Anda di halaman 1dari 23

LIMA BENANG MERAH

Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir

Disusun Oleh :

FATIA RAHMA KIHOA, A.Md.Keb


KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ASUHAN KEBIDANAN II. Shalawat beriring
salam juga Penulis kirimkan kepada junjungan umat Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini merupakan bahan materi untuk proses belajar mengajar ASKEB II. Dimana
makalah ini membahas tentang LIMA BENANG MERAH DALAM ASUHAN PERSALINAN DAN KELAHIRAN
BAYI

Akhir kata Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
dengan rendah hati dan lapang dada, Penulis menerima segala saran dan kritikan yang sifatnya
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu dan wawasan bagi Penulis sendiri dan
pembaca sekalian, terimakasih.

Ambon , 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Membuat keputusan klinik

2.2 Asuhan saying ibu

2.3 Pencegahan infeksi

2.4 Pencacatan (dokumentasi)

2.5 Rujukan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih cukup tinggi. Padahal jumlah
pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan di Indonesia. Asuhan bersalin Normal (APN ) diperlukan
dalam periode ini karena merupakan masa kritis ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian pada masa nifas 24 jam
pertama (Saiffudin,dkk;2002).

Pada saat ini angka kematian ibu dan angka kematian perinatal masih sangat tinggi. Menurut
survey Demografi dan Kesehatan Indonesia ( 2005 ) angka kematian kematian perinatal adalah 307
/10.000 kelahiran hidup.

Lima benang merah dalam asuhan persalinan dasar adalah :

1. Aspek pemecahan yang diperlukan untuk menentukan pengambilan keputusan


klinik ( clinik decicion making)

2. Aspek sayang ibu yang berarti sayang anak

3. Aspek pencegahan infeksi

4. Aspek pencatatan

5. Aspek rujukan

Persalinan yang aman yaitu memastikan bahwa semua penolong mempunyai pengetahuan,
keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan
pelayanan nifas kepada ibu dan bayi (Saiffudin,dkk;2002). Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk
menulis tentang asuhan kepada ibu bersalin normal.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. apa saja lima benag merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi?

2. Apa tujuannya?

3. Bagaimana membuat keputusan klinik?

4. Bagaimana asuhan sayang ibu?

5. Bagaimana pencegahan infeksi?

6. Bagaimana pencacatan?
7. Bagaimana cara rujukan?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa-apa saja lima benag merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi

2. Untuk mengetahui tujuannya

3. Untuk mengetahui dalam membuat keputusan klinik

4. Untuk mengetahui asuhan saying ibu

5. Untuk mengetahui pencegahan infeksi

6. Untuk mengetahui pencacatan

7. Untuk mengetahui cara rujukan


BAB II

PEMBAHASAN

Ada lima aspek dasar atau lima benang merah yang penting dan saling terkait dalam asuhan
persalinan yang aman dan bersih. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik
normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut adalah :

1. Membuat keputusan klinik

2. Asuhan saying ibu dan saying bayi

3. Pencegahan infeksi

4. Pencacatan(rekam medik) asuhan persalinan

5. Rujukan

Lima benang merah ini akan selalu berlaku dalam penatalaksanaan persalinan, mulai dari kala
satu hingga kala empat termasuk penatalaksanaan bayi baru lahir.

Tujuan:

1. Memahami langkah-langkah pengambilan keputusan klinik

2. Menjelaskan asuhan saying ibu dan bayi

3. Menjelaskan prinsip dan praktik pencegahan infeksi

4. Menjelaskan manfaat dan cara pencacatan medic asuhan persalinan

5. Menjelaskan hal-hal penting dalam melakukan rujukan

2.1 MEMBUAT KEPUTUSAN KLINIK

Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah


dan memnentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus akurat, komprehensif
dam aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupun petugas yang mmeberikan pertolongan.

