Anda di halaman 1dari 41

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen merupakan proses bekerja dengan dan melalui orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi. Manajemen juga merupakan proses mengumpulkan dan
mengorganisir sumber-sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja orang lain) yang
mencerminkan kedinamisan organisasi.
Menurut PPKC (2004), Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus
pada klien. Proses manajemen asuhan kebidanan merupakan langkah sistimatis yang
merupakan pola pikir bidan. Dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan
dengan pendekatan pemecahan masalah yang sistimatis dari rasional, maka seluruh
aktifitas/tindakan yang diberikan oleh bidan kepada klien akan efektif dan terhindar
dari tindakan yang bersifat coba-coba yang akan berdampak kurang baik untuk klien.
Menurut Depkes RI (2009), Manajemen Kebidanan adalah metode dan
pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan kepeda individu, keluarga dan masyarakat.
Sedangkan menurut Buku IBI (2004), Manajemen Kebidanan adalah pendekatan
yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis mulai dari pengkajian, Analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.

2. Sasaran Manajemen Kebidanan


1) Bidan sesuai dengan perannya sebagai tenaga kesehatan memiliki kewajiban
memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan kesehatan.
Untuk melaksanakan asuhan tersebut digunakan metode pendekatan yang disebut
Manajemen Kebidanan. Metode dan pendekatan digunakan untuk mendalami
permasalahan yang dialami oleh pasien atau klien dan merumuskan masalah
tersebut, serta akhirnya mengambil langkah pemecahannya. Manajemen
kebidanan membantu proses berfikir bidan dalam melaksanakan asuhan dan
pelayanan kebidanan.
2) Manajemen kebidanan mendorong bidan menggunakan cara yang teratur dan
nasional, sehingga mempermudah pelaksanaan yang tepat dalam memecahkan
masalah pasien dan kliennya. Dan kemudian akhirnya tujuan mewujudkan
kondisi ibu dan anak yang sehat dapat dicapai.
3) Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa permasalahan kesehatan ibu dan anak
yang ditangani oleh bidan mutlak menggunakan metode dan pendekatan
manajemen kebidanan. Sesuai dengan lingkup dan tanggung jawab bidan, maka
sasaran manajemen kebidanan ditujukan baik kepada individu ibu dan anak,
keluarga maupun kelompok masyarakat.
4) Manajemen kebidanan dapat digunakan oleh bidan dalam melaksanakan kegiatan
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif dalam lingkup dan
tanggungjawabnya sebagai seorang bidan.

3. Langkah Langkan Manajemen Asuhan Kebidanan


Langkah-langkah manajemen asuhan kebidanan menurut PPKC (2004), adalah:
1) Langkah I Tahap Pengkajian (Pengumpulan Data)
a. Data Subyektif
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
a) Anamnese
Anamnese yang terdiri dari :
(1) Biodata klien dan keluarga
(2) Riwayat keluhan
Untuk mengetahui keluhan apa saja yang dirasakan ibu setelah
persalinan.
(3) Riwayat kesehatan
Untuk mengetahui penyakit apa yang pernah diderita oleh
klien dan keluarga.
(4) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas
Untuk mengetahui berapa kali hamil, persalinan dan nifas
serta perkembangan bayi/anak yang dimiliki.
(5) Pengetahuan klien
Mengetahui pengetahuan klien tentang perawatan luka post seksio
sesarea.
(6) Biopsikospiritual
Mengetahui keadaan kehidupan setiap hari dalam bermasyarakat
dan beragama.
b. Data Obyektif
Data obyektif dilakukan dengan cara melakukan Pemeriksaan fisik yaitu
teristimewa tanda-tanda vital yang terdiri dari tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu badan dan pemeriksaan kelainan pada tubuh.
a) Pemeriksaan Khusus
(a) Inspeksi
Untuk melihat kelainan-kelainan yang ditemukan mulai dari
kepala sampai dengan kaki serta melihat kelainan-kelainan yang
ditemukan.
(b) Palpasi
Untuk mengukur tinggi fundus, meraba kontraksi uterus dan
involusi uterus.
(c) Perkusi
Untuk melihat reflex patella klien.
b) Pemeriksaan obstetric
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data kehamilan seperti :
palpasi abdominal, pemeriksaan payudara, pemeriksaan adanya edema
dan sebagainya.
c) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium yang terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, leukosit,
trombosit, HIV/AIDS, Golongan Darah dan sebagainya sesuai dengan
kondisi ibu. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan
langkah berikutnya sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang
dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak
dalam tahap selanjutnya sehingga dalam pendekatan ini harus
komprehensif meliputi data Subjektif dan data Objektif.
2) Langkah II (Interpretasi data dasar).
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.Data
dasar yang sudah di kumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosis, masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi
membutuhkan penanganan, masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan
pengalaman klien yang belum teridentifikasi dalam diagnose.
Masalah yang didapat dengan melakukan analisa data :
a) Diagnosis adalah diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup
praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa bidan.
b) Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.
c) Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapat dengan melakukan
analisa data.
3) Langkah III (Perencanaan).
Pada langkah ini mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
dan mengantisipasi penanganannya dan membutuhkan antisipasi, berdasarkan
diagnosa/ masalah yang sudah diidentifikasi. Untuk langkah ini bidan dituntut
untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan
masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan
antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi. Diagnosa potensial
pada kasus ini adalah potensial terjadi infeksi puerperal yang perlu ditangani
secara tepat.
4) Langkah IV (Implementasi).
Langkah ini menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk
melakukan konsultasi, kolaborsi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan
kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan sehingga dari data yang dapat menunjukan satu situasi
yang memerlukan tindakan segera sementara hal yang lain harus menunggu
intervensi dari hasil kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya antara lain dokter
dan ahli gizi.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini informasi yang
tidak lengkap dapat dilengkapi. Pada kasus ini yang direncanakan adalah
observasi tanda-tanda vital, teristimewa tekanan darah, dan tanda-tanda infeksi
yang disertai dengan radang, merah, nyeri pada daerah luka, bau seperti bau luka
busuk. Direncanakan untuk melakukan perawatan luka dan memperhatikan
tanda-tanda terjadinya infeksi.
Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien, atau
anggota tim kesehatan lain namun tetap bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh.Apabila bidan tidak
dapat melakukan semua rencana pada langkah kelima pada hari yang
ditentukan maka dapat dilakukan pada jam dan hari yang selanjutnya.

5) Langkah V (Evaluasi)
Langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnosis
dan masalah yang telah diidentifikasi. Dan mengetahui apakah asuhan yang
diberikan berhasil atau tidak.

4. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan


Untuk mengetahui asuhan yang telah dilakukan maka didokumentasikan
dalam bentuk SOAP, yaitu :
1) S : Subjektif (Langkah 1)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesis.
2) O : Objektif (Langkah 1)
Menggambarkan hasil pemeriksaan fisik klien, laboratorium dan uji
diagnostik lain yang dimaksud dalam data fokus untuk mendukung asuhan.
3) A : Assessment (Langkah 2,3,4)
Menggambarkan hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif
dalam suatu identifikasi.
4) P : Plan (Langkah 5,6,7)
Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi perencanaan
berdasarkan assessment.

B. Konsep Dasar Kehamilan


1. Pengertian Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, Kehamilan adalah sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi
atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut
kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam tiga trimester, diamana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13
hingga ke-27) , dan trimester ke tiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga minggu ke-
40).
Untuk melakukan asuhan antenatal yang baik, diperlukan pengetahuan dan
kemampuan untuk mengenali perubahan fisiologis yang terkait dengan proses
kehamilan. Perubahan tersebut mencangkup perubahan produksi dan pengaruh
hormonal serta perubahan anatomic dan fisiologik selama kehamilan. Pengenalan dan
pemahaman tentang perubahan fisiologik tersebut menjadi modal dasar dalam
mengenali kondisi patologik yang dapat mengganggu status kesehatan ibu ataupun
bayi yang dikandungnya. Dengan kemampuan tersebut, penolong atau petugas
kesehatan dapat mengambil tindakan yang tepat dan perlu untuk memperoleh luaran
yang optimal dari kehamilan dan persalinan (Sarwono, 2014).

