Anda di halaman 1dari 34

PEMASARAN SOSIAL DALAM KONSEP KEBIDANAN,ICM,

IBI,DAN BIDAN DELIMA

Oleh:

NAMA : HARMIKA

NIM : 2008,108

YAYASAN MEDIA SAWERIGADING UTAMA PALOPO

AKADEMI KEBIDANAN KAMANRE

TAHUN 2010
KATA PENGANTAR

AssaLamu Alaikum Wr.Wb

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT telah melimpahkan
rahmat dan taufik-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini

Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan, untuk itu penulis masih
sangat mengharapkan saran-saran dan kritikan yang sifatnya membangun, guna
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya pada propesi
kebidanan.

Semoga Tuhan berkenan meridohi segala apa yang diupayakan hambanya dan
memberikan pahala yang tak terhingga, Amin.

Palopo, 2010

Penulis

Harmika
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian konsep dan pemasaran

Pemasaran di identik dengan Proses perdagangan barang yang diorentasikan


sebagai preoses jual beli dan tawar menawar. Sehingga pemasaran kadang menjadi
hal yang terlupakan ketika kita membahas tentang penyediaan jasa.

Ada beberapa definisi mengenai pemasaran diantaranya adalah :

a. Menurur Philip Kotler (Marketing)


pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
b. Menurut Philip Kotler dan Amstrong
pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang
membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan
orang lain.
c. Menurut W.Y. Stanton
pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli
maupun pembeli potensial.
d. Menurut Sumarni dan Soeprihanto ( 1995 ).

Pemasaran adlh sujatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang


ditujukan untukmerencanakan, menentukan harga,mempromosikan dan
mendisribusikan barang dan jasa yang memuaskan.

e. Menurut Trioso Purnawarman ( 2001 )

pemasaran adalah : suatu proses social dan manaserial dimanan individu


dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginann mereka dengan
menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama laiin.
Konsep-konsep inti pemasaran meluputi: kebutuhan, keinginan, permintaan,
produksi, utilitas, nilai dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan pasar,
pemasaran dan pasar. Kita dapat membedakan antara kebutuhan, keinginan dan
permintaan:

- Kebutuhan adalah suatu keadaan dirasakannya ketiadaan kepuasan dasar


tertentu.
- Keinginan adalah kehendak yang kuat akan pemuas yang spesifik terhadap
kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendalam.
- Sedangkan Permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik yang
didukung dengan kemampuan dan kesediaan untuk membelinya.

“ Definisi ini diberadakan pada konsep yaitu :

Kebutuhan keinginan dan permintaan : produk, nilai, biaya,

keputusan : perukaran , trnsaksi dan hubungan: pasar, pemasaran dan pemasaran /


penyedia.

Adapun tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggaran


sedemikianrupa sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan
sendirinya.

Proses pemasaran dapat dijelaskan lebih rinci dalam langkah-langkah sbb:

 Langkah 1 adalah analisis yaitu dengan membuat inventarisasi kelompok


sasaran dan mencari institusi2 / stakeholder yang dapat membantu dan bekerja
sama.
 Langkah 2 yaitu melakukan riset untuk mengetahui tanggapan masyarakat
terutama kelompok sasaran terhadap produk atau jasa pelayanan yang akan
diberikan.
 Langkah 3 adalah menyusun srategi pemasaran. Strategi yang digunakan disini
merupakan serangkaian tindakan terpadu menuju keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan. Faktor-faktornya adalah :
1. Faktor Mikro : yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan
masyarakat.
2. Faktor Makro : yaitu demografi / ekonomi politik / hukum, teknologi /
fisik dan sosial / budaya.

Strategi dan kiat pemasaran darisudut pandang penjual dapat disingkat


dalam ( 4P ) yaitu :

1. tempat yang strategis ( Place )


2. produk yang bermutu ( Product )
3. Harga yang komeptitif ( Price )
4. promosi yang gencar ( Promotion )

 langkah ke 4 adalah monitoring dan evaluasi.monitoring adalah proses untuk


menentukasn kekurangan atau kesalahan pada strategi yang telah ditetapkan.
 Langkah ke 5 adalah pelaksanaan proses pemasaran kegiatan ini mengunakan
media yang telah dipersiapkan untuk menunjang program melalui pesan-pesan
sehingga akan diingat oleh masyarakat luas ataupun khussusnya bagi
konsumen.

Dalam hal ini ” pemasaran sosial dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menjual
produk yang berupa komoditi tertentu seperti pelayanan, ide atau gagasan dgn
mengaitkan pada kebutuhan atau minat masyarkat.

Tujuan pemasaran sosial sbb :

1. memberikan pelayanan yang bermutu yang dibutuhkan masyarakat.


2. memberikan pelayanann degan standar praktik, keterampilan yang mantap (
dalam memberikan pelayanan kepada klien )

Tujuan akhir dari konsep:

Kiat dan strategi pemasaran adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya ( total


satisfaction ) . keputusan pelanggan sepenuhnya bukan berarti meberikan kapad
apa yang menurut kita keinginan dari mereka, tetap apa yang sesungguhnya
mereka inginkan serta kapan dan bagaimanan mereka inginkan. Atau secara singkat
adalah memenuhi kebtuhan pelanggan.

Konsep pemasaran yang perlu dipahami dalam kaitannya degan pemasaran social
jasa asuhan kebidanana adalah factor-faktor yang mempengaruhi pemasaran yaitu:

kebutuhan, keinginan dan permintaan.

- keinginan ( wants ) adalah hasrat akan suatu hal sesuai dengan kebutuhannya

- permintaan ( demands ) adalah keinginan akan sesuatu yang didukung dengan


kemampuan serta kesediaan membelinya.

2. Produk

Produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu


kebutuhan / keinginan masyarakat.

3. Transaksi

Transaksi merupakan proses seseorng mendapatkan produk baik dengan


memproduksi sendiri,pemaksaan, meminta maupun pertukaran.

