Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bidan dan ruang lingkup praktiknya telah disetujui oleh International
Confederation of Midwifes, International Federation of Gynaecology and
Obstetriks dan World Helath Organization (WHO) dimana definisi
internasionalnya sebagai berikut :
Bidan adalah seseorang yang telah secara teratur mengikuti suatu program
pendidikan kebidanan yang diakui di negara dimana program tersebut
diselenggarakan, telah berhasil menyelesaikan serangkaian pendidikan kebidanan
yang ditetapkan, dan telah memperoleh kualifikasi yang diperlukan untuk bias
didaftarkan dan atau secara hukum memperoleh ijin untuk melakukan praktik
kebidanan.
Ia harus mampu melakukan pengawasan, perawatan, serta memberi saran
yang diperlukan kepada perempuan selama masa hamil, bersalin, dan setelah
melahirkan. Ia juga harus mampu memimpin persalinan sebagai bagian dari
tanggung jawabnya dan merawat bayi baru lahir serta bayi berusia beberapa
bulan. Perawatan ini meliputi tindakan preventif, deteksi kondisi abnormal pada
ibu dan anak, usaha memperoleh bantuan medis, dan pelaksanaan tindakan darurat
pada saat pertolongan medis tidak ada. Bidan memiliki tugas penting memberi
konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita, tetapi juga untuk
keluarga dan komunitas. Pendidikan ini melibatkan pendidikan antenatal dan
persiapan menjadi orang tua dan meluas mencakup area tertentu bidang
ginekologi, keluarga berencana, dan perawatan anak. Ia dapat melakukan praktik
di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, lingkungan tempat tinggal, atau layanan
kesehatan (Asrinah dkk, 2010).
Bidan menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yakni; seorang perempuan
yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di
wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kualifikasi untuk diregister,

1
sertifikasi, dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik
kebidanan (Ratna Dewi Pudiastuti, 2011).
Peran bidan di masyarakat sangatlah penting, karena bidan masih menjadi
tulang punggung sistem kesehatan ibu dan anak. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa definisi diatas tentang bidan dan apa saja tugas atau tanggung jawab
bidan. Salah satu tugas seorang bidan sebagai tenaga kesehatan atau garda
terdepan dalam melayani masyarakat pada umumnya dan perempuan pada
khususnya, yaitu membantu menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka
kematian Bayi (AKB). Angka kematian ibu (tahun 2007) mencapai 228/100.000
kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) mencapai 34/1.000 Kelahiran
Hidup. Hal ini masih sangat terlalu lamban untuk mencapai Millenium
Development Goals (MDGs) pada tahun 2015. Dimana pada tahun 2015
diharapkan angka kematian ibu 102/100.000 Kelahiran hidup dan angka kematian
bayi 24/1.000 kelahiran hidup.
Dalam perannya sebagai tenaga kesehatan, bidan berwenang memberikan
asuhan kebidanan secara menyeluruh atau komprehensif. Asuhan kebidanan
komprehensif adalah prosedur yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dalam ruang lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan
dengan memperhatikan pengaruh sosial, budaya, psikologis, emosional, spiritual,
fisik, etika dan kode etik serta hubungan interpersonal dan hak mengambil
keputusan dengan prinsip kemitraan dengan perempuan dan mengutamakan
keamanan ibu dan janin dan penolong serta kepuasan perempuan dan keluarga.
Selain dari pada itu, bidan harus mampu menggunakan pendekatan proses
pengambilan keputusan klinis berdasarkan evidence based dalam praktiknya.
Membuat keputusan klinis merupakan proses yang menentukan untuk
menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan. Namun dalam
aplikasinya bidan masih saja dihadapkan pada dilema saat mengambil sebuah
keputusan klinis. Tak jarang beberapa bidan mendapat masalah dikarenakan
terlambat atau salah mengambil sebuah keputusan sehingga merugikan orang lain
bahkan dirinya sendiri.

