Anda di halaman 1dari 17

"PERMENKES TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTEK KEBIDANAN

(MIDWIFERY)

2 Pengertian Bidan 

Pengertian bidan menurut ICM (International Confederation Of Midwives)


Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan
yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta
memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki ijin yang sah
(lisensi)untuk melakukan praktik kebidanan.

3 Pengertian bidan menurut IBI (Ikatan Bidan Indonesia)

Seorang perempuan yang telah lulus dari pendidikan bidan yang diakui
pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia
serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister,sertifikasi dan atau
secarah sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

4 Pengertian bidan menurut WHO

Pengertian bidan menurut WHO Bidan adalah seseorang yang telah


mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus
dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register)
dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.

5 Menimbang: bahwa pemenuhan pelayanan kesehatan merupakan hak


setiap orang guna memajukan kesejahteraan umum sebagai salah satu
tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; bahwa pelayanan
kebidanan sebagai salah satu pemenuhan pelayanan kesehatan harus
dilakukan secara bertanggungjawab, akuntabel, bermutu, dan aman; bahwa
bidan sebagai pemberi pelayanan kebidanan masih memiliki permasalahan
dalam hal kompetensi, kewenangan, dan ruang lingkup sebagai akibat dari
perkembangan permasalahan kesehatan di masyarakat sehingga perlu
dipersiapkan kemampuannya serta dukungan pengaturan;

6 Menimbang: bahwa pengaturan mengenai kebidanan masih tersebar


dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan belum memberikan
pelindungan dan kepastian hukum bagi bidan dan masyarakat sehingga
perlu diatur secara komprehensif; bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu
membentuk Undang-Undang tentang Kebidanan;

7 BAB I KETENTUAN UMUM  Kebidanan  Pelayanan Kebidanan  Bidan


 Praktik Kebidanan  Asuhan Kebidanan  Kompetensi Bidan  Uji
Kompetensi  Sertifikat Kompetensi  Registrasi  STR  Surat Izin Praktek
Bidan  Fasilitas Pelayanan Kesehatan  Praktik Bidan Mandiri  Bidan
WNA  Klien  Organisasi Profesi  Konsil Kebidanan  Wahana Pendidikan
 Pemerintah Pusat  Pemerintah Daerah  Menteri 1. Pengertian terkait
istilah: 2. Asas-asas penyelenggaran kebidanan 3. Tujuan pengaturan
penyelenggaraan kebidanan

8 BAB II PENDIDIKAN KEBIDANAN  Lulusan program diploma tiga


Kebidanan yang akan menjadi bidan profesi harus melalui pendidikan pada
program sarjana Kebidanan atau program diploma empat Kebidanan.
Pendidikan Vokasi (merupakan program diploma kebidanan dan paling
rendah program diploma tiga kebidanan) BIDAN VOKASI Pendidikan
Akademik - program sarjana kebidanan - program magister kebidanan -
program doktor kebidanan

9 Pendidikan Profesi (merupakan program lanjutan yang tidak terpisahkan


dari program sarjana dan program diploma empat kebidanan) BIDAN
PROFESI Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Bidan profesi,
Pemerintah wajib menyelenggarakan dan mendorong perguruan tinggi
untuk membuka pendidikan Kebidanan program profesi. Pendidikan
Kebidanan diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki izin
penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan (universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, atau akademi)
Sebelum menjadi Bidan vokasi atau Bidan profesi melakukan Uji
Kompetensi yang bersifat nasional.

10 BAB III REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK  Setiap Bidan wajib


teregistrasi yang ditunjukkan dengan STR yang diberikan oleh Konsil
Kebidanan setelah memenuhi persyaratan  Persyaratan sebagaimana
dimaksud meliputi:  memiliki ijazah pendidikan Kebidanan;  memiliki
Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;  memiliki surat keterangan
sehat fisik dan mental;  memiliki surat pernyataan telah mengucapkan
sumpah/janji profesi; dan  membuat pernyataan tertulis untuk mematuhi
dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

11 REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK  STR berlaku selama 5 (lima) tahun


dan dapat diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun sekali.  Persyaratan untuk
registrasi ulang meliputi:  memiliki STR lama;  memiliki Sertifikat
Kompetensi atau Sertifikat Profesi;  memiliki surat keterangan sehat fisik
dan mental;  membuat pernyataan tertulis mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi;  telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi
atau vokasi; dan  memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan,
pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya.  Konsil Kebidanan
harus menerbitkan STR paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
pengajuan STR diterima.

12 Bidan yg akan menjalankan Praktik Kebidanan wajib memiliki Izin Praktik


 Diberikan dalam bentuk SIPB oleh Pemerintah Kab/Kota atas rekomendasi
pejabat kesehatan berwenang di Kabupaten/Kota tempat Bidan
menjalankan praktiknya. Untuk mendapatkan SIPB, Bidan harus
melampirkan: - salinan STR yang masih berlaku - rekomendasi dari
Organisasi Profesi; - surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat
keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Lanjutan…
REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK

13 Bidan vokasi diberikan izin untuk melakukan Praktik Kebidanan di


Fasilitas Pelayanan Kesehatan (RS, puskesmas, pustu, polindes, praktik
Bidan mandiri dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya) Bidan profesi
diberikan izin untuk melakukan Praktik Bidan Mandiri (perorangan atau
berkelompok) dan Praktik Kebidanan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
SIPB berlaku hanya untuk 1 (satu) tempat Praktik Kebidanan. Bidan paling
banyak mendapatkan 2 (dua) SIPB. Lanjutan… REGISTRASI DAN IZIN
PRAKTIK

14 BAB IV BIDAN WARGA NEGARA INDONESIA LULUSAN LUAR


NEGERI  Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan
menjalankan Praktik Kebidanan di Indonesia harus memiliki STR dan SIPB.
 STR dan SIPB diperoleh setelah Bidan warga negara Indonesia lulusan
luar negeri mengikuti evaluasi kompetensi  Setelah mengikuti evaluasi
kompetensi, memperoleh surat keterangan, berhak memperoleh STR,
diberikan oleh Konsil Kebidanan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

15 BAB V BIDAN WARGA NEGARA ASING  Bidan warga negara asing


dapat menjalankan Praktik Kebidanan di Indonesia dengan
mempertimbangkan ketersediaan Bidan yang ada di Indonesia.  Bidan
warga negara asing yang akan menjalankan Praktik Kebidanan di Indonesia
harus memiliki STR sementara dan SIPB setelah mengikuti evaluasi
kompetensi.  STR sementara dan SIPB bagi Bidan warga negara asing
berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang hanya untuk 1 (satu)
tahun berikutnya.

16 BAB VI PRAKTIK KEBIDANAN Praktik Kebidanan diatas harus


didasarkan pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi, dan standar
prosedur operasional. Praktik Kebidanan mandiri Praktik Kebidanan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan

17 TUGAS DAN WEWENANG  Bidan bertugas memberikan pelayanan


yang meliputi : - pelayanan kesehatan ibu, - kesehatan anak - kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana, - kebidanan komunitas, -
pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dan/atau
pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
PRAKTIK KEBIDANAN

18  Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan berperan sebagai:


- pemberi pelayanan Kebidanan; - pengelola pelayanan Kebidanan; -
penyuluh dan konselor; - pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik; -
penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan;
dan/atau - peneliti.

PRAKTIK KEBIDANAN

19 Pelimpahan wewenang (harus tertulis) dilaksanakan secara : a.Delegatif


: diberikan oleh tenaga medis kepada Bidan dengan disertai pelimpahan
tanggung jawab untuk melakukan sesuatu tindakan medis. Diberikan
kepada Bidan vokasi atau Bidan profesi sesuai dengan kompetensi dan
tanggung jawabnya. b. Mandat: diberikan oleh tenaga medis kepada Bidan
untuk melakukan sesuatu tindakan medis di bawah pengawasan. Tanggung
jawab atas tindakan medis pada pelimpahan wewenang mandat berada
pada pemberi pelimpahan wewenang.

PRAKTIK KEBIDANAN

20  Bidan yang memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan program


Pemerintah memiliki wewenang tambahan.  Pelaksanaan tugas dalam
keadaan tidak ada tenaga medis dan/atau tenaga kesehatan lain di suatu
wilayah tempat Bidan bertugas  Pelaksanaan tugas dalam keadaan
keterbatasan tertentu hanya dapat diberikan kepada Bidan dengan
pendidikan paling rendah diploma tiga kebidanan.  Dalam hal Pelaksanaan
tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu, pemerintah dan pemerintah
daerah wajib memberikan pelatihan.
21 BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN  Bidan dalam melaksanakan Praktik
Kebidanan berhak: - memperoleh pelindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi, kode etik, standar profesi,
standar pelayanan, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan
Perundang- undangan; - memperoleh informasi yang benar, jelas, jujur, dan
lengkap dari Klien dan/atau keluarganya; - menolak keinginan Klien atau
pihak lain yang bertentangan dengan kode etik, standar profesi, standar
pelayanan, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan; - menerima imbalan jasa atas Pelayanan Kebidanan
yang telah diberikan; - memperoleh fasilitas kerja; dan - mendapatkan
kesempatan untuk mengembangkan profesi.

22 HAK DAN KEWAJIBAN  Bidan berhak memperoleh perlindungan


hukum atas risiko kasus khusus pada Klien yang tidak dapat diprediksi
sepanjang memberikan pelayanan sesuai standar profesi Bidan, standar
pelayanan, standar operasional prosedur, dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.  Bidan dalam hubungan kerja dengan pemberi kerja
berhak memperoleh perlindungan: - upah termasuk tunjangan; -
keselamatan dan kesehatan kerja; - jaminan sosial termasuk jaminan
kesehatan; dan - kesejahteraan.

23  Bidan dalam melaksanakan Praktik Kebidanan wajib: memberikan


Pelayanan Kebidanan sesuai dengan kompetensi, kode etik, standar profesi,
standar pelayanan, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan; memperoleh persetujuan dari Klien atau keluarganya
atas tindakan yang akan diberikan; memberikan informasi yang benar, jelas,
dan lengkap mengenai tindakan Kebidanan kepada Klien dan/atau
keluarganya sesuai kewenangannya; merujuk Klien yang tidak dapat
ditangani ke tenaga medis atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

24 HAK DAN KEWAJIBAN - membuat dan menyimpan catatan dan


dokumen mengenai pemeriksaan, Asuhan Kebidanan, dan pelayanan lain; -
menjaga kerahasiaan kesehatan Klien; - menghormati hak Klien; -
melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain
sesuai dengan Kompetensi Bidan; - melaksanakan penugasan khusus yang
ditetapkan oleh Pemerintah; - meningkatkan mutu pelayanan Kebidanan;
dan/atau - meningkatkan pengetahuan dan/atau keterampilannya melalui
pendidikan dan/atau pelatihan.

25 HAK DAN KEWAJIBAN  Dalam Praktik Kebidanan, Klien berhak: -


memperoleh Pelayanan Kebidanan sesuai dengan kompetensi, kode etik,
standar profesi, standar pelayanan, dan standar operasional prosedur; -
memperoleh informasi secara benar dan jelas mengenai data kesehatan
Klien; - meminta pendapat Bidan dan/atau tenaga kesehatan lain; - memberi
persetujuan atau penolakan tindakan kebidanan yang akan dilakukan; -
memperoleh jaminan kerahasiaan kesehatan Klien.

26 HAK DAN KEWAJIBAN  Dalam Praktik Kebidanan, Klien wajib: -


memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
kesehatan; - mematuhi nasihat dan petunjuk Bidan; - mematuhi ketentuan
yang berlaku di Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan - memberi imbalan jasa
atas Pelayanan Kebidanan yang diterima.
27 BAB VIII ORGANISASI PROFESI Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Fungsi :
pemersatu dan pembina Bidan, melakukan pengawasan Praktik Kebidanan
serta pengembangan pengetahuan dan keterampilan. Tujuan :
meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan,
martabat, serta etika profesi

28 ORGANISASI PROFESI  Peran Organisasi Profesi: - bersama


pemerintah merumuskan kebijakan yang berhubungan dengan Kebidanan;
- bersama pemerintah merumuskan kebijakan jaminan kesehatan nasional
yang berhubungan dengan Pelayanan Kebidanan; dan - mewakili profesi
Bidan dalam kerjasama internasional terkait Kebidanan.

29 BAB IX KONSIL KEBIDANAN merupakan bagian dari Konsil Tenaga


Kesehatan Indonesia Keanggotan Konsil Kebidanan terdiri atas: unsur
Pemerintah; Organisasi Profesi; asosiasi institusi pendidikan kebidanan;
asosiasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan Tokoh masyarakat Jumlah
anggota Konsil Kebidanan Indonesia paling banyak 9 (sembilan) orang.

30 BAB X PENDAYAGUNAAN BIDAN Dalam rangka pemerataan dan


pemenuhan kebutuhan pelayanan kebidanan kepada masyarakat,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melakukan penempatan Bidan
setelah melalui proses seleksi dengan cara: pengangkatan sebagai pegawai
negeri sipil; pengangkatan sebagai pegawai pemerintah dengan perjanjian
kerja; atau penugasan khusus. pengangkatan sebagai anggota TNI/POLRI.

31 Pemerintah dan pemerintah daerah yang menempatkan Bidan harus


menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung pelayanan
kebidanan yang berkualitas. Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus juga
mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan, dan
lokasi, serta keamanan dan keselamatan kerja Bidan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

PENDAYAGUNAAN BIDAN

32 BAB XI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN  Pemerintah, Pemerintah


Daerah, dan pemilik atau pengelola Fasilitas Pelayanan Kesehatan bekerja
sama dengan Organisasi Profesi melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap Bidan sesuai fungsi dan kewenangannya.  Pembinaan dan
pengawasan diarahkan untuk : meningkatkan mutu Pelayanan Kebidanan;
melindungi masyarakat atas tindakan Bidan yang tidak sesuai standar; dan
memberikan kepastian hukum bagi Bidan dan masyarakat.

33 BAB XII KETENTUAN PERALIHAN  Bidan vokasi dapat melaksanakan


Praktik Bidan Mandiri untuk jangka waktu paling lama 14 tahun setelah
Undang-undang ini diundangkan.  Dalam masa kurun waktu peralihan ini,
Bidan vokasi yang melaksanakan Praktik Bidan Mandiri harus mengikuti
penyetaraan Bidan profesi melalui penilaian portofolio atau melalui program
Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) sesuai ketentuan yang berlaku.
STR dan SIPB yang telah dimiliki oleh Bidan sebelum Undang-Undang ini
diundangkan, dinyatakan tetap berlaku sampai jangka waktu STR dan SIPB
berakhir. Selama Konsil Kebidanan belum terbentuk, pengajuan untuk
memperoleh STR yang masih dalam proses, diselesaikan dengan prosedur
yang berlaku sebelum Undang-Undang ini diundangkan.
34 Bidan vokasi dapat melaksanakan Praktik Bidan Mandiri untuk jangka
waktu paling lama 14 tahun setelah Undang-undang ini diundangkan. Bidan
lulusan pendidikan Kebidanan di bawah diploma tiga Kebidanan yang telah
melakukan Praktik Kebidanan sebelum Undang-Undang ini diundangkan
masih tetap dapat melakukan Praktik Kebidanan untuk jangka waktu 4
(empat) tahun setelah Undang-Undang ini diundangkan.

KETENTUAN PERALIHAN

35 BAB XIII KETENTUAN PENUTUP  Konsil Kebidanan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 70 dibentuk paling lama 1 (satu) tahun sejak Undang-
Undang ini diundangkan.  Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini
harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang- Undang
ini diundangkan.  Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Kebidanan,
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum
diganti berdasarkan Undang-Undang ini.  Undang-Undang ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.  Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

36 TERIMA KASIH
"ASPEK LEGAL DAN LEGISLASI DALAM PELAYANAN DAN
PRAKTEK KEBIDANAN"

2 Latar Belakang sistem legislasi tenaga bidan Indonesia

UUD upaya pembangunan nasional yaitu pembangunan disegala bidang


guna kepentingan, keselamatan, kebahagiaan, & kesejahteraan slrh rakyat
indonesia secara terarah, terpadu & berkesinambungan.UU No. 23 Th 1992
ttg Kesehatan Peningkatan SDM Visi pembangunan kesehatan Indonesia
sehat 2010

3 Otonomi Bidan dalam Pelayanan Kebidanan

Akuntabilitas bidan hal yang sangat penting karena berhubungan dengan


keselamatan jiwa manusiaSemua yang dilakukan bidan harus berbasis
kompetensi dan didasari suatu evidence based.Accountability diperkuat
dengan satu landasan hukum yang mengatur batas-batas wewenang profesi
yang bersangkutan

4 Peningkatan penyelenggaraan upaya Kesehatan

Pendidikan dan pelatihan Pengembangan ilmu dan tehnologi Akreditasi


Sertifikasi Registrasi Uji Kompetensi Lisensi

5 Dasar otonomi pelayanan Kebidanan

Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi & praktik bidan


Standar Pelayanan Kebidanan
UU Kesehatan No 23 th 1992 PP No 32/1996 ttg tenaga Kesehatan
Kepmenkes 1277/Menkes/SK/ XI/2001 ttg organisasi dan tata kerja

Depkes UU No.22/1999 tentang otonomi daerahUU No. 13 tahun 2003


tentang ketanagakerjaan UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung dan
transplatasi

6 ISTILAH DALAM ETIKA Legislasi (Lieberman, 1970)

Ketetapan hukum yg mengatur hak & kewajiban seseorang yg berhub. erat


dgn tindakanLisensiPemberian ijin praktek sebelum diperkenankan
melakukan pekerjaan yg telah ditetapkan. Tujuan: untuk membatasi
pemberian kewenangan & untuk menyakinkan klien / Tugas Keputusan
yang diambil berdasarkan keterikatan/berhubungan dengan tugas.

7 Hak Keput. berdasarkan hak seseorang yg tidak dpt diganggu. Hak


berbeda dgn keinginan, kebutuhan & kepuasan Instusionist Keput. diambil
berdasarkan pengkajian dari dilema etik dari kasus per kasus. Dlm teori ini
ada beberapa kewajiban & peraturan yg sama pentingnya. Beneficience:
Keput. yg diambil harus sll menguntungkan klien.

8 Mal-eficience: Keput. Yag diambil merugikan pasien.

Malpraktek/Lalai Gagal melakukan tugas/kewajiban kpd klienb. Tdk


melaksanakan tugas sesuai dgn standarc. Melakukan tindakan yang
mencederai klien. Klien cedera karena kegagalan melaksanakan
tupc.Malpraktek terjadi karena:a. Ceroboh, b. Lupa, c. Gagal
mengkomunikasikan.
9 LEGISLASI LegislasiProses pembuatan UU / penyempurnaan perangkat
hukum yg sudah ada mll serangkaian kegiatan Sertifikasi, registrasi,
lisensiPeran Legislasi :Menjamin perlindungan pd masyarakat pengguna
jasa profesi & profesi sendiri.Pemberian pelayanan profesional. Tujuan
Memberikan perlindungan kpd masyarakat thd pelayanan yg telah diberikan.

10 SERTIFIKASI Dokumen penguasaan kompetensi tertentu mll kegiatan


pendidikan formal maupun non formal.Tujuan Umum Melindungi masyarakat
pengguna jasa profesi Meningkatkan mutu pelayananPemerataan &
perluasan jangkauan pelayanan.

11 Tujuan Khusus Menyatakan kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan


perilaku( kompetensi) beserta pendidikan tambahan Menetapkan kualifikasi
dan lingkup kompetensi beserta pendidikan tambahan Memenuhi syarat
untuk mendapat nomer registrasi

12 Ada 2 bentuk kelulusan, yaitu:

Ijasah diperoleh dari pendidikan formal Sertifikat diperoleh dari pendidikan


formal, lembaga non formal yang akreditasinya ditentukan oleh profesi

13 REGISTRASI Sebuah proses dimana tenaga profesi harus mendaftarkan


dirinya pada suatu badan tertentu secara periodic. Proses pendaftaran,
pendokumentasian dan pengakuan terhadap bidan setelah dinyatakan
memenuhi minimal kompetensi inti atau standar penampilan minimal yang
ditetapkan sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan praktek
profesi, Dengan terregistrasinya maka mendapatkan hak untuk minta ijin
praktek, setelah memenuhi beberapa persyaratan administrasi untuk lisensi
14 Tujuan umum : Melindungi masyarakat dari mutu pelayanan profesi
Tujuan khusus :Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam
mengadopsi kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang berkembang
pesatMeningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam
menyelesaikan kasus mal praktek Mendata jumlah dan kategori melakukan
praktek

15 Aplikasi proses registrasi

Bidan lulus  mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan


registrasi kepada Kadinkes dimana institusi berada untuk memperoleh SIB
paling lambat 1 bulan setelah menerima ijasah. Kelengkapan registrasi
menurut Kepmenkes no.900: Fotocopy ijasah bidan, Foto copy transkrip nilai
akademi, Surat keterangan sehat dari dokter, Pas foto 2 lembar SIB berlaku
5 tahun dan dapat diperbaharui , dan merupakan dasar untuk penerbitan
SIPB

16 LISENSI Merupakan proses administrasi yang dilakukan pemerintah


atau yang berwenang berupa Surat Ijin Praktek tenaga profesi yang telah
terregistrasi,untuk melakukan pelayanan mandiri.

Tujuan Umum Lisensi : Melindungi masyarakat dari pelayanan profesi

Tujuan Khusus Memberikan kejelasan batas wewenang ,Menetapkan


sarana dan prasarana

17 Aplikasi Lisensi SIPB merupakan bentuk aplikasi dari lisensi Bidan


SIPB merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh Depkes RI kepada Bidan
yang menjalankan praktek setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan
SIPB diperoleh dengan cara mengajukan permohonan kepada Kadinkes
Kabupaten/Kota setempat.

18 Persyaratan : Foto Copy SIB yang masih berlaku, Foto copy Ijasah Bidan,
Surat persetujuan atasan, Surat keterangan sehat dari dokter, Pasfoto,
Rekomendasi dari organisasi profesi

19 Rekomendasi dari profesi diberikan setelah dilakukan uji kompetensi,


keilmuan, ketrampilan, kepatuhan terhadap Kode etik SIPB berlaku selama
SIB belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui

20 TERIMA KASIH

KODE ETIK BIDAN

Kode etik bidan merupakan standard perilaku seorang bidan dalam


melaksanakan profesinya. Kode etik bidan Indonesia pertama kali disusun
pada tahun 1986 dan disahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan
Indonesia X tahun 1988, sedangkan petunjuk pelaksanaannya disahkan
dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991 sebagai pedoman
dalam berperilaku.

Kemudian pada tahun 2007, dikeluarkan Surat Keputusan Oleh Menteri


Kesehatan Indonesia NOMOR 369/MENKES/SK/III/2007 TENTANG
STANDAR PROFESI BIDAN. (Silahkan Donwload SK
369/MENKES/SK/III/2007

Kode Etik Bidan Indonesia mengandung beberapa kekuatan yang


semuanya tertuang dalam mukadimah tujuan dan bab. Secara umum, Kode
Etik tersebut berisi 7 Bab. Ketujuh bab tersebut dapat dibedakan atas tujuh
bagian yaitu:

1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)


2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)
3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan
lainnya (2 butir)
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa,dan tanah
air (2 butir)
7. Penutup (1 butir)

Anda mungkin juga menyukai