Anda di halaman 1dari 32

LIMA BENANG

MERAH DALAM Pengantar Asuhan Kebidanan


Lani Nurlita, M.Tr.Keb

PERSALINAN
Lima Benang Merah dalam Asuhan
Persalinan Normal

1.Membuat Keputusan Klinik


2.Asuhan Sayang Ibu dan Bayi
3.Pencegahan infeksi
4.Rekam Medik (Dokumentasi)
5.Sistem Rujukan Efektif
Membuat Keputusan Klinik

Pengumpulan data
• Subyektif
• Obyektif
Diagnosis kerja
Penatalaksanaan klinik
Evaluasi hasil implementasi tatalaksana
Konsep Sayang Ibu dan Bayi

• Persalinan merupakan peristiwa alami


• Sebagian besar persalinan umumnya akan berlangsung
normal
• Penolong memfasilitasi proses persalinan
• Tidak asing, bersahabat, rasa saling percaya, tahu dan
siap membantu kebutuhan klien, memberi dukungan
moril, dan kerjasama semua pihak (penolong-klien-
keluarga)
Pencegahan Infeksi

• Kewaspadaan Standar
• Mencegah terjadinya dan transmisi penyakit
• Proses Pencegahan Infeksi Instrumen dan Aplikasinya
dalam Pelayanan
• Budaya Bersih dan Lingkungan yang Aman
Tujuan pencegahan infeksi dalam
pelayanan asuhan kesehatan

• Tindakan pencegahan infeksi (P1) tidak terpisah dan komponen-


komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi.
Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk
melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan
tenaga kesehatan lainnya dengan jalan menghindarkan transinisi
penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Juga upaya-
upaya untuk menurunkan risiko terjangkit atau terinfeksi
inikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya
yang hingga kini belum ditemukan cara pengobatannya, seperti
inisalnya Hepatitis dan HIV/AIDS.
Tindakan-tindakan pencegahan infeksi dalam
pelayanan asuhan kesehatan:
• meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh inikroorganisme.
• menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam jiwa
seperti hepatitis dan HIV/AIDS .
• Di masa lalu, tujuan utama pencegahan infeksi adalah untuk
mencegah infeksi serius pascabedah. Meskipun infeksi serius
pascabedah masih merupakan masalah di banyak negara,
munculnya HIV/AIDS dan masalah berkelanjutan akibat
hepatitis telah mengubah secara dramatik fokus pencegahan
infeksi. Karena HIV dan hepatitis makin sering terjadi, risiko
terinfeksi penyakit-penyakit tersebut juga akan semakin
meningkat.
Rekam Medik (Dokumentasi)
• Kelengkapan status klien
• Anamnesis, prosedur dan hasil pemeriksaan fisik,
laboratorium, dan uji atau penapisan tambahan
lainnya
• Partograf sebagai instrumen membuat keputusan
dan dokumentasi klien
• Kesesuaian kondisi klien dan prosedur klinik
• Upaya dan Tatalaksana Rujukan yang diperlukan
Sistem Rujukan

• Alasan keperluan rujukan


• Jenis rujukan (darurat atau optimal)
• Tatalaksana Rujukan
• Upaya yang dilakukan selama merujuk
• Jaringan pelayanan dan pendidikan
• Menggunakan Sistem Umum atau Sistem Internal Rujukan
Kesehatan
A. PENGAMBILAN
KEPUTUSAN KLINIK
• Sesuai anjuran WHO yang menyarankan, untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan setiap tenaga
kesehatan harus menggunakan pendekatan proses
pengambilan keputusan klinis berdasarkan evidance based
dalam praktiknya.
Tindakan-tindakan pencegahan infeksi
termasuk hal-hal berikut :

• cuci tangan
• meinakai sarung tangan
• memakai perlengkapan pelindung (celemeklbaju penutup, kacamata,
sepatu tertutup)
• menggunakan asepsis atau teknik aseptik
• memproses alat bekas pakai
• menangani peralatan tajam dengan aman
• menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan
sampah secara benar
• Cuci tangan
1. Pengertian dan Kegunaan

