Anda di halaman 1dari 36

Lima Benang Merah APN

Clinical Decision Making, Mother-Baby Friendly Care, Infection


Prevention, Medical Record, Timely Referral

APN RefresherTraining, JNPK, 2019


Lima Benang Merah APN

• Membuat Keputusan Klinik


• Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi
• Pencegahan Infeksi
• Pencatatan (Rekam Medik) Asuhan Persalinan
• Rujukan
Tujuan Sesi

• Memahami langkah-langkah pengambilan


keputusan klinik
• Menjelaskan asuhan sayang ibu dan bayi
• Menjelaskan prinsip dan praktik pencegahan
infeksi
• Menjelaskan manfaat dan cara pencatatan medik
asuhan persalinan
• Menjelaskan hal-hal penting dalam melakukan
rujukan
Membuat Keputusan Klinik
• Proses untuk menentukan dan upaya menyelesaikan
masalah
• Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik
bagi pasien dan keluarganya maupun petugas yang
memberikan pertolongan.
• Keputusan klinik dibuat melalui serangkaian proses dan
metode sistematik serta menggunakan informasi dan hasil
olah kognitif-intuitif dari:
– kajian teoritis dan intervensi berdasarkan bukti (evidence-
based),
– keterampilan dan pengalaman yang dikembangkan melalui
berbagai tahapan logis untuk menyelesaikan masalah dan
terfokus pada pasien (Varney, 1997)
7 Langkah Utama Membuat Keputusan Klinik

1. Pengumpulan data untuk membuat keputusan


2. Interpretasikan data dan identifikasi masalah
3. Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang
terjadi
4. Menilai perlunya intervensi pemecahan masalah
5. Menyusun rencana asuhan atau menyelesaikan
masalah
6. Melaksanakan asuhan/intervensi terpilih
7. Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan
atau intervensi
1. Pengumpulan Data

• Data subyektif adalah informasi yang diceritakan


ibu tentang apa yang dirasakannya, apa yang
sedang dan telah dialaminya.
– Data subyektif juga meliputi informasi tambahan
yang diceritakan oleh anggota keluarga tentang
status ibu (nyeri/sakit, pingsan, perdarahan).
• Data obyektif adalah informasi yang dikumpulkan
berdasarkan pemeriksaan/pengamatan terhadap
ibu atau bayi baru lahir
Cara memperoleh informasi

• Anamnesis dan observasi langsung


– bertanya
– mengamati perilaku ibu
– mendengarkan keluhan
• Pemeriksaan fisik: inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi
• Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan
laboratorium, USG, Rontgen, dsb.
• Catatan medik
Informasi Subyektif
Sangat dipengaruhi oleh emosi pasien

• Marah
– Pasien yang marah akan lebih banyak memberikan
informasi yang kurang akurat dan cenderung menjadikan
petugas sebagai seteru
• Sakit
– Pasien tidak banyak memberikan tanggapan terhadap
pertanyaan dan lebih banyak menjerit daripada
memberikan informasi
• Apatis
– Pasien merasa petugas tidak banyak menolong dan hanya
melaksanakan tugas semata sehingga tidak memberikan
informasi yang logis atau rasional
Koreksi Informasi Subyektif

Terkait dengan kemungkinan diperolehnya


informasi yang kurang akurat, dianjurkan agar:

– Mendapatkan informasi dari orang terdekat yang


melihat langsung situasi yang terjadi
– Melihat proxy (informasi pengganti yang dapat
mewakili kondisi yang sesungguhnya).
– Menunggu tekanan psikis atau emosi mereda
(upaya ini tidak sesuai untuk kondisi emergensi)
Informasi Obyektif

Kualitas dan kepercayaan perolehan informasi


obyektif sangat dipengaruhi oleh:

• Kompetensi petugas yang melakukan


wawancara dan pemeriksaan
• Nalar (intuisi) petugas kesehatan untuk
memperoleh informasi obyektif.
• Cara penilaian yang sesuai dengan ketentuan
yang ada (standar)
2. Interpretasi dan Analisis Data
• Analisis dan diagnosis bukan proses yang linier (berada
pada suatu garis lurus) melainkan proses sirkuler
(melingkar) dan berkelanjutan
Suatu diagnosis kerja diuji dan dipertegas atau dikaji
ulang berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data
secara terus-menerus.

• Untuk membuat diagnosis dan identifikasi masalah,


diperlukan:
– Data yang lengkap dan akurat
– Kemampuan untuk menginterpretasi/analisis data
– Pengetahuan esensial, intuisi dan pengalaman yang relevan
dengan masalah yang ada
1. Identifikasi 1. Identifikasi 1. Identifikasi
kasus kasus kasus

5. Evaluasi dan 5. Evaluasi dan 5. Evaluasi dan


Siklus analisis 2. Pengumpulan2. Pengumpulan2. Pengumpulan
penyempurnaanpenyempurnaan penyempurnaan
dan data data data
Siklus analisis dan
pembuatan pembuatan
diagnosis diagnosis
(repeated cycle (repeated cycle
and move) and move)