2. Tanda dan Gejala Kehamilan


Menurut Kuswati (2014 ; h.100-103) Pada wanita hamil terdapat beberapa tanda dan
gejala, antara lain :
1) Tanda- tanda Presumptive (Dugaan Hamil)
a. Amenorea (Tidak dapat haid selama 3 bulan)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi.
Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan
tuanya kehamilan / umur kehamilan dan hari perkiraan lahirnya.
b. Mual dan muntah (nausea dan vomiting)
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan
pertama, dan sering terjadi pada pagi hari (morning sickness). Dalam batas-
batas tertentu keadaan ini masih fisiologis. Bila terlampau sering, dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut hyperemesis gravidarum
(tanda bahaya dalam kehamilan).
c. Mengidam
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama, akan tetapi menghilang
dengan makin tuanya kehamilan.
d. Tidak tahan suatu bau-bauan
e. Pingsan
Sering dijumpai bila berada di tempat-tempat yang ramai. Dianjurkan untuk
tidak pergi ke tempat-tempat rama pada bulan-bulan pertama dan hilang
sesudah kehamilan 16 minggu.
f. Tidak ada selera makan (Anoreksia)
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama, tetapi setelah itu nafsu makan
akan timbul kembali.
g. Lelah (Fatigue)
h. Payudara membesar
Payudara akan membesar, tegang dan sedikit nyeri, yang disebabkan karena
pengaruh esterogen dan progesterone yang merangsang ductus dan alveoli
payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar, terjadi
hiperpigpentasi pada areola dan putting susu menonjol.
i. Sering kencing (Miksi)
Miksi/BAK sering terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang
membesar. Gejala ini hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir
kehamilan, gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala
janin.
j. Konstipasi
Konstipasi atau obstipasi terjadi karena tonus otot-otot usus menurun oleh
pengaruh hormone steroid.
k. Pigmentasi kulit
Pigmentasi kulit ini terjadi dikarenakan pengaruh hormone kortikosteroid
plasenta, dapat dijumpai di muka (Cloasma Gravidarum). Areola payudara,
leher dan dinding perut ( Striae Livide dan Striae Albicans).
l. Epulis (hipertrofi dari papil gusi)
Merupakan suatu hipertrofy papilla gingivae. Sering terjadi pada triwulan
pertama kehamilan.
m. Varises
Pemekaran vena-vena atau varises dapat terjadi pada bagian kaki, betis, dan
vulva yang biasanya dijimpai pada triwulan akhir. Biasanya didapat pada
daerah genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada kehamilan
multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan yang
terdahulu, yang kemudian timbul kembali pada triwulan pertama.
2) Tanda Kemungkinan Hamil
a. Perut membesar
Terjadi pembesaran abdomen secara progesif dari kehalina 7 sampai 28
minggu. Pada minggu ke 16 22, pertumbuhan terjadi secara cepat dimana
uterus keluar panggul dan mengisi rongga abdomen.
b. Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan konsistensi dari rahim.
c. Tanda hegar
Konsistensi rahim yang menjadi lunak, terutama daerah isthmus uteri
sedemikian lunaknya, hingga kalau kita letakan dua jari dalam forniks
posterior dan tangan satunya pada dinding perut atas symphysis, maka
isthmus ini tidak teraba seolah-olah corpus uteri sama sekali terpisah dari
cerviks.
d. Tanda chadwick
Vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide) yang
disebabkan oleh adanya hipervaskularisasi. Warna posrio juga tampak livide.
Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh hormone esterogen.
e. Tanda piscasek
Adanya tempat yang kosong pada rongga uterus karena embrio biasanya
terletak di sebalah atas, dengan bimanual akan terasa benjolan yang asimetris
f. Braxton-hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Terjadi akibat peregangan
endometrium yang disebabkan oleh terjadinya pembesaran uterus.
Peningkatan aktomiosin di dalam myometrium juga menjadi penyebab dari
meningkatnya kontraktilitas uterus. Kontraksi Braxton Hicks timbul sejak
usia kehamilan enam minggu.
g. Teraba Ballotement
Pada kehamilan 16-20 minggu, dengan pemeriksaan bimanual dapat terasa
adanya benda yang melenting dalam uterus (tubuh janin).
3) Tanda Pasti Hamil
a. Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasakan atau diraba.gerakan janin
bermula pada usia kehamilan mencapai usia 12 minggu, tetapi baru dapat
dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16-20 minggu karena di usia
kehamilan tersebut, dinding uterus mulai menipis dan gerakan janin menjadi
lebih kuat. Pada kondisi tertentu, ibu hamil dapat merasakan gerakan halus
hingga tendangan kaki bayi di usia kehamilan 16-18 minggu (di hitung dari
haid pertama haid terakhir). Gerak pertama bayi yang dapat dirasakan ibu
disebut dengan quickening, yang sering diartikan sebagai kesan kehidupan.
(Sarwono, 2014 ; h.219).
b. Denyut jantung janin/ DJJ
Jantung janin mulai berdenyut sejak awal minggu keempat setelah fertilisasi,
tetapi baru pada usia 20 minggu bunyi jantung janin dapat dideteksi dengan
fetoskop (sarwono, 2014 : h.219)
(a). Didengar dengal stetoskop monoral laenec /linex
(b). Dicatat dan di dengar dengan alat dopler
(c). Dicatat dengan feto-elektro kardiogram (pada kehamilan 12 minggu)
(d). Dilihat pada Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan USG, akan dapat terlihat gambaran janin yang
berupa ukuran kantung janin, panjangnya janin dandiameter biparietalis
hingga dapat diperkirakan usia kehamilannya.

3. Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan menurut Kuswati (2014 ;h.104-108)


a. Tes Urine (tes HCG)
Tes urine dilakukan sedini mungkin saat diketahui ada amenorea. Inti test urine
adalah untuk mengetahui kadar HCG (Human Chorionic Gonadotropin) yaitu
suatu hormone yang dihasilkan embrio saat terjadinya kehamilan yang akan
meningkat dalam urine dan darah seminggu setelah terjadinya konsepsi. Urine
yang digunakan biasanya adalah urine pagi hari dimana kadar hormone HCG
dalam urine tinggi.
b. Palpasi Abdominal
Secara umum, palpasi abdominal dilakukan dengan tujuan untuk menentukan
besar dan konsistensi rahim, bagian-bagian janin, letak dan presentasi janin,
kontraksi janin, Braxton hicks, his dan taksiran berat janin. Cara palpasi
abdominal yang lazim digunakan adalah menurut leopold. Pemeriksaan palpasi
menurut leopold dilakukan dengan posisi ibu hamil berbaring
terlentang.pemeriksaan palpasi leopold dengan posisi ibu hamil terlentang dengan
bahi dan kepala sedikit lebih tinggi (memakai bantal). Setelah ibu hamil dalam
posisi terlentang, dilihat apakah uterus berkontraksi atau tidak, jika berkontraksi
harus ditunggu hingga uterus tidak berkontraksi. Dinding perut juga harus lemas,
sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan teliti, untuk itu tungkai dapat
ditekuk pada pangkal paha dan lutut. Pemeriksaan palpasi leopold dibagi menjadi
empat tahap, yaitu Leopold I, Leopold II, Leopold III dan Leopold IV, pada saat
melakukan pemeriksaan bidan berada di sebelah kanan ibu hamil, serta
menghadap ke arah muka ibu dan saat melakukan Leopold ke IV pemeriksa
menghadap ke kaki ibu. Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan leopold
adalah :
1) Leopold I
Tujuan dari pemeriksaan leopold 1 adalah untuk menentukan tinggi fundus
uteri untuk menentukan umur kehamilan, selain itu, dapat juga ditentukan
bagian janin mana yang terletak pada fundus uteri.
Teknik pelaksanaan :
(1). Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri
(2). Mengumpulkan bagian janin dibagian tengah
(3). Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan dengan
menggunakan metlin
(4). Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau
kepala)
2) Leopold II
Palpasi leopold II dilakukan untuk mengetahui bagian janin berada di sebelah
kanan atau kiri ibu.
Teknik pelaksanaan :
(1). Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai
disamping kiri dan kanan umbilicus.
(2). Tentukan bagian punggungjanin untuk menentukan lokasi auskultasi
denyut jantung janin nantinya.
(3). Tentukan bagian kecil-kecil janin atau bagian ekstremitas janin.
3) Leopold III
Palpasi leopold III ini bertujuan untuk bagian janin apa yang berada di sebelah
bawah uterus ibu ( kepala atau bokong).
Teknik pelaksanaan :
(1). Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh pemeriksa karena dapat
menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien.
(2). Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan
(3). Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan tentukan apakah
sudah mengalami enggament atau belum.
4) Leopold IV
Pada pemeriksaan leopold IV, selain bertujuan untuk menentukan bagian
janin mana yang terletak dibawah, juga dapat menentukan bagian terendah
janin sudah masuk panggul atau belum (konvergent atau divergent).
Teknik pelaksanaan :
(1). Pemeriksa mengubah posisinya sehingga menghadap kea rah kiri pasien.
(2). Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah
janin.
(3). Kaki pasien di luruskan
(4). Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin.
c. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti kehamilan.
Gambaran yang terlihat yaitu rangka janin dan kantong kehamilan.
d. Pemeriksaan Rontgen
Merupakan salah satu pemeriksaan untuk melakukan penegakan diagnosis pasti
kehamilan. Di dalam pemeriksaan ana terlihat kerangka janin, yaitu tengkorak
dan tulang belakang.

