Disusun Oleh :
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ASUHAN KEBIDANAN II. Shalawat beriring
salam juga Penulis kirimkan kepada junjungan umat Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini merupakan bahan materi untuk proses belajar mengajar ASKEB II. Dimana
makalah ini membahas tentang LIMA BENANG MERAH DALAM ASUHAN PERSALINAN DAN KELAHIRAN
BAYI
Akhir kata Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
dengan rendah hati dan lapang dada, Penulis menerima segala saran dan kritikan yang sifatnya
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu dan wawasan bagi Penulis sendiri dan
pembaca sekalian, terimakasih.
Ambon , 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.5 Rujukan
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih cukup tinggi. Padahal jumlah
pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan di Indonesia. Asuhan bersalin Normal (APN ) diperlukan
dalam periode ini karena merupakan masa kritis ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian pada masa nifas 24 jam
pertama (Saiffudin,dkk;2002).
Pada saat ini angka kematian ibu dan angka kematian perinatal masih sangat tinggi. Menurut
survey Demografi dan Kesehatan Indonesia ( 2005 ) angka kematian kematian perinatal adalah 307
/10.000 kelahiran hidup.
4. Aspek pencatatan
5. Aspek rujukan
Persalinan yang aman yaitu memastikan bahwa semua penolong mempunyai pengetahuan,
keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan
pelayanan nifas kepada ibu dan bayi (Saiffudin,dkk;2002). Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk
menulis tentang asuhan kepada ibu bersalin normal.
1. apa saja lima benag merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi?
2. Apa tujuannya?
6. Bagaimana pencacatan?
7. Bagaimana cara rujukan?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa-apa saja lima benag merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi
PEMBAHASAN
Ada lima aspek dasar atau lima benang merah yang penting dan saling terkait dalam asuhan
persalinan yang aman dan bersih. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik
normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut adalah :
3. Pencegahan infeksi
5. Rujukan
Lima benang merah ini akan selalu berlaku dalam penatalaksanaan persalinan, mulai dari kala
satu hingga kala empat termasuk penatalaksanaan bayi baru lahir.
Tujuan:
Membuat keputusan klinik tersebut dihasilkan melalui serangkaian proses dan metode yang
sistematik menggunakan informasi dan hasil dari olah kognitif dan intuitif serta dipadukan dengan
kajian teoritis dan intervensi berdasarkan bukti (evidence-based), keterampilan dan pengalaman yang
dikembangkan melalui berbagai tahapan yang logis dan diperlukan dalam upaya untuk menyelesaikan
masalah dan terfokus pada pasien (Varney, 1997)
Semua upaya diatas akan bermuara pada bagaimana kinerja dan perilaku yang diharapkan
dari seorang pemberi asuhan dalam menjalankan tugas dan pengamalan ilmunya kepada pasien atau
klien. Pengetahuan dan keterampilan saja ternyata tidak dapat menjamin asuhan atau pertolongan
yang diberikan dapat memberikan hasil maksimal atau memenuhi standar kualitas pelayanan dan
harapan pasien apabila tidak disertai dengan perilaku yang terpuji.
1. Pengumpulan data
Semua pihak yang terlibat mempunyai peranan penting dalam setiap langkah untuk membuat
keputusan klinik. Data utama (misalnya, riwayat persalinan), data subyektif yang diperoleh dari
anamnesis (misalnya, keluhan pasien), dan data obyektif dari pemeriksaan fisik (misalnya, tekanan
darah) diperoleh melalui serangkaian upaya sistematik dan terfokus. Validitas dan akurasi data akan
sangat membatu pemberi pelayanan untuk melakukan analisis dan pada akhirnya, membuat
keputusan klinik yang tepat. Data subyektif adalah informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang
dirasakannya, apa yang sedang dan telah dialaminya. Data subyektif juga meliputi informasi tambahan
yang diceritakan oleh anggota keluarga tentang status ibu, terutama jika ibu merasa sangat nyeri atau
sangat sakit. Data obyektif adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan
pemeriksaan/pengamatan terhadap ibu atau bayi baru lahir
4. Catatan medic
2. Interpretasi data untuk mendukung diagnosis atau identifikasi masalah
Setelah data dikumpulkan, penolong persalinan melakukan analisis untuk mendukung alur
algoritma diagnosis. Peralihan dari analisis data menuju pada pembuatan diagnosis bukanlah suatu
proses yang linier (berada pada suatu garis lurus) melainkan suatu proses sirkuler (melingkar) yang
berlangsung terus-menerus. Suatu diagnosis kerja diuji dan dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan
pengamatan dan pengumpulan data secara terus-menerus.