2
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui teori, proses, langkah-langkah, dan
faktor-faktor pengambilan keputusan klinis dalam praktik kebidanan sesuai
dengan peran bidan serta standar asuhan kebidanan.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami peran bidan di masyarakat
b. Mahasiswa mengetahui standar asuhan kebidanan
c. Mahasiswa mengetahui teori pengambilan keputusan
d. Mahasiswa mampu mengambil keputusan dalam praktik kebidanan
e. Mahasiswa mengetahui langkah-langkah membuat keputusan klinik
f. Mahasiswa mengatahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
pengambilan keputusan
1.3. Manfaat
Dari makalah ini diharapkan mahasiswa kebidanan mengetahui dan
memahami perannya di tengah-tengah masyarakat sehingga proses pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat dapat diaplikasikan
didalam kegiatan praktik klinik sehari-hari sehingga terhindar dari segala
pelanggaran etik atau moral yang sedang berkembang di hadapan publik dan erat
kaitannya dengan pelayanan kebidanan sehingga, seorang bidan sebagai provider
kesehatan kompeten dalam menyikapi dan mengambil keputusan yang tepat untuk
bahan tindakan selanjutnya sesuai standar asuhan dan kewenangan bidan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Teori-Teori Pengambilan Keputusan


2.1.1. Teori Utilitarisme
Ketika keputusan diambil, memaksimalkan kesenangan, meminimalkan
ketidak senangan.
2.1.2. Teori Deontology
Menurut Immanuel Kant: sesuatu dikatakan baik bila bertindak baik.
Contoh bila berjanji ditepati, bila pinjam harus dikembalikan
2.1.3. Teori Hedonisme
Menurut Aristippos, sesuai kodratnya, setiap manusia mencari
kesenangan dan menghindari ketidaksenangan.
2.1.4. Teori Eudemonisme
Menurut Filsuf Yunani Aristoteles, bahwa dalam setiap kegiatannya
manusia mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi
kita

2.2. Pengambilan Keputusan


2.2.1. Pengertian
Proses pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam
praktik suatu profesi dan keberadaanya sangat penting karena akan menentukan
tindakan selanjutnya. Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah
memilih alternatif yang ada. Ada 5 (lima) hal pokok dalam pengambilan
keputusan:
1. Intuisi berdasarkan perasaan, lebih subyektif dan mudah terpengaruh
2. Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu kasus
meningkatkan kemampuan mengambil keputusan terhadap suatu kasus
3. Fakta, keputusan lebih real, valid dan baik.
4. Wewenang lebih bersifat rutinitas
5. Rasional, keputusan bersifat obyektif, trasparan, konsisten.

4
2.3. Membuat Keputusan Klinik (decision making process in midwifery
practices)
Sesuai anjuran WHO yang menyarankan, untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan setiap tenaga kesehatan harus menggunakan pendekatan
proses pengambilan keputusan klinis berdasarkan evidence based dalam
praktiknya. Membuat keputusan klinik merupakan proses yang menentukan untuk
menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien.
Keputusan itu harus akurat, komperehensif, dan aman baik bagi pasien dan
keluarganya maupun dari petugas yang memberikan pertolongan.
Membuat keputusan klinik tersebut dihasilkan melalui serangkaian proses
dan metode yang sistematik menggunakan informasi dan hasil dari olah kognitif
dan intuitif serta dipadukan dengan kajian teoritis dan intervensi berdasarkan
bukti (evidence based), keterampilan dan pengalaman yang dikembangkan melaui
beberapa tahapan yang logis dan diperlukan dalam upaya untuk menyelesaikan
masalah dan terfokus pada pasien (Varney, 1997). Seorang tenaga klinis apabila,
dihadapkan pada situasi dimana terdapat suatu keadaan panik, membingungkan
dan memerlukan kepusutan cepat (biasanya dalam kasus emergency) maka 2 hal
yang dilakukan :
a. Mempertimbangkan satu solusi berdasarkan pengalaman dimasa lampau.
b. Meninjau simpanan pengetahuan yang relevan dengan keadaan ini dalam
upaya mencari suatu solusi.
Semua upaya diatas akan bermuara pada bagaimana kinerja dan prilaku
yang diharapkan dari seorang pemberi asuhan dalam menjalankan tugas dan
pengalaman ilmunya kepada pasien dan klien. Pengetahuan dan keterampilan saja
ternyata tidak dapat menjamin asuhan atau pertolongan yang diberikan dapat
memberikan hasil maksimal atau memenuhi standart kualitas pelayanan dan
harapan pasien apabila tidak disertai dengan prilaku yang terpuji.