4. Perubahan Anatomi Dan Fisiologi Pada Ibu Hamil Trimester III


(Prawirohardjo, 2011, Kuswanti, 2014 )
1) Uterus
Pada kehamilan trimester III, isthimus lebih nyata menjadi bagian dari korpus
uteri dan berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR). Kontraksi otot-otot
bagian atau uterus menjadikan SBR lebih lebar dan tipis, tampak batas yang
nyata antara bagian atas yang lebih tebal segmen bawah lebih tipis.Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan.
Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi.
2) Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih
lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena
dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman
dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang
disebut kolostrum dapat keluar. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar
asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum
dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting
hormone.
3) Sistem Perkemihan
Keluhan sering kencing akan timbul lagi karena pada akhirkehamilan kepala
janin mulai turun ke pintu atas panggul dan kandung kemih akan mulai tertekan
kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi yang menyebabkan metabolism air
menjadi lancar.
4) Sistem Musculoskeletal
Selama trimester ketiga, otot rektus abdominalis dapat memisah menyebabkan
isi perut menonjol digaris tengah. Umbilicus menjadi lebih datar atau menonjol.
Setelah melahirkan, tonus otot secara bertahap kembali tetapi, pemisah otot
(diastasi recti) menetap. Dilain pihak, sendi pelvis pada saat kehamilan sedikit
dapat bergerak. Postur tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan
karena janin membesar dalam abdomen. Payudara membesar dan posisi bahu
yang bungkuk dan lumbal menonjol. Pergerakan menjadi lebih sulit. Kram otot-
otot tungkai dan kaki merupakan masalah umum selama kehamilan.
Penyebabnya tidak dikatehui, tetapi berhubungan dengan metabolism otot, atau
postur yang tidak seimbang.
5) System Kardiovaskuler
Aliran dara meningkat dengan cepat seiring dengan pembesaran uterus,
walaupun lairan darah uterus meningkat, ukuran konseptus meningkat lebih
cepat. Akibatnya lebih banyak oksigen diambil dari darah uterus salama masa
kehamilan lanjut. Pada kehamilan cukup bulan, seperenam volume darah total
ibu berada di dalam system peredaran darah uterus. Tekanan arteri maternal,
kontraksi uterus dan posisi maternal mempengaruhi aliran darah.
6) Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh (IMS)
Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, penambahan berat badan dari mulai
awal kehamilan sampai akhir kehamilan berkisar 11-12 kg.
7) Sistem Pernapasan
Pada umur kehamilan 32 minggu keatas, usus tertekan uterus yang membesar
kearah diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa bergerak dan
mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami kesulitan bernapas.

5. Ketidaknyamanan Pada kehamilan Trimester III dan Cara Mengatasinya


Wanita selama kehamilannya memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan
berbagai perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang terjadi
selama kehamilan umumnya menimbulkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi
sebagian besar ibu hamil. Perubahan pada ukuran tubuh, bentuk payudara,
pigmentasi kulit, serta pembesaran abdomen secara keseluruhan membuat tubuh ibu
hamil tersebut tampak jelek dan tidak percaya diri.Kekhawatiran dan ketakutan ini
sebenarnya tidak berdasar, untuk itu Ibu hamil memerlukan nasihat dan saran
khususnya dari bidan dan dokter yang dapat menjelaskan perubahan yang terjadi
selama kehamilan sehingga ibu tidak khawatir dengan perubahan yang dialaminya
(Helen, 2004).
Dalam proses adaptasi tidak jarang ibu akan mengalami ketidaknyamanan
yang meskipun hal itu adalah fisiologis namun tetap perlu diberikan suatu
pencegahan dan perawatan, beberapa ketidaknyamanan trimester III pada Ibu hamil
menurut diantaranya :
1) Sering buang air kecil
Seringnya buang airkecil disebabkan karena tekanan uterus / janin pada kandung
kemih, terutama pada kehamilan trimester akhir dimana bagian terendah janin
menekan kandung kemih.
Cara mengatasi :
a. Memberikan penjelasan mengenai sebab terjadinya.
b. Selalu kosongkan kandung kemih saat ada dorongan ingin BAK
c. Perbanyak minum pada siang hari dan mengurangi minum pada malam hari
d. Jangan kurangi minum untuk mencegah nokturia, kecuali jika nokturia
sangat mengganggu tidur di malam hari.
e. Batasi minum kopi, the dan soda
f. Jelaskan tentang bahaya infeksi saluran kemih dengan menjaga posisi tidur
yaitu dengan berbaring miring ke kiri dan kaki ditinggikan/ diganjal bantal
untuk mencegah deuresis.
2) Striae gravidarum (tampak jelas pada bulan ke 6-7)
Terdiri dari arteritole tengah yang terbuka yang datar atau sedikit meningkat
dengan radiasi cabang kapiler yang menyebar. Diakibatkan karena perubahan
hormone atau gabungan antara perubahan hormone dan peregangan kulit.
Cara mengatasi :
a. Menggunakan emollient topical atau antipruritic jika ada indikasinya.
b. Menggunakan pakaian yang menopang payudara dan abdomen.
3) Gatal -gatal
Kemungkinan karena hipersensitifitas terhadap antigen plasenta
Cara mengatasi:
a. Gunakan kompres dingin, mandi berendam/shower
4) Hemoroid
Dapat disebabkan karena konstipasi, tekanan yang meningkat dari uterus gravid
terhadap vena hemorrhoidal, statis, gravitas dan tekanan vena yang meningkat
dalam vena panggul, kongesti vena, pembesaran vena-vena hemmoroid.
Cara mengatasi :
a. Hindari konstipasi
b. Makan makanan yang banyak mengandung serat
c. Gunakan kompres hangat, es
d. Dengan perlahan masukan kembali kedalam rectum jika perlu
5) Keputihan
Terjadi akibat hyperplasia mukosa vagina dan peningkatan produksi lender dan
kelenjar endoservikal sebagai akibat dari peningkatan kadar esterogen.
Cara mengatasi :
a. Meningkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari dan sering mengganti
celana dalam, menjaga kelembaban organ kewanitaan.
b. Memakai pakaian dalam yang terbuat dari katun dan hindari pakaian dalam
yang terbuat dari nilon.
c. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan buah dan sayur.
6) Keringat bertambah (peningkatan perspirasi secara perlahan dan terus meningkat
selama kehamilan)
Diakibatkan karena aktivitas kelenjar apocrine meningkat kemungkinan akibat
perubahan hormonal meningkat oleh karena aktivitas kelenjar thyroid yang
meningkat, peningkatan berat badan dan aktifitas metabolic serta aktifitas
kelenjar sebaceous 8.
Cara mengatasi :
a. Pakailah pakaian yang tipis dan longgar serta mudah menyerap keringat.
b. Tingkatkan intake cairan
c. Mandi secara teratur
7) Sembelit/ konstipasi
Dikarenakan adanya peningkatan kadar progresteron yang menyebabkan
peristaltic usus menjadi lambat, penurunan motilitas sebagai akibat dari relaksasi
otot-otot halus, penyerapan air dari colon meningkat dan tekanan dari uterus
yang membesar pada usus.
Cara mengatasi :
a. Tingkatkan intake cairan
b. Istirahat yang cukup
c. Buang air besar segera setelah ada dorongan.
d. Senam hamil
e. Makan - makanan yang berserat serta buah-buahan.
8) Napas terasa sesak
Diakibatkan karena adanya peningkatan kadar progesterone berpengaruh secara
langsung pada pusat pernapasan untuk menurunkan kadar CO2 serta
meningkatkan kadar O2, meningkatkan aktifitas metabolic menyebabkan
peningkatan kadar CO2 hiperventilasi yang lebih ringan ini adalah SOB serta
membesarnya ukuran rahim sehingga dapat menekan diagfragmaa.
Cara mengatasi :
a. Menjelaskan penyebab fisiologinya
b. Mendorong postur tubuh yang baik melakukan pernapasan intercostal.
c. Dorong agar secara sengaja mengatur laju dan dalamnya pernapasan pada
kecepatan normal yang terjadi.
d. Merentangkan tangan diatas kepala serta menarik napas Panjang.
9) Nyeri ligamentum rotundum
Terjadi hypertrophy dan peregangan ligament selama kehamilan dan tekanan
dari uterus pada ligamentum.
Cara mengatasi :
a. Memberikan penjelasan mengenai penyebab rasa nyeri
b. Menekuk lutut kearah abdomen
c. Mandi dengan air hangat
d. Menggunakan bantalan pemana pada area yang terasa sakit hanya jika tidak
terdapat kontraindikasi.
e. Menggunakan sebuah bantal untuk menopang uterus dan bantal lainnya
diletakkan diantara lutut sewaktu dalam posisi berbaring miring.
10) Sakit punggung atas dan bawah
Terjadi karena kurvatur dari vertebrata umbosacral yang meningkat saat uterus
terus membesar, spasme otot karena tekanan terhadap akar syaraf, penambahan
ukuran payudara, kadar hormone yang meningkat sehingga menyebabkan
cartilage didalam sendi-sendi besar menjadi lembek serta kelelahan.
Cara mengatasi :
a. Gunakan body mekanik yang baik untuk mengakngkat benda-benda.
b. Gunakan bra yang menopang dengan ukuran yang tepat.
c. Gunakan Kasur yang tidak terlalu keras.
d. Gunakan bantal ketika tidur untuk mengganjal punggung.
11) Varises pada kaki
Terjadi karena kongesti vena dalam ven bagian bawah yang meningkat sejalan
dengan kehamilan karena tekanan dari uterus serta kerapuhan jaringan elastis
yang diakibatkan oleh hormone esterogen.
Cara mengatasi :
a. Tinggikkan kaki sewaktu duduk atau berbaring
b. Jaga jangan sampai kaki menggantung/ bersilangan
c. Hindari berdiri atau duduk terlalu lama.
d. Senam untuk melancarkan peredaran darah (Kuswanti, 2014 ;h.128-133).

6. Asuhan Kebidanan Antenatal


Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan
obstetric untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Ada 6 alasan penting untuk
mendapatkan asuhan antenatal, yaitu :
1) Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan.
2) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang
dikandungnya.
3) Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya.
4) Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko tinggi.
5) Memberikan Pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas
kehamilan dan merawat bayi.
6) Mengkhindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.
(Sarwono, 2011 ; h.278)
a. Pengkajian/ pengumpulan data dasar
a) Data Subjektif
Dalam melakukan pengkajian dan anamnesa bidan menanyakan
identitas yang meliputi: Nama istri/suami, umur, suku/bangsa, agama,
pendidikan, minat, hobi, pekerjaan, alamat. Menanyakan keluhan utama
klien, Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke tempat bidan.
Hal ini disebut tanda atau gejala, dituliskan sesuai yang di ungkapkan oleh
klien serta tanyakan juga sejak kapan hal tersebut di keluhkan oleh
klien.Menanyakan riwayat kehamilan sekarang, HPHT, ANC, Imunisasi TT,
Riwayat kehamilan yang lalu, riwayat kesehata, riwayat KB, pola
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, riwayat social ekonomi dan tingkat
pengetahuan ibu. Tujuan anamnesis pada ibu hamil adalah untuk mengetahui
tanda bahaya pada kehamilan.
Salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu adalah komplikasi
kehamilan yang dapat muncul melalui tanda bahaya kehamilan. Pengetahuan
ibu hamil dalam mengenali tanda bahaya dapat menjadi salah satu penentu
perawatan kehamilan untuk mencegah komplikasi.
Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan
hanya 10-12% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang
menjadi kehamilan patologis. Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi
secara mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh
berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan
tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah
terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan
ibu hamil. Factor predisposisi dan adanya penyakit penyerta sebaiknya juga
dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal
untuk mencegah gangguan yang berat baik terhadap kehamilan dan
keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya (Sarwono, 2011 ;h.281)
1) Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan lanjut atau diatas 20 minggu pada umumnya
disebabkan oleh plasenta previa. Perdarahan yang terjadi sangat terkait
dengan luas plasenta dan kondisi segmen bawah rahim yang menjadi
tempat implementasi plasenta tersebut. Plasenta yang tipis dan menutupi
sebagian jalan lahir, maka umumnya terjadi perdarahan bercak beerulang
dan apabila segmen bawah rahim mulai terbentuk disertai dengan sedikit
penurunan bagian terbawah janin, maka perdarahan mulai meningkat
hingga tingkatan yang dapat membahayakan keselamatan ibu. Plasenta
yang tebal yang menutupi seluruh jalan lahir dapat menimbulkan
perdarahan hebat tanpa didahului oleh perdarahan bercak sebelumnya.
Plasenta previa menjadi penyebab dari 25 % kasus perdarahan
antepartum. Bila mendekati saat persalinan, perdarahan dapat disebabkan
oleh solusio plasenta (40%) atau vasa previa (5%) dari keseluruhan kasus
perdarahan antepartum.
2) Preeklamsia
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu
disertai dengan peningkatan tekanan darah diatas normal sering
diasosiasikan dengan preeklamsia. Data atau informasi aal terkait dengan
tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu petugas kesehatan
untuk membedakan hipertensi kronis dengan preeklamsia. Gejala dan
tanda lain dari preeklamsia adalah sebagai berikut:
a. Hiperrefleksia (iritabilitas susunan saraf pusat)
b. Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak membaik
dengan pengobatan umum.
c. Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, scotomata, silau,
atau berkunang-kunang.
d. Nyeri epigastric.
e. Oliguria (BAK kurang dari 500 ml/24 jam)
f. Tekanan darah sistolik 20-30 mmHg dan diastolic 10-20 mmHg
diatas normal.
g. Proteinuria (diatas positif 3)
h. Edema menyeluruh. (Sarwono, 2011;h.283)
3) Nyeri Hebat Di Daerah Abdominopelvikum
Bila hal tersebut terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan disertai
dengan riwayat dan tanda-tanda dibawah ini, maka diagnosisnya
mengarah pada solusio plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan
(revealed) maupun tersembunyi (concealed).
a. Trauma abdomen
b. Preeklamsia
c. Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan
d. Bagian-bagian janin sulit diraba
e. Uterus tegang dan nyeri
f. Janin menginggal di dalam rahim.
4) Gerakan Janin Tidak Terasa
Kesejahteraan janin dapat diketahui dari keaktifan gerakannya. Gerakan
janin minimal 10 kali dalam 24 jam, jika kurang dari itu maka waspada
akan adanya gangguan janin dalam rahim (Kuswanti, 2014)
Gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai menurut (Sarwono, 2011):
Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan serius selama
kehamilan adalah sebagai berikut:
a. Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan.
b. Dysuria
c. Menggigil atau demam
d. Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya.
e. Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang
sesungguhnya.
Untuk jadwal kunjungan antenatal , bila kehamilan termasuk resiko
tinggi perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih ketat. Namun, bila
kehamilan normal jadwal asuhan cukup minimal empat kali. Dalam Bahasa
program ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang
merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap
adalah K1,K2,K3 dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali
kunjuungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan
antenatal selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan
antenatal pada usia kehamilan lebih dari 36 minggu.
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil
akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya
memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan
adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin
dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan
diperoleh melalui pengenalan perubahan anatomic dan fisiologik kehamilan
seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Bila diperlukan, dapat dilakukan
uji hormonal kehamilan dengan menggunakan berbagai metode yang
tersedia (Sarwono, 2011 ;h.279)
b) Data Obyektif
Pengkajian selanjutnya yaitu bidan melakukan pengkajian data
obyektif. Pada data obyektif ini bidan mempunyai data yang lebih untuk
diobservasi. Pemeriksaan obyektif pada ibu hamil meliputi : pemeriksaan
umum (keadaan umum, kesadaran, vital sign, TB, BB dan IMT),
pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan head to toe, pemeriksaan obstetric,
pemeriksaan panggul dan pemeriksaan penunjang.
Pada pemeriksaan obsetri meliputi : inspeksi (perlu diperhatikan
bentuk, pembesaran atau cekungan, pergerakan pernapasan, kondisi kulit
(luka bekas operasi), palpasi leopold dilakukan untuk menentukan besar dan
konsistensi rahim, bagian-bagian janin, letak dan presentasi janin, kontraksi
janin, Braxton hicks, his dan taksiran berat janin. Perkusi dilakukan
pemeriksaan ketok untuk menentukan pembesaran perut apakah adanya
tumor , dan nyeri tekan. Pemeriksaan Auskultasi dilakukan dengan
menggunakan stetoskop untuk mengetahui detak jantung, pernapasan, detak
jantung janin dengan menggunakan dopler sedangkan bising uterus dapat
terdengar pada mioma uteri yang besar. Pada perhitungan DJJ normalnya
berkisar 120-160x/menit (Prawiroharjo, 2011 ;h. 118-121)
Pada memeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan USG,
pemeriksaan Hb, pemeriksaan darah, HIV/AIDS, pemeriksaan protein urin,
rubella dan tinja untuk telur cacing dan parasit. Pemeriksaan USG dilakukan
untuk mendeteksi gangguan pada pertumbuhan janin, USG ini mampu
mengetahui perkembangan janin, serta mampu digunakan untuk
perkembangan janin mulai usia 7 hari, serta mampu mencatat
perkembangan janin, dan komplikasi dalam masa kehamilan (Rukiyah dan
Yulianti, 2014 ; 185).
b. Intrepetasi data
Pada langkah intrepetasi data dasar ini digunakan untuk menetapkan
diagnosis atau masalah berdasarkan penafsiran data dasar yang telah
dikumpulkan. Diagnose pada dasarnya sangat relevan dengan data obyektif,
sedangkan untuk masalah lebih cenderung subyektifitas atau respon klien
terhadap tindakan yang akan atau yang telah dilakukan, karena belum tentu
setiap individu merasakan masalah yang sama dalam kondisi atau menerima
diagnosis yang sama (Rukiyah dan Yulianti, 2014 ; 191). Pad langkah
identifikasi diagnose atau masalah potensial membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan sambal mengamati kondisi klien, bidan
diharapkan ddapat berisap-siap bila duagnosa atau masalah potensial terjadi
(Heryani, 2011 ;h.123). cara penulisan Analisa pada asuhan kehamilan meliputi:
Ny usia.. G..P..A.. uk: dengan (jika ada masalah).
c. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh
Rencana untuk pemecahan masalah dibagi menjadi tujuan, rencana pelaksanaan
dan evaluasi. Sebelum melakukan tindakan harus mempunyai rencana yang
disusun berdasarkan kondisi klien ( diagnose, masalah dan diagnose potensial)
yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kehamilan. Rencana yang dibuat
harus benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta
evidenbased serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan oleh
klien. (Heryani, 2011 ; h 124 ). Pada langkah ini direncanakan asuhan yang
menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajeman terhadap diagnose atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/ data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Contoh asuhan yang dapat dilakukan meliputi
memberikan penyuluhan pada ibuhamil mengenai ketidaknyamanan kehamilan,
tanda bahaya, P4K, persiapan persalinan dan sebagainya.
d. Implementasi
Pada perencanaan ini bidan bisa melakukan nya sendiri atau melakukan
kolaborasi dengan dokter/ tenaga kesehatan lainnya. Pada langkah ini bidan
melakukan rencana asuhan yang komprehensif. Apabila bidan tidak melakukan
asuhan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk melakukan
pelaksanaannya. Contoh asuhan yang dapat dilakukan yaitu : melakukan
pemeriksaan penunjang seperti hemoglobin, memberikan penkes sesuai dengan
kebutuhan ibu, dan sebagainya (Rukiyah dan Yulianti, 2011)
e. Evaluasi
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang
telah diberikan kepada pasien