4. Rekomendasi 4. Rekomendasi 4. Rekomendasi


dan tindak lanjut
dan tindak lanjut 3. Analisis
dan tindak lanjut 3. Analisis Temuan
Temuan 3. Analisis Temuan
Diagnosis dan Masalah

• Diagnosis menunjukkan variasi kondisi yang


berkisar antara normal dan patologik sehingga
perlu upaya korektif untuk menyelesaikannya.
• Masalah memiliki dimensi luas dan mungkin di
luar konteks sehingga keterkaitannya kadang-
kadang tidak jelas dengan diagnosis sehingga sulit
diselesaikan.
• Masalah obstetrik merupakan bagian dari
diagnosis sehingga perlu upaya korektif dan
penyerta untuk mengatasi masalah.
Contoh Kasus
– Diagnosis: G2P1A0, hamil 37 minggu, ketuban
pecah dini 2 jam
– Masalah : kehamilan yang tidak diinginkan atau
takut untuk menghadapi persalinan

Masalah yang disebutkan diatas sepertinya tidak ada kaitannya


dengan proses persalinan tetapi jika ditinjau dari Hak Azazi
Manusia dan kemajuan persalinan maka kehamilan yang tidak
diinginkan dan takut menghadapi persalinan akan membuat ibu
ingin persalinan segera diselesaikan atau malahan tidak ingin
bayinya dilahirkan
3. Menetapkan Diagnosis

• Buat diagnosis kerja dan diagnosis banding


• Rumusan masalah dapat terkait langsung atau tak
langsung dengan diagnosis tetapi mungkin adalah
masalah utama yang terkait dengan beberapa masalah
penyerta atau faktor lain penyebab masalah utama
• Contoh:
– Ibu hamil dengan hidramnion, makrosomia, dan hamil
ganda yang jelas secara diagnosis tapi masalah mungkin
berlanjut walaupun persalinan dapat diselesaikan
(hipoglikemia bayi akibatkan ibu DM atau ibu mengalami
perdarahan akibat atonia uteri)
Ibu hamil dengan hidramnion, makrosomia, dan hamil
ganda dengan penyulit hipoglikemia bayi dari ibu DM
atau ibu mengalami perdarahan akibat atonia uteri

– Ada masalah yang dapat diselesaikan menurut


penyebabnya (teknis) tetapi hal itu tidak dapat
menyelesaikan semua masalah (biologis) sehingga
petugas harus memilih prioritas, mana yang harus
diselesaikan segera dan mana yang akan ditindak-
lanjuti kemudian
4. Menilai kebutuhan & kesiapan
intervensi
• Petugas kesehatan di lini depan, tidak hanya
terampil membuat diagnosis tetapi juga mampu
mendeteksi situasi yang mengancam keselamatan
jiwa ibu dan bayinya.
• Petugas harus pandai membaca situasi klinik dan
budaya masyarakat setempat sehingga mereka
tanggap dalam mengenali kebutuhan terhadap
tindakan segera jika situasi gawat terjadi.
• Birth Preparedness and Complication Readiness
Menilai Kebutuhan

Kebanyakan petugas hanya fokus pada pasien


dan bayi yang akan dilahirkan tetapi sedikit
sekali yang memperhatikan tentang sumber
daya (resources) yang tersedia dan mengukur
kemampuannya untuk menangani persalinan
dan melakukan analisis tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi yang tidak dapat segera
ditangani
Contoh:
• Untuk ibu hamil dengan preeklampsia berat, bidan
harus berkonsultasi dengan dokter spesialis obstetri
terdekat untuk menyiapkan rujukan/tindakan saat
timbul gejala dan tanda gawat darurat.
• Pada keadaan tertentu, mungkin seorang bidan
harus menangani distosia bahu tanpa bantuan
siapapun.
• Jika ia tidak terlatih untuk mengatasi hal tersebut
maka bayi tak dapat diselamatkan atau dilahirkan
5. Menyusun Rencana Asuhan
• Rencana asuhan atau intervensi dikembangkan
melalui kajian data, identifikasi kebutuhan, kesiapan
asuhan dan intervensi, dan mengukur kemampuan
sumber daya yang dimiliki.
• Hal ini dilakukan agar ibu bersalin dapat ditangani
secara baik dan terlindung dari berbagai masalah
yang dapat mengganggu kualitas pelayanan,
kenyamanan ibu, dan keselamatan ibu dan bayi.
Contoh asuhan
Asuhan Kala I
• denyut jantung janin: setiap ½ jam
• frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam
• nadi: setiap ½ jam

Asuhan pada Tali Pusat Menumbung


• Pemberian oksigen nasal 6L/menit
• Meninggikan bokong dan mengisi vesika urinaria
• Pemantauan DJJ
6. Melaksanakan Asuhan

• Rencana asuhan harus dilaksanakan secara tepat


waktu dan aman.

• Hindarkan penyulit dan pastikan ibu dan/atau bayi


baru lahir akan menerima asuhan atau perawatan
yang mereka butuhkan.

• Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang beberapa


intervensi yang dapat dijadikan pilihan untuk kondisi
yang sedang dihadapi
Faktor-Faktor Yang Menentukan Pilihan Asuhan

• Bukti-bukti ilmiah
• Rasa percaya ibu terhadap penolong
persalinan
• Pengalaman saudara atau kerabat untuk kasus
yang serupa
• Tempat dan kelengkapan fasilitas kesehatan
• Biaya yang diperlukan
• Akses ke tempat rujukan
• Luaran dari sistem dan sumberdaya yang ada
7. Evaluasi
Hasil Asuhan
• Asuhan atau intervensi dianggap membawa manfaat dan
teruji efektif jika masalah dapat diselesaikan/membawa
dampak menguntungkan terhadap diagnosis
• Apapun jenisnya, asuhan dan intervensi yang diberikan
harus efisien, efektif, dan dapat diaplikasikan pada kasus
serupa dimasa datang.
• Jika asuhan atau intervensi tidak membawa hasil yang
memuaskan maka lakukan kajian ulang dan susun kembali
rencana asuhan hingga dapat memberikan dampak seperti
yang diharapkan.
Asuhan Sayang Ibu dalam Persalinan

• Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan sesuai


martabatnya.
• Jelaskan semua asuhan dan perawatan sebelum memulai
asuhan.
• Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
• Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa
takut atau khawatir.
Asuhan …

• Dengarkan dan tanggapi pertanyaan/kekhawatiran


ibu.
• Berikan dukungan, perhatian, dan tenteramkan hati
ibu dan keluarganya.
• Anjurkan suami/keluarga mendampingi ibu selama
persalinan dan kelahiran bayinya.
• Secara konsisten lakukan praktik-praktik pencegahan
infeksi yang efektif.
Asuhan …

• Hargai privasi ibu.


• Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama
persalinan dan kelahiran bayi.
• Anjurkan ibu untuk minum dan makan sepanjang ia
menginginkannya.
• Hargai dan perbolehkan praktik tradisional yang tidak
merugikan kesehatan ibu.
• Hindari tindakan yang berlebihan dan mungkin
membahayakan
• Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera
mungkin.
• Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam
pertama setelah bayi lahir.
• Siapkan rencana rujukan (jika diperlukan).
• Persiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik
Asuhan Sayang Ibu-Bayi Pascapersalinan

• Anjurkan ibu selalu berdekatan dengan bayinya (rawat


gabung).
• Bantu ibu menyusukan bayinya, berikan ASI seperti yang
diinginkan bayinya dan ajarkan tentang ASI eksklusif.
• Ajarkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat
yang cukup setelah melahirkan
• Anjurkan suami dan keluarganya untuk memeluk dan
mensyukuri kelahiran bayi.
• Ajarkan ibu dan keluarganya tentang gejala-tanda bahaya
yang mungkin terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari
pertolongan jika timbul masalah.
Pencegahan Infeksi

• Pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari


komponen-komponen lain dalam asuhan selama
persalinan dan kelahiran bayi.

• Diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk


melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong
persalinan dan tenaga kesehatan lainnya.

• Dilakukan juga upaya untuk menurunkan risiko


transmisi penularan penyakit-penyakit berbahaya
dan belum ada obatnya (mis. HIV/AIDS).
Prinsip Pencegahan Infeksi
• Setiap orang dianggap potensial dapat menularkan
penyakit (infeksi asimptomatik).
• Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi.
• Benda-benda yang terpapar dengan sekret, mukosa
lecet, dan darah harus dianggap terkontaminasi.
• Permukaan, peralatan, benda lain, yang tidak dapat
dipastikan telah diproses maka semuanya dianggap
terkontaminasi.
• Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi
dapat dikurangi jika upaya PI benar dan konsisten.
Upaya PI dapat berupa:

• Cuci tangan
• Memakai sarung tangan/Alat Pelindung Diri
• Menggunakan teknik asepsis atau antiseptik
• Memproses alat bekas pakai
• Menangani peralatan tajam dengan aman
• Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan
Contoh Praktik Terbaik Cuci Tangan
Cuci tangan harus dilakukan:
• segera setelah tiba di tempat kerja
• sebelum dan sesudah kontak fisik langsung dengan
pasien
• sebelum memakai dan setelah melepas sarung tangan
• tersentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh
darah, cairan tubuh, selaput mukosa, dsb. meskipun
saat itu sedang menggunakan sarung tangan
• setelah ke kamar mandi atau jamban (toilet)
• sebelum pulang kerja
• sebelum memberikan makanan
Proses Peralatan Bekas Pakai
BAKSOKU dalam konteks rujukan

B: (Bidan) Pastikan ibu-bayi didampingi petugas kompeten


A: (Alat) Bawa perlengkapan dan bahan-bahan saat merujuk
K: (Keluarga) Beritahu ibu-keluarga tentang alasan dirujuk.
S: (Surat) Berikan surat pengantar dan dokumen terkait.
O: (Obat) Bawa obat-obat esensial yang mungkin diperlukan.
K: (Kendaraan) Siapkan kendaraan untuk merujuk pasien
U: (Uang) Ingatkan untuk membawa cukup uang.

Anda mungkin juga menyukai