1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pembahasan teori mengenai obat antideprean terhadap ibu hamil
1.3.2 Untuk mengetahui hasil jurnal mengenai efek obat antidepresan terhadap ibu hamil
1.3.3 Untuk mengetahui hasil dan analisis SWOT dari jurnal mengenai obat antidepresan terhadap ibu
hamil
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi mahasiswa, dapat menambah wawasan penggunaan obat antidepresan terhadap ibu hamil
dan janin.
1.4.2 Bagi tenaga kesehatan, dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemberian pengobatan terhadap ibu
hamil yang mengalami depresi, dan memilih obat yang tepat untuk mengatasi depresi ibu hamil
1.4.3 Bagi keluarga dan masyarakat dapat lebih peduli dan mengerti dengan wanita hamil, sehingga
dapat membantu dalam mengatasi masalah yang dialami.
BAB II
RINGKASAN JURNAL
Jurnal berjudul “ Is The Risk of Preterm Birth and Low Birth Weight Afeccted by The Use
of Antidepressant Agents During Pregnancy ? A Population – Based Investigation ” oleh Anna
Cantaruttil, Luca Merlino, Emiliano Monzani, dan Giovani Carraol. Latar belakang penelitian ini,
ibu yang sedang hamil sangat rentan mengalami depresi. Depresi yang terus menerus dan tidak
diobati selama kehamilan akan menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas pada ibu
dan anak. Penelitian menyebutkan hubungan antara penggunaan antidepresan pada kehamilan dan
resiko yang merugikan perinatal dan kelahiran bayi. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan obat antidepressant selama kehamilan dengan
mengacu pada risiko kelahiran prematur (PTB) dan berat lahir rendah (BBLR).Penelitian ini
berbasis populasi. Populasi penelitian ini yaitu penduduk Lombardy, Italia yang memanfaatkan
layanan kesehatan. Penelitian ini melibatkan 384.673 kelahiran dari tahun 2005 sampai 2010. Ibu
yang menggunakan antidepresan sebelum dan selama kehamilan diselidiki. Analisis penelitian ini
menguunakan model regresi log-binomial dyaitu untuk memperkirakan hubungan antara
penggunaan antidepresan selama kehamilan, dibandingkan dengan non-penggunaan atau
menggunakan hanya sebelum kehamilan, dan rasio prevalensi PTB dan BBLR. Hasil penelitian
ini didaptkan bahwa wanita yang menggunakan antidepresan memiliki usia yan lebih tua, tingkat
pendidikan rendah, lebih sering berada di Italia, belum menikah, bekerja dan menderita penyakit
medis. Ibu yang menggunakan antidepresan selama kehamilan memiliki prevalensi yang
signifikan lebih tinggi dari resan sehubungan dengan kelahiran bayi premature dan berat lahir
rendah. Wanita yang menggunakan antidepresan selama kehamilan memiliki 20% peningkatan
prevalensi dari kelahiran prematur dan berat lahir rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak
pernah menggunakan antidepresan selama seluruh periode observasi (yaitu, dari 9 bulan sebelum
kehamilan sampai melahirkan). Hasil tersebut dikonfirmasi dengan mempertimbangkan secara
terpisah efek SSRI dan antidepresan lainnya bersama-sama.
BAB III
PEMBAHASAN
Depresi yang terus menerus dan tidak diobati selama kehamilan akan menyebabkan
meningkatnya morbiditas dan mortalitas pada ibu dan anak. Penelitian menyebutkan hubungan
antara penggunaan antidepresan pada kehamilan dan resiko yang merugikan perinatal dan
kelahiran bayi (Cantarutti, A., 2016).
Analisis
tersebut
menunjukkan
bahwa obat
antidepresankurang
efektif untuk ibu
hamil, dilihat dari
efek sampingnya
akan
mempengaruhijanin.
Namun obat
antidepresan
memiliki peluang
besar untuk
diberikan kepadaibu
hamil, sehingga
perlu dikaji lebih
dalam mengenai
efek obat
antidepresanpada
ibu hamil dan dapat
melakukan
pemilihan obat yang
tepat untuk ibu
hamil.Oleh karena
itu diperlukan
penelitian lebih
alnjut mengenai
obat antidepresan
yangcocok untuk iu
hamil dan cara
untuk mengatasi
efek yang
ditimbulkan
obatantidepresan
tersebut.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Depresi adalah suatu keadaan terganggunya alam perasaan yang sangat rentan dialami oleh
ibu hamil. Depresi yang terus menerus dan tidak diobati selama kehamilan akan menyebabkan
meningkatnya morbiditas dan mortalitas pada ibu dan anak. Penelitian menyebutkan hubungan
antara penggunaan antidepresan pada kehamilan dan resiko yang merugikan perinatal dan
kelahiran bayi. Pengobatan dengan antidepresan selama kehamilan menurut penelitian berkaitan
dengan cacat bawaan, hasil kelahiran negatif, dan masalah perkembangan saraf, meningkatan
risiko kelahiran prematur dan berat lahir rendah. Namun depresi yang tidak diobati selama
kehamilan berisiko untuk ibu dan janin (misalnya, kelahiran prematur, gizi buruk, berat badan
yang tidak memadai, perawatan prenatal yang buruk, ketidakmampuan untuk merawat diri sendiri,
penggunaan narkoba, penghentian kehamilan, dan depresi postpartum). Jadi diperlukan pilihan
yang paling aman dengan memperhitungkan resiko dari pengobatan dengan antidepresan dan
resiko dari depresi.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi mahasiswa diharapkan lebih menambah pengetahuan mengenai pengobatan depresi
khusunya untuk ibu hamil
4.2.2 Bagi tenaga kesehatan diharapkan lebih memahami mengenai penyakit, dan pengobatan yang akan
diberikan sehingga tidak menimbulkan resiko yang lebih buruk, dan dapat memilih intervensi yang
lebih tepat.
4.2.3 Bagi keluarga, diharapkan lebih memberikan dukungan psikologi untuk ibu hamil sehingga dapat
mengurangi depresinyang dialami.
DAFTAR PUSTAKA
Aydin, N., Oral, E., & Gulec, M. (2011). A challenging issue : Should medications be prescribed to
pregnant and depressed women?. Jurnal of Mood Disorders, 1(3), 118-25.
Cantarutti, A., Merlino, L., Monzani, E., Giaquinto, C., & Corrao, G. (2016). Is the risk of preterm birth
and low birth weight affected by the use of antidepressant agents during pregnancy? A population-
based investigation. PLoS One, 11(12) doi:http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0168115
Chaudron, L. H. (2013). Complex challenges in treating depression during pregnancy. The American
Journal of Psychiatry, 170(1), 12-20. Retrieved from
https://search.proquest.com/docview/1317509779?accountid=32506
Kaplan, H.J., Sadock, B,J., & Greb, J,A. (2010). Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Jakarta : Binarupa Aksara.
Lorenzo, L., M.D., & Einarson, A., R.N. (2014). Antidepressant use in pregnancy: An evaluation of adverse
outcomes excluding malformations.The Israel Journal of Psychiatry and Related Sciences, 51(2),
94-105. Retrieved from https://search.proquest.com/docview/1777659216?accountid=32506
Ramos E, Oraichi D, Rey E, Blais L, Bérard A: Prevalence and predictors of antidepressant use in a cohort
of pregnant women. BJOG 2007; 114:1055–1064
Shodiqoh, E.R., & Syahrul. (2014). Axiety Level Difference Between The Face Of Labour And
Multigravida. Jurnal Berkala Epidemiologi, 2(1).
Suri R, Hellemann G, Cohen L, Aquino A, Altshuler L. Saliva estriol levels in women with and without
prenatal antidepressant for treatment. Biol Psychiatry. 2008; 64(6):533±537 doi:
10.1016/j.biopsych. 2008.04.015 PMID: 18495086
Yonkers K.A., Norwitz E. R., Smith M. V., Lockwood C. J., Gotman N., Luchansky E., et al. Depression
and serotonin reuptake inhibitor treatment as risk factors for preterm birth. Epdemiology 2012;
23:677±685
Tambahkan komentar
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
Jan
20
terapi masase.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1) Sport massage adalah masase yang khusus diberikan kepada orang yang sehat badannya,
terutama olahragawan karena pelaksanannya memerlukan terbukanya hampir seluruh
tubuh. Tujuan sport massage adalah:
a) Memperlancar peredaran darah
b) Merangsang persarafan terutama saraf tepi untuk meningkatkan kepekaan
rangsang.
c) Meningkatkan ketegangan otot dan meningkatkan kekenyalan otot untuk
meningkatkan daya kerja otot.
d) Mengurangi atau menghilangkan ketegangan saraf dan mengurangi rasa sakit.
2) Segment massage adalah masase yang ditujukan untuk membantu penyembuhan terhadap
gangguan atau kelainan - kelainan fisik yang disebabkan oleh penyakit tertentu. Ada
beberapa macam segment massage salah satunya adalah terapi masase.
3) Cosmetic massage adalah masase yang khusus ditujukan untuk memelihara serta
meningkatkan kecantikan muka serta keindahan tubuhberserta bagian -bagiannya.
4) Macam masase yang lain: misalnya massage untuk merangsang jantung, erotic massage,
sensuale - massage, shiatsu serta bentukbentuk masase yang lain.
Tambahkan komentar
2.
Dec
3. Program GERMAS
Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat adalah upaya penguatan paradigma
pembangunan kesehatan dari kuratif rehabilitatif menjadi promotif-preventif yang
dilakukan melalui pendekatan multi sektor, serta menyusun rencana aksi terkait
penguatan upaya promotif preventif kesehatan. Tahun 2016-2017, Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) berfokus pada 3 aspek perubahan perilaku
yaitu melakukan aktivitas fisik setiap hari, mengkonsumsi sayur dan buah setiap
hari, dan melakukan pemeriksaan berkala untuk mendeteksi faktor resiko yang ada
pada setiap orang. Ketiga fokus ini dilakukan untuk mewujudkan paradigma sehat
dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku
hidup sehat (Kemenkes RI, 2017).
http://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Warta
-Kesmas-Edisi-01-2017_752.pdf
4. Puskesmas
Puskesmas adalah adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kab/Kota yang
bertanggungjawab menyeleggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagain
wilayah kecamatan. Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan tingkat satu. Puskesma
bertujuan unuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas (Ovania, 2016).