Membuat keputusan klinik tersebut dihasilkan melalui serangkaian proses dan metode yang
sistematik menggunakan informasi dan hasil dari olah kognitif dan intuitif serta dipadukan dengan
kajian teoritis dan intervensi berdasarkan bukti (evidence-based), keterampilan dan pengalaman yang
dikembangkan melalui berbagai tahapan yang logis dan diperlukan dalam upaya untuk menyelesaikan
masalah dan terfokus pada pasien (Varney, 1997)

Semua upaya diatas akan bermuara pada bagaimana kinerja dan perilaku yang diharapkan
dari seorang pemberi asuhan dalam menjalankan tugas dan pengamalan ilmunya kepada pasien atau
klien. Pengetahuan dan keterampilan saja ternyata tidak dapat menjamin asuhan atau pertolongan
yang diberikan dapat memberikan hasil maksimal atau memenuhi standar kualitas pelayanan dan
harapan pasien apabila tidak disertai dengan perilaku yang terpuji.

Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik:

1. Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan

2. Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah

3. Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi/dihadapi

4. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi masalah

5. Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi masalah

6. Melaksanakan asuhan/intervensi terpilih

7. Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi

1. Pengumpulan data

Semua pihak yang terlibat mempunyai peranan penting dalam setiap langkah untuk membuat
keputusan klinik. Data utama (misalnya, riwayat persalinan), data subyektif yang diperoleh dari
anamnesis (misalnya, keluhan pasien), dan data obyektif dari pemeriksaan fisik (misalnya, tekanan
darah) diperoleh melalui serangkaian upaya sistematik dan terfokus. Validitas dan akurasi data akan
sangat membatu pemberi pelayanan untuk melakukan analisis dan pada akhirnya, membuat
keputusan klinik yang tepat. Data subyektif adalah informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang
dirasakannya, apa yang sedang dan telah dialaminya. Data subyektif juga meliputi informasi tambahan
yang diceritakan oleh anggota keluarga tentang status ibu, terutama jika ibu merasa sangat nyeri atau
sangat sakit. Data obyektif adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan
pemeriksaan/pengamatan terhadap ibu atau bayi baru lahir

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara:

1. Anamnesis dan observasi langsung : Berbicara dengan ibu, mengajukan pertanyaan-


pertanyaan mengenai kondisi ibu dan mencatat riwayatnya. Mengamati perilaku ibu
dan apakah ibu terlihat sehat atau sakit, merasa nyaman atau nyeri.

2. Pemeriksaan fisik: inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi

3. Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan laboratorium, USG, Rontgen, dsb.

4. Catatan medic
2. Interpretasi data untuk mendukung diagnosis atau identifikasi masalah

Setelah data dikumpulkan, penolong persalinan melakukan analisis untuk mendukung alur
algoritma diagnosis. Peralihan dari analisis data menuju pada pembuatan diagnosis bukanlah suatu
proses yang linier (berada pada suatu garis lurus) melainkan suatu proses sirkuler (melingkar) yang
berlangsung terus-menerus. Suatu diagnosis kerja diuji dan dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan
pengamatan dan pengumpulan data secara terus-menerus.

Untuk membuat diagnosis dan identifikasi masalah, diperlukan:

1. Data yang lengkap dan akurat

2. Kemampuan untuk menginterpretasi/analisis data

3. Pengetahuan esensial, intuisi dan pengalaman yang relevan dengan masalah yang ada

Diagnosis dibuat sesuai dengan istilah atau nomenklatur spesifik kebidanan yang mengacu
pada data utama, analisis data subyektif dan obyektif yang diperoleh. Diagnosis menunjukkan variasi
kondisi yang berkisar antara normal dan patologik yang memerlukan upaya korektif untuk
menyelesaikannya. Masalah memiliki dimensi yang lebih luas dan tidak mempunyai batasan yang
tegas sehingga sulit untuk segera diselesaikan. Masalah dapat merupakan bagian dari diagnosis
sehingga selain upaya korektif untuk diagnosis, juga diperlukan upaya penyerta untuk mengatasi
masalah.

Contoh:
Diagnosis: G2P1A0, hamil 37 minggu, ketuban pecah dini 2 jam

Masalah : kehamilan yang tidak diinginkan atau takut untuk menghadapi persalinan

3. Menetapkan diagnose kerja atau merumuskan masalah

Bagian ini dianalogikan dengan proses membuat diagnosis kerja setelah mengembangkan
berbagai kemungkinan diagnosis lain (diagnosis banding). Rumusan masalah mungkin saja terkait
langsung maupun tidak langsung terhadap diagnosis tetapi dapat pula merupakan masalah utama
yang saling terkait dengan beberapa masalah penyerta atau faktor lain yang berkontribusi dalam
terjadinya masalah utama

Dalam pekerjaan sehari-hari, penolong persalinan telah mengetahui bahwa seorang pasien
adalah primigravida dalam fase aktif persalinan (diagnosis). Selain dalam proses tersebut, sang ibu
juga memgalami anemia (masalah) dimana hal ini belum jelas apakah akibat defisiensi zat besi (nutrisi)
yang ini merupakan data tambahan untuk membuat diagnosis baru atau akibat budaya setempat
(faktor sosial yang kontributornya adalah rendahnya pendidikan) yang melarang ibu hamil
mengkonsumsi makanan bergizi.