7. Keefektifan Senam Hamil Bagi Kehamilan Trimester III


Senam hamil merupakan cara yang mendukung kemudahan dalam persalinan
dan membantu memberikan relaksasi terhadap kehamilan trimester III. Senam hamil
bertujuan mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat berfungsi secara
optimal dalam persalinan normal (Manauba, 2010). Senam dapat mengurangi
berbagai gangguan yang umumnya terjadi selama kehamilan seperti varises, sakit
pinggang serta nyeri otot dan persendian, meningkatkan stamina yang sangat
diperlukan selama persalinan dan menguatkan serta mengencangkan otot yang
paling banyak mempengaruhi dalam kehamilan : otot pelvis, otot perut dan otot
pinggang (Hanton,2003).
Senam hamil dapat diambil manfaatnya pula pada perawatan tubuh dan citra
diri agar tampil cantik dan bugar serta mengurangi timbulnya berbagai gangguan
akibat perubahan postur tubuh. Latihan senam hamil tidak dapat dikatakan sempurna
bila pelaksanaannya tidak disusun secara teratur yaitu tiga kali dalam seminggu yang
dimulai dari usia kehamilan 22 minggu sampai menjelang kelahiran (Sripo,2005).
Ibu hamil yang mengikuti senam hamil secara teratur dan intensif, ibu tersebut akan
menjaga kesehatan tubuhnya dan janin yang dikandungnya secara optimal
(Manuaba,2010).
Dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan di di Bidan Praktek Mandiri
Supadmi, Kunden, Bulu, Sukoharjo mengenai Hubungan Pelaksanaan Senam Hamil
dengan ketidaknyamanan Ibu Hamil Trimester III dengan mengambil sample Ibu
hamil yang memeriksakan kehamilannya pada bulan Maret- Mei 2014 yaitu
berjumlah 40 orang.
Saat melakukan penelitian dibedakan Senam hamil yang terbagi dalam dua
kategori yaitu melaksanakan dan tidak melaksanaakan senam hamil, Berdasarkan
hasil penelitian sebagian responden dengan senam hamil yang melaksanakan senam
sebanyak 29 responden (72,5%). Hal ini dikarenakan responden melaksanakan
senam hamil minimal 3X dalam seminggu dan sebanyak 11 responden (27,5%)
tidak melaksanakan senam hamil.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan senam hamil telah diikuti oleh
sebagian besar Ibu hamil, Ibu hamil telah mengetahui manfaat dari senam hamil saat
dilakukan penyuluhan yang salah satunya adalah memperbaiki sirkulasi,
meningkatkan keseimbangan otot, mengurangi bengkak-bengkak, mengurangi
resiko gangguan gastro intestinal, dan menguatkan otot perut (Hanton,2001).
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yolanda Tidar Suhesti
(2008) tentang hubungan senam hamil Ibu primipara dengan proses persalinan di RB
Marga Mulya Surakarta bahwa pelaksanaaan senam hamil dapat dilakukan oleh
sebagian besar Ibu hamil.
Untuk efek mengenai Ketidaknyamanan Ibu Hamil Trimester III, Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa Ibu yang melaksanakan senam hamil 29
responden (72,5%) dengan Ibu hamil mengalami ketidaknyamanan pada trimester
III 2 responden (5%). Sedangkan Ibu hamil yang tidak melaksanakan senam hamil
sebanyak 11 reponden (27,5%) dengan Ibu ketidaknyamanan pada trimester III 5
responden (12,5%). Keluhan ketidaknyamanan Ibu hamil sesuai dengan kueisoner
penelitian diantaranya adalah Ibu sering mengalami kram pada kaki, Ibu sering
mengalami bengkak pada kaki, Ibu sering mengalami pusing dan Ibu sering buang
air kecil.
Ketidaknyamanan kehamilan adalah perubahan yang terjadi sistem dalam
tubuh Ibu yang semuanya membutuhkan adaptasi, baik fisik maupun psikologis Ibu,
Dalam proses tersebut tidak jarang Ibu yang mengalami ketidaknyamanan meskipun
hal itu fisiologis namun tetap perlu diberikan suatu pencegahan dan perawatan
(Sulistiyawati, 2009).
Hubungan Senam Hamil dengan Ketidaknyamanan Ibu Hamil Trimester III
Berdasarkan hasil uji statistik dapat diketahui bahwa ada hubungan antara
pelaksanaan senam hamil dengan ketidaknyamanan Ibu hamil trimester III p = 0,004
(p<0,05). Disimpulkan bahwa hipotesis penelitian diterima jadi ada hubungan senam
hamil dengan ketidaknyamanan Ibu hamil trimester III. Senam hamil dirancang
khusus untuk menyehatkan dan membugarkan Ibu hamil, mengurangi keluhan yang
timbul saat kehamilan, serta mempersiapkan fisik dan psikis Ibu dalam menghadapi
persalinan (Widianti dan Proverawati 2010)
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yolanda Tidar Suhesti
(2008) tentang hubungan senam hamil Ibu primipara dengan proses persalinan di RB
Marga Mulya Surakarta bahwa senam hamil bermanfaat mengurangi keluhan
keluhan yang timbul saat kehamilan berlangsung, meredakan ketegangan,
membantu relaksasi Ibu hamil dan memperlancar proses persalinan.
Menurut manuaba (2010), Pertemuan kelas senam hamil dilakukan 3 kali
pertemuan selama hamil atau sesuai dengan hasil kesepakatan fasilitator dengan
peserta. Pada setiap pertemuan, dilakukan selama kehamilan berusia lebih dari 22
minggu selama 15-20 menit yang pada akhirnya Ibu hamil dapat melakukan senam
hamil di rumah masing-masing minimal 3 kali dalam seminggu. Ibu hamil dapat
memperoleh latihan senam hamil di pelayanan kesehatan terdekat seperti PKD,
BPM, Puskesmas, Rumah Sakit maupun di klinik-klinik kesehatan lainnya. Pada
penelitian ini senam hamil dilakukan pada Ibu hamil trimester III dengan usia
kehamilan >28 minggu dilakukan senam hamil minimal 3x dalam seminggu.
C. Asuhan Ibu Bersalin
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang tejadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun
janin.persalinan dikatakan normal bila tidak ada penyulit (Asri dan Clervo , 2012).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di
mulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan
serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2013; h. 4)
Asuhan Persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama
perdarahan pasca persalinan, hipotermi dan asfiksia bayi baru lahir. Asuhan
persalinan normal merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelangsungan hidup
dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya
yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin
agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
diinginkan.
2. Faktor Yang mempengaruhi Persalinan
Ada beberapa factor yang mempengaruhi persalinan menurut Clervo dan Asri
(20112) antara lain:
1) Power (Tenaga ibu saat mengejan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan
volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.
Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, menandai dimulainya
persalinan. Apabila servik berdilatasi, usaha volunteer dimulai untuk
mendorong, yang disebut kekuatan skunder, dimana kekuatan ini memperbesar
kekuatan kontraksi involunter. (Widyastuti,dkk , 2008 ; h.42).Power atau
tenaga untuk mengejan adalah :
a. His : adalah kontraksi otot -otot rahim pada persalinan
His persalinan yang menyebabkan pendataran dan pembukaan serviks yang
terdiri dari : his pembukaan, his pengeluaran dan his pelepasan. (Clervo
dan Asri, 2012). His yang sempurna bila terdapat: kontraksi yang simetris,
kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri dan sesudah itu
terjadi relaksasi.
b. Tenaga mengejan antara lain: kontraksi otot-otot dinding perut, kepala di
dasar panggul merangsang untuk mengejan dan paling efektif saat
kontraksi/his.
2) Passenger (Janin dan Plasenta)
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
beberapa factor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi
janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka dianggap juga
sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Yang termasuk passenger
antara lain;
3) Passage (Faktor jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni :
a. Bagian keras: Tulang-tulang panggul (rangka panggul).
b. Bagian lunak: Otot-otot, jaringan-jaringan dan ligament-ligamen.
Janin harus menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku. Oleh
karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan
dilmulai.
4) Faktor psikologi ibu
Ibu bersalin yang didampingi suami dan orang-orang yang dicinyainya yang
cenderung mengalami proses persalinan yang lebih lancar dibandingkan dengan
ibu bersalin yang tanpa didampingi suami atau orang-orang yang dicintainya
karena tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia tidak
memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan kepadanya.
Sebab itu dukungan psikologis dari orang-orang terdekat akan membantu
memperlancar proses persalinan yang sedang berlangsung. Tindakan
mengupayakan rasa nyaman dengan menciptakan suasana yang nyaman dalam
kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi penenangan nyeri non
farmakologi, dan yang paling penting berada di sisi pasien adalah bentuk-
bentuk dukungan psikologis ( Widyastuti dkk, 2008 )
5) Faktor penolong
Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar
proses persalinan dan mencegah kematian maternal dan neonatal.

3. Sebab-sebab Mulainya Persalinan


Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga
menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulainya kekuatan his.
Terdapat beberapa teori yang memungkinkan terjadinya proses persalinan menurut
Widyastuti dkk (2008) antara lain:
a. Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan factor
yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami
degenerasi.
b. Teori penurunan progesterone
Proses penuaan plasenta terjadi umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan
buntu. Villi koriales mengalami perubahan-perubahan dan produksi
progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive
terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesterone tertentu
c. Teori oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hypopisis pars posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton-hicks. Menurunnya
konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan, maka oksitosin dapat
meningkatkan aktivitas sehingga persalinan di mulai.
d. Teori Prostaglandin
Konsentrasi Prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu,
yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian Prostagladin pada saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim, sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin
dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
4. Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
1) Asuhan Persalinan Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
timbul his dimana ibu telah mengeluarkan lendir yang bersemu darah
(bloody show). Lendir tersebut yang berasal dari kanalis servikalis meningkat
(frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Pada
primigravida ostium uteri internum akan membuka terlebih dahulu, sehingga
serviks akan mendatar dan menipis. Kemudian ostium uteri eksternum akan
membuka. Sedangkan pada multigravida ostium uteri internum sudah
membuka sedikit, sehingga ostium uteri internum dan eksternum serta
penipisan dan pendataran serviks terjadi pada waktu yang bersamaan. Kala I
persalinan terdiri dari dua fase yaitu:
a) Fase Laten
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks membuka
sampai 3 cm atau kurang dari 4 cm. Fase ini berlangsung 8 jam.
Kontraksi mulai teratur lamanya diantara 20-30 detik.
b) Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
dimana terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih. Dari pembukaan 4 cm mencapai pembukaan
lengkap 10 cm dan akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm/jam pada
nullipara atau primigravida atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm pada
multipara. Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
a. Data Subyektif
Data subjektif didapatkan melalui anamnesis dan pengkajian.
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data tentang kemajuan
persalinan, kondisi ibu dan kondisi janin serta komplikasi yan terjadi. Data
tentang kondisi ibu dilakukan dengan mengkaji catatan asuhan antenatal
meliputi : keluhan ibu, riwayat kesehatan ibu, riwayat haid, riwayat
kehamilan, riwayat kebidanan, riwayat medis, riwayat social, HPHT,
riwayat persalinan yang lalu, riwayat KB dan sebagainya. Kemudian data
kemajuan persalinan didapatkan dari riwayat persalinan yang meliputi:
permulaan timbulnya kontraksi uterus/ his, selaput ketuban utuh/ robek,
darah lender, perdarahan, terakhir makan/minum, lama istirahat dan
sebagainya. Tanda-tanda persalinan (Clervo dan Asri, 2012).
1) Tanda- tanda persalinan sudah dekat
a) Lightening
Mulai dirasakan kira-kira 2 minggu menjelang persalinan, adalah
penurunan bagian presentasi kedalam pelvis minor. Sesak napas
yang dirasakan sebelumnya selama trimester III kehamilan akan
berkurang karena kondisi ini akan menciptakan ruang yang lebih
besar didalam abdomen atas untuk ekpulsi paru. Namun lightening
tetap menimbulkan rasa tidak nyaman yang lain akibat tekanan
bagian presentasi pada struktur di area pelvis minor. Lightening
menyebabkan tinggi fundus menurun keposisi yang sama dengan
posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan. Pada minggu ke-36
pada primigravida terjadi penurunan fundus karena kepala bayi
sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh :
(a) Kontraksi Braxton hicks.
(b) Ketegangan otot perut.
(c) Ketegangan ligamentum rotumdum.
(d) Gaya berat janin kepala kearah bawah.
b) Terjadinya his permulaan
(a) Rasa nyeri ringan dibagian bawah
(b) Datangnya tidak teratur
(c) Tidak ada perubahan serviks
(d) Durasinya pendek
2) Tanda-tanda persalinan
a) Terjadinya his persalinan
His persalinan mempunyai sifat:
(a) Pinggang terasa sakit, yang menjalar ke depan.
(b) Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya
makin besar.
(c) Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus.
(d) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.
b) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina).
c) Pengeluaran cairan ketuban dari jalan lahir.
b. Data Obyektif
Data obyektif didapatkan melalui pemeriksaan fisik. Tujuan pemeriksaan
fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi serta tingkat
kenyamanan fisik ibu bersalin serta mendeteksi secara dini adanya
komplikasi. Informasinya dari hasil pemeriksaan fisik dan anamneses
digunakan dalam membuat keputusan klinik (menentukan diagnose,
mengembangkan rencana pemberian asuhan yang sesuai). Pemeriksaan
umum yang dilakukan meliputi : keadaan umum ibu, kesadaran dan vital
sign. Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu pemeriksaan head to toe
untuk mengetahui apakah ada kelainan pada ibu, pemeriksaan obstetric
dilakukan untuk menentukan perubahan obstetric selama kehamilan,
memantau kontraksi uterus, menentukan TFU, memantau DJJ, menentukan
bagian terendah janin, menentukan adanya tanda bahaya pada ibu atau
tidak. Pemeriksaan dalam : pemeriksaan dalam dilakukan untuk menilai
pembukaan dan penipisan serviks, kapasita panggul, ada tidaknya
penghalang pada jalan lahir, pecah tidaknya ketuban, presentasi dan
penurunan kepala janin.
c. Analisa
Diagnosa atau Analisa masalah pada persalinan Kala I didapatkan dari data
subyektif dan obyektif . diagnosa ditegakkan jika ada faktor pencetusnya.
Cara penulisan Analisa meliputi : Ny usia.. tahun G..P..A.. Janin tunggal/
gemeli, hidup/meninggal, intrauteri/ekstrauteri, puka/ puki, preskep,
divergent inpartu Kala I fase dengan.. (jika ada komplikasi).
d. Penatalaksanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan meyeluruh yang ditentukan oleh hasil
kajian pada langkah sebelumnya. Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya
meliputi yang sudah teridentifikasi atau setiap masalah tetapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut apa yang terjadi
berikutnya, apakah dia membutuhkan penyuluhan, konseling atau rujukan
bila ada masalah yang berkaitan dengan aspek sosial-kultural, ekonomi atau
psikologi. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak
sehingga asuhan yang diberikan dapat efektif.
Rencana asuhan yang dapat diberikan pada kala I antara lain:
1) Menganjurkan ibu untuk miring kiri agar aliran darah ke janin lancar.
2) Menganjurkan ibu untuk makan/ minum jika tidak ada kontraksi agar
ibu tetap mempunyai tenaga untuk mengejan.
3) Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK agar kontraksi tidak
terganggu.
4) Menganjurkan ibu nuntuk tidak mengejan sebelum pembukaan lengkap
/ jika sudah di minta mengejan.
5) Menganjurkan ibu untuk napas panjang jika merasakan kecang-
kencang.
6) Memantau tekanan darah dan pembukaan setiap 4 jam sekali
7) Memantau konraksi dan DJJ setiap 30 menit.
8) Menantau suhu setiap 2 jam sekali. (Walyani dan Purwoastuti, 2015 ;
h.41)

2) Assuhan Persalinan Kala II


Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi disebut juga kala pengeluaran. Tanda
pasti kala II di tentukan melalui pemeriksaan :
a) Pembukaan serviks telah lengkap (10cm)
b) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina : Proses kala II
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multipara. Dalam
kondisi yang normal pada kala II kepala janin sudah masuk dalam dasar
panggul, saat his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul yang
secara refleks menimbulkan rasa mengedan.
c) Ibu hamil akan merasakan adanya tekanan pada rectum dan seperti ingin
buang air besar sehingga perinium mulai menonjol dan menjadi lebar dan
disertai dengan membukanya anus.
a. Data Subyektif
Data subjektif didapatkan melalui anamnesis dan pengkajian. Pengkajian
dilakukan untuk mendapatkan data tentang kemajuan persalinan apakah
sudah masuk kala II dan apakah ada komplikasi yang mengindikasikan
merujuk. Data yang didapatkan melalui anamnesis meliputi : adakah
keinginan ibu untuk mengejan bersama dengan adanya kontraksi dan
seperti ingin BAB, ketuban sudah pecah (warna dan bau ketuban).
b. Data Obyektif
Data obyektif didapatkan melalui pemeriksaan fisik. Pemeriksaan yang
menunjang tanda dan gejala kala II seperti : tekanan pada anus, dorongan
ingin meneran, perinium menonjol dan vulva membuka, meningkatnya
pengeluaran lender bercampur darah. Tanda pasti kala II ditegakkan
dengan melakukan pemeriksaan dalam. (Pusdinakes, 2015 ; h. 97-98).
c. Analisa
Diagnosa atau Analisa masalah pada persalinan Kala I didapatkan dari data
subyektif dan obyektif. Cara penulisan Analisa meliputi : Ny usia.. tahun
G..P..A.. Janin tunggal/ gemeli, hidup/meninggal, intrauteri/ekstrauteri,
puka/puki, preskep, divergent inpartu Kala II.
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kala II di lakukan sesuai dengan kebutuhan ibu yaitu
memantau ibu dan janin sesuai dengan SOP. Secara umum tujuan APN
adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan
yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui upaya yang terintegrasi dan
lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
diinginkan atau optimal (JNPK-2008).
Penatalaksanaan Dalam Proses Persalinan menurut buku Acuan Persalinan
Normal:
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan 1 buah alat suntik
sekali pakai 3 cc ke dalam wadah partus\ set.
3) Memakai celemek plastic.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang
bersih.
5) Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang di gunakan
untuk periksa dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa
mengkontaminasi tabung suntik)..
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah
dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau
anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan
seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang
kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.
Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua
sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi,
langkah #9)
8) Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah. Tetapi bila selaput ketuban
belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan
amniotomi.
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 180 kali /
menit ).
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran.
(Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan
ia merasa nyaman)..
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran. Tetapi jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk
meneran, Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60
menit, menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-
kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.Jika bayi belum
lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setalah 60 menit
meneran, merujuk ibu dengan segera. V
14) Saat kepala janin terlihat di vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang
handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.
15) Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya
dibawah bokong ibu.
16) Membuka tutup partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
18) Saat sub-occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi
perineum dengan dialas lipatan kain di bawah bokong, sementara
tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleksi yang
terlalu cepat saat kepala lahir. (minta ibu untuk tidak meneran dengan
nafas pendek-pendek). Bila didapatkan mekonium pada air ketuban,
segera setelah kepala lahir lakukan penghisapan pada mulut dan hidung
janin menggunakan penghisap lendir De Lee.
19) Menggunakan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka janin dari
lendir dan darah.
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi
luar secara spontan.
22) Setelah janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak tangan
biparietal kepala janin, tarik secara hati-hati ke arah bawah sampai
bahu anterior/depan lahir, kemudian tarik secara hati-hati ke atas
sampai bahu posterior/belakang lahir. Bila terdapat lipatan tali pusat
yang terlalu erat hingga menghambat putaran paksi luar atau lahirnya
bahu, minta ibu berhenti meneran, dengan perlindungan tangan kiri,
pasang klem di dua tempat pada tali pusat dan potong tali pusat di
antara dua klem tersebut.
23) Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu
janin bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher (bagian bawah
kepala) dan ke empat jari pada bahu dan dada/punggung janin,
sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior
saat badan dan lengan lahir.
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri pinggang ke
arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut janin).
25) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu
dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali
pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian tali pusat.
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari
umbilicus bayi. Melakukan urutan tali pusat ke arah ibu dan
memasang klem diantara kedua 2 cm dari klem pertama.
28) Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan
kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat di
antara kedua klem. Bila bayi tidak bernafas spontan lihat penanganan
khusus bayi baru lahir.
29) Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih,
membungkus bayi hingga kepala.
30) Memberikan bayi pada ibu untuk disusui atau IMD bila ibu
menghendaki.
31) Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal.