(http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/PUSKESMAS_5.pdf)
5. Posbindu PTM
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini
dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan
periodik. Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi
minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres,
hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini faktor risiko
yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit
jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan
gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan. (KESMAS, 2016)
http://www.indonesian-publichealth.com/beda-posbindu-dan-posyandu/ “Beda Posbindu
dan Posyandu”
Kegiatan Posbindu yaitu:
- Monitoring faktor risiko bersama PTM secara rutin dan periodik. Rutin berarti
Kebiasaan memeriksa kondisi kesehatan meski tidak dalam kondisi sakit.
Sedangkan Periodik artinya pemeriksaan kesehatan dilakukan secara berkala.
- Konseling faktor risiko PTM tentang diet, aktifitas fisi, merokok, stress dan
lain-lain.
- Penyuluhan / dialog interaktif sesuai masalah terbanyak.
- Aktifitas fisik bersama seperti olah raga bersama, kerja bakti dan lain-lain.
- Rujukan kasus faktor risiko sesuai kriteria klinis.
7. Program PHBS
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah Upaya untuk memberikan pengalaman
belajar bagi perorangan, kelompok dan masyarakat dengan cara membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi guna meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana dan
melakukan gerakan pemberdayaan masyarakat sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup
sehatn dalam rangka menjaga, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatannya
(Depkes, 2011).
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dilakukan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS
mencakup 10 indikator yaitu makan makana beranekaragam, minum tablet tambah darah,
mengonsumsi garam beryodium, memberi bayi dan balitta kapsul vitamin A, perilaku
menyehatkan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan
lingkunga, perilaku kebersihan perorangan seperti mandi dengan air bersih dan
menggunakan sabun, menyikat gigi, menggunting kuku dan perilaku lainnya yang
mendukung kesehatan (Depkes, 2011)
Peranne mungkin educator, kolaborator, dll (ane memberdayakan masyarakat atau pkk)
http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/panduan-pembinaan-
dan-penilaian-phbs-di-rumah-tangga.pdf
8. Program KTR
Program Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat
terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok.
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan
kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan
umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan, untuk melindungi
masyarakat yang ada dari asap rokok (Kemenkes RI, 2011)
http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/pedoman-ktr.pdf)
Dapus
Kemenkes RI. (2016). Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2015). Program Nusantara Sehat Untuk Perkuat Pelayanan Kesehatan.
Retrieved from: www.depkes.go.id. Diakses pada 15 Nopember 2017
Kemenkes RI. (2017). GERMAS “Gerakan Masyarakat Hidup Sehat”. Jakarta: Warta
Kesmas
Tambahkan komentar
3.
Dec
2. Edukator
3. Advocator
Peran perawat komunitas sebagai advocator, perawat komunitas memastikan hak setiap
individu, kelompok, dan masyarakat mendapat pelayanan kesehatan. Namun tidak semua
masyarakat mampu mendapat pelayanan kesehatan yang sederajat karena faktor ekonomi,
tidak memiliki asuransi kesehatan, sehingga diperlukan perawat komunitas memberikan
arahan dan penjelasan mengenai system pelayanan kesehatan sehingga masayarakat atau
klien mendapatkan elayanan kesehatan yang sesuai.
4. Manajer Kasus
6. Agent of Change
7. Peneliti
Tambahkan komentar
4.
Nov
27
Materi Keperawatan Komunitas 1
KEPERAWATAN KOMUNITAS
CHN atau Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah sintesisi dari ilmu kesehatan
masyarakatat dan teori keperawatan professional yang bertujuan meningkatkan derajat
kesehatan pada keseluruhan komunitas.
- Pelayanan keperawatan langsung kepada individu, keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas
- Perhatian langsung thd kesehatan seluruh masyrakat dan masalah atau isu kesehatn
masyarakat.
- Klien : Komunitas
- Proses keperawatan yang dilakukan bersama dengan komunitas sebagai mitra kerja
- Pencegahan primer merupakan hal yang prioritas dalam memilih tindakan yang sesuai
- Penggunaan sumber-sember kesehatan yang optimal melalui intersvensi keperawatan
- Kolaborasi dengan berbagai jenis profesi, organisasi, dan perkumpulan merupakan cara
yang paling efektif untuk mempromosikan dan melindungi kesehatan populasi.
Level Intervensi Keperawatan Komunitas
- Proses Kelompok
- Pendidikan Kesehatn
- Kemitraan (partnership) : bekerja bersama-sama bukan bekerja untuk masyarakat
- Pemberdayaan (empowering): pemberian dorogan atau kekuatan, kekuatan ide baru shg
membentuk interaksi transformative kepada masayarakat sehingga mencapai perubahan.
- Observasi
- Terapi Modalitas
- Pendidikan Kesehatan
- Mendemonstrasikan Keterampilamm dasar
- Konseling
- Kerjasama lintas program dan sektoral
- Rujukan keperawatan dan non keperawatan
Pemberdayaan Masyarakat
Konsep Mayarakat
- Masyarakat adalah unit fungsional dalam wilayah tertentu yang berusaha memenuhi
kebutuhan dasarnya guna mempertahankan kehidupannya
- Unit interaksi sosial yang berpola
- Unit simbolik yang memberikan identitas kolektif
- Kebodohan (illiteracy)
- Kekuatan tradisi (traditional regidity)
- Penduduk yang tidak terampil (unskill people)
- Konsumptif
- Tidak mampu alih teknologi (distranchised)
- Salah penempatan atau penggunaan dibawah kemampuan
- Suatu proses yang dilakukan oleh individu, kelompok dan komunitas untuk mencapai
manfaat dalam dalam kehidupan
- Proses pemberian kekuatan atau dorongan shgmembentuk interaksi transformative kpd
komunitas
- Upaya memobilisasi komunitas agar mampu berperan dalm pengambilan keputsan dan
tindakan strategis
- Upaya fasilitasi agar masyarakat mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan dan
melakukan pemecahan maslah dengan potensi setempat sesuai dengan kebuthan.
Tujuan:
- Nilai masyarakat
- Sikap masyarakat
- Demografi
- Kepemimpinan
- Ekonomi
- Pendidikan
Pendekatan yang bisa dilaksanakan
- Penyuluhan kesehatan
- Pengorganisasian masyarakat
- Pembangunan masyarakat : kopeasi, dana sehat, post obat desa
Pengorganisasian Masyarakat
Tahap Pengorganisasian
- Fase Persiapan
- Memilih area
- Memilih cara kontak
- Mempelajari masyarakat
- Integrasi dengan masyarakat : kunjungan, partisipasi dalam kegiatan sosial,
sesuaikan dengan gaya hidup, tonggal di masyarakat
- Terbina rasa percaya
- Fae Pengorganisasian
- Sosialisasi tercapai
- Pembentukan kelompok kerja kesehatan :
- Rapat musyawarah desa
- Pemilihan kelompok inti
- Partisipatif
- Pengendalian % masyarakat
- Struktur sederhana
- Pengakuan kelompok kerja oleh penguasa daerah
- Fase Edukasi dan Latihan
- Pertemuan teratur
- Definisi masalah
- Kajian dan analisa
- Tetapkan tujuan
- Rencana tindakan dan kaji sumber-sumber
- Edukasi dan latihan
- Marketing atau pemasaran
- evaluasi
- Fase Formasi Kepemimpinan
Dalam proses akan dikembangkan kemampuan :
- Kepemimpinan
- Pengorganisasian masyarakat
- Pendanaan masyarakat
- Fase Koordinasi Intersektoral
- Kerjasama intersektoral dan lintas sektoral
- Menetapkan jalur kerjasama
- Fase Akhir
Rencana perubahan bertahap:
- Aksi masal (gebrakan)
- Pembinaan
- Pengembangan
Pengendalian dan pengontrolan
- Datangi mereka, kenali, mulai perubahan dari yang mereka miliki dan pikirkan,
percayalah mereka punya kapabilitas dan solidaritas
- Transfer energy. Mengenergikam pihak lain dan melipatgandakan energy kita sendiri.
Lingkup Keperawatan
1. Advokasi
Advokasi ditujukan kepada pembuat keputusan dan penentu kebijakan public, serta
piha-pihak yang berkepentingan lainnya, termasuk para penyandang dana, mengupayakan
agar para penentu kebijakan di berbagai sector dan tingkatan administrative
mempertimbangkan dampak kesehatan dari setiap kebijakan yang dibuanya.
Advokasi lebih diarahkan pada sasaran tersier yang mempunyai potensi memberikan
dukungan kebijakan dan sumberdaya dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah: RT,
RW, Kepala Desa, Lurah, Camat, Bupati/Walikota, BPD,DPRD.
Tujuan utama advokasi adalah untuk mendorong aturan public agar mendukung
kesehatan.
Pendekatan dilakukan secara individu, kelompok dan lembaga.
Tujuan advokasi untuk mendapatkan:
- Komitmen politik
- Dukungan kebijakan
- Dukungan masyarakat
- Dukungan system
Wujud advokasi : software dan hardware
Cara untuk mencapai wujud tersebut melalui :
- Lobi politik
- Seminar dan presentasi
- Media
- Perkumpulan peminat
Argumen untuk advokasi
- Meyakinkan
- Layak
- Relevan (memenuhi kebutuhan masyarakat dan dapat memecahkan masalah kesehatan
yang dialami masyarakat)
- Penting
- Prioritas tinggi
Komunikasi dalam advokasi
- Atraksi interpersonal
- Daya Tarik
- Percaya diri
- Kemampuan
- Familiar
- Kedekatan
- Perhatian
- Intensitas komunikasi
- Visualisasi
2. Bina Suasana
Bina suasanana ditujukan kepada pembentuk opini atau pihak-pihak yang
mempengaruhi opini di masyarakat, seprti tokoh masyarakat, orgaisasi masyarakat,dan
organisasi non pemerintah.
Bins suasana (social support) lebih diarahkan pada sasaran sekunder yaitu lintas
program, petugas kesehatan, kader, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, TP-PKK,
Organisasi kemasyarakatan, organisasi kehatan, medeagamaan, pramuka, organisasi
pemuda, organisasi profesi, kelompok-kelompok peduli kesehatan, media massa, lintas
sector, swasta/ dunia usaha.
Tujuan :
- Agar tokoh masyarakat memiliki kemampuan yang diharapkan program dan dapat
membanu menyebarkan informasi kepada masyrakat luas.
3. Gerakan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat ditujukan kepada masyarakat (khususnya individu,
keluarga, dan kelompok) agar berdaya dalam mengendalikan faktor- faktor yang
mempengaruhi kesehatan.