Dengan kata lain, walaupun sudah ditegakkan diagnosis kerja tetapi bukan berarti bahwa tidak
ada masalah lain yang dapat menyertai atau mengganggu upaya pertolongan yang akan diberikan oleh
seorang penolong persalinan

Contoh:
Ibu hamil dengan hidramnion, bayi makrosomia, kehamilan ganda yang jelas secara diagnosis tetapi
masih dibarengi dengan masalah lanjutan walaupun kasus utamanya diselesaikan. Bayi besar yang
mungkin dapat dengan selamat dilahirkan oleh penolong persalinan harus tetap diwaspadai sebagai
faktor yang potensial untuk menimbulkan masalah, misalnya: bayi tadi mengalami hipoglikemia
karena makrosomia diakibatkan oleh ibu dengan diabetes melitus atau terjadi perdarahan
pascapersalinan karena makrosomia adalah faktor predisposisi untuk atonia uteri.

4. Menilai adanya kebutuhan dan kesiap intervensi untuk menghadapi masalah

Petugas kesehatan di lini depan seperti bidan di desa, tidak hanya diharapkan terampil untuk
membuat diagnosis bagi pasien atau klien yang dilayaninya tetapi juga harus mampu mendeteksi
setiap situasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayinya. Untuk mengenali situasi
tersebut, para bidan harus pandai membaca situasi klinik dan masyarakat setempat sehingga mereka
tanggap dalam mengenali kebutuhan terhadap tindakan segera sebagai langkah penyelamatan ibu
dan bayinya apabila situasi gawatdarurat memang terjadi.

Upaya ini dikenal sebagai kesiapan menghadapi persalinan dan tanggap terhadap komplikasi
yang mungkin terjadi (birth preparedness and complication readiness). Dalam uraian-uraian
berikutnya, petugas pelaksana persalinan akan terbiasa dengan istilah rencana rujukan yang harus
selalu disiapkan dan didiskusikan diantara ibu, suami dan penolong persalinan.

Contoh:

Untuk menghadapi ibu hamil dengan preeklampsia berat dan tekanan darah yang cenderung
selalu meningkat maka seorang bidan harus berkonsultasi dengan tenaga ahli di rumah sakit atau
spesialis obstetri terdekat untuk menyiapkan tindakan/upaya yang dapat dilakukan bila sang ibu mulai
menunjukkan gejala dan tanda gawatdarurat. Pada keadaan tertentu, mungkin saja seorang bidan
harus menangani kasus distosia bahu tanpa bantuan siapapun. Apabila ia tidak pernah dilatih untuk
mengatasi hal itu atau ia tidak mengetahui tanda-tanda distosia bahu maka ia tidak pernah tahu
bahwa perlu disiapkan sesuatu (pengetahuan, keterampilan, dan rujukan) untuk mengatasi hal
tersebut. Hal yang paling buruk dan mungkin saja terjadi adalah sang bayi tidak dapat dilahirkan dan
kemudian meninggal dunia karena bidan tersebut berupaya melahirkan bayi tetapi ia tidak pernah
tahu bagaimana cara mengatasi hal tersebut.

5. Menyusun rencana asuhan atau intervensi

Rencana asuhan atau intervensi bagi ibu bersalin dikembangkan melalui kajian data yang telah
diperoleh, identifikasi kebutuhan atau kesiapan asuhan dan intervensi, dan mengukur sumberdaya
atau kemampuan yang dimiliki. Hal ini dilakukan untuk membuat ibu bersalin dapat ditangani secara
baik dan melindunginya dari berbagai masalah atau penyulit potensial dapat mengganggu kualitas
pelayanan, kenyamanan ibu ataupun mengancam keselamatan ibu dan bayi.

