Anda di halaman 1dari 13

Teori Kepemimpinan.

Faktor-faktor apa saja yang menjadikan seseorang berhasil dalam


menjalankan fungsi kepemimpinan? Pertanyaan tersebut sudah diajukan oleh para ahli
manajemen sejak masa Thomas Carlyle yang hidup pada abad ke-19 sebagaimana seperti
yang tercantum dalam bukunya On Heroes, Hero-Worship and the Heroic in History
(wikipedia.org). Dalam buku tersebut Carlyle menganalisis pengaruh orang-orang besar
dalam sejarah seperti Nabi Muhammad SAW, Shakespeare, Luther, Rosseau dan Napoleon
terhadap masyarakat pada jamannya. Sejak saat itu berbagai teori bermunculan untuk
menjelaskan berbagai faktor yang dapat menyebabkan keberhasilan kepemimpinan.

Kreitner (2007) menyebutkan adanya 4 teori kepemimpinan yang ada sejak tahun 1950-an
hingga kini. Keempat teori kepemimpinan tersebut adalah: Trait Theory, Behaviour Styles
Theory, Situational Theory, dan Transformational Theory.
Selain 4 teori kepemimpinan tersebut masih terdapat 4 teori kepemimpinan yang secara luas
dikenal dalam kepustakaan manajemen yakni: Great Man Theory, Participative leadership
Theory, Contingency Theory, & Transactional Leadership Theory. Participative Leadership
Theory & Contingency Theory masing-masing dapat digabung ke teori kepemimpinan
Behavioral Styles Theory dan Situational Theory.

Teori kepemimpinan 1: Great Man Theory


Menurut teori kepemimpinan ini seorang pemimpin besar terlahir sebagai pemimpin yang
yang memiliki ciri-ciri yang istimewa yang mencakup: karisma, kecerdasan, kebijaksanaan
dan dapat menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk membuat berbagai keputusan
yang memberi dampak besar bagi sejarah manusia. Karisma sendiri menunjukkan
kepribadian seseorang yang dicirikan oleh pesona pribadi, daya tarik, yang disertai dengan
kemampuan komunikasi interpersonal dan persuasi yang luar biasa.

Teori kepemimpinan ini sebagian besar bersandar pada pendapat-pendapat yang


dikemukakan oleh Thomas Carlyle di abad 19 yang pernah menyatakan bahwa sejarah dunia
tak lain adalah sejarah hidup orang-orang besar. Menurutnya, seorang pemimpin besar akan
lahir saat dibutuhkan sehingga para pemimpin ini tidak bisa diciptakan.

Teori kepemimpinan 2: Trait Theory


Teori kepemimpinan ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari Great Man Theory yang
mengatakan bahwa para pemimpin dilahirkan dan bukan diciptakan (leader are born and not
made). Tetapi sejalan dengan pemikiran mahzab behavioralis, pada peneliti di tahun 1950-an
berkesimpulan bahwa karakteristik pemimpin tidak seluruhnya merupakan bawaan sejak
lahir, namun diperoleh melalui pembelajaran dan pengalaman. Karena itu mereka
berkesimpulan bahwa kepemimpinan yang efektif dapat dipelajari.

Riset mereka menunjukkan bahwa ada karakteristik individu yang dimiliki oleh seorang
pemimpin sehubungan dengan kepemimpinan efektif, yaitu: Kecerdasan, Pengetahuan &
keahlian, Dominasi, Percaya diri, energi yang tinggi, Toleran terhadap stress, Integritas &
kejujuran, Kematangan.

Teori kepemimpinan 3: Behavioral Styles Theory


Selama perang dunia II studi mengenai teori kepemimpinan mengalami perubahan arah yang
signifikan dari mempelajari ciri-ciri individu menjadi pola perilaku pemimpin yang disebut
dengan leadership styles. Dengan demikian maka fokus beralih dari “siapa pemimpin itu”
menjadi “bagaimana seorang pemimpin berperilaku atau menjalankan gaya kepemimpinan”
Berbagai penelitian awal menyimpulkan adanya tiga gaya kepemimpinan yaitu:
– gaya kepemimpinan otoriter (authoritarian leadership style)
– gaya kepemimpinan demokratis (democratic leadership style)
– gaya kepemimpinan laissez-faire (laissez-faire leadership style)
Berikut perbedaan ketiga gaya kepemimpinan tersebut:

Tabel perbandingan gaya kepemimpinan

Peneliti lain yang termasuk dalam kelompok behavioral styles theory adalah Robert R Blake
& jane S Mouton yang mengembangkan model Managerial Grid. Ia menggunakan sumbu
concern for production (horizolatal, mencakup: keinginan untuk menghasilkan output
produksi yang lebih besar, efisiensi biaya dan laba) dan concern for people (vertikal,
mencakup: peningkatan persahabatan, membantu rekan kerja, memperhatikan kondisi
karyawan seperti gaji dan kondisi kerja). Blake & Mouton mengatakan bahwa gaya
kepemimpinan yang mempunyai aktivitas dengan memberikan perhatian yang besar baik
terhadap produksi dan manusia berkorelasi positif dengan kinerja organisasi yang baik,
kesehatan fisik & mental yang baik serta mengelola konflik secara efektif.

Teori kepemimpinan 4: Situational Theory


Para peneliti yang menganut aliran teori kepemimpinan ini mengatakan bahwa efektivitas
gaya kepemimpinan sangat tergantung kepada situasi yang melingkupinya. Oleh karena itu,
mereka mempunyai asumsi bahwa kepemimpinan yang berhasil akan terjadi apabila gaya
kepemimpinan yang digunakan sesuai dengan situasi.
Salah satu peneliti yang mendukung teori kepemimpinan ini adalah Fred E Fiedler dengan
teori Kontingensinya:
Kinerja seorang pemimpin bergantung kepada dua faktor yang saling terhubung yaitu:
1. Situasi, sejauh mana situasi yang ada memberikan kendali & pengaruh agar pekerjaan
dapat diselesaikan
2. Motivasi, apa motivasi dasar dari pemimpin. Apakah self esteem-nya tergantung dari
penyelesaian tugas (task motivated) atau hubungan (relationship motivated).

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemimpin yang task motivated cenderung berhasil
pada situasi yang ekstrem. Sedangkan relationship motivated cenderung berhasil pada situasi
yang moderat.

Teori kepemimpinan 5: Transactional Leadership Theory


Menurut teori kepemimpinan ini, karyawan akan termotivasi oleh imbalan maupun hukuman.
Seorang pemimpin akan dapat menjalankan kepemimpinannya dengan efektif apabila ia
mampu mengembangkan struktur kerja yang jelas sehingga para manajer akan dapat
merumuskan dengan jelas apa yang harus mereka lakukan dan dibutuhkan oleh para
bawahannya serta memberi imbalan sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan.
Demikian pula sebaliknya, dalam teori kepemimpinan ini, sang manajer dapat memberikan
hukuman bila karyawan tidak berhasil memenuhi standar kinerja yang diberikan kepadanya.

Teori kepemimpinan 6: Transformational Leadership Theory


Teori kepemimpinan ini didasari oleh hasil penelitian mengenai perilaku kepemimpinan di
mana para pemimpin yang kemudian dikategorikan sebagai pemimpin transformasi
(transformational leader) mampu memberikan inspirasi kepada yang lain dalam organisasi
untuk mencapai sesuatu yang melebihi apa yang telah direncanakan organisasi. Ia juga
seorang pemimpin yang visioner yang mengajak orang lain bergerak untuk mengikuti
visinya. Mereka mengandalkan karisma dan kewibawaan (refferent power) dalam
menjalankan kepemimpinannya.

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN

A. KONSEP MANAJEMEN DALAM KEPERAWATAN


1. Definisi Manajemen
Pengertian manajemen menurut James A.F. Stoner adalah proses perencanaan,
pengorganisasian dan penggunaan terhadap sumber daya organisasi lainnya supaya tujuan
organisasi dapat tercapai sesuai dengan yang ditetapkan.
Sedangkan pengertian manajemen menurut George R. Terry adalah suatu proses khas terdiri
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengontrolan yang
dilakukan dalam menentukan serta mencapai target yang sudah ditetapkan lewat pemanfaatan
sumberdaya manusia dan lainnya.
Jadi, manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam membuat perencanaan,
pengorganisasian, mengendalikan dan memimpin segala macam usaha dari pada anggota
organisasi dan menggunakan segala sumber daya organisasi dalam mencapai sasaran.
Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi sumber-sumber dalam
mencapai tujuan (melalui kerja oranglain) yang mencerminkam dinamika suatu organisasi.

2. Ruang lingkup manajemen


1. Manajemen dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi Manajement By
Objective (MBO). Sebuah organisasi yang ingin menerapkan konsep MBO harus selalu peka
dengan rumusan tujuan organisasinya dan selalu mengembangkan pendekatan partisipatif
untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Manajement is how to work with others
Dengan menggunakan pendekatan ini manajemen dapat dipelajari dari proses kerjasama yang
berkembang antara pimpinan dengan stafnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
diketahui sebelumnya.
3. Manajemen sebagai ilmu terapan
Untuk menggerakkan roda administrasi, seorang manajer harus memiliki wawasan yang luas
dan terus mengembangkan dirinya dengan mempelajari berbagai ilmu yanng terkait dengan
tugas-tugasnya.
4. Manajemen adalah proses pemecahan masalah
Proses manajemen dalam prakteknya dapat dikaji dan proses pemecahan masalah yang
dikembangkan oleh semua unit kerja atau organisasi secara keseluruhan. Langkah praktisny
terdiri dari identifikasi masalah, merumuskan langkah-langkah.

3. Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan


Beberapa prinsip dasar manajemen keperawatan:
1. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan, perencanaan merupakan hal yang
utama dan serangkaian fungsi dari aktivitas manajemen.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif
3. Manajemen Keperawatan melibatkan pengambilan keputusan
4. Menejemen keperawatan harus terorganisasi
5. Menejemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
6. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan

4. Kerangka Konsep Dasar Manajemen Keperawatan


Kerangka konsep dasar manajemen keperawatan adalah manajemen partisisfasi yang
berlandaskan pada paradigma keperawatan yang terdiri atas
manusia,perawat/keperawatan,kesehatan,dan lingkungan.
5. Manajemen Keperawatan di Masa Datang
Sistem pelayanan kesehatan yang terjadi sebelum tahun 1990 sangat di pengaruhi
oleh perkembangan ekonomi dan perluasan teknologi yang bersifat kompetitif karena
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan yang di berikan kepada pasien bersifat
kuratif dan orientasinya berdasarkan perkembangan penyakit.
Pada abad ke-21,sistam pelayanan kesehatan berorientasi pada aspek kesehatan karena
pelyanan yang di berikan lebih bersifat multidimensi dengan mempertimbangkan keberadaan
masyarakat melalui penggunaan teknik pelayanan kesehatan yang tertinggi.

6. Starategi Pelaksanaan Manajemen Keperawatan di Masa Mendatang


Mempertimbangkan perkembangan dan perubahan situasi yang berkaitan dengan
kegiatan keperawatan di masa mendatang,manajer keperawatan di ruangan akan berpotensi
menghadapi beberapan permasalahan.
Manajemen partisipatif di laksanakan berdasarkan filosofi kepercayaan antar pihak
yang terlibat dalam manajemen.
Manajemen partisifatip di lakukan juga berdasarkan kerangka kerja praktik profesional yang
menghargai kebebasan,mempertahankan dukungan,harapan yang jelas,sumber daya yang
memandai,dan situasi organisasi yang terbuka untuk menciptakan hubungan

B. KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN


1. Definisi Kepemimpinan
Definisi kepemimpinan menurut Stogdill yaitu kepemimpinan sebagai suatu proses
yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai
tujuan. Definisi kepemimpinan dari Strogdill dapat diterapkan dalam keperawatan.
Gardner mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi
contoh sehingga individu (atau pemimpin kelompok) membujuk kelompoknya untuk
mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Merton menguraikan kepemimpinan sebagai suatu transaksi masyarakat dimana
seorang anggota mempengaruhi yang lainnya.
Menurut McGregor, akhirnya ada empat variabel besar yang diketahui sekarang
untuk memahami kepemimpinan: (1) karakteristik pimpinan; (2) sikap; (3) kebutuhan, dan
karakteristik lainnya dari bawahan; dan (4) keadaan sosial, ekonomi, dan polotik lingkungan.
McGregor mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan hubungan yang sangat kompleks
yang selalu berubah dengan waktu seperti perubahan yang terjadi pada manajemen, serikat
kerja atau kekuatan dari luar.
Talbott mengatakan “kepemimpinan adalah bumbu yang sangat vital yang
mengubah sekelompok orang menjadi suatu organisai yang berfungsi dan berguna.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang menopang suatu kegiatan atas inisiatif seseorang.
Bukan semata-mata hanya menunjukan arah dan membuarkan sesuatu terjadi. Kepemimpinan
adalah suatu konsep dari suatu tujuan dan metode untuk mencapainya, suatu mobilisasi dari
seluruh fasiltas yang diperlukan untuk mencapai hasil, dari penyesuaian dan nilai-nilai
terhadap faktor lingkungan pada akhir dari tujuan yang dikehendaki nantinya.”

2. Teori Kepemimpinan
Dalam mengembangkan model kepemimpinan terdapat beberapa teori yang
mendasari terbentuknya gaya kepemimpinan. Menurut Whitaker (1996), ada empat macam
pendekatan kepemimpinan yaitu:
a. Teori Bakat
Teori bakat terdiri dari bakat intelegensi dan kepribadian. Kemampuan ini merupakan
bawaan sejak lahir yang mempunyai pengaruh besar dalam kepemimpinan. Beberapa hal
yang menonjol pada teori bakat adalah kepandaian berbicara, kemampuan/keberanian dalam
memutuskan sesuatu, penyesuaian diri, percaya diri, kreatif, kemampuan interpersonal dan
prestasi yang dapat menjadi bekal dalam membentuk kepemimpinan sehingga seseorang
pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya.
b. Teori Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan memfokuskan pada perilaku yang dipunyai oleh pemimpin dan
yang membedakan dirinya dari non pemimpin. Menurut teori ini seorang pemimpin dapat
mempelajari perilaku pemimpin supaya dapat menjadi pemimpin yang efektif. Dengan
demikian teori perilaku kepemimpinan lebih sesuai dengan pandangan bahwa pemimpin
dapat dipelajari, bukan bawaan sejak lahir.
c. Teori Situasi (Contingency)
Teori situasi mengasumsikan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang paling baik,
tetapi kepemimpinan tergantung pada situasi, bentuk organisasi, kekuasaan atau otoriter dari
pemimpin, pekerjaan yang kompleks dan tingkat kematangan bawahan.
d. Teori Transformasi
Teori transformasi mengasumsikan bahwa pemimpin mampu melakukan kepemimpinannya
dalam situasi yang sangat cepat berubah atau situasi yang penuh krisis. Menurut Bass
(Dikutip Gibson, 1997) seorang pemimpin transformasional adalah seorang yang dapat
menampilkan kepemimpinan yang kharismatik, penuh inspirasi, stimulasi intelektual dan
perasaan bahwa setiap pengikut diperhitungkan.

3. Model Kepemimpinan
Terrdapat 3 model kepemimpinan yaitu model Ohio State, kepemimpinan situasional,
dan mannagerial Grids (Lamonica; 1986)
1. Model Ohio State
Model di kembangkan pertama kali oleh anggota Staf dan Ohio State Leadership
Studies (Lamonnica 1986). Model ini mengandun 2 komponen yaiti :
a. Struktur prakarsa
Mengganbarkan pemimpin untuk melakukan pengorganisasia dan mendevinisikan
kegiatan para anggota kelompok beserta peran yang di kembannya.
b. pertimbangan
Sebagai komponen kedua dalam model ini, melibatkan komunikasi 2 arah untuk
menjawab keputusan keompok melalui menanyakan pendapat. Keyakinan dan keinginan.

2. Kepemimpinan Situasional
Teori ini di lakukan oleh Hersey dan Blanchard (1977) yang merupakan
pengembangan dan model Ohio State.
Berdasarkam model ini akan muncul 4 karekteristik prilaku kepemimpinan yaitu
a. hubungan tinggi tugas rendah
b. tugas rendah hubungn rendah
c. tugas tinggi hubungan tinggi
d. dan hubungan tinggi tuga rendah.
3. Manegerial Grid
Model kepemimpinan ini dikembangkan olh blake dan mounton (1978) yang pada
tahun 1981 dengan taper mencoba model ini dalam keperawatan. Secara garis besar, model
ini terbagi dalam beberapa kisi2 yang terdiri atas 5 gaya kepemimpinan yang di dasarkan
pada suatu kombinasi kepeulian terhadp produksi/ 7 an institusi dan kepedulian terhadap
orang, prilaku kepemimpinan terbagi atas 5 macam : Kepemimpinan otoritas kepatuhan,
Kepemimpinan tim, Kepemimpinan kontryclub, Kepemimpinan iskin dan kepemimpinan
Organisasi.
4. Kepemimpinan Efektif
Berbagai macam karekteristak prilaku kepemimpinan berdasarkan model
kepemimpinan diatas dala implmentasinya di pengaruhi faktos situasi yang kerap di sebut
dengan tingkat kedewasan. Faktor-faktor tersebut kdi kelompokkan 4 katagori yaitu
a. Kedewasaan tngggi rendah yang di tanndai dg tidak mampu dan tidak mau
b. Tingkat rendah sedang yang dicirikan dengan tidak mampu tetapi mau
c. Tingkat sedang tinggi dengan ciri2 mampu tetapi tidak mau
Kedewasaan tingkat tinggi dengan ciri2 mampu dan mau

4. Gaya Kepemimpinan
Menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu
organisasi antara lain:
a. Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik
ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada
bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi.
Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding
kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan
mempunyai pengalaman yang lebih baik dan menginginkan partisipasi, maka pemimpin
dapat menerapkan gaya partisipasinya.

b. Gaya Kepemimpinan Menurut Likert


Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu:
1. Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap
bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang
dilakukan satu arah ke bawah (top-down).
2. Sistem Benevolent-Authoritative
Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan
ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin
memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan
keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.
3. Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar. Pemimpin
menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang
menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan
spesifik yang dibuat oleh bawahan.
4. Sistem Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, menggunakan
insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan
bawahan sebagai kelompok kerja.
c. Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y
Dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side Enterprise
(1960), dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat
dikelompokkan dalam dua kutub utama, yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X
mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekarjaan, kurang ambisi, tidak
mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin
daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa, bawahan itu senang
bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu
berimajinasi, dan kreatif. Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat
macam yaitu:
1. Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan
ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.
2. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun
bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan
tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.
3. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan
dengan musyawarah. Gaya ini pada dasarnya sesuai dengan Teori Y.
4. Gaya Kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada
bawahannya (Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)

d. Gaya Kepemimpinan Menurut Robbet House


Berdasarkan Teori Motivasi pengharapan, Robert House dalam Nursalam (2002)
mengemukakan empat gaya kepemimpinan yaitu:
1. Direktif
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya
ini mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh
bawahannya.
2. Suportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah terhadap
bawahan.
3. Parsitipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran dalam
rangka pengambilan sebuah keputusan.
4. Berorientasi Tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan berusaha untuk
mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin (Sujak dalam Nursalam, 1990)

e. Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchard


Ciri-ciri kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard (1997) meliputi:
1. Instruksi
− Tinggi tugas dan rendah hubungan
− Komunikasi sejarah
− Pengambilan berada pada pemimpin dan peran bawahan sangat minimal
− Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifikserta mengawasi
dengan ketat
2. Konsultasi
− Tinggi tugas dan tinggi hubungan
− Komunikasi dua arah
− Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan cukup besar
3. Parsitipatif
− Tinggi hubungan rendah tugas
− Pemimpin dan bawahan bersama-sama member gagasan dalam pengambilan keputusan
4. Delegasi
− Rendah hubungan dan rendah tugas
− Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan dalam pemecahan
masalah serta bawahan diberi delegasi untuk mengambil keputusan
f. Gaya Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White
Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu otoriter, demokrasi,
liberal yang mulai dikembangkan di Unversitas Lowa.
1. Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
− Wewenang mutlak berada pada pimpinan
− Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
− Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
− Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
− Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan
secara ketat
− Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
− Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat
− Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif
− Lebih banyak kritik daripada pujian
− Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
− Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
− Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
− Kasar dalam bersikap
− Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
2. Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar
besedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang
akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
− Wewenang pimpinan tidak mutlak
− Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
− Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
− Komunikasi berlangsung timbal balik
− Pengawasan dilakukan secara wajar
− Prakarsa datang dari bawahan
− Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan
− Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif
− Pujian dan kritik seimbang
− Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-masing
− Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar
− Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
− Tercipta suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan saling menghargai
− Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama
3. Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain
agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan
pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:
− Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
− Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
− Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
− Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
− Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku
− Prakarsa selalu berasal dari bawahan
− Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
− Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
− Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
− Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan

g. Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang


Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan
dibedakan menjadi empat yaitu:
1. Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekarjaan. Menggunakan
kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang
akan dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada
kepentiungan tugas. Motivasi dengan reward dan punishment.
2. Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan
kekuatan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk
menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya.
Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
3. Partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan
hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Staf
dimintai saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan
keputusan akhir ada pada kelompok.

4. Bebas Tindak
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan,
supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekarjaan sesuai dengan caranya
sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.

5. Kriteria Pemimpin dalam Keperawatan


Kepemimpinan yang efektif di RS akan terwujud apabila pemimpin menelaah dengan sistem
yang efektif. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat
mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang memuaskan
bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara
lain menurut :
a. Ruth M. Trapper (1989 ), membagi menjadi 6 komponen :
1. Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok.
Memilih pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
2. Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri serta
kebutuhan orang lain.
3. Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
4. Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan
5. Mengambil tindakan
b. Hellander ( 1974 )
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang bersama-sama
mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.
c. Bennis ( Lancaster dan Lancaster, 1982 )
Mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seorang pemimpin, yaitu :
1. Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia ( hubungan
antar manusia ).
2. Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
3. Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam mempengaruhi orang
lain.
4. Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan seseorang mengenal
orang lain dengan baik.
d. Gibson ( Lancaster dan Lancaster,1982 )
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :
1. Kewaspadaan diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi orang lain.
Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru
telah menghambatnya.
2. Karakteristik kelompok
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai - nilai
kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
3. Karakteristik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap individu unik
dan masing - masing mempunyai kontribusi yang berbeda.

6. Tugas Kepemimpinan dalan Keperawatan


Tugas penting seorang pemimpin di ruang rawat adalah:
a. Selalu siap menghadapi setiap perubahan. Setiap pemimpin di ruang rawat harus mampu
bersikap proaktif dalam setiap perubahan yang terjadi, berperan dalam setiap aspek
kehidupan berorganisasi, serta mengkaji setiap kemungkinan untuk mengembangkan sesuatu
yang baru serta mampu menanggapi setiap kesempatan sebagai suatu tantangan yang dapat
menghasilkan.
b. Mengatasi konflik yang terjadi sebagai dampak dari kegiatan, kebijakan, ataupun
hubungan yang terkait dengan atasan, bawahan atau pasien dan keluarganya.
c. Meningkatkan dinamika kelompok diantara bawahan sebagai upaya pemimpin untuk
memotivasi bawahan
d. Meningkatkan komunikasi dengan atasan, bawahan, rekan sejawat dan konsumen lainnya.
Keterbukaan dalam berkomunikasi akan dapat memperlancar proses pelaksanaan kegiatan
sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan.
e. Melatih kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki dengan menerapkan berbagai cara untuk
membuktikan bahwa kekuasaan dan kewenangan itu masih dapat dihargai oleh bawahan.
f. Menggunakan aspek politik untuk mempengaruhi orang lain, dalam rangka memperlancar
pencapaian tujuan.
g. Menatalaksanakan waktu dengan baik. Penatalaksanaan waktu yang baik mencerminkan
pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia digunakan dengan baik pula sehingga
produktivitas kerja menjadi meningkat.

7. Penerapan Kepemimpinan dalam Keperawatan


Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang
kompleks dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan
berbagai kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan. Menurut Kron, kegiatan
tersebut meliputi :
a. Perencanaan dan Pengorganisasian
Pekerjaan dalam suatu ruangan hendaknya direncanakan dan diorganisasikan. Semua
kegiatan dikoordinasikan sehingga dapat dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengan cara
yang benar. Sebagai seorang kepala ruangan perlu membuat suatu perencanaan kegiatan di
ruangan.
b. Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan
Setelah membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada para perawat tentang
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan jelas. Dalam memberi pengarahan,
seorang pemimpin harus mampu membuat seseorang memahami apa yang diarahkan dan
juga mempunyai tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut dikerjakan dengan
benar.
c. Pemberian bimbingan
Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam keperawatan. Bimbingan berarti
menunjukkan cara menggunakan berbagai metode mengajar dan konseling. Bimbingan yang
diberikan meliputi pengetahuan dan keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akan
membantu bawahan dalam melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikan kepuasan
bagi perawat dan klien.

d. Medorong Kerjasama dan Partisipasi


Kerjasama diantara perawat perlu ditingkatkan dalam melaksanakan keperawatan. Seorang
pemimpin perlu menyadari bahwa bawahan bekerjasama dengan pemimpin bukan untuk atau
dibawah pimpinan. Kerjasama dapat ditingkatkan melalui suasana demokrasi dimana setiap
individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, dan mereka mendapat pujian
serta kritik yang membangun. Bawahan perlu mengetahui bahwa pemimpin mempercayai
kemampuan mereka. Hubungan antar manusia yanng baik dapat meningkatkan kerjasama.
Disamping itu setiap individu dalam kelompok diusahakan untuk berpartisipasi. Hal ini akan
membuat setiap perawat merasa dihargai termasuk bagi mereka yang sering menarik diri atau
yang pasif. Partisipasi setiap perawat dapat berbeda-beda, tergantung kemampuan mereka.

e. Kegiatan Koordinasi
Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang penting dalam
kepemimpinan keperawatan. Seorang pemimpin perlu mengusahakan agar setiap perawat
mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu
dilakukan adalah melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja bawahan.
Agar dapat melakukan koordinasi dengan efektif, diperlukan suatu perencanaan yang baik
dan penggunaan kemampuan setiap individu dan sumber-sumber yang ada.
f. Evaluasi Hasil Penampilan Kerja
Evaluasi hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan terhadap staf dan pekerjaan
mereka. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menganalisa kekurangan dan
kelebihan staf sehingga dapat mendorong mereka mempertahankan pekerjaan yang baik dan
memperbaiki kekuranngan yang ada. Agar seorang pemimpin dapat menganalisa perawat lain
secara efektif, ia juga harus dapat menilai diri sendiri sebagai seorang perawat dan seorang
pemimpin secara jujur.

Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan seorang kepala ruangan dapat melakukan tanggung
jawabnya sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Dalam melaksanakan pelayanan dan
asuhan keperawatan, kepala ruangan sebagai seorang pemimpin bertanggung jawab dalam :
1. Membantu perawat lain mencapai tujuan yang ditentukan
2. Mengarahkan kegiatan-kegiatan keperawatan
3. Tanggungjawab atas tindakan keperawatan yang dilakukan
4. Pelaksanaan keperawatan berdasarkan standar
5. Penyelesaian pekerjaan dengan benar
6. Pencapaian tujuan keperawatan
7. Kesejahteraan bawahan
8. Memotivasi bawahan

Anda mungkin juga menyukai