu, dan
anak. Komplikasi ini dapat menimbulkan masalah di dalam keluarga.
 Komplikasi pada ibu
Depresi postpartum yang tidak tertangani dan berlangsung lama dapat
berkembang menjadi gangguan depresif kronis. Kondisi ini dapat
meningkatkan risiko terjadinya depresi berat di kemudian hari.
 Komplikasi pada anak
Anak-anak dari ibu penderita depresi setelah melahirkan lebih berisiko
mengalami gangguan perilaku dan masalah emosional. Akibatnya, anak tidak
mau makan, menangis terus menerus, dan kemampuan bicaranya terhambat.
 Komplikasi pada ayah
Saat ibu mengalami depresi, ayah juga memiliki kemungkinan yang tinggi
untuk mengalami depresi postpartum.
2.4 Telaah Jurnal

1. PENGARUH PEMBERIAN KONSELING TERHADAP PSIKOSIS PADA


IBU POSTPARTUM DI PONTIANAK KALIMANTAN BARAT

Pengaruh Pemberian Konseling Terhadap Psikosis Pada Ibu Postpartum


Di Pontianak Kalimantan Barat
Khulul Azmi1 , Ova Emilia², Herlin Fitriani3
2016

I. Deskripsi Jurnal

A. Komponen Deskripsi Jurnal

1. Tujuan utama penelitian


2. Metode penelitian
3. Hasil utama penelitian
4. Kesimpulan penelitian

B. Uraian Deskripsi Jurnal

1.Tujuan utama penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui pengaruh pemberian
konseling terhadap skor depresi psikosis pada ibu postpartum.
2. Metode penelitian

Penelitian ini merupakan Quasi Experiment dengan rancangan Post


Test Only with Non Equivalent Control Group Design. Lokasi
penelitian di Puskesmas Alianyang dan Kampung dalam Pontianak.
Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil yang ada atau tercatat
dalam buku register di wilayah kerja Puskesmas. Besar sampel dalam
penelitian ini adalah 55(27 kelompok intevensi dan 28 pada kelompok
kontrol) Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan
multivariat dengan uji regresi logistik.

a) Desain penelitian, populasi dan sampel Penelitian ini merupakan


Quasi Experiment dengan rancangan Post Test Only with Non
Equivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah
semua ibu hamil yang ada atau tercatat dalam buku register di
wilayah kerja Puskesmas Alianyang dan Puskesmas Kampung
Dalam Pontianak. Subyek penelitian berjumlah 55 orang yang
dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
b) Kriteria inklusi dan eksklusi Adapun kriteria inklusi adalah Ibu
dengan metode persalinan pervaginam, hamil dengan gestasi 38-
42 minggu, Berat lahir anak 2500- 4000 gram, mampu membaca
dan menulis, bersedia ikut dalam penelitian. Kriteria eksklusi
yaitu memiliki riwayat depresi dan gangguan jiwa, ibu dalam
pengobatan terkait depresi dan gangguan mental, ibu tidak
kooperatif, bayi kembar.
c) Pengumpulan data Penelitian ini melibatkan intervensi pada dua
kelompok. Kelompok pertama diberikan konseling selama 60
menit (27 orang), kelompok kedua diberi perawatan standar (28
orang). Skor depresi diukur menggunakan EPDS. Karakteristik
responden meliputi paritas, pendidikan, usia, dukungan sosial
dalam penelitian ini diukur menggunakan kuesioner.
d) Drop Out : satu responden berhenti menjadi peserta ketika
penelitian berlangsung.
e) Analisis data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan uji independent t test . Uji statistik yang
digunakan adalah regresi linier berganda atau multiple regresion
dengan melihat koefisien 95% confidence interval.

