Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KONSEP KEBIDANAN

TEORI ELA JOY LEHRMAN

DI SUSUN OLEH:

AMELIA NAILA RAHMA

ANISA PUTRI UTAMI

NURMA YUNITA

RAMADHANI MAULA ICHSANTY

SRI DEVI TAMALA

VIONA JULIANDA

AKADEMI KEBIDANAN PRIMA HUSADA BOGOR

2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah tepat pada waktunya yang
berjudul “ Teori Ela Joy Lerhman”

Makalah ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan tuntutan perkembangan ilmu kebidanan.
Makalah ini telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum terbaru, khususnya pada mata
kuliah Konsep Kebidanan.

Kami menyadari makalah kami jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.

BOGOR, OKTOBER 2017


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah kebidanan berjalan panjang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan serta


kebutuhan masyarakat. Model dalam kebidanan mengadopsi dari beberapa model lainnya dan
berdasarkan teori yang sudah ada yaitu diantaranya teori Reva Rubin, sehingga tercipta sebuah
model kebidanan yang sesuai dengan filosofi kebidanan baik dari segi bidan sebagai profesi
maupun wanita dan keluarga sebagai rnes pelayanan asuhan kebidanan.

Model kebidanan ini sebagai tolak ukur bagi bidan dalam memberikan pelayanan
kebidanan kepada klien sehingga akan terbina suatu partnership dalam asuhan kebidanan.
Dengan ini diharapkan profesi kebidanan akan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam
upaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang mengutamakan upaya-
upaya promotif dan preventif.

Faktor penyebab tinggi angka kematian tersebut antaralain perdarahan, eklamsi, aborsi
tidak aman, trauma kehamilan. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, dan
eklamsi. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah anemia, kurang energi, dan
keadaan 4 terlalu (terlalu muda, tua, sering, dan banyak). Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-
hal nonteknis yang masuk kategori mendasar, seperti ketidakberdayaan dan taraf pendidikan
yang rendah.

Banyak kematian ibu dapat dicegah dan diturunkan, misalnya kematian akibat perdarahan
dengan persalinan cepat dan tepat dan dengan ditolong oleh tenaga-tenaga kesehatan yang
terlatih dan terdidik.

Ada lima teori yang mempengaruhi model kebidanan, yaitu teori reva rubin, teori
Ramona T mercer, teori jean ball, teori ela joy lerhman dan morten, dan teori ernestine
wiedenbach. Dalam makalah ini akan lebih dibahas mengenai teori ela joy lerhman dan morten.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah teori kebidanan menurut ela joy lehrman?

C. TUJUAN PENLISAN
1. Untuk mengetahui teori kebidanan menurut Ela joy lehrman
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Ela Joy Lerhman

Telah dilakukan banyak penelitian untuk mempelajari isi dan proses dari pemeriksaan
antenatal. Robin dkk, 1983 dan Robinson 1985 mempelajari peran bidan dalam memberi
infomasi yang komperhensif dan memberikan nasehat dalam pelayanan kebidanan, seperti waktu
pemeriksaan perut dan memberikan nasehat tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama
kehamilan. Mereka mempelajari sejauh mana bidan mampu menunjukkan perannya dalam
memberi asuhan ibu bersalin. Macintyre ( 1980 ) dalam observasinya menemukan perbedaan
antara rhetoric resmi antara nilai asuhan antenatal dan corak asuhan yang impersonal yang
dialami seorang ibu diklinik spesialis. Lerhman mengidenfikasikan konsep yang menggaris
bawahi asuhan antenatal yang akan diberikan.

Teori ini mengharapkan bidan dapat melihat semua aspek dalam memberikan asuhan dalam
ibu hamil dan memberikan pertolongan dalam ibu bersalin. Lerhman dan koleganya ingin
menjelaskan perbedaan antara pengalaman seorang wanita dengan kemampuan bidan untuk
mengaplikasikan konsep kebidanan dalam praktik.

Lehrman dan Morten mengemukakan 8 konsep yang penting dalam pelayanan antenatal :

1. Asuhan yang berkesinambungan

Seorang bidan harus memeberikan asuhan kepada wanita secara terus-menerus mulai dari awal
kehamilan, persalinan, nifas dan post artum agar klien dapat melewati masa-masa ini dengan
baik.

2. Keluarga sebagai pusat asuhan

Keluarga adalah salah satu pusat asuhan yang sangat penting karena keluarga adalah orang
terdekat klien yang dapat memantau kien secara terus menerus, sehingga dalam hal ini seorang
bidan harus mempunyai komunikasi yang baik dengan keluarga terutama memeberikan asuhan-
asuhan yang dapat membantu sang ibu menjalani asuhan-asuhan tersebut di rumah pada saat
sang bidan tidak dapat memantau seara langsung, keluargalah yang berperan.
3. Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan

Memberikan informasi kepada klien adalah salah satu bentuk asuhan yang sangat penting. Selain
itu, konseling juga merupakan bagian yang sangat penting dalam pemberian asuhan kepada
klien. Konseling bertujuan agar bidan dan klien dapat memahami satu sama lain, sehingga bidan
dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan kebutuhan klien.

4. Tidak ada intervensi dalam asuhan

Artinya dalam pelayanan atau memberi asuhan, pelayan kesehatan tidak memberikan asuhan
yang tidak seharusnya. Maka dalam hal ini sang bidan harus mulai menganalisa, mengkaji dan
memebrikan asuhan yang sesuai.

5. Fleksibilitas dalam asuhan

Penerapnnya adalah seorang bidan dalam melakukan praktiknya tidak boleh kaku saat
melakukan tindakan atau pada saat memeberikan asuhan, agar pasien merasa nyaman dengan
tindakan yang bidan lakukan.

6. Keterlibatan dalam asuhan

Dalam memebrikan asuhan, seorang pelayan kesehatan atau bidan harus ikut berpatisipasi atau
terlibat dalam melaksanankan asuhan. Contohnya dengan membantu sang ibu untuk memberi
nutrisi yang baik untuk janin dengan memebrikan beberapa makanan bergizi atau bisa juga
dengan membantu sang ibu memandikan bayi. Intinya adalah pelayan kesehatan atau bidan tidak
hanya menyampaikan teori-teori saja tapi juga harus terlibat dalam praktik asuhan tersebut.

7. Advokasi dari pelayanan kebidanan

Tenaga kesehatan menerapkan teori ini dengan selalu memeberikan inform consent atau
oersetujuan sebelum melakukan tindakan kepada klien sehingga ada persetujuan dari kedua
belah pihak.

8. Waktu

Seorang bidan yang profesional akan selalu memberikan pelayanan atau asuhan tanpa mengenal
waktu dan bidan tersebut mampu meyelesaikan asuhannya sesuai dengan batas waktu atau tepat
waktu agar asuhan-asuhan yang diberikan tidak tertunda-tunda.

Kedelapan komponen yang dibuat lehrman ini kemudian diuji cobakan oleh morten (1991) pada
pasien post partum.

Asuhan yang partisipatif dalam kontkes pelayanan kebidanan di UK dibahasakan sebagai


pilihan dan control dari si wanita yang dilayani ( choise and control on the part of the women ).
Hal ini dimaksudkan sebagai pengkajian dan merencanakan program asuhan yang dilakukan
bersama si penerima dan si pemberi asuhan. Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian,
evaluasi dan perencanan. Pasien/klien ikut bertanggung jawab atau ambil dalam pelayanan
antenatal. Misalnya : pendidikan tentang laktasi, persiapan persalinan, senam hamil ,
pemeriksaan fisik seperti palipasi klien akan melakukan pada tempat tertentu atau ikut
mendengarkan denyut jantung. Dari hasil penerapan tersebut, Morten, dkk (1991) menambahkan
3 komponen lagi kedalam 8 komponen yang telah dibuat lehrman, yaitu :

1. Empowerment (pemberdayaan)
Adalah suatu proses dalam memberi kekuasaan dan kekuatan. Bidan melalui penampilan
dan pendekatannya akan meningkatkan energi dan sumber dari dalam diri klien. Indikatornya
antara lain : penguatan/penegasan (affirmation), memvalidasi, menyakinkan kembali dan
memberi dukungan (support).

2. Lateral Relationship (hubungan sesama)


Bidan menjalin hubungan yang baik dengan klien, bersikap terbuka (self of opennes), saling
menghargai (mutual regards), sejalan dengan klien, persamaan posisi sehingga mendorong rasa
kebersamaan antara bidan dan klien sehingga nampak akrab. Misalnya sikap empati atau berbagi
pengalaman/perasaan.

3. Teknik Terapeutik
Teknik terapeutik dijelaskan sebagai proses komunikasi yang menguntungkan atau
mendorong perkembangan dan penyembuhan. Teknik terapeutik dapat dilakukan dengan
menunjukkan sikap: mendengarkan secara aktif, penyelidikan, mengkaji dan mengklarifikasi
masalah, humor (tidak bersifat kaku), tidak menuduh, sikap tidak menghakimi,
mendorong, jujur, mengakui kesalahan, menghargai hak klien, fasilitas/mempermudah dan
memberikan permisi/izin.
Lehrman dan Morten, et.al., memberikan suatu model praktik kebidanan yang secara jelas
menunjukkan area praktik kebidanan.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penerapan dalam teori Ela Joy Lerhman dalam teori ini menjelaskan tentang asuhan kebidanan
yang berperan dalam pelayanan pada masa anternatal. Mempelajari peran bidan dalam memberi
informasi yang komperensif dan memberikan nasehat dalam pelayan kebidanan tentang laktasi
dan asuhan kesehatan selama kehamilan. Untuk pengkajian dan merencanakan program asuhan
yang dilakukan bersama sipenerima dan pemberi asuhan.

Saran

Agar mahasiswa kebidanan dapat menerapkan asuhan kebidanan dalam teori ini berfikir secara
kritis dan bertindak dengan logis, analisis dan sistimatis dalam memberikan asuhan kebidanan
ditiap jenjang pelayanan kesehatan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ibu, bayi atau
anak balita. Sebagai pedoman dalam mengelola klien dengan memberikan asuhan kebidanan
yang efektif sesuai kebutuhan klien/masyarakat berdasarkan evidence based. Pengawasan
sebelum persalinan terutama ditunjukkan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim
DAFTAR PUSTAKA

http://bidanermayola.blogspot.co.id/2015/06/makalah-teori-ela-joy-lerhman-dan-
morten.html

http://merry-creations.blogspot.co.id/2012/02/teori-ela-joy-lehrman.html

Anda mungkin juga menyukai