Dokumentasi kebidanan
Oleh :
Aswita, S.si.T
Proses ini membantu para bidan dalam memberikan asuhan yang aman dan
bermutu.
Berikut ini 7 langkah manajemen asuhan kebidanan dan contoh-contohnya.
Langkah I : Pengkajian
Pada langkah pertama ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien seperti :
hasil anamnese dengan klien, suami/ keluarga, hasil pemeriksaan fisik dan
hasil pemeriksaan lab.
Contoh informasi yang perlu digali ada pada formulir pengkajian di bawah ini.
Formulir ini merupakan bagian yang tidak terpisah dari catatan rekam medis
yang ada di rumah sakit, puskesmas ataupun tempat pelayanan kebidanan
lain.
Pada langkah ini bidan menganalisa data-data yang diperoleh pada langkah
pertama, menginterpretasikannya secara akurat dan logis, sehingga dapat
merumuskan diagnosa/ masalah kebidanan.
Contoh I :
Data :
Ibu tidak haid selama 3 bulan, mual dan muntah, plano test (+), anak ke 2, anak
pertama berumur 1 tahun, ibu belum menginginkan kehamilan kedua ini, ibu
sering merasa pusing, susah tidur dan malas makan.
Diagnosa :
Ibu kemungkinan hamil G II, P I, A 0, 12 minggu.
Masalah :
kehamilan tidak diinginkan
Contoh II
Data :
Ibu merasa hamil 8 bulan, hamil pertama, tinggi fundus uteri 31 cm, BJJ (+), puki,
presentasi kepala, penurunan kepala 5/5, nafsu makan baik, penambahan berat
badan selama hamil 8 kg, ibu cemas karena sering buang air kecil pada malam
hari.
Diagnosa :
G I P0 A0, hamil 32 minggu, presentasi kepala, janin tunggal, hidup dalam rahim.
Masalah :
Ibu mengalam gangguan yang lazim/ fisiologi pada kehamilan tua.
Contoh III
Data :
Setelah placenta lahir, ibu mengalami perdarahan pervaginam, banyaknya ± 300
cc, kontraksi uterus lembek, keadaan umum composmentis, tensi 100/ 70 mmHg,
nadi 100 x/ menit, pernapasan 16 x/ menit, ibu cemas melihat darah keluar dari
vagina.
Diagnosa :
Perdarahan postpartum dengan atonia uteri, keadaan ibu baik
Masalah :
Ibu merasa cemas
Contoh I :
Seorang wanita inpartu dengan pembesaran uterus yang berlebihan (bisa karena
polihidramnion, besar dari masa kehamilan, ibu dengan diabetes kehamilan atau
kehamilan kembar).
Tindakan antisipasi yang harus dilakukan :
- Menyiapkan cairan infuse, obat uterotonika untuk menghindari syok
hipovolemik karena perdarahan kala IV
- Menyiapkan alat resusitasi bayi untuk antisipasi asfiksia pada bayi baru lahir.
- Memberikan posisi Mc Robert untuk antisipasi kesulitan melahirkan bahu.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi
juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak
terjadi. Sehingga langkah ini merupakan langkah yang bersifat rasional/ logis.
Contoh II :
Data :
Ibu hamil pertama, ± 36 minggu, perdarahan berulang dan banyak, tidak ada
mules, BJJ (+), tinggi fundus uteri 31 cm, presentasi kepala, tensi 110/ 70 mmHg.
Diagnosa : GI P0 A0, hamil 36 minggu, perdarahan antepartum, kondisi janin dan
ibu baik.
Tindakan antisipasi :
Pasang infus, untuk mengantisipasi syok hipovolemik
Menyiapkan darah untuk antisipasi syok hipovolemik
Tidak melakukan pemeriksaan dalam untuk menghindari perdarahan hebat
Pada tahap ini mungkin juga klien membutuhkan tindakan dari seorang dokter,
misalnya terjadi prolapsus tali pusat sehingga perlu tindakan rujukan segera.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre eklampsi, kelainan
panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medis yang serius,
maka bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Seorang wanita/ klien dalam kondisi tertentu mungkin juga akan memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja
social, ahli gizi. Bidan bila menemukan klien dengan kondisi tersebut harus
mampu mengevaluasi dan menentukan dengan tepat kepada siapa konsultasi
dan kolaborasi ditujukan dalam penatalaksanaan asuhan klien.