3. Hasil utama penelitian


Hasil uji statistik juga menyatakan bahwa variabel yang paling besar
pengaruhnya terhadap perubahan skor depresi adalah pemberian
konseling yaitu sebesar 8,078. Hasil uji statistik juga menunjukkan
koefisien determinasi (R square) didapatkan nilai 0,756 artinya bahwa
model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan 75,6 % variasi
variabel terikat depresi atau dengan kata lain kedua variabel bebas
tersebut dapat menurunkan variabel depresi sebesar 75,6%.
4. Kesimpulan penelitian
Skor depresi pada ibu postpartum yang diberikan konseling lebih
rendah dari ibu postpartum yang tidak diberikan konseling. Sehingga
pemberian intervensi konseling dapat mengurangi kejadian depresi
pada ibu postpartum.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada ibu postpartum di
Puskesmas Alianyang dan Puskesmas Kampung Dalam Pontianak,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Skor depresi pada ibu postpartum yang diberikan konseling lebih
rendah dibandingkan ibu postpartum yang tidak diberikan
konseling.
2. Karakteristik ibu postpartum yang mempengaruhi kejadian depresi
postpartum adalah tingkat pendidikan sedangkan variabel usia,
paritas, ekonomi, dan dukungan sosial tidak mempengaruhi
kejadian depresi pada ibu postpartum.

II. Telaah Jurnal

1. Judul
Judul jurnal sudah bagus,sudah terpapar dengan jelas dan spesifik tempat
diadakannya penelitian tersebut sehingga mudah dipahami oleh para
pembaca.
2. Nama penulis

Penulis jurnal ini Khulul Azmi1 , Ova Emilia², Herlin Fitriani3


3. Abstrak
Pada jurnal sudah mengikuti kaidah penulisan abstrak yang baik dan benar,
serta penjelasan yang diberikan sangat jelas.
4. Isi
Pada jurnal mencakup kajian pengaruh pemberian konseling terhadap
depresi pada ibu postpartum di pontianak kalimantan barat.

5.Daftar pustaka
Pada jurnal, daftar pustaka yang dipaparkan sangat lengkap dan jelas, jadi
jurnal ini bisa meyakinkan bagi pembacanya.

2. PENERAPAN COGNITIF BEHAVIOR THERAPI (CBT) PADA IBU NIFAS


SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DEPRESI POST PARTUM DI
KABUPATEN KLATEN

Judul PENERAPAN COGNITIF BEHAVIOR THERAPI (CBT)


PADA IBU NIFAS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN
DEPRESI POST PARTUM DI KABUPATEN KLATEN
Penulis Murwati, Suroso
Publikasi 2017

I. Deskripsi Jurnal

A. Komponen Deskripsi Jurnal

1. Latar Belang penelitian


2. Metode penelitian
3. Hasil utama penelitian
4. Kesimpulan penelitian

B. Uraian Deskripsi Jurnal

1. Latar Belakang Penelitian

Program nasional kunjungan ulang masa nifas dilakukan minimal 3 kali meliputi
deteksi dini, pencegahan dan menangani komplikasi ( Muchtar,A. Sursilah, I. Isir,
M. Dkk., 2014). Kunjungan ini dinilai belum menyentuh aspek psikologis, padahal
ibu nifas mengalami perubahan tidak hanya fisik namun juga psikologis dan sosial.
Demikian juga dukungan keluarga dan tenaga kesehatan yang baik terbukti
berpengaruh terhadap depresi postpartum (Wahyuni, Murwati, & Supiati, 2014).
Model kunjungan rumah oleh profesional dengan intervensi pencegahan DPP yang
terstruktur berhasil meningkatkan kesehatan ibu dan anak (Barnes, Senior, &
MacPherson, 2009). Hasil penelitian lain menyatakan bahwa terapi kognitif dapat
menurunkan depresi pasca salin (Haerani dan Moordiningsih, 2009). Untuk itu
diperlukan suatu bentuk intervensi kognitif yang dapat mengatasi perubahan suasana
hati dan perasaan tidak mampu pada ibu post partum yang gagal beradaptasi
sehingga tidak berlanjut menjadi DPP dan malas menyusui (Diaz, V. A., & Carolyn,
C. 2012)
2. Metode penelitian
Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment. Adapun jenisnya adalah post test
control design (Kothari, 2004). Pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan Juli
- Agustus tahun 2016 di BPM Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten.
Sampel adalah sebagian Ibu postpartum normal hari ke 10 – 40, sebanyak 25 orang
kelompok intervensi dan 25 orang kelompok control (Dahlan,M,2010). Tehnik
pengambilan sampel : Purposive consequtive sampling. Analisis Data dengan Analisa
Univariat dan Analisa Bivariat dengan Uji statistika Unpaired t-test dan dilanjutkan
uji regresi liner sederhana dengan persamaan Y = a + bx (Dahlan,M,2014b).
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan untuk dilaksanakan (ethical clearance)
dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Negeri
Sebelas Maret Surakarta dan mendapatkan izin untuk melakukan pengambilan data
dari Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
Klaten.
3. Hasil utama penelitian
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada pengaruh penerapan CBT terhadap
depresi postpartum yang ditunjukkan dengan nilai p< 0.014. Berdasar uji regresi
bahwa penerapan CBT dapat mengurangi 4,5 skor pada pengukuran DPP berdasar
skala EPDS, meskipun hal ini hanya dapat menjelaskan sekitar 13,3%, sementara
86,7 % nya kemungkinan disebabkan oleh kondisi lain yang tidak diteliti. Berdasar
metodologis, hasil penelitian ini kemungkinan dipengaruhi berbagai keterbatasan
yang tidak dapat dihindari, seperti bias seleksi, informasi dan pengontrolan terhadap
perancu. Pengaruh bias ini dapat memperbesar atau memperkecil pengaruh paparan
sesungguhnya. Jaminan kausalitas dalam penelitian ini berdasarkan kriteria
konsistensi yang dikembangkan berdasarkan kajian literature baik texbook maupun
penelitian sebelumnya tentang faktor – faktor yang mempengaruhi depresi
postpartum termasuk teori dan konsep CBT pada ibu post partum. Hasil penelitian
ini sesuai dengan beberapa penelitian bahwa pemberian psikoedukasi termasuk
konseling berbasis CBT adalah salah satu upaya pencegahan DPP. Upaya
penanganan Depresi Postpartum meliputi pengobatan, terapi psikologi, psikososial
dan penanganan tanpa obat seperti latihan, akupunktur dan massage terapi
(Fitelson.et al,2011).
4. Kesimpulan penelitian

Hasil uji unpaired t-test diperoleh nilai significancy 0.014, hal ini berarti “ ada
perbedaan mean skor DPP yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol ”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penerapan CBT
terhadap depresi postpartum. Hasil Uji regresi linier di dapatkan persamaan
linieritasnya adalah penerapan CBT = 4,516 + 0,223 KF. Hal ini berarti bahwa
penerapan CBT pada ibu nifas dapat menurunkan skor depresi sebesar 4,516
dibandingkan dengan asuhan nifas tanpa pemberian konseling berbasis CBT.
Memberikan pelayanan asuhan nifas dengan konseling berbasis CBT sebagai upaya
pencegahan terjadinya DPP dan sebagai salah satu terapi nonfarmakologis dan
psikoedukasi selain terapi konvensional
II. Telaah Jurnal
1. Judul
Judul jurnal sudah bagus,sudah terpapar dengan jelas dan spesifik tempat
diadakannya penelitian tersebut sehingga mudah dipahami oleh para pembaca.
2. Nama penulis

Penulis jurnal ini Murwati, Suroso


3. Abstrak
Pada jurnal sudah mengikuti kaidah penulisan abstrak yang baik dan benar, serta
penjelasan yang diberikan sangat jelas.
4. Isi
Pada jurnal mencakup kajian penerapan cognitif behavior therapi (cbt) pada ibu nifas
sebagai upaya pencegahan depresi post partum di kabupaten klaten
5.Daftar pustaka
Pada jurnal, daftar pustaka yang dipaparkan sangat lengkap dan jelas, jadi jurnal
inibisa meyakinkan bagi pembacanya.
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

DENGAN POSTPARTUM

DI BPM WARSIASIH AM. KEB

Kasus :
Pada tanggal 19 Maret 2019 pukul 16.25 Ny. Indrianti dan suaminya datang ke Puskesmas
mengatakan telah melahirkan anak pertama pada tanggal 23 Februari 2019 lalu dan bayinya
meninggal, Mengeluh sering sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta
nafas terasa cepat delusi, halusinasi, gangguan saat tidur, obsesi mengenai bayi.