Pemberdayaan merupakan proses dimana masyarakat “diposisikan” mempunyai peran
yang besar dalam pengambilan keputusan dan menetapkan kegiatan/ tindakan yang
memepengaruhi kesehatan mereka.
Pemberdayaan didefinisikan sebagai :
a. To give power or authority (memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan,
atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain)
b. To give ability to or enable (upaya untuk memberikan kemampuan atau
keberdayaan)
Pemberdayaan adalahb proses pemberian informasi secara terus menerus
dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, agar sasaran tersebut
berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau (aspek attitude), dan dari masu menjadi mampu melaksanakan
perilakuk yang diperkenalkan (aspek practice).
Kompnen lingkungan
Golongan fisik kebisingan , radiasi, cuaca, panas
Golongan kimia : pestisida pada makanan, asap rokok, limbah pabrik, pewarna makanan
Golongan biologi : jamur, bakteri, cacing, virus
Golongan psikososial : hubungan antara aasan dan bawahan, teman, tetangga, dan
sebagainya.
Menurut WHO terdapat 17 ruang lingkup kesehatan ligkungan:
1. Penyediaan air minum
2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan sampah padat
4. Pengendalian vector
5. Pencegaham atau pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Hygiene makanan , termasuk hygiene susu
7. Pengendalian pecemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengedalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindkan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemic/
wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegaan yang iperlukan untuk menjamin lingkungan
1. Keamanan air
2. Sewage system
4. Management samapah
5. Control vector
7. Kontaminasi lingkungan
Konsep Ekologi
- Komeostatis adalah kecenderungan system biologi untuk menahan perubahan dan selalu
berada dalam keseimbangan.
Prinsip Ekkologi
- Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekkosistem dengan berbagai komponen
penyusunnya yaitu faktor abiotic dan biotik
- Faktor abiotic antara kain suhu, air, kelembapan, cahaya dan topografi, sedangkan faktor
biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia , hewan, tumbuhan dan mikroba
Rantai Makanan
Peristiwa makan dan dimakan antara makhluk hidup dengan urutan tertentu, dalam rantai
makanan ada makhluk hidup yang berperan sebagai produsen, konsumen, dan decomposer.
Pada rantai makanan tersebut terjadi proses makan dan dimakan dalam urutan tertentu.
Tambahkan komentar
5.
Nov
24
KEPERAWATAN PALIATIVE
Faktor Ket.
1. Sosialekonomi, budaya, Urbanisasi, globalisasi dan penuaan populasi
politik dan lingkungan
2. Faktor resiko yang dapat Diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik,
dimoifikasi penggunaan tembakau (gaya hidup tidak sehat)
3. Faktor risiko yang tidak Usia dan genetic
dapat dimodifikasi
4. Faktor risiko intermediate Peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar
glukosa darah, lipid darah yang abnormal,
kelebihan berat badan dan obesitas
5. Faktor lain Penggunaan alcohol, penyakit infeksi, lingkungan,
polusi udara, faktor psikososial
- Gangguan social
- Gangguan somatic
- Gangguan seksual
- Gangguan psikologis
- Gangguan fungsi peran
- Mengelola Krisis
- Mengelola rejimen
- Mengontrol gejala
- Menangani kekurangan uang untuk membayar perawatan
- Mengelola lintasan
- Mengelola isolasi sosial
- Menormalisas
- Powerlessness teory
- Adaptation teory
- Self care teory
- Coping teory
- Self Consept teory
- Family teory
Implikasi Kekronisan
- Kurang pemahaman
- Prosedur yag sulit dilakukan
- Waktu yang lama
- Tidak ada biaya
- Efek samping terapi
- Malu
- Support system yang kurang (motivasi rendah)
- Mencegah kekambuhan
- Menangani gejala
- Mencegah dan menangani krisis dan komplikasi
- Mencegah dan menangani kecacatan
- Memperbaiki dan mempertahanan kondisi yang stabil
- Memvalidasi nilai-nilai individu dann fungsi individu
- Mengadaptasi terhadap ancaman identitas berulang dan kehilangan fungsi
progresif
- Menormalisasi kehidupan inividu dan keluarga seoptimal mungkin
- Mengidentifikasi sumber-sumber dukungan dan membentuk system
pendukng
- Mengupayaka kematian dengan tenang dan terhormat
Pengkajian Nyeri
Cara mengetahui mengenai gambaran dan tingkat nyei dari verbal individu :
- Intensitas nyeri
- Karakteristik nyeri : letak, durasi, irama, kualitas
- Faktor-faktor yang meredakan nyeri
- Efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari
- Kekhawatiran individu tentang nyeri
Skrining Nyeri
- Ukur skala nyeri 24 jam terakhir dan saat ini (saat istirahat dan brgerak”
- Karakteristik nyeri
- Lokasi nyeri
- Perjalanan
- Menetap atau intermiten
- Onset dan durasi
- Riwayat kanker dan pengobatan
- Pemeriksaan fisik
- Laboratorium penunjang
- Aaspek lain : arti dan akibat dari nyeri bagi px dan keluarga, pngetahuan dan
kepercyaan tg nyeri, kultur ttg nyeri, faktor spiritual dan keyakinan agama
terhadap nyeri, tujuan dan harapan tatalaksana nyeri, kondisi psikologis px,
dukungan keluarga dan gangguan psikiatri.
- Faktor yg memperberat dan memperingan
- Dampak terhadap aktivitas, kemampuan berjalan, pekerjaan, nafsu makan,
tidur, mood dan hubungan dengan orang lain.
- Gejala lain yang menyertai
- Obat dan dosis dan intervensi yang telah dilakukan
- Respon dan efek samping trhadap obat atau intervensi tsb.
Pengkajian meliputi :
- Sediakan informasi dan intruksi ttg nyeri, persetujuan ttg tujuan terapi dan
anjurkan pasien untuk berperan aktif dalam manajemen nyerinya
- Gunakan jenjang pemberian analgesic dari WHO
- Jaga treatmen agar sesimple mungkin
- Review secara regular diperlukan untuk memastikan bahwa tujuan terapi
tercapai atau tidak.
KETERANGAN
NON- OPIOID
NSAID Paracetamol
Untuk nyeri tulang, nyeri akibat Untuk nyeri ringan terutama untuk
inflamasi dan kerusakan jaringan, jaringan lunak dan muskuloskletal serta
metastase tulang, demam neoplastic, penurunan panas.
nyeri post-op Dosis: pct 500mg-1000mg/ 4 jam. Max
Cth : aspirin, iclofenac, celecoxib, dosis 4 gram/ hari
ketorolac, meloxicam, asam
mefenamat
OPIOID LEMAH
Codein Tramadol
Untuk nyeri sedang (PO) ES minimal thd sedasi, depresi
ES: sedasi, konfusi, hipotensi, mual, pernafasan dan gastrointestinal (mual,
muntah, konstipasi (perlu laksatif muntah), ggn system kardiovaskular.
secara rutin. Dosis: 2mg/kg (Max 8mg/kg/hari)
Dosis: 0,5-1 mg/kg (Max 60mg/dosis)
OPIOID KUAT
Morfin Fentanyl
Morfin Oral ES: terhadap susunan saraf pusat lebih
- obat lini pertama jika ada indikasi sedikit disbanding morfin, efek
pemberian morfin konstipasi ringan.
- Harus ditelan (tidak boleh digerus), Rute: Transdermal atau parenteral
jika tidak bias menelan berikan Pemberian melalui IV atau SC
perrektal dengan dosis yang sama memiliki durasi singkat shg dpt
- Mulai dengan dosis kecil digunakan untuk nyeri renjatan,
- Jika nyeri renjatan atau incident terjadi insiden atau prosedur
dosis harian tetap diberikan sesuai Kekurangan :
jadwal - Tidak memiliki bentuk oral
- Dosis morfin perlu dinaikan 30-50%- Dosis besar tidak dapat diberikan SC
bila efek morfin hanya sebagian atau karena memiliki volume yang besar
durasi sebentar - Efek onset yang lama (18-24 jam)
- Dosis morfin diturnkan 30-50% jika- Dosis transdermal terbatas (12,5 ; 25;
efek samping yang muncul persisten 50; 100 mg/jam)
- Tidak dapat dipotong untuk
Morfin Parenteral mendapatkan dosis yang lebih kecil
- Diberikan bila pasien tidak dapat
menelan, mual muntah hebat atau ada
obstruksi usus, kesadaran menurun,
kebutuhan dosis yang tinggi, nyeri
harus segera diatasi, dan pada px yang
tidak patuh untuk minum obat.
- Pemebrian secara IV atau SC (Jangan
IM karea dapat menyebabkan absorbs
yang tidak terayur dan nyeri saat
penyuntukan)
- Dosis 1/3 dosis oral
- Dosis morfin parenteral 24 jam adalah
jumlah dosis oral 24 jam (dosis dasar +
dosis renjatan, tidak termasuk untuk
nyeri insiden) bagi 3
Tanda klinis toksik dan Overdosis pada penggunaan opioid kuat
- Gangguan kesadaran
- Delirium
- Halusinasi
- Mioklonus
- Depresi napas (melambatnya pernafasan)
Fase Terminal dari Stadium Terminal (kematian diperkirakan dalam hari atau
minggu):
- Jangan kurangi dosis opioid tapi pertahankan sampai mencapai kenyamanan
- Perhatikan adanya neurotoksik karena opioid termasuk hyperalgesia
- Bila perlu pengurangan dosis, kurangi 50% dosis 24 jam
- Gantikan rute pemebrian opioid jika diperlukan (PO, SC, IV, Transdermal) dg
dosis konvksi
- Bila ada refractory pain, pertiimbangkan sedasi
Stomatitis
Peradangan pada mulut yang menyebabkan nyeri hingga penurunan nafsu
makan.
Penyebab Tatalaksana
- Radiasi Penanganan dengan paracetamol
- Kemoterapi gargle/4 jam
- Infeksi Lignocaine 2%, 10-15 ml,
- Pemakaian Obat kumur/4jam
- Malnutrisi
Anorexia
Penyebab Tatalaksana
- Depresi - Berikan makanan sedikit tapi sering
- Konstipasi - Beri vriasi makanan, sajikan
- Nyeri makanan dalam kondisi yang
- Xerostomia menarik
- Mucositis - Jangan paksa px untuk
- Mual/ muntah menghabiskan makanan
- Fatigue - Lakuka perawatan mulut
- Obat-obatan - Mengehtikan nutrisi parenteral atau
- Ggn endokrin :hipertiroid sonde dapat mengurangi
- Ggn metabolic : hiperkalsemia ketidaknyamanan dan risiko infeksi.
