Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam rangka mendukung visi Indonesia Sehat 2010 Departemen Kesehatan mempunyai
beberapa misi, antara lain : memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
masyarakat dan lingkungannya, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, terjangkau, serta mendorong kemandirian masyarakat.
Untuk itu perlu adanya kerjasama lintas program maupun lintas sektoral dalam mewujudkan
tujuan diatas disesuaikan dengan cara pandang dan kebijakan bidang kesehatan.

Salah satu unggulan dalam Indonesia Sehat 2010 adalah upaya percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) baru lahir, yang perlu penyesuaian dan
dijabarkan dalam beberapa kegiatan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesehatan dan
keselamatan ibu dan bayi baru lahir dalam pelayanan kebidanan.
Dalam hal ini pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh tenaga bidan.
Bidan sebagai salah satu tenaga utama dalam percepatan penurunan AKI & AKB baru lahir.
dituntut untuk mengantisipasi perubahan tersebut.
sehingga pelayanan yang diberikan lebih bermutu, optimal dan mencapai tujuan yang
diharapkan.

Seiring perkembangan dunia medis yang sedemikian pesatnya, maka pelayanan kebidanan
dituntut untuk bisa mengikuti dan pengimbangi perkembangan pelayanan medis dan kesehatan
lainnya. Di sebagian besar pelayanan kesehatan yang seharusnya melaksanakan pelayanan dan
asuhan kebidanan, masih terbatas pada pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang belum memenuhi
kaidah asuhan secara profesional yang bertanggung gugat. Begitu rumitnya masalah yang
dihadapi sehingga sukar menentukan titik masuk untuk mengadakan perubahan yang strategis
dan bermakna. Kalaupun ada upaya untuk membenahi, pada umumnya masih bersifat insidentil,
kurang terarah, terfagmantasi dan berjangka pendek yang bahkan justru dapat merugikan
perkembangan pelayanan kebidanan itu sendiri.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Menjelaskan pelayanan dalam masa anternatal ?
Penerapan teori Ela Joy Lerhman berhubungan dengan kasus seorang wanita pada pelayanan
masa anternatal ?
Pelayanan ibu hamil selama masa kehamilan sesuai dengan prosedur ?
Contoh Kasus :
Pelayanan intervensi dan non intervensi :
Pada saat ibu hamil akan melahirkan, vagina ibu akan mengalami masa pembukaan 1,2 s/d 10.
Setelah bukaan ibu sempurna, maka bayi akan keluar secara alamiah.
Akan tetapi jika bayi lama dan sulit keluar, ibu bayi dan bidan memiliki cara sendiri untuk
mempercepat kelahiran si bayi. Seperti : ibu bayi meminum ramuan tradisional dan bidan
merobek vagina si ibu. Jika melakukan tindakan seperti itu maka akan berdampak negatif pada si
ibu,karena ibu bisa mengalami pendarahan sehingga akan mengancam nyawa ibu, dan tindakan
itu tidak merupakan proses alamiah dan tidak sesuai dengan prosedur.
1.3 TUJUAN

A. Tujuan umum :
Meningkatnya kemampuan bidan untuk berfikir kritis dan bertindak dengan logis, analisis dan
sistimatis dalam memberikan asuhan kebidanan ditiap jenjang pelayanan kesehatan sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan ibu, bayi atau anak balita.
B. Tujuan Khusus
* Sebagai pedoman dalam mengelola klien dengan memberikan asuhan kebidanan yang efektif
sesuai kebutuhan klien/masyarakat berdasarkan evidence based.
* Pengawasan sebelum persalinan terutama ditunjukkan pada pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Ela Joy Lehrman


Telah dilakukan banyak penelitian untuk mempelajari isi dan proses dari pemeriksaan antenatal.
Robin dan Robinson 1985 mempelajari peran bidan dalam memberi informasi yang
komperehensif dan memberikan nasehat dalam pelayanan kebidanan,seperti waktu pemeriksaan
perut dan memberikan nasehat tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama kehamilan. Mereka
mempelajari sejauh mana bidan mampu menunjukkan perannya dalam semua aspek dari
perannya member asuhan ibu bersalin. Macintyre (1980) dalam observasinya menemukan
perbedaan antara rhetoric resmi antara nilai asuhan antenatal dan corak asuhan yang impersonal
yang dialami seorang ibu di klinik spesialis. Lehrman mengidentifikasikan konsep yang
menggaris bawahi asuhan antenatal yang diberikan.
Di Inggris dan tempat lain,dilakukan sejumalah penelitian terhadap kehamilan dan perawatan
antenatal (Field,1990). Robinson dkk., (1983 dan 1985) dalam teorinya tentang kebidanan
mengemumukan secara komperehensif ilmu pengobatan dan pekerjaan seorang bidan,seperti
pemeriksaan perut,cara menyusui yang benar,serta perawatan kesehatan selama masa kehamilan.
Dalam pembelajaran ilmu kebidanan diperlukan demonstrasi supaya mahasiswa bias melakukan
praktik/latihan tentang perawatan pada wanita usia subur dan membedakannya dengan nilai-nilai
dari perawatan antenatal itu sendiri ditinjau dari segi sesialisasi obstetric. Hubungan antara factor
resiko, efektivitas perawatan atenatal,dan factor psikis ibu hamil memegang peranan penting
pada pola perawatan antenatal.
Dalam Model Haywards (1975), dijelaskan hubungan antara informasi,kecemasan,dannyeri.
Untuk memahami konsep ini,Haywards telah mengidentifikasi beberapa indicator dengan
langkah-langkah penggunaan analgesic dan skala tingkat nyeri yang dialami seorang individu.
Robinsondkk.,(1983) melakukan penelitian pada beberapa klien dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yang bias memberikan informasi tentang tanggung jawab seorang bidan.
Tipe informasi kuantitatif ini merupakan cara yang paling tepat untuk memonitor perkembangan
kemampuan seorang Bidan.