4. Pertukaran

Pertukaran merupakan tindakan memperoleh barang yang dibutuhkan atau


dikehendaki seseorang dengan menawarkan suatu imbalan.

5. Pasar

Pasar terdiri dari semua pelanggan yang potensial memiliki kebutuhan yang sama
dan bersedia Dan mampu melaksankan pertukaran untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.

Pemasaran social adalah penerapan teknik pemasaran niaga untuk mencapai suatu
tujuan social yang bermanfaat ( HIV / AIDS Prevention Project ( HAPP), 1999 ).

Kemapuan berwirausaha, wirausaha social bersifat praktis dan pragmatis.


- dampak social, seorang wirausahawan haruslah beride baru, praktis dan cukup
berguna, sehingga akan digunakan oleh orang lain begitu ide tersebut
diaplikasikan.

- Karaktereritis, adalah seseorang yang dapat menjalankan fungsi-fungsi layanan


public. Atau oarng yang dapat dipercaya dan menjaga kehormatannya.

Sesuai dengan kewenangan dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi


Bidan, kode etik merupakan pedoman dan tata cara dalam pelaksanaan pelayanan
profesional. Bidan berupaya memberikan pemeliharaan kesehatan yang
komprehensif terhadap remaja putri, wanita pra nikah, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu
menyusui, balita dan bayi pada khususnya, sehingga mereka tumbuh berkembang
menjadi manusia yang sehat. Dalam memberikan pelayanan kebidanan mempunyai
hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan kepada pasien, begitupun pasien
mempunyai hak dan kewajiban. Pelayanan kebidanan terintegrasi dengan pelayanan
kesehatan. Selama ini pelayanan kebidanan tergantung pada sikap sosial masyarakat
dan keadaan lingkungan dimana bidan bekerja. Kemajuan sosial ekonomi merupakan
parameter yang amat penting dalam pelayanan kebidanan. Parameter kemajuan
sosial ekonomi dalam pelayanan kebidanan antara lain : perbaikan status gizi ibu dan
bayi, cakupan pertolongan persalinan oleh bidan, menurunnya angka kematian ibu
melahirkan, menurunnya angka kematian neonatal, cakupan penanganan resiko
tinggi, meningkatkan cakupan pemeriksaan antenatal.

1. Kode Etik Kebidanan


Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal
dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif
suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan
pengabdian profesi.
Kode etik suatu profesi adlah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas
profesinya dan di dalam hidupnya di masyarakat.
Norma-norma tersebut berupa petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang
bagaimana mereka menjalankan profesinya dan larangan-larangan yaitu
ketentuan-ketentuan apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas
profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam
pergaulan sehari-haridalam masyarakat.
Kode etik Bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disyahkan
dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ikatan Bidan Indonesia (IBI) tahun 1991.
Sebagai pedoman dalam berperilaku.
Secara umum kode etik berisi 7 Bab, dan dapat dibedakan atas tujuh bagian,
yaitu :
1. Kewajiban Bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)
2. Kewajiban Bidan terhadap tugasnya (3 butir)
3. Kewajiban Bidan terhadap sejawab dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir)
4. Kewajiban Bidan terhadap profesinya (3 butir)
5. Kewajiban Bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
6. Kewajiban Bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir)
7. Penutup (1 butir)

2. Tujuan Kode Etik

a. Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi


Hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau masyarakat mencegah orang
luar memandang rendah atau remeh suatu profesi.

b. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota


Yang dimaksud kesejahteraan adalah kesejahteraan materiil dan spiritual atau
mental.

c. Meningkatkan pengabdian para anggota profesi


Kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota
dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian
profesinya.

d. Meningkatkan mutu profesi


Kode etik memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain
itu mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
profesi.

3. Prinsip Kode Etik


a. Menghargai otonomi
b. Melakukan tindakan yang benar
d. Memberlakukan manusia secara adil
e. Menjelaskan dengan benar
f. Menepati janji yang telah disepakati
g. Menjaga kerahasiaan.
4. Dimensi Kode Etik
a. Anggota profesi dan klien/ pasien
b. Anggota profesi dan sistem kesehatan
c. Anggota profesi dan profesi kesehatan lain
d. Sesama anggota profesi

- Metode pemberian pelayanan Kebidanan


Pelayanan kebidanandiberikan secatra holistik, yaitu : memperhatikan aspek bio,
psiko, sosio dan kultural sesuai dengan kebututuhan pasien. Pelayanan tersebut
diberikan dengan tujuan kehidupan dan kelangsungan pelayanan. Pasien
memerlukan pelayanan dari provider yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Semangat untuk melayani
b. Simpati
c. Empati
d. Tulus ikhlas
e. Memberikan kepuasan
Selain itu, bidan sebagai pemberi pelayanan harus memperhatikan hal-hal seperti
di bawah ini :
a. Aman
b. Nyaman
c. Privacy
d. Alami
e. Tepat.
-Menjaga Mutu Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidana yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kebidanan yang sesuai dengan tingkat
kepuasaan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaranya sesuai dengan kode
etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Dimensi kepuasaan pasien dapat dibedakan atas dua macam :

a. Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayana profesi
kebidanan, mengenai :
1. Hubungan bidan dengan pasien
2. Kenyamanan pelayanan
3. Kebebasan melakukan pilihan
4. Pengetahuan dan kompetensi teknis (scientific knowledge dan technical skill)
5. Efektifitas pelayanan

b. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan


kebidanan. Suatu pelayanan dikatakan bermutu bila penerapan semua persyaratan
palayanan kebidanan dapat memuaskan pasien.
Ukuran pelayanan kebidanan yang bermutu adalah :
a. Ketersediaan pelayanan kebidanan (available)
b. Kewajaran pelayanan kebidanan (appropriate)
c. Kesinambungan pelayanan kebidanan (continue)
d. Penerimaan jasa pelayanan kebidanan (acceptable)
e. Ketercapaian pelayanan kebidanan (accesible)
f. Keterjangkauan pelayanan kebidanan (affordable)
g. Efesiensi pelayanan kebidanan (effecent)
h. Mutu pelayanan kebidanan (quality)
Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar
pelayanan kebidanan, serta kepuasaan yang mengacu pada penerapan semua
persyaratan pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan kebidanan
tersebut, tujuan akhirnya adalah kepuasaan pasien yang dilayani oleh Bidan.
4.Hak dan kewajiban Bidan