Rencana asuhan harus dijelaskan dengan baik kepada ibu dan keluarganya agar mereka
mengerti manfaat yang diharapkan dan bagaimana upaya penolong untuk menghindarkan ibu dan
bayinya dari berbagai gangguan yang mungkin dapat mengancam keselamatan jiwa atau kualitas
hidup mereka.

Contoh:

Rencana asuhan kala I:

1. Denyut jantung janin: setiap ½ jam

2. frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam

3. nadi: setiap ½ jam

4. pembukaan serviks: setiap 4 jam

5. penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam

6. tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam

7. produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam

Rencana asuhan pada kasus tali pusat menumbung:

1. Pemberian oksigen nasal 6L/menit

2. Mengatur posisi ibu bersalin

3. Menghubungi rumah sakit rujukan untuk tindakan lanjutan

4. Stabilisasi kondisi ibu dan bayi yang dikandungnya

6. Melaksanakan asuhan

Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan rencana tersebut secara tepat waktu dan
aman. Hal ini akan menghindarkan terjadinya penyulit dan memastikan bahwa ibu dan/atau bayinya
yang baru lahir akan menerima asuhan atau perawatan yang mereka butuhkan. Jelaskan pada ibu dan
keluarga tentang beberapa intervensi yang dapat dijadikan pilihan untuk kondisi yang sesuai dengan
apa yang sedang dihadapi sehingga mereka dapat membuat pilihan yang baik dan benar. Pada
beberapa keadaan, penolong sering dihadapkan pada pilihan yang sulit karena ibu dan keluarga
meminta penolong yang menentukan intervensi yang terbaik bagi mereka dan hal ini memerlukan
upaya dan pengertian lebih agar ibu dan keluarga mengerti bahwa hal ini terkait dengan hak klien dan
kewajiban petugas untuk memperoleh hasil terbaik

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pilihan adalah:

1. Bukti-bukti ilmiah

2. Rasa percaya ibu terhadap penolong persalinan

3. Pengalaman saudara atau kerabat untuk kasus yang serupa

4. Tempat dan kelengkapan fasailitas kesehatan

5. Biaya yang diperlukan

6. Akses ketempat rujukan

7. Luaran dari sistem dan sumberdaya yang ada

7. Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi solusi

Penatalaksanaan yang telah dikerjakan kemudian dievaluasi untuk menilai efektivitasnya.


Tentukan apakah perlu di kaji ulang atau diteruskan sesuai dengan rencana kebutuhan saat itu. Proses
pengumpulan data, membuat diagnosis, memilih intervensi, menilai kemampuan sendiri,
melaksanakan asuhan atau intervensi dan evaluasi adalah proses sirkuler (melingkar). Lanjutkan
evaluasi asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir. Jika pada saat evaluasi ditemukan
bahwa status ibu atau bayi baru lahir telah berubah, sesuaikan asuhan yang diberikan untuk
memenuhi perubahan kebutuhan tersebut.

Asuhan atau intervensi dianggap membawa manfaat dan teruji efektif apabila masalah yang
dihadapi dapat diselesaikan atau membawa dampak yang menguntungkan terhadap diagnosis yang
telah ditegakkan. Apapun jenisnya, asuhan dan intervensi yang diberikan harus efisien, efektif, dan
dapat diaplikasikan pada kasus serupa dimasa datang. Bila asuhan atau intervensi tidak membawa
hasil atau dampak seperti yang diharapkan maka sebaiknya dilakukan kajian ulang dan penyusunan
kembali rencana asuhan hingga pada akhirnya dapat memberi dampak seperti yang diharapkan.

Contoh proses pengambilan keputusan klinik

Ibu Siti, primigravida berusia 23 tahun, datang pada penolong persalinan dan mengatakan
bahwa ia sudah akan melahirkan.
Pengumpulan Data: pembahasan mengenai riwayat dan pemeriksaan fisik.