Tapi walaupun demikian,kemampuan tersebut harus dapat dituangkan kedalam praktik. Konsep
yang digaris bawahi oleh Lehrman (1981) dan Morton dkk (1919) merupakan hasil penelitian.
Jika konsep kebidanan tersebut sudah dimengerti maka langsung bias diinformasikan pada saat
belajar seperti yang telah dilakukan oleh Robinson dkk (1983) serta sangat memungkinkan untuk
menjelaskan perbedaan secara kualitatif antara pengalaman seorang ibu dan konsep-konsep
keperawatan yang diterapkan oleh seorang bidan dalam pekerjaannya.
Lherman mempelajari pelayanan yang diberikan oleh Bidan di klinik yang dipimpin oleh Bidan
di Amerika. Lherman dan Morton berusaha mencari jawaban atas pertanyaan :
apa yang membuat asuhan kebidanan itu penting?
Komponen asuhan prenatal apa saja yang diberikan Bidan?

2.2 Lherman menemukan adanya delapan konsep dari falsafah yang menggaris bawahi pelayanan
antenatal yang diberikan oleh Bidan di Amerika,yaitu :

1. Asuhan yang berkesinambungan (Continuity care)


2. Asuhan yang berpusat pada keluarga (family centered care)
3. Penyuluhan dan konseling sebagai bagian dari asuhan
4. Asuhan yang bersifat non-intervensi
5. Fleksibel atau Keluwesan dalam memberikan asuhan
6. Asuhan yang partisipatif.
7. Pembelaan atau advokasi konsumen.
8. Waktu

Asuhan yang berkesinambungan


Yaitu asuhan yang diberikan seorang bidan terhadap klien / pasien mulai dari prakonsepsi,
masa kehamilan, nifas dan KB. Asuhan berkesinambungan adalah bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara
mandiri,kolaborasi atau rujukan.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,yang diarahkan
untuk mewujudkan kesehatan keluarga,sesuai dengan kewenangan dalam rangka tercapainya
keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu,keluarga dam masyarakat yang meliputi upaya
peningkatan,pencegahan,penyembuhan dan pemulihan pelayanan kebidanan dapat dibedakan
menjadi:
1. Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.
2. Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang
kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan
pelayanan kesehatan.
3. Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke system
layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam
menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan,juga layanan yang dilakukan oleh bidan
ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertical atau
meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.

Keluarga Sebagai Pusat Asuhan


Dalam paradigma asuhan kebidanan keluarga merupakan lingkungan psikososial,dimana
keluarga dapat menunjang kehidupan sehari-hari dan memberikan dukungan emosional kepada
seorang Ibu sepanjang siklus hidupnya yang tentunya akan mempengaruhi keadaan
kehamilannya terhadap seorang ibu hamil dan janinnya.
AsuhanPartisipasi
Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian,evaluasi dan perencanaan pasien. Klien ikut
bertanggung jawab atau ambil bagian dalam pelayanan antenatal. Dalam pemeriksaan
fisik,misalnya palpasi pada tempat tertentu atau ikut mendengar denyut jantung.
Asuhan yang partisipatif dibahasakan sebagai pilihan dan control dari siwanita yang dilayani
(Choise and kontro; on the part of the woman). Hal ini dimaksud sebagai pengkajian dan
merencanakan program asuhan yang dilakukan bersama sipenerima dan sipemberi asuhan.
Morten dkk (1991) mengidentifikasikan 3 komponen tambahan disamping ke 8 konsep yang
dikemukakan oleh Lherman.
Ke-3 komponen tambahan yang dimaksud yaitu :
1. TeknikTerapeutik
Teknik terapeutik dijelaskan sebagai proses komunikasi yang menguntungkan atau mendorong
pertumbuhan dan penyembuhan. Hal ini diukur dengan indicator : mendengarkan secara aktif,
penyelidikan atau mengakaji,klarifikasi,humor,sikap tidak
menghakimi,mendorong,mempermudah dan memberikan izin.

2. Pemberdayaan (Enpowerment)
Pemberdayaan adalah suatu proses memberi power kekuatan dan penguatan. Bidan melalui
penampilan dan pendekatan akan meningkatkan energy dan sumber dari dalam diri klien.
Indikatornya antara lain : Penguatan /penegasan (affirmation),memvalidasi,menyakinkan
kembali,dukungan (support).
3. Hubungan dengan sesama (Lateral Relationship )
Bidan menjalin hubungan yang baik dengan klien,bersikap terbuka (self of openness),saling
menghargai (mutual regards) sejalan dengan klien persamaan posisi sehingga mendorong rasa
kebersamaan antar bidan dan klien sehingga Nampak akrab.
Misalnya ; Sikap empati atau sebagai pengalaman / perasaan.
Hubungan lateral diartikan sebagai : bidan meningkatkan interaksi yang mempunyai ciri
keterbukaan (self of openness),saling menghargai ( mutual regard), persamaan posisi sehingga
mendorong rasa kebersamaan diantara bidan dan klien, indicator hubungan lateral adalah :
kesejajaran,empati,berbagai pengalaman/perasaan.
Lehrman dan Morten et al memberikan suatu model praktik kebidanan secara jelas menunjukkan
era praktik kebidanan.
BAB III
KESIMPULAN & SARAN

3.1 Kesimpulan
Penerapan dalam teori Ela Joy Lerhman dalam teori ini menjelaskan tentang asuhan kebidanan
yang berperan dalam pelayanan pada masa anternatal.
Mempelajari peran bidan dalam memberi informasi yang komperensif dan memberikan nasehat
dalam pelayan kebidanan tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama kehamilan.
Untuk pengkajian dan merencanakan program asuhan yang dilakukan bersama sipenerima dan
pemberi asuhan.

