Anda di halaman 1dari 26

_kebidanan sebagai profesi

_teori dan konseptual kebidanan

_sanksi dan penghargaan terhadap bidan

_prinsip pembangunan bidan

_proses kebidanan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya
peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan
menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati
karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati, mendampingi, serta
menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik.

Sejak zaman pra sejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari Mesir yang berani
ambil resiko membela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa Yahudi yang diperintahkan oleh Firaun
untuk di bunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa kepada Tuhan
dalam membela orang-orang yang berada dalam posisi yang lemah, yang pada zaman modern ini, kita
sebut peran advokasi.

Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja
berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta
kode etik yang dimilikinya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk menambah pengetahuan tentang bidan sebagai profesi


2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengertian bidan,

2. Pengertian profesi,

3. Ciri-ciri karakteristik profesi,

4. Ciri-ciri bidan sebagai profesi dan

5. Kewajiban bidan sebagai profesinya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bidan

Dalam bahasa inggris, kata Midwife (Bidan) berarti “with woman”(bersama wanita, mid =
together, wife = a woman. Dalam bahasa Perancis, sage femme (Bidan) berarti “ wanita
bijaksana”,sedangkan dalam bahasa latin, cum-mater (Bidan) bearti ”berkaitan dengan wanita”.

Menurut churchill, bidan adalah ” a health worker who may or may not formally trained and is a
physician, that delivers babies and provides associated maternal care” (seorang petugas kesehatan
yang terlatih secara formal ataupun tidak dan bukan seorang dokter, yang membantu pelahiran bayi
serta memberi perawatan maternal terkait).

Definisi Bidan (ICM) : bidan adalah seorang yang telah menjalani program pendidikan bidan
yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait serta
memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan. Bidan
merupakan salah satu profesi tertua didunia sejak adanya peradaban umat manusia.
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan, yang terakreditasi,
memenuhi kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk praktek
kebidanan. Yang diakui sebagai seorang profesional yang bertanggungjawab, bermitra dengan
perempuan dalam memberikan dukungan, asuhan dan nasehat yang diperlukan selama kehamilan,
persalinan dan nifas, memfasilitasi kelahiran atas tanggung jawabnya sendiri serta memberikan
asuhan kepada bayi baru lahir dan anak.

KEPMENKES NOMOR 900/ MENKES/SK/ VII/2002 bab I pasal 1:

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai
persyaratan yang berlaku.

Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam program
pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui skala yuridis, dimana ia ditempatkan dan telah
menyelesaikan pendidikan kebidanan dan memperoleh izin melaksanakan praktek kebidanan.

INTERNATIONAL CONFEDERATION of MIDWIFE bidan adalah seseorang yang telah


menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin
untuk melaksanakan praktek kebidanan di negara itu.

B. Pengertian Profesi

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses
sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang
hukum, kedokteran, keuangan, militer, dan teknik.

C. Bidan Sebagai Profesi

Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagaii pelayan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang
sangat unik, yaitu:

1. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.


2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses pendidikan
dan jenjang tertentu

3. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan mutu pelayanan
kepada masyarakat,

4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh kode etik
profesi.

Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sehubungan dengan anggota profesi yang
harus memberikan pelayanan profesional. Tentunya harus diimbangi dengan kesempatan memperoleh
pendidikan lanjutan, pelatihan, dan selalu berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan.

Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa bidan tergolong
jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu jabatan struktural dan jabatan
fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dan diatur berjenjang dalam suatu
organisasi, sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek
fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan negara.

Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional juga
berorientasi kwalitatif. Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah jabatan fungsional profesional, dan
wajarlah apabila bidan tersebut mendapat tunjangan profesional.

Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :

1. Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya secara profesional
2. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya, yaitu standar
pelayanan kebidanan, kode etik,dan etika kebidanan
3. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya
4. Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya
5. Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
6. Bidan memiliki organisasi profesi
7. Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat
8. Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama penghidupan.

D. Arti dan Ciri Jabatan Profesional

Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walaupun begitu, istilah
profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata dari
amatir. Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk pertandingan tinju yang
dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya tidak dianggap sebagai suatu profesi.

Secara populer, seseorang yang bekerja dibidang apapun sering diberi predikat profesional.
Seorang pekerja profesional dalam bahasa keseseharian adalah seorang pekerja yang terampil atau
cakap dalam kerjanya meskipun keteranpilan atau kecakapan tersebut merupakan hasil minat dan
belajar dan kebiasaan.

Pengertian jabatan profesional perlu dibedakan dengan predikat profesional yang diperoleh
dari jenis pekerjaan hasil pembiasaan melakukan keterampilan tertentu ( melalui magang/ keterlibatan
langsung dalam situasi kerja tertentu dan mendapatkan keterampilan kerja sebagai warisan orang
tuanya atau pendahulunya.

Seorang pekerja profesional perlu dibedakan dari seorang teknisi. Baik pekerja profesional
maupun teknisi dapat saja terampil dalam unjuk kerja (misalnya menguasai teknik kerja yang sama,
dapat memecahkan masalah teknis dalam bidang kerjanya). Akan tetapi, seorang pekerja profesional
dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilannya yang menyangkut wawasan filosofis,
pertimbangan rasional dan memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan serta mengembangkan
mutu karyanya.

C.V Good menjelaskan bahwa jenis pekerjaan profesional memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :
memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi pelakunya (membutuhkan pendidikan prajabatan
yang relevan), kecakapannya memenuhi persyaratan yang telah dibakukan oleh pihak yang
berwenang (misalnya: organisasi profesional, konsorsium, dan pemerintah), serta jabatan tersebut
mendapat pengakuan dari masyarakat dan negaranya.
Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Secara
rinci ciri-ciri jabatan profesional adalah sebagai berikut :

1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan mempunyai


pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan
tersebut dan bisa diterapkan dalam praktek.
2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para anggotanya,
yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi tersebut
biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama
dalam jenjang pendidikan tinggi.
4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk
lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan
istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota
penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga
dipersyaratkan.
6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka
yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar
terhindar adanya intervensi dari luar.
8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur
pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan
pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka
yang berkualifikasi paling tinggi.
10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan
selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap
kesehatan masyarakat.
11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi,
prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai
pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.
E. Kewajiban Bidan terhadap Profesinya

1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan menampilkan
kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu pada masyarakat.

2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

F. Perilaku profesional Bidan

1. Bertindak sesuai keahliannya

2. Mempunyai moral yang tinggi

3. Bersifat jujur

4. Tidak melakukan coba-coba

5. Tidak memberikan janji yang berlebihan

6. Mengembangkan kemitraan

7. Terampil berkomunikasi

8. Mengenal batas kemampuan

9. Mengadvokasi pilihan ibu

Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja seseorang antara lain :

Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman tingkat sosial dan
demografi seseorang.
Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja
Faktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward
system)

Tujuan

1. Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara individu maupun dalam kelompok setinggi tingginya.
Peningkatan prestasi kerja perorangan pada gilirannya akan mendorong kinerja staf.
2. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan meningkatkan hasil kerja melalui prestasi
pribadi.
3. Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan perasaannya tentang pekerjaan, sehingga
terbuka jalur komunikasi dua arah antara pimpinan dan staf.
Pemeliharaan SDM perlu diimbangi dengan sistem ganjaran (reward system), baik yang berupa finansial,
seperti gaji, tunjangan, maupun yang bersifat material seperti; fasilitas kendaraan, perubahan,
pengobatan, dll dan juga berupa immaterial seperti ; kesempatan untuk pendidikan dan pelatihan, dan
lain-lain.
Pemeliharaan SDM yang disertai dengan ganjaran (reward system) akan berpengaruh terhadap jalannya
organisasi. Tujuan utama dari pemeliharaan adalah untuk membuat orang yang ada dalam organisasi
betah dan bertahan, serta dapat berperan secara optimal.
Sumber: http://subektiheru.blogspot.com/2008/03/indikator-kinerja.html
Salah satu upaya untuk meningkatkan SDM Keperawatan adalah melalui pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi, mengikuti pelatihan perawatan keterampilan teknis atau keterampilan dalam hubungan
interpersonal. Faktor yang mempengaruhi kinerja perawat adalah iklim organisasi yaitu kurangnya
semangat kelompok, kurangnya kerja sama antara pimpinan dengan karyawan baik struktural maupun
fungsional.
Penghargaan yang diberikan kepada perawat belum meningkatkan kinerja mereka. Sebaliknya
penerapan sangsi juga tidak jelas kepada perawat yang melakukan kesalahan atau tidak disiplin.
Sumber: Evi Hasnita, Rossi Sanusi, CIRI-CIRI, IKLIM ORGANISASI, DAN KINERJA TENAGA PERAWAT DI
INSTALASI RAWAT INAP RS Dr. ACHMAD MOECHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2005, WPS no.1 April 2006
1st draft, Program Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan,Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta 2006

SISTEM PENGHARGAAN BAGI BIDAN


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-3
Sanksi berarti imbalan negative, imbalan yang berupa pembebanan/ penderitaan yang di tentukan oleh
hukum aturan yang berlaku.
Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode atau etik dan hak/ kewajiban bidan yang telah di atur
oleh organisasi profesi. Dalam organisasi profesi kebidanan terdapat Majelis Pertimbangan Etika Bidan (
MPEB) & Majelis Pembelaan Anggota ( MPA ) yang memiliki tugas :
1.Merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidang sesuai dengan ketetapan pengurus pusat .
2.Melaporkan hasil kegiatan bidang tugasnya secara berkala
3.Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas pengurus pusat.
4.Membentuk tim teknis sesuai kebutuhan, tugas dan tanggung jawabnya di tentukan pengurus.
MPEB dan MPA, bertugas mengkaji, menangani dan mendampingi anggota yang mengalami
permasalahan dan praktik kebidanan serta masalah hukum. Kepengurusan MPEB dan MPA terdiri dari
ketua, sekertaris, bend, anggota.
Kode Pernyataan umum tentang kepercayaan dan nilai suatu profesi Etik anggota profesi tersebut. Atau
bisa juga disebut nilai dandan moral bidan
harus punya kodeKenapa karma dengan kode etik dapat digunakan sebagai etik langkah percepatan,
langkah perubahan sosial teknologi yang mengakibatkan terjadi peningkatan yang cukup tajam dan
penyebaran kepercayaan.
Yang dapat dilakukan dalam kode etikmenuntun/ panduan untuk disiplin profesi :
- Menuntun tingkah laku
- Menawarkan suatu kerangka kerja yang dapat meningkat kapasitas dalam pengambilan keputusan
moral yang efektif
Yang tidak dapat dilakukan :
- Tidak dapat menjamin etika praktek/ pengambilan keputusan.
- Tidak dapat mencegah timbulnya hal-hal yang tidak berguna
- Tidak dapat dipindahkan dari tanggung jawab bidan.
- Tidak dapat menjamin kasus tertentu merupakan yang benar

Persyaratan kode etik :


- Keterlibatan dan pemikiran penting ( waktu dan alasan moral )
- Kemampuan ( kapasitas dan kemauan ) mengambil keputusan
- Keterlibatan menjadi contoh moral yang baik

Kesimpulan :
Bidan tidak akan mendapat sanksi jika melakukan kode etik yang ada.
Sumber: http://wwwkombinasibisnis.blogspot.com/2008/11/sistem-penghargaan-bagi-bidan.html

MATERI
ETIK DAN MORAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN ATAU KEBIDANAN

PENDAHULUAN
Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang serta
meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat
akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan atau kebidanan. Hal ini merupakan
tantangan bagi profesi keperawatan dan kebidanan dalam mengembangkan profesionalisme selama
memberi pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi memerlukan landasan komitmen
yang kuat dengan basis pada etik dan moral yang tinggi.
Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat atau bidan akan tercermin dalam setiap
langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi yang
muncul. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang etika dan moral serta penerapannya
menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan keperawatan atau
kebidanan dimana nilai-nilai pasen selalu menjadi pertimbangan dan dihormati.

ETIKA, MORAL DAN NILAI-NILAI


Pengertian:
Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau salah, kebajikan atau
kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan berfokus
pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan bertindak dalam kehidupannya
yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak yang menggunakan istilah etik untuk
mengambarkan etika suatu profesi dalam hubungannya dengan kode etik profesional seperti Kode Etik
PPNI atau IBI.
Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar atau
pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang. Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah
rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku personal.
Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang benar atau salah. Hal
ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum, adat dan praktek profesional

NILAI-NILAI ESENSIAL DALAM PROFESI


Pada tahun 1985, “The American Association Colleges of Nursing” melaksanakan suatu proyek termasuk
didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai esensial dalam praktek keperawatan profesional. Perkumpulan
ini mengidentifikasikan 7 nilai-nilai esensial dalam kehidupan profesional, yaitu:
1. Aesthetics (keindahan): Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian, seseorang memberikan
kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas dan kepedulian.
2. Altruism (mengutamakan orang lain): Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain termasuk
keperawatan atau kebidanan, komitmen, arahan, kedermawanan atau kemurahan hati serta ketekunan.
3. Equality (kesetaraan): Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan sikap asertif,
kejujuran, harga diri dan toleransi
4. Freedom (Kebebasan): memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri, harapan,
disiplin serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.
5. Human dignity (Martabat manusia): Berhubungan dengan penghargaan yang lekat terhadap martabat
manusia sebagai individu termasuk didalamnya kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan dan penghargaan
penuh terhadap kepercayaan.
6. Justice (Keadilan): Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk objektifitas, moralitas,
integritas, dorongan dan keadilan serta kewajaran.
7. Truth (Kebenaran): Menerima kenyataan dan realita, termasuk akontabilitas, kejujuran, keunikan dan
reflektifitas yang rasional.

PENGEMBANGAN DAN TRANSMISI NILAI-NILAI


Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh dan berkembang
melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang perjalanan hidupnya. Mereka belajar
dari keseharian dan menentukan tentang nilai-nilai mana yang benar dan mana yang salah. Untuk
memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dimana
mereka tumbuh dan berkembang. Nilai-nilai tersebut diambil dengan berbagai cara antara lain: (1)
Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau buruk melalui observasi
perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat lingkungannya dimana dia bergaul; (2)
Moralitas diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya bekerja dan
memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk mempertimbangkan nilai-nilai
yang berbeda; (3) Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan sangat
tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih serta mengembangkan
sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini lebih sering disebabkan karena
kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga dapat menimbulkan
kebingungan, dan konflik internal bagi individu tersebut; (4) Penghargaan dan Sanksi; Perlakuan yang
biasa diterima seperti: mendapatkan penghargaan bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya
akan mendapat sanksi atau hukuman bila menunjukkan perilaku yang tidak baik; (5) Tanggung jawab
untuk memilih; adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai tertentu dan mempertimbangkan
konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu, adanya dukungan dan bimbingan dari seseorang yang
akan menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya sendiri.

KLARIFIKASI NILAI-NILAI (VALUES)


Klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana seseorang dapat mengerti sistem nilai-nilai yang
melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan proses yang memungkinkan seseorang menemukan
sistem perilakunya sendiri melalui perasaan dan analisis yang dipilihnya dan muncul alternatif-alternatif,
apakah pilihan–pilihan ini yang sudah dianalisis secara rasional atau merupakan hasil dari suatu kondisi
sebelumnya (Steele&Harmon, 1983). Klarifikasi nilai-nilai mempunyai manfaat yang sangat besar
didalam aplikasi keperawatan dan kebidanan. Ada tiga fase dalam klarifikasi nilai-nilai individu yang
perlu dipahami oleh perawat dan bidan.
Pilihan: (1) Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan bagi setiap individu; (2)
Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada perbedaan-perbedaan, asuhan yang diberikan bukan
hanya karena martabat seseorang tetapi hendaknya perlakuan yang diberikan mempertimbangkan
sebagaimana kita ingin diperlakukan. (3) Keyakinan bahwa penghormatan terhadap martabat seseorang
akan merupakan konsekuensi terbaik bagi semua masyarakat.
Penghargaan: (1) Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (anda akan merasa senang bila
mengetahui bahwa asuhan yang anda berikan dihargai pasen atau klien serta sejawat) atau supervisor
memberikan pujian atas keterampilan hubungan interpersonal yang dilakukan; (2) Dapat
mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang tidak bersedia memperhatikan martabat
manusia sebagaimana mestinya.
Tindakan (1) Gabungkan nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari; (2) Upayakan
selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia dalam kehidupan pribadi dan profesional,
sehingga timbul rasa sensitif atas tindakan yang dilakukan.
Semakin disadari nilai-nilai profesional maka semakin timbul nilai-nilai moral yang dilakukan serta selalu
konsisten untuk mempertahankannya. Bila dibicarakan dengan sejawat atau pasen dan ternyata tidak
sejalan, maka seseorang merasa terjadi sesuatu yang kontradiktif dengan prinsip-prinsip yang dianutnya
yaitu; penghargaan terhadap martabat manusia yang tidak terakomodasi dan sangat mungkin kita tidak
lagi merasa nyaman. Oleh karena itu, klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana kita perlu
meningkatkan serta konsisten bahwa keputusan yang diambil secara khusus dalam kehidupan ini untuk
menghormati martabat manusia. Hal ini merupakan nilai-nilai positif yang sangat berguna dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam masyarakat luas.

PELAKSANAAN ETIK DAN MORAL DALAM PELAYANAN KLINIS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
Aplikasi dalam praktek klinis bagi perawat/bidan diperlukan untuk menempatkan nilai-nilai dan perilaku
kesehatan pada posisinya. Perawat/bidan bisa menjadi sangat frustrasi bila membimbing atau
memberikan konsultasi kepada pasen yang mempunyai nilai-nilai dan perilaku kesehatan yang sangat
rendah. Hal ini disebabkan karena pasen kurang memperhatikan status kesehatannya. Pertama-tama
yang dilakukan oleh perawat/bidan adalah berusaha membantu pasen untuk mengidentifikasi nilai-nilai
dasar kehidupannya sendiri.
Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan kasus sebagai berikut: Seorang pengusaha yang sangat sukses dan
mempunyai akses di luar dan dalam negeri sehingga dia menjadi sibuk sekali dalam mengelola
usahanya. Akibat kesibukannya dia sering lupa makan sehingga terjadi perdarahan lambung yang
menyebabkan dia perlu dirawat di rumah sakit. Selain itu dia juga perokok berat sebelumnya. Ketika
kondisinya telah mulai pulih perawat berusaha mengadakan pendekatan untuk mempersiapkannya
untuk pulang. Namun perawat menjadi kecewa, karena pembicaraan akhirnya mengarah pada
keberhasilan serta kesuksesannya dalam bisnis. Kendati demikian upaya tersebut harus selalu dilakukan
dan kali ini perawat menyusun list pertanyaan dan mengajukannya kepada pasen tersebut.
Pertanyaannya, “Apakah tiga hal yang paling penting dalam kehidupan bapak dari daftar dibawah ini ?”
Pasen diminta untuk memilih atas pertanyaan berikut:
1. Bersenang-senang dalam kesendirian (berpikir, mendengarkan musik atau membaca).
2. Meluangkan waktu bersama keluarga.
3. Melakukan aktifitas seperti: mendaki gunung, main bola atau berenang.
4. Menonton televisi.
5. Membantu dengan sukarela untuk kepentingan orang lain.
6. Menggunakan waktunya untuk bekerja.
Langkah berikutnya adalah mengajaknya untuk mendiskusikan prioritas yang dibuat berdasarkan nilai-
nilai yang dianutnya, dengan mengikuti klarifikasi nilai-nilai sebagai berikut:
1. Memilih: Setelah menggali aspek-aspek berdampak terhadap kesehatan pasen, misalnya stress yang
berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan dan mengganggu aktifitasnya, maka sarankan kepadanya
memilih secara bebas nilai-nilai kunci yang dianutnya. Bila dia memilih masalah kesehatannya, maka hal
ini menunjukkan tanda positif.
2. Penghargaan: Berikan dukungan untuk memperkuat keinginan pasen dan promosikan nilai-nilai
tersebut dan bila memungkinkan dapatkan dukungan dari keluarganya. Contoh: istri dan anak anda pasti
akan merasa senang bila anda memutuskan untuk berhenti merokok serta mengurangi kegiatan bisnis
anda, karena dia sangat menghargai kesehatan anda.
3. Tindakan: Berikan bantuan kepada pasen untuk merencanakan kebiasaan baru yang konsisten setelah
memahami nilai-nilai pilihannya. Minta kepada pasen untuk memikirkan suatu cara bagaimana nilai
tersebut dapat masuk dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata yang perlu diucapkan perawat/bidan
kepada pasennya: “Bila anda pulang, anda akan menemukan cara kehidupan yang berbeda, dan anda
menyatakan ingin mulai menggunakan waktu demi kesehatan anda”.

PERILAKU ETIS PROFESIONAL


Perawat atau bidan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas
berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional. Pengetahuan tentang perilaku
etis dimulai dari pendidikan perawat atau bidan, dan berlanjut pada diskusi formal maupun informal
dengan sejawat atau teman. Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila perawat atau bidan mencoba
dan mencontoh perilaku pengambilan keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah
etika. Dalam hal ini, perawat atau bidan seringkali menggunakan dua pendekatan: yaitu pendekatan
berdasarkan prinsip dan pendekatan berdasarkan asuhan keperawatan /kebidanan.

Pendekatan Berdasarkan Prinsip


Pendekatan berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam bio etika untuk menawarkan bimbingan untuk
tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994) menyatakan empat pendekatan prinsip dalam etika
biomedik antara lain; (1) Sebaiknya mengarah langsung untuk bertindak sebagai penghargaan terhadap
kapasitas otonomi setiap orang: (2) Menghindarkan berbuat suatu kesalahan; (3) Bersedia dengan
murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan segala konsekuensinya; (4) Keadilan
menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi.
Dilema etik muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik dalam bertindak.
Contoh; seorang ibu yang memerlukan biaya untuk pengobatan progresif bagi bayinya yang lahir tanpa
otak dan secara medis dinyatakan tidak akan pernah menikmati kehidupan bahagia yang paling
sederhana sekalipun. Di sini terlihat adanya kebutuhan untuk tetap menghargai otonomi si ibu akan
pilihan pengobatan bayinya, tetapi dilain pihak masyarakat berpendapat akan lebih adil bila pengobatan
diberikan kepada bayi yang masih memungkinkan mempunyai harapan hidup yang besar. Hal ini tentu
sangat mengecewakan karena tidak ada satu metoda pun yang mudah dan aman untuk menetapkan
prinsip-prinsip mana yang lebih penting, bila terjadi konflik diantara kedua prinsip yang berlawanan.
Umumnya, pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik, hasilnya terkadang lebih membingungkan.
Hal ini dapat mengurangi perhatian perawat atau bidan terhadap sesuatu yang penting dalam etika.

Pendekatan Berdasarkan Asuhan


Ketidakpuasan yang timbul dalam pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik mengarahkan banyak
perawat atau bidan untuk memandang “care” atau asuhan sebagai fondasi dan kewajiban moral.
Hubungan perawat/bidan dengan pasen merupakan pusat pendekatan berdasarkan asuhan, dimana
memberikan langsung perhatian khusus
kepada pasen, sebagaimana dilakukan sepanjang kehidupannya sebagai perawat atau bidan. Perspektif
asuhan memberikan arah dengan cara bagaimana perawat/bidan dapat membagi waktu untuk dapat
duduk bersama dengan pasen atau sejawat, merupakan suatu kewajaran yang dapat membahagiakan
bila diterapkan berdasarkan etika. Karakteristik perspektif dari asuhan meliputi : (1) Berpusat pada
hubungan interpersonal dalam asuhan; (2) Meningkatkan penghormatan dan penghargaan terhadap
martabat klien atau pasen sebagai manusia; (3) Mau mendengarkan dan mengolah saran-saran dari
orang lain sebagai dasar yang mengarah pada tanggung-jawab profesional; (4) Mengingat kembali arti
tanggung-jawab moral yang meliputi kebajikan seperti: kebaikan, kepedulian, empati, perasaan kasih-
sayang, dan menerima kenyataan. (Taylor,1993).
Asuhan juga memiliki tradisi memberikan komitmen utamanya terhadap pasen dan belakangan ini
mengklaim bahwa advokasi terhadap pasen merupakan salah satu peran yang sudah dilegimitasi sebagai
peran dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan. Advokasi adalah memberikan saran dalam
upaya melindungi dan mendukung hak-hak pasen. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi
perawat atau bidan, dalam menemukan kepastian tentang dua sistem pendekatan etika yang dilakukan
yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan asuhan. Perawat atau bidan yang memiliki komitmen tinggi
dalam mempraktekkan keperawatan profesional dan tradisi tersebut perlu mengingat hal-hal sbb: (1)
Pastikan bahwa loyalitas staf atau kolega agar tetap memegang teguh komitmen utamanya terhadap
pasen; (2) berikan prioritas utama terhadap pasen dan masyarakat pada umumnya; (3) Kepedulian
mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi dalam kesembuhan pasen. Bila menghargai
otonomi, perawat atau bidan harus memberikan informasi yang akurat, menghormati dan mendukung
hak pasien dalam mengambil keputusan.

KESIMPULAN
Dalam upaya mendorong profesi keperawatan dan kebidanan agar dapat diterima dan dihargai oleh
pasien, masyarakat atau profesi lain, maka mereka harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan /
kebidanan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran
profesionalnya. Dengan demikian perawat atau bidan yang menerima tanggung jawab, dapat
melaksanakan asuhan keperawatan atau kebidanan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti
bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan
bagi keselamatan pasen, penghormatan terhadap hak-hak pasen, akan berdampak terhadap
peningkatan kualitas asuhan keperawatan atau kebidanan.
Sumber: http://anitaroza.multiply.com/reviews/item/2
Tanggung jawab dari segi hukum administratif, tenaga kesehatan dapat dikenai sanksi berupa
pencabutan surat izin praktik apabila melakukan tindakan medik tanpa adanya persetujuan dari pasien
atau keluarganya. Tindakan administratif juga dapat dikenakan apabila seorang tenaga
kesehatan:
1. melalaikan kewajiban;
2. melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga kesehatan, baik
mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan;
3. mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan;
4. melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang.
Selain oleh aturan hukum, profesi kesehatan juga diatur oleh kode etik profesi (etika profesi). Namun
demikian, menurut Dr. Siswanto Pabidang, masalah etika dan hokum kadangkala masih dicampur
baurkan, sehingga pengertiannya menjadi kabur. Seseorang yang melanggar etika dapat saja melanggar
hukum dan tentu saja seseorang yang melanggar hukum akan melanggar pula etika. Oleh karena itu,
menurut Samil RS1 yang mengutip pernyataan Davis & Smith, bahwa ada hubungan antara etik
kedokteran dan hukum kedokteran, yaitu:
1. sesuai etik dan sesuai hukum;
2. bertentangan dengan etik dan bertentangan dengan
hukum;
3. sesuai dengan etik tetapi bertentangan dengan hukum; dan
4. bertentangan dengan etik tetapi sesuai dengan hukum.

Sumber: Dr. Eman Suparman,S.H.,M.H; Tanggung Jawab Hukum & Etika Profesi
Tenaga Kesehatan Makalah disampaikan pada Pelatihan Bidan anggota IBIBangkalan sebagai Kegiatan
LPPM

http://penel-bid.blogspot.com/2009/06/paradigma-konseptual-model-asuhan.html

Konsultasi KTI
Bagi kamu-kamu mahasiswa D3/D4 Kebidanan yang mempunyai kesulitan atau masalah tentang
bagaimana menyusun KTI / Skripsi, kami siap membantu.
Hp. 081225118969
email : ardhev24@gmail.com

Archive

My Link
 Medicastore
 InFo Ibu hamil
 Gizi
 Depkes
 Bidan Indonesia
 Bayi Sehat

Senin, 22 Juni 2009


PARADIGMA / KONSEPTUAL MODEL ASUHAN KEBIDANAN
PENGERTIAN
adalah suatu bentuk pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan
dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan)
Meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku, lingkungan
& pelayanan kesehatan)

MACAM-MACAM MODEL ASUHAN KEBIDANAN


Medical Model
Merupakan fondasi dari praktek-praktek kebidanan yg sudah meresap di masyarakat
Meliputi proses penyakit, pemberian tindakan, dan komplikasi dari penyakit/tindakan
Konsekuensi, jika medical model digunakan dalam praktek kebidanan:

Model Sehat untuk Semua (Health For All)


Diproklamirkan oleh WHO sejak th 1978
Fokus pada wanita, keluarga, dan masyarakat
Pelaksanan adalah bidan di komunitas
5 tema dalam HFA:
Mengurangi kesenjangan dalam kesehatan
Bentuk Yankes. Adalah kesehatan & pencegahan penyakit
Partisipasi masyarakat
Adanya kerjasama antar tim kesehatan
Berfokus pada Yankes. Primer
Model HFA dan definisi PHC 5 konsep WHO 1998:
Yankes bagi masyarakat secara keseluruhan sesuai kebutuhan
Yankes meliputi promotif, prefentif, curative & rehabilitatif
Yankes harus efektif & dapat diterima secara cultural
Masyarakat terlibat dalam yankes
Adanya kolaborasi linsek
Model partisipasi
Adalah adanya partisipasi ibu dalam interaksinya dengan bidan pada tingkat individual maupun
tingkat masyarakat
Kunci aspek partisipasi pasien meliputi:
Bantuan diri : pasien yg aktif terlibat dalam asuhan
Tidak medikalisasi & tidak professional
Demokrasi : keterlibatan pasien dalam decision making

3 tingkatan partisipasi :
Tk I : Menerima pelayanan secara pasif
Tk II : Partisipasi aktif dg rencana2 kes yg jelas mis, bertanya /mengajak diskusi
Tk III : berpartisipasi dalam pelaksanaan program kesehatan
TK IV : berpartisipasi dalam program pengawasan & evaluasi
Tk V : berpartisipasi dalam perencanaan program
Model Mengkaji Kebutuhan Dalam Praktek Kebidanan
Sesuai filosofi bidan, dengan memandang kenormalan dari bumil, bulin, bufas dll maka
mengkaji kebutuhan normal untuk mencegah komplikasi sangat diperlukan.
Model ini membutuhkan :
Pendekatan
Kerjasama antara bidan, ibu dan keluarga
Pertanyaan (untuk mengetahui pengetahuan ibu, apa yg diharapkan dll)
Pemberitahuan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan, rencana tindakan, alternative tindakan dll.
Unit komponen dalam model ini:
Ibu & keluarga (banyak variasi : norma patriakal, single parent, cerai dll)
Konsep kebutuhan (bio-psiko-sosio-kultural& spiritual)
Partnership(kerjasama dengan klien, keluarga maupun tim nakes)
Faktor kedekatan & keterbukaan (menghasilkan pengetahuan & keterampilan, pengharapan,
kepercayaan, & perekanan)
Model Menolong Bagi Bidan Di Ruang Kebidanan
Pemberian informasi (dengan komunikasi yg baik)
Pemberian pilihan & control (dilibibatkan dalam decision making)
Penerimaan klien saat bersalin (komunikasi yg baik)
Kesadaran diri sendiri (kekuatan & kelemahan)
Model Sistem Maternitas Di Komunitas
Bidan yg memberikan asuhan di komunitas akan melakukan rujukan bila menemukan adanya
masalah, dan akan melanjutkan asuhannya setelah dikirim kembali ke bidan.

MACAM-MACAM ASUHAN KEBIDANAN


Asuhan kebidanan pada ibu hamil
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin
Asuhan kebidanan pada ibu nifas
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
Asuhan kebidanan pada neonatus & balita (sehat/sakit)
Asuhan kebidanan pada pelayanan KB
Asuhan kebidanan pada gangguan system reproduksi

KESIMPULAN
Dengan memahami berbagai model asuhan kebidanan diatas, diharapkan dapat membantu bidan
dalam memberiksn asuhan kebidanan kepada kliennya.
Mungkin diperlukan kombinasi dalam prakteknya, sehingga sesuai dengan filosofi asuhan
kebidanan.
http://kandrawilko.blogspot.com/2009/01/penghargaan-dan-sangsi-untuk-bidan.html

TEORI-TEORI YANG MEMPENGARUHI MODEL KEBIDANAN

1 Teori Reva Rubin

Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, untuk mencapai peran ini seorang wanita
memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas atau latihan. Dengan demikian, seorang
wanita terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan di alaminya kelak sehingga ia
mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan psikologis
dalam kehamilan dan setelah persalinan.

Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-harapan antara lain:
1. kesejahteraan ibu dan bayi
2. penerimaan dari masyarakat
3. penentuan identitas diri
4. mengetahui tentang arti memberi dan menerima

perubahan umum pada perempuan hamil:


· ketergantungan dan butuh perhatian
· membutuhkan sosialisasi

Tahap_tahap psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai peran nya:
a. anticipatory stage
seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain.
b. honeymoon stage
ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada tahap ini ibu memerlukan
bantuan dari anggota keluarga yang lain.
c. Plateu stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Pada tahap ini ibu
memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri.
d. Disengagement
Merupakan tahap penyelesain latihan peran sudah berakhir.

Aspek-aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu adalah gambaran tentang idaman, gambaran
diri dan tubuh. Gambaran diri seorang wanita adalah pandangan wanita tentang dirinya sendiri
sebagai bagian dari pengalaman dirinya, sedangkan gambaran tubuh adalah berhubungan dengan
perubahan fisik yang tejadi selama kehamilan.

Arti dan efek kehamilan pada pasangan.


1. pasangan merasakan perubahan tubuh pasanganya pada kehamilan 8 (delapan) bulan sampai
dengan 3(tiga) bulan setelah melahirkan.
2. lelaki juga mengalami perubahan fisik dan psikososial selama wanita hamil.
3. anak-anak akan di lahirkan merupakan gabungan dari tiga macam perbedaan:
1. hubungan ibu dengan pasangan
2. hubungan ibu dengan janin yang berkembang
3. hubungan ibu dengan individu yang unik
4. ibu tidk pernah lagi menjadi sendiri
5. tugas yang harus di lakukan ibu atau pasangan dalam kehamilan:
1. percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh
2. persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin
3. penyelesaiaan dan identifikasi kebinggungan dengan peran transisi.
6. reaksi yang umum pada kehamilan:
1. Trimester satu:ambivalen, takut, tantasi, khawatir.
2. Trimester dua: parasaan enak metykebutuhan untuk mempelajari perkembangan dan
pertumbuhan janin menjadi narsistik, pasif, introvent, egosentrik dan self centered.
3. Trimester tiga: berperasaan aneh, semberono, jelek, menjadi introvert, merefleksikan terhadap
pengalaman masa kecil.

Aspek yang di identifikasi dalam peran ibu:


a. gambaran tentang idaman bayi sehat.
b. gambaran tentang diri memandang tentang pengalaman yang dia lakukan.
c. gambaran tubuh, gambaran ketika hamil dan setelah nifas.

Beberapa tahapan aktifitas penting sebelim seseorang menjadi seorang ibu.


1. Taking on (tahapan meniru)
Seorang wanita dalam pencapaiaan sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan melakukan
peran seorang ibu.
2. Taking in
Seorang wanita sedang membayangkan peran yang dilakukannya . introjektion, projection dan
rejection merupakan tahap di mana wanita membedakan model-model yang sesuai dengan
keinginannya.
3. Letting go
Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah di lakukannya. Pada tahap ini seorang
akan meninggalkan perannya di masa lalu.

Adaptasi psikososial pada masa post partum:


Keberhasilan masa transisi menjadi orang tua pada masa post partum di pengaruhi oleh:
1. respon dan dukungan dari keluarga
2. hubungan antara melahirkan dengan harapan-harapan
3. pengalaman melahirkan dam membesarkan anak yang lalu
4. budaya

Reva rubin mengklasifikasikan tahapan ini menjadi tiga tahap yaitu:


a. periode taking in (hari pertama hingga kedua setelah melahirkan)
1. ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain
2. perhatian ibu tertuju pada ke khawatiran pada perubahan tubuhnya
3. ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman ketika melahirakan
4. memerlikan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh kekondisi normal
5. nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi. Kurangnya
nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.

b. periode taking hold (hari kedua hingga ke empat setelah melahirkan)


1. ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan tanggung jawab akan
bayinya
2. ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan daya tahan
tubuh
3. ibu cenderung terbuka menerima nasihat bidan dan kritikan pribadi
4. ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggendong, menyusui,
memandikan dan mengganti popok
5. kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu membesarkan
bayinya

c. periode letting go
1. terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan di pengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga
2. ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami kebutuhan bayi
sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan social

2 Teori Ramona Marcer

Teori ini lebih menekan pada stress antepartum (sebelum melahirkan) dalam pencapaiaan peran
ibu, marcer membagi teorinya menjadi dua pokok bahasan:
a. Efek stress Anterpartum
stress Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negative dari hidup
seorang wanita, tuuan asuhan yang di berikan adalah : memberikan dukungan selama hamil
untuk mengurangi ketidak percayaan ibu.

Penilitian mercer menunjukkan ada enam faktor yang berhubungan dengan status kesehatan ibu,
yaitu:
1. Hubungan Interpersonal
2. Peran keluarga
3. Stress anterpartum
4. Dukungan social
5. Rasa percaya diri
6. Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi

Maternal role menurut mercer adalah bagai mana seorang ibu mendapatkan identitas baru yang
membutuhkan pemikiran dan penjabaran yang lengkap dengan dirinya sendiri.

b. Pencapaian peran ibu


Peran ibu dapat di capai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk mengekspresikan
kepuasan dan penghargaan peran, lebih lanjut mercer menyebutkan tentang stress anterpartum
terhadap fungsi keluarga, baik yang positif ataupun yang negative. Bila fungsi keluarganya
positif maka ibu hamil dapat mengatasi stress anterpartum, stress anterpartum karena resiko
kehamilan dapat mempengaruhi persepsi terhadap status kesehatan, dengan dukungan keluarga
dan bidan maka ibu dapat mengurangi atau mengatasi stress anterpartum.

Perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan (Trisemester I, II dan III)
merupakan hal yang fisiologis sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan bahwa menarche,
kehamilan, nifas, dan monopouse merupakan hal yang fisiologis.

Perubahan yang di alami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat menimbulkan stress
anterpartum, sehingga bidan harus memberikan asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat
menjalani kehamilannya secara fisiologis (normal), perubahan yang di alami oleh ibu hamil
antara lain adalah:
a. Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga dapat berperan
sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan bayinya.
b. ibu memerlukan sosialisasi
c. ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi
pada tubuhnya
d. Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan kehamilan ke masa
menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya.

Empat tahapan dalam melaksanakan peran ibu menuru Mercer:


a. Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu, di mana wanita mulai melakukan penyesuaian social dan
psikologis dengan mempelajri segala sesuatuyang di butuhkan untuk menjadi seorang ibu.
b. Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran di butuhkan sesuai dengan
kondisi system social
c. Informal
Di mana wanita telam mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan perannya
d. Personal
merupakan peran terakhir, di mana wanita telah mahir melakukan perannya sebagai ibu.

Sebagai bahan perbandingan, Reva Rubin menyebutkan peran ibu telah di mulai sejak ibu
menginjak kehamilan pada masa 6 bulan setelah melahirkan, tetapi menurut Mercer mulainya
peran ibu adalah setelah bayi bayi lahir 3-7 bulan setelah dilahirkan.

Wanita dalam menjalankan peran ibu di pengaruhi oleh faktor –faktor sebagai berikut:
a. Faktor ibu
1. Umur ibu pada saat melahirkan
2. Persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali
3. Stress social
4. Memisahkan ibu pada anaknya secepatnya
5. Dukungan social
6. Konsep diri
7. Sifat pribadi
8. Sikap terhadap membesarkan anak
9. Status kesehatan ibu.

b. Faktor bayi
1. Temperament
2. Kesehatan bayi

c. Faktor-faktor lainnya
1. Latar belakang etnik
2. Status pekawinan
3. Status ekonomi

Dari faktor social support, mercer mengidentifikasikan adanya empat factor pendukung:
a. Emotional support
Yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti.
b. Informational support
Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu untuk
menolong dirinya sendiri
c. Physical support
Misalnya dengan membantu merwat bayi dan memberikan tambahan dana
d. Appraisal support
Ini memungkinkan indifidu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan pencapaiaan peran ibu
Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi dan
konsep diri adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaiaan peran ibu. Peran
bidan yang di harapkanoleh mercer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam
melaksanakan tugas dan adaptsi peran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
pencapaiaan peran ini dan kontribusi dari stress antepartum.

3 Teori Jean ball

Teori kursi goyang , keseimbangan emosional ibu. Tujuan asuhan maternitus agar ibu mampu
melaksanakan tugasnya sebagai ibu bauk fisik maupun psikologis.

Ada dua teori Jean ball yaitu:


· Teori stress
· Teori dasar

Hipotesa Ball, respon emotional wanita terhadap perubahan yang terjadi bersamaan dengan
kelahiran anak yang mempengaruhi personality seseorang dan dengan dukungan yang berarti
mereka mendapatkan sistem keluarga dan sosial. Persipan yang telah di lakukan bidan pada masa
postnatal akan mempengaruhi respon emotional wanita terhadap perubahan akibatproses
kelahiran tersebut. Kesejahteraan wanita setelah melahirkan tergantung pada personality dan
kepribadian, sistem dukungan pribadi dan dukungan dari pelayanan maternitas.

Ball menemukan teori kursi goyang terdiri dari tiga elemen, yaitu:
1. Pelayanan maternitas
2. Pandangan masyarakat terhadap keluarga
3. Sisi penyangga atau support terhadap kepribadian keluarga

4. Teori Ernestine Wiedenbach

a. The agent : mid wife


Filosofi yang di kemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera untuk
mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan untuk persipan menjadi orang tua.
b. The recipient
Meliputi : wanita, keluarga dan masyarakat. Recipient menurut Widenbach adalah individu yang
mampu menetukan kebutuhannya akan bantuan.
c. The Goal / purpose
Di sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan memperhatikan tingkah laku
fisik, emosional atau fisioogikal
d. The Means
Metode untuk mencapai tujuan asuhan kebidanan ada empat tahapan yaitu:
1. Identifikasi kebutuhan klient, memerlukan keterampilan dan ide
2. Memberikan dukungan dalam mencapai pertolongan yang di butuhkan (ministration)
3. Memberikan bantuan sesuai kebutuhan (validation)
4. Mengkoordinasi tenaga yang ada untuk memberikan bantuan (coordination)
5. The frame work meliputi lingkungan sosial, organisasi dan profesi.

Kelima kelompok teori Wiedenbach dapat di gambarkan dalam bagian.


-,identifikasi
-,mempersiapkan
-,koordinasi
-,validasi

Falsafah maksud / tujuan


kebutuhan
akan bantuan
the recipient
Goal (perempuan)
the midwife the agent
The means memperoleh
bidan kebutuhan

Art practice
-,pengetahuan
-,judgement
-,keterampilan
-,spiritual + material

5 .Teori Ela Joy Lehrman Dan Morten

Teori ini mengharapkan bidan dapat melhat semua aspek dalam memberikan asuhan pada ibu
hamil dan bersalin, Lehrman dan Morten mengemukakan delapan konsep penting dalam
pelayanan antenatal:
a. Asuahan kebidanan yang berkesinambungan
b. Keluarga sebagai pusat kebidanan
c. Pendidikan dan konseling merupakan sebagian dari asuhan
d. Tidak ada intervensi dalam asuhan kebidanan
e. Keterlibatan dalam asuhan kebidanan
f. Advokasi dari pelayanan kebidanan
g. Waktu
Morten (1991) menambahkan tiga macam dari teori lehrman.
a. Teknik teurapetik
Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses perkembangan dan penyembuhan, misalnya:
· Mendengar aktif
· Mengkaji
· Klasifikasi
· Humor
· Sikap yang tidak menuduh
· Pengakuan
· Fasilitasi
· Pemberian izin

b. Pemberdayaan
Suatu proses memberi kekuasaan dan kekuatan, bidan melalui penampilan dan pendekatannya
akan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengkoreksi, memvalidasi, menilai dan member
dukungan.

c. Hubungan dengan sesama (rateral relationship)


Menjalin hubungan yang baik dengan pasien, bersikap terbuka, sejalan dengan pasien, sehingga
bidan dan pasien terlihat akrab. Misalnya sifat empati dan membagi pengalaman.

6. Teori Orem
Ada tiga yang terkait di dalamnya:
1. Self care teori
2. Self care dafisit teori
3. Nursing system teori

Self care teori adalah


· Konstribusi yang terus menerus dari seorang dewasa terhadap kelanjutan aksistensi kesehatan
dan kesejahteraan.
· Individu pribadi yang memperkasai dan melakukan sendiri aktifitas yang di perlukan untuk
mempertahankan kehidupan kesehatan dan kesejahteraan.

Self care agent adalah orang yang dapat memenuhi kebutuhan self dependent care agent ada
bayi, anak, orang tidak sadar atau sakit berat, termasuk perawat dan keluarga.

Menurut orem kebutuhan self care di bagi tiga keterangan


1. Universal self care (kebutuhan manusia tidur atas)
· Pemeliharaan kebutuhan udara
· Pemeliharaan kebutuhan makanan
· Penerapan dengan proses eliminasi
· Pemeliharaan keseimbangan aktifitas dan istirahat
· Keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial
· Pemeliharaan dari yang membahayakan
· Peningkatan fungsi dan pengembangan manusia dalam kelompok sosial.
2. Dimana kebutuhan timbul menurut tahap perkembangan (siklus kehadapan)
3. Health deviation self care
Kebutuhan ini muncul akibat kesehatan tergangu sehingga juga berakibat perubahan dalam sifat
self care
Self care deficit merupakn inti dari Orem General Theory Of nursing menggambarakan kapan
keperawatan di perlukan self care deficit merupakan kriteria untuk mengidentisfikasi perlu
tidaknya seorang akan asuhan keperawatan.

Tujuan untuk memenuhi kebutuhan self care dapat dicapai dengan :


1. Menurunkan kebutuhan self care
2. Meningkatkan kemampuan pasien
3. Memperbolehkan keluarga atau orang lain untuk memberikan dependent care
4. Bila semua yang di atas tidak bias di laksanakan maka perawat akan melaksanakannya.

Lima metode bantuan untuk memenuhi kebutuhan self care:


1. Berperan melakukan
2. Mengajak atau menyuluh
3. Membimbing
4. Mendukung
5. Menciptakn lingkungan yang dapat menunjang tunjangan untuk dapat melaksanakan bantuan
kepada orang sakit dan aspek yang perlu di perhatikan:
· Menjalin hubungan yang baik dengan pasien, keluaraga sampai pasien dapat melepaskan diri
atau melaksanakan sendiri
· Menentukan bantuan yang di butuhkan pasien dalam memenuhi kebutuhan
· Memberikan bantuan langsung bersama pasien atau keluarga, orang lain yang akan melakukan
asuhan sesuai kebutuhan pasien
· Merencanakan bantuan langsung bersama pasien, keluarga atau orang lain yang akan
melakukan asuhan.

http://viviul.blogspot.com/2010/12/kakul-konsep-kebidanan.html

Anda mungkin juga menyukai