Manajemen Varney
I. PENGKAJIAN DATA

Hari/Tanggal : Selasa, 19 Maret 2020


Pukul : 12:00 WIB
Tempat : Puskesmas

A. Subjektif Data
1. Biodata
Nama Pasien : Ny. Indrianti
Umur : 21th
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Hj. Sanusi Lrg aman RT 04/23 no.123

Nama Suami : Tn. Wirawan


Umur : 23th
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Hj. Sanusi Lrg aman RT 04/23 no.123

2. Status perkawinan

Kawin ke – 1, lama kawin : 2 th, umur kawin : istri (19 th), suami (21 th)

3. Keluhan Utama
Pada tanggal 19 Maret 2020 pukul 16.25 ibu datang ke Puskesmas
mengatakan Telah melahirkan anak pertama pada tanggal 23 Februari 2020 lalu
dan bayinya meningal, mengeluh sering sakit kepala dan nyeri dada, jantung
berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat delusi, halusinasi, gangguan saat tidur,
obsesi mengenai bayi.
3. Riwayat Kebidanan
A. Haid
Menarche : 12th Teratur/tidak : teratur
Siklus : 28 hari Sifat darah : encer
Disminorhoe : jarang Lamanya : 5 hari
Banyaknya : 3x ganti pembalut

B. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.

No. Tgl Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Keadaan Ket


partus partus kehamilan peranilanan
Nifas Ana
k
1. 23- BPM Aterm Spontan Bidan Tidak Baik Baik Pr, bb
02- 2500gr
2020 Pb
47cm

C. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan bahwa dirinya tidak pernah mempunyai penyakit
menurun, menular maupun menahun seperti kencing manis, darah tinggi,
asma, jantung, batuk berdarah, dll.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang memiliki
penyakit menurun, menular maupun menahun seperti kencing manis,
darah tinggi, asma, jantung, batuk berdarah, dll.
D. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah memakai alat kontrasepsi / KB. Namun setelah
melahirkan, Ibu akan menggunakan KB suntik 1 bulanan.
E. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Pola nutrisi
Selama hamil : Ibu makan 3 x sehari dengan menu : nasi, lauk pauk dan
sayur. Minum 6-7 gelas/hari
Saat nifas : Ibu makan 2 x sehari dengan porsi ½ piring nasi, ¼ mangkuk
sayur bening, 2 potong tempe, ibu tidak suka minum susu, dan nafsu
makannya berkurang.
2) Pola eliminasi
Selama hamil :
a) BAK : 4-5 x/hari dengan warna kuning jernih, bau khas
b) BAB : 1 x/hari dengan konsistensi lunak, warna kuning, bau khas.

Saat nifas :

a) BAK : 5-6 x/hari dengan warna kuning, jernih bau khas.


b) BAB : 1 x/hari dengan konsistensi lunak, warna kuning, bau khas.
3) Pola Istirahat
a) Selama hamil : Sebelum perut ibu terasa mulas ibu bisa tidur 6-7
jam/hari dan tidur siang 1 jam dalam sehari.
b) Saat nifas : Ibu mengatakan sulit tidur dan tidak pernah tidur siang,
ibu hanya tidur 3-4 jam/hari.
4) Pola aktifitas
a) Selama hamil : Ibu mengerjakan pekerjaan rumah yang bersifat
ringan, seperti membersihkan rumah, memasak, dll dan selalu jalan-
jalan pagi.
b) Saat nifas : Saat ini ibu merasa masih perlu bantuan dalam
melakukan aktifitasnya.
5) Pola personal hygiene
a) Selama hamil : Ibu mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti baju
1x/hari, keramas 2x/minggu.
b) Saat nifas : Ibu mandi 1x/hari, gosok gigi 1x/hari, ganti baju
1x/hari, keramas 2x/minggu.
6) Data psikososial
a. Ibu kepikiran terus dengan kematian bayi nya
b. Ibu merasa bayinya masih hidup padahal sudah meningal
c. Ibu cemas dan takut untuk mempunyai anak lagi
d. Ibu khawatir orang-orang di sekitarnya sudah tidak peduli
B. OBJEKTIF DATA
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : cemas
b. Tanda Vital
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 79 x/menit
Suhu : 36,0 0C
RR : 24 x/menit
LILA : 24 cm
TB : 157 cm
BB : 48 kg