3.2 Saran
Agar mahasiswa kebidanan dapat menerapkan asuhan kebidanan dalam teori ini berfikir secara
kritis dan bertindak dengan logis, analisis dan sistimatis dalam memberikan asuhan kebidanan
ditiap jenjang pelayanan kesehatan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ibu, bayi atau
anak balita. Sebagai pedoman dalam mengelola klien dengan memberikan asuhan kebidanan
yang efektif sesuai kebutuhan klien/masyarakat berdasarkan evidence based. Pengawasan
sebelum persalinan terutama ditunjukkan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu, Jakarta, 2007


Sarwono P. Ilmu Kebidanan, Jakarta, 2007.
Syofyan,Mustika,et all. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan
Cetakan ke-III Jakarta: PP IBI.2004
Depkes RI Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan. Konsep kebidanan,Jakarta.199
http//ifamidwife.wordpress.com/2007/11/09/model-dalam-asuhan-kebidanan

TEORI ELA JOY LEHRMAN



Pada asuhan partisipatif, bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian, perencanaan,
danevalusi. Pasien / klien ikut bertanggung jawab atau mengambil begian dalam pelayanan
antenatal. Dari kedelapan komponen yang di buat oleh lehrman, kemudian di lanjutkan oleh
Marthen pada tahun 1991 pada pasien / klien pascapartum. Dari penerapan tersebut, marthen
kemudian menambahkan tiga komponen lagi pada kedelapan konsep yang di buat oleh lehrman,
yaitu teknik terapeutik, pemberdayaan, dan hubungan sesama.

TIGA KOMPONEN TAMBAHAN TEORI ELA JOY LEHRMAN


1.
TeknikTerapeutik

Teknik terapeutik dijelaskan sebagai proses komunikasi yang menguntungkan atau mendorong
perkembangan dan penyembuhan. Teknik terapeutik dapat dilakukan dengan menunjukkan
sikap: mendengarkan secara aktif, penyelidikan, mengkaji dan mengklarifikasi masalah, humor
(tidak bersifat kaku), tidak menuduh, sikap tidak menghakimi, mendorong, jujur, mengakui
kesalahan, menghargai hak klien, fasilitas/mempermudah dan memberikan permisi/izin

TIGA KOMPONEN TAMBAHAN TEORI ELA JOY LEHRMAN (LANJUTAN)


2.
Empowerment (pemberdayaan)

Adalah suatu proses dalam memberi kekuasaan dan kekuatan. Bidan melalui penampilan dan
pendekatannya akan meningkatkan energi dan sumber dari dalam diri klien. Indikatornya antara
lain : penguatan/penegasan (affirmation), memvalidasi, menyakinkan kembali dan memberi
dukungan (support).

TIGA KOMPONEN TAMBAHAN TEORI ELA JOY LEHRMAN (LANJUTAN)


3.
Lateral Relationship (hubungan sesama)

Bidan menjalin hubungan yang baik dengan klien, bersikap terbuka (self of opennes), saling
menghargai (mutual regards), sejalan dengan klien, persamaan posisi sehingga mendorong rasa
kebersamaan antara bidan dan klien sehingga nampak akrab. Misalnya sikap empati atau berbagi
pengalaman/perasaan.

BAB I
A. PENDAHULUAN

Sejarah menunjukan bahwa kebidanan merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak
adanya peradaban umat manusia. Profesi ini telah mendudukan peran dan posisi seorang
bidanmenjadi terhormat di masyarakat karena tugas yang diembannya sangat mulia, memberi
semangat, membesarkan hati, mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu
dapat merawat bayinya dengan baik. Sejak zaman prasejarah dalam naskah kuno telah tercatat
bidan dari Mesir (Siprah dan Poah) yang berani mengambil resiko membela keselamatan bayi-
bayi laki-laki bangsa Yahudi yag diperintahkan Fraun untuk dibunuh. Mereka sudah menunjukan
sikap moral yang tinggi dan memebela yang lemah. Seiring dengan berjalannya waktu, dalam
pelayanan kebidanan terjadi pula perkembangan dalam bentuk-bentuk model kebidanan di
Indonesia. Model teori kebidanan Indonesia diadopsi dari teori yang bersumber dari masyarakat
dan beberapa model negara dengan didasarkan dari teori yang telah ada.
Teori adalah ide yang direncanakan dalam pikiran dan dituangkan kedalam gambaran
berupa objek tentang suatu kejadian atau objek yang digunakan oleh peneliti untuk
menggambarkan fenomana sosial yang menarik perhatiannya. Teori berfungsi sebagai jalur
logika atau penalaran yang digunakan oleh peneliti untuk menerangkan hubungan pengaruh antar
fenomena yang dikaji.

Dalam lingkup dunia kebidanan dikenal berbagai teori-teori yang mendasari praktek para bidan-
bidan tersebut. Uraian teori kebidanan yang diutarakan oleh empat orang perawat kebidanan dan
seorang bidan yang menjadi landasan utama dalam praktik bidan masa kini.
Salah satunya adalah Joy Lehrman yang akan kami bahas dalam makalah ini.

B. LATAR BELAKANG
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 307 per 100.000 dibandingkan dengan angka
kematian ibu di negara maju yang berkisar 10 per 100.000 kelahiran hidup.
Faktor penyebab tinggi angka kematian tersebut antaralain perdarahan, eklamsi, aborsi tidak
aman, trauma kehamilan. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, dan
eklamsi. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah anemia, kurang energi, dan
keadaan 4 terlalu (terlalu muda, tua, sering, dan banyak). Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-
hal nonteknis yang masuk kategori mendasar, seperti ketidakberdayaan dan taraf pendidikan
yang rendah.
Banyak kematian ibu dapat dicegah dan diturunkan, misalnya kematian akibat perdarahan
dengan perssalinan cepat dan tepat dan dengan ditolong oleh tenaga-tenaga kesehatan yang
terlatih dan terdidik.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pada makalah ini kami akan membahas kasus dengan
judul Asuhan Kebidanan (pelayanan antenatal) Menurut Teori Ela Joy Lehrman pada Ibu A

C. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana teori kebidanan menurut Ela Joy Lehrman


b. Bagaimana penerapan atau asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu A

BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI KEBIDANAN MENURUT ELA JOR LERHMAN DAN MORTEN
Dalam teori ini Lehrman menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek praktik
memberikan asuhan pada wanita hamil dan memberikan pertolongan pada persalinan.
Lehrman mengemukakan 8 konsep yang penting dalam pelayanan antenatal :
1. Asuhan yang berkesinambungan
Seorang bidan harus memeberikan asuhan kepada wanita secara terus-menerus mulai dari awal
kehamilan, persalinan, nifas dan post artum agar klien dapat melewati masa-masa ini dengan
baik.
2. Keluarga sebagai pusat asuhan
Keluarga adalah salah satu pusat asuhan yang sangat penting karena keluarga adalah orang
terdekat klien yang dapat memantau kien secara terus menerus, sehingga dalam hal ini seorang
bidan harus mempunyai komunikasi yang baik dengan keluarga terutama memeberikan asuhan-
asuhan yang dapat membantu sang ibu menjalani asuhan-asuhan tersebut di rumah pada saat
sang bidan tidak dapat memantau seara langsung, keluargalah yang berperan.
3. Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan
Memberikan informasi kepada klien adalah salah satu bentuk asuhan yang sangat penting. Selain
itu, konseling juga merupakan bagian yang sangat penting dalam pemberian asuhan kepada
klien. Konseling bertujuan agar bidan dan klien dapat memahami satu sama lain, sehingga bidan
dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan kebutuhan klien.
4. Tidak ada intervensi dalam asuhan
Artinya dalam pelayanan atau memberi asuhan, pelayan kesehatan tidak memberikan asuhan
yang tidak seharusnya. Maka dalam hal ini sang bidan harus mulai menganalisa, mengkaji dan
memebrikan asuhan yang sesuai.
5. Fleksibilitas dalam asuhan
Penerapnnya adalah seorang bidan dalam melakukan praktiknya tidak boleh kaku saat
melakukan tindakan atau pada saat memeberikan asuhan, agar pasien merasa nyaman dengan
tindakan yang bidan lakukan.

6. Keterlibatan dalam asuhan


Dalam memebrikan asuhan, seorang pelayan kesehatan atau bidan harus ikut berpatisipasi atau
terlibat dalam melaksanankan asuhan. Contohnya dengan membantu sang ibu untuk memberi
nutrisi yang baik untuk janin dengan memebrikan beberapa makanan bergizi atau bisa juga
dengan membantu sang ibu memandikan bayi. Intinya adalah pelayan kesehatan atau bidan tidak
hanya menyampaikan teori-teori saja tapi juga harus terlibat dalam praktik asuhan tersebut.
7. Advokasi dari pelayanan kebidanan
Tenaga kesehatan menerapkan teori ini dengan selalu memeberikan inform consent atau
oersetujuan sebelum melakukan tindakan kepada klien sehingga ada persetujuan dari kedua
belah pihak
8. Waktu
Seorang bidan yang profesional akan selalu memberikan pelayanan atau asuhan tanpa mengenal
waktu dan bidan tersebut mampu meyelesaikan asuhannya sesuai dengan batas waktu atau tepat
waktu agar asuhan-asuhan yang diberikan tidak tertunda-tunda.

Asuhan Partisipatif
Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian, evaluasi dan perencanaan pasien klien ikut
bertanggung jawab atau ambil bagian dalam pelayanan antenatal. Dalam pemeriksaan fisik,
misalnya palpasi; klien akan melakukan palpasi pada tempat tertentu atau ikut mendengarkan
denyut jantung.
Dari delapan komponen yang dibuat oleh Lehrman tersebut kemudian diuji cobakan oleh
Morten pada pasien postpartum.
Dari hasil penerapan tersebut Morten menambahkan 3 komponen lagi ke dalam 8 komponen
yang telah dibuat oleh Lehrman, yaitu
Tehnik terapeutik
Pemberdayaan
Hubungan sesama

Tehnik Terapeutik
Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses perkembangan dan penyembuhan, misalnya :
mendengar aktif, mengkaji, mengklarifikasi, sikap yang tidak menuduh, pengakuan, fasilitas,
pemberian ijin.
Empowerment (pemberdayaan)
Suatu proses memberi kekuasaan dan kekuatan bidan melalui penampilan dan pendekatan akan
meningkatkan kemampuan pasien dalam mengoreksi, memvalidasi, menilai dan memberi
dukungan.

Lateral Relationship (hubungan sesama)


Menjalin hubungan yang baik terhadap klien bersikap terbuka, sejalan dengan klien, sehingga
antara bidan dan kliennya nampak akrab, misalnya sikap empati atau berbagi pengalaman

B. PENERAPAN PELAYANAN ANTENATAL ATAU PEMBERIAN ASUHAN


KEBIDANAN PADA IBU A

1. KEHAMILAN
Masa kemahilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dhitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional ibu serta perubahan sosial dalam
keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilakn kelahiran
bayi sehat, cukup bulan, melalui jalan lahir (normal), namun kadang-kadang tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Oleh karena itu pelayanan atau asuhan antenatal merupakan cara penting untuk
memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kelahiran
normal. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin
semenjak ia merasa drinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.

Tujuan asuhan antenatal adalah :


Memperhatiakan perkembangan kemhamilan demi kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi.
Mengenali sejak dini ketidaknormalan atau komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu.
Mempersiapkan proses persalinan yang cukup bulan, normal dan keselamatan ibu dan bayi.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan ibu dapat memberikan ASI eklusif.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar bayi dapat tumbuh
secara normal.
Asuhan antenatal yang diberikan bidan pada masa kehamilan ibu A adalah :
1. Mengumpulkan data-data dari ibu A, seperti :
Biodata
Riwayat kehamilan
Riwayat kebidanan
Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
Riwayat sosial ekonomi
2. Melakukan pemeriksaan fisik, contohnya :
Tekanan darah
Denyut jantung ibu A
Gerakan janin
3. Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan keadaan
darurat, seperti :
Mempersiapkan pertolongan dan tempat kelahiran serta keuangan untuk persiapan persalinan.
Mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi seperti, tempat dan transportasi ke tempat
rujukan, mempersiapkan donor darah, finansial, dan memilih pembuat keputusan jika pihak
pertama tidak ada ditempat.
4. Memberi konseling pada ibu A tentang gizi, perubahan fisiologi, menginformasikan pada ibu A
untuk mencari pertolongan segera pada saat mendapati tanda-tanda bahaya, merencanakan dan
mempersiapakn kelahiran yang bersih dan aman di rumah, menjaga kebersihan diri.

2. PERSALINAN
Persalian adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan yang normal adalah jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan tanpa
disertai adanya penyulit.
Asuhan antenatal yang diberikan bidan pada masa persalinan ibu A adalah :
1. Membantu ibu dalam persalinan jika ibu terlihat gelisah
2. Memberi dukungan emosional pada ibu.
3. Memberikan informasi atas kemajuan persalinannya.
4. Memeberikan perhatian yang lebih kepada ibu.
5. Menyarankan ibu untuk sering berjalan.
6. Melibatkan suami atau ibunya untuk memberi semangat sang ibu.
7. Mengajarkan teknik bernafas.
8. Memberi minum yang cukup kepada ibu agar kebutuhan energinya tercukupi dan mencegah
dehidrasi.
9. Bidan harus melakukan pemantauan sesering mungkin hingga bayi dilahirkan.

3. MASA NIFAS
Masa nifas dimulai beberapa jam setelah lahirnya janin dan mencakup 6 minggu
berikutnya.
Asuhan antenatal yang diberikan bidan pada masa nifas kepada ibu A adalah :
1. Membersihkan bayi yang sudah dilahirkan.
2. Mendekatkan bayi kepada ibu A.
3. Menganjurkan ibu A untuk memeberi ASI awal kepada bayinya.
4. Memastikan ibu A mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
5. Memastikan ibu A dapat menyusui bayinya dengan baik.
6. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari.
7. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami ibu atau bayinya.
8. Memberikan konseling untuk KB
9. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri

BAB III
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan kasus ibu A diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan kebidanan
antenatal pada ibu A harus diberikan sesuai dengan prosedur masing-masing tahap (kehamilan,
persalinan dan nifas) dengan melibatkan keluarga dan masyarakat. Sehingga asuhan yang
diberikan benar dan bermanfaat.

B. SARAN
Meskipun Makalah ini telah rampung mulai dari bab pertama hingga bab terakhir, tapi
penulis yakin masih banyak pembahasan yang belum terurai secara sempurna, maka dari itu
penulis berharap rekan-rekan mahasiswa bisa memanfaatkan makalah ini sebagai bahan pijakan
untuk diskusi demi melengkapi referensi pengetahuan tentang Kebidanan dan segala aspek yang
berhubungan dengannya
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/bintangjohan/dasar-pemikiran-fokus-dan-tujuan-bint
Yulifah Rita, Surachmindari. 2013.Konsep Kebidanan Untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta:Salemba Medika.
Asrinah,dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Estiwidani Dwana,dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta:Fitramaya.
Mufdlilah,dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta:Medical Book
A. Sejarah Ernestine Wiedenbach
Ernestine Wiedenbach adalah seorang pemimpin yang dikenal dalam pengembangan
teori dan perawatan maternal bayi. Pada tahun 1952 Ernestine ditetapkan menjadi direktur
program kelulusan di perawatan kesehatan maternal bayi baru lahir, di Yale University School Of
Nursing, yang dimulai pada tahun 1956. Ernestine Wiedenbach mengundurkan diri pada tahun
1966. Ia tidak pernah menikah dan meninggal di umur 97 tahun pada tanggal 8 maret 1998.

B. Konsep Model Kebidanan Menurut Teori Ernestine Wiedenbach


Menurut Teori Ernestine Wiedenbach konsep model kebidanan dibagi menjadi 5, yaitu :
1. The Agents
Empat elemen dalam clinical nursing yaitu:
filosofi,
tujuan,
praktik, dan
Seni atau keterampilan
Selain itu Ernestine juga yakin bahwa ada 3 bagian esensial yang dihubungkan dengan
filosofi keperawatan (Raleigh, 1989 dan Wiedenbach 1964):
a. Menghargai atas kehidupan yang telah diberikan
b. Menghargai sebuah kehormatan, suatu yang berharga, otonomi dan individualisme pada setiap
orang
c. Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang lain ( Raleigh, 1989 )
Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera, untuk
mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan untuk persiapan menjadi orang tua.

