Anda di halaman 1dari 3

Judul :

Gambaran Tingkat Kepuasan Klien Terhadap Pelayanan Klinik Laktasi


Latar belakang
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja tanpa tambahan makanan dan minuman
lain kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai
dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa
penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi
(Infodatin, 2014). ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 bulan untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal.
Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik pemberian ASI masih
jauh dari yang diharapkan. Secara nasional cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia
berfluktuasi selama 3 tahun terakhir. 3 Cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-5 bulan
turun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008, namun meningkat pada tahun
2009 menjadi 61,3%. Sedangkan cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai 6 bulan
turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 dan naik lagi menjadi 34,3%
pada tahun 2009 (Profil Kesehatan Jateng, 2009).
Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Jawa tengah angka cakupan pemberian ASI
Eksklusif 0-6 pada tahun 2007 hanya sekitar 27,35% mengalami kenaikan menjadi 28,96% pada
tahun 2008, dan mengalami kenaikan hingga 40,21% pada tahun 2009, tetapi dirasakan masih
sangat rendah bila dibandingakan dengan target pencapaian ASI Eksklusif tahun 2010 adalah
80% (Profil Kesehatan Provinsi Jateng, 2009). Dari data Kabupaten Blora angka cakupan ASI
Eksklusif pada tahun 2008 15,51%, meningkatan pada tahun 2009 mencapai 30%, dan
meningkat hingga 65,6% pada tahun 2010. Angka ini belum mencapai target SPM tahun 2010
sebesar 80% (Profil Kesehatan Kabupaten Blora, 2009).
Data Puskesmas Kutukan angka cakupan ASI eksklusif pada tahun 2008 52,6%, terjadi
peningkatan 63,8%pada tahun 2009, dan mengalami penurunan pada tahun 2010 sebesar 56,7%
(Data Puskesmas Kutukan, 2010). Hasil studi pendahuluan terhadap 10 ibu menyusui di Desa
Sumberejo Wilayah kerja Puskesmas Kutukan didapatkan hasil ibu menyusui yang mengetahui
tentang ASI Eksklusif 3orang yang tidak mengetahui 7 orang. Banyak ibu yang masih
memberikan bayinya tambahan makanan ataupun minuman di saat bayi masih 4 berumur kurang
dari 6 bulan. Ibu juga masih cuek terhadap kesehatan bayinya untuk memberikan ASI Eksklusif.
Hal tersebut merupakan kesenjangan yang perlu dijadikan perhatian bagi semua ibu menyusui
dan khususnya bagi petugas kesehatan. Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Blora
tahun 2014 dengan jumlah Bayi umur 0 – 6 bulan sebanyak 6290, yang mendapat ASI ekslusif :
4803 ( 76,4%) tahun 2013 :74,1%.tahun 2012 : 72,73%, tahun 2011 : 34,7%, walaupun sudah
ada peningkatan tetapi belum mencapai Standart Pelayanan Minimal (SPM) sebesar 80 %. Hal
ini dikarenakan masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran dari ibu menyusui akan pentingnya
ASI Eksklusif bagi bayi.
Masalah yang muncul dalam pemberian asi kepada bayi dan balita sering kali dihadapi
baik oleh ibu sendiri, bayinnya, dan juga petugas yang membantu bayi dan ibunya dalam masa
perawatan. Masalah yang muncul dapat dipengaruhi oleh bebrapa faktor seperti dari ibu
menyusui, bayi, dan petugas kesehatan serta sumbangan produk makanan bayi. Selain itu juga
dipengaruhi oleh mitos yang terdapat masyarakat yang berhubungan dengan menyusui. Faktor
yang bisa mendukung pemberian ASI yaitu Asupan gizi yang cukup sesuai kebutuhan ibu,
pelayanan kesehatan yang memadai bagi ibu dan anak, dan melanjutkan pendampingan dan
memberikan dukungan sosial (Atikah,2010).
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Pelayanan adalah menolong menyediakan
segala apa yang diperlukan orang lain seperti tamu atau pembeli. Pelayanan ialah menolong
untuk menyediakan segala sesuatu yang diperlukan oleh orang lain diantaranya adalah pembeli.
Pelayanan dapat diberikan kepada orang lain sebagai pertolongan yang dibutuhkan orang lain itu
sendiri. Yang mana dengan pertolongan tersebut dapat membantu orang lain utuk bisa mengatasi
masalahnya. Pelayanan tersebut berupa Klinik laktasi adalah klinik yang diselenggarakan untuk
memberi pelayanan kepada ibu-ibu yang ada hubungannya dengan laktasi, baik saat ibu masih
hamil atau sedang menyusui (pasca persalinan). Melalui klinik laktasi ada beberapa jasa yang
diberikan salah satunya yaitu dengan memberikan konseling kepada ibu menyusui.
Pelayanan Klinik Laktasi di Kebidanan Blora dapat memberikan solusi masalah laktasi
seperti cara menyusui yang benar, memerah ASI, penyimpangan dan pemberian ASI,
meningkatkan produksi ASI, mengatasi keluhan selama menyusui dan perawatan payudara saat
hamil, bersalin, serta nifas. Selain itu Klinik Laktasi memberikan pelayanan umum seperti totok
wajah dan facial. Dalam memberikan pelayanan, petugas kesehatan mengusahakan memberikan
pelayanan yang dapat memberi kesan puas terhadap klien. Dalam memberikan pelayanan
petugas kesehatan dari klinik laktasi selalu memperhatikan respon dari klien. Respon atau timbal
balik dari klien sangat bermanfaat bagi petugas untuk mengukur tingkat kepuasan. Pengukuran
tingkat kepuasan dilakukan saat memberikan pelayanan yaitu dengan wawancara dan selesai
pelayanan dengan kuisioner.
GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN KLIEN TERHADAP PELAYANAN KLINIK
LAKTASI
Dosen Pengampu : Novita Ika Wardani S.ST MKes

Disusunoleh :
1. Widyaningsih (P1337424615015)

2. Novita Indri A (P1337424615022)

3. Cici Lestari Ningrum (P1337424615024)

4. Isnaeni Maulfi F (P1337424615026)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN BLORA JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHTAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai