Anda di halaman 1dari 32

1.

Manajemen kebidanan dalam praktek kebidanan


Materi Konsep Kebidanan
A. MANAJEMEN KEBIDANAN
1. KONSEP DAN PRINSIP MANAJEMEN SECARA UMUM
Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done). Manajemen
adalah mengungkapkan apa yang hendak dikerjakan, kemudian
menyelesaikannya. Manajemen adalah menentukan tujuan dahulu secara pasti
(yakni menyatakan dengan rinci apa yang hendak dituju) dan mencapainya.
Prinsip-prinsip manajemen
a. Efisiensi
Efisiensi adalah bagaimana mencapai akhir dengan hanya menggunakan
sarana yang perlu, atau dengan menggunakan sarana sesedikit mungkin.
Efisiensi adalah ukuran mengenai hubungan antara hasil yang dicapai dan
usaha yang telah di keluarkan (misalnya oleh seorang tenaga kesehatan).
b. Efektivitas
Efektivitas adalah seberapa besar suatu tujuan sedang, atau telah tercapai,
efektivitas merupakan sesuatu yang hendak ditingkatkan oleh manajemen.
c. Rasional dalam mengambil keputusan
Pengambilan keputusan yang rasional sangat diperlukan dalam proses
manajemen. Keputusan merupakan suatu pilihan dari dua atau lebih tindakan.
Dalam istilah manajemen, pengambilan keputusan merupakan jawaban atas
pertanyaan tentang perkembangan suatu kegiatan.
2. MANAJEMEN KEBIDANAN
Buku 50 tahun IBI, 2007, Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang
digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
Depkes RI, 2005, manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan
pemecahan masalah ibu dan khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada individu, keluarga dan masyarakat.
Helen Varney, 1997, manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau
tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh
ACNM (1999) terdiri atas:
a. Mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan secara
sistematis melalui pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap
klien, termasuk mengkaji riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik.
b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosis berdasar interpretasi data
dasar.
c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan
masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien.
d. Memberi informasi dan dukungan kepada klien sehingga mampu membuat
keputusan dan bertanggungjawab terhadap kesehatannya.
e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
f. Secara pribadi, bertanggungjawab terhadap implementasi rencana individual.
g. Melakukan konsultasi perencanaan, melaksanakan manajemen dengan
berkolaborasi, dan merujuk klien untuk mendapat asuhan selanjutnya.
h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi dalam situasi darurat jika
terdapat penyimpangan dari keadaan normal.
i. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan
merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.
3. LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN KEBIDANAN
Tahap I,
Pengumpulan
data dasar
Tahap VII,
Evaluasi
Tahap II,
interpretasi data
dasar
Tahap III,
Identifikasi
diagnosis/masalaj potensial
dan antisipasi
penanganannya
Tahap IV,
Menetapkan kebutuhan
tindakan segera,
kolaborasi, rujukan
Tahap V,
Rencana asuhan
Tahap VI,
Pelaksanaan
asuhan langsung
Langkah I : pengumpulan data dasar
Data yang dibutuhkan dalam pengumpulan data dasar :
• Riwayat kesehatan
• Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
• Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
• Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
Langkah II : interpretasi data dasar
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan :
Diakui dan telah disahkan oleh profesi
Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
Memiliki ciri khas kebidanan
Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan
Dpt diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
Langkah III : mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Dalam langkah ini bidan dituntut untuk dapat mengidentifikasi masalah dan
diagnosa potensial terlebih dahulu baru setelah itu menentukan antisipasi yang
dapat dilakukan.
Langkah IV
Dari data yang ada mnegidentifikasi keadaan yang ada perlu atau tidak
tindakan segera ditangani sendiri/dikonsultasikan (dokter, tim kesehatan, pekerja
sosial, ahli gizi)/kolaborasi
Langkah V
tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien, tapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien (apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang
berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural/masalah psikologis. Dalam
perencanaan ini apa yang direncanakan harus disepakati klien, harus rasional,
benar-benar valid berdasar pengetahuan dan teori yang up to date.
Langkah VI
• Bisa dilakukan oleh bidan, klien, keluarga klien, maupun tenaga kesehatan
yang lain.
• Bidan bertanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaan asuhan bersama
yang menyeluruh.