2. The Recipient
Perawat/bidan memberikan intervensi kepada individu disesuaikan dengan situasi dan
kebutuhan masing-masing ( Raleigh, 1989 ). Recipient meliputi wanita, keluarga, dan
masyarakat. Perempuan menurut masyarakat oleh masyarakat tertentu tidak mampu memenuhi
kebutuhannya. Wiedenbach sendiri berpandangan bahwa recipient adalah individu yang
berkompeten dan mampu melakukan segalanya sendiri, sehingga bidan/perawat memberi
pertolongan hanya apabila individu tersebut mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya sendiri.

3. The Goal/Purpose
Tujuan dari proses keperawatan adalah membantu orang yang membutuhkan pertolongan.
Konsep Wiedenbach tujuan akhir dari perawatan sebuah ukuran atau tindakan yang diperlukan
dan diinginkan seseorang dan berpotensi untuk merubah atau memperpanjang kemampuan
seseorang tersebut untuk mengatasi keterbatasan ( Danko et al., 1989 cite Wiedenbachs
( 1964).
Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui sebelum menemukan goal.
Bila sudah diketahui kebutuhan ini, maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai dengan
mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis yang berbeda dari kebutuhan
yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan memperhatikan
tingkah laku fisik, emosional atau psikologis. Untuk bisa mengidentifikasi kebutuhan pasien,
bidan/perawat harus menggunakan mata, telinga, tangan, serta pikirannya.

4. The Means
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan Wiedenbach menentukan beberapa tahap
yaitu a. Identifikasi kebutuhan klien
b. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam pencarian pertolongan yang dibutuhkan
c. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan merupakan bantuan yang dibutuhkan
d. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasien
Untuk bisa membantu pasien, perawat/bidan harus mempunyai :
a. Pengetahuan, untuk bisa memahami kebutuhan pasien
b. Penilaian, kemampuan pengambilan keputusan
c. Ketrampilan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pasien

5. Framework
Yaitu kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan sosial, organisasi, dan profesional.

C. Tahap-Tahap Untuk Mencapai Tujuan Asuhan Kebidanan


Dalam pencapaian tujuan, seseorang bidan memerlukan pengetahuan, keadilan, dan
ketrampilan. Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan, Wiedenbach menentukan beberapa
tahap yaitu :
a. Identifikasi kebutuhan klien
b. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam pencarian pertolongan yang dibutuhkan
c. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan merupakan bantuan yang dibutuhkan
d. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasien.

a. The agent : mid wife


Filosofi yang di kemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi
yang segera untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas
yaitu kebutuhan untuk persipan menjadi orang tua.
b. The recipient
Meliputi : wanita, keluarga dan masyarakat. Recipient menurut
Widenbach adalah individu yang mampu menetukan kebutuhannya
akan bantuan.
c. The Goal / purpose
Di sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan
memperhatikan tingkah laku fisik, emosional atau fisioogikal
d. The Means
Metode untuk mencapai tujuan asuhan kebidanan ada empat
tahapan yaitu:
1. Identifikasi kebutuhan klient, memerlukan keterampilan dan ide
2. Memberikan dukungan dalam mencapai pertolongan yang di
butuhkan (ministration)
3. Memberikan bantuan sesuai kebutuhan (validation)
4. Mengkoordinasi tenaga yang ada untuk memberikan bantuan
(coordination)
5. The frame work meliputi lingkungan sosial, organisasi dan profesi.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Secara umum teori dan konsep adalah hal yang sangat berkaitan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan. Dalam pelayanan kebidanan, teori-teori yang digunakan dalam praktik
kebidanan berasal dari konseptual model kebidanan. Teori atau konsep sejatinya adalah
penjelasan dari suatu kejadian dan fenomena. Proses penjelasan ini memerlukan pemikiran yang
dalam.
Konsep atau teori adalah gambaran tentang objek dari suatu kejadian atau objek yang
digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena sosial yang menarik perhatiannya.
Konseptual model merupakan gambaran abstrak suatu ide yang menjadi dasar suatu
disiplin ilmu. Konseptual model dapat memberikan gambaran abstrak atau ide yang mendasari
disiplin ilmu dan kemudian diterapkan sesuai dengan bidang masing-masing.
Salah satu konsep atau teori tersebut adalah teori dari Ernestine Wiedenbach. Wiedenbach
adalah seorang nurse-midwife yang juga teoris di bidang keperawatan. Ia berkualifikasi sebagai
perawat pada tahun 1925, dan menjadi nurse-midwife pada tahun 1946. Salah satu karya
besarnya adalah kolaborasi dengan filsuf Dickoff dan James tahun 1960 ( Dickoff et al.,1992 a
dan b ) ketika ia menjadi mahasiswa di Yale University School of Nursing. Namun masih banyak
sebagian orang yang belum mengetahui teori tersebut. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
memberikan penjelasan mengenai teori yang dikemukakan oleh Ernestine Wiedenbach.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana Ernestine mengembangkan teorinya secara induktif berdasarkan pengalaman dan


observasinya dalam praktek keperawatan?

C. Tujuan pembuatan makalah

Didalam pembuatan makalah ini terdapat beberapa tujuan yaitu :

1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang teori Ernestine Wiedenbach.


2. Untuk memahami konsep-konsep model kebidanan menurut teori Ernestin Wiedenbach.
3. Serta untuk memahami tahap-tahap untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan Ernestine
Wiedenbach.