3) Asuhan Persalinan Kala III


Menurut Prawirohardjo 2012, persalinan kala III dimulai segara setelah bayi
lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Biasanya plasenta lepas dalam 6
sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan
dari fundus uteri.
a. Data Subyektif
Pengkajian jang dapat dilakukan pada Kala III meliputi : kontraksi (perut
ibu terasa mulas atau tidak) hal ini disebabkan karena adanya kontraksi
untuk pengeluaran plasenta (Walyani dan Purwoastuti, 2005 ; h 76), apakah
ibu merasakan pusing, perasaan ibu setelah bayinya lahir.
b. Data Obyektif
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis Kala III
meliputi : perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, tali
pusat memanjang dan adanya semburan darah mendadak dari jalan lahir.
(Pusdinakes, 2015 ; h. 102).
c. Analisa
Diagnosa atau Analisa masalah pada persalinan Kala III didapatkan dari
data subyektif dan obyektif. Cara penulisan Analisa meliputi : Ny usia..
tahun P..A.. post partum normal.
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada saat kala III dengan melakukan
Manajemen Aktif Kala III. Tujuan MAK III adalah untuk menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu,
mencegah perdarahan, dan mengurangi kehilangan darah selama kala III
persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Pada kala
III persalinan, otot uterus berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus. Tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat
pengosongan kavum uteri dan kontraksi lanjutan, sehingga plasenta
dilepaskan dari perlekatanyya dan pengumpulan darah pada ruang
uteroplasenter akan mendorong plasenta keluar dari jalan lahir. Asuhan
yang dapat diberikan pada kala III meliputi (Lanjutan APN) :
32) Memberi tahu ibu akan disuntik oksitosin.
33) Menyutikan Oksitosin 10 unit secara intra muskuler pada bagian luar
paha kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu
untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh
darah.
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35) Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus,
sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan klem
atau kain kasa dengan jarak antara 5-10 cm dari vulva.
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan
ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan
uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30 40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik
tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve
jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5 10 cm dari vulva.
38) Setelah plasenta tampak di vulva, teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta
dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri
dengan menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar
4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
40) Sambil tangan kiri melakukan masase pada fundus uteri, periksa bagian
maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotelidon dan selaput ketuban sudah lahir
lengkap, dan memasukkan ke dalam kantong plastik yang tersedia.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42) Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan
pervaginam, pastikan kontraksi uterus baik.
43) Membersihkan sarung tangan dari lendir dan darah di dalam larutan
klorin 0,5%, kemudian bilas tangan yang masih mengenakan sarung
tangan dengan air yang sudah di desinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya.
44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling
tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya.

4) Asuhan Persalinan Kala IV


Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam
postpartum. Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang
memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan
yang bersih, aman dan nyaman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan
sayang bayi.
a. Data Subyektif
Pengkajian yang dapat dilakukan pada Kala IV meliputi kontraksi
uterus masih dirasakan ibu atau tidak, perdarahan pada jalan lahir apakah
darah mengalir deras atau tidak, serta kondisi ibu. Kontraksi yang baik akan
menyebabkan involusi uterus atau kembalinya uterus kebentuk semula dan
tinggi fundus uteri yang normal setelah plasenta lahir yaitu 2 jari dibawah
pusat (Nugroho,dkk , 2014 ; h.95).
pada kala IV terjadi penurunan esterogen, progesterone dan Human
Plasenta Lactogen Hormon setelah kelahiran plasenta, prolactin dapat
membentuk ASI. Isapan langsung pada areola dapat memperlancar
pengeluaran ASI (Sulistyawati, 2010 ; h:179)
b. Data Obyektif
Data obyektif didapatkan melalui pemeriksaan fisik ibu yang meliputi :
keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, kandung
kemih, dan banyaknya perdaraahan. Serta jika ibu mengalami perdarahan
dilakukan pemeriksaan penunjuang yaitu pemeriksaan HB untuk
mengetahui apakah ibu mengalami anemia atau tidak. kontraksi uterus
mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan dan
pengembalian uterus kebentuk normal. Untuk itu evaluasi terhadap uterus
pasca pengeluaran plasenta sangat penting untuk diperhatikan. Kalau
dengan usaha ini uterus tidak mau berkontraksi dengan baik dapat
diberikan oksitosin dan harus diawasi sekurang-kurangnya selama satu jam
sambil mengamati terjadinya perdarahan post partum. Uterus harus
berkontraksi efektif teraba padat dan keras. Tanda-tanda bahwa kontraksi
uterus dalam keadaan baik adalah konsistensi keras, bila konsistensi lunak
harus dilakukan massase uterus untuk memperkuat kontraksi (Sarwono,
2011).
c. Analisa
Diagnosa atau Analisa masalah pada persalinan Kala III didapatkan dari
data subyektif dan obyektif. Cara penulisan Analisa meliputi : Ny usia..
tahun P..A.. jam post partum normal dengan fase
d. Prenatalaksanaan
Penatalaksanaan post partum yang dapat dilakukan pada kala IV atau
setelah plasenta telah lahir antara lain :
46) Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam wadah
berisi larutan klorin 0, 5%.
47) Membungkus kembali bayi.
48) Melakukan IMD pada bayi dengan posisi bayi tengkurap
49) Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan
pervaginam dan tanda vital ibu.
50) Mengajarkan ibu/keluarga untuk memeriksa uterus yang memiliki
kontraksi baik dan mengajarkan masase uterus apabila kontraksi uterus
tidak baik.
51) Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi.
52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan.
53) Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%.
54) Membuang barang-barang yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang di sediakan.
55) Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan
menggantikan pakaiannya dengan pakaian bersih/kering.
56) Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
57) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
58) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5%.
59) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi partograf dan memantau kala IV selama 2 jam.
Pemantauan selama 2 jam menurut Sarwono (2011) meliputi :
(1). Tingkat kesadaran dan keadaan umum
(2). Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan
(3). Kontraksi uterus
Pemantauan adanya kontraksi uterus sangatlah penting dalam
asuhan kala IV persalinan dan perlu evaluasi lanjut setelah plasenta
lahir yang berguna untuk memantau terjadinya perdarahan. Kalau
kontraksi uterus baik dan kuat kemungkinan terjadinya perdarahan
sangat kecil. Pasca melahirkan perlu dilakukan pengamatan secara
seksama mengenai ada tidaknya kontraksi uterus yang diketahui
dengan meraba bagian perut ibu serta perlu diamati apakah tinggi
fundus uterus telah turun dari pusat, karena saat kelahiran tinggi
fundus uterus telah berada 1 2 jari dibawah pusat dan terletak agak
sebelah kanan sampai akhirnya hilang dihari ke 10 kelahiran.
(4). Kandung kemih
Pada saat setelah plasenta keluar kandung kencing harus kosong
agar uterus dapat berkontraksi dengan kuat. Hal ini berguna untuk
menghambat terjadinya perdarahan lanjut yang berakibat fatal bagi
ibu. Jika kandung kemih penuh maka bantu ibu untuk
mengosongkan kandung kemihnya dan ibu dianjurkan untuk selalu
mengosongkannya jika diperlukan. Ingatkan kemungkinan
keinginan berkemih berbeda setelah dia melahirkan bayinya. Jika
ibu tidak dapat berkemih bantu dengan menyiramkan air bersih dan
hangat pada perineumnya atau masukkan jari-jari ibu kedalam air
hangat untuk merangsang keinginan berkemih secara spontan.
Kalau upaya tersebut tidak berhasil dan ibu tidak dapat berkemih
secara spontan maka perlu dipalpasi dan melakukan kateterisasi
secara aseptik dengan memasukkan kateter Nelaton DTT atau steril
untuk mengosongkan kandung kemih ibu setelah kosong segera
lakukan masase pada fundus untuk menmbantu uterus berkontraksi
dengan baik.
(5). Perdarahan (perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya
tidak melebihi 500 cc)
Jika ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kahilangan
darah 50% dari total darah ibu ( 2000-2500 ml). Perdarahan
pasca persalinan sangat penting untuk diperhatikan karena sangat
berhubungan erat dengan kondisi kesehatan ibu. Akibat banyaknya
darah yang hilang dapat menyebabkan kematian ibu. Perdarahan
terjadi karena kontraksi uterus yang tidak kuat dan baik sehingga
tidak mampu menjepit pembuluh darah yang ada disekitarnya
akibatnya perdarahan tak dapat berhenti. Perdarahan juga dapat
disebabkan karena adanya robekan perineum, serviks bahkan
vagina dan untuk menghentikan perdarahannya maka harus
dilakukan penjahitan.
(6). Menganjurkan ibu untukmakan dan minum untuk mengembalikan
tenaga ibu
(7). Menganjurkan ibu untuk latihan miring, duduk, dan berjalan ke
kamar mandi secara mandiri setelah 2 jam post partum.

D. Asuhan Pada Bayi Baru Lahir


1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran,
berusia 0-28 hari. Masa Neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu
(28 hari) sesudah kelahiran dimana ada tiga masa yaitu Neonatus adalah bayi
berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir, Neonatus dini
adalah usia 0-7 hari dan Neonatus lanjut adalah usia 7-28 hari (Marmi dan Rahardjo,
2012; h.1-3).

Anda mungkin juga menyukai