Langkah VII
Evaluasi efektifitas dari asuhan yang telah dilakukan.
B. LINGKUP PRAKTEK KEBIDANAN
1. RUANG LINGKUP DAN SASARAN
Dalam melaksanakan praktik, bidan memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan
terhadap perempuan pada masa prakonsepsi, masa hamil, melahirkan dan
postpartum, maupun masa interval, melaksanakan pertolongan persalinan dibawah
tanggungjawabnya sendiri, memberi asuhan Bayi Baru Lahir, bayi dan anak
balita.
Meliputi tindakan pemeliharaan, pencegahan, deteksi, serta intervensi, dan rujukan
pada keadaan risiko tinggi, termasuk kegawatan pada ibu dan anak.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang
meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan.
Menurut Kepmenkes no 900/Menkes/SK/VII/2002 :
Pelayanan kebidanan : asuhan bagi perempuan mulai dari :
• pranikah,
• pra kehamilan,
• selama kehamilan,
• persalinan,
• nifas,
• menyusui,
• Interval antara masa kehamilan
• menopause,
• termasuk asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita
Pelayanan KB :
• konseling KB,
• penyediaan berbagai jenis alat kontrasepsi,
• nasehat dan tindakan bila terjadi efek samping
Pelayanan kesehatan masyarakat :
• Asuhan untuk keluarga yang mengasuh anak
• Pembinaan kesehatan keluarga
• Kebidanan komunitas
• Persalinan di rumah
• Kunjungan rumah
• Deteksi dini kelainan pada ibu dan anak
Sasaran pelayanan kebidanan
• Individu
• Keluarga
• Masyarakat
2. LAHAN PRAKTIK PELAYANAN KEBIDANAN
• BPS/ di rumah
• Masyarakat
• Puskesmas
• Polindes/PKD
• RS/RB
• Klinik dan unit kesehatan lainnya
C. PENGORGANISASIAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN
1. PELAYANAN MANDIRI
Layanan kebidanan primer yang dilakukan oleh seorang bidan yang sepenuhnya
menjadi tangungjawab bidan.
2. KOLABORASI
Layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya
dilakukan secara bersamaan atau sebaai salah satu urutan dari sebuah proses
kegiatan pelayanan.
misalnya: merawat ibu hamil dengan komplikasi medik atau obstetrik
Tujuan pelayanan: berbagi otoritas dalam pemberian pelayanan berkualitas sesuai
ruang lingkup masing-masing.
Kemampuan untuk berbagi tanggung jawab antara bidan dan dokter sangat
penting agar bisa saling menghormati, saling mempercayai dan menciptakan
komunikasi efektif antara kedua profesi.
3. RUJUKAN
Layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem layanan yang
lebih tinggi atau sebaliknya, yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam
menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan
yang dilakukan oleh bidan ketempat atau fasilitas pelayanan kesehatan lain secara
horizontal maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lain. Layanan bidan yang
tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
4. KONSULTASI
Pada kondisi tertentu bidan membutuhkan nasehat atau pendapat dari dokter atau
anggota tim perawatan klien yang lain tapi tanggung jawab utama terhadap klien
tetap ditangan bidan.
2. Reward dan punishment
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Bidan sebagai tenaga kesehatan memiliki peran yang sangat sentral dalam
pelayanan kesehatan dasar. Untuk menanggulangi tingginya Angka Kematian Ibu dan
Angka Kematian Bayi, sekolah kebidanan secara khusus didirikan pemerintah Hindia
Belanda. Setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan
dan BKKBN terns mendorong pertumbuhan jumlah bidan. Menurut Profil Kedudukan
dan Peranan Wanita 1995 balk di kota maupun di desa, perempuan lebih memilih bidan
dalam memeriksakan kesehatan dan kehamilan mereka dari pada tenaga kesehatan
iainnya. Habsjah dan Aviatri (dalam Oey-Gardiner 1996:393) mengungkapkan bahwa
sejak tahun 1952 bidan sudah dikerahkan untuk mengelola. Balai Kesehtan Ibu dan
Anak. Ketika pada tahun 1968 puskesmas pertama kali diperkenalkan di Indonesia,
Depkes mengeluarkan peraturan bahwa tenaga puskesmas harus terdiri atas tenaga
dokter, bidan, mantri, dan perawat. Tetapi berbagai studi membuktikan bahwa banyak
puskesmas yang hanya memiliki bidan atau mantri sebagai satu-satunya tenaga
kesehatan yang setiap saat dapat dikunjungi oleh masyarakat. Bidan di Indonesia
adalah ujung tombak pelayanan kesehatan dasar.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugas di desa
yang sulit dijangkau, tugas bidan dirasakan terlalu banyak. Bidan tidak saja bertugas
melayani ibu hamil dan balita, mereka juga melayani pertolongan kesehatan secara
umum seperti menolong prang sakit, kecelakaan lalu lintas sampai menindik dan
menyunat bayi yang Baru lahir. Selain menangani aspek klinis medis kebidanan dan
umum, mereka juga menangani aspek administrasi dan manajerial. Tugas administrasi
yang dituntut oleh puskesmas sering mengakibatkan tugas pokok menjadi
terlantar.Puskesmas selalu meminta data diri yang sulit diperoleh. Membina hubungan
dengan dukun bayi dan anggota masyarakat merupakan aspek sosial yang harus
diperhatikan oleh seorang bidan. Dalam banyak hal bidan merasakan bekal dan
kemampuannya amat terbatas untuk dapat menangani semua harapan masyarakat.
Pendidikan lanjut baik berupa kursus singkat maupun seminar sangat mereka harapkan
untuk dapat memperoleh bekal dalam menjalankan profesi mereka.
Hal tersebut mendorong penulis ini untuk mengetahui dan memahami lebih
mendalam bagaimana peran dan penghargaan yang diperoleh bidan dalam
menjalankan tugas mereka sebagai tenaga kesehatan baik di puskesmas maupun di
praktek sore mereka di rumah.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah
1.2.1 Apa saja reward dan sanksi dalam profesi bidan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1.3.1 Untuk mengetahui apa saja reward dan sanksi dalam profesi bidan.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah
1.4.1 Manfaat khusus
Setelah mengetahui reward dan sanksi dalam profesi bidan, mahasiswa memiliki acuan
dalam melakukan segala tindakan dalam pelayanan kebidanan.
1.4.2 Manfaat umum
Dengan adanya makalah ini semoga bidan – bidan mengetahui apa saja reward dan
sanksi dalam profesi bidan.
Bab 2
Pembahasan
Penghargaan adalah sebuah bentuk apresiasi kepada suatu prestasi tertentu
yang diberikan baik oleh perorangan ataupun suatu lembaga. Bidan sebagai suatu
profesi tenaga kesehatan harus bisa mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Karena inilah bidan memang sudah seharusnya mendapat penghargaan baik dari
pemerintah maupun masyarakat. Penghargaan yang diberikan kepada bidan tidak
hanya berupa imbalan jasa tetapi juga dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian
kewenangan atau hak untuk menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki. Dengan adanya penghargaan seperti yang disebutkan diatas, akan mendorong
bidan untuk meningkatkan kinerja mereka sebagai tenaga kesehatan untuk masyarakat.
Mereka juga akan lebih giat untuk mengasah dan mengembangkan kemampuan dan
potensi mereka sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu standar profesi bidan.
Menurut Gibson (1987) ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
seseorang termasuk bidan,antara lain:
a. Faktor individu : kemampuan,keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman,
tingkat sosial, dan demografi seseorang.
b. Faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi, dan kepuasan
kerja.
c. Faktor organisasi : struktur organisasi,besar pekerjaan, kepemimpinan, sistem
penghargaan.
Tujuan dari adanya sistem penghargaan antara lain :
a. Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara individu maupun dalam kelompok
setinggi-tingginya.
b. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan meningkatkan hasil kerja
melalui prestasi pribadi.
c. Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan perasaannya tentang
pekerjaan sehingga terbuka jalur komunitas dua arah antara pimpinan dan staf.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3, hak adalah kewenangan
untuk berbuat sesuatu yang telah ditentukan oleh undang-undang atau aturan tertentu.
Sebagai suatu profesi, bidan memiliki organisasi profesi yaitu Ikatan Bidan Indonesia
atau disingkat IBI yang mengatur hak dan kewajiban serta penghargaan dan sanksi bagi
bidan. Setiap bidan yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan berhak dan wajib
menjadi anggota IBI.