3. Pengetahuan esensial, intuisi dan pengalaman yang relevan dengan masalah yang ada
Diagnosis dibuat sesuai dengan istilah atau nomenklatur spesifik kebidanan yang mengacu
pada data utama, analisis data subyektif dan obyektif yang diperoleh. Diagnosis menunjukkan variasi
kondisi yang berkisar antara normal dan patologik yang memerlukan upaya korektif untuk
menyelesaikannya. Masalah memiliki dimensi yang lebih luas dan tidak mempunyai batasan yang
tegas sehingga sulit untuk segera diselesaikan. Masalah dapat merupakan bagian dari diagnosis
sehingga selain upaya korektif untuk diagnosis, juga diperlukan upaya penyerta untuk mengatasi
masalah.
Contoh:
Diagnosis: G2P1A0, hamil 37 minggu, ketuban pecah dini 2 jam
Masalah : kehamilan yang tidak diinginkan atau takut untuk menghadapi persalinan
Bagian ini dianalogikan dengan proses membuat diagnosis kerja setelah mengembangkan
berbagai kemungkinan diagnosis lain (diagnosis banding). Rumusan masalah mungkin saja terkait
langsung maupun tidak langsung terhadap diagnosis tetapi dapat pula merupakan masalah utama
yang saling terkait dengan beberapa masalah penyerta atau faktor lain yang berkontribusi dalam
terjadinya masalah utama
Dalam pekerjaan sehari-hari, penolong persalinan telah mengetahui bahwa seorang pasien
adalah primigravida dalam fase aktif persalinan (diagnosis). Selain dalam proses tersebut, sang ibu
juga memgalami anemia (masalah) dimana hal ini belum jelas apakah akibat defisiensi zat besi (nutrisi)
yang ini merupakan data tambahan untuk membuat diagnosis baru atau akibat budaya setempat
(faktor sosial yang kontributornya adalah rendahnya pendidikan) yang melarang ibu hamil
mengkonsumsi makanan bergizi.
Dengan kata lain, walaupun sudah ditegakkan diagnosis kerja tetapi bukan berarti bahwa tidak
ada masalah lain yang dapat menyertai atau mengganggu upaya pertolongan yang akan diberikan oleh
seorang penolong persalinan
Contoh:
Ibu hamil dengan hidramnion, bayi makrosomia, kehamilan ganda yang jelas secara diagnosis tetapi
masih dibarengi dengan masalah lanjutan walaupun kasus utamanya diselesaikan. Bayi besar yang
mungkin dapat dengan selamat dilahirkan oleh penolong persalinan harus tetap diwaspadai sebagai
faktor yang potensial untuk menimbulkan masalah, misalnya: bayi tadi mengalami hipoglikemia
karena makrosomia diakibatkan oleh ibu dengan diabetes melitus atau terjadi perdarahan
pascapersalinan karena makrosomia adalah faktor predisposisi untuk atonia uteri.
Petugas kesehatan di lini depan seperti bidan di desa, tidak hanya diharapkan terampil untuk
membuat diagnosis bagi pasien atau klien yang dilayaninya tetapi juga harus mampu mendeteksi
setiap situasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayinya. Untuk mengenali situasi
tersebut, para bidan harus pandai membaca situasi klinik dan masyarakat setempat sehingga mereka
tanggap dalam mengenali kebutuhan terhadap tindakan segera sebagai langkah penyelamatan ibu
dan bayinya apabila situasi gawatdarurat memang terjadi.
Upaya ini dikenal sebagai kesiapan menghadapi persalinan dan tanggap terhadap komplikasi
yang mungkin terjadi (birth preparedness and complication readiness). Dalam uraian-uraian
berikutnya, petugas pelaksana persalinan akan terbiasa dengan istilah rencana rujukan yang harus
selalu disiapkan dan didiskusikan diantara ibu, suami dan penolong persalinan.