Data Subyektif:

Pertanyaan dari penolong persalinan:

1. Kapan perkiraan tanggal melahirkan ?

Jawaban ibu : Dua minggu yang akan datang

2. Kapan mulai mules-mules ?

Jawaban Ibu : 5 jam yang lalu

3. Berapa lama tenggang waktu antara satu kontraksi dengan kontraksi lainnya ?

Jawaban ibu : Antara 7-10 menit

4. Apakah ketuban sudah pecah?

Jawaban ibu : Belum

5. Apakah ada keluaran darah/bercak?

Jawaban Ibu : Tidak ada

6. Apakah bayi ibu bergerak seperti biasa?

Jawaban ibu : Ya

Data Obyektif:

Penolong memeriksa:

 Kontraksi
Ditemukan :Kontraksi uterus teraba satu kali dalam 10 menit dan setiap kontraksi
berlangsung kurang dari 20 detik.

 Pemeriksaan abdomen

Ditemukan : Janin presentasi kepala, palpasi kepala 5/5, gerakan janin - terasa dan
Denyut Jantung Janin (DJJ) 136 kali /menit.

 Pemeriksaan dalam

Ditemukan : Porsio lunak dan tebal, pembukaan 1 jari, teraba selaput ketuban. Tidak
terlihat cairan yang keluar dari dalam vagina.

Diagnosis:
Diagnosis, berdasarkan pada data yang dikumpulkan, menunjukkan bahwa Ibu Siti adalah
primigravida cukup bulan dalam fase laten persalinan, DJJ normal.

Asuhan atau intervesni : Asuhan Sayang Ibu, Penatalaksanaan Persalinan Fisiologis, Perawatan
Ambulatoir, Dukungan Fisik dan Psikis, Observasi Kemajuan Persalinan Fase Laten

Antisipaasi intervensi tambahan atau rujukan : tidak diperlukan karena hasil analisis
menunjukkan ini persalinan normal atau fisiologis

Penatalaksanaan Asuhan atau Perawatan

Penolong persalinan menenteramkan Ibu Siti dan menganjurkannya untuk mandi dan
beristirahat. Ibu Siti dianjurkan untuk memberitahu penolong persalinan jika kontraksinya datang
setiap 3 sampai 5 menit, jika ketubannya pecah atau jika ibu punya pertanyaan atau kekhawatiran.
Penolong persalinan akan mengkaji ulang (evaluasi) Ibu Siti 4 jam lagi dari saat itu, atau lebih cepat
jika Ibu Siti menghubunginya.

Evaluasi:

Tiga jam kemudian Ibu Siti datang lagi. Kontraksinya lebih teratur pada setiap 3 sampai 5 menit
selama satu jam. Penolong persalinan memeriksa ibu. Pembukaan serviks 4 cm, ada ‘show’, ketuban
utuh, palpasi kepala janin 3/5 dan DJJ 126 x/menit. Berdasarkan data yang dikumpulkan, penolong
persalinan mempertegas diagnosis awal dan bahwa rencana asuhan yang telah dilakukan sudah
sesuai.

Sekarang waktunya membuat diagnosis baru dan rencana asuhan atau perawatan
berdasarkan evaluasi terakhir. Ibu Siti adalah primigravida, cukup bulan, dalam fase aktif persalinan,
dengan normal DJJ. Rencana untuk asuhan ibu adalah pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi serta
kemajuan persalinan dengan berpedoman pada partograf (lihat bab 2), membesarkan hati dan
memberikan dukungan, menganjurkan ibu untuk bergerak bebas selama persalinan dan berganti
posisi untuk bergerak bebas selama persalinan dan bergantian posisi untuk kenyamanan, serta
menawarkan makan dan minum

2.2 ASUHAN SAYANG IBU

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan
ibu. Cara yang paling mudah membayangkan mengenai asuhan sayang ibu adalah menanyakan pada
diri kita sendiri. ” seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan ?” atau ” apakah asuhan yang seperti
ini yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?”

Beberapa prinsip dasar asuhan ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika para
ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan
baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan
rasa aman dan hasil yang lebih baik (enkin, et al, 2000). Disebutkan pula bahwa hal tersebut diatas
dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan vakum, cunam, dan seksio cesar, persalinan
berlangsung lebih cepat (enkin, et al, 2000).

1. Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan

1. Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya

2. Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan tersebut

3. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarga

4. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir

5. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu

6. Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tenteramkan perasaan ibu beserta anggota
keluarganya

7. Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan atau anggota keluarga yang lain selama persalinan
dan kelahiran bayinya

8. Ajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara – cara bagaimana mereka dapat
memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya

9. Secara konsisten lakukan praktik – praktik pencegahan infeksi yang baik

10. Hargai privasi ibu

11. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi

12. Anjurkan ibu untuk minum dan makan ringan sepanjang ia menginginkannya

13. Hargai dan perbolehkan praktik – praktik tradisional yang tidak merugikan kesehatan ibu

14. Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomi, pencukuran
dan klisma

15. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin

16. Membantu memulai pemberian ASI dalalm satu jam pertama setelah kelahiran bayi

17. Siapkan rencana rujukan ( bila perlu )


18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan bahan – bahan,
perlengkapan dan obat – obatan yang diperlukan. Siap untuk melakukan resusitasi bayi
baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

2. Asuhan saying ibu dan bayi pada masa pasca persalinan

1. Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya ( rawat gabung )

2. Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan anjurkan pemberian ASI sesuai dengan
permintaan

3. Ajarkan ibu dan keluarga tentang nutrisi dan istirahat yang cukup setelah melahirkan

4. Anjurkan suami dan anggota keluarga untuk memeluk bayi dan mensyukuri kelahiran bayi

5. Ajarkan ibu dan anggota keluarga tentang gejala dan tanda bahaya yang mungkin terjadi dan anjurkan
mereka untuk mencari pertolongan jika timbul masalah atau rasa khawatir

2.3 PENCEGAHAN INFEKSI

1. Tujuan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan

Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak tepisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan
selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk
melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan
mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan resiko
penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya seperti
hepatitis dan HIV AIDS.

Tindakan-tindakan PI dalam pelayanan asuha kesehatan

1. Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus,


dan jamur

2. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti hepatitis dan
HIV / AIDS

Penolong persalinan dapat terpapar hepatitis dan HIV di tempat kerjanya melalui

- Percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung, mulut atau melalui diskontinuitas
permukaan kulit (missalnya luka atau lecet yang kecil)
- Luka tusuk yang di sebabkan oleh jarum yang sudah terkontaminasi atau peralatan tajam
lainnya, baik pada saat prosedur di lakukan ataunpada saat proses peralatan.

2. Definisi tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi

a. Asepsis ( teknik aseptik )

” Semua usaha mencegah masuknya mikroorganisme ke tubuh yang berpotensi untuk menimbulkan
infeksi dengan cara mengurangi atau menghilangkan sejumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan,
dan benda mati ( alat ). ”

b. Antisepsis

” Pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
kulit dan jaringan tubuh dengan menggunakan larutan antiseptik misalnya yodium ( 1-3% ), alkohol (
60-90% ), hibiclon, savlon, dan betadine. ”

c. Dekontaminasi

” Tindakan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai
benda yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. ”

d. Mencuci dan membilas

” Tindakan – tindakan untuk menghilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda asing
misalnya debu, kotoran dari kulit atau instrumen atau peralatan. ”

e. Desinfeksi

” Tindakan untuk menghilangkan hampir semua atau sebagian besar mikroorganisme dari benda mati.

f. Desinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT )

” Tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme ( kecuali beberapa bakteri endospora ) pada
benda mati atau instrumen. ”

g. Sterilisasi

” Tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk endospora bakteri pada benda
mati atau instrumen. ”

3. Prinsip-prinsip penanganan infeksi


1. setiap orang (ibu, BBL, penolang persalinan) harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi
dapat bersifat asimptomatik.

2. Setiap orang harus dianggap terkena infeksi

3. Permukaan benda disekitar kita, perawatan dan benda-benda lainnya yang akan dan telah
bersentuhan dengan permukaan kulit yang lecet harus diaanggap terkontaminasi

4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses harus dianggap
masih terkontaminasi

5. Tindakan PI harus dilaksanakan yang benar dan konsisten

4. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi

a. Cuci tangan dengan benar yaitu dengan 7 langkah setiap sebelum dan sesudah melakukan tindakan

b. Memakai sarung tangan

Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah ( kulit tak utuh, selaput mukosa,
darah atau cairan tubuh lainnya), peralatan, sarung tangan atau sampah yang terkontaminasi.Ada 3
macam sarung tangan, yaitu :

1) Sarung tangan steril atau DTT

Untuk prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan di bawah kulit
seperti persalinan, penjahitan vagina atau pengambilan darah.