2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Simetris, tidak rontok, tidak ada ketombe, warna hitam.
Muka : Tidak oedema, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum.
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak ada
perdarahan retina.
Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada polip.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada benjolan.
Mulut : Simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada caries gigi, tidak ada
stomatitis, lidah merah muda.
Leher : Tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid, tidak tampak
pembesaran kelenjar limfe, dan vena jugularis.
Dada : Payudara Simetris, puting susu menonjol, hyperpigmentasi
areola mammae colostrum Å/Å, tidak nyeri, tidak panas, tidak sesak nafas.
Abdomen : Tidak terdapat linea nigra, terdapat striae gravidarum.
Genetalia : Tidak odema, tampak keluar lochea rubra, terdapat luka
jahitan, episiotomi lateral kanan, luka jahitan sudah kering..
Anus : Tidak ada haemoroid.
Ekstrimitas atas : Simetris, tidak odema, tidak ada gangguan pergerakan.
b. Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran
vena jugularis.
Payudara : Tidak ada benjolan, colostrum
Abdomen : TFU tidak teraba.
c. Auskultasi
Dada : Tidak ada bunyi ronchi, tidak ada bunyi wheezing, detak
jantung cepat.
Perut : Terdapat gerakan peristaltik.
d. Perkusi
e. Reflek patella : perut tidak kembung

II. INTERPRETASI DATA

Dx : Ny “z” P10001 6 minggu dengan post partum psikosa


Ds : Mengeluh sering sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta
nafas terasa cepat delusi, halusinasi, gangguan saat tidur, obsesi mengenai bayi.
Do : TTV :
Keadaan : Cemas
TD : 130/90 mmHg Lochea : lochea alba
Nadi : 100 x/m Temp : 36,0 0C
RR : 24 x/m

Masalah :

1. Gangguan pemenuhan nutrisi


a) Ibu tidak nafsu makan
b) Ibu makan 2 x sehari dengan porsi ½ piring nasi, ¼ mangkuk sayur bening,
2 potong tempe, ibu tidak suka minum susu, dan nafsu makannya
berkurang.
2. Gangguan pola istirahat
a) Ibu mengatakan sulit tidur dan tidak pernah tidur siang
b) Ibu hanya dapat tidur 3-4 jam/hari
3. Gangguan personal hygine ibu setelah post partum
a) Ibu tidak ada perhatian dengan penampilan dan kebersihan dirinya
b) Ibu mandi 1 x sehari
c) Ibu tidak mampu merawat dirinya
d)
Ibu tidak menjaga kebersihan dirinya akibatnya payudaranya membengkak
selain karena tidak disusukan.
4. Keadaan psikologis
a) Ibu kepikiran terus dengan kematian bayi nya
b) Ibu merasa bayinya masih hidup padahal sudah meningeal
c) Ibu cemas dan takut untuk mempunyai anak lagi
d) Ibu sering berhalusinasi menyangka bayinya masi hidup
e) Ibu khawatir orang-orang di sekelilingnya tidak manerima perhtikannya
5. Kebutuhan : konseling

III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Psikoneurosis.

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


Kolaborasi dengan dokter/psikiater untuk mendapat therapy.

V. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh

Dx : Ny “U” P10001 6 minggu dengan post partumpsikosa


Ds : Mengeluh sering sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas
terasa cepat delusi, halusinasi, gangguan saat tidur, obsesi mengenai bayi.
Do : TTV
Keadaan : Cemas
TD : 130/90 mmHg Lochea : lochea alba
Nadi : 100 x/m Temp : 36,0 0C
RR : 24 x/m
Intervensi:
1) Jelaskan kondisi ibu saat ini dan lakukan konseling pada ibu dan keluarga. agar ibu
faham / sadar akan kondisinya saat ini.
2) Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, karena ibu post partum
membutuhkan nutrisi yang lebih untuk proses pemulihan
3) Jelaskan pada ibu tentang pentingnya personal hygiene, agar terhindar dari infeksi
4) Anjurkan ibu untuk beristirahat dengan istirahat yang cukup bisa memperingan
kerja otak dan pikiran dapat lebih tenang
5) Jelaskan pada ibu tentang faktor-faktor yang memperberat psikosa, dengan
memberikan penjelasan tentang faktor yang memperberat psikosa ibu dapat
menghindari faktor tersebut agar tidak terjadi psikosa yang lebih berat.
6) Kolaborasi dengan dokter/psikiater mendapatkan penanganan yang lebih intensif

VI. Implementasi

Tanggal : 19 Maret 2020


Pelaksanaan : 08.15 WIB
1. Menjelaskan bahwa ibu berada dalam masa nifas dengan postpartum psikosa,
yang ditandai dengan Mengeluh sering sakit kepala dan nyeri dada, jantung
berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat delusi, halusinasi, gangguan saat tidur,
obsesi mengenai bayi. tidak ada perhatian dengan penampilan, kebersihan
dirinya. Hal ini dapat dicegah dengan ibu merawat diri, makan dengan menu
seimbang olah raga, istirahat untuk mencegah dan mengurangi perubahan
perasaan. Mintalah bantuan keluarga, teman, tetangga untuk memberi motivasi
pada ibu untuk menerima keadaan, rekreasi dan rencanakan acara keluar bersama
suami dan jika dilakukan sejak dini depresi ibu dapat dicegah. Mengobservasi
keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu :

TD : 120/ 80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 367 0C
RR : 24 x/menit

2. Membantu ibu dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dengan melibatkan


keluarganya seperti pemenuhan nutrisi, personal hygiene dan kebutuhan yang
lain.
3. Menganjurkan keluarga dan teman untuk mendukung karena ibu membutuhkan
pengertian emosional, konseling, bantuan dari keluarga dan teman sangat
berpengaruh dalam proses penyelesaian masalah.
4. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu merawat dirinya dan menenangkan
pikirannya.
5. Menganjurkan pada ibu untuk beristirahat cukup 8 jam sehari dan usahakanlah
kalau siang istirahat 1-2 jam waktu bayinya tidur. Menganjurkan pada keluarga
selalu memantau pola istirahat ibu.
6. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat memperberat psikosa seperti kurangnya
dukungan keluarga dirumah, peruahan hormonal, lingkungan melahirkan, jumlah
anak dan hubungan seksual yang kurang menyenangkan setelah melahirkan.
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter/psikiater untuk mendapatkan terapi yaitu
psikoterapi dan pengobatan seperti penenangan.

VII. Evaluasi

Tanggal : 19 Maret 2020


Jam : 09.00 WIB
S : Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini dan dapat mengulangi penjelasan
yang disampaikan oleh bidan.

O : K/U : ibu cemas


Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,0 0C
RR : 20 x/menit
A : Ny “U” P10001 4 hari dengan post partum psikosa
P :Konseling lebih lanjut
Kebutuhan nutrisi
Kebutuhan istirahat
Personal hygine
Kolaborasi dengan dokter/psikiater
Follow up 1 minggu atau apabila ada ada keluhan

B. Pendokumentasian SOAP
Hari/Tanggal : Selasa, 19 Maret 2020
Pukul : 12.00 WITA

Subjektif
a. Ibu bernama Indrianti berusia 21 tahun
b. Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertama pada tanggal 23 Februari 2019
lalu dan bayinya meninggal, mengeluh sering sakit kepala dan nyeri dada, jantung
berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat delusi, halusinasi, gangguan saat tidur,
obsesi mengenai bayi.

Objektive
A. Keadaan umum : lemah
B. TTV :

Keadaan : Cemas
TD : 130/90 mmHg Lochea : lochea alba
Nadi : 100 x/m Temp : 36,0 0C
RR : 24 x/m
Assesment
G1P0A0H0 bayi perempuan (tunggal),(mati), (intrauterin), keadaan umum(cemas),
serta ibu inpartu kala III sering merasa sakit kepala,halusinasi dan obsesi tentang bayi.
Planning
1. Jelaskan kondisi ibu saat ini dan lakukan konseling pada ibu dan keluarga agar ibu
faham / sadar akan kondisinya saat ini.
2. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, karena ibu post partum
membutuhkan nutrisi yang lebih untuk proses pemulihan.
3. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya personal hygiene, agar terhindar dari infeksi
4. Anjurkan ibu untuk beristirahat dengan istirahat yang cukup bisa memperingan kerja
otak dan pikiran dapat lebih tenang.
5. Jelaskan pada ibu tentang faktor-faktor yang memperberat
6. Kolaborasi dengan dokter/psikiater.
BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
Psikosis adalah penyakit kejiwaan yang parah, karena di tingkatan ini penderita tidak
lagi sadar akan dirinya. Pada penderita psikosis umumnya ditemukan ciri-ciri sebagai berikut:
 mengalami disorganisasi proses pikiran
 gangguan emosional
 disorientasi waktu, ruang, dan person
 terkadang disertai juga dengan halusinasi dan delusi.Psikosis bisa muncul
dalam beberapa bentuk.
Dari uraian tersebut di atas diketahui bahwa gejala-gejala psikotik yang diderita padasubjek
antara lain adanya bicara kacau yang dapat berupa gangguan asosiasi, merasa curigaada yang
mengejar dan akan membunuhnya (waham) dan adanya penarikan diri darilingkungan sosial
(social withdrawl). Sehingga dapat disimpulkan subjek adalah seorang penderita eplepsi
psikomotor dengan disertai gejala-gejala psikotik. Gangguan ini telahdideritanya sejak kecil,
sering mengalami brown out (lebih ringan dari black out) dan sering pula mengalami
"keadaan mimpi" atau "kedaaan dini". Dalam keadaan mimpi, pasien dapatmelakukan
tindakan yang merusak atau gejala-gejala aneh lainnya. Sesudah melakukan perbuatan, pasien
mengalami "amnesia sempurna".

B.SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat diajukan beberapa saran sebaia
berikut :
1. Bagi penderita
Diharapkan dapat menerima apa yang terjadi didalam dirinya serta mencari problem
solving yang tepat sesuai dengan penderita. Hal ini bertujuan untuk memudahkan bagi
penderita untuk mengurangi beban psikologi yang ada.
2. Bagi keluarga dan kerabat penderita
Terus memberi dukungan moral kepada penderita. Hal ini bertujuan agar penderita
turut termotivasi untuk cepat sembuh dan melangsungkan aktivitas sesuai dengan
biasanya.
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnalbidankestrad.com/index.php/jkk/article/download/91/83
B.R, S., 1997. Mayes Midwifery, London: Bailirre Tindall.
Guyton & Hall, 1996. Fisiologi Kedokteran, Jakarta: EGC.
J, W., 2015. Permasalahan Pemberian ASI. Available at: www.asilaktasi.com.
Moody, J., Jane, B. & Karen, H., 2006.
Menyusui Cara Mudah, Praktis & Nyaman, Jakarta: Arcan.
Polit, D.F. & Hungler, B.P., 2001. Nursing research: Principles and methods 6th ed.,
Philadelphia: Lippincott.
R., W., 2015. Cakupan ASI 42 Persen, Ibu Menyusui Butuh Dukungan. Kompas.
T, U. et al., 1994. Influence of psychological stress on suckling-induced pulsatile oxytocin
release. University of Tokushima Japan.
Varney, H., Kriebs & Carolyn, 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 4th ed., Jakarta: EGC.
Vivian, 2011. Asuhan Kebidanan pada ibu nifas, Jakarta: Salemba Medika.
Walsh, L. V., 2001. Midwifery, New York: Saunders Company.

Anda mungkin juga menyukai