D. Manfaat pembuatan makalah


Diharapkan pembaca, khususnya calon bidan dapat mengetahui dan mengaplikasikan
teori dari Ernestine Wiedenbach

BAB II
ISI

A. Sejarah kehidupan Ernestine Wiedenbach

Wiedenbach adalah seorang nurse-midwife yang juga teoris di bidang keperawatan. Ia


berkualifikasi sebagai perawat pada tahun 1925, dan menjadi nurse-midwife pada tahun 1946.
Salah satu karya besarnya adalah kolaborasi dengan filsuf Dickoff dan James tahun 1960
( Dickoff et al.,1992 a dan b ) ketika ia menjadi mahasiswa di Yale University School of Nursing.
Ernestine Wiedenbach sudah pernah bekerja dalam suatu proyek yang mempersiapkan
persalinan berdasarkan teori Dr. Grantley Dick Read. Wiedenbach mengembangkan teorinya
secara induktif berdasarkan pengalaman dan observasi dalam praktik.

B. Penerapan Konsep Model Kebidanan Menurut Teori Ernestine Wiedenbach


Menurut Teori Ernestine Wiedenbach konsep model kebidanan dibagi menjadi 5, yaitu :
1. The Agents
Empat elemen dalam clinical nursing yaitu:
ELEMEN PENJELASAN
Cara yang ditempuh seseorang dalam memikirkan hidup
Filosofi dan
bagaimana kepercayaan mereka mempangaruhi mereka.
Sasaran di mana perawat bermaksud mencapai akhir
daritindakan yang diambil. Semua aktivitas dimaksudkan
Tujuan
untuk mencapai agar sesuatuhal menjadi semakin baik.

Tindakan di mana perawat melaksanakan sesuatu dalam


Praktik rangka memelihara kebutuhan pasien
Kemampuan untuk memahami kebutuhan klien, dan
mampu mengembangkan suatu intuisi dalam hubungan
Seni
dengan aktivitas mereka

Selain itu penerapan dari tiga poin dasar dalam filosofi keperawatan/ kebidanan menurut
ernestine yaitu:
a. Menghargai atas kehidupan yang telah diberikan, maksud dari teori tersebut, bahwa setiap tenaga
kesehatan terutama bidan harus menghargai setiap proses kehamilan yang di inginkan serta tetap
mempertahankan dan mensupport kehamilan yang tidak diingikan individu.
b. Menghargai sebuah kehormatan, suatu yang berharga, otonomi dan individualisme pada setiap
orang. Bahwa setiap bidan harus menghargai proses fisiologi dan psykologi seorang ibu yang
sedang hamil. Sebagai seorang bidan, kita tidak di wajibkan mengeluh atas dampak fisiologi
yang sedang di alami seorang ibu hamil. Bidan senantiasa mendampingi proses persalinan
seorang ibu hamil atau klien.
c. Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang lain. Bahwa setiap bidan dalam
melakukan praktik kebidanan harus mengembangkan pengetahuannya secara terus menerus
sesui dengan kemajuan yang terjadi.

2. The Recipient
Perawat/bidan memberikan intervensi kepada individu disesuaikan dengan situasi dan
kebutuhan masing-masing.Dalam melakukan tindakan seorang bidan harus mengumpulkan data
terlebih dahulu sehingga bidan dapat mengetahui apa saja yang di butuhkan seorang ibu hamil
dan riwayat kesehatan seorang klien sehingga bidan dapat melakukan perencanaan untuk
mencegah terjadinya sesuatu di kemudian hari.

3. The Goal/Purpose
Tujuan dari proses keperawatan adalah membantu orang yang membutuhkan
pertolongan. Bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui sebelum menemukan
tujuannya. Bila sudah diketahui kebutuhan ini, maka bidan dapat memperkirakan goal yang akan
dicapai dengan mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis yang berbeda
dari kebutuhan yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan
memperhatikan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis. Untuk bisa mengidentifikasi
kebutuhan pasien, seorang bidan harus menggunakan mata, telinga, tangan, serta pikirannya
untuk mengumpulkan data dalam mencapai tujuan.

4. The Means
Penerapan tujuan dari asuhan kebidanan Wiedenbach yaitu :
a. Identifikasi kebutuhan klien, sebelum menentukan tindakan atau memberikan intervensi,
seorang bidan harus melakukan pengumpulan data yang berupa riwayat kesehatan, riwayat
kehamilan, riwayat pernikahan klien.
b. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam pencarian pertolongan yang dibutuhkan.
Seorang bidan memberikan asuhan dukungan perencanaan untuk menemukan pertolongan yang
tepat kepada klien. Misal seorang klien ingin melakukan KB. Maka seorang bidan dapat
memberikan obat serta penanganan yang tepat.
c. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan merupakan bantuan yang dibutuhkan.
Bahwa setiap bidan mendampingi klien post maupun pasca kehamilan. Misal ada seorang klien
pasca melahirkan, jika pasien belum sanggup melakukan aktifitas sendiri, seorang bidan wajib
mendampingin klien sesuai kebutuhannya, seperti membantu personal hyginenya.
d. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Seorang bidan membangun komunikasi dengan klien dan keluarga klien agar dapat mengetahui
kebutuhan-kebutuhan yang sesuai untuk klien

Untuk bisa membantu pasien, bidan harus mempunyai :


a. Pengetahuan, agar seorang bidan mampu memahami kebutuhan dan kelainan-kelainan pada
klien
b. Penilaian, seorang bidan mampu mengambil keputusan dalam memberikan tindakan kepada
klien
c. Ketrampilan, seorang bidan memiliki ketrampilan untuk memenuhi kebutuhan pasien.

