Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH DISKUSI TOPIK

BLOK 4.C
ASUHAN KEBIDANAN PADA DISTOSIA AKIBAT FAKTOR
JANIN DAN SOAP
“KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN PRESENTASI KAKI”

Instruktur : Aldina Ayunda Insani,Bd.,M.Keb

Kelompok : 2
Nama : Raisa Fajriati
Nim : 1710333011

PRODI S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan letak sungsang merupakan kondisi kehamilan dengan letak memanjang
dimana bokong sebagai bagian terendah (presentasi bokong). Pada proses persalinan sungsang
secara spontan lebih beresiko bagi ibu yaitu perdarahan, infeksi dan robekan perineum yang
luas serta bagi bayi yaitu hipoksia janin yang nantinya dapat mengakibatkan kematian pada
ibu dan bayi.
Pada studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Lamongan ahun 2014
didapatkan kunjungan ibuhamil sebanyak 198 orang. Dari 198 orang ibu hamil didapatkan 26
orang (13,1%) letak sungsang. Sedangkan data yang diperoleh dari register kunjungan di Poli
Kandungan RSI Nashrul Ummah Lamongan pada bulan Januari – Juni 2015 didapatkan
kunjungan ibu hamil sebanyak 184 orang. Dari 184 orang ibu hamil didapatkan 23 orang
(12,5%) dengan letak sungsang, faktor penyebab kehamilan sungsang antara lain: 12 orang
(52,2%) karena multigravida,6 orang (26%) karena janin kecil, 5 orang (21,7%) karena
panggul sempit.
Faktor predisposisi untuk terjadinya letak sungsang dapat disebabkan karena tidak ada
tahanan kepala untuk pintu atas pinggul misalnya pada kasus CPD dan plasenta previa,
kelainan bentuk kepala misalnya pada hydrocephalus dan anencephalus, janin mudah bergerak
seperti pada hidramnion, multipara dan janin kecil, kelainan bentuk uterus sehingga anak lebih
sempurna dengan letak sungsang dan janin sudah lama mati. Letak sungsang sendiri dapat
dibagi menjadi letak bokong murni (frank breech), letak bokong kaki (Complete breech), letak
lutut dan letak kaki (incomplete breech presentation).
Sebagai bidan dalam menangani kehamilan letak sungsang harus memberikan
pelayanan ANC (Ante Natal Care) yang berkualitas dan mampu mendeteksi secara dini adanya
kehamilan letak sungsang dengan cara anamnesis, pemantauan ibu dan janin dengan seksama
serta pemeriksaan abdominal untuk pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi
dan bagian terbawah janin. Pada penyuluhan bidan dapat menganjurkan pada ibu untuk
melakukan posisi knee chest (bersujud dengan kaki sejajar pinggul dan dada sejajar lutut) atau
dengan posisi merangkak serta rutin memeriksakan kehamilannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH JURNAL

2.1 Manajemen Varney

Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done). Manajemen


adalah mengungkapkan apa yang hendak dikerjakan, kemudian menyelesaikannya.
Manajemen adalah menentukan tujuan dahulu secara pasti (yakni menyatakan dengan
rinci apa yang hendak dituju) dan mencapainya.
Prinsip-prinsip manajemen
a. Efisiensi
Efisiensi adalah bagaimana mencapai akhir dengan hanya menggunakan
sarana yang perlu, atau dengan menggunakan sarana sesedikit mungkin. Efisiensi
adalah ukuran mengenai hubungan antara hasil yang dicapai dan usaha yang
telah di keluarkan (misalnya oleh seorang tenaga kesehatan).
b. Efektivitas
Efektivitas adalah seberapa besar suatu tujuan sedang, atau telah tercapai,
efektivitas merupakan sesuatu yang hendak ditingkatkan oleh manajemen.
c. Rasional dalam mengambil keputusan
Pengambilan keputusan yang rasional sangat diperlukan dalam proses
manajemen. Keputusan merupakan suatu pilihan dari dua atau lebih tindakan. Dalam
istilah manajemen, pengambilan keputusan merupakan jawaban atas pertanyaan
tentang perkembangan suatu kegiatan.
Manajemen Kebidanan
Buku 50 tahun IBI, 2007, Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang
digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis
mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
Depkes RI, 2005, manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan
masalah ibu dan khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan
pada individu, keluarga dan masyarakat.
Helen Varney, 1997, manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.

Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh ACNM
(1999) terdiri atas:

a. Mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan secara


sistematis melalui pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap
klien, termasuk mengkaji riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik.
b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosis berdasar interpretasi data
dasar.
c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan
masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien.
d. Memberi informasi dan dukungan kepada klien sehingga mampu membuat
keputusan dan bertanggungjawab terhadap kesehatannya.
e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
f. Secara pribadi, bertanggungjawab terhadap implementasi rencana individual.
g. Melakukan konsultasi perencanaan, melaksanakan manajemen dengan
berkolaborasi, dan merujuk klien untuk mendapat asuhan selanjutnya.
h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi dalam situasi darurat jika
terdapat penyimpangan dari keadaan normal.
i. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan
merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

Manajemen Varney
Langkah I: Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dilakukan pengumpulan data
dasar untuk mengumpulkan semua data yang diperlukan guna mengevaluasi keadaan
klien secara lengkap. Data terdiri atas data subjektif dan data objektif. Data subjektif
dapat diperoleh melalui anamnesa langsung, maupun meninjau catatan dokumentasi
asuhan sebelumnya, dan data objektif didapatkan dari pemeriksaan langsung pada
pasien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Langkah II: Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini, data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan diagnosis yang sfesifik (sesuai dengan
“nomenklatur standar diagnosa”) dan atau masalah yang menyertai. Dapat juga
dirumuskan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Masalah dan diagnosis keduanya digunakan karena beberapa
masalah tidak dapat diselesaiakan seperti diagnosis, tetapi membutuhkan penanganan
yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering
berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan. Masalah ini sering
menyertai diagnosa. Sebagai contoh diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”,
dan masalah yang berhubungan dengan diagnosa ini adalah bahwa wanita tersebut
mungkin tidak menginginkan kehamilannya.

Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial Pada langkah ini kita
mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan ragkaian masalah
dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada
langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Contoh: seorang wanita yang
hamil pertama kali, tetapi letak janinnya tidak normal (misalnya: bayi letak sungsang),
yang harus diantisipasi adalah terhadap kemungkinan kelahiran bayi tersebut apabila
ingin dilahirkan pervaginam, maka bidan harus dipertimbangkan besarnya janin dan
ukuran panggul ibu, juga harus dapat mengantisipasi terjadinya persalinan macet
(aftercoming head) pada waktu melahirkan kepala.

Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan


Segera Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai kondisi klien. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin akan memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial,
ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus
mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan
kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.

Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh Pada langkah ini direncanakan asuhan
yang menyeluruh, ditentukan oleh langkahlangkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, dan pada langkah ini reformasi / data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan
apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-
ekonomi, kultural atau masalah psikologis. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap
wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan.
Setiap rencana haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien,
agar dapat dilaksankan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan
rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian
membuat kesepakatan bersama sebelum melaksankannya.

Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diurakan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak
melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana). Dalam situasi dimana bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah
bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Manajemen yang efisien akan mengurangi waktu dan biaya serta meningkatkan
mutu dari asuhan klien.

Langkah VII: Evaluasi Pada langkah ke-tujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan
diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang sesuai dengan masalah
dan diagnosis klien, juga benar dalam pelaksanaannya. Disamping melakukan evaluasi
terhadap hasil asuhan yang telah diberikan, bidan juga dapat melakukan evaluasi
terhadap proses asuhan yang telah diberikan. Dengan harapan, hasil evaluasi proes sama
dengan hasil evaluasi secara keseluruhan.
2.2 Dokumentasi SOAP
Di dalam metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data objektif, A
adalah analysis, P adalah planning. Metode ini merupakan dokumentasi yang sederhana
akan tetapi mengandung semua unsur data dan langkah yang dibutuhkan dalam asuhan
kebidanan, jelas, logis. Prinsip dari metode SOAP adalah sama dengan metode dokumntasi
yang lain seperti yang telah dijelaskan diatas. Sekarang kita akan membahas satu persatu
langkah metode SOAP.

1.Data Subjektif

Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien. Ekspresi
klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada klien yang menderita
tuna wicara, dibagian data dibagian data dibelakang hruf “S”, diberi tanda huruf “O”
atau”X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa klien adalah penederita tuna wicara. Data
subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.

2.Data Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium Catatan medik dan informasi dari
keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data penunjang.
Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosis

3.Analysis
Langkah selanjutnya adalah analysis. Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil
analisis dan intrepretasi ( kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan
klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam
data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat
dinamis. Saudara-saudara, di dalam analisis menuntut bidan untuk sering melakukan
analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan klien. Analisis
yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan
yang tepat. Analisis data adalah melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan,
mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan.
4.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif;
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan
untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraanya.

2.3 Tinjauan Materi


2.3.1 Defenisi Kehamilan Sungsang
Kehamilan letak sungsang merupakan kondisi kehamilan dengan letak memanjang
dimana bokong sebagai bagian terendah (presentasi bokong).
Letak sungsang merupakan keadaan dimana bokong janin atau kaki berada di
bagianbawah kavum uteri (rongga rahim). Sebagian besar selama kehamilan, fetus
(janin) yang sedang berkembang sangat bebas untuk bergerak di dalam uterus
(rahim). Antara umur kehamilan 32-36 minggu, fetus bertambah besar sehingga
pergerakannya terbatas. Sangat sulit bagi fetus untuk turn over, jadi apapun posisi
yang dicapai pada saat ini biasanya sama dengan posisi saat persalinan akan dimulai.
2.3.2 Epidemiologi
Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak
sungsang berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi
pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi
pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3% persalinan
yang terjadi pada kehamilan aterm. (Prawirohardjo S,1992)
Pada studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Lamongan tahun 2014
didapatkan kunjungan ibu hamil sebanyak 198 orang. Dari 198 orang ibu hamil
didapatkan 26 orang(13,1%) letak sungsang. Sedangkan data yang diperoleh dari
register kunjungan di Poli Kandungan RSI Nashrul Ummah Lamongan pada bulan
Januari – Juni 2015 didapatkan kunjungan ibu hamil sebanyak 184 kasus.
2.3.3 Etiologi
Penyebab letak sungsang :
1. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada
panggul
sempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor-tumor pelvis dan lain-lain.
Bila janin mengalami kelainan seperti hydrocephalus - pembesaran pada bagian
kepala - maka kepala yang besar akanmencari tempat yang lebih luas di dalam
rahim sehingga posisi kepala bayi di atas sementara bokong di bawah
2. tidak ada tahanan kepala untuk pintu atas pinggul misalnya pada kasus CPD
3. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil (prematur).
Sungsang juga bisa terjadi akibat dari rahim yang kendur misalnya pada ibu yang
sering melahirkan sehingga tidak mampu menahan posisi janin pada postur
seharusnya.
Semua ibu hamil bisa mengalami hal ini dan tidak ada hubungannya dengan
aktivitas si ibu.
Jadi, posisi bayi sungsang bukan disebabkan karena si ibu kurang bergerak,
kurang
minum/makan, atau karena faktor psikologis tertentu.(Prawirihardjo,S 1992)
4. Gemeli (kehamilan ganda)
kehamilan kembar (bisa saja terjadi salah satu posisi kepala bayi di atas
sementara yang lain di bawah rahim, seperti angka 69)
5. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.
6. Janin sudah lama mati.
7. Sebab yang tidak diketahui.

2.3.4 Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam
uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih
banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian
janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada
kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif
berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala,
maka
bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala
berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang
lebih tinggi,sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan
dalam presentasi kepala,beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada
dalam posisi sungsang
2.3.5 Klasifikasi
1. Letak bokong (Frank Breech)
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat keatas ( 75 % )
2. Letak sungsang sempurna (Complete Breech)
Letak bokong dimana kedua kaki ada disamping bokong (letak bokong kaki
sempurna / lipat kejang )
3. Letak Sungsang tidak sempurna (Incomplete Breech)
Adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki dan
lutut, terdiri dari :
a) Kedua kaki : Letak kaki sempurna
b) Satu kaki : Letak kaki tidak sempurna
c) Kedua lutut : Letak lutut sempurna
d) Satu lutut : Letak lutut tidak sempurna

2.3.6. Diagnosis
Dalam anamnesis mungkin dikemukakan bahwa terasa sesak pada abdomen
bagian atas akibat sering terdorongnya kepala dari gerakan kaki janin. Presentasi
bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi abdomen. Maneuver Leopold
perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal bila Usia kehamilan ≤34
minggu. Untuk memastikan apabila masih terdapat keraguanpada pemeriksaan
palpasi, dapat dilakukan periksa dalam vagina atau pemeriksaan ultrasonografi
(Prawirohardjo, 2013).

1. Pemeriksaan Dalam (Vaginal Touches)

Pada presentasi bokong murni, kedua tuberositas iskiadikus, sakrum maupun


anus biasanya teraba, dan setelah terjadi penurunan lebih lanjut, genitalia eksterna
dapat dikenali. Pada presentasi bokong sempurna kaki dapat diraba disebelah bokong,
sedangkan pada presentasi kaki, kaki kanan atau kaki kiri dapat ditentukan
berdasarkan hubungannya dengan ibu jari kaki. Ketika bokong lebih turun lebih jauh
dari panggul, genitalia dapat diraba (Cunningham, 2009).

2. Pemeriksaan Ultrasonografi

Peranan ultrasonografi penting dalam diagnosis dan penilaian risiko pada


presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban, konfirmasi
letak plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan hiperekstensi kepala, kelainan
kongenital. Berat janin dapat diperkirakan secara ultrasonografis berdasarkan ukuran
diameter biparietal, lingkar kepala, lingkar perut dan panjang tulang femur.
Gambaran ultrasonografi tentang ekstremitas bawah dapat memberikan informasi
tentang jenis presentasi bokong (Prawirohardjo, 2013).

2.3.7. Penatalaksanaan
1. Sewaktu Hamil
Yang terpenting ialah usaha untuk memperbaiki letak sebelum persalinan terjadi
dengen versi luar. Tehnik :
a. Sebagai persiapan :
1) Kandung kencing harus dikosongkan
2) Pasien ditidurkan terlentang
3) Bunyi jantung anak diperiksa dahulu
4) Kaki dibengkokan pada lutut dan pangkal paha supaya dinding perut kendor
a) Mobilisasi : bokong dibebaskan dahulu
b) Sentralisasi : kepala dan bokong anak dipegang dan didekatkan satusama lain sehingga
badan anak membulat dengan demikian anak mudah diputar.
c) Versi : anak diputar sehingga kepala anak terdapat dibawah. Arah pemutaran hendaknya
kearah yang lebih mudah yang paling sedikit tekanannya. Kalau ada pilihan putar kearah
perut anak supaya tidak terjadi defleksi. Setelah versi berhasil bunyi jantung anak
diperiksa lagi dan kalau tetap buruk anak diputar lagi ketempat semula.
d) Setelah berhasil pasang gurita, observasai tensi, DJJ, serta keluhan.
2. Pimpinan Persalinan
a. Cara berbaring :
1) Litotomi sewaktu inpartu
2) Trendelenburg
b. Melahirkan bokong :
1) Mengawasi sampai lahir spontan
2) Mengait dengan jari
3) Mengaik dengan pengait bokong
4) Mengait dengan tali sebesar kelingking
5) Ekstraksi kaki
Ekstraksi pada kaki lebih mudah. Pada letak bokong janin dapat dilahirkan dengan cara
vaginal atau abdominal (seksio sesarea)
Teknik Ekstraksi Kaki
1 Setelah persiapan selesai, tangan yang searah dengan bagian-bagian kecil janin dimasukkan
secara obstetrik kedalam jalan lahir, sedang tangan yang lain membuka labia.
2 Kedua tangan penolong memegang betis janin.
3 Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu jari
dibelakang paha, sejajar sumbu panjang dan jari lain didepan paha.
4 Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai trokhanter depan lahir.
5 Untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha ditarik terus curam ke bawah.
6 Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin dipakai teknik pegangan Femuro-
Pelviks,sehingga badan janin ditarik kebawah sampai pusar lahir.
7 Untuk melahirkan badan janin yang lain dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada
manual aid.
3. Cara Melahirkan Pervaginam
Terdiri dari partus spontan ( pada letak sungsang janin dapat lahir secara spontan
seluruhnya) dan manual aid (manual hilfe). Waktu memimpin partus dengan letak
sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase :
Fase I : fase menunggu
Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila tangan tidak
menjungkit ka atas (nuchee arm), persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan dilakukan
ekspresi kristeller,karena halini akan memudahkan terjadinya nuchee arm
Fase II : fase untuk bertindak cepat.
Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala dan
panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit.Untuk mempercepatnya lahirnya
janin dapat dilakukan manual aid

Teknik Persalinan Pervaginam

1. Pada persalinan kala II jelaskan cara mengedan yang efektif


2. Pastikan analgesia yang adekuat
3. Tunggu proses penurunan bokong hingga tali pusat keluar biarkan ini
berlangsung spontan dengan dorongan hanya dari ibu. Jangan tarik bagian
bokong bayi.
4. Tunggu bayi melakukan rotasi ke posisi sakrum anterior
5. Episiotomi dapat dipertimbangkan setelah bokong anterior dan anus terlihat.
6. Jika kaki tidak lahir spontan lakukan Manuver Pinard, dengan cara bila satu
atau dua kaki di depan vulva maka dua jari operator memegang sepanjang
ekstremitas hingga ke lutut dan memisahkan garis tengah bersamaan akan
meregangkan kaki di bagian pinggul. Kemudian terjadi fleksi spontan lutut
dan dilanjutkan dengan lahirnya kaki.