2) Sarung tangan bersih

Untuk menangani darah atau cairan tubuh

3) Sarung tangan rumah tangga atau tebal

Untuk mencuci peralatan, menangani sampah, juga membersihkan darah dan cairan tubuh

”Jangan gunakan sarung tangan yang sudah retak, tipis atau ada lubang dan robekan. Buang dan
gunakan sarung tangan yang lain”.

Memakai APD ( alat pelindung diri ) seperti kaca mata pelindung, masker wajah, penutup kepala, celemek,
dan sepatu boots yang digunakan untuk menghalangi atau membatasi petugas dari percikan cairan
tubuh, darah atau cidera selama melaksanakan prosedur klinik.

d. Menggunakan teknik antisepsis


Karena kulit dan selaput mukosa tidak dapat disterilkan maka penggunaan antiseptik akan sangat
mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi luka terbuka dan menyebabkan
infeksi.

e. Memproses alat bekas pakai

- Dekontaminasi

Rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit

- Cuci dan bilas

Gunakan detergen dan sikat

Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda – benda tajam

Metode yang dipilih

Sterilisasi

Otoklaf : 106kPa ,1210 C ,30 menit (terbungkus), 20 menit (tidak terbungkus)

Panas kering : 170 0C, 60 menit

Metode alternatif

DTT

Rebus atau kukus : panci tertutup 20 menit

Kimiawi: rendam 20 menit

- Dinginkan dan kemudian siap untuk digunakan

f. Menangani peralatan tajam dengan aman

Pedoman penggunaan peralatan tajam yaitu :

1. Letakkan benda – benda tajam di atas baki steril atau DTT atau dengan menggunakan
” daerah aman ” yang sudah ditentukan ( daerah khusus untuk meletakkan dan
mengambil peralatan tajam )

2. Hati – hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tidak
sengaja

3. Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit. Jangan pernah meraba
jarum ujung atau memegang jarum jahit dengan tangan
4. Jangan menutup kembali, melengkungkan, mematahkan atau melepaskan jarum yang
akan dibuang

5. Buang benda – benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan perekat jika
sudah 2/3 penuh dan harus dibakar dalam insinerasi

6. Jika benda – benda tajam tidak bisa dibuang secara aman dengan cara insinerasi, bilas
3 kali dengan larutan klorin 0,5 % ( dekontaminasi ), tutup kembali menggunakan
teknik satu tangan dan kemudian kuburkan.

g. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungantermasuk pengelolaan sampah secara benar

5. Pertimbangan-pertimbangan mengenai PI di institusi

Terjadi di rumah, klinik bersalin swasta, polindes atau puskesmas.

Berikut beberapa perubahan dan pemikiran tindakan-tindakan PI dalam beberapa situasi


tertentu.

1. Cuci tangan

2. Sarung tangan

3. Pelindung pribadi (kacamata)

4. Teknik aseptic (dtt)

5. Penganganan peralatan tajam secara aman (menggunakan botol plastic tertutup dan wadah)

6. Pembuangan sampah (kantong plastic atau tembikar

2.4 PENCATATAN (DOKUMENTASI)

Pencatatan (pendokumentasian) adalah bagian penting dari proses membuat keputusan


klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang
diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Partograf adalah bagian terpenting dari proses
pencatatan selama persalinan

Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan dan
dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis dan membuat rencana asuhan atau perawatan
bagi ibu atau bayinya.

Pencatatan rutin adalah penting karena :


1. Sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik dan mengevaluasi kesesuaian dan keefektifan
asuhan atau perawatan, mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan yang diberikan dan untuk
membuat perubahan dan peningkatan pada rencana asuhan atau perawatan

2. Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam proses membuat keputusan klinik

3. Sebagai catatan permanen tentang asuhan, perawatan dan obat yang diberikan

4. Dapat dibagikan di antara para penolong persalinan sehingga lebih dari satu penolong persalinan akan
memberikan perhatian dan asuhan pada ibu atau bayi baru lahir

5. Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya, dari satu
penolong persalinan ke penolong persalinan lainnya, atau dari seorang penolong persalinan ke fasilitas
kesehatan lainnya.

6. Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus

7. Diperlukan untuk memberi masukan data statistiknasional dan daerah, termasuk catatan kematian
dan kesakitan ibu atau bayi baru lahir

Aspek-aspek penting dalam pencacatan termasuk :

a. Tanggal dan waktu asuhan diberikan

b. Identifikasi penolong persalinan

c. Paraf atau tanda tangan ( dari penolong persalinan ) pada semua catatan

d. Mencakup informasi yang berkaitan secaratepat, dicatat dengan jelas dan dapat dibaca

e. Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu siap tersedia

f. Kerahasiaan dokumen – dokumen medis

Ibu harus diberikan salinan catatan ( catatan klinik antenatal, dokumen – dokumen rujukan,
dan lain – lain ) beserta panduan yang jelas mengenai :

a. Maksud dari dokumen – dokumen tersebut

b. Kapan harus dibawa

c. Kepada siapa harus diberikan

d. Bagaimana menyimpan dan mengamankannya, baik di rumah atau selama perjalanan ke


tempat rujukan

Beberapa hal yang perlu diingat :


a. Catat semua data, hasil pemeriksaan, diagnosis, obat – obat, asuhan atau perawatan, dan lain
– lain

b. Jika tidak dicatat, maka dapat dianggap bahwa asuhan tersebut tidak dilakukan

c. Pastikan setiap partograf bagi setiap pasien diisi dengan lengkap dan benar

1.5 RUJUKAN

Rujukan diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir.Syarat bagi
keberhasilan upaya penyelamatanyaitu kesiapan untuk merujuk bayi dan atau bayinya ke fasilitas
kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi).

Setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu untuk
melaksanakan kasus kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir seperti :

a. Pembedahan termasuk bedah sesar

b. Transfusi darah

c. Persalinan mengggunakan ekstraksi vakum atau cunam

d. Pemberian antibiotik intravena

e. Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bagi bayi baru lahir

Adapun yang wajib untuk diketahui oleh setiap penolong persalinan, antara lain :

a. Informasi tentang pelayanan yang tersedia di tempat rujukan

b. Ketersediaan pelayanan purna waktu

c. Biaya pelayanan

d. Waktu dan jarak tempuh ke tempat rujukan

Oleh karena sangat sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi, maka pada saat ibu
melakukan kunjungan antenatal anjurkan ibu untuk membahas dan membuat rencana rujukan
bersama suami dan keluarganya. Dan tawarkan agar penolong mempunyai kesempatan untuk
berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan tentang perlunya rencana
rujukanapabila diperlukan.

Ada beberapa persiapan – persiapan dan informasi yang harus dimasukkan dalam rencana
rujukan, antara lain :

a. Siapa yang akan menemani ibu atau bayi baru lahir

b. Tempat – tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga ?
( jika ada lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai
berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan )

c. Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mengendarainya.( ingat bahwa
transportasi harus tersedia segera, baik siang maupun malam kapan pun waktunya)

d. Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transfusi darah diperlukan

e. Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat – obatan dan bahan – bahan

f. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak – anak yang lain pada saat ibu tidak di rumah

Dari beberapa persiapan – persiapan dan informasi yang harus dimasukkan dalam rencana
rujukan, untuk memudahkan bagi penolong untuk mengingat hal – hal penting tersebut maka terdapat
singkatan BAKSOKUP ataupunBAKSOKUDA.

B : BIDAN

A : ALAT

K : KELUARGA

S : SURAT

O : OBAT

K : KENDARAAN

U : UANG

P : PAKAIAN

D : DARAH

A : DOA

Kaji ulang rencana rujukan pada ibu dan keluarganya selama ibu melakukan kunjungan asuhan
anttenatal atau awal persalinan ( jika mungkin ). Jika ibu belum membuat rencana rujukan selama
kehamilannya, maka penting untuk mendiskusikan rencana tersebut dengan ibu dan keluarganya di
awal persalinan.

Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan
ibu dan bayi baru lahir.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Ada lima aspek dasar atau lima benang merah yang penting dan saling terkait dalam asuhan
persalinan yang aman dan bersih. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik
normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut adalah :

a. Membuat keputusan klinik

b. Asuhan saying ibu dan saying bayi

c. Pencegahan infeksi

d. Pencacatan(rekam medik) asuhan persalinan

e. Rujukan

3.2 SARAN

Sebaiknya kita sebagai tenaga kesehatan harus lebih memperhatikan dan lebih meningkatkan
kinerjanya sesuai dengan prinsip lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Buku asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusui dini.

Azwar, Azrul. 2008. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: JHPIEGO

Anda mungkin juga menyukai