Mual/ Muntah
Penyebab Tatalaksana
- Kemoterapi - Lakukan perawatan mulut sebelum
- Aferen otak tengah (cemas, stress, dan atau setelah muntah
peningkatan TIK, tumor otak) - Berikan kompres dingan pada dahi,
- Aferen vagal leher dan pergelangan tangan
- Aferen pharyngeal (iritasi pada
- Hindari stimulus yang dapat
paring seperti tersedak) menyebabkan mual spt baud an nyeri
- System vestibular (mabuk, obat,
- Batasi minuman diantara makan
tumor otak) - Makan sedikit tapi sering
- Berbaring 2 jam setelah makan
- Beri udara yang sejuk
- Hindarri makanan yang manis, asin,
berlemak dan pedas
- Akupressur
- Kolaborasi pemberian obat:
butiropenon, agen prokinetik,
kanabinoid, penothiazin,
antihistamin, antikolinergik, steroid,
benzodiasepin, S-HT3 receptor
antagonis.
Konstipasi
Penyebab Tatalaksana
- Diet rendah serat, kekurangan cairan- Makan makanan tinggi serat
- Imobilitas - Tingkatkan asupan cairan
- Tidak segera ke toilet saat rasa bab- Anjurkan px banya bergerak
muncul - Beri respon cepat jika px ingin bab
- Obat : opioid, antikolinergi, antacid- Koreksi hiperkalsemia
yng mengandung aluminium, zat besi,- Atasi obstruksi bila mungkin
antispasmodic,
antipsikotik/anxiolitik.
- Obstruksi saluran cerna: feces, tumor,- Gunakan penyanggga kaki untuk
perlengketan meningkatkan kekuatan otot
- Ggn metabolism : hiperkalsemia abdomen
- Ggn saraf GI, neuropati saraf otonom Medikamentosa:
- Beri obat utk mencegah konstipasi
pd px yg mendapat opioid
- Gunakan laksatif yang
mengandung pelembut feces dan
stimulant peristaltic
- Jangan beri laksatif stimulant pd
obstruksi
- Gunakan laksatif pelembut feses
atau osmotic pd obstruksi partial
- Jika pemberian laksatif gagal
lakukan Rectal Touch
Diare
Penyebab Tatalaksana
- Infekai - tatalaksana sesuai etiologi
- Malabsorbsi - pada malabsorbsi, pemberian enzim
- Obstruksi parsial pancreas sangat bermanfaat
- Karsinoma kolorectal - lakukan peraawatan kulit dengan
- Kompresi tulang belakang zinc oxide
- Penggunaan antibiotic
- Kemoterapi/ radiasi
- kecemasan
Obstruksi GI
Penyebab Tatalaksana
- Mekanik/ paralitik - Atasi dasar penyebab
- Medikamentosa
- Penyumbatan intraluminal atau- Untuk mengurangi mual, muntah
ekstraluminal akibat inflamasi atau dan nyeri
metastase - Jika kolik > gunakan obat utk
mengurangi sekresi dan
antispasmodic seperti hyosine
butylbromide
- Obat laksatif yang merangsang
peristaltic dan obat prokinetik harus
dihentikan
- Laksatif pelembut feces diberikan pd
Obstruksi parsial
- 1/3 px mengalami perbaikan dg
sendirinya, tunggu 7-10 hari.
- Non medikamentosa
- Kurangi cairan parenteral utk
menurunkan sekresi intraluminer
yang menyebabkan muntah dan
distensi
- Cairan oral utk obstruksi atas
500ml/24 jam, utk obstruksi bawah
1000ml/jam
Batuk
Penyebab Tatalaksana
- Penyakit penyerta : asma bronkial,- Minum air hangat
infeksi, COPD, CHF - Batuk dengan sputum: nebulizer
- Kanker paru atau metastase paru sline, bronkodilator, fisioterapi
- Efusi pleura - Batuk kering: codein atau morfin
- Aspirasi, gangguan menelan - Oksigen rendah untuk batuk karena
- Limfangitis karsinomatosis emfisema
- Ggn saraf laring - Kortiosteroid untk batuk karena
tumor endobronkial, limfangitis,
pneumonitis akibat radiasi.
Hiccups/ cegukan
Penyebab Tatalaksana
- Distensi gaster - Atasi dasar penyebab (distensi
- Iritasi diapragma abdomen : metochlopromide jika
- Iritasi nervus vagus atau nervus tidak ada kontraindikasi)
frenikus - Non medikamentosa: stimulasi faring
- Gagguan metabolic: uremia, dengan air dingin
gangguan fungsi hati - Medikamentosa (haloperidol,
baclofen, kortikosteroid)
Hemoptosis
Penyebab Tatalaksana
- Infekai - Atasi penyebab bila memungkinkan
- Erosi tumor - Perdarahan ringan yang terlihat pada
- Emboli paru atau gangguan sputum tidak memerlukan tindakan
pembekuan darah spesifik
- Bila perdarahan berlanjut: asam
transeksamat, pertimbangkan radiasi
- Pada perdarahan massif, tindakan
invasive tdk layak dilaukan.
Kolaborasi pemberian midazolam
untuk mengurangi kecemasan dan
rasa takut
- Gunakan kain yang gelap utk
menampung darah agar px /
keluuarga tdk takut
- Gangguan Kulit
Pruritus
Penyebab Tatalaksana
- Ggn fungsi hati dan ginjal - Atasi dasar penyebab
- Alergi obat/makanan - Gunakan baju yg menyerap keringat
- Obat: opioid atau vasodilator - Gunakan pelembab kulit
- Oenyakit endokrin - Jangan gunakan sabun mandi
- Kekurangan zat besi - Jaga kelembaban ruangan
- Lomfoma - Hindari emberian bedak terutama
- Ranngsangan sensori: baju yan kasar diarea lipatan
- Parasite - Kolaborasi pemberian antihistamin
- Faktor psikologi
Decubitus
Penyebab Tatalaksana
- Imobilisasi, tekanan, gesekan - Bersihkan dengan larutan normal
- Kontaminasi urin /feses saline
- Gangguan sensorik - Debridement : enzyme, larutan
- Jaringan yang rapuh: penurunan BB, hidrofilik
ketuaan, malnutrisi, anemia,- Memacu tumbuhan jaringan
edema,kortikosteroid, kemoterapi,- Antibiotic sistemik bila ada infeksi
radiasi - Analgetik bila terdapat nyeri
- Menghilangkan bau:
metronidazole
Tidakan preventif
- Identifikasi px dg resiko tinggi
- Jaga kebersihan kulit dan harus kering
- Hindari trauma : jangan digosok, hindari memijat dg keras
- Hindari memakai pakaian basah, kontaminasi feses atau urin, pakaian atau
alas tidur yang kasar, menggosok dg alcohol
- Lakukan ROM, mika miki tiap 2 jam
- Gunakan Kasur anti dekubitus
Luka Kanker
Tatalaksana
- Antikanker : radioterapi radiasi untuk mengurangi gejala
- Terapi topical: dressing secara teratur dan sering untuk menjaga
kebersihan, tetap kering dan bebas infeksi
- Pada luka bersih gunakan saline
- Pd jaringan mati gunakan campuran hydrogen peroksida dan salin atau
larutan ensim
- Pd luka infeksi gunakan antiseptic
- Hentikan perdarahan dengan alginate atau dengan adrenalin yg
diencerkan
- Pd luka yang berbau berikan metronidazole 400mg/8jam PO
- Tidak kooperatif
- Bergelayut atau mencari perlindungan fisik dan emosional dari orang lain
- Rigiditas otot, seperti mengepalkan tangan, jari memucat, tubuh kaku, mata
tertutup
Remaja
1. FLACC
Intepretasi :
0 : tidak nyeri
3. NRS
- Anak sudah mampu mempersepsika nyerinya
- Px dengan ventilator
- Intepretasi
- 0-2 : tidak nyeri
6. Penilaian Sedasi
- Digunakan pada anak yang tidak dpt dinilai dengan skala nyeri lain
Manajement Nyeri
Manfaat:
Teknikrelaksasi
- Pada bayi: gendong anak pada posisi nyaman, timang-timang bayi, beri
sentuhan lembut dan berkata “ibu ada disini”
- Pada anak: minta anak menarik nafas dalam dan lemas seperti boneka
sambil menghembuskan nafas perlahan kemudian menganga, bantu anak
mengambil posisi yang nyaman, mulailah lakukan relaksasi progresif
Guided imagery
Analgetik nonopioid
Analgetik opioid
Perhatian Perawat
Harus dilakukan: pengkajian nyeri yang tepat dan penatalaksanaan yang sesuai
Tambahkan komentar
6.
Sep
16
GANGGUAN PADA KULIT
Diposting 16th September 2017 oleh Anik cahyani
Tambahkan komentar
7.
Sep
16
IO
Nutrition Management
1. Mengkaji/menanyakan adanya
riwayat alergi makanan
2. Memastikan preferensi
makanan klien
3. Memberikan asupan kalori yang
sesuai untuk tipe tubuh dan
gaya hidup klien
4. Memberikan asupan kalori,
protein, zat besi, dan vitamin C,
yang sesuai dengan kebutuhan
klien
5. Mengatur pola makan dan gaya
hidup klien
6. Memberikan klien asupan
tinggi protein, tinggi kalori,
makanan dan minuman yang
mengandung zat gizi dan mudah
dikonsumsi.
7. Tawarkan makanan ringan
(buah segar, juice, etc) sesuai
dengan kondisi klien
8. Mengajarkan klien bagaimana
menjaga pola makan sehari-hari
sesuai kebutuhan
9. Memantau asupan zat gizi dan
kalori klien
10. Mengkaji kemampuan klien
untuk memenuhi kebutuhan gizi
11. Memberikan informasi yang
tepat kepada klien tentang
kebutuhan zat gizi yang tepat
dan sesuai
Fluid management
1. Memantau input dan output yag
sesuai
2. Memantau status hidrasi klien
3. Memantau hasil laboratorium
retensi cairan yang relevan
4. Memantau tanda-tanda vital
5. Memantau indikasi cairan
overload / retensi yang sesuai
6. Memantau makanan / cairan
yang masuk dan menghitung
asupan kalori harian yang sesuai
7. Memberikan terapi IV yang
ditentukan
8. Mempromosikan asupan oral
yang sesuai
9. Memberikan asupan cairan
selama 24 jam sesuai ketentuan
10. Memantau respon klien
terhadap terapi elektrolit yang
telah ditentukan
11. Konsultasikan dengan dokter
jika tanda-tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
menetap atau memburuk.
NIC Label : Medication
management
1. Tentukan obat yang dibutuhkan
dan pengaturan resep
2. Diskusikan financial
berhubungan dengan
pengobatan
3. Monitoring efek terapeutik
terhadap pengobatan
4. Monitoring tanda dan gejala
keracunan obat
5. Monitoring efek yang kurang
baik dari obat
6. Tentukan pengetahuan keluarga
terhadap pengobatan
7. Tentukan pengaruh pengobatan
yang diberkan dengan lifestyle
8. Instruksikan kepada
klien/keluarga untuk melihat
perintah obat
Tambahkan komentar
8.
Sep
16
BAB I
PENDAHULUAN
Efek samping yang umum terjadi pada pasien dengan HIV & AIDS yaitu
pada ganguan Gastrointestinal (GI). Gangguang GI ini paling sering dikeluhan
yang dilaporkan berkaitan penggunaan HAART . Efek samping ini biasanya
dijadikan sebagai salah satu alasan untuk penghentian pengobatan, namun
penghentian pengobatan ARV dapat menyebabkan resiten terhadap obat. Tingkat
keembuhan penting untuk efek pengobatan yan optimal dan direkomendasikan
untuk semua rejimen ARV. ODHA harus mempertahankan hidupnya dengan
meminum ARV seumur hidup dan akan mengalami banyak efek samping dari
pengobatan. Salah satu penanganan yang dapat dilakukan untuk mengobati efek
samping GI yaitu dengan terapi non farmakologis. Terapi non farmakologis yang
dapat diberikan yaitu akupunktur dan relaksasi, sesuai dengan jurnal yang
berjudul “Acupuncture and the relaxation response for treating gastrointestinal
symptoms in HIV patients on highly active antiretroviral therapy”. Oleh karena itu
penulis menganalisi jurnal tersebut untuk mengetahui keefektipan akupunktur pada
ODHA yang mengalami efek samping dari HAART.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui analisis PICOT dari jurnal “Acupuncture and the
relaxation response for treating gastrointestinal symptoms in HIV patients
on highly active antiretroviral therapy”
1.3.2 Untuk mengetahui aplikasi jurnal “Acupuncture and the relaxation
response for treating gastrointestinal symptoms in HIV patients on highly
active antiretroviral therapy” pada pasien dengan HIV/AIDS
1.4 Manfaat
4.2.1 Dengan menganalisis jurnal yang berjudul “Acupuncture and the
relaxation response for treating gastrointestinal symptoms in HIV patients
on highly active antiretroviral therapy” dapat mengetahui bagaimana
aplikasi akupunktur terhadap penanganan atau pengobatan terhadap efek
samping yang ditimbulkan selama pengobatan ARV.
4.2.2 Dapat dijadikan suatu acuan dalam penanganan efek samping pengobatan
ARV dalam tatannan keperawatan
4.2.3 Sebagai mahasiswa dapat menambah pengetahuan mengenai evidence
based dalam pengobatan atau terapi pada pasien dengan HIV/AIDS
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pasien yang menjalani terapi ARV lini pertama dapat mengalami kondisi
yang disebut dengan gagal terapi. Gagal terapi merupakan kondisi dimana tidak
terjadi respon terapi ARV yang diharapkan setelah pasien memulai terapi minimal
6 bulan dengan kepatuhan yang cukup tinggi (Kemenkes RI, 2011). Pada kondisi
gagal terapi, produksi virus akan meningkat sehingga viral load juga akan
bertambah.
Menurut WHO, terdapat dua kriteria gagal terapi, yaitu kegagalan klinis
dan kegagalan imuologis. Pada kegagalan klinis, infeksi oportunistik akan
munculpada kelompok stadium 4 setelah minimal 6 bulan terapi ARV. Penyakit
yang termasuk dalam stadium klinis 3 (TB paru, infeksi bakteri berat) dapat
menjadi petunjuk adanya kegagalan terapi. Sementara kegagalan imunologis
adalah kegagalan dalam mencapai atau mempertahankan jumlah CD4 yang
adekuat walaupun jumlah virus (viral load) sudah tertekan (Kemenkes RI, 2011).
Pada kasus gagal terapi, maka pasien HIV direkomendasikan untuk mengganti
pengobatan sebelumnya dengan paduan obat lini kedua. Rekomendasi paduan lini
kedua yaitu 2 NRTI + boosted-PI. Boosted PI merupakan golongan Protease
Inhibitor yang sudah ditambah (boost) dengan Ritonavir, dan biasa ditulis dengan
symbol /r (LPV/r = Lopinavir/ritonavir). Penggunaan booster dimaksudkan untuk
mengurangi dosis penggunaan PI yang sangat besar bila digunakan tanpa
ritonavir. Sedangkan paduan lini kedua yang disediakan gratis oleh pemerintah
yaitu TDF atau AZT + 3TC + LPV/r (Tenofovir atau Zidovudine + Lamivudine +
Lopinavir/ritonavir) (Kemenkes RI, 2011).
Kejadian efek samping dari ARV dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
2.3 Akupunktur
Akupunktur berasal dari kata acus yang berarti jarum dan punktura yang berarti
penusukan. Akupunktur merupakan suatu metode terapi dengan penusukan pada titik-titik
di permukaan tubuh untuk mengobati penyakit maupun kondisi kesehatan lainnya.
Akupunktur merupakan stimulasi terhadap titik anatomis tertentu pada tubuh dengan
berbagai macam teknik melalui penyisipan jarum besi yang tipis menembus kulit
menggunakan tangan atau dengan stimulasi listrik (Hou, Wei dan Fei Yang Zhang, 2010
dalam Wijaya, S., 2013).
Penerapan akupunktur sebagai pengobatan alternatif dan komplementer
berdasarkan konsep yang menyatakan bahwa penyakit berasal dari gangguan aliran qi
akibat ketidakseimbangan kekuatan energi yin dan yang. Qi merupakan kombinasi
kekuatan energy yin dan yang yang berada di dalam tubuh. Energi yin mewakili aspek
dingin, lambat atau pasif manusia, sedangkan energi yang mewakili aspek panas,
semangat atau aktif. Menurut, ilmu pengobatan tradisional Cina, kesehatan dicapai bila
keseimbangan kedua energi itu terjaga. Qi mengalir di seluruh tubuh sepanjang jalur
khusus yang disebut Meridian. Meridian berada pada posisi yang sama di masing-masing
bagian tubuh. Ada empat belas Meridian yang berjalan secara vertikal menaiki dan
menuruni permukaan tubuh. Selain itu, ada dua belas Meridian organ pada masing-
masing sisi tubuh. Ada juga dua Meridian yang tidak berpasangan pada garis pertengahan
tubuh. Hubungan antar Meridian menjamin kelancaran aliran qi dan keseimbangan
energy yin dan yang. Blokade aliran chi akan menganggu energi utama atau kekuatan
hidup yang mengatur kesehatan fisik, emosional, mental, dan spiritual dan mempengaruhi
kedua kekuatan yang saling bertolak belakang itu. Akupunktur bertujuan untuk
menyembuhkan penyakit dengan menghilangkan blokade terhadap aliran chi serta
mengembalikan keseimbangan energi yin dan yang (Sidik, PH, 2010).
Akupunktur berawal dari penemuan bahwa stimulasi area tertentu (titik
akupunktur) pada kulit mempengaruhi fungsi organ tertentu. Titik akupunktur merupakan
lokasi spesifik di mana Meridian berada dekat di permukaan kulit dan mudah dijangkau
dengan memasukkan jarum ke titik tersebut untuk menjaga keseimbangan aliran qi pada
masing-masing sisi tubuh. Hal ini berkembang menjadi sistem penyembuhan karena
hubungan antara titik tertentu di kulit dan organ lebih dipahami. Akupunktur juga
berkembang menjadi cara yang cukup efektif untuk menghilangkan nyeri. Keberhasilan ini
disebabkan oleh kekuatan akupunktur untuk membangkitkan respons penyembuhan diri
yang merupakan efek pengobatan yang terkuat untuk menyembuhkan penyakit atau
mempertahankan kesehatan (Wijaya, S., 2013).
Akupunktur telah terbukti menjadi efektif dalam mengelola efek samping GI dari
chemotherapy kanker. Beberapa penelitian deskriptif bedah anaesthesi telah menunjukkan
bahwa Odha menggunakan akupunktur dan mendapatkan manfaat dari itu untuk
mengatasi berbagai symptoms GI. Sebuah studi intervensi pre-post kecil menunjukkan
bahwa akupunktur meningkatkan frekuensi buang air dan konsistensi antara Odha yang
menderita diare kronis (Chang B., Elizabeth, S., 2011).
2.4 Relaksasi
Relaksasi adalah berbagai teknik untuk memunculkan para 'relaksasi respon' dari
sistem sarafotonom. Adapun teknik yang dapat digunakan untuk memunculkan RR yaitu
sebagai berikut (Chang B., Elizabeth, S., 2011)..
1. Pernapasan kesadaran : Teknik pernapasan kesadaran atau teknik nafas
dalam dilakukan dengan mengatur nafas dalam, nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal), dan menghembuskan nafas. Tujuannya untuk
mengurangi intensitas nyeri, meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan
oksigen ke darah (Smeltzer dan Bare, 2002 dalam Arfa, M., 2014)
2. Pengulangan mental kata, suara, frase atau doa : Teknik relaksasi ini
melibatkan keyakinan yang dianut dan akan mempercepat terjadinya
keadaan relaks. Penggunaan frase yang bermakna dapat digunakan sebagai
focus keyakinan sehingga dipilih kata yang memiliki kedalaman keyakinan.
Focus dari relaksasi ini yaitu pada frase tertentu yang diucapkan
berulangkali dengan ritme yang teratur disertai sikap pasrah kepada objek
transedensi yaitu Tuhan (Purwanto,S., 2006)
5. Memindai tubuh (Guided Body Scan) : Relaksasi ini dilakukan dengan tidak
melakukan upya apapun untuk menghadirkan atau mengusir sensasi fisik,
emosi dan pikiran yang muncul. Prinsipnya yaitu mempersiapkan diri kita
untuk mengenali tubuh kita sendiri, bagaimana emosi kita muncul dan
kemudian hilang juga mengatur bagaiman sisi rasional bisa diterapkan
(Purwanto,S., 2006)
BAB III
RINGKASAN JURNAL
Metode penelitian yang digunakan yaitu 4-lengan (2x2) double blid acak terkontrol
dengan dua intervensi studi yaitu akupunktur dan RR, dan menggunakan akupunktur
sham dan pendidikan kesehatan sebagai kontrol untuk setiap intervensi. Pasien secara
acak ditugaskan ke salah satu dari empat kelompok studi yaitu akupunktur dan RR (AR),
pendidikan kesehatan dan akupunktur (AE), Sham akupunktur dan RR (SR) dan sham
akupunktur dan pendidikan kesehatan (SE). Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan
dengan mendengarkan CD dan begtu juga dengan RR .