5. Framework
Yaitu kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan sosial, organisasi, dan profesional. Bahwa
dalam kehidupan sehari-hari bidan tidaklah bekerja sendiri namun ia juga memerlukan tenaga
kesehatan yang lainnya atau di sebut managemen team.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Teori Ernestine Wiedenbach terdapat 5 konsep model asuhan kebidanan yaitu:
1. The agent : perawat, bidan, atau tenaga kesehatan lain
2. The recipient : wanita, keluarga, masyarakat
3. The goal : goal dari intervensi (tujuan)
4. The means : metode untuk mencapai tujuan
5. The framework : kerangka kerja (organisasi sosial, lingkungan sosial, dan professional)

Serta terdapat 4 tahap untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan antara lain :

a. Identifikasi kebutuhan klien


b. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam pencarian pertolongan yang dibutuhkan
c. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan merupakan bantuan yang dibutuhkan
d. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasien

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya, namun sebagai manusia
penulis selalu tidak lepas dari kesalahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
kami sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini, agar kami dapat memperbaiki
pembuatan makalah kami diwaktu yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Sujianti, Susanti, 2009. Konsep Kebidanan, Mulia medika, Yogyakarta
Lutfiati, Choiriatu, 2012. Teori - teori Kebidanan, Blogger

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Teori Ernestine Wiedenbach


Ernestine Wiedenbach adalah seorang pemimpin yang dikenal dalam pengembangan teori
dan perawatan maternal bayi. Pada tahun 1952 Ernestine ditetapkan menjadi direktur program
kelulusan di perawatan kesehatan maternal bayi baru lahir, di Yale University School Of
Nursing, yang dimulai pada tahun 1956.
Wiedenbach Salah satu karya besarnya adalah kolaborasi dengan filsuf Dickoff dan James tahun
1960 ( Dickoff et al.,1992 a dan b ) ketika ia menjadi mahasiswa di Yale University School of
Nursing.
Ernestine Wiedenbach sudah pernah bekerja dalam suatu proyek yang mempersiapkan persalinan
berdasarkan teori Dr. Grantley Dick Read. Wiedenbach mengembangkan teorinya secara induktif
berdasarkan pengalaman dan observasi dalam praktik. Ernestine Wiedenbach mengundurkan diri
pada tahun 1966. Ia tidak pernah menikah dan meninggal di umur 97 tahun pada tanggal 8 maret
1998.

2.2 Konsep Model Kebidanan Menurut Teori Ernestine Wiedenbach


Menurut Teori Ernestine Wiedenbach konsep model kebidanan dibagi menjadi 5 yaitu :
1. The Agents
Empat elemen dalam clinical nursing yaitu:
filosofi,
tujuan
praktik, dan
Seni atau keterampilan
( Raleigh, 1989 dan Wiedenbach, 1964 ). Selain itu juga dikemukakan tiga poin dasar dalam
filosofi keperawatan/kebidanan, yaitu:
a. Menghargai atas kehidupan yang telah diberikan
b. Menghargai sebuah kehormatan, suatu yang berharga, otonomi dan individualisme pada setiap
orang
c. Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang lain ( Raleigh, 1989 )
Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera, untuk
mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan untuk persiapan menjadi orang tua.
2. The Recipient
Perawat/bidan memberikan intervensi kepada individu disesuaikan dengan situasi dan
kebutuhan masing-masing ( Raleigh, 1989 ). Recipient meliputi wanita, keluarga, dan
masyarakat. Perempuan menurut masyarakat oleh masyarakat tertentu tidak mampu memenuhi
kebutuhannya. Wiedenbach sendiri berpandangan bahwa recipient adalah individu yang
berkompeten dan mampu melakukan segalanya sendiri, sehingga bidan/perawat memberi
pertolongan hanya apabila individu tersebut mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya sendiri.
3. The Goal/Purpose
Tujuan dari proses keperawatan adalah membantu orang yang membutuhkan pertolongan.
Konsep Wiedenbach tujuan akhir dari perawatan sebuah ukuran atau tindakan yang diperlukan
dan diinginkan seseorang dan berpotensi untuk merubah atau memperpanjang kemampuan
seseorang tersebut untuk mengatasi keterbatasan ( Danko et al., 1989 cite Wiedenbachs
( 1964 ).
Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui sebelum menemukan
goal. Bila sudah diketahui kebutuhan ini, maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai
dengan mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis yang berbeda dari
kebutuhan yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan
memperhatikan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis. Untuk bisa mengidentifikasi
kebutuhan pasien, bidan/perawat harus menggunakan mata, telinga, tangan, serta pikirannya.
4. The Means
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan Wiedenbach menentukan beberapa tahap yaitu:
a. Identifikasi kebutuhan klien,keterampilan dan ide
b. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam pencarian pertolongan yang dibutuhkan
c. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan
d. Coordination, mengkoordinasi sumber-sumber (tenaga) yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan pasien
Untuk bisa membantu pasien, perawat/bidan harus mempunyai :
a. Pengetahuan, untuk bisa memahami kebutuhan pasien
b. Penilaian, kemampuan pengambilan keputusan
c. Ketrampilan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pasien
5. Framework
Yaitu kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan sosial, organisasi, dan profesional.

2.3 Tahap-Tahap Untuk Mencapai Tujuan Asuhan Kebidanan


Dalam pencapaian tujuan, seseorang bidan memerlukan pengetahuan, keadilan, dan
ketrampilan. Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan, Wiedenbach menentukan beberapa
tahap yaitu :
a. Identifikasi kebutuhan klien
b. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam pencarian pertolongan yang dibutuhkan
c. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan merupakan
d. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasien

Anda mungkin juga menyukai