Contoh:
Untuk menghadapi ibu hamil dengan preeklampsia berat dan tekanan darah yang cenderung
selalu meningkat maka seorang bidan harus berkonsultasi dengan tenaga ahli di rumah sakit atau
spesialis obstetri terdekat untuk menyiapkan tindakan/upaya yang dapat dilakukan bila sang ibu mulai
menunjukkan gejala dan tanda gawatdarurat. Pada keadaan tertentu, mungkin saja seorang bidan
harus menangani kasus distosia bahu tanpa bantuan siapapun. Apabila ia tidak pernah dilatih untuk
mengatasi hal itu atau ia tidak mengetahui tanda-tanda distosia bahu maka ia tidak pernah tahu
bahwa perlu disiapkan sesuatu (pengetahuan, keterampilan, dan rujukan) untuk mengatasi hal
tersebut. Hal yang paling buruk dan mungkin saja terjadi adalah sang bayi tidak dapat dilahirkan dan
kemudian meninggal dunia karena bidan tersebut berupaya melahirkan bayi tetapi ia tidak pernah
tahu bagaimana cara mengatasi hal tersebut.
Rencana asuhan atau intervensi bagi ibu bersalin dikembangkan melalui kajian data yang telah
diperoleh, identifikasi kebutuhan atau kesiapan asuhan dan intervensi, dan mengukur sumberdaya
atau kemampuan yang dimiliki. Hal ini dilakukan untuk membuat ibu bersalin dapat ditangani secara
baik dan melindunginya dari berbagai masalah atau penyulit potensial dapat mengganggu kualitas
pelayanan, kenyamanan ibu ataupun mengancam keselamatan ibu dan bayi.
Rencana asuhan harus dijelaskan dengan baik kepada ibu dan keluarganya agar mereka
mengerti manfaat yang diharapkan dan bagaimana upaya penolong untuk menghindarkan ibu dan
bayinya dari berbagai gangguan yang mungkin dapat mengancam keselamatan jiwa atau kualitas
hidup mereka.
Contoh:
6. Melaksanakan asuhan
Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan rencana tersebut secara tepat waktu dan
aman. Hal ini akan menghindarkan terjadinya penyulit dan memastikan bahwa ibu dan/atau bayinya
yang baru lahir akan menerima asuhan atau perawatan yang mereka butuhkan. Jelaskan pada ibu dan
keluarga tentang beberapa intervensi yang dapat dijadikan pilihan untuk kondisi yang sesuai dengan
apa yang sedang dihadapi sehingga mereka dapat membuat pilihan yang baik dan benar. Pada
beberapa keadaan, penolong sering dihadapkan pada pilihan yang sulit karena ibu dan keluarga
meminta penolong yang menentukan intervensi yang terbaik bagi mereka dan hal ini memerlukan
upaya dan pengertian lebih agar ibu dan keluarga mengerti bahwa hal ini terkait dengan hak klien dan
kewajiban petugas untuk memperoleh hasil terbaik
1. Bukti-bukti ilmiah
Asuhan atau intervensi dianggap membawa manfaat dan teruji efektif apabila masalah yang
dihadapi dapat diselesaikan atau membawa dampak yang menguntungkan terhadap diagnosis yang
telah ditegakkan. Apapun jenisnya, asuhan dan intervensi yang diberikan harus efisien, efektif, dan
dapat diaplikasikan pada kasus serupa dimasa datang. Bila asuhan atau intervensi tidak membawa
hasil atau dampak seperti yang diharapkan maka sebaiknya dilakukan kajian ulang dan penyusunan
kembali rencana asuhan hingga pada akhirnya dapat memberi dampak seperti yang diharapkan.
Ibu Siti, primigravida berusia 23 tahun, datang pada penolong persalinan dan mengatakan
bahwa ia sudah akan melahirkan.
Pengumpulan Data: pembahasan mengenai riwayat dan pemeriksaan fisik.
Data Subyektif:
3. Berapa lama tenggang waktu antara satu kontraksi dengan kontraksi lainnya ?
Jawaban ibu : Ya
Data Obyektif:
Penolong memeriksa:
Kontraksi
Ditemukan :Kontraksi uterus teraba satu kali dalam 10 menit dan setiap kontraksi
berlangsung kurang dari 20 detik.
Pemeriksaan abdomen
Ditemukan : Janin presentasi kepala, palpasi kepala 5/5, gerakan janin - terasa dan
Denyut Jantung Janin (DJJ) 136 kali /menit.
Pemeriksaan dalam
Ditemukan : Porsio lunak dan tebal, pembukaan 1 jari, teraba selaput ketuban. Tidak
terlihat cairan yang keluar dari dalam vagina.
Diagnosis:
Diagnosis, berdasarkan pada data yang dikumpulkan, menunjukkan bahwa Ibu Siti adalah
primigravida cukup bulan dalam fase laten persalinan, DJJ normal.
Asuhan atau intervesni : Asuhan Sayang Ibu, Penatalaksanaan Persalinan Fisiologis, Perawatan
Ambulatoir, Dukungan Fisik dan Psikis, Observasi Kemajuan Persalinan Fase Laten
Antisipaasi intervensi tambahan atau rujukan : tidak diperlukan karena hasil analisis
menunjukkan ini persalinan normal atau fisiologis
Penolong persalinan menenteramkan Ibu Siti dan menganjurkannya untuk mandi dan
beristirahat. Ibu Siti dianjurkan untuk memberitahu penolong persalinan jika kontraksinya datang
setiap 3 sampai 5 menit, jika ketubannya pecah atau jika ibu punya pertanyaan atau kekhawatiran.
Penolong persalinan akan mengkaji ulang (evaluasi) Ibu Siti 4 jam lagi dari saat itu, atau lebih cepat
jika Ibu Siti menghubunginya.
Evaluasi:
Tiga jam kemudian Ibu Siti datang lagi. Kontraksinya lebih teratur pada setiap 3 sampai 5 menit
selama satu jam. Penolong persalinan memeriksa ibu. Pembukaan serviks 4 cm, ada ‘show’, ketuban
utuh, palpasi kepala janin 3/5 dan DJJ 126 x/menit. Berdasarkan data yang dikumpulkan, penolong
persalinan mempertegas diagnosis awal dan bahwa rencana asuhan yang telah dilakukan sudah
sesuai.
Sekarang waktunya membuat diagnosis baru dan rencana asuhan atau perawatan
berdasarkan evaluasi terakhir. Ibu Siti adalah primigravida, cukup bulan, dalam fase aktif persalinan,
dengan normal DJJ. Rencana untuk asuhan ibu adalah pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi serta
kemajuan persalinan dengan berpedoman pada partograf (lihat bab 2), membesarkan hati dan
memberikan dukungan, menganjurkan ibu untuk bergerak bebas selama persalinan dan berganti
posisi untuk bergerak bebas selama persalinan dan bergantian posisi untuk kenyamanan, serta
menawarkan makan dan minum
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan
ibu. Cara yang paling mudah membayangkan mengenai asuhan sayang ibu adalah menanyakan pada
diri kita sendiri. ” seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan ?” atau ” apakah asuhan yang seperti
ini yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?”
Beberapa prinsip dasar asuhan ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika para
ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan
baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan
rasa aman dan hasil yang lebih baik (enkin, et al, 2000). Disebutkan pula bahwa hal tersebut diatas
dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan vakum, cunam, dan seksio cesar, persalinan
berlangsung lebih cepat (enkin, et al, 2000).
1. Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya
2. Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan tersebut
4. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir
6. Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tenteramkan perasaan ibu beserta anggota
keluarganya
7. Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan atau anggota keluarga yang lain selama persalinan
dan kelahiran bayinya
8. Ajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara – cara bagaimana mereka dapat
memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya
11. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi
12. Anjurkan ibu untuk minum dan makan ringan sepanjang ia menginginkannya
13. Hargai dan perbolehkan praktik – praktik tradisional yang tidak merugikan kesehatan ibu
14. Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomi, pencukuran
dan klisma
16. Membantu memulai pemberian ASI dalalm satu jam pertama setelah kelahiran bayi
2. Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan anjurkan pemberian ASI sesuai dengan
permintaan
3. Ajarkan ibu dan keluarga tentang nutrisi dan istirahat yang cukup setelah melahirkan
4. Anjurkan suami dan anggota keluarga untuk memeluk bayi dan mensyukuri kelahiran bayi
5. Ajarkan ibu dan anggota keluarga tentang gejala dan tanda bahaya yang mungkin terjadi dan anjurkan
mereka untuk mencari pertolongan jika timbul masalah atau rasa khawatir
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak tepisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan
selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk
melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan
mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan resiko
penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya seperti
hepatitis dan HIV AIDS.
2. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti hepatitis dan
HIV / AIDS
Penolong persalinan dapat terpapar hepatitis dan HIV di tempat kerjanya melalui
- Percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung, mulut atau melalui diskontinuitas
permukaan kulit (missalnya luka atau lecet yang kecil)
- Luka tusuk yang di sebabkan oleh jarum yang sudah terkontaminasi atau peralatan tajam
lainnya, baik pada saat prosedur di lakukan ataunpada saat proses peralatan.
” Semua usaha mencegah masuknya mikroorganisme ke tubuh yang berpotensi untuk menimbulkan
infeksi dengan cara mengurangi atau menghilangkan sejumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan,
dan benda mati ( alat ). ”
b. Antisepsis
” Pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
kulit dan jaringan tubuh dengan menggunakan larutan antiseptik misalnya yodium ( 1-3% ), alkohol (
60-90% ), hibiclon, savlon, dan betadine. ”
c. Dekontaminasi
” Tindakan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai
benda yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. ”
” Tindakan – tindakan untuk menghilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda asing
misalnya debu, kotoran dari kulit atau instrumen atau peralatan. ”
e. Desinfeksi
” Tindakan untuk menghilangkan hampir semua atau sebagian besar mikroorganisme dari benda mati.
”
” Tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme ( kecuali beberapa bakteri endospora ) pada
benda mati atau instrumen. ”
g. Sterilisasi
” Tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk endospora bakteri pada benda
mati atau instrumen. ”
3. Permukaan benda disekitar kita, perawatan dan benda-benda lainnya yang akan dan telah
bersentuhan dengan permukaan kulit yang lecet harus diaanggap terkontaminasi
4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses harus dianggap
masih terkontaminasi
a. Cuci tangan dengan benar yaitu dengan 7 langkah setiap sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah ( kulit tak utuh, selaput mukosa,
darah atau cairan tubuh lainnya), peralatan, sarung tangan atau sampah yang terkontaminasi.Ada 3
macam sarung tangan, yaitu :
Untuk prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan di bawah kulit
seperti persalinan, penjahitan vagina atau pengambilan darah.
Untuk mencuci peralatan, menangani sampah, juga membersihkan darah dan cairan tubuh
”Jangan gunakan sarung tangan yang sudah retak, tipis atau ada lubang dan robekan. Buang dan
gunakan sarung tangan yang lain”.
Memakai APD ( alat pelindung diri ) seperti kaca mata pelindung, masker wajah, penutup kepala, celemek,
dan sepatu boots yang digunakan untuk menghalangi atau membatasi petugas dari percikan cairan
tubuh, darah atau cidera selama melaksanakan prosedur klinik.
- Dekontaminasi
Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda – benda tajam
Sterilisasi
Metode alternatif
DTT
1. Letakkan benda – benda tajam di atas baki steril atau DTT atau dengan menggunakan
” daerah aman ” yang sudah ditentukan ( daerah khusus untuk meletakkan dan
mengambil peralatan tajam )
2. Hati – hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tidak
sengaja
3. Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit. Jangan pernah meraba
jarum ujung atau memegang jarum jahit dengan tangan
4. Jangan menutup kembali, melengkungkan, mematahkan atau melepaskan jarum yang
akan dibuang
5. Buang benda – benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan perekat jika
sudah 2/3 penuh dan harus dibakar dalam insinerasi
6. Jika benda – benda tajam tidak bisa dibuang secara aman dengan cara insinerasi, bilas
3 kali dengan larutan klorin 0,5 % ( dekontaminasi ), tutup kembali menggunakan
teknik satu tangan dan kemudian kuburkan.