Populasi yang digunakan dalam penelitian yaitu pasien yang didiagnosis sebagai
HIV positif yang memiliki setidaknya satu dari enam gejala GI: diare, mencret, gas /
kembung, nyeri perut, mual dan muntah selama minimal 8 minggu, dan telah mendapat
rejimen anti stabil virus (nucleoside / nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NRTI /
NtRTI), non-nukleosida (NNRTI) atau protease inhibitor (PI)) selama minimal 8 minggu.
Pasien tidak memenuhi syarat jika mereka dilaporkan memiliki (Kriteria eksklusi) yaitu
terdapat infeksi oppor- tunistic saat ini atau komplikasi medis yang mungkin memerlukan
rawat inap dan intervensi farmasi tambahan, kondisi GI tidak berhubungan dengan
diagnosis HIV mereka dan efek samping ART , hemofilia atau lainnya gangguan
perdarahan, hamil. Pasien pertama kali diskrining secara singkat melalui wawancara
telepon diikuti dengan screening penuh dalam-orang (lihat gambar 1 untuk flowchart
perekrutan dan statistik). Semua pasien yang terdaftar menandatangani formulir
informed consent.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai jumlah sesi intervensi dari kombinasi
akupunktur dan perawatan RR meningkat, semakin besar penurunan gejala mencret dan
mual. Intervensi akupunktur dan RR yang lebih efektif bila digunakan dalam kombinasi
daripada ketika digunakan sendiri. Hasil ini menunjukkan efek sinergis kemungkinan
menggabungkan akupunktur dan RR untuk mengobati dua efek samping yang umum dari
ART - mencret dan mual. Data menunjukkan bahwa keempat kelompok penelitian
memiliki efek yang penting didalam mengurangi gejala diare dan tidak ada perbedaan
kelompok diamati. Jadi dapat disimpulkan bahwa akupunktur dan RR memiliki efek
sinergis dalam mengobati gejala GI pada pasien HIV yang memakai ART.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 PICOT
4.2.1 Populasi
Populasi : ODHA yang menggunakan HAART dan mengalami efek samping
gejal gastrointestinal
Sampel : Sampel penelitian terdiri dari 115 subyek (31 di AR, 27 di AE, 27
di SR dan 30 di SE) mulai dari 25 hingga 68 tahun usia dengan usia rata-
rata 46,6 tahun; 70% dari mereka adalah laki-laki, 31% putih, 46% Afrika
Amerika, 17% Hispanik dan 6% ras lain.
4.2.2 Intervention
Pada penelitian ini menggunakan metode 4-lengan (2x2) double blid acak
terkontrol dengan dua intervensi studi yaitu akupunktur dan RR, dan
menggunakan akupunktur sham dan pendidikan kesehatan sebagai kontrol
untuk setiap intervensi. Dengan mebuat empat kelompok yaitu akupunktur
dan RR (AR), pendidikan kesehatan dan akupunktur (AE), Sham
akupunktur dan RR (SR) dan sham akupunktur dan pendidikan kesehatan
(SE).
4.2.3 Comparation
Pembanding pada jurnal ini adalah kelompok kontrol yang diberikan terapi
akupuktur sham dan epndidikan kesehatan
4.2.4 Outcome
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai jumlah sesi intervensi dari
kombinasi akupunktur dan perawatan RR meningkat, semakin besar
penurunan gejala mencret dan mual. Intervensi akupunktur dan RR yang
lebih efektif bila digunakan dalam kombinasi daripada ketika digunakan
sendiri. Hasil ini menunjukkan efek sinergis kemungkinan menggabungkan
akupunktur dan RR untuk mengobati dua efek samping yang umum dari
ART - mencret dan mual. Data menunjukkan kelompok AR memiliki efek
intervensi yang lebih besar untuk gejala mencret dari tiga kelompok lainnya
(β = -0,149, -0,151 dan -0,144, p value = 0,013, 0,013 dan 0,018
membandingkan AR ke AE, SR dan SE, masing-masing). Kelompok AR juga
memiliki efek intervensi yang signifikan pada pengurangan gejala mual
ketika intervensi itu diberikan dua kali per minggu (β = -0,218, p = 0,001).
Hasil ini didukung oleh penelitian yang berjudul “The Potensial Of
Complementary And Alternative Medicines In The Management Of HIV
Infection And Related Complications” disebutkan bahwa terapi CAM yang
termasuk didalamnya adalah akupunktur dan relaksasi terbuktu memiliki
efek yang mnguntungkan pada pasien HIV/AIDS dan sebagian besar
bertindak dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan
jumlah sel CD4 sehingga dapat mengatasi efek samping yang ditimbulkan
obat ARV.
4.2.5 Time
Penelitian ini dilakuakan antara April 2007 dan Juli 2009
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Terapi kombinasi ARV dapat menekan replikasi HIV sampai di bawah
tingkat yang tidak dapat dideteksi. Penekanan virus ini efektif dapat mencegah
timbulnya virus yang resisten terhadap obat dan dapat memperlambat
progresivitas penyakit. Namun pengobatan ARV memiliki efek samping atau
toksisitas setelah beberapa saat dimulainya ARV. Biasanya efek samping yang
timbul dapat diatasi dengan terapi simptomatik , sedangkan efek toksisitas lebih
berat dan berpotensi mengancam jiwa dan dapat terjadi setiap saat. Efek samping
yang umum terjadi pada pasien dengan HIV & AIDS yaitu pada ganguan
Gastrointestinal (GI). Gangguang GI ini paling sering dikeluhan yang dilaporkan
berkaitan penggunaan HAART. Salah satu penanganan yang dapat dilakukan
untuk mengobati efek samping GI yaitu dengan terapi non farmakologis. Terapi
non farmakologis yang dapat diberikan yaitu akupunktur dan relaksasi. Hasil
penelitian yang berjudul “Acupuncture and the relaxation response for treating
gastrointestinal symptoms in HIV patients on highly active antiretroviral therapy”
menunjukkan bahwa sebagai jumlah sesi intervensi dari kombinasi akupunktur
dan perawatan RR meningkat, semakin besar penurunan gejala mencret dan mual.
Intervensi akupunktur dan RR yang lebih efektif bila digunakan dalam kombinasi
daripada ketika digunakan sendiri. Hasil ini menunjukkan efek sinergis
kemungkinan menggabungkan akupunktur dan RR untuk mengobati dua efek
samping yang umum dari ART - mencret dan mual.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Penelitian diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai terapi
akupunktur terhadapa ODHA, disebabkan akupunktur atau jarum yang
digunakan apabila terkontaminasi dengan darah ODHA dapat menularkan
HIV
5.2.2 Bagi mahasiswa diharapkan lebih menambah wawasan terutama mengenai
terapi alternative atau komplementer terkait penyakit HIV/AIDS
5.2.3 Bagi pemerintah dharapkan dapat mensosialisakian maupun membuat
kegiatan yangdapat meningkatkan pengetahuan perawat mengenai terapi-
terapi terkait HIV/AIDS
DAFTAR PUSTAKA
Chang B., Elizabeth, S. (2011). Acupuncture and the relaxation response for treating
gastrointestinal symptoms in HIV patients on highly active antiretroviral
therapy. Acupunct Med 2011;29:180–187. doi:10.1136/acupmed-2011-
010026. Retrived from: http://aim.bmj.com/ on June 5, 2017 - Published by
group.bmj.com
Fauzi, A. (2014). Efek Samping dan Toksisitas Obat ARV. Retrived from :
https://www.scribd.com/presentation/337680562/ToT-Efek-Samping-Dan-
Toksisitas-ARV. Diakses pada 17 Mei 2017.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis
Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa. Retrived from :
https://www.slideshare.net/mobile/koalisiaids/pedoman-art-2011. Diakses
pada tanggal 5 Juni 2017
Purwanto, S., (2006). Relaksasi Dzikir. SUHUF, Vol. XVIII, No. 01: 34-48
Sidik, PH. (2010). Akupunktur Medik Dasar dalam Makalah One Day National Symposium
of Medical Acupuncture. Surakarta. Kasrat de Geneeskunde Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.; 3-5.
Teguh, I., dkk. (2016). Sudi Kualitatif Faktor Pendorong Keputusan Klien Dalam
Pemanfaatan Klinik VCT (Voluntary Counseling Testing) Di RSUD Bendan
Kota Pekalongan. Jurnal Pena Medika, Vol. 6, No. 1, Juni 2016: 58-71
Widayatun & Purwaningsih, S.,S. (2008). Perkembangan HIV Dan AIDS di Indonesia :
Tinjauan Sosio Demografis. Jurnal Kependudukan Indonesia, Volume III, No.
2.
Widiyanti, dkk. (2015). Dampak Perpaduan Obat ARV pada Pasien HIV/AIDS ditinjau
dari Kenaikan Jumlah Limfosit CD4+ di RSUD Dok II Kota Jayapura.
PLASMA. Vol. 1, No. 2 : 53-58.
Yasin, N. M., dkk., (2011). Analisis Respon Terapi Antiretrovial Pada Pasien HIV/AIDS.
Majalah Farmasi Indonesia, 22(3),212-222
Diposting 16th September 2017 oleh Anik cahyani
Tambahkan komentar
9.
Sep
15
PATHWAY ANEMIA
Diposting 15th September 2017 oleh Anik cahyani
Tambahkan komentar
10.
May
PENDAHULUAN
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses yang alami dan menimbulkan
rasa sakit. Namun banyak wanita yang merasakan sakit tersebut lebih parah dari seharusnya
karena banyak dipengaruhi oleh rasa panik dan stress (Shodiqoh, 2014). Selama kehamilan,
ibu mengalami perubahan fisik dan psikis yang terjadi akibat ketidak seimbangan hormon
progesteron dan estrogen yaitu hormon kewanitaan yang ada di dalam tubuh ibu sejak
terjadinya proses kehamilan, untuk itu seorang ibu hamil harus mempersiapkan fisik dan
psikologisnya selama proses kehamilan dan persalinan agar berjalan sesuai dengan harapan
(Shodiqoh, 2014). Salah satu yang dialami adalah depresi. Depresi adalah suatu keadaan
terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri
(Kaplan 2010).
Tingkat gangguan mood pada wanita yang kira--kira setara pada wanita hamil dan
nonchildbearing. Prevalensi depresi besar pada wanita hamil adalah di kisaran 3,1% -4,9%,
dan episode depresi mayor atau minor adalah di kisaran 8,5% -11% (depresi ringan sering
merujuk subthreshold depresi atau gangguan depresi tidak disebutkan secara spesifik).
Beberapa penelitian telah meneliti kejadian depresi selama kehamilan, tapi review ATIC
sistem-menemukan kejadian dari 14,5% selama kehamilan untuk depresi mayor atau minor
dan 7,5% untuk depresi besar . Di antara wanita dengan gangguan bipolar atau depresi
unipolar, depresi berat adalah bentuk paling umum dari morbiditas selama kehamilan atau
masa nifas, yang menggarisbawahi pentingnya mengetahui bukti untuk mengobati depresi
selama kehamilan (Cantarutti, A., 2016). Depresi yang tidak diobati dapat mengeakibatkan
resiko pada kehamil.
Salah satu terapi pada depresi yaitu denegan menggunakan obat antidepresan. Obat
antidepresan diperlukan untuk obat efektif bagi ibu yang hamil dan mengalami depresi.
Namun pada penelitian yang berjudul “Is The Risk of Preterm Birth and Low Birth Weight
Afeccted by The Use of Antidepressant Agents During Pregnancy ? A Population – Based
Investigation” disebutkan wanita yang menggunakan antidepresan selama kehamilan
memiliki 20% peningkatan prevalensi dari kelahiran prematur dan berat lahir rendah
dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah menggunakan antidepresan selama
seluruh periode observasi (yaitu, dari 9 bulan sebelum kehamilan sampai melahirkan)
(Cantarutti, A., 2016).
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
RINGKASAN JURNAL
Jurnal berjudul “ Is The Risk of Preterm Birth and Low Birth Weight Afeccted by
The Use of Antidepressant Agents During Pregnancy ? A Population – Based Investigation
” oleh Anna Cantaruttil, Luca Merlino, Emiliano Monzani, dan Giovani Carraol. Latar
belakang penelitian ini, ibu yang sedang hamil sangat rentan mengalami depresi. Depresi
yang terus menerus dan tidak diobati selama kehamilan akan menyebabkan meningkatnya
morbiditas dan mortalitas pada ibu dan anak. Penelitian menyebutkan hubungan antara
penggunaan antidepresan pada kehamilan dan resiko yang merugikan perinatal dan
kelahiran bayi. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penggunaan obat antidepressant selama kehamilan dengan mengacu pada risiko
kelahiran prematur (PTB) dan berat lahir rendah (BBLR).Penelitian ini berbasis populasi.
Populasi penelitian ini yaitu penduduk Lombardy, Italia yang memanfaatkan layanan
kesehatan. Penelitian ini melibatkan 384.673 kelahiran dari tahun 2005 sampai 2010. Ibu
yang menggunakan antidepresan sebelum dan selama kehamilan diselidiki. Analisis
penelitian ini menguunakan model regresi log-binomial dyaitu untuk memperkirakan
hubungan antara penggunaan antidepresan selama kehamilan, dibandingkan dengan non-
penggunaan atau menggunakan hanya sebelum kehamilan, dan rasio prevalensi PTB dan
BBLR. Hasil penelitian ini didaptkan bahwa wanita yang menggunakan antidepresan
memiliki usia yan lebih tua, tingkat pendidikan rendah, lebih sering berada di Italia, belum
menikah, bekerja dan menderita penyakit medis. Ibu yang menggunakan antidepresan
selama kehamilan memiliki prevalensi yang signifikan lebih tinggi dari resan sehubungan
dengan kelahiran bayi premature dan berat lahir rendah. Wanita yang menggunakan
antidepresan selama kehamilan memiliki 20% peningkatan prevalensi dari kelahiran
prematur dan berat lahir rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah
menggunakan antidepresan selama seluruh periode observasi (yaitu, dari 9 bulan sebelum
kehamilan sampai melahirkan). Hasil tersebut dikonfirmasi dengan mempertimbangkan
secara terpisah efek SSRI dan antidepresan lainnya bersama-sama.
BAB III
PEMBAHASAN
Depresi yang terus menerus dan tidak diobati selama kehamilan akan
menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas pada ibu dan
anak. Penelitian menyebutkan hubungan antara penggunaan antidepresan
pada kehamilan dan resiko yang merugikan perinatal dan kelahiran bayi
(Cantarutti, A., 2016).
Kurva: (X,Y) = ( -, +)
Analisis
tersebut
menunjukkan
bahwa obat
antidepresankurang
efektif untuk ibu
hamil, dilihat dari
efek sampingnya
akan
mempengaruhijanin.
Namun obat
antidepresan
memiliki peluang
besar untuk
diberikan kepadaibu
hamil, sehingga
perlu dikaji lebih
dalam mengenai
efek obat
antidepresanpada
ibu hamil dan dapat
melakukan
pemilihan obat yang
tepat untuk ibu
hamil.Oleh karena
itu diperlukan
penelitian lebih
alnjut mengenai
obat antidepresan
yangcocok untuk iu
hamil dan cara
untuk mengatasi
efek yang
ditimbulkan
obatantidepresan
tersebut.
BAB IV
4.1 Simpulan
Depresi adalah suatu keadaan terganggunya alam perasaan yang sangat rentan
dialami oleh ibu hamil. Depresi yang terus menerus dan tidak diobati selama kehamilan
akan menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas pada ibu dan anak. Penelitian
menyebutkan hubungan antara penggunaan antidepresan pada kehamilan dan resiko yang
merugikan perinatal dan kelahiran bayi. Pengobatan dengan antidepresan selama
kehamilan menurut penelitian berkaitan dengan cacat bawaan, hasil kelahiran negatif, dan
masalah perkembangan saraf, meningkatan risiko kelahiran prematur dan berat lahir
rendah. Namun depresi yang tidak diobati selama kehamilan berisiko untuk ibu dan janin
(misalnya, kelahiran prematur, gizi buruk, berat badan yang tidak memadai, perawatan
prenatal yang buruk, ketidakmampuan untuk merawat diri sendiri, penggunaan narkoba,
penghentian kehamilan, dan depresi postpartum). Jadi diperlukan pilihan yang paling aman
dengan memperhitungkan resiko dari pengobatan dengan antidepresan dan resiko dari
depresi.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi mahasiswa diharapkan lebih menambah pengetahuan mengenai
pengobatan depresi khusunya untuk ibu hamil
4.2.2 Bagi tenaga kesehatan diharapkan lebih memahami mengenai penyakit, dan
pengobatan yang akan diberikan sehingga tidak menimbulkan resiko yang
lebih buruk, dan dapat memilih intervensi yang lebih tepat.
4.2.3 Bagi keluarga, diharapkan lebih memberikan dukungan psikologi untuk ibu
hamil sehingga dapat mengurangi depresinyang dialami.
DAFTAR PUSTAKA
Aydin, N., Oral, E., & Gulec, M. (2011). A challenging issue : Should medications be
prescribed to pregnant and depressed women?. Jurnal of Mood Disorders, 1(3),
118-25.
Cantarutti, A., Merlino, L., Monzani, E., Giaquinto, C., & Corrao, G. (2016). Is the risk of
preterm birth and low birth weight affected by the use of antidepressant agents
during pregnancy? A population-based investigation. PLoS One, 11(12)
doi:http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0168115
Kaplan, H.J., Sadock, B,J., & Greb, J,A. (2010). Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Jakarta :
Binarupa Aksara.
Lorenzo, L., M.D., & Einarson, A., R.N. (2014). Antidepressant use in pregnancy: An
evaluation of adverse outcomes excluding malformations.The Israel Journal of
Psychiatry and Related Sciences, 51(2), 94-105. Retrieved from
https://search.proquest.com/docview/1777659216?accountid=32506
Shodiqoh, E.R., & Syahrul. (2014). Axiety Level Difference Between The Face Of Labour
And Multigravida. Jurnal Berkala Epidemiologi, 2(1).
Suri R, Hellemann G, Cohen L, Aquino A, Altshuler L. Saliva estriol levels in women with
and without prenatal antidepressant for treatment. Biol Psychiatry. 2008;
64(6):533±537 doi: 10.1016/j.biopsych. 2008.04.015 PMID: 18495086
Yonkers K.A., Norwitz E. R., Smith M. V., Lockwood C. J., Gotman N., Luchansky E., et
al. Depression and serotonin reuptake inhibitor treatment as risk factors for
preterm birth. Epdemiology 2012; 23:677±685
0
Tambahkan komentar
11.
Apr
11
LEARNING TASK
a. Mulut merupakan organ yang pertama dari saluran pencernaan yang meluas
dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu perbatasan antara mulut dengan
faring, terdiri dari : vestibulum oris dan kavitas oris propria. Organ
kelengkapan mulut yaitu :
Bibir, bagian eksternal ditutupi oleh kulit dan bagian interna
dilapisi oleh jaringan epitel yang mengandung mukosa. Bagian ini
kaya pembuluh darah dan banyak terdapat ujung-ujung saraf
sensorik.
Gigi merupakan alat bantu yang berfungsi untuk mengunyah
makanan, pemecahan partikel besar menjadi partikel kecil yang
dapat ditelan tanpa menimbulkan tersedak. Proses ini merupakan
proses mekanik pertama yang dialami makanan pada waktu melalui
saluran pencernaan dengan tujuan menghancurkan makanan,
melicinkan, dan membashi makanan yang kering dengan saliva serta
mengaduk sampai rata.
Lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan otot serat
lintang yang kasar dilengkapi dengan mukosa. Lidah berperan
dalam proses pencernaan di mulut dengan menggerakkan makanan
ke segala arah.
Kelenjar ludah (saliva) merupakan kelenjar yang menyekresi
larutan mucus ke dalam mulut, membasahi, dan melumasi partikel
makanan sebelum ditelan. Kelenjar ini mengandung dua enzim
pencernaan, yaitu lipase lingua untuk mencerna lemak dan enzim
ptyalin untuk mencerna tepung.
b. Faring dibentuk oleh jaringan yang kuat (jaringan otot melingkar) organ
terpenting di dalamnya adalah tonsil yaitu kumpulan kelenjar limfe yang
banyak mengandung limfosit. Fungsinya untuk mempertahankan tubuh
terhadap infeksi, menyaring, dan mematikan bakteri/mikroorganisme yang
masuk melalui saluran pencernaan.
c. Esofagus merupakan saluran pencernaan penghubung antara mulut dengan
lambung, panjangnya kira-kira 25 cm. Sekresi esofagus bersifat mukoid
yang berfungsi untuk melumasi pergerakan makanan ketika berada di
dalamnya.
d. Lambung berfungsi sebagai penampung makanan yang masuk melalui
esofagus, menghancurkan dan menghaluskan makanan dengan pergerakan
peristaltik lambung dan enzim sekresi lambung.
e. Usus halus, memiliki panjang kira-kira 6 meter merupakan saluran
pencernaan yang paling panjang dari tempat proses pencernaan dan
absorpsi makanan. Banyak terdapat jonjot-jonjot tempat absorpsi dan
memperluas permukaannya. Usus halus terdiri dari 3 bagian yaitu :
duodenum, jejunum, dan ileum.
f. Usus besar (colon) merupakan saluran pencernaan yang berpenampang luas
atau berdiameter besar dengan panjang kira-kira 1,5-1,7 meter dan
penampang 5,5 cm. Bagian dari colon yaitu sekum, kolon asendens, kolon
transversum, kolon desendens, dan kolon sigmoid (Syaifuddin, 2011).
Selain organ di atas, terdapat organ-organ lain yang membantu proses
pencernaan yaitu hati dan pankreas.
Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memberikan tubuh dengan nutrisi
untuk tumbuh, mempertahankan diri, dan untuk menghilangkan produk limbah
dari tubuh
Fungsi meliputi:
a. Fungsi Mekanis
Mencampurkan saliva dengan makanan agar menjadi lunak atau setengah
cair yang disebut bolus agar mudah ditelan dan mendinginkan makanan.
b. Fungsi Kemis
Melarutkan makanan yang kering untuk dapat dirasakan. Misalnya butiran
gula/garam dalam mulut akan larut oleh saliva. Disamping itu saliva juga
memantau gigi-gigi yang menjadi busuk dengan cara mengubah suasana
asam yang dilarutkan bakteri pembusuk menjadi suasana alkalis
(Syaifuddin, 2011).
Selain enzim pada lambung yang telah disebutkan di atas, dalam proses
pencernaan makanan lambung juga dibantu oleh asam lambung (HCL).
Asam lambung ini berfungsi sebagai pembunuh kuman penyakit yang
masuk ke lambung. Selain itu asam lambung juga berfungsi untuk
melindungi dinding lambung, mengubah pepsinogen menjadi enzim pepsin,
menetralisir makanan yang bersifat alkali yang masuk ke lambung, dan
mengubah kelarutan dari garam mineral (Anonim, 2017).
5. Sebutkan fungsi usus halus dan bagian-bagiannya!
Dalam usus halus terjadi proses pencernaan yang terbesar dan penyerapan kurang
lebih 85% dari seluruh absorpsi (Syaiffudin, 2011). Fungsi usus halus yaitu sebagi
berikut.
- Duodenum
Organ ini terletak setelah lambung, yang menghubungkan lambung ke jejunum.
Panjangnya kurang lebih 25 cm dan melengkung ke kiri. Pada lengkungan
tersebut terdapat pancreas, di bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir
yang membulat yang disebut papilla vateri. Pada papilla vateri bermuara
saluran empedu (duktus kholedukus) dan saluran pankreas (duktus
pankreatikus). Fungsinya yaitu untuk menyalurkan makanan ke usus halus.
Pada duodenum terjadi sekresi mukus oleh kelenjar brunner yang berfungsi
melindungi dinding duodenum dari pencernaan oleh getah lambung yang asam
yang keluar dari lambung (Guyton & Hall, 2011).
- Jejunum
Usus kosong atau jejunum terletak di diantara duodenum dan ileum. Panjangnya
dua sampai tiga meter berkelok-kelok terletak di sebelah kiri atas dari intestinum
minor dengan perantaraan lipatan peritoneum, berbentuk kipas (mesenterium).
Akar mesenterium memungkinkan keluar masuk arteri dan vena mesenterika
superior. Pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara lapisan peritoneum yang
membentuk mesenterium penampang jejunum lebih lebar, dindingnya lebih
tebal dan banyak mengandung pembuluh darah (Syaiffudin, 2011). Jejunum
merupakan tempat makanan dicerna terakhir. Hasil pencernan terakhir di
jejunum yaitu sebagi berikut.
a. Karbohidrat : monosakarida dan disakarida
b. Protein : asam amino
c. Lemak : asam lemak dan gliserol
d. Vitamin dan mineral tidak mengalami pencernaan dan langsung diserap
(Fathuri, 2015)
- Ilieum
Ileum merupakan bagian terakhir dari usus halus panjangnya kurang lebih 4
sampai 5 meter dan terletak sebelah kanan bawah berhubungan dengan sekum.
Pada ileum terjadi penyerapan sari-sari makanan dan terdapat sfingter yang
dilengkapi dengan katup valvula sekalis (valvula bauchini) yang berfungsi
mencegah makanan atau cairan dalam kolon asendens masuk kembali ke ileum
(Syaiffudin, 2011). Ileum memiliki PH antar tujuh dan delapan (netral / sedikit
basa), ileum juga berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Di ileum terjadi kontraksi otot intestinum tenue yang menyebabkan gerakan
peristaltik dan segmental yang membantu mencampur dan menggerakkan
makanan ke usus besar (Fathuri, 2015).
Dalam usus halus, pankreas juga mensekresi beberapa enzim, antara lain
deoksiribonuklease, ribonuklease, steapsin (lipase pankreas), amilopsin (amilase
pankreas), dan tiga buah proenzim, yaitu tripsinogen, kemotripsinogen, dan
prokarboksipeptidase. Ketiga proenzim ini di dalam usus mengalami aktivasi yang
masing-masing berubah menjadi tripsin, kimotripsin. dan karboksipeptidase.
Enzim-enzim tersebut, yaitu:
Bahan makanan yang tidak tercerna dan hasil pencernaan yang karena suatu
alasan tidak terserap melalui mukosa usus halus bersama sel-sel epitel usus yang
rusak masuk ke dalam usus besar (kolon). Di dalam kolon, zat-zat ini akan
mengalami perombakan oleh bakteri usus. Sebagian besar air dan elektrolit diserap
dalam kolon sehingga isi kolon makin lama makin pekat dan akhirnya membentuk
padatan yang disebut feses. Dalam keadaan normal. tiga perempat bagian feses
adalah air dan seperempat bagian adalah zat padat, yang terdiri atas sisa-sisa
makanan berupa lemak, protein. zat-zat anorganik bakteri mati. Warna feses yang
coklat disebabkan oleh adanya urobilin dan sterkobilin yang merupakan derivat
bilirubin. sedangkan bau tidak sedap karena hasil kerja proses pembusukan oleh
bakteri-bakteri.
Sebelum dikeluarkan dari dalam tubuh, feses yang telah terbentuk di dalam
kolon akan di tampung sementara oleh rektum. Selanjutnya feses akan terdorong
masuk ke anus. Di dalam anus terdapat dua pintu (sfingter). Sfingter pertama dalam
anus akan membuka secara otomatis untuk menampung feses lalu menutup
otomatis bila sudah penuh. Sementara pintu kedua dalam anus akan membuka
sesuai perintah dari otak (secara sadar). Oleh karena itu, seseorang dapat menahan
feses walaupun rektum telah penuh. (Sumardjo, 2008)
Hormon berasal dari kata Hormaein yang artinya memacu atau menggiatkan atau
merangsang. Dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang tidak terlalu banyak (sedikit),
tetapi jika kekurangan atau berlebihan akan mengakibatkan hal yang tidak baik (kelainan
seperti penyakit) sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta
proses metabolisme tubuh. Hormon merupakan senyawa kimia, berupa protein yang
mempunyai fungsi untuk memacu atau menggiatkan proses metabolisme tubuh. Dengan
adanya hormon dalam tubuh maka organ akan berfungsi menjadi lebih baik. (Universitas
Lampung, 2012)
9. Sebutkan dan jelaskan jenis kelenjar endokrin dalam tubuh manusia, lokasi, hormon yang
dihasilkan dan fungsinya (sertakan gambar)
b. Kelenjar tiroid terletak di dalam leher bagian bawah, melekat pada tulang
laring sebelah kanan depan trakea dan melekat pada dinding laring. Fungsi
dari hormon tiroid yaitu :
Tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) berfungsi meningkatkan
kecepatan reaksi kimia di sebagian besar sel sehingga meningkatkan
laju metabolisme tubuh
Kalsitonin
berfungsi menambah deposit kalsium di tulang dan mengurangi
konsentrasi ion kalsium di cairan ekstraseluler
c. Kelenjar paratiroid, terletak di atas selaput yang membungkus kelenjar
tiroid yang menghasilkan hormon paratiroid fungsinya yaitu mengatur
konsentrasi ion kalsium serum dengan cara meningkatkan absorpsi kalium
oleh usus dan ginjal serta melepas kalsium dari tulang.
Ovarium :
Estrogen memacu pertumbuhan dan perkembangan sistem
reproduksi, payudara, mendorong perkembangan folikel dan ciri
sekunder seksual perempuan.
Progesterone berfungsi mempersiapkan rahim untuk kehamilan,
perkembangan alat penyekresi payudara
b. Sel Beta Pankreas adalah sel yang berfungsi menghasilkan hormon insulin.
Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah, jika kadar
gula dalam darah berlebihan, maka insulin akan menyimpan gula berlebih
tersebut ke dalam hati.
11. Jelaskan hubungan antara hipotalamus dan kelenjar endokrin dalam tubuh manusia!
Stimulus yang mengaktivasi organ endokrin dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu
: hormonal, humoral, dan neural.
Fathuri, N. I, dkk. (2015). Anatomi dan Fisiologi Pencernaan Bagian Bawah. Retrieved
from
http://server2.docfoc.com/uploads/z2015/11/17/71MDEBcd3v/05e026f92e00398104925c
171ac510b3.pdf Diakses pada 16 Februari 2017.
Guyton & Hall. (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Singapora : Elsevier Pte
Ltd
Smeltzer, B & Suzanne, C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner &
Suddarth. Ed 8 vol 2. Jakarta: Penerbit EGC.
Tambahkan komentar
Memuat