5
2.4. Langkah dalam membuat keputusan klinik
2.4.1. Pengumpulan Data Utama Dan Relevan Untuk Membuat Keputusan
Semua pihak yang terlibat mempunyai peranan penting dalam setiap
langkah untuk membuat keputusan klinik. Data utama (misalnya riwayat
persalinan), data subjektif yang diperolehdari anamnesis (misalnya keluhan
pasien), dan data objektif dari pemeriksaan fisik (misalnya tekanan darah)
diperoleh melalui serangkaian upaya sistematik dan terfokus. Validitas dan
akurasi data akan sangat membantu pemberi pelayanan untuk melakukan analisis
dan pada akhirnya membuat kepusan klinik yang tepat. Data subjektif adalah
informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang dirasakannya, apa yang telah
dialaminya. Data subjektif juga meliputi informasi tambahan yang diceritakan
oleh anggota keluarga tentang status ibu, terutama jika ibu merasa sangat nyeri
atau sangat sakit. Data objektif adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan
pemeriksaan pengamatan terhadap ibu atau bayi baru lahir. Pengumpulan data
dapat dilakukan dengan cara :
1. Anamnesis dan observasi langsung
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
4. Catatan medik.
2.4.2. Mengintrepretasikan data dan mengidentifikasi masalah
Setelah data dikumpulkan, penolong persalian melakukan analisis untuk
mendukung alur diagnosis. Peralihan dari analisis data menuju pada pembuatan
diagnosis bukanlah proses yang linier melainkan suatu proses sirkuler (melingkar)
yang berlangsung terus menerus. Suatu diagnosis kerja diuji dan dipertegas atau
dikaji ulang berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data secara terus menerus.
Untuk membuat diagnosis dan identifikasi masalah diperlukan :
1. Data yang lengkap dan akurat
2. Kemampuan untuk mengintrepetasikan/analisis data
3. Pengetahuan esensial, intusi dan pengalaman relevan dengan masalah yang
ada.

6
2.4.3. Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi/dihadapi
Bagian ini dianalogikan dengan proses membuat diagnosis kerja setelah
mengembangkan berbagai kemungkinan diagnosis lain (diagnosis banding).
Rumusan masalah mungkin saja terkait langsung maupun tidak langsung terhadap
diagnosis, tetapi dapat pula merupakan masalah utama yang saling terkait dengan
beberapa masalah utama yang saling terkait dengan beberapa masalah penyerta
atau faktor lain yang betkonstribusi dalam terjadinya masalah utama.
Dalam pekerjaan sehari-hari, penolong persalinan telah mengetahui bahwa
seorang pasien adalah primigrafida dalam fase aktif persalinan (diagnosis). Selain
dalam proses tersebut, sang ibu juga mengalami anemia (masalah) dimana hal ini
belum jelas apakah akibat defisiensi zat besi (nutrisi) yang ini merupakan data
tambahan untuk membuat diagnosis baru atau akibat budaya setempat (faktor
sosial yang konstributornya adalah rendahnya pendidikan) yang melarang ibu
hamil mengkonsumsi makanan bergizi. Dengan kata lain, walaupun sudah
ditegakkan diagnosis kerja tetapi bukan berarti bahwa tidak ada masalah lain yang
dapat menyertai atau mengganggu upaya pertolongan yang diberikan seorang
penolong persalinan.
2.4.4. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi
masalah
Petugas kesehatan di Klinik depan seperti bidan di desa, tidak hanya
diharapkan terampil untuk membuat diagnosis bagi pasien atau klien yang
dilayaninya tetapi juga harus mampu mendeteksi setiap situasi yang dapat
mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayinya. Untuk mengenali situasi tersebut,
para bidan harus pandai membaca situasi klinik dan budaya masyarakat setempat
sehingga mereka tanggap dalam mengenali keputusan terhadap tindakan segera
sebagai langkah penyelamatan ibu dan bayinya apabila situsi gawat darurat
memang terjadi. Upaya ini dikenal sebagai kesiapan menghadapai persalinan dan
tanggap terhadap komplikasi yang mungkin terjadi (birth preparedness and
complication readiness). Dalam uraian-uraian berikutnya, petugas pelaksana
persalinan akan terbiasa dengan istilah rencana rujukan yang harus selalu
disiapkan dan didiskusikan diantara ibu, suami penolong persalinan. Contoh :

7
Untuk menghadapi ibu hamil dengan preeklamsia berat dan tekanan darah yang
cenderung selalu meningkat maka seorang bidan harus berkonsultasi dengan
tenaga ahli di rumah sakit atau spesialis obstetric terdekat untuk menyiapkan
tindakan/upaya yang dapat dilakukan bila sang ibu mulai menunjukan gejala dan
tanda gawatdarurat. Pada keadaan tertentu, mungkin saja seorang bidan harus
menangani kasus distosia bahu tanpa bantuan siapapun. Apabila ia tidak pernah
dilatih untuk mengatasi hal itu atau ia tidak mengetahui tanda-tanda distosia bahu
maka ia tidak pernah tahu bahwa perlu disiapkan sesuatu (pengetahuan,
keterampilan, dan rujukan) untuk mengatasi hal tersebut. Hal yang paling buruk
dan mungkin saja terjadi adalah sang bayi tidak dapat dilahirkan dan kemudian
meninggal dunia karena bidan tersebut berupaya melahirkan bayi tetapi ia tidak
pernah tau bagaimana cara mengatasi hal tersebut.
2.4.5. Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi
masalah
Rencana asuhan atau intervensi bagi ibu bersalin dikembangkan melalui
kajian data yang diperoleh, identifikasi kebutuhan atau kesiapan asuhan dan
intervensi, dan mengukur sumber daya atau kemampuan yang dimiliki. Hal ini
dilakukan untuk membuat ibu bersalin dapat ditangani secara baik dan
melindunginya dari berbagai masalah atau penyulit potensial dapat mengganggu
kualitas pelayanan, kenyamanan ibu ataupun mengancam keselamatan ibu dan
bayi. Rencana asuhan harus dijelaskan dengan baik kepada ibu dan kelurganya
agar mereka mengerti manfaat yang diharapkan dan bagaimana upaya penolong
untuk mengindarkan ibu dan bayinya dari berbagai gangguan yang mungkin dapat
mengancam keselamatan jiwa atau kulaitas hidup mereka.
Contoh :
Rencana asuhan kala I :
1. Deyut Jantung Janin setiap setengah jam
2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap setengah jam
3. Nadi setiap setengah jam
4. Pembukaan serviks setiap 4 jam
5. Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam

8
6. Tekanan darah dan temperature setiap 4 jam
7. Produksi urine aseton dan protein setian 2-4 jam.
Rencana asuhan pada kasus tali pusat menumbung
1. Pemberian oksitosin nasal 6L/menit
2. Mengatur posisi ibu bersalin
3. Menghubungi rumah sakit rujukan untuk tindakan lanjutan
4. Stabilisasi kondisi ibu dan bayi yang dikandungnya
5. Pemantauan DJJ.
2.4.6. Melaksanakan asuhan/intervensi terpilih
Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan rencana tersebut secara tepat
waktu dan aman. Hal ini akan menghindarkan terjadinya penyulit dan memastikan
bahwa ibu dan atau bayinya yang baru lahir akan menerima asuhan atau
perawatan yang mereka butuhkan. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang
beberapa intervensi yang dapat dijadikan pilihan untuk kondisi yang sesuai
dengan apa yang sedang dihadapi sehingga mereka dapat membuat pilihan yang
baik dan benar. Pada beberapa keadaan penolong sering dihadapkan pada pilihan
yang sulit karena ibu dan keluarga meminta penolong dan menentukan intevensi
yang terbaik bagi mereka dan hal ini memerlukan upaya dan pengertian lebih agar
ibu dan keluarga mengerti bahwa hal ini terkait dengan hak klien dan kewajiban
petugas untuk memperoleh hasil yang terbaik.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pilihan adalah :
1. Bukti-bukti ilmiah
2. Rasa percaya ibu terhadap penolong persalinan
3. Pengalaman saudara atau kerabat untuk kasus yang serupa
4. Tempat dan kelengkapan pasilitas kesehatan
5. Biaya yang diperlukan
6. Akses ketempat rujukan
7. Luaran dari system dan sumber daya yang ada.

9
2.4.7. Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi.
Penatalaksanaan yang telah dikerjakan kemudian dievaluasi untuk menilai
efektifitasnya. Tentukan apakah perlu dikaji ulang atau diteruskan sesuai dengan
rencana kebutuhan saat itu. Proses pengumpulan data, membuat diagnosa,
memilih interfensi, menilai kemampuan sendiri, melaksanakan asuhan atau
intevensi dan evaluasi adalah proses sirkuler (melingkar). Lanjutkan evaluasi
asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir. Jika pada saat evaluasi
ditemukan bahwa status ibu atau bayi baru lahir telah berubah, sesuaikan asuhan
yang diberikan untuk memenuhi perubahan kebutuahan tersebut.
Asuhan atau intevensi dianggap membawa manfaat dan teruji efektif
apabila masalah yang dihadapi dapat diselesaikan atau membawa dampak yang
menguntungkan terhadap diagnosis yang telah ditetapkan. Apapun jenisnya, asuhn
dan intervensi yang diberikan harus efisein, efektif dan dapat diaplikasikan pada
kasus serupa dimasa datang. Bila asuhan atau intervensi tidak membawa hasil atau
dampak seperti yang diharapakan maka sebaiknya dilakukan kajian ulang atau
penyusunan kembali rencana asuhan sehingga pada akhirnya dapat member
dampak yang diharapkan.
2.4.8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
1. Faktor fisik, didasarkan pada rasa yang dialami oleh tubuh sepeti rasa sakit,
tidak nyaman dan kenikmatan.
2. Emosional, didasarkan pada perasaan atau sikap.
3. Rasional, didasarkan pada pengetahuan
4. Praktik, didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan dalam
melaksanakannya.
5. Interpersonal, didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada
6. Struktural, didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik.

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Membuat keputusan klinik dilakukan dengan melalui proses pemecahan
masalah yang sistematis yaitu mengumpulkan data utama dan relevan untuk
membuat keputusan, menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah,
membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi/dihadapi, menilai
adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi masalah, menyusun
rencana pemberian asuhan atau untervensi untuk solusi masalah, melaksanakan
asuhan/intervensi terpilih, memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau
intervensi.

3.2. Saran
Bidan dituntut berperilaku hati-hati dalam setiap tindakannya dalam
memberikan asuhan kebidanan dengan menampilkan perilaku yang etis
profesional.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nursing Management (5thed) Mosby st Louis, Baltimore.


Swansburg, A.C(1996) Management and Leadership For Nurse managers, Jones
and Bartlet Publishers International, London England.
http://emidwife.blogspot.co.id/2014/10/makalah-decision-making-process-in.html

12

Anda mungkin juga menyukai