1. Hak Bidan

a. Bidan berhak mendapat perlidungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai


dengan profesinya.

b. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat
jenjang pelayanan kesehatan

c. Bidan berhak menolak keinginan pasien/ kilen dalam keluarga yang bertentangan
dengan perundang-undangan, dan kode etik profesi

d. Bidan berhak akan privasi/ kedirian dan menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan baik oleh pasien, keluarga ataupun profesi lain

e. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan

f. Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan


jabatan yang sesuai

g. Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai

2. Kewajiban Bidan

a. Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum
antara Bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana
ia bekarja

b. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuaidengan standar


profesi dengan menghormati hak-hak pasien

c. Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada Dokter yang mempunyai
kemapuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien
d. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah
sesuai dengan keyakinannya

e. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau
keluarga

f. Bidan wajib merahasiakan sesuatu yang diketahui tentang seorang pasien

g. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang kan
dilakukan serta resiko yang mungkin dapat timbul

h. Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed Consent) atas tindakan yang
akan dilakukan

i. Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah diberikan

j. Bidan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya


melalui pendidikan formal dan informal

k. Bidan wajib bekerjasama dengan profesi lain dan pihakyang terkait secara timbal
balik dalam memberikan asuhan kebidanan

5. Hak dan Kewajiban Pasien


1. Hak Pasien
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang harus dimiliki manusia sebagai pasien/
klien.

a. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
belaku di rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan

b. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur

c. Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi Bidan


tanpa diskriminasi
d. Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan
keinginannya

e. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nifas,


dan bayi yang akan dilahirkan

f. Pasien berhak mendapat pendampingan suami dan keluarga selama proses


persalinan berlangsung

g. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit

h. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat
kritis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar

i. Pasien berhak meminta konsultasi dari dokter lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan
dokter yang merawat

j. Pasien berhak meminta privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita


termasuk data-data medisnya

k. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :


1) Penyakit yang diderita
2) Tindakan kebidanan yang akan dilakukan
3) Alternatif terapi lain
4) Prognosanya
5) Perkiraan biaya pengobatan
Pasien berhak meyetujui/ memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan
oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya

m. Pasien berhak menolak tindakan yang kan dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan dan perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperolah informasi yang jelas tentang penyakitnya

n. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis


o. Pasien berhak menjlankan ibadah sesuai dengan agama/ kepercayaan yang
dianutnya selama hal ini tidak menggangu pasien lainnya

p. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama perawatan di


rumah sakit

q. Pasien berhak menerima dan menolak bimbingan moril maupun spiritual

r. Pasien berhak mendapat perlindungan hukum atas terjadinyas kasus mal


praktek

2. Kewajiban Pasien

a. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata
tertib rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan

b. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat


yang merawatnya

c. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan


atau jasa pelayanan rumah sakit atau institusi palayanan kesehatan, dokter,
bidan, dan perawat

d. Pasien dan atau penanggulangannya berkewajiban memenuhi hal-hal yang


selalu disepakati/ perjanjian yang telah dibuatnya.
B. IBI(Ikatan bidan Indonesia),ICM ( International Confederation of Midwifes )

Ikatan Bidan Indonesia (IBI), merupakan suatu wadah profesi kebidanan yang
harus dapat memainkan peranan dan tanggung jawabnya dalam mewujudkan
profesionalisme.

Sejarah Ikatan Bidan Indonesia

Dalam sejarah Bidan Indonesia menyebutkan bahwa tanggal 24 Juni 1951


dipandang sebagai hari jadi IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI tersebut didasarkan
atas hasil konferensi bidan pertama yang diselenggarakan di Jakarta 24 Juni 1951,
yang merupakan prakarsa bidan-bidan senior yang berdomisili di Jakarta. Konferensi
bidan pertama tersebut telah berhasil meletakkan landasan yang kuat serta arah
yang benar bagi perjuangan bidan selanjutnya, yaitu mendirikan sebuah orBanisasi
profesi bernama Ikatan Bidan Indonesia (IBI), berbentuk kesatuan, bersifat Nasional,
berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pada konferensi IBI tersebut
juga dirumuskan tujuan IBI, yaitu:

1. Menggatang persatuan dan persaudaraan antar sesama bidan serta kaum wanita
pada umumnya, dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.
2. Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan,
khususnya dalam pelayanan KIA serta kesejahteraan keluarga.
3. Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4. Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat.

Dengan landasan dan arah tersebut, dari tahun ke tahun IBI terus berkembang
dengan hasil-hasil perjuangannya yang semakin nyata dan telah dapat dirasakan
manfaatnya baik oleh masyarakat maupun pemerintah sendiri.
Adapun tokoh-tokoh yang tercatat sebagai pemrakarsa konferensi tersebut adalah:
Ibu Sefo Soemardjan, Ibu Fatimah, Ibu Sri Mulyani, Ibu Sa(ikun, Ibu Sukaesih, Ibu
Ipah don Ibu S. Marguna, yang selanjutnya memproklamirkan IBI sebagai satu-
satunya organisasi resmi bagi para bidan Indonesia. Dan hasil-hasil terpenting dari
konferensi pertama bidan seluruh Indonesia tahun 1951 tersebut adalah:
1. Sepakat membentuk organisasi Ikatan Bidan Indonesia, sebagai satu-satunya
organisasi yang merupakan wadah persatuan Et kesatuan bidan Indonesia.
2. Pengurus Besar IBI berkedudukan di Jakarta.
3. Di daerah-daerah dibentuk cabang dan ranting. Dengan demikian
organisasi/perkumpulan yang bersifat lokal yang ada sebelum konferensi ini
semuanya membaurkan diri dan selanjutnya bidan¬bidan yang berada di
daerah-daerah menjadi anggota cabang-cabang dan ranting dari IBI.

Musyawarah menetapkan Pengurus Besar IBI dengan susunan sebagai berikut:

Ketua I : Ibu Fatimah muin

Ketua II : Ibu Sokarno


Penutis I : Ibu Selo Soemardjan
Penulis II : Ibu Rupingatun
Bendahara : Ibu Salikun

Tiga tahun setelah konferensi, tepatnya pada tanggal 15 Oktober 1954, IBI diakui
sah sebagai organisasi yang berbadan hukum dan tertera dalam Lembaga Negara
nomor: J.A.5/927 (Departemen Dalam Negeri), dan pada tahun 1956 IBI diterima
sebagai anggota ICM (International Confederation of Midwives). Hingga saat ini IBI
tetap mempertahankan keanggotaan ini, dengan cara senantiasa berpartisipasi
dalam kegiatan ICM yang dilaksanakan di berbagai negara baik pertemuan-
pertemuan, tokakarya, pertemuan regional maupun kongres tingkat dunia dengan
antara tain menyajikan pengalaman dan kegiatan IBI. IBI yang seluruh anggotanya
terdiri dari wanita telah tergabung dengan Kongres Wanita Indonesia (KOWANI)
pada tahun 1951 hingga saat ini IBI tetap aktif mendukung program-program
KOWANI bersama organisasi wanita lainnya dalam meningkatkan derajat kaum
wanita Indonesia. Selain itu sesuai dengan Undang-Undang RI No.8 tahun 1985,
tentang organisasi kemasyarakatan maka IBI dengan nomor 133 terdaftar sebagai
salah satu Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia. Begitu juga dalam Komisi
Nasional Kedudukan Wanita di Indonesia (KNKWI) atau National Commission on
the Status of Women (NCSW) IBI merupakan salah satu anggota pendukungnya.

Pada kongres IBI yang kedelapan yang berlangsung di Bandung pada tahun 1982,
terjadi perubahan nama Pengurus Besar IBI diganti menjadi Pengurus Pusat IBI,
karena IBI telah memiliki 249 cabang yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia.
Selain itu kongres juga mengukuhkan anggora pengurus Yayasan Buah Delima yang
didirikan pada tanggal 27 Juli 1982. Yayasan ini bertujuan meningkatkan
kesejahteraan anggota IBI, melalui pelaksanaan berbagai kegiatan.

Pada tahun 1985, untuk pertama kalinya IBI melangsungkan Kongres di luar pulau
Jawa, yaitu di Kota Medan (Sumatera Utara) dan dalam kongres ini juga didahului
dengan pertemuan ICM Regional Meeting Western Pacific yang dihadiri oleh anggota
ICM dari Jepang, Australia, New Zealand Philiphina, Malaysia, Brunei Darussalam
dan Indonesia. Bulan September 2000 dilaksanakan ICM Asia Pacific Regional
Meeting di Denpasar Bali. Pada tahun 1986 IBI secara organisatoris mendukung
pelaksanaan pelayanan Keluarga Berencana oleh Bidan Praktek Swasta metalui
BKKBN.
Gerak dan langkah Ikatan Bidan Indonesia di semua tingkatan dapat dikatakan
semakin maju dan berkembang dengan baik. Sampai dengan tahun 1998 IBI telah
memiliki 27 Pengurus Daerah, 318 Cabang IBI (di tingkat Kabupaten/Kodya) dan
1.243 Ranting IBI (di tingkat Kecamatan) dengan jumlah anggota sebanyak 66.547
orang. Jumlah anggota ini meningkat dengan pesat setelah dilaksanakannya
kebijakan pemerintah tentang Crash Program Pendidikan Bidan dalam kurun waktu
medio Pelita IV s/d medio Pelita VI 1989 s/d 1997.

Tujuan IBI :
1. Meningkatkan persatuan dan kesatuan.
2. Meningkatkan profesionalisme bidan.
3. Meningkatkan peran dalam pelayanan kesehatan.
4. Meningkatkan citra bidan.

IBI selaku organisasi profesi Bidan merasa memiliki tanggung jawab moral untuk
meningkatkan kualitas pelayanan BPS, oleh karena itu IBI dengan didukung USAID
menginisiasi Program Bidan Delima pada tahun 2003

Ikatan Bidan Indonesia telah menjadi anggota ICM sejak tahun 1956, dengan
demikian seluruh kebijakan dan pengembangan profesi kebidanan di Indonesia
merujuk dan mempertimbangkan kebijakan ICM.

IBI terdaftar sebagai anggota Ikatan Bidan Sedunia /International Confederation of


Midwives (ICM) tahun 1956.
Program Bidan Delima merupakan salah satu program Ikatan Bidan Indonesia (IBI).
IBI berdiri tanggal 24 Juni 1951 dan merupakan anggota KOWANI yang merupakan
induk dari seluruh organisasi wanita di Indonesia sejak tahun 1951.

C. BIDAN DELIMA
NAMA Bidan Delima, tentunya mulai tak asing lagi dengan masyarakat kita. Program
yang dicanangkan sebuah lembaga donor milik pemerintah Amerika Serikat yaitu
United State Agency For International Development (USAID) pada tahun 2003 ini
bertujuan menyelamatkan keselamatan ibu dan bayi.
Seperti diketahui, menjaga keselamatan ibu dan bayi merupakan unsur penting yang
dilakukan setiap petugas medis. Dan, dengan pencantuman nama Bidan Delima maka
akan makin bisa meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terutama dalam proses
persalinan.
Karena menyangkut kesehatan, tahapan sertifikasi Bidan Delima cukup ketat.
Seorang Bidan Praktek Swasta (BPS) yang telah memiliki Surat Praktek Izin Bidan
(SIPB) dari Departemen Kesehatan, akan melakukan pendaftaran di pengurus
cabang, mengikuti proses kualifikasi, belajar dari Buku Kajian Mandiri dan mendapat
bimbingan fasilitator, selanjutnya divalidasi oleh fasilitator.
Fasilitator merupakan orang terdepan dan pioneer dalam pengembangan program
Bidan Delima di lingkungannya masing-masing. Fasilitator dipilih dan ditunjuk oleh
pengurus cabang di tingkat kabupaten/kota. Ia diharuskan melewati serangkaian
pelatihan dan petunjuk teknis terlebih dahulu untuk melakukan pengamatan dari sisi
manajemen peralatan dan proses penanganan hingga perawatan medis pasca
persalinan.
Tidak hanya itu, fasilitator akan melakukan monitoring dan pengawasan terhadap
Bidan Delima seperti laporan bulanan yang akan dikirim ke pengurus pusat sehingga
dapat dianalisa kemajuan, perkembangan dan hambatan yang dihadapi di lapangan.
Kemudian, merancang instrumen penilaian kualitas, yang diisi oleh beberapa sampel
Bidan Delima setelah 6 bulan pelaksanaan program tersebut, serta melakukan
monitoring lapangan oleh pengurus cabang (PC), Pengurus Daerah (PD), Pengurus
Pusat (PP). Bahkan, fasilitator akan melakukan penyamaran untuk observasi
konsistensi kualitas pelayanan Bidan Delima.
Bidan Delima juga berpegang teguh pada standar prosedur pelayanan dan mengikut
sertakan klien dalam pengambilan keputusan. Selain itu, siap menolong kapan pun
dibutuhkan, sabar, hangat, dan penuh kasih sayang, menjunjung tinggi etika profesi,
jujur serta menumbuhkan kebanggaan sebagai bidan.
“Salah satu metode yang dipraktekkan adalah ketika bayi baru lahir langsung dipeluk
dan didekap ibu. Hal ini dilakukan selain menghangatkan tubuh bayi juga merupakan
pergantian jiwa sang Ibu dari sebelumnya mempertahankan kehamilan sekarang
akan berupaya mempertahankan sang bayi,” tutur Ambar Nurhayati seorang bidan
yang telah mendapatkan sertifikat Bidan Delima yang berpraktek di kawasan
Pancoran, Jakarta Selatan.
a. Bidan
Definisi Bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM)
yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui
oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO).
Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional /
Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli
tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidanadalah
seseorang yang telah mengikuti program pendidikan Bidan yang diakui di
negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk
didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan
praktik Bidan.

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan


akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,
asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan
normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau
bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.

Bidanmempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,


tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.
Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang
tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau
kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Bidandapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat,
Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.

b. Pengertian Bidan Indonesia


Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat
Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa BidanIndonesia
adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidanyang diakui
pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta
memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara
sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,
asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan
normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau
bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.
Bidanmempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan
kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan
masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan
menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan
seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat,
Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.

c. Kebidanan/Midwifery
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni
yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa
interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir
dan balita, fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan
pada perempuan, keluarga dan komunitasnya

d.Pelayanan Kebidanan (Midwifery Service)


Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh Bidanyang telah terdaftar (teregister) yang dapat
dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.

e. Praktik Kebidanan
Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh Bidan
yang bersifat otonom, kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari
etika dan kode etikBidan.

f. Manajemen Asuhan Kebidanan


Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang
digunakan oleh Bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis mulai dari pengumpulan data, analisa data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

g. Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh Bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam
memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam
bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta
keluarga berencana.
h. Paradigma Kebidanan
Bidandalam bekerja memberikan pelayanan keprofesiannya berpegang
pada paradigma, berupa pandangan terhadap manusia / perempuan, lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan / kebidanan dan keturunan.

a.Perempuan
Perempuan sebagimana halnya manusia adalah mahluk bio-psiko-sosio-
kultural yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang unik, dan
bermacam-macam sesuai dengan tingkat perkembangan. Perempuan sebagai
penerus generasi, sehingga keberadaan perempuan yang sehat jasmani, rohani, dan
sosial sangat diperlukan.
Perempuan sebagai sumber daya insani merupakan pendidik pertama dan
utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh
keberadaan/kondisi perempuan/Ibu dalam keluarga. Para perempuan di
masyarakat adalah penggerak dan pelopor peningkatan kesejahteraan keluarga.

b.Lingkungan
Lingkungan merupakan semua yang terlibat dalam interaksi individu pada
waktu melaksanakan aktifitasnya, baik lingkungan fisik, psikososial, biologis
maupun budaya. Lingkungan psikososial meliputi keluarga, kelompok, komunitas
dan masyarakat. Ibu selalu terlibat dalam interaksi keluarga, kelompok, komunitas,
dan masyarakat.
Masyarakat merupakan kelompok paling penting dan kompleks yang telah
dibentuk oleh manusia sebagai lingkungan sosial yang terdiri dari individu,
keluarga dan komunitas yang mempunyai tujuan dan sistem nilai.

Perempuan merupakan bagian dari anggota keluarga dari unit komunitas.


Keluarga yang dalam fungsinya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di
mana dia berada. Keluarga dapat menunjang kebutuhan sehari-hari dan
memberikan dukungan emosional kepada ibu sepanjang siklus kehidupannya.
Keadaan sosial ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan lokasi tempat tinggal
keluarga sangat menentukan derajat kesehatan reproduksi perempuan.
c.Perilaku
Perilaku merupakan hasil seluruh pengalaman serta interaksi manusia
dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan.

d.Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan olehBidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat
dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga, sesuai dengan kewenangan
dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang
meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan pelayanan
kebidanan.

Pelayanan kebidanan terdiri dari:

1.Layanan Primer ialah layanan Bidan yang sepenuhnya menjadi anggung jawab
Bidan.

2.Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh Bidan sebagai anggota
timyang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari
sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.

3.Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh Bidan dalam rangka rujukan
ke system layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang
dilakukan oleh Bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong
persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh Bidan ke tempat/ fasilitas pelayanan
kesehatan lain secara horizontal maupun vertical atau meningkatkan keamanan
dan kesejahteraan ibu serta bayinya.

Falsafah Asuhan Kebidanan


Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa arab yaitu
“ falsafa ” (timbangan) yang dapat diartikan pengetahuan dan penyelidikan
dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya.
(Harun Nasution, 1979)

Menurut bahasa Yunani “philosophy“berasal dari dua kata yaitu philos (cinta) atau
philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijkasanaan,
pengetahuan, pengalaman praktis, intelegensi). Filsafat secara keseluruhan dapat
diartikan “ cinta kebijaksanaan atau kebenaran.”

Falsafah kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan


dalam memberikan pelayanan kebidanan. Falsafah kebidanan tersebut
adalah :

1. Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam Undang – Undang maupun


peraturan pemerintah Indonesia yang merupakan salah satu tenaga pelayanan
kesehatan professional dan secara internasional diakui oleh International
Confederation of Midwives (ICM), FIGO dan WHO.

2. Tugas, tanggungjawab dan kewenangan profesi bidan yang telah diatur dalam
beberapa peraturan maupun keputusan menteri kesehatan ditujukan dalam
rangka membantu program pemerintah bidang kesehatan khususnya ikut dalam
rangka menurunkan AKI, AKP, KIA, Pelayanan ibu hamil, melahirkan, nifas yang
aman dan KB.

3. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan


kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan
perbedaan budaya. Setiap individu berhak untuk menentukan nasib sendiri,
mendapat informasi yang cukup dan untuk berperan di segala aspek
pemeliharaan kesehatannya.

4. Bidan meyakini bahwa menstruasi, kehamilan, persalinan dan menopause adalah


proses fisiologi dan hanya sebagian kecil yang membutuhkan intervensi medic.

5. Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila tidak
dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal.
6. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita
usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat pelayanan yang
berkualitas.

7. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga yang


membutuhkan persiapan mulai anak menginjak masa remaja.

8. Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan dan
pelayanan kesehatan.

9. Intervensi kebidanan bersifat komprehensif mencakup upaya promotif, preventif,


kuratif dan rehabilitative ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat.

10. Manajemen kebidanan diselenggarakan atas dasar pemecahan masalah dalam


rangka meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan yang professional dan
interaksi social serta asas penelitian dan pengembangan yang dapat melandasi
manajemen secara terpadu.

11. Proses kependidikan kebidanan sebagai upaya pengembangan kepribadian


berlangsung sepanjang hidup manusia perlu dikembangkan dan diupayakan untuk
berbagai strata masyarakat.

Bidan Delima adalah suatu program terobosan strategis yang mencakup :

 Pembinaan peningkatan kualitas pelayanan bidan dalam lingkup Keluarga


Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi.
 Merk Dagang/Brand.
 Mempunyai standar kualitas, unggul, khusus, bernilai tambah, lengkap, dan
memiliki hak paten.
 Rekrutmen Bidan Delima ditetapkan dengan kriteria, system, dan proses baku
yang harus dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan.
 Menganut prinsip pengembangan diri atau self development, dan semangat
tumbuh bersama melalui dorongan dari diri sendiri, mempertahankan dan
meningkatkan kualitas, dapat memuaskan klien beserta keluarganya.
Jaringan yang mencakup seluruh Bidan Praktek Swasta dalam pelayanan Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi

Program Bidan Delima merupakan program yang dikembangkan oleh Ikatan


Bidan Indonesia (IBI) untuk membina Bidan Praktek Swasta (BPS) dan anggota IBI
agar dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan kesehatan
reproduksi terstandar.

Prinsip Program Bidan Delima adalah Standardisasi pelayanan BPS.


Standardisasi yang dilakukan pada keahlian, kompetensi, peralatan, sarana,
prasarana, dan manajemen klinik sesuai dengan standar yang ada di Departemen
Kesehatan RI.

Tujuan:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.


2. Meningkatkan profesionalitas Bidan.
3. Mengembangkan kepemimpinan Bidan di masyarakat.
4. Meningkatkan cakupan pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana.
5. Mempercepat penurunan angka kesakitan dan kematian Ibu, Bayi dan Anak.

Sasaran

Bidan Praktek Swasta di Indonesia yang memiliki Surat Ijin Praktik Bidan (SIPB)
yang masih berlaku.

Prinsip Dasar :
1. Dari, oleh dan untuk Bidan.
2. Tumbuh bersama.
3. Meningkatkan professionalisme.
4. Meningkatkan kualitas Pelayanan.
5. Berkesinambungan & mandiri.
6. Cakupan nasional.
LOGO BIDAN DELIMA

Makna yang ada pada Logo Bidan Delima adalah:

Bidan → Petugas Kesehatan yang memberikan pelayanan yang


berkualitas, ramah-tamah, aman-nyaman, terjangkau dalam
bidang kesehatan reproduksi, keluarga berencana dan
kesehatan umum dasar selama 24 jam.

Delima → Buah yang terkenal sebagai buah yang cantik, indah, berisi biji
dan cairan manis yang melambangkan kesuburan (reproduksi).

Merah → Warna melambangkan keberanian dalam menghadapi tantangan


dan pengambilan keputusan yang cepat, tepat dalam membantu
masyarakat.

Hitam → Warna yang melambangkan ketegasan dan kesetiaan dalam


melayani kaum perempuan (ibu dan anak) tanpa membedakan.

Hati → Melambangkan pelayanan Bidan yang manusiawi, penuh kasih


sayang (sayang Ibu dan sayang Bayi) dalam semua tindakan/
intervensi pelayanan.

KALAU melihat logo IBI, didalamnya tergambar ada buah delima. Tentunya,
lambang buah delima ini memiliki arti spesial untuk menumbuhkan semangat
pengabdian dan pelayanan para bidan. Penjelasan arti logo itu, sebagaimana
dipaparkan dalam AD/ART organisasi IBI, sebagai berikut:

1. Bentuk Bundar, dilingkari garis merah putih, melambangkan arti persatuan abadi.

2. Buah Delima, merupakan buah yang berisi biji dan air, melambangkan kesuburan.
3. Dua Helai Daun, melambangkan kemampuan dari pasangan laki-laki dan perempuan
untuk melanjutkan tumbuhnya bibit.

4. Ular dan Cawan, menunjukkan simbol Dewa Aesculapius dan Dewi Hygea, dimana
pelayanan kebidanan harus memelihara dan mempertahankan biji (bibit) agar
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

5. Buah Delima Merekah, menggambarkan buah delima yang sudah matang,


mengandung biji-biji (benih) yang telah matang (matur) dan sehat, sehingga dapat
melanjutkan generasi penerus baru yang sehat dan berkualitas. Seorang bidan
diharapkan bersiap diri menjadi tenaga pelayanan kesehatan yang profesional, untuk
menghantarkan benih yang matur dan sehat tersebut menjadi calon generasi
penerus yang mandiri serta berkualitas.

Tulisan ini diapresiasikan buat seluruh bidan, sebagai mitra kerja pelayanan
kesehatan, yang tengah merayakan Hari Bidan Indonesia, setiap tanggal 24 Juni.

semoga setiap bidan bisa menghayati tugas pokoknya untuk menjadi seorang idola
bidan delima. Menuju pelayanan kebidanan yang berkualitas.

Kenapa Bidan harus "Didelimakan"?

1. Mempertahankan dan meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan BPS.


2. Melindungi masyarakat sebagai konsumen dan bidan dari praktek yang tidak
terstandar.
3. Sebagai standarisasi pelayanan kebidanan bagi BPS sejalan dengan rencana
strategis IBI.
4. Menjadi standar dalam mengevaluasi pelayanan kebidanan di BPS.
5. Sebagai bagian dari pelaksanaan rencana kerja IBI dalam pelayanan kebidanan.
6. Untuk mempertahankan dan meningkatkan citra IBI.
7. Sebagai tempat pilihan terbaik bagi praktik pendidikan bidan.

DASAR HUKUM

1. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.


2. Anggaran Dasar IBI Bab II Pasal 8 dan Anggaran Rumah Tangga IBI Bab III Pasal
4.
3. Kepmenkes No. 900/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan.
4. SPK (Standar Pelayanan Kebidanan) IBI 2002.
Jakarta, 5 Juli 2005

Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia

Bidan Delima melambangkan:

Pelayanan berkualitas dalam Kesehatan Reproduksi dan Keluarga


Berencana yang berlandaskan kasih sayang, sopan santun, ramah-tamah,
sentuhan yang manusiawi, terjangkau, dengan tindakan kebidanan sesuai
standar dan kode etik profesi.

Logo/branding/merk Bidan Delima menandakan bahwa BPS tersebut


telah memberikan pelayanan yang berkualitas yang telah diuji/diakreditasi
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, memberikan pelayanan yang
berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan pelanggannya (Service Excellence).

profesionalisme Bidan Praktek Swasta Banyak manfaat yang bisa


diperoleh dengan berpartisipasi sebagai Bidan Delima yang tentunya akan
mendukung performa dan identitas profesionalisme Bidan Praktek Swasta,
diantaranya adalah:

1. Kebanggaan profesional
2. Kualitas pelayanan meningkat
3. Pengakuan organisasi profesi
4. Pengakuan masyarakat
5. Cakupan klien meningkat
6. Pemasaran dan promosi
7. Penghargaan bidan delima
8. Kemudahan lainnya
KERANGKA KERJA

Suatu program akan dapat terlaksana dengan baik melalui pengelolaan yang
cermat dan konsisten; dengan orientasi utamanya pada potensi, ketersediaan
sumber daya dan kemampuan internal oranisasi pelaksananya.

Terkait dengan hal tersebut maka program Bidan Delima dikembangkan


melalui komponen pelaksanaan sebagai berikut:

1. Membentuk Unit Pelaksana Bidan Delima tingkat PP, PD dan PC.


2. Menggalang dukungan internal IBI dan stakeholders.
3. Menyelenggarakan Pelatihan Fasilitator.
4. Menyiapkan Sistem Logistik.
5. Melaksanakan lokakarya Bidan Delima di masing-masing Cabang.
6. Melaksanakan Proses Validasi.
7. Menyelenggarakan upacara Pengukuhan Bidan Delima.
8. Menentukan sistem penarikan dan alokasi Iuran Tahunan Bidan Delima.
9. Melaksanakan monitoring dan evaluasi program.

STRATEGI

Menggalang upaya terpadu dalam peningkatkan kualitas pelayanan

1. Menyiapkan pengelola program Bidan Delima di setiap jenjang kepengurusan


IBI.
2. Mengembangkan jaringan pelayanan Bidan Delima yang dirancang secara
sistematis sesuai dengan standar kualitas pelayanan yang baku.
3. Mensosialisasikan program Bidan Delima kepada seluruh jajaran IBI dan Bidan
Praktek Swasta di 15 Propinsi dalam rangka meningkatkan minat dan jumlah
Bidan berpredikat Bidan Delima.
4. Memberikan penghargaan kepada Bidan Delima yang berprestasi.
5. Meluncurkan program pemasaran Bidan Delima untuk meningkatkan minat
masyarakat menggunakan jejaring pelayanan Bidan Delima.
Proses Menjadi Bidan Delima
Ada beberapa tahap yang harus dilalui seorang Bidan/BPS yang ingin menjadi
Bidan Delima, yaitu:

1. Untuk menjadi Bidan Delima, seorang Bidan Praktek Swasta harus memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu : memiliki SIPB, bersedia membayar
iuran, bersedia membantu BPS menjadi Bidan Delima dan besedia mentaati
semua ketentuan yang berlaku.
2. Melakukan pendaftaran di Pengurus Cabang.
3. Mengisi formulir pra kualifikasi.
4. Belajar dari Buku Kajian Mandiri dan mendapat bimbingan fasilitator.
5. Divalidasi oleh fasilitator dan diberi umpan balik.

Prosedur validasi standar dilakukan terhadap semua jenis pelayanan yang diberikan
oleh Bidan Praktek Swasta yang bersangkutan.

Bagi yang lulus, yaitu yang telah memenuhi seluruh persyaratan minimal dan
presedur standar, diberikan sertifikat yang berlaku selama 5 tahun dan tanda
pengenal signage, pin, apron (celemek) dan buku-buku. Bagi yang belum lulus,
fasilitator terus mementor sampai ia berhasil lulus jadi Bidan Delima.

Dalam rangka mempertahankan kualitas pelayanan Bidan Delima secara


konsisten, dirancang suatu sistem monitoring yang mencakup antara lain:

1. Laporan bulanan

Secara rutin Bidan Delima diminta untuk mengirimkan laporan kepada PC IBI
untuk diteruskan ke PP dan ditembuskan ke PD sehingga dapat dianalisa
kemajuan, perkembangan dan hambatan yang dihadapi di lapangan.

2. Merancang Instrumen Penilaian Kualitas.

Instrumen (tools) yang dibagikan dan diisi oleh beberapa sampel Bidan Delima
setelah 6 bulan pelaksanaan program. Kajian ini dibagikan melalui PC IBI
setempat dan dikirimkan kepada PD dan PP untuk proses analisa selanjutnya.
3. Monitoring lapangan oleh PC, PD, PP dan Fasilitator akan dilakukan secara
incognito untuk observasi konsistensi kualitas pelayanan Bidan Delima.

Semua hasil temuan akan dianalisa oleh Unit Pelaksana Bidan Delima Pusat
untuk dilaporkan kepada semua Cabang dan Propinsi dan dipergunakan sebagai
pertimbangan dalam proses perencanaan selanjutnya.

Program Bidan Delima akan terus dikembangkan secara mandiri. Sosialisasi


terus dilaksanakan, yaitu memotivasi daerah/propinsi lain, termasuk sosialisasi
kepada pemerintah daerah supaya mendukung dengan cara ada penyediaan
anggaran pemerintah daerah untuk program ini. Dengan dukungan berbagai pihak,
IBI yakin program ini akan berhasil.

Ruang Lingkup

Anggota Bidan Delima telah tersebar di di 15 propinsi dan 196 kabupaten/ kota.
Berikut propinsi wilayah kerja Bidan Delima:

1. Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam


2. Propinsi Sumatera Utara
3. Propinsi Sumatera Selatan
4. Propinsi Lampung
5. Propinsi Bangka Belitung
6. Propinsi Banten
7. Propinsi DKI Jakarta
8. Propinsi Jawa Barat
9. Propinsi Jawa Tengah
10. Propinsi D.I.Yogyakarta
11. Propinsi Jawa Timur
12. Propinsi Bali
13. Propinsi Kalimantan Barat
14. Propinsi Sulawesi Selatan
15. Propinsi Sulawesi Barat
Sebagai salah satu profesi dalam bidang kesehatan, Bidan memiliki
kewenangan untuk memberikan Pelayanan Kebidanan (Kesehatan Reproduksi)
kepada perempuan remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, bersalin, nifas, masa
interval, klimakterium, dan menopause, bayi baru lahir, anak balita dan prasekolah.
Selain itu Bidan juga berwenang untuk memberikan Pelayanan Keluarga
Berencana dan Kesehatan Masyarakat.

Peran aktif Bidan dalam pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga


Berencana sudah sangat diakui oleh semua pihak. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa 66% persalinan, 93% kunjungan ante natal (K1), 80% dari pelayanan
Keluarga Berencana dilakukan oleh Bidan. Peranan Bidan dalam pencapaian 53%
prevalensi pemakaian kontrasepsi, 58% pelayanan kontrasepsi suntik dilakukan oleh
Bidan Praktek Swasta dan 25% pemakai kontrasepsi pil, 25 % IUD dan 25 % implant
dilayani oleh Bidan Praktek Swasta (Statistik Kesehatan 2001).

Dari tahun ke tahun permintaan masyarakat terhadap peran aktif Bidan


dalam memberikan pelayanan terus meningkat. Ini merupakan bukti bahwa
eksistensi Bidan di tengah masyarakat semakin memperoleh kepercayaan,
pengakuan dan penghargaan.

Berdasarkan hal inilah, Bidan dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan


kemampuan sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanannya
termasuk pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Karena hanya
melalui pelayanan berkualitas pelayanan yang terbaik dan terjangkau yang diberikan
oleh Bidan, kepuasan pelanggan baik kepada individu, keluarga dan masyarakat
dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Eny Retna Ambarwati


1. 50 tahun IBI, 2003, Bidan Menyongsong Masa Depan, IBI, Jakarta.
2. Depkes, RI, 2002, Etika dan Kode Etik Kebidanan, Jakarta.
3. PIT POGI, 2004, Forum Bidan Peningkatan Profesionalisme Bidan, Bandung.

Sejarah Ikatan Bidan Indonesia | kumpulan askep askeb | download KTI Skripsi | asuhan
keperawatan kebidanan http://terselubung.cz.cc/ Selasa, 21 Desember 2010, 05:51
WIB

.25 Diposkan oleh Bidan Febri


Referensi
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu, Jakarta, 2007
Sarwono P. Ilmu Kebidanan, Jakarta, 2007.
Estiwidani, Meilani, Widyasih, Widyastuti, Konsep Kebidanan. Yogyakarta, 2008.
Syofyan,Mustika,et all.50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan Cetakan ke-III
Jakarta: PP IBI.2004
Depkes RI Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan. Konsep kebidanan,Jakarta.1995

Hftp://askep-askeb-kita.blogspot.com/2010/02/sejarah-ikatan-bidan indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai