Oleh:
NAMA : HARMIKA
NIM : 2008,108
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT telah melimpahkan
rahmat dan taufik-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan, untuk itu penulis masih
sangat mengharapkan saran-saran dan kritikan yang sifatnya membangun, guna
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya pada propesi
kebidanan.
Semoga Tuhan berkenan meridohi segala apa yang diupayakan hambanya dan
memberikan pahala yang tak terhingga, Amin.
Palopo, 2010
Penulis
Harmika
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam hal ini ” pemasaran sosial dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menjual
produk yang berupa komoditi tertentu seperti pelayanan, ide atau gagasan dgn
mengaitkan pada kebutuhan atau minat masyarkat.
Konsep pemasaran yang perlu dipahami dalam kaitannya degan pemasaran social
jasa asuhan kebidanana adalah factor-faktor yang mempengaruhi pemasaran yaitu:
- keinginan ( wants ) adalah hasrat akan suatu hal sesuai dengan kebutuhannya
2. Produk
3. Transaksi
4. Pertukaran
5. Pasar
Pasar terdiri dari semua pelanggan yang potensial memiliki kebutuhan yang sama
dan bersedia Dan mampu melaksankan pertukaran untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
Pemasaran social adalah penerapan teknik pemasaran niaga untuk mencapai suatu
tujuan social yang bermanfaat ( HIV / AIDS Prevention Project ( HAPP), 1999 ).
a. Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayana profesi
kebidanan, mengenai :
1. Hubungan bidan dengan pasien
2. Kenyamanan pelayanan
3. Kebebasan melakukan pilihan
4. Pengetahuan dan kompetensi teknis (scientific knowledge dan technical skill)
5. Efektifitas pelayanan
1. Hak Bidan
b. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat
jenjang pelayanan kesehatan
c. Bidan berhak menolak keinginan pasien/ kilen dalam keluarga yang bertentangan
dengan perundang-undangan, dan kode etik profesi
d. Bidan berhak akan privasi/ kedirian dan menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan baik oleh pasien, keluarga ataupun profesi lain
e. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan
2. Kewajiban Bidan
a. Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum
antara Bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana
ia bekarja
c. Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada Dokter yang mempunyai
kemapuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien
d. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah
sesuai dengan keyakinannya
e. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau
keluarga
g. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang kan
dilakukan serta resiko yang mungkin dapat timbul
h. Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed Consent) atas tindakan yang
akan dilakukan
k. Bidan wajib bekerjasama dengan profesi lain dan pihakyang terkait secara timbal
balik dalam memberikan asuhan kebidanan
a. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
belaku di rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan
g. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit
h. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat
kritis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar
i. Pasien berhak meminta konsultasi dari dokter lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan
dokter yang merawat
m. Pasien berhak menolak tindakan yang kan dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan dan perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperolah informasi yang jelas tentang penyakitnya
2. Kewajiban Pasien
a. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata
tertib rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan
Ikatan Bidan Indonesia (IBI), merupakan suatu wadah profesi kebidanan yang
harus dapat memainkan peranan dan tanggung jawabnya dalam mewujudkan
profesionalisme.
1. Menggatang persatuan dan persaudaraan antar sesama bidan serta kaum wanita
pada umumnya, dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.
2. Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan,
khususnya dalam pelayanan KIA serta kesejahteraan keluarga.
3. Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4. Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat.
Dengan landasan dan arah tersebut, dari tahun ke tahun IBI terus berkembang
dengan hasil-hasil perjuangannya yang semakin nyata dan telah dapat dirasakan
manfaatnya baik oleh masyarakat maupun pemerintah sendiri.
Adapun tokoh-tokoh yang tercatat sebagai pemrakarsa konferensi tersebut adalah:
Ibu Sefo Soemardjan, Ibu Fatimah, Ibu Sri Mulyani, Ibu Sa(ikun, Ibu Sukaesih, Ibu
Ipah don Ibu S. Marguna, yang selanjutnya memproklamirkan IBI sebagai satu-
satunya organisasi resmi bagi para bidan Indonesia. Dan hasil-hasil terpenting dari
konferensi pertama bidan seluruh Indonesia tahun 1951 tersebut adalah:
1. Sepakat membentuk organisasi Ikatan Bidan Indonesia, sebagai satu-satunya
organisasi yang merupakan wadah persatuan Et kesatuan bidan Indonesia.
2. Pengurus Besar IBI berkedudukan di Jakarta.
3. Di daerah-daerah dibentuk cabang dan ranting. Dengan demikian
organisasi/perkumpulan yang bersifat lokal yang ada sebelum konferensi ini
semuanya membaurkan diri dan selanjutnya bidan¬bidan yang berada di
daerah-daerah menjadi anggota cabang-cabang dan ranting dari IBI.
Tiga tahun setelah konferensi, tepatnya pada tanggal 15 Oktober 1954, IBI diakui
sah sebagai organisasi yang berbadan hukum dan tertera dalam Lembaga Negara
nomor: J.A.5/927 (Departemen Dalam Negeri), dan pada tahun 1956 IBI diterima
sebagai anggota ICM (International Confederation of Midwives). Hingga saat ini IBI
tetap mempertahankan keanggotaan ini, dengan cara senantiasa berpartisipasi
dalam kegiatan ICM yang dilaksanakan di berbagai negara baik pertemuan-
pertemuan, tokakarya, pertemuan regional maupun kongres tingkat dunia dengan
antara tain menyajikan pengalaman dan kegiatan IBI. IBI yang seluruh anggotanya
terdiri dari wanita telah tergabung dengan Kongres Wanita Indonesia (KOWANI)
pada tahun 1951 hingga saat ini IBI tetap aktif mendukung program-program
KOWANI bersama organisasi wanita lainnya dalam meningkatkan derajat kaum
wanita Indonesia. Selain itu sesuai dengan Undang-Undang RI No.8 tahun 1985,
tentang organisasi kemasyarakatan maka IBI dengan nomor 133 terdaftar sebagai
salah satu Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia. Begitu juga dalam Komisi
Nasional Kedudukan Wanita di Indonesia (KNKWI) atau National Commission on
the Status of Women (NCSW) IBI merupakan salah satu anggota pendukungnya.
Pada kongres IBI yang kedelapan yang berlangsung di Bandung pada tahun 1982,
terjadi perubahan nama Pengurus Besar IBI diganti menjadi Pengurus Pusat IBI,
karena IBI telah memiliki 249 cabang yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia.
Selain itu kongres juga mengukuhkan anggora pengurus Yayasan Buah Delima yang
didirikan pada tanggal 27 Juli 1982. Yayasan ini bertujuan meningkatkan
kesejahteraan anggota IBI, melalui pelaksanaan berbagai kegiatan.
Pada tahun 1985, untuk pertama kalinya IBI melangsungkan Kongres di luar pulau
Jawa, yaitu di Kota Medan (Sumatera Utara) dan dalam kongres ini juga didahului
dengan pertemuan ICM Regional Meeting Western Pacific yang dihadiri oleh anggota
ICM dari Jepang, Australia, New Zealand Philiphina, Malaysia, Brunei Darussalam
dan Indonesia. Bulan September 2000 dilaksanakan ICM Asia Pacific Regional
Meeting di Denpasar Bali. Pada tahun 1986 IBI secara organisatoris mendukung
pelaksanaan pelayanan Keluarga Berencana oleh Bidan Praktek Swasta metalui
BKKBN.
Gerak dan langkah Ikatan Bidan Indonesia di semua tingkatan dapat dikatakan
semakin maju dan berkembang dengan baik. Sampai dengan tahun 1998 IBI telah
memiliki 27 Pengurus Daerah, 318 Cabang IBI (di tingkat Kabupaten/Kodya) dan
1.243 Ranting IBI (di tingkat Kecamatan) dengan jumlah anggota sebanyak 66.547
orang. Jumlah anggota ini meningkat dengan pesat setelah dilaksanakannya
kebijakan pemerintah tentang Crash Program Pendidikan Bidan dalam kurun waktu
medio Pelita IV s/d medio Pelita VI 1989 s/d 1997.
Tujuan IBI :
1. Meningkatkan persatuan dan kesatuan.
2. Meningkatkan profesionalisme bidan.
3. Meningkatkan peran dalam pelayanan kesehatan.
4. Meningkatkan citra bidan.
IBI selaku organisasi profesi Bidan merasa memiliki tanggung jawab moral untuk
meningkatkan kualitas pelayanan BPS, oleh karena itu IBI dengan didukung USAID
menginisiasi Program Bidan Delima pada tahun 2003
Ikatan Bidan Indonesia telah menjadi anggota ICM sejak tahun 1956, dengan
demikian seluruh kebijakan dan pengembangan profesi kebidanan di Indonesia
merujuk dan mempertimbangkan kebijakan ICM.
C. BIDAN DELIMA
NAMA Bidan Delima, tentunya mulai tak asing lagi dengan masyarakat kita. Program
yang dicanangkan sebuah lembaga donor milik pemerintah Amerika Serikat yaitu
United State Agency For International Development (USAID) pada tahun 2003 ini
bertujuan menyelamatkan keselamatan ibu dan bayi.
Seperti diketahui, menjaga keselamatan ibu dan bayi merupakan unsur penting yang
dilakukan setiap petugas medis. Dan, dengan pencantuman nama Bidan Delima maka
akan makin bisa meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terutama dalam proses
persalinan.
Karena menyangkut kesehatan, tahapan sertifikasi Bidan Delima cukup ketat.
Seorang Bidan Praktek Swasta (BPS) yang telah memiliki Surat Praktek Izin Bidan
(SIPB) dari Departemen Kesehatan, akan melakukan pendaftaran di pengurus
cabang, mengikuti proses kualifikasi, belajar dari Buku Kajian Mandiri dan mendapat
bimbingan fasilitator, selanjutnya divalidasi oleh fasilitator.
Fasilitator merupakan orang terdepan dan pioneer dalam pengembangan program
Bidan Delima di lingkungannya masing-masing. Fasilitator dipilih dan ditunjuk oleh
pengurus cabang di tingkat kabupaten/kota. Ia diharuskan melewati serangkaian
pelatihan dan petunjuk teknis terlebih dahulu untuk melakukan pengamatan dari sisi
manajemen peralatan dan proses penanganan hingga perawatan medis pasca
persalinan.
Tidak hanya itu, fasilitator akan melakukan monitoring dan pengawasan terhadap
Bidan Delima seperti laporan bulanan yang akan dikirim ke pengurus pusat sehingga
dapat dianalisa kemajuan, perkembangan dan hambatan yang dihadapi di lapangan.
Kemudian, merancang instrumen penilaian kualitas, yang diisi oleh beberapa sampel
Bidan Delima setelah 6 bulan pelaksanaan program tersebut, serta melakukan
monitoring lapangan oleh pengurus cabang (PC), Pengurus Daerah (PD), Pengurus
Pusat (PP). Bahkan, fasilitator akan melakukan penyamaran untuk observasi
konsistensi kualitas pelayanan Bidan Delima.
Bidan Delima juga berpegang teguh pada standar prosedur pelayanan dan mengikut
sertakan klien dalam pengambilan keputusan. Selain itu, siap menolong kapan pun
dibutuhkan, sabar, hangat, dan penuh kasih sayang, menjunjung tinggi etika profesi,
jujur serta menumbuhkan kebanggaan sebagai bidan.
“Salah satu metode yang dipraktekkan adalah ketika bayi baru lahir langsung dipeluk
dan didekap ibu. Hal ini dilakukan selain menghangatkan tubuh bayi juga merupakan
pergantian jiwa sang Ibu dari sebelumnya mempertahankan kehamilan sekarang
akan berupaya mempertahankan sang bayi,” tutur Ambar Nurhayati seorang bidan
yang telah mendapatkan sertifikat Bidan Delima yang berpraktek di kawasan
Pancoran, Jakarta Selatan.
a. Bidan
Definisi Bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM)
yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui
oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO).
Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional /
Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli
tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidanadalah
seseorang yang telah mengikuti program pendidikan Bidan yang diakui di
negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk
didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan
praktik Bidan.
c. Kebidanan/Midwifery
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni
yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa
interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir
dan balita, fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan
pada perempuan, keluarga dan komunitasnya
e. Praktik Kebidanan
Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh Bidan
yang bersifat otonom, kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari
etika dan kode etikBidan.
g. Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh Bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam
memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam
bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta
keluarga berencana.
h. Paradigma Kebidanan
Bidandalam bekerja memberikan pelayanan keprofesiannya berpegang
pada paradigma, berupa pandangan terhadap manusia / perempuan, lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan / kebidanan dan keturunan.
a.Perempuan
Perempuan sebagimana halnya manusia adalah mahluk bio-psiko-sosio-
kultural yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang unik, dan
bermacam-macam sesuai dengan tingkat perkembangan. Perempuan sebagai
penerus generasi, sehingga keberadaan perempuan yang sehat jasmani, rohani, dan
sosial sangat diperlukan.
Perempuan sebagai sumber daya insani merupakan pendidik pertama dan
utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh
keberadaan/kondisi perempuan/Ibu dalam keluarga. Para perempuan di
masyarakat adalah penggerak dan pelopor peningkatan kesejahteraan keluarga.
b.Lingkungan
Lingkungan merupakan semua yang terlibat dalam interaksi individu pada
waktu melaksanakan aktifitasnya, baik lingkungan fisik, psikososial, biologis
maupun budaya. Lingkungan psikososial meliputi keluarga, kelompok, komunitas
dan masyarakat. Ibu selalu terlibat dalam interaksi keluarga, kelompok, komunitas,
dan masyarakat.
Masyarakat merupakan kelompok paling penting dan kompleks yang telah
dibentuk oleh manusia sebagai lingkungan sosial yang terdiri dari individu,
keluarga dan komunitas yang mempunyai tujuan dan sistem nilai.
d.Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan olehBidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat
dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga, sesuai dengan kewenangan
dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang
meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan pelayanan
kebidanan.
1.Layanan Primer ialah layanan Bidan yang sepenuhnya menjadi anggung jawab
Bidan.
2.Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh Bidan sebagai anggota
timyang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari
sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
3.Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh Bidan dalam rangka rujukan
ke system layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang
dilakukan oleh Bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong
persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh Bidan ke tempat/ fasilitas pelayanan
kesehatan lain secara horizontal maupun vertical atau meningkatkan keamanan
dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
Menurut bahasa Yunani “philosophy“berasal dari dua kata yaitu philos (cinta) atau
philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijkasanaan,
pengetahuan, pengalaman praktis, intelegensi). Filsafat secara keseluruhan dapat
diartikan “ cinta kebijaksanaan atau kebenaran.”
2. Tugas, tanggungjawab dan kewenangan profesi bidan yang telah diatur dalam
beberapa peraturan maupun keputusan menteri kesehatan ditujukan dalam
rangka membantu program pemerintah bidang kesehatan khususnya ikut dalam
rangka menurunkan AKI, AKP, KIA, Pelayanan ibu hamil, melahirkan, nifas yang
aman dan KB.
5. Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila tidak
dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal.
6. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita
usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat pelayanan yang
berkualitas.
8. Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan dan
pelayanan kesehatan.
Tujuan:
Sasaran
Bidan Praktek Swasta di Indonesia yang memiliki Surat Ijin Praktik Bidan (SIPB)
yang masih berlaku.
Prinsip Dasar :
1. Dari, oleh dan untuk Bidan.
2. Tumbuh bersama.
3. Meningkatkan professionalisme.
4. Meningkatkan kualitas Pelayanan.
5. Berkesinambungan & mandiri.
6. Cakupan nasional.
LOGO BIDAN DELIMA
Delima → Buah yang terkenal sebagai buah yang cantik, indah, berisi biji
dan cairan manis yang melambangkan kesuburan (reproduksi).
KALAU melihat logo IBI, didalamnya tergambar ada buah delima. Tentunya,
lambang buah delima ini memiliki arti spesial untuk menumbuhkan semangat
pengabdian dan pelayanan para bidan. Penjelasan arti logo itu, sebagaimana
dipaparkan dalam AD/ART organisasi IBI, sebagai berikut:
1. Bentuk Bundar, dilingkari garis merah putih, melambangkan arti persatuan abadi.
2. Buah Delima, merupakan buah yang berisi biji dan air, melambangkan kesuburan.
3. Dua Helai Daun, melambangkan kemampuan dari pasangan laki-laki dan perempuan
untuk melanjutkan tumbuhnya bibit.
4. Ular dan Cawan, menunjukkan simbol Dewa Aesculapius dan Dewi Hygea, dimana
pelayanan kebidanan harus memelihara dan mempertahankan biji (bibit) agar
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Tulisan ini diapresiasikan buat seluruh bidan, sebagai mitra kerja pelayanan
kesehatan, yang tengah merayakan Hari Bidan Indonesia, setiap tanggal 24 Juni.
semoga setiap bidan bisa menghayati tugas pokoknya untuk menjadi seorang idola
bidan delima. Menuju pelayanan kebidanan yang berkualitas.
DASAR HUKUM
1. Kebanggaan profesional
2. Kualitas pelayanan meningkat
3. Pengakuan organisasi profesi
4. Pengakuan masyarakat
5. Cakupan klien meningkat
6. Pemasaran dan promosi
7. Penghargaan bidan delima
8. Kemudahan lainnya
KERANGKA KERJA
Suatu program akan dapat terlaksana dengan baik melalui pengelolaan yang
cermat dan konsisten; dengan orientasi utamanya pada potensi, ketersediaan
sumber daya dan kemampuan internal oranisasi pelaksananya.
STRATEGI
1. Untuk menjadi Bidan Delima, seorang Bidan Praktek Swasta harus memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu : memiliki SIPB, bersedia membayar
iuran, bersedia membantu BPS menjadi Bidan Delima dan besedia mentaati
semua ketentuan yang berlaku.
2. Melakukan pendaftaran di Pengurus Cabang.
3. Mengisi formulir pra kualifikasi.
4. Belajar dari Buku Kajian Mandiri dan mendapat bimbingan fasilitator.
5. Divalidasi oleh fasilitator dan diberi umpan balik.
Prosedur validasi standar dilakukan terhadap semua jenis pelayanan yang diberikan
oleh Bidan Praktek Swasta yang bersangkutan.
Bagi yang lulus, yaitu yang telah memenuhi seluruh persyaratan minimal dan
presedur standar, diberikan sertifikat yang berlaku selama 5 tahun dan tanda
pengenal signage, pin, apron (celemek) dan buku-buku. Bagi yang belum lulus,
fasilitator terus mementor sampai ia berhasil lulus jadi Bidan Delima.
1. Laporan bulanan
Secara rutin Bidan Delima diminta untuk mengirimkan laporan kepada PC IBI
untuk diteruskan ke PP dan ditembuskan ke PD sehingga dapat dianalisa
kemajuan, perkembangan dan hambatan yang dihadapi di lapangan.
Instrumen (tools) yang dibagikan dan diisi oleh beberapa sampel Bidan Delima
setelah 6 bulan pelaksanaan program. Kajian ini dibagikan melalui PC IBI
setempat dan dikirimkan kepada PD dan PP untuk proses analisa selanjutnya.
3. Monitoring lapangan oleh PC, PD, PP dan Fasilitator akan dilakukan secara
incognito untuk observasi konsistensi kualitas pelayanan Bidan Delima.
Semua hasil temuan akan dianalisa oleh Unit Pelaksana Bidan Delima Pusat
untuk dilaporkan kepada semua Cabang dan Propinsi dan dipergunakan sebagai
pertimbangan dalam proses perencanaan selanjutnya.
Ruang Lingkup
Anggota Bidan Delima telah tersebar di di 15 propinsi dan 196 kabupaten/ kota.
Berikut propinsi wilayah kerja Bidan Delima:
Sejarah Ikatan Bidan Indonesia | kumpulan askep askeb | download KTI Skripsi | asuhan
keperawatan kebidanan http://terselubung.cz.cc/ Selasa, 21 Desember 2010, 05:51
WIB
Hftp://askep-askeb-kita.blogspot.com/2010/02/sejarah-ikatan-bidan indonesia.html