2.1 Hak bidan :


2.1.1 Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.
2.1.2 Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat
jenjang pelayanan kesehatan.
2.1.3 Bidan berhak menolak keinginan pasien atau klien dan keluarga yang
bertentangan dengan peraturan perundangan, dan kode etik profesi.
2.1.4 Bidan berhak atas privasi atau kedirian dan menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan baik oleh pasien,keluarga ataupun profesi lain.
2.1.5 Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan.
2.1.6 Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan
jabatan yang sesuai.
2.1.7 Bidan berhak mendapatkan kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.

2.2 Wewenang bidan :


2.2.1 Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan untuk mendekatkan pelayanan
kegawatandaruratan obstetrik dan neonatal.
2.2.2 Bidan harus melaksanakan tugas kewenagan sesuai standar profesi, memiliki
kemampuan dan ketrampilan sebagai bidan, mematuhi dan melaksanakan protap yang
berlaku di wilayahnya dan bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dengan
mengutamakan keselamatan ibu dan bayi.
2.2.3 Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada masa
pranikah termasuk remaja putri, prahamil, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui, dan
masa antara kehamilan. Dan masih banyak lagi.

Dalam lingkup IBI, setiap anggota memiliki beberapa hak tertentu sesuai dengan
kedudukannya, yaitu:
Anggota Biasa
a. Berhak mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh organisasi.
b. Berhak mengemukakan pendapat, saran, dan usul untuk kepentingan organisasi.
c. Berhak memilih dan dipilih.
Anggota Luar Bisaa
a. Dapat mengikuti kegiatan yang dilakukan organisasi.
b. Dapat mengemukakan pendapat, saran, dan usul untuk kepentingan organisasi.
Anggota Kehormatan
Dapat mengemukakan pendapat,saran,dan usul untuk kepentingan organisasi.

2.3 Penghargaan Bagi Mahasiswa Bidan


Bagi mahasisiwa DIII kebidanan yang berprestasi akan mendapatkan
penghargaan berupa beasiswa dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Koordinator
Perguruan Tinggi Swasta (KOPERTIS) setiap 4 bulan sekali selama 3 tahun pendidikan
kebidanan. Penghargaan juga diberikan kepada bidan yang berprestasi (bidan teladan).
Selain itu, bidan juga dapat diberi beasiswa. Bidan sebagai petugas kesehatan sering
berhadapan dengan masalah etik yang berhubungan dengan hukum. Masalah dapat
diselesaikan dengan hukum , tetapi belum tentu dapat diselesaikan berdasarkan prinsip
dan nilai etik.

2.4 Sanksi
Tidak hanya memberikan penghargaan bagi bidan yang mampu melaksanakan
prakteknya sesuai kode etik dan standar profesi bidan, Setiap penyimpangan baik itu
disengaja atau tidak, akan tetap di audit oleh dewan audit khusus yang telah dibentuk
oleh organisasi bidan atau dinas kesehatan di kabupaten tersebut. Dan bila terbukti
melakukan pelanggaran atau penyimpangan maka bidan tersebut akan mendapat
sanksi yang tegas, supaya bidan tetap bekerja sesuai kewenangannya. Sanksi adalah
imbalan negatif, imbalan yang berupa pembebanan atau penderitaan yang ditentukan
oleh hukum aturan yang berlaku. Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik
dan hak/kewajiban bidan yang telah diatur oleh organisasi profesi. Bagi bidan yang
melaksanakan pelayanan kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka
akan diberikan sanksi sesuai dengan Permenkes RI No. 1464/Menkes/PER/X/2010
tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan. Dalam organisasi profesi kebidanan
terdapat Majelis Pertimbangan Etika Bidan (MPEB) dan Majelis Pembelaan Anggota
(MPA) yang memiliki tugas :
a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidang sesuai dengan ketetapan
pengurus pusat.
b. Melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya secara berkala
c. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas pengurus
pusat.
d. Membentuk tim teknis sesuai kebutuhan, tugas dan tanggung jawabnya ditentukan
pengurus.

MPEB dan MPA merupakan majelis independen yang berkonsultasi dan berkoordinasi
dengan pengurus inti dalam organogram IBI tingkat nasional.
MPEB secara internal memberikan saran, pendapat, dan buah pikiran tentang masalah
pelik yang sedang dihadapi, khususnya yang menyangkut pelaksanaan kode etik bidan
dan pembelaan anggota.
MPEB dan MPA, bertugas mengkaji, menangani dan mendampingi anggota
yang mengalami permasalahan dan praktik kebidanan serta masalah hukum.
Kepengurusan MPEB dan MPA terdiri dari ketua, sekertaris, bendahara, dan anggota.
MPA tingkat pusat melaporkan pertanggungjawabannya kepada pengurus pusat IBI dan
pada kongres nasional IBI. MPA tingkat provinsi melaporkan pertanggungjawabannya
kepada IBI tingkat provinsi (pengurus daerah).
Tugas dan wewenang MPA dan MPEB adalah memberikan bimbingan dan
pembinaan serta pengawasan etik profesi, meneliti dan menentukan adanya kesalahan
atau kelalaian bidan dalam memberikan pelayanan. Etika profesi adalah norma-norma
yang berlaku bagi bidan dalam memberikan pelayanan profesi seperti yang tercantum
dalam kode etik bidan.
Anggota MPEB dan MPA, adalah:
a. Mantan pengurus IBI yang potensial.
b. Anggota yang memiliki perhatian tinggi untuk mengkaji berbagai aspek dan
perubahan serta pelaksanaan kode etik bidan, pembelaan anggota, dan hal yang
menyangkut hak serta perlindungan anggota.
c. Anggota yang berminat dibidang hukum.

Keberadaan MPEB bertujuan untuk:


a. Meningkatkan citra IBI dalam meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan
bidan.
b. Membentuk lembaga yang akan menilai ada atau tidaknya pelanggaran terhadap
Kode Etik Bidan Indonesia.
c. Meningkatkan kepercayaan diri anggota IBI.
d. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bidan dalam memberikan
pelayanan.

Contoh sanksi bidan adalah pencabutan ijin praktek bidan, pencabutan SIPB sementara,
atau bisa juga berupa denda.
Penyimpangan yang dilakukan oleh bidan misalnya :
a. Bidan melakukan praktek aborsi,yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh
bidan karena termasuk tindakan kriminal.
b. Bidan tidak melakukan rujukan pada ibu yang mengalami persalinan premature,
bidan ingin melakukan persalinan ini sendiri. Ini jelas tidak boleh dilakukan, dan harus
dirujuk. Karena ini sudah bukan kewenangan bidan lagi, selain itu jika dilakukan oleh
bidan itu sendiri,persalinan akan membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya.

2.4.1 Alur Sanksi Bidan


Malpraktek yang dilakukan oleh bidan dapat disebabkan oleh banyak faktor, misalnya
kelalaian, kurangnya pengetahuan, faktor ekonomi, rutinitas,dan juga perubahan
hubungan antara bidan dengan pasien. Untuk dapat mencegah terjadinya malpraktek
yang dilakukan oleh bidan dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan
tidak memberikan jaminan atau garansi akan keberhasilan usahanya, dalam melakukan
tindakan harus ada informed consent, mencatat semua tindakan kedalam rekam medik,
dan lain-lain.
Untuk penyelesaian tindak pidana malpraktek yang dilakukan oleh bidan yang telah
masuk ke pengadilan, semua tergantung kepada pertimbangan hakim yang menangani
kasus tersebut untuk menentukan apakah kasus yang ditanganinya termsuk kedalam
malpraktek atau tidak. Atau apakah si pelaku dapat dimintai pertanggung jawaban
secara pidana atau tidak.
Melakukan malpraktek yuridis (melanggar hukum) berarti juga melakukan malpraktek
etik (melanggar kode etik). Sedangkan malpraktek etik belum tentu merupakan
malpraktek yuridis. Apabila seorang bidan melakukan malpraktek etik atau melanggar
kode etik. Maka penyelesaian atas hal tersebut dilakukan oleh wadah profesi bidan yaitu
IBI. Dan pemberian sanksi dilakukan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku
didalam organisasi IBI tersebut. Sedangkan apabila seorang bidan melakukan
malpraktek yuridis dan dihadapkan ke muka pengadilan. Maka IBI melalui MPA dan
MPEB wajib melakukan penilaian apakah bidan tersebut telah benar-benar melakukan
kesalahan. Apabila menurut penilaian MPA dan MPEB kesalahan atau kelalaian
tersebut terjadi bukan karena kesalahan atau kelalaian bidan, dan bidan tersebut telah
melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi, maka IBI melalui MPA wajib
memberikan bantuan hukum kepada bidan tersebut dalam menghadapi tuntutan atau
gugatan di pengadilan

2.5 KODE ETIK BIDAN


Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap
anggota profesi yang bersngkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota
profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-
larangan yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa saja yang boleh dan apa saja yang
tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam
menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya
dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat. Kode etik kebidanan merupakan
suatu pernyataan komprehensif profesi yang memberikan tuntunan bagi bidan untuk
melaksanakan praktek kebidanan baik yang berhubungan dengan kesejahteraan,
keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya.
Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut:
a. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau masyarakat mencegah
orang luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu setiap kode
etik suatu profesi akan melarng berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota
profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kkode
etik juga disebut kode kehormatan.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
Kesejahteraan ialah kesejahteraan materiil dan spiritual atau mental. Dalam hal
kesejahteraan materiil anggota profesi kode etik umumnya menetapkan larangan-
larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan.
Kode etik juga menciptakan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada pembahasan
tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinya
dengan sesama anggota profesi.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Dalam hal ini kode etik juga bertujuan untuk pengabdian profesi tertentu, sehingga para
anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggungjawab
pengabdian profesinya. Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan
yang diperlukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha
untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu kode
etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan menigkatkan mutu organisasi
profesi. Dari uraian di atas, jelas bahwa tujuan suatu profesi, menjaga dan memelihara
kesejahtereaan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota, dan meningkatkan
mutu profesi serta meningkatkan mutu organisasi profesi.
Penetapan Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya.
Penetapan kode etik IBI harus dilakukan dalam kongres IBI. Kode etik bidan di
Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disyahkan dalam kongres nasional
IBI X tahun 1988, sedang petunjuk pelaksanaanya disyahkan dalam rapat kerja nasional
(RAKERNAS) IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan disyahkan pada kongres
nasional IBI XII tahun 1998. Sebagai pedoman dalam berperilaku, kode etik bidan
Indonesia mengandung beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam
mukadimah, tujuan dan bab.

2.5.1 Yang dapat dilakukan dalam kode etika menuntun atau panduan untuk disiplin
profesi:
Menuntun tingkah laku
Menawarkan suatu kerangka kerja yang dapat meningkat kapasitas dalam
Pengambilan keputusan moral yang efektif.

2.5.2 Yang tidak dapat dilakukan:


Tidak dapat menjamin etika praktek atau pengambilan keputusan.
Tidak dapat mencegah timbulnya hal-hal yang tidak berguna.
Tidak dapat dipindahkan dari tanggung jawab bidan.
Tidak dapat menjamin kasus tertentu merupakan yang benar

2.5.3 Persyaratan kode etik:


Keterlibatan dan pemikiran penting (waktu dan alasan moral).
Kemampuan (kapasitas dan kemauan) mengambil keputusan.
Keterlibatan menjadi contoh moral yang baik.

2.5.4 Dimensi Kode Etik :


a. Anggota profesi dan Klien atau Pasien.
Anggota profesi dan sistem kesehatan.
Anggota profesi dan profesi kesehatan
Anggota profesi dan sesama anggota profesi

2.5.5 Prinsip Kode Etik :


a. Menghargai otonomi
Melakukan tindakan yang benar
Mencegah tindakan yang dapat merugikan.
Memberlakukan manusia dengan adil.
Menjelaskan dengan benar.
Menepati janji yang telah disepakati.
Menjaga kerahasiaan

2.5.6 Secara Umum Kode Etik Bidan Berisi :


a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
· Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
· Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
· Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran,
tugas dan tanggungjawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
· Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
· Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
· Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan - tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.
b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya
· Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien,
keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya
berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
· Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan
dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan
konsultasi dan atau rujukan.
· Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau dipedukan
sehubungan kepentingan klien.
d. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
· Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi.
· Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik
terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
e. Kewajiban bidan terhadap profesinya
· Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu
kepada masyarakat.
· Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan did dan meningkatkan
kemampuan profesinya seuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
· Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenis yang dapat meningkatkan mute dan citra profesinya.
f. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
· Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik.
· Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
g. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air (2 butir)
· Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-
ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB
dan kesehatan keluarga dan masyarakat.
· Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya
kepada pemerintah untuk- meningkatkan mutu jangakauan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan


mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.

2.6 Jabatan Fungsional Bidan


Selain penghargaan dan sanksi, bidan juga patut mendapat jabatan fungsional
dan jabatan struktural. Seperti yang dijelaskan pada materi di atas mengenai jabatan
fungsional bidan, jabatan fungsional didapat oleh seorang bidan melalui pendidikan
formal seperti D III dan SI berupa ijasah, sedangkan non formal berasal dari pelatihan
atau penyuluhan atau seminar yang diadakan oleh pemerintah atau organisasi bidan
berupa sertifikat.
Bidan memiliki jabatan fungsional sesuai dengan fungsi bidan yaitu pelaksana,
pengelola, pendidik, dan peneliti. Dalam menduduki jabatan ini,bidan juga berhak
smenerima tunjangan fungsional sesuai dengan kedudukannya.
Sedangkan jabatan struktural bidan dilihat berdasarkan dimana bidan tersebut bekerja.
Tunjangan berasal dari tempat dimana dia bekerja seperti di Puskesmas dan Rumah
Sakit.

Jabatan dapat ditinjau dari 2 aspek, yaitu jabatan struktural dan fungsional.
· Jabatan struktural adalah jabatan yang secara jelas tertera dalam struktur dan
diatur berjenjang dalam suatu organisasi
· Jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek
fungsinya yang vital dalam kehidupan rmasyarakat dan Negara.

Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional
juga berorientasi kualitatif. Seseorang memiliki jabatan fungsional berhak mendapatkan
tunjangan fungsional. Jabatan bidan merupakan jabatan fungsional professional
sehingga berhak mendapat tunjangan fungsional.
Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan karir struktural. Jabatan
fungsional sebagai bidan bisa didapat melalui pendidikan berkelanjutan ,baik secara
formal maupun nonformal, yang hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan
professional bidan dalam melaksanakan fungsinya sebagai pelaksana, pendidik,
pengelola, dan peneliti.
Sedangkan jabatan sturkturalnya bergantung dimana bidan tersebut bertugas,misalnya
di rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya. Karir ini dapat dicapai oleh bidan di setiap
tatanan pelayanan kebidanan/kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan,
kesempatan, dan kebijakan yang ada.

PERMENKES RI No.1464/MENKES/PER/X/2010
BAB VI
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 20
1) Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan
sesuai dengan pelayanan yang diberikan.
2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan ke Puskesmas
wilayah tempat praktik.
3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaiman dimaksud pada ayat (2) untu bidan yang
bekerja di fasilitas pelaynan kesehatan.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Simpulan

Bidan merupakan salah satu profesi bidang kesehatan yang memiliki tugas yang berat
dan harus dipertanggung jawabkan. Membantu persalinan adalah salah satu tugas berat
bidan. Karena berhubungan dengan nyawa bayi dan ibunya. Jadi bidan berhak dan
berkewajiban untuk mendapat penghargaan.
Penghargaan bagi bidan adalah bentuk apresiasi yang diberikan kepada bidan tidak
hanya berupa imbalan jasa tetapi juga dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian
kewenangan atau hak untuk menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki. Sedangkan sanksi bagi bidan adalah imbalan negatif, imbalan yang berupa
pembebanan atau penderitaan yang ditentukan oleh hukum aturan yang berlaku. Sanksi
berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan hak/kewajiban bidan yang telah diatur
oleh organisasi profesi.

3.2 Saran

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan pengetahuan dan
ketrampilan, maka penyusun mengharapkan kritikan dan saran demi pengembangan
penulisan selanjutnya. Dan untuk senantiasa mencari tahu lebih dalam dan
memperbaharui pengetahuan mengenai ilmu kebidanan khususnya mengenai Konsep
Kebidanan karena ilmu pengetahuan akan terus berkembang dari waktu ke waktu.

DAFTAR PUSTAKA
Kumala, Popy, dr. 2007. Manajemen Pelayanan Primer. Jakarta: EGC

Mufdilah,dkk.2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika


Mustika, Sofyan dkk. (2003). 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan.
Jakarta: PP IBI

Purwandari, Atik. A.Md.Keb.,SKM. 2008. Konsep Kebidanan: Sejarah dan


Profesionalisme. Jakarta: EGC

Simatupang, Juliana, Erna. (2008). Manajemen Kebidanan. Jakarta: EGC

Soepardan, Suryani, Hajjah. (2006). Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Sujianti, S.ST (2009). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Yogjakarta: Numed

http://www.waspada.co.id/index.php/templates/index.php?
option=com_content&view=article&id=58965:audit-maternal-
perinatal&catid=25:artikel&Itemid=44

3. Pengembangan karir bidan


PRINSIP PENGEMBANGAN KARIR BIDAN
Post a Comment

Pengertian Karir
Karir mempunyai 3 pengertian yang berbeda, diantaranya:
· Karir sebagai suatu rangkaian promosi jabatan atau mutasi ke jabatan yang lebih
tinggi dalam jenjang hirarki yang dialami oleh seorang tenaga kerja selama masa
kerjanya.
· Karir sebagai suatu penunjuk pekerjaan yang memiliki gambaran atau pola
pengembangan yang jelas dan sistematis.
· Karir sebagai suatu sejarah kedudukan seseorang, suatu rangkaian pekerjaan
atau posisi yang pernah dipegang seseoranga selama masa kerjanya. Oleh karena itu,
pengertian yang terakhir ini sangat luas dan umum, karena setiap orang pasti
mempunyai sejarah pekerjaan yang berarti setiap orang pasti mempunyai karir.

Pengertian Pengembangan Karir Bidan


Pengembangan karir bidan adalah perjalanan pekerjaan seseorang dalam organisasi
sejak diterima dan berakhir pada saat tidak lagi bekerja diorganisasi tersebut.
Pengembangan karir (career development) menurut Mondy meliputi aktivitas-aktivitas
untuk mempersiapkan seorang individu pada kemajuan jalur karir yang direncanakan.
Selanjutnya ada beberapa prinsip pengembangan karir yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
o Pekerjaan itu sendiri mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
pengembangan karir. Bila setiap hari pekerjaan menyajikan suatu tantangan yang
berbeda, apa yang dipelajari di pekerjaan jauh lebih penting daripada aktivitas rencana
pengembangan formal.
o Bentuk pengembangan skill yang dibutuhkan ditentukan oleh permintaan pekerjaan
yang spesifik. Skill yang dibutuhkan untuk menjadi supervisor akan berbeda dengan skill
yang dibutuhkan untuk menjadi middle manager.
o Pengembangan akan terjadi hanya jika seorang individu belum memperoleh skill
yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Jika tujuan tersebut dikembangkan lebih lanjut
oleh seorang individu maka individu yang telah memiliki skill yang dituntut pekerjaan
akan menempati pekerjaan yang baru.
o Waktu yang digunakan untuk pengembangan dapat direduksi/dikurangi dengan
mengidentifikasi rangkaian penempatan pekerjaan individu yang rasional.

Pengembangan karir (career development) terdiri dari:


Ø Perencanaan karir (career planning), yaitu suatu proses dimana individu dapat
mengidentifikasi dan mengambil langkah langkah untuk mencapai tujuan-tujuan
karirnya. Perencanaan karir melibatkan pengidentifikasian tujuan-tujuan yang berkaitan
dengan karir dan penyusunan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut.

Ø Manajemen karir (career management). proses dimana organisasi memilih, menilai,


menugaskan, dan mengembangkan para pegawainya guna menyediakan suatu
kumpulan orang-orang yang berbobot untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dimasa
yang akan datang. (Simamora, 2001:504)
o Berdasarkan pengertian di atas maka terdapat tanggung jawab yang berbeda antara
individu/pegawai dan organisasi dalam mengelola karir, seperti terlihat pada bagan
berikut ini :
Perencanaan karir merupakan proses untuk :
· Menyadari diri sendiri terhadap peluang, kesempatan, kendala, pilihan, dan
konsekuensi.
· Mengidentifikasi tujutn-tujuan yang berkaitan dengan karir.
· Penyusunan program kerja, pendidikan, dan yang berhubungan dengan
pengalaman-pengalaman yang bersifat pengembangan guna menyediakan arah, waktu,
dan urutan langkah-langkah yang diambil untuk meraih tujuan karir.

Tujuan dari pengembangan karir bidan, diantaranya:


· Mendapatkan persyaratan menempati posisi/jabatan tertentu.
· Mengusahakan pengembangan karir karena tidak otomatis tercapai, terganutng
pada lowongan/jabatan, keputusan dan tergantung presensi pimpinan.
· Peraturan, ketentuan dan cara pengembangan karir terdapat pada:
· Permen neg Pendayagunaan Aparatur Negara No:01/PER/M.PAN/1/2008
· Juklak Jafung bidan dalam angka kredit

Prinsip Pengembangan Pendidikan Bidan


a. Pendidikan Berkelanjutan
Pendidikan Berkelanjutan adalah Suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis,
hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan /
pelayanan dan standar yang telah ditentukan oleh konsil melalui pendidikan formal dan
non formal.
Dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin bermutu terhadap
pelayanan kebidanan, perubahan-perubahan yang cepat dalam pemerintahan maupun
dalam masyarakat dan perkembangan IPTEK serta persaingan yang ketat di era global
ini diperlukan tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan yang berkualitas baik tingkat
pengetahuan, ketrampilan dan sikap profesionalisme.
IBI sebagai satu-satunya wadah bagi bidan telah mencoba berbuat untuk
mempersiapkan perangkat lunak melalui kegiatan-kegiatan dalam lingkup profesi yang
berkaitan dengan tugas bidan melayani masyarakat diberbagai tingkat kehidupan. Oleh
karena IBI bertanggung jawab untuk mendorong tumbuhnya sikap profesionalisme bidan
melalui kerjasama harmonis dengan berbagai pihak terutama dengan pemerintah.
Karena keberadaan IBI di tengah-tengah anak bangsa merupakan pengabdian profesi
dan juga kehidupan bidan sendiri. Oleh karena itu, IBI berperan aktif dalam berbagai
upaya yang diprogramkan pemerintah baik pada tingkat pusat maupun tingkat daerah
sampai ketingkat ranting. Namun semua keterlibatan itu diupayakan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia dan sekaligus meningkatkan kualitas bidan
sebagai pelayan masyarakat, khususnya pelayanan ibu dan anak dalam siklus
kehidupannya. Untuk itu pendidikan bidan seyogyanya dirancang dengan
memperhatikan factor-faktor yang mendukung keberadaan bidan ditengah-tengah
kehidupan masyarakat.
Pengembangan pendidikan kebidanan seyogyanya dirancang secara
berkesinambungan, berjenjang dan berlanjut sesuai dengan prinsip belajar seumur
hidup bagi bidan yang mengabdi ditengah-tengah masyarakat. Pendidikan yang
berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan profesionalisme bidan baik melalui
pendidikan formal, maupun pendidikan non formal. Namun IBI dan pemerintah
menghadapi berbagai kendala untuk memulai penyelenggaraan program pendidikan
tersebut.

Pendidikan formal yang telah dirancang dan diselenggarakan oleh pemerintah dan
swasta dengan dukungan IBI adalah program D III dan D IV Kebidanan. Pemerintah
telah berupaya untuk menyediakan dana bagi bidan di sector pemerintah melalui
pengiriman tugas belajar keluar negeri. Di samping itu IBI mengupayakan adanya badan
– badan swasta dalam dan luar negeri khusus untuk program jangka pendek. Selain itu
IBI tetap mendorong anggotanya untuk meningkatkan pendidikan melalui kerjasama
dengan universitas di dalam negeri.
Sedangkan untuk pendidikan non-formal telah dilaksanakan melalui program pelatihan,
magang, seminar/lokakarya. Dengan bekerjasama antara IBI denagn lembaga
internasional telah pula dilaksanakan berbagai program non-formal dibeberapa provinsi.
Semua upaya tersebut bertujuan meningkatkan kinerja bidan dalam memberikan
pelayanan kebidana yang berkualitas.
Pola pendidikan bidan saat ini masih dalam tahap penjajakan dan perencanaan.
Diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama penataksanaan system pendiidikan ini
telah selesai dengan garis-garis.
Undang-Undang Seksdiknas No.29 Tahun 2003 pasal 19:
o Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan mencegah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, dan doctor yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
o Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan system terbuka.
Pola pengembangan pendidikan berkelanjutan telah dikembangkan / dirumuskan
sesuai kebutuhan. pengembangan pendidikan berkelanjutan bidan mengacu pada
peningkatan kualitas bidan sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Materi pendidikan
berkelanjutan meliputi aspek klinik dan non klinik.
Jenis Pendidikan Berkelanjutan yaitu:
o Seminar, lokarya
o Magang
o Pengembangan (manajemen, hubungan internasional, komunitas)
o Keterampilan tekhnis untuk pelayanan
o Administrasi
o Lain-lain, sesuai dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan berkelanjutan bidan sebagai system memiliki karakteristik sebagai berikut:


1. Komprehensif, system pendidikan berkelanjutan harus dapat mencakup seluruh
anggota profesi kebidanan.
2. Berdasarkan analisis kebutuhan, system pendidikan berkelanjutan
menyelenggarakan pendidikan yang berhubungan dengan tugas dan relevan dengan
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
3. Berkelanjutan, system pendidikan berkelanjutan menyelenggarakan pendidikan
yang berkesinambungan dan berimbang.
4. Terkoordinasi secara internal, system pendidikan berkelanjutan bekerjasama
dengan institusi pendidikan dalam memanfaatkan berbagai sumber daya dan mengelola
berbagai program pendidikan berkelanjutan.
5. Berkaitan dengan system lainnya, system pendidikan berkelanjutan memiliki 3
aspek subsistem yang merupakan bagian dari system-sistem lain di luar system
pendidikan berkelanjutan.

Ketiga aspek tersebut adalah:

Ø Perencanaan tenaga kesehatan (health manpower planning)


Ø Produksi tenaga kesehatan (health manpower production)
Ø Manajemen tenaga kesehatan (health manpower management)

Tujuan pendidikan berkelanjutan adalah:


o Pemenuhan standar
o Meningkatkan produktivitas kerja
o Efisiensi
o Meningkatkan kualitas pelayanan
o Meningkatkan moral (etika profesi)
o Meningkatkan karir
o Meningkatkan kemampuan konseptual
o Meningkatkan keterampilan kepemimpinan
o Imbalan
o Meningkatkan kepuasan konsumen

Sasaran pendidikan berkelanjutan, yaitu:


o Bidan praktik swasta
o Bidan berstatus PNS
o Tenaga kesehatan lainnya
o Kader kesehatan, dukun beranak
o Masyarakat umum

b. Job Fungsional
Jabatan dapat ditinjau dari 2 aspek, yaitu jabatan structural dan jabatan fungsional.
Jabatan structural adalah jabatan yang secara jelas tertera dalam sturktur dan diatur
berjenjang dalam suatu organisasi, sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang
ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan
Negara.
Job fungsional (jabatan fungsional) merupakan kedudukan yang menunjukkan tugas,
kewajiban hak serta wewenang pegawai negri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya
diperlukan keahlian tertentu serta kenaikan pangkatnya menggunakan angka kredit.
Jenis jabatan fungsional dibidang kesehatan: Dokter, Dokter gigi, Perawat, Bidan,
Apoteker, Asisten apoteker,Pengawas farmasi makanan dan minuman,Pranata
laboratorium, Entomolog, Epidemiolog, Sanitarian, Penyuluhan kesehatan masyarakat,
Perawat gigi, Administrator kesehatan, Nutrisionis.
Selain fungsi dan peranannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan
fungsional juga berorientasi kualitatif. Seseorang yang memiliki jabatan fungsional
berhak untuk mendapatkan tunjangan fungsional . Dalam konteks ini, dapat dilihat
bahwa jabatan bidan merupakan jabatan fungsional professional sehingga berhak
mendapat tunjangan fungsional.
Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan karir structural. Pada saat ini,
pengembangan karir bidan secara fungsional telah disiapkan dengan jabatan fungsional
sebagai bidan serta melalui pendidikan berkelanjutan, baik secara formal maupun
nonformal, yang hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan professional bidan
dalam melaksanakan fungsinya. Bidan dapat berfungsi sebagai bidan pelaksana,
pengelola, pendidik, peneliti, coordinator, dan penyedia.
Sedangkan karir bidan dalam jabatan structural bergantung pada tempat bidan
bertugas, apakah di rumah sakit, di puskesmas, di desa, atau di institusi swasta. Karir
tersebut dapat dicapai oleh bidan di tiap tatanan pelayanan kebidanan/kesehatan sesuai
dengan tingkat kemampuan, kesempatan, dan kebijakan yang ada.
BACA JUGA
MAKALAH KANKER SERVIKS
KISI-KISI SOAL KEBIDANAN KOMUNITAS
SOAL KONSELING DAN JAWABAN
c. Prinsip Pengembangan Karir Bidan Dikaitkan Dengan Peran, Fungsi, Dan Tanggung
Jawab Bidan
A. Peran bidan
· Sebagai pelaksana
Sebagai pelaksana, bidan melaksanakannya sebagai tugas mandiri, kolaborasi /
kerjasama dan ketergantungan.
Ø Tugas Mandiri :
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang
diberikan.
b. Memberikan pelayanan pada anak dan wanita pra nikah dengan melibatkan klien.
c. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal.
d. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien / keluarga.
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
f. Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien / keluarga.
g. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan
pelayanan keluarga berencana.
h. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan system reproduksi
dan wanita dalam masa klimakterium dan menopause.
i. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan keluarga.

Ø Tugas Kolaborasi
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko
tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi
dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawat daruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan klien dan keluarga.
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan
yang mengalami komplikasi serta kegawat daruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan keluarga.
f. Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang
mengalami komplikasi atau kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan keluarga.

Ø Tugas Ketergantungan / Merujuk


a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai
dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
b. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil
dengan resiko tinggi dan kegawat daruratan.
c. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa
persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
d. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu masa
nifas dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga.
f. Memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien /
keluarga.

· Sebagai pengelola
a. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan
untuk individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan
masyarakat / klien.
o Bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan terutama yang
berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan dan
mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.
o Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan mayarakat.
o Mengelola kegiatan – kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya
kesehatan ibu dan anak serta KB sesuai dengan program.
o Mengkoordinir, mengawasi dalam melaksanakan program / kegiatan pelayanan
kesehatan ibu dan anak serta KB.
o Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya
kesehatan ibu dan anak serta KB termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada
pada program dan sektor terkait.
o Mengerakkan, mengembangkan kemampuan masyarakat dan memelihara
kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.
o Mempertahankan, meningkatkan mutu dan kegiatan-kegiatan dalam kelompok
profesi.
o Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.

b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sector lain
di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan
tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
· Bekerjasama dengan puskesmas, institusi sebagai anggota tim dalam
memberikan asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut.
· Membina hubungan baik dengan dukun, kader kesehatan / PLKB dan
masyarakat.
· Memberikan pelatihan, membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan
lain.
· Memberikan asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi.
· Membina kegiatan – kegiatan yang ada di masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan.

· Sebagai pendidik
a. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnya
yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana.
o Bersama klien pengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan
masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
o Bersama klien pihak terkait menyusun rencana penyuluhan kesehatan masyarakat
sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji, baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang.
o Menyiapkan alat dan bahan penddikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang
telah disusun.
o Melaksanankan program / rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan
masyarakat sesuai dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang melibatkan
unsur – unsur yang terkait termasuk masyarakat.
o Bersama klien mengevaluasi hasil pendidikan / penyuluhan kesehatan masyarakat
dan menggunakannya untuk memperbaiki dan meningkatkan program dimasa yang
akan datang.
o Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan / penyuluhan kesehatan
masyarakat secara lengkap dan sistematis.

b. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan serta membina dukun di
wilayah atau tempat kerjanya.
o Mengkaji kebutuhan latihan dan bimbingan kader, dukun dan siswa.
o Menyusun rencana latihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian.
o Menyiapkan alat, dan bahan untuk keperluan latihan bimbingan peserta latih sesuai
dengan rencana yang telah disusun.
o Melaksanakan pelatihan dukun dan kader sesuai dengan rencana yang telah disusun
dengan melibatkan unsur – unsur terkait.
o Membimbing siswa bidan dalam lingkup kerjanya.
o Menilai hasil latihan dan bimbingan yang telah diberikan.
o Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan.
o Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan dan
bimbingan secara sistematis dan lengkap.

· Sebagai peneliti
Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara
mandiri maupun secara kelompok.
a) Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan
b) Menyusun rencana kerja pelatihan
c) Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana
d) Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi
e) Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut
f) Memanfaatkan hasil investigasi untuk mningkatkan dan mengembangkan program
kerja atau pelayanan kesehatan.

Fungsi Bidan
· Fungsi Pelaksana
§ Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga dan masyarakat
remaja masa pra perkawinan.
§ Melakukan asuhan kebidanan bagi ibu hamil normal, kehamilan dengan kasus
patologis terntu dan kehamilan denagn risiko tinggi.
§ Menolong persalinan normal.
§ Merawat bayi setelah lahir normal dan bayi dengan resiko tinggi.
§ Melakukan asuhan kebidanan bagi ibu nifas.
§ Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
§ Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pra sekolah.
§ Memberi pelayanan kelurga berencana sesuai dengan wewenang.
§ Memberikan bimbingan dan penyuluhan kesehatan terhadap gangguan system
reproduksi termasuk wnaita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai
dengan wewenangnya.
· Fungsi Pengelola
· Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, kelompok,
dan kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi kebutuhan masyarakat setempat
yang didukung oleh partisipasi masyarakat.
· Menyusun rencana pelaksana pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
· Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan kebidanan yang dipimpin oleh bidan.
· Melakukan kerjasama dan komunikasi inter dan antar sector dalam kaitannya
dengan pelayanan kebidanan.
· Mengevaluasi hasil kegiatan tim atau unti pelayanan kebidanan yang dipimpin
oleh bidan.

· Fungsi Pendidik
· Memberikan penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat
dalam kaitan pelayanan kebidanan di ruang lingkup kesehatan dan keluarga berencana.
· Membimbing dan melatih dukun dan kader kesehatan sesuai dengan bidang
tanggung jawab bidan.
· Mendidik pesreta didik bidan sesuai dengan keahliannya.

· Fungsi Peneliti
· Melakukan evaluasi, pengkajian, survey, dan penelitian yang dilakukan sendiri
atau bersama di dalam suatu kelompok, dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan.
· Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan kelurga berencana.

Tanggung Jawab Bidan


Sebagai tenaga professional, bidan memiliki tanggung jawab dalam melaksakan
tugasnya. Dan bidan harus dapat mempertahankan tanggung jawabnya tersebut bila
terjadi gugatan terhadap tindakan yang dilakukannya. Berikut ini beberapa tanggung
jawab bidan:
· Tanggung jawab bidan terhadap perundang-undangan
· Tanggung jawab bidan terhadap pengembangan kompetensi
· Tanggung jawab bidan terhadap penyimpanan catatan kebidanan
· Tanggung jawab bidan terhadap keluarga yang dilayani
· Tanggung jawab bidan terhadap profesi
· Tanggung jawab bidan terhadap masyarakat

4. Pelayanan kebidanan

Anda mungkin juga menyukai