Contoh :
Rencana komprehensif pada kasus dengan perdarahan antepartum seperti
tersebut di atas, yaitu :
Beritahu kondisi klien dan hasil pemeriksaan
Berikan dukungan bagi ibu dan keluarga
Berikan infuse RL
Observasi tanda-tanda vital, perdarahan, BJJ dan tanda-tanda syok
Cek kadar Hb
Siapkan darah
Rujuk klien ke rumah sakit/ kolaborasi dengan dokter
Follow up ke rumah (kunjungan rumah)
Langkah VI : Implementasi
Langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien, efektif dan aman.
Pelaksanaannya dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama-sama
dengan klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.
Langkah VII : Mengevaluasi
Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, meliputi tindakan yang diberikan, menyelesaikan masalah/ tidak,
apakah kebutuhan klien terpenuhi.
Contoh :
Evaluasi perdarahan ; berhenti atau tidak, jika belum berhenti jumlahnya
berapa banyak ?
Kondisi janin dan ibu ?
Kadar Hb ?
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
A. Pengertian Dokumentasi
Dalam bahasa Inggris, dokumen adalah satu/ lebih lembar kertas resmi
dengan tulisan yang ada di atasnya dan berisi pencatatan yang memberi
informasi tentang sesuatu atau kesaksian tentang sesuatu.
Dokumentasi merupakan warkat asli atau suatu catatan otentik yang
dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam penegakkan hukum.
Diambil dari Nursing Documentation oleh Ellen Thomas 1994,
Dokumentasi merupakan catatan interaksi antara tenaga kesehatan,
keluarga pasien dan team kesehatan yang mencatat tentang hasil
pemeriksaan, prosedur pengobatan pada pasien dan pendidikan kepada
pasien serta respon-respon pasien terhadap semua kegiatan yang telah
dilakukan.
“Documentation is defined as written evidence of the interactions
between and among health professionals patients, and their families and
health organization, the administration tests, procedures, treatments and
patients educations the results or patients responses to them.”
Pengertian dokumentasi kebidanan, yaitu :
1. Keterangan tertulis dari seluruh pelayanan kebidanan pada klien yang
berisi data lengkap nyata dan tertulis tentang masalah klien.
2. Dapat dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan.
3. Bila diperlukan dapat digunakan sebagai bukti dalam sidang pengadilan.
B. Fungsi dokumentasi
1. Sebagai bukti yang sah atas asuhan yang telah diberikan
2. Sebagai sarana komunikasi dalam tim kesehatan yang memberikan
asuhan
3. Sebagai sumber data yang memberikan gambaran tentang kronologis
kejadian atau kondisi yang terobservasi untuk mengikuti perkembangan
dan evaluasi respon pasien terhadap asuhan yang telah diberikan.
4. sebagai sumber data penting untuk pendidikan dan penelitian
Dokumentasi SOAP ini dicatat pada lembar catatan perkembangan yang ada
dalam rekam medik pasien.
Contoh :
1. Tgl 26 Mei 2004, 08.00 WIB
S : (Keluhan dan hasil Tanya, masuk S)
Pinggang panas pegal mulai dari perut ke belakang
Mulai terasa sakit pukul 5 pagi
Keluar lendir dari kemaluan
Ada bagian yang menekan ke bawah
Kehamilan pertama periksa teratur di klinik
HPHT : 19-8-2003
O : (Hasil observasi/ pemeriksaan)
Kesadaran composmentis
Tekanan darah 110/ 70 mmHg
Nadi 80 x/ menit
Suhu 36,8˚C
U. 34 cm, letkep, puki, 3/5
His 3x dalam 10 menit, lamanya 50 s kuat
BJJ 152 x/ menit
PD : pembukaan 4 cm, portio tipis, ket (+), kephod 2, uuk kibel
Hb : 10,1 gr%
A : (Analisa dari S dan O dan diprioritaskan)
GI P0 hamil aterm, inpartu kala I, fase aktif, janin tunggal, hidup,
intra uterin dengan anemia ringan.
P :(Penatalaksanaan adalah rencana yang sudah diimplementasikan)
Mengobservasi KU ibu dan janin dengan partograf
Menilai kemajuan persalinan 4 jam lagi
Menyiapkan alat, obat pasien dan keluarga
Memberi kesempatan pasien memilih posisi
Menganjurkan keluarga untuk mendampingi
Menjelaskan proses persalinan yang akan terjadi kepada pasien
dan keluarga
Menganjurkan pasien untuk BAK minimal tiap 2 jam
Memberi nutrisi dan hidrasi
Membuat catatan asuhan/ perkembangan
2. Pukul 10.00 WIB
S :
Mengeluh keluar air banyak
Sakit perut semakin kuat
Terasa bagian keras menekan kemaluan
O :
KU baik, TD 110/ 70 mmHg, Nadi 88 x/ menit
His 4x 50 – 50” kuat
BJJ 158 x/ menit
PD : pembukaan 8 cm, ket (-), kephod 3, uuk kimel
A:
GI P0 hamil aterm, inpartu kala I akhir, janin tunggal, hidup, intra
uterin dengan anemia ringan, kemajuan persalinan cepat.
H. Penyimpanan dokumentasi
1. Mencatat informasi tentang pasien adalah milik pasien. Jika pasien
menghendaki ia boleh/ mempunyai akses terhadap semua catatan yang
dibuat tentang dirinya.
2. Kecuali jika bidan bekerjasecara mandiri/ swasta, pemilihan catatan
dokumentasi adalah milik institusi yang bersangkutan dimana bidan
bekerja. Jika bidan merasa penting akan catatan tersebut, bidan boleh
membuat copy-nya/ menyimpan copy-nya.
3. Penyimpanan harus menurut suatu system tertentu (coding, filling) agar
dapat dengan mudah dicari bila kita membutuhkannya kembali (sistem
dokumentasi).
4. Lama penyimpanan tiap dokumen/ catatan pasien sedikitnya ± 3 tahun
(open filling) dan sesudah itu penyimpanan menjadi “closed” (arsip).
5. Jika catatan/ dokumentasi diperlukan untuk/ oleh persidangan tertentu
(audit kasus atau peradilan) agar selalu dicek isi berkas sesudah kembali
(apa lengkap, tidak ada yang tercecer).
6. Harus ada tanda tangan/ paraf yang mengambil dan mengembalikan atau
yang menerima kembali.
POR (PROBLEM ORIENTED RECORD)
Adalah system dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dari hasil
atau penemuan yang menyimpangdari keadaan normal atau standar.
Keuntungan CBE yaitu mengurangi penggunaan waktu untuk mencatat sehingga
banyak waktu yang digunakan untuk asuhan langsung pada klien.
CBE mengintegrasikan 3 komponen kunci, yaitu :
1. Flow sheet, yang berupa penemuan kesimpulan yang penting dan
menjabarkan indicator pengkajian dan penemuan termasuk instruksi dokter/
perawat, grafik, catatan pendidikan dan pencatatan pemulangan klien.
2. Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik keperawatan sehingga
pencatatan tentang hal rutin secara berulang kali oleh karena itu standar
harus cukup spesifik dan mengartikan arti praktik keperawatan yang
sebenarnya serta harus dilakukan oleh perawat dibangsal walaupun ada juga
standar khusus yang disusun sesuai unit masing-masing.
Contoh :
Standar terkait keberhasilan :
Misalnya pola kebersihan meliputi : perawat harus memastikan sprei klien
telah diganti tiga hari sekali atau jika diperlukan.
Kemudian diberi tanda (√) pada kotak standar rutin yang terdapat pada
pencatatan grafik.
Kerugian
1. Pencatatan secara narasi sangat singkat, karena tergantung pada ceklis.
2. Kemungkinan ada pencatatan yang masih kosong atau tidak ada.
3. Pencatatan rutin sering diabaikan.
4. Adanya pencatatan kejadian yang tidak semua didokumentasikan.
5. Tidak mengakomodasikan pencatatan disiplin ilmu lain.
6. Dokumentasi proses keperawatan tidak selalu berhubungan dengan
adanya suatu kejadian.
A. Pengertian
Merupakan pelayanan kesehatan pendokumentasian tradisional dipergunakan
diberbagai sumber mengenai informasi pasti yang disusun dalam suatu
buku.Teknik dokumentasi ini menggunakan serangkaian kartu dan membuat
data penting tentang klien dengan menggunakan ringkasan problem dan
terapi klien seperti yang digunakan pada rawat jalan.
INFORMASI SISTEM
Sistem computer yang berperan dalam menyimpulkan , menyiapkan,
memproses, memberikan informasi yang diperlukan dalam kegiatan :
o Pelayanan kebidanan
o Penelitian
o Pendidikan
KEUNTUNGAN
o Lebih mudah dibaca
o Kemungkinan salah/ kelupaan lebih sedikit/ ketepatan pencatatan lebih
tinggi.
o Hemat waktu dan biaya ( bila system berjalan )
o Pelayanan pasien bisa lebih cepat karena banyak pesanan dapat di
sampaikan lewat computer dan komunikasi antar unit bias dipantau lewat
sarana computer.
o Memudahkan komunikasi antar tim kesehatan .
o Lebih memudahkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan
peningkatan mutu.
KERUGIAN
o Kurang terjamin kerahasiaan pasien
o Tidak semua institusi dan petugas siap untuk komputerisasi dan perlu
latihan khusus
o Modal awal sangat tinggi dan menuntut keahlian khusus untuk
menciptakan program dan perangkat computer yang dibutuhkan
o Ketergantungan kepada alat/ teknologi tinggi ( perlu petugas dan ruang
khusus untuk computer )
o Ada perhitungan/perbandingan khusus untuk keperluan alat / unit
computer
o Ada kebisingan yang dapat menggangu pasien ( printer yang selalu
disiagakan )
SISTEM PENGUMPULAN DATA
A. PENGUMPULAN DATA
1. Tipe data
Ada 2 tipe data dalam pengkajian :
1). Data subyektif
Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian. Data subyektif sering didapatkan
dari riwayat keperawatan termasuk persepsi klien, perasaan, dan ide
tentangstatus kesehatannya. Misalnya penjelasan klien tentang nyeri,
lemah, mual atau malu. Informasi sumber lainnya dari keluarga,
konsultan dan tenaga kesehatan lainnya.
2). Data obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur. Informasi
tersebut biasanya diperoleh melalui “senses”. Contoh frekuensi
pernapasan, tekanan darah, edema dan berat badan.
B. SUMBER DATA
1. Klien
Klien adalah sumber utama data dan bidan dapat menggali informasi
yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien. Banyak klien yang
senang memberikan informasi kepada bidan, jika klien mengetahui jika
informasi yang disampaikan akan membantu mengatasi masalahnya.
Untuk kelancaran mendapatkan data yang benar, bidan harus mampu
mengidentifikasi masalah ataupun kesulitan-kesulitan klien, misalnya klien
tidak mampu berkomunikasi secar adekuat, kesadaran menurun, rasa
nyeri dan ketakutan.
2. Obseravasi
Tahap kedua pada pengumpulan data adalah dengan observasi.
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan. Observasi harus
melakukan keterampilan disiplin dan praktik klinik sebagai bagian dari
tugas bidan. Kegiatan observasi meliputi : 2SHFT (Sight, Smell, Hearing,
Feeling dan Taste). Kegiatan tersebut mencakup aspek : fisik, mental,
social dan spiritual.
- Sight : kelaianan fisik, perdarahan, terbakar, menangis, dst.
- Smell : alkohol, darah, feces, medicine, urine.
- Hearing : tekanan darah, batuk dan menangis.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, pengkajian fisik dalam kebidanan dipergunakan
untuk memperoleh data objektif dari riwayat kebidanan klien. Sebaiknya
dilaksanakan bersamaan dengan wawancara. Focus pengkajian fisik yang
dilakukan perawat adalah pada kemampuan fungsional klien, misalnya,
jika ada klien dengan gangguan system pernapasan, maka bidan mengkaji
apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari. Tujuan dari pengkajian fisik di dalam kebidanan
adalah untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi
masalah kesehatan dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana
tindakan kebidanan.
Pengkajian
IPPA
Head to toe
Data subyektif ROS Data obyektif
Pengelompokkan
data