BLOK 4.C
ASUHAN KEBIDANAN PADA DISTOSIA AKIBAT FAKTOR
JANIN DAN SOAP
“KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN PRESENTASI KAKI”
Kelompok : 2
Nama : Raisa Fajriati
Nim : 1710333011
PRODI S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh ACNM
(1999) terdiri atas:
Manajemen Varney
Langkah I: Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dilakukan pengumpulan data
dasar untuk mengumpulkan semua data yang diperlukan guna mengevaluasi keadaan
klien secara lengkap. Data terdiri atas data subjektif dan data objektif. Data subjektif
dapat diperoleh melalui anamnesa langsung, maupun meninjau catatan dokumentasi
asuhan sebelumnya, dan data objektif didapatkan dari pemeriksaan langsung pada
pasien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Langkah II: Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini, data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan diagnosis yang sfesifik (sesuai dengan
“nomenklatur standar diagnosa”) dan atau masalah yang menyertai. Dapat juga
dirumuskan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Masalah dan diagnosis keduanya digunakan karena beberapa
masalah tidak dapat diselesaiakan seperti diagnosis, tetapi membutuhkan penanganan
yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering
berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan. Masalah ini sering
menyertai diagnosa. Sebagai contoh diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”,
dan masalah yang berhubungan dengan diagnosa ini adalah bahwa wanita tersebut
mungkin tidak menginginkan kehamilannya.
Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial Pada langkah ini kita
mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan ragkaian masalah
dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada
langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Contoh: seorang wanita yang
hamil pertama kali, tetapi letak janinnya tidak normal (misalnya: bayi letak sungsang),
yang harus diantisipasi adalah terhadap kemungkinan kelahiran bayi tersebut apabila
ingin dilahirkan pervaginam, maka bidan harus dipertimbangkan besarnya janin dan
ukuran panggul ibu, juga harus dapat mengantisipasi terjadinya persalinan macet
(aftercoming head) pada waktu melahirkan kepala.
Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh Pada langkah ini direncanakan asuhan
yang menyeluruh, ditentukan oleh langkahlangkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, dan pada langkah ini reformasi / data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan
apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-
ekonomi, kultural atau masalah psikologis. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap
wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan.
Setiap rencana haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien,
agar dapat dilaksankan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan
rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian
membuat kesepakatan bersama sebelum melaksankannya.
Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diurakan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak
melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana). Dalam situasi dimana bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah
bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Manajemen yang efisien akan mengurangi waktu dan biaya serta meningkatkan
mutu dari asuhan klien.
Langkah VII: Evaluasi Pada langkah ke-tujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan
diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang sesuai dengan masalah
dan diagnosis klien, juga benar dalam pelaksanaannya. Disamping melakukan evaluasi
terhadap hasil asuhan yang telah diberikan, bidan juga dapat melakukan evaluasi
terhadap proses asuhan yang telah diberikan. Dengan harapan, hasil evaluasi proes sama
dengan hasil evaluasi secara keseluruhan.
2.2 Dokumentasi SOAP
Di dalam metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data objektif, A
adalah analysis, P adalah planning. Metode ini merupakan dokumentasi yang sederhana
akan tetapi mengandung semua unsur data dan langkah yang dibutuhkan dalam asuhan
kebidanan, jelas, logis. Prinsip dari metode SOAP adalah sama dengan metode dokumntasi
yang lain seperti yang telah dijelaskan diatas. Sekarang kita akan membahas satu persatu
langkah metode SOAP.
1.Data Subjektif
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien. Ekspresi
klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada klien yang menderita
tuna wicara, dibagian data dibagian data dibelakang hruf “S”, diberi tanda huruf “O”
atau”X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa klien adalah penederita tuna wicara. Data
subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
2.Data Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium Catatan medik dan informasi dari
keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data penunjang.
Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosis
3.Analysis
Langkah selanjutnya adalah analysis. Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil
analisis dan intrepretasi ( kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan
klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam
data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat
dinamis. Saudara-saudara, di dalam analisis menuntut bidan untuk sering melakukan
analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan klien. Analisis
yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan
yang tepat. Analisis data adalah melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan,
mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan.
4.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif;
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan
untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraanya.
2.3.4 Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam
uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih
banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian
janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada
kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif
berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala,
maka
bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala
berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang
lebih tinggi,sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan
dalam presentasi kepala,beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada
dalam posisi sungsang
2.3.5 Klasifikasi
1. Letak bokong (Frank Breech)
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat keatas ( 75 % )
2. Letak sungsang sempurna (Complete Breech)
Letak bokong dimana kedua kaki ada disamping bokong (letak bokong kaki
sempurna / lipat kejang )
3. Letak Sungsang tidak sempurna (Incomplete Breech)
Adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki dan
lutut, terdiri dari :
a) Kedua kaki : Letak kaki sempurna
b) Satu kaki : Letak kaki tidak sempurna
c) Kedua lutut : Letak lutut sempurna
d) Satu lutut : Letak lutut tidak sempurna
2.3.6. Diagnosis
Dalam anamnesis mungkin dikemukakan bahwa terasa sesak pada abdomen
bagian atas akibat sering terdorongnya kepala dari gerakan kaki janin. Presentasi
bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi abdomen. Maneuver Leopold
perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal bila Usia kehamilan ≤34
minggu. Untuk memastikan apabila masih terdapat keraguanpada pemeriksaan
palpasi, dapat dilakukan periksa dalam vagina atau pemeriksaan ultrasonografi
(Prawirohardjo, 2013).
2. Pemeriksaan Ultrasonografi
2.3.7. Penatalaksanaan
1. Sewaktu Hamil
Yang terpenting ialah usaha untuk memperbaiki letak sebelum persalinan terjadi
dengen versi luar. Tehnik :
a. Sebagai persiapan :
1) Kandung kencing harus dikosongkan
2) Pasien ditidurkan terlentang
3) Bunyi jantung anak diperiksa dahulu
4) Kaki dibengkokan pada lutut dan pangkal paha supaya dinding perut kendor
a) Mobilisasi : bokong dibebaskan dahulu
b) Sentralisasi : kepala dan bokong anak dipegang dan didekatkan satusama lain sehingga
badan anak membulat dengan demikian anak mudah diputar.
c) Versi : anak diputar sehingga kepala anak terdapat dibawah. Arah pemutaran hendaknya
kearah yang lebih mudah yang paling sedikit tekanannya. Kalau ada pilihan putar kearah
perut anak supaya tidak terjadi defleksi. Setelah versi berhasil bunyi jantung anak
diperiksa lagi dan kalau tetap buruk anak diputar lagi ketempat semula.
d) Setelah berhasil pasang gurita, observasai tensi, DJJ, serta keluhan.
2. Pimpinan Persalinan
a. Cara berbaring :
1) Litotomi sewaktu inpartu
2) Trendelenburg
b. Melahirkan bokong :
1) Mengawasi sampai lahir spontan
2) Mengait dengan jari
3) Mengaik dengan pengait bokong
4) Mengait dengan tali sebesar kelingking
5) Ekstraksi kaki
Ekstraksi pada kaki lebih mudah. Pada letak bokong janin dapat dilahirkan dengan cara
vaginal atau abdominal (seksio sesarea)
Teknik Ekstraksi Kaki
1 Setelah persiapan selesai, tangan yang searah dengan bagian-bagian kecil janin dimasukkan
secara obstetrik kedalam jalan lahir, sedang tangan yang lain membuka labia.
2 Kedua tangan penolong memegang betis janin.
3 Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu jari
dibelakang paha, sejajar sumbu panjang dan jari lain didepan paha.
4 Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai trokhanter depan lahir.
5 Untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha ditarik terus curam ke bawah.
6 Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin dipakai teknik pegangan Femuro-
Pelviks,sehingga badan janin ditarik kebawah sampai pusar lahir.
7 Untuk melahirkan badan janin yang lain dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada
manual aid.
3. Cara Melahirkan Pervaginam
Terdiri dari partus spontan ( pada letak sungsang janin dapat lahir secara spontan
seluruhnya) dan manual aid (manual hilfe). Waktu memimpin partus dengan letak
sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase :
Fase I : fase menunggu
Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila tangan tidak
menjungkit ka atas (nuchee arm), persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan dilakukan
ekspresi kristeller,karena halini akan memudahkan terjadinya nuchee arm
Fase II : fase untuk bertindak cepat.
Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala dan
panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit.Untuk mempercepatnya lahirnya
janin dapat dilakukan manual aid
7. Pegang di bagian pinggul dan biarkan dari tenaga ibu mengejan hingga
skapula terlihat. Jangan pegang di bagian perut hal ini dapat menyebabkan
kerusakan ginjal atau hati. Menjaga fleksi kepala dan menjaga tubuh bawah.
Gambar 2.3 Langkah 7
8. Putar badan bayi untuk melahirkan lengan hingga dada (Loveset Manoeuvre).
Gambar 2.4 Loveset Manoeuvre
9. Jaga kepala dalam posisi fleksi dengan memberi tekanan pada bagian
suprapubik ibu.
Gambar 2.5Langkah 9
10. Badan bayi didukung dalam posisi horizontal atau dibiarkan menggantung
hingga leher muncul di introitus vagina. Kemudian lahirkan kepala bayi
(Saxena, 2013).
Gambar 2.6 Langkah 10
2.3.8 Prognosis
1. Bagi ibu
Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar,juga karena dilakukan tindakan, selain itu
ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.
2. Bagi bayi :
Prognosa tidak begitu baik,karena adanya ganguan peredaran darah plasenta setelah bokong
lahir dan juga setelah perut lahir, talipusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa
menderita asfiksia.
Oleh karena itu setelah tali pusat lahir dan supaya janin hidup,janin harus dilakukan dalam
waktu 8 menit.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN (VARNEY DAN SOAP)
Ruang: VK
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
darah dari jalan lahir dan merasa seperti ada benda keras pada perut
bagian atas.
2. Tanda-tanda persalinan :
3. Riwayat menstruasi
b. Siklus hari
c. Lama hari
d. x
f. Sifat darah : Ibu mengatakan darah yang keluar merah dan encer
4. Riwayat Perkawinan
mengetahui kehamilannya
persalinan
capeng
8. Riwayat Penyakit
ringan
pinggang kanan dan kiri dan tidak pernah nyeri saat BAK
berwarna kuning
e. Riwayat Operasi
a. Nutrisi
susu.
b. Personal Hygiene
c. Eliminasi
13.30 WIB
d. Aktifitas
e. Istirahat/Tidur
f. Psikososial Budaya
penting sehat
6) Pantangan makanan
1. Status Generalis
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV
d) TB : 152 cm
e) BB sebelum hamil : 60 kg
f) BB sekarang : 70 kg
g) LILA : 26 cm
2. Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
ada benjolan
3) Mata
b) Leher
2) Mammae
3) Axilla
d) Ekstremitas
tangan kiri
2) Bawah
a) Abdomen
1) Inspeksi
umur kehamilannya
2) Palpasi
(ekstremitas)
3) Auskultasi
Teratur/tidak : Teratur
b) Pemeriksaan Panggul
2) Distansia Spinarum : 24 cm
3) Distansia Kristarum : 27 cm
5) Lingkar Panggul : 85 cm
69
c) Anogenital
1) Vulva vagina
2) Perineum
3) Anus
4) Inspekulo
5) Vaginal Toucher
(c) Pembukaan : 5 cm
belakang, anus
4. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan darah
b) Pemeriksaan penunjang
A. Diagnosa Kebidanan
Data Dasar
Data Subyektif :
bercampur darah dari jalan lahir dan merasa seperti ada benda
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV :
pengambilan darah
5. Palpasi
(ekstremitas)
bagian
6. Auskultasi
Teratur/tidak : Teratur
7. Vaginal Toucher
c) Pembukaan : 5 cm
e) Presentasi : Bokong
B. MASALAH
C. KEBUTUHAN
V. RENCANA TINDAKAN
kepada keluarga
f. Anjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak ada His untuk
g. Anjurkan keluarga ibu untuk menyiapkan ember, jarik dan pakaian ibu
dan bayi
i. Siapkan partus set ,obat – obatan esensial, tempat resusitaasi bayi dan
a. Pukul 13.20 WIB : Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan jaga privasi ibu
c. Pukul 13.30 WIB : Mengobservasi TTV, DJJ, dan His tiap 30 menit
d. Pukul 13.32 WIB : Memberikan dukungan mental pada ibu agar ibu
tidak cemas
rasa nyeri
f. Pukul 13.36 WIB : Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat
belum keluar
e. Ibu bersedia untuk makan dan minum saat tidak kenceng – kenceng
membuka)
3. Pembukaan : 10 cm
5. Presentasi : Bokong
panggul, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan pelvimetri radiologik. Ini diperkuat dengan
teori bahwa CPD dapat ditegakkan dari pemeriksaan pelvimetri radiologik.
Pada pemeriksaan panggul juga terdapat kesenjangan, disebutkan pada tinjauan
kasus hasil pemeriksaan panggul pada Ny “S” adalah distansia spinarum : 24 cm,
distansia cristarum : 27 cm, conjugata eksterna : 19 cm, lingkar panggul : 85 cm.
Tapi dari pemeriksaan Leopold III disebutkan bahwa bokong belum masuk PAP padahal
umur kehamilan ibu aterm,dari sini dapat dicurigai adanya kesempitan panggul ibu.
Sedangkan pada teori untuk ukuran pemeriksaan panggul distansia spinarum (23-26 cm),
distansia kristarum (26-29 cm), conjugata eksterna (18-20 cm) dan lingkar panggul (80-
90 cm)
Adanya kesempitan panggul sudah harus di duga waktu pemeriksaan antenatal
khususnya pada primigravida dengan letak sungsang. Untuk itu harus dilakukan
pemeriksaan lebih teliti untuk menyingkirkan adanya kesempitan. Mengetahui Taksiran
Berat janin (TBJ) yang benar sangat dibutuhkan agar kita mengetahui ada tidaknya
kesesuaian antara ukuran panggul dengan berat janin. Teori menyebutkan bahwa janin
yang besar dapat menyebabkan disproporsi meskipun ukuran panggul normal.
C. Analisa
Pada analisa masalah potensial terdapat persamaan, pada tinjauan kasus
masalah potensial yang terjadi, persalinan dengan tindakan operasi sectio cessarea dan
infeksi. Sedangkan pada teori disebutkan dapat terjadinya persalinan dengan tindakan
atau patologi, distosia saat persalinan, perdarahan pasca persalinan, robekan jalan
lahir dan infeksi. Sedangkan Kebutuhan kehamilan letak sungsang pada analisa
terdapat kesamaan antara konsep dasar asuhan kebidanan dan kasus. Pada kasus
sendiri kebutuhan Ny “S” antara lain nutrisi, eliminasi, personal hygiene, aktivitas
dan istirahat. Kolaborasi P4K dan persalinan per abdominal. Sedangkan pada konsep
asuhan kebidanan kebutuhannya meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygiene,
aktivitas, dan istirahat. USG, foto rontgen, kolaborasi P4K. PerencanaanPerencanaan
persalinan normal, persalinan patologis, SC.
Tindakan operasi sectio cessarea ini menjadi masalah potensial dan kebutuhan
bagi Ny “S” karena pada data obyektif diatas panggul ibu diduga sempit. Tindakan ini
dikuatkan dengan teori dari buku buku acuan nasional pelayanan kesehatan meternal
neonatal menjelaskan bahwa indikasi dilakukannya sectio cessarea pada ibu yaitu
CPD, disfungsi uterus, distosia jaringan lunak, plasenta previa, rupture uteri
mengancam dan partus lama.
D. Penatalaksanaan
Pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus ditemukan persamaan.
Penatalaksanaan yang dilakukan meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Penatalaksanaan kehamilan letaksungsang pada trimester III diantaranya
menjelaskan tentang hasil pemeriksaan, menjelaskan tentang tanda – tanda bahaya
kehamilan trimester III, menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga pola nutrisi, pola
istiraha dan aktivitas tanda – tanda persalinan, memberitahu ibu agar mempersiapkan
persalinan dengan letak sungsan baik secara normal maupun per abdominal,
memberitahukemungkinan yang dapat terjadi pada persalinan normal maupun per
abdominal, serta memberikan dukungan psikososial pada ibu dalam menghadapi
persalinan.
Pada tinjauan kasus untuk catatan perkembangan I disebutkan bahwa ibu
bersalin dengan persalinan per abdominal karena ibu primigravida, ibu suspect CPD,
dari observasi his ibu tidak adekuat, dan dari pembukaan serviks yang tidak
bertambah.Didukung dengan teori bahwa kehamilan letak sungsang pada umur
kehamilan lebih dari 32 minggu sudah tidak dapat lagi mengubah menjadi presentasi
kepala.
Serta faktor kehamilan letak sungsang yang terjadi pada primigravida sampai
umur kehamilan aterm maka kehamilan harus segera diakhiri dengan jalan operasi
sectio cessarea karena panggul ibu belum pernah melahirkan, tidak bisa dicoba – coba
untuk melahirkan dengan cara normal karena dapat mengakibatkan cedera pada bayi.
Diperkuat lagi dengan teori bahwa pengambilan keputusan cara persalinan yang
hendak dipilih pada kehamilan letak sungsang dinilai dari TBJ, jenis presentasi
bokong, keadaan selaput ketuban, ukuran dan struktur tulang panggul ibu, keadaan
hiperekstensi kepala janin, kemajuan persalinan dan pengalaman penolong.
79
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada pengkajian subjektif terdapat kesenjangan dalam hal paritas ibu dan
versi luar alami dengan gerakan sujud. Pada pengkajian objektif terdapat
kesenjangan dalam hal pemeriksaan tinggi badan dan pemeriksaan panggul luar.
Pada analisa tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus dalam hal
masalah potensial dan kebutuhan. Pada penatalaksanaan tidak ada kesenjangan
antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus dalam hal penatalaksanaan kehamilan dengan letak sungsang pada
trimester III dan catatan perkembangan.
3.2 Saran
Menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat, khususnya ibu hamil tentang
pentingnya memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada kehamilan dengan
letak sungsang.
Daftar Pustaka