• Pengambilan keputusan klinis yang dibuat oleh seorang


tenaga kesehatan sangat menentukan kualitas pelayanan
kesehatan
• Pengambilan keputusan klinis dapat terjadi mengikuti suatu
proses yang sistemetis, logis dan jelas
• Proses pengambilan keputusan klinis dapat dijelaskan,
diajarkan dan dipraktikkan secara gamblang.
• Kemampuan ini tidak hanya tergantung pada pengumpulan
informasi, tetapi tergantung juga pada kemampuan untuk
menyusun, menafsirkan dan mengambil tindakan atas dasar
informasi yang didapat saat pengkajian
• Kemampuan dalam pengambilan keputusan klinis sangat tergantung
pada pengalaman, pengetahuan dan latihan praktik
• Ketiga faktor ini sangat berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan klinis yang dibuat sehingga menentukan tepat tidaknya
tindakan yang petugas kesehatan berikan pada klien.
• Seorang tenaga klinis apabila dihadapkan pada situasi
dimana terdapat suatu keadaan panik, membingungkan
dan memerlukan keputusan cepat (biasanya dalam kasus
emergency ) maka 2 hal yang dilakukan :
a.Mempertimbangkan satu solusi berdasarkan pengalaman
dimasa lampau.
b.Meninjau simpanan pengetahuan yang relevan dengan
keadaan ini dalam upaya mencari suatu solusi
• Apabila tidak ada pengalaman yang dimiliki dengan
situasi ini dan simpanan pengetahuan belum
memadai , maka tenaga klinis tersebut akan
mengalami kebingungan dan tidak mampu
memecahkan masalah yang ada. Oleh karena itu
tenaga kesehatan harus terus menerus
memperbaharui pengetahuannya, sambil melatih
terus keterampilannya dengan memberikan jasa
pelayanan klinisnya.
• Pengambilan keputusan klinis ini sangat erat kaitannya dengan
proses manajemen kebidanan karena dalam proses manajemen
kebidanan seorang Bidan dituntut untuk mampu membuat
keputusan yang segera secara tepat dan cepat agar masalah
yang dihadapi klien cepat teratasi
• Dalam pengambilan keputusan klinis langkah-langkah yang
ditempuh sama dengan langkah-langkah manajemen kebidanan
karena keduanya menggunakan pendekatan pemecahan
masalah
2. Langkah-langkah dalam pengambilan
keputusan klinis

a. Penilaian ( Pengumpulan Informasi )


Langkah pertama dalam pengambilan keputusan klinis adalah menilai /
menggali keluhan utama klien , keluhan utama ini mengarah kepada
masalah yang lebih penting atau merupakan dasar dari masalahnya.
contohnya :
a. Seorang ibu hamil usia kehamilan 9 bulan datang dengan
keluhan : susah tidur dan mata berkunang-kunang
b. Ibu datang hamil 9 bulan mengeluh mules dan keluar
lendir sejak 6 jam yang lalu.
b. Diagnosis ( Menafsirkan Informasi /
menyimpulkan hasil pemeriksaan)
Setelah mengumpulkan beberapa informasi , tenaga
kesehatan mulai merumuskan suatu diagnosis defferensial
(diagnosa banding). Diagnosis defferensial ini merupakan
kemungkinan – kemungkinan diagnosa yang akan
ditetapkan
contohnya:
•diagnosa banding pada kasus diatas, pada saat ibu mengeluh
pusing diagnosa banding yang muncul kemungkinan ibu
kurang tidur, kurang makan, stress, anemi atau pre eklamsi.
• Dari diagnosa differensial ini tenaga kesehatan mungkin perlu data
tambahan atau hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lainnya. Untuk membantu menentukan diagnosis kerja
dari kemungkinan diagnose yang ada
contoh :
• bila ditemukan hB < 8 gr, tensi 100/60, protein – , maka diagnosa
yang dapat diambil : anemia, (diagnosa ini sudah merupakan
diagnosa kerja).
c. Perencanaan (Pengembangan
Rencana)
• Setelah memutuskan diagnose kerja , maka tenaga
kesehatan akan memilih perencanaan pengobatan atau
asuhan. Dalam perencanaan ini bisa ditemukan beberapa
pilihan yang perlu dipertimbangkan risiko dan
keuntungannya
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan
prioritas perencanaan adalah :
•Pengalaman tenaga kesehatan
•Penelitian dan bukti-bukti klinis (evidence based)
•Nilai-nilai yang dianut tenaga kesehatan bersangkutan
•Ketidak jelasan yang disebabkan tidak adanya atau tidak
lengkapnya data.
Contoh :
•Sebagai contoh, untuk ibu yang sedang mengalami
perdarahan paska persalinan , anda akan memutuskan
apakah langkah terbaik untuk pengobatannya adalah
memberikan oxytocin, atau melakukan kompresi
bimanual. Keputusannya akan didasarkan pada jumlah
perdarahan , obat-obat yang tersedia, keberhasilan
pengobatan terdahulu yang menggunakan cara yang sama
serta informasi – informasi lainnya. Anda akan
mempertimbangkan konsekuensinya yang positif, yang
bisa timbul dari masing-masing alternatif pengobatan.
d. Intervensi ( Melaksanakan
Rencana )
• Langkah berikutnya dalam pengambilan keputusan klinis setelah
merencanakan pilihan tindakan yang akan dilakukan adalah
melaksanakan pengobatan atau asuhan yang telah ditentukan.
Dalam melaksanakan langkah ini perlu mengacu pada protokol
atau prosedur yang telah dibuat dan di standarisasi. Dalam
melaksanalkan tindakan pada klien, perlu memperhatikan reaksi /
respon klien terhadap tindakan yang diberikan. Tindakan
pemantauan tersebut akan menghasilkan data untuk langkah
berikutnya.
e. Evaluasi ( Mengevaluasi
Rencana Asuhan )
• Dalam langkah evaluasi pengambilan keputusan klinis, rencana tindakan/pengobatan
yang dipilih untuk diagnosisnya harus dievaluasi untuk mengetahui apakah sudah efektif
atau tidak

contoh
dalam kasus diatas setelah diberikan oxytocin dievaluasi apakah kontraksi uterus menjadi
baik sehingga perdarahan berkurang atau tetap.Jika belum efektif maka pilihan tindakan
lain perlu dipertimbangkan dan perencanaan, intervensi dan evaluasi mengikuti satu pola
yang bersifat sirkuler (berulang) yang banyak persamaannya dengan proses penilaian dan
diagnosis bila tetap uterus lembek dan perdarahan banyak, maka tindakan lain diberikan,
misalnya kompresi bimanual.
MEMBUAT KEPUTUSAN
KLINIK
Ada 5 dasar asuhan persalinan yang bersih dan aman, yaitu :
1.Membuat keputusan klinik
2.Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
3.Pencegahan infeksi
4.Pencatatan (rekam medis)
5.Rujukan
A. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk
merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir.

Ada 4 langkah proses pengambilan keputusan klinik, yaitu :


1. Pengumpulan data
a. Data subjektif
b. Data objektif
2. Diagnosis
3. Penatalaksanaan asuhan atau perawatan
a. Membuat rencana
b. Melaksanakan rencana
4. Evaluasi
Pencatatan (dokumentasi)
• Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayinya. Jika
asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa tidak pernah dilakukan asuhan
yang dimaksud. Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat
keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus
menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisis
data yang telah dikumpu dan dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu
diagnosis serta membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu atau bayinya.
Partograf adalah bagian terpenting dan proses pencatatan selama persalinan.
Lihat bagian mengenai Partograf di Bab 2 untuk penjelasan lengkap mengenai
partograf.
Rujukan
• Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas
kesehatan rujukan atau yang memiliki sarana lebih Iengkap
diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi
baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan
normal, namun sekitar 10- 15% di antaranya akan mengalami
masalah selama proses persalinan dan kelahiran Sehingga
perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Sangatlah sulit
untuk menduga kapan penyulit akan terjadi, sehingga
kesiapan untuk merujuk ibu dan/atau bayinya ke fasilitas
kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika
penyulit terjadi.
Setiap tenaga penolong/fasilitas pe!ayanan, harus mengetahui
lokasi fasilitas rujukan terdekat yang mampu untuk melayani
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir seperti :

• Pembedahan, termasuk bcdah sesar


• Transfusi darah
• Persalinan menggunakan ekstraksi vakum atau cunam
• Antibiotik IV
• Resusitasi bayi haru lahir dan asuhan lanjutan bayi baru lahir
TERIMA KASIH Pengantar Asuhan Kebidanan

ADA PERTANYAAN? Lani Nurlita, M.Tr.Keb

Anda mungkin juga menyukai