1. Cuci tangan
2. Sarung tangan
5. Penganganan peralatan tajam secara aman (menggunakan botol plastic tertutup dan wadah)
Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan dan
dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis dan membuat rencana asuhan atau perawatan
bagi ibu atau bayinya.
3. Sebagai catatan permanen tentang asuhan, perawatan dan obat yang diberikan
4. Dapat dibagikan di antara para penolong persalinan sehingga lebih dari satu penolong persalinan akan
memberikan perhatian dan asuhan pada ibu atau bayi baru lahir
5. Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya, dari satu
penolong persalinan ke penolong persalinan lainnya, atau dari seorang penolong persalinan ke fasilitas
kesehatan lainnya.
7. Diperlukan untuk memberi masukan data statistiknasional dan daerah, termasuk catatan kematian
dan kesakitan ibu atau bayi baru lahir
c. Paraf atau tanda tangan ( dari penolong persalinan ) pada semua catatan
d. Mencakup informasi yang berkaitan secaratepat, dicatat dengan jelas dan dapat dibaca
e. Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu siap tersedia
Ibu harus diberikan salinan catatan ( catatan klinik antenatal, dokumen – dokumen rujukan,
dan lain – lain ) beserta panduan yang jelas mengenai :
b. Jika tidak dicatat, maka dapat dianggap bahwa asuhan tersebut tidak dilakukan
c. Pastikan setiap partograf bagi setiap pasien diisi dengan lengkap dan benar
1.5 RUJUKAN
Rujukan diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir.Syarat bagi
keberhasilan upaya penyelamatanyaitu kesiapan untuk merujuk bayi dan atau bayinya ke fasilitas
kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi).
Setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu untuk
melaksanakan kasus kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir seperti :
b. Transfusi darah
e. Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bagi bayi baru lahir
Adapun yang wajib untuk diketahui oleh setiap penolong persalinan, antara lain :
c. Biaya pelayanan
Oleh karena sangat sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi, maka pada saat ibu
melakukan kunjungan antenatal anjurkan ibu untuk membahas dan membuat rencana rujukan
bersama suami dan keluarganya. Dan tawarkan agar penolong mempunyai kesempatan untuk
berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan tentang perlunya rencana
rujukanapabila diperlukan.
Ada beberapa persiapan – persiapan dan informasi yang harus dimasukkan dalam rencana
rujukan, antara lain :
b. Tempat – tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga ?
( jika ada lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai
berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan )
c. Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mengendarainya.( ingat bahwa
transportasi harus tersedia segera, baik siang maupun malam kapan pun waktunya)
d. Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transfusi darah diperlukan
e. Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat – obatan dan bahan – bahan
f. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak – anak yang lain pada saat ibu tidak di rumah
Dari beberapa persiapan – persiapan dan informasi yang harus dimasukkan dalam rencana
rujukan, untuk memudahkan bagi penolong untuk mengingat hal – hal penting tersebut maka terdapat
singkatan BAKSOKUP ataupunBAKSOKUDA.
B : BIDAN
A : ALAT
K : KELUARGA
S : SURAT
O : OBAT
K : KENDARAAN
U : UANG
P : PAKAIAN
D : DARAH
A : DOA
Kaji ulang rencana rujukan pada ibu dan keluarganya selama ibu melakukan kunjungan asuhan
anttenatal atau awal persalinan ( jika mungkin ). Jika ibu belum membuat rencana rujukan selama
kehamilannya, maka penting untuk mendiskusikan rencana tersebut dengan ibu dan keluarganya di
awal persalinan.
Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan
ibu dan bayi baru lahir.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ada lima aspek dasar atau lima benang merah yang penting dan saling terkait dalam asuhan
persalinan yang aman dan bersih. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik
normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut adalah :
c. Pencegahan infeksi
e. Rujukan
3.2 SARAN
Sebaiknya kita sebagai tenaga kesehatan harus lebih memperhatikan dan lebih meningkatkan
kinerjanya sesuai dengan prinsip lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 2008. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: JHPIEGO