Gambar 2.2 Manuver Pinard

7. Pegang di bagian pinggul dan biarkan dari tenaga ibu mengejan hingga
skapula terlihat. Jangan pegang di bagian perut hal ini dapat menyebabkan
kerusakan ginjal atau hati. Menjaga fleksi kepala dan menjaga tubuh bawah.
Gambar 2.3 Langkah 7

8. Putar badan bayi untuk melahirkan lengan hingga dada (Loveset Manoeuvre).
Gambar 2.4 Loveset Manoeuvre

9. Jaga kepala dalam posisi fleksi dengan memberi tekanan pada bagian
suprapubik ibu.

Gambar 2.5Langkah 9

10. Badan bayi didukung dalam posisi horizontal atau dibiarkan menggantung
hingga leher muncul di introitus vagina. Kemudian lahirkan kepala bayi
(Saxena, 2013).
Gambar 2.6 Langkah 10

2.3.8 Prognosis
1. Bagi ibu
Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar,juga karena dilakukan tindakan, selain itu
ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.
2. Bagi bayi :
Prognosa tidak begitu baik,karena adanya ganguan peredaran darah plasenta setelah bokong
lahir dan juga setelah perut lahir, talipusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa
menderita asfiksia.
Oleh karena itu setelah tali pusat lahir dan supaya janin hidup,janin harus dilakukan dalam
waktu 8 menit.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN (VARNEY DAN SOAP)

Ruang: VK

Tanggal masuk: 7 Februari 2017

No. Register: 09.20.54

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN

1. Nama : Ny. S Nama : Tn. M

2. Umur : 27 tahun Umur : 32 tahun

3. Agama : Islam Agama : Islam

4. Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Suku Bangsa : Jawa,Indonesia

5. Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta

7. Alamat : Wonosari RT 04/03 Gondangrejo, Karanganyar

B. ANAMNESA ( DATA SUBYEKTIF)

Tanggal : 7 Februari 2017 Pukul : 13.00 WIB

1. Keluhan utama pada waktu masuk :

Ibu mengatakan mengeluh merasa kenceng – kenceng serta nyeri pada

perut menjalar sampai pinggang, serta mengeluarkan lendir bercampur

darah dari jalan lahir dan merasa seperti ada benda keras pada perut

bagian atas.
2. Tanda-tanda persalinan :

Ibu mengatakan kontraksi sejak tanggal 7 Februari 2017 pukul

07.00 WIB frekuensi 2x10 menit, lamanya 25 detik kekuatan

lemah, lokasi nyeri di perut bagian bawah.

3. Riwayat menstruasi

a. Menarche : Ibu mengatakan haid pertama pada umur 14 tahun

b. Siklus hari

c. Lama hari

d. x

e. Teratur/tidak teratur : Ibu mengatakan haidnya teratur

f. Sifat darah : Ibu mengatakan darah yang keluar merah dan encer

g. Disminorhea : Ibu mengatakan tidak merasa nyeri saat haid

4. Riwayat Perkawinan

a. Status Perkawinan : Sah, kawin : 1x

b. Kawin/Menikah : Umur 20 tahun, dengan suami 24 tahun

c. Lamanya : 8 tahun, anaknya 2 orang


5. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Tabel 4.1 Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

No UK Penolong Anak Nifas Keadaan


Tgl/T Jen
hn is
Partus Partus JK BB PB Keadaan Anak
Laktasi Sekarang
1 2009 39mg Normal Bidan LK 3200 48 Baik Lancar Sehat,hidup
2 2015 38mg Normal Bidan PR 3300 49 Baik Lancar Sehat,hidup
3 Hamil sekarang

6. Riwayat Hamil Ini

a. HPHT : Ibu mengatakan Hari Pertama Haid

Terakhir pada tanggal 1 Mei 2016

b. HPL : Ibu mengatakan Hari Perkiraan Lahir

pada tanggal 8 Februari 2017

c. Keluhan – keluhan pada

Trimester I :Ibu mengatakan belum

mengetahui kehamilannya

Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

Terapi : Kalk, etabion, gestamin

Trimester III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

Terapi : Kalk, etabion, gestamin

d. ANC : Ibu mengatakan periksa 5 kali secara

teratur di Bidan Siyamtiningsih dan 1 kali di Dokter

Trimester I : Belum melakukan ANC di Bidan

Trimester II : 1x pada umur kehamilan 24 mgg


61

Trimester III : 4x pada umur kehamilan 32+2 mgg,

35+1 mgg, 36+4 mgg ,39+4 mgg

e. Penyuluhan yang pernah didapat : Ibu mengatakan pernah

mendapatkan penyuluhan tentang posisi menungging, persiapan

persalinan

f. Imunisasi TT : Ibu mengatakan sudah TT 3

kali TT I : Ibu mengatakan pada saat

capeng

TT II : Ibu mengatakan pada kehamilan kedua

TT III : Ibu mengatakan pada kehamilan ketiga

7. Riwayat Keluarga Berencana

a. Metode yang pernah dipakai : Ibu mengatakan

menggunakan alat kontrasepsi kondom

b. Keluhan selama pemakaian : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

8. Riwayat Penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang : Ibu mengatakan tidak sedang

menderita penyakit apapun (batuk,flu,dll).

b. Riwayat penyakit sistemik

1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasa sakit pada

dada sebelah kiri dan tidak mudah saat melakukan aktifitas

ringan

2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri pada

pinggang kanan dan kiri dan tidak pernah nyeri saat BAK

3) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas


4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk

berkepanjangan lebih dari 2 minggu yang disertai darah, nyeri

dada, lesu, tidak nafsu makan, BB menurun.

5) Hepatitis : Ibu mengatakan pada mata, kulit, kuku tidak pernah

berwarna kuning

6) DM : Ibu mengatakan tidak sering lapar dan haus dan

sering BAK >5x pada malam hari

7) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah tensinya >140/90

mmHg dan tidak pernah sakit kepala

8) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang sampai

mengeluarkan busa dari mulut.

9) Lain – lain : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit lain

– lain seperti HIV/AIDS dan PMS.

c. Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada

yang memiliki riwayat penyakit menurun seperti jantung, DM,

Hipertensi, jantung serta penyakit menular TBC dan Hepatitis

d. Riwayat Keturunan Kembar

Ibu mengatakan keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada

yang memiliki riwayat keturunan kembar

e. Riwayat Operasi

Ibu mengatakan tidak pernah operasi apapun


9. Pola kebiasaan sehari – hari

a. Nutrisi

1) Selama Hamil : Ibu mengatakan makan 3x sehari porsi

sedang nasi, sayur, lauk (tempe, tahu, telur, daging). Minum

susu.

2) Sekarang : Ibu mengatakan makan dan minum terakhir

pukul 12.30 WIB. Jenis makanan dan minuman nasi, sayur,

lauk dan teh hangat.

b. Personal Hygiene

1) Selama Hamil : Ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok

gigi 2x sehari, keramas seminggu 2x, ganti baju 2x sehari,

ganti celana dalam 2x sehari.

2) Sekarang : Ibu mengatakan mandi, gosok gigi, ganti

pakaian 1x, belum keramas pada pukul 07.00 WIB

c. Eliminasi

1) Selama Hamil : Ibu mengatakan BAB 1 hari sekali, konsistensi

lembek berwarna kuning kecoklatan

BAK -6x sehari , berwarna jernih kekuningan

2) Sekarang : Ibu mengatakan BAB 07.00 WIB dan BAK

13.30 WIB

d. Aktifitas

1) Selama Hamil : Ibu mengatakan sehari – hari mengerjakan

pekerjaan rumah dibantu oleh suami


2) Sekarang : Ibu mengatakan melakukan aktifitas jalan –

jalan agar bagian terbawah cepat turun

e. Istirahat/Tidur

1) Selama Hamil -2 jam, tidur

2) Sekarang : Ibu mengatakan terakhir tidur tadi malam jam

22.00 WIB sampai jam 05.00 pagi

f. Psikososial Budaya

1) Perasaan menghadapi persalinan ini

Ibu mengatakan merasa senang dengan kelahiran anaknya

2) Kehamilan ini direncanakan atau tidak

Ibu mengatakan kehamilan ini tidak direncanakan

3) Jenis kelamin yang diharapkan

Ibu mengatakan laki – laki atau perempuan sama saja yang

penting sehat

4) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini

Ibu mengatakan semua keluarga mendukung atas kehamilan ini

5) Keluarga lain yang tinggal serumah

Ibu mengatakan hanya tinggal dengan suami dan anaknya saja

6) Pantangan makanan

Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan


7) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan

Ibu mengatakan mitoni (7 bulanan) pada kehamilan pertama

C. PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBYEKTIF)

1. Status Generalis

a) Keadaan Umum : Cukup

b) Kesadaran : Composmentis

c) TTV

Tekanan Darah : 120/80 mmHg Respirasi : 22

x/menit Nadi : 88 x/menit Suhu : 37,50 C

d) TB : 152 cm

e) BB sebelum hamil : 60 kg

f) BB sekarang : 70 kg

g) LILA : 26 cm

2. Pemeriksaan Sistematis

a) Kepala

1) Rambut : Bersih, tidak berketombe, tidak

ada benjolan

2) Muka : Bersih, tidak ada bintik – bintik hitam,

tidak bengkak (oedema)

3) Mata

(a) Oedema : Tidak ada oedema

(b) Conjungtiva : Merah muda (tidak anemis)


(c) Sklera : Putih (tidak ikterik)

4) Hidung : Simetris, bersih, tidak ada benjolan

5) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen

6) Mulut/gigi/gusi : Bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada

caries, gusi tidak berdarah

b) Leher

1) Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran

2) Tumor : Tidak ada benjolan

3) Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran

c) Dada dan Axilla

1) Dada : Simetris, tidak ada retraksi

2) Mammae

(a) Membesar : Normal

(b) Tumor : Tidak ada benjolan

(c) Simetris : Simetris kanan dan kiri

(d) Areola : Hiperpigmentasi

(e) Putting susu : Menonjol

(f) Kolostrum : Sudah keluar sedikit

3) Axilla

(a) Benjolan : Tidak ada benjolan

(b) Nyeri : Tidak ada nyeri


67

d) Ekstremitas

1) Atas : Normal, terpasang infus RL 20 tpm pada

tangan kiri

2) Bawah

(a) Varices : Tidak ada varices

(b) Oedema : Tidak ada oedema

(c) Reflek Patella : Positif kanan dan kiri

(d) Kuku : Bersih, berwarna merah muda

3. Pemeriksaan Khusus Obstetri (Lokalis)

a) Abdomen

1) Inspeksi

(a) Pembesaran perut : Normal sesuai dengan

umur kehamilannya

(b) Bentuk perut : Memanjang

(c) Linea alba/nigra : Linea nigra

(d) Striae albican/livide : Striae livide

(e) Kelainan : Tidak ada kelainan

(f) Pergerakan janin : Terlihat pergerakan janin

2) Palpasi

(a) Pergerakan janin : Ada, frekuensi 3 kali dalam 10

menit selama 35 detik

(b) Kontraksi : 3 kali dalam 10 menit 35 detik


(c) Leopold I : TFU 3 jari di bawah px, bagian

fundus teraba bulat, keras, melenting (kepala)

(d) Leopold II : Bagian kanan teraba keras seperti

papan (punggung), bagian kiri teraba bagian kecil janin

(ekstremitas)

(e) Leopold III : Bagian terbawah teraba lunak,

tidak melenting (bokong)

(f) Leopold IV : Bagian terbawah sudah

masuk panggul 3/5 bagian

(g) TFU Mc. Donald : 29 cm

(h) TBJ : ( 29 -11) x 155 : 2790 gram

3) Auskultasi

DJJ : Punctum maximum : Diatas umbilicus sebelah

kanan Frekuensi : 144x/menit

Teratur/tidak : Teratur

b) Pemeriksaan Panggul

1) Kesan Panggul : Normal (gynecoid)

2) Distansia Spinarum : 24 cm

3) Distansia Kristarum : 27 cm

4) Conjugata Eksterna ( Boudeloque ) : 19 cm

5) Lingkar Panggul : 85 cm
69

c) Anogenital

1) Vulva vagina

(a) Varices : Tidak varices

(b) Luka : Tidak luka

(c) Kemerahan : Tidak kemerahan

(d) Nyeri : Tidak ada nyeri

(e) Pengeluaran pervaginam : Lendir darah

2) Perineum

(a) Bekas Luka : Tidak ada bekas luka

(b) Lain – lain : Tidak ada

3) Anus

(a) Haemoroid : Tidak ada haemoroid

(b) Lain – lain : Tidak ada

4) Inspekulo

(a) Vagina : Tidak dilakukan

(b) Portio : Tidak dilakukan

5) Vaginal Toucher

(a) Vulva vagina : Lunak

(b) Portio : Teraba lunak

(c) Pembukaan : 5 cm

(d) Kulit Ketuban : Utuh

(e) Presentasi : Bokong


(f) Posisi :Tuber ischii, os.sacrum kanan

belakang, anus

4. Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan

Laboratorium

Pemeriksaan darah

b) Pemeriksaan penunjang

lain Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA

A. Diagnosa Kebidanan

Ny.J G3P2A0 umur 27 tahun, hamil 39+6 minggu, janin tunggal,

hidup, intrauterine, letak memanjang, punggung kanan, dengan

presentasi bokong , inpartu kala I fase aktif.

Data Dasar

Data Subyektif :

1. Ibu mengatakan bernama Ny. J umur 27 tahun

2. Ibu mengatakan ini kehamilan yang ketiga

3. Ibu mengatakan merasa kenceng – kenceng serta nyeri pada

perut menjalar sampai ke pinggang, serta mengeluarkan lendir

bercampur darah dari jalan lahir dan merasa seperti ada benda

keras pada perut bagian atas.

4. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 1 Mei 2016

5. Ibu mengatakan hari perkiraan lahir tanggal 8 februari 2017


Data Obyektif

1. Keadaan umum : Cukup

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV :

Tekanan Darah : 120/80 mmHg Respirasi : 22

x/menit Nadi : 88 x/menit Suhu : 37,50 C

4. Terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kiri dan telah dilakukan

pengambilan darah

5. Palpasi

a) Leopold I : TFU 3 jari bawah px, bagian fundus teraba

bulat, keras dan melenting (kepala)

b) Leopold II : Bagian kanan teraba keras seperti papan

(punggung), bagian kiri teraba bagian kecil janin

(ekstremitas)

c) Leopold III : Bagian terbawah teraba lunak,

tidak melenting (bokong)

d) Leopold IV : Bagian terbawah sudah masuk panggul 3/5

bagian

6. Auskultasi

DJJ : Punctum maximum : Diatas umbilikus sebelah

kanan Frekuensi : 144 x/menit

Teratur/tidak : Teratur
7. Vaginal Toucher

a) Vulva vagina : Lunak

b) Portio : Teraba lunak

c) Pembukaan : 5 cm

d) Kulit Ketuban : Utuh

e) Presentasi : Bokong

f) Posisi :Tuber ischii, os.sacrum

kanan belakang ,anus

B. MASALAH

Ibu mengatakan merasa cemas dan takut dalam menghadapi

persalinan karena posisi sungsang.

C. KEBUTUHAN

1. Kebutuhan dukungan emosional, sosial dan spiritual

2. Kebutuhan akan rasa aman dan nyaman

III. DIAGNOSA POTENSIAL

a. Pada Ibu : Perdarahan, robekan jalan lahir, dan infeksi

b. Pada bayi : Asfiksia, trauma persalinan, dan infeksi

IV. TINDAKAN SEGERA

a. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pelaksanakaan persalinan sungsang


b. Kolaborasi dengan petugas perinatology untuk melakukan resusitasi

bayi sebagai antisipasi

V. RENCANA TINDAKAN

Tanggal : 7 Februari 2017 pukul : 13.15 WIB

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan dan jaga privasi ibu

b. Berikan penjelasan tentang tindakan pertolongan persalinan dengan

metode bracht yang akan dilakukan dan diberikan inform consent

kepada keluarga

c. Observasi TTV, DJJ, dan His tiap 30 menit

d. Berikan dukungan mental pada ibu agar ibu tidak cemas

e. Posisikan ibu miring kekiri untuk mengurangi rasa nyeri

f. Anjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak ada His untuk

mempersiapkan tenaga untuk mengejan

g. Anjurkan keluarga ibu untuk menyiapkan ember, jarik dan pakaian ibu

dan bayi

h. Beritahu keluarga hasil laboratorium belum keluar

i. Siapkan partus set ,obat – obatan esensial, tempat resusitaasi bayi dan

masukan oksitosin ke spuit 3 cc.

j. Lakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam atau jika ada indikasi.


VI. PELAKSANAAN

Tanggal : 7 Februari 2017 pukul : 13.20 WIB

a. Pukul 13.20 WIB : Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan jaga privasi ibu

b. Pukul 13.22 WIB : Memberikan penjelasan tentang tindakan

pertolongan persalinan bahwa yang akan lahir bokongnya terlebih

dahulu dan diberikan inform consent kepada keluarga

c. Pukul 13.30 WIB : Mengobservasi TTV, DJJ, dan His tiap 30 menit

d. Pukul 13.32 WIB : Memberikan dukungan mental pada ibu agar ibu

tidak cemas

e. Pukul 13.34 WIB : Memposisikan ibu miring kekiri untuk mengurangi

rasa nyeri

f. Pukul 13.36 WIB : Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat

tidak ada His untuk mempersiapkan tenaga untuk mengejan

g. Pukul 13.38 WIB : Menganjurkan keluarga ibu untuk menyiapkan

ember, jarik dan pakaian ibu dan bayi

h. Pukul 13.40 WIB : Memberitahu keluarga bahwa hasil laboratorium

belum keluar

i. Pukul 13.42 WIB : Menyiapkan partus set ,obat – obatan esensial,

tempat resusitaasi bayi dan masukan oksitosin ke spuit 3 cc.

j. Pukul 13.44 WIB : Melakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam atau

jika ada indikasi


VII. EVALUASI

Tanggal : 7 Februari 2017 pukul : 13.50 WIB

a. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan jaga privasi ibu

b. Ibu telah diberi motivasi dan informed consent

c. Telah dilakukan observasi TTV, DJJ dan His tiap 30 menit

d. Posisi ibu sudah miring kekiri

e. Ibu bersedia untuk makan dan minum saat tidak kenceng – kenceng

f. Keluarga sudah diberitahu bahwa hasil laboratorium belum keluar

g. Partus set, obat – obatan esensial, tempat resusitaasi bayi

dan masukan oksitosin ke spuit 3 cc sudah disiapkan

h. Pukul 13.50 WIB : Dilakukan pemeriksaan dalam karena

sudah ada tanda gejala kala II. ( ada dorongan untuk

meneran, anus membuka, perineum menonjol, vulva vagina

membuka)

Dengan hasil pemeriksaan dalam :

1. Vulva vagina : Membuka

2. Portio : Tidak teraba

3. Pembukaan : 10 cm

4. Kulit Ketuban : Pecah, Warna jernih

5. Presentasi : Bokong

6. Posisi : Tuber ischii, os.sacrum kanan belakang ,anus

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny “S’ G1P0A0H0


trimester III dengan letak sungsang di RSI Nashrul Ummah Lamongan didapatkan adanya
kesamaan maupun kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, yaitu
sebagai berikut:
A. Data subyektif
Terdapat kesenjangan pada data subyektif untuk riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu atau paritas ibu. Pada kasus, kehamilan letak sungsang pada Ny “S”
merupakan kehamilan yang pertama. Sedangkan pada teori diterangkan bahwa ibu
dengan grande multigravida dan riwayat kehamilan sungsang sebelumnya dapat
mempengaruhi terjadinya kehamilan letak sungsang.
Grande multigravida dan riwayat kehamilan sungsang sebelumnya tidak selalu
menjadi faktor penyebab terjadinya kehamilan sungsang karena faktor predisposisi
terjadinya letak sungsang tidak hanya ibu dengan grande multigravida. Dikuatkan dengan
teori bahwa faktor penyebab letak sungsang antara lain fiksasi kepala pada pintu atas
panggul tidak baik atau tidak ada, janin mudah bergerak, gemelli, janin sudah lama mati
dan kelainan uterus.
Pada pola aktivitas ibu atau versi luar alami terdapat kesenjangan, karena pada
kasus ibu sering melakukan gerakan sujud setiap hari mulai dari diketahuinya letak
sungsang tapi hasilnya sampai kehamilan aterm letak janin tetap letak sungsang.
Sedangkan pada teori disebutkan bahwa dengan melakukan gerakan yoga, bersujud dan
merangkak dapat membantu merubah posisi letak sungsang menjadi letak kepala.
Gerakan yoga, bersujud dan merangkak dilakukan pada ibu hamil dengan letak sungsang
bertujuan untuk mengusahakan kemungkinan merubah letak sungsang menjadi letak
kepala, tapi kemungkinan untuk berubah tergantung dari keadaan janin dan penyebab dari
letak sungsang sendiri.Dijelaskan dengan teori bahwa tingkat keberhasilan dilakukannya
versi luar sebesar 50 –70% (semakin meningkat pada multiparitas, presentasi selain
bokong murni, volume air ketuban normal, letak lintang, atau oblik).
B. Data obyektif
Terdapat kesenjangan untuk pemeriksaan tinggi badan ibu, pada tinjauan kasus
pemeriksaan tinggi badan ibu 152 cm tetapi kehamilan ibu merupakan letak sungsang.
Padahal pada tinjauan pustaka dijelaskan bahwa tinggi badan ibu <145 cm dapat menjadi
faktor penyebab letak sungsang karena kesempitan panggul menyebabkan gangguan
fiksasi kepala pada PAP. Sudah dijelaskan pada data subyektif bahwa faktor dari
kehamilan letak sungsang tidak hanya dari satu hal saja tapi dari beberapa faktor.
Sedangkan untuk kesempitan panggul sendiri juga tidak dapat disimpulkan hanya dari
pengukuran tinggi badan saja tetapi perlu pemeriksaan lainnya seperti pameriksaan
77

panggul, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan pelvimetri radiologik. Ini diperkuat dengan
teori bahwa CPD dapat ditegakkan dari pemeriksaan pelvimetri radiologik.
Pada pemeriksaan panggul juga terdapat kesenjangan, disebutkan pada tinjauan
kasus hasil pemeriksaan panggul pada Ny “S” adalah distansia spinarum : 24 cm,
distansia cristarum : 27 cm, conjugata eksterna : 19 cm, lingkar panggul : 85 cm.
Tapi dari pemeriksaan Leopold III disebutkan bahwa bokong belum masuk PAP padahal
umur kehamilan ibu aterm,dari sini dapat dicurigai adanya kesempitan panggul ibu.
Sedangkan pada teori untuk ukuran pemeriksaan panggul distansia spinarum (23-26 cm),
distansia kristarum (26-29 cm), conjugata eksterna (18-20 cm) dan lingkar panggul (80-
90 cm)
Adanya kesempitan panggul sudah harus di duga waktu pemeriksaan antenatal
khususnya pada primigravida dengan letak sungsang. Untuk itu harus dilakukan
pemeriksaan lebih teliti untuk menyingkirkan adanya kesempitan. Mengetahui Taksiran
Berat janin (TBJ) yang benar sangat dibutuhkan agar kita mengetahui ada tidaknya
kesesuaian antara ukuran panggul dengan berat janin. Teori menyebutkan bahwa janin
yang besar dapat menyebabkan disproporsi meskipun ukuran panggul normal.
C. Analisa
Pada analisa masalah potensial terdapat persamaan, pada tinjauan kasus
masalah potensial yang terjadi, persalinan dengan tindakan operasi sectio cessarea dan
infeksi. Sedangkan pada teori disebutkan dapat terjadinya persalinan dengan tindakan
atau patologi, distosia saat persalinan, perdarahan pasca persalinan, robekan jalan
lahir dan infeksi. Sedangkan Kebutuhan kehamilan letak sungsang pada analisa
terdapat kesamaan antara konsep dasar asuhan kebidanan dan kasus. Pada kasus
sendiri kebutuhan Ny “S” antara lain nutrisi, eliminasi, personal hygiene, aktivitas
dan istirahat. Kolaborasi P4K dan persalinan per abdominal. Sedangkan pada konsep
asuhan kebidanan kebutuhannya meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygiene,
aktivitas, dan istirahat. USG, foto rontgen, kolaborasi P4K. PerencanaanPerencanaan
persalinan normal, persalinan patologis, SC.
Tindakan operasi sectio cessarea ini menjadi masalah potensial dan kebutuhan
bagi Ny “S” karena pada data obyektif diatas panggul ibu diduga sempit. Tindakan ini
dikuatkan dengan teori dari buku buku acuan nasional pelayanan kesehatan meternal
neonatal menjelaskan bahwa indikasi dilakukannya sectio cessarea pada ibu yaitu
CPD, disfungsi uterus, distosia jaringan lunak, plasenta previa, rupture uteri
mengancam dan partus lama.
D. Penatalaksanaan
Pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus ditemukan persamaan.
Penatalaksanaan yang dilakukan meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Penatalaksanaan kehamilan letaksungsang pada trimester III diantaranya
menjelaskan tentang hasil pemeriksaan, menjelaskan tentang tanda – tanda bahaya
kehamilan trimester III, menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga pola nutrisi, pola
istiraha dan aktivitas tanda – tanda persalinan, memberitahu ibu agar mempersiapkan
persalinan dengan letak sungsan baik secara normal maupun per abdominal,
memberitahukemungkinan yang dapat terjadi pada persalinan normal maupun per
abdominal, serta memberikan dukungan psikososial pada ibu dalam menghadapi
persalinan.
Pada tinjauan kasus untuk catatan perkembangan I disebutkan bahwa ibu
bersalin dengan persalinan per abdominal karena ibu primigravida, ibu suspect CPD,
dari observasi his ibu tidak adekuat, dan dari pembukaan serviks yang tidak
bertambah.Didukung dengan teori bahwa kehamilan letak sungsang pada umur
kehamilan lebih dari 32 minggu sudah tidak dapat lagi mengubah menjadi presentasi
kepala.
Serta faktor kehamilan letak sungsang yang terjadi pada primigravida sampai
umur kehamilan aterm maka kehamilan harus segera diakhiri dengan jalan operasi
sectio cessarea karena panggul ibu belum pernah melahirkan, tidak bisa dicoba – coba
untuk melahirkan dengan cara normal karena dapat mengakibatkan cedera pada bayi.
Diperkuat lagi dengan teori bahwa pengambilan keputusan cara persalinan yang
hendak dipilih pada kehamilan letak sungsang dinilai dari TBJ, jenis presentasi
bokong, keadaan selaput ketuban, ukuran dan struktur tulang panggul ibu, keadaan
hiperekstensi kepala janin, kemajuan persalinan dan pengalaman penolong.
79

BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada pengkajian subjektif terdapat kesenjangan dalam hal paritas ibu dan
versi luar alami dengan gerakan sujud. Pada pengkajian objektif terdapat
kesenjangan dalam hal pemeriksaan tinggi badan dan pemeriksaan panggul luar.
Pada analisa tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus dalam hal
masalah potensial dan kebutuhan. Pada penatalaksanaan tidak ada kesenjangan
antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus dalam hal penatalaksanaan kehamilan dengan letak sungsang pada
trimester III dan catatan perkembangan.

3.2 Saran
Menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat, khususnya ibu hamil tentang
pentingnya memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada kehamilan dengan
letak sungsang.
Daftar Pustaka

Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Oxorn, Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi dan FisiolgiPersalinan.Yogyakarta :
Andi Offset
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Asuhan Kebidanan IV(Patologi Kebidanan).
Jakarta: Trans Info Media
Saifuddin, Abdul Bahri. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal Neonatal.
Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sarwono, Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Vivian, dkk. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai