Anda di halaman 1dari 160

May

ANALISIS SWOT TREND ISSU


KEPERAWATAN JIWA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses yang alami dan menimbulkan rasa sakit.
Namun banyak wanita yang merasakan sakit tersebut lebih parah dari seharusnya karena banyak
dipengaruhi oleh rasa panik dan stress (Shodiqoh, 2014). Selama kehamilan, ibu mengalami
perubahan fisik dan psikis yang terjadi akibat ketidak seimbangan hormon progesteron dan
estrogen yaitu hormon kewanitaan yang ada di dalam tubuh ibu sejak terjadinya proses kehamilan,
untuk itu seorang ibu hamil harus mempersiapkan fisik dan psikologisnya selama proses
kehamilan dan persalinan agar berjalan sesuai dengan harapan (Shodiqoh, 2014). Salah satu yang
dialami adalah depresi. Depresi adalah suatu keadaan terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya,
serta bunuh diri (Kaplan 2010).
Tingkat gangguan mood pada wanita yang kira--kira setara pada wanita hamil dan
nonchildbearing. Prevalensi depresi besar pada wanita hamil adalah di kisaran 3,1% -4,9%, dan
episode depresi mayor atau minor adalah di kisaran 8,5% -11% (depresi ringan sering merujuk
subthreshold depresi atau gangguan depresi tidak disebutkan secara spesifik). Beberapa penelitian
telah meneliti kejadian depresi selama kehamilan, tapi review ATIC sistem-menemukan kejadian
dari 14,5% selama kehamilan untuk depresi mayor atau minor dan 7,5% untuk depresi besar . Di
antara wanita dengan gangguan bipolar atau depresi unipolar, depresi berat adalah bentuk paling
umum dari morbiditas selama kehamilan atau masa nifas, yang menggarisbawahi pentingnya
mengetahui bukti untuk mengobati depresi selama kehamilan (Cantarutti, A., 2016). Depresi yang
tidak diobati dapat mengeakibatkan resiko pada kehamil.
Salah satu terapi pada depresi yaitu denegan menggunakan obat antidepresan. Obat
antidepresan diperlukan untuk obat efektif bagi ibu yang hamil dan mengalami depresi. Namun
pada penelitian yang berjudul “Is The Risk of Preterm Birth and Low Birth Weight Afeccted by The
Use of Antidepressant Agents During Pregnancy ? A Population – Based Investigation”
disebutkan wanita yang menggunakan antidepresan selama kehamilan memiliki 20% peningkatan
prevalensi dari kelahiran prematur dan berat lahir rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak
pernah menggunakan antidepresan selama seluruh periode observasi (yaitu, dari 9 bulan sebelum
kehamilan sampai melahirkan) (Cantarutti, A., 2016).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagiamana pembahasan teori mengenai obat antideprean terhadap ibu hamil ?
1.2.2 Bagaimana hasil jurnal mengenai efek obat antidepresan terhadap ibu hamil ?
1.2.3 Bagaimana hasil dan analisis SWOT dari jurnal mengenai obat antidepresan terhadap ibu hamil ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pembahasan teori mengenai obat antideprean terhadap ibu hamil
1.3.2 Untuk mengetahui hasil jurnal mengenai efek obat antidepresan terhadap ibu hamil
1.3.3 Untuk mengetahui hasil dan analisis SWOT dari jurnal mengenai obat antidepresan terhadap ibu
hamil

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi mahasiswa, dapat menambah wawasan penggunaan obat antidepresan terhadap ibu hamil
dan janin.
1.4.2 Bagi tenaga kesehatan, dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemberian pengobatan terhadap ibu
hamil yang mengalami depresi, dan memilih obat yang tepat untuk mengatasi depresi ibu hamil
1.4.3 Bagi keluarga dan masyarakat dapat lebih peduli dan mengerti dengan wanita hamil, sehingga
dapat membantu dalam mengatasi masalah yang dialami.

BAB II
RINGKASAN JURNAL

Jurnal berjudul “ Is The Risk of Preterm Birth and Low Birth Weight Afeccted by The Use
of Antidepressant Agents During Pregnancy ? A Population – Based Investigation ” oleh Anna
Cantaruttil, Luca Merlino, Emiliano Monzani, dan Giovani Carraol. Latar belakang penelitian ini,
ibu yang sedang hamil sangat rentan mengalami depresi. Depresi yang terus menerus dan tidak
diobati selama kehamilan akan menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas pada ibu
dan anak. Penelitian menyebutkan hubungan antara penggunaan antidepresan pada kehamilan dan
resiko yang merugikan perinatal dan kelahiran bayi. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan obat antidepressant selama kehamilan dengan
mengacu pada risiko kelahiran prematur (PTB) dan berat lahir rendah (BBLR).Penelitian ini
berbasis populasi. Populasi penelitian ini yaitu penduduk Lombardy, Italia yang memanfaatkan
layanan kesehatan. Penelitian ini melibatkan 384.673 kelahiran dari tahun 2005 sampai 2010. Ibu
yang menggunakan antidepresan sebelum dan selama kehamilan diselidiki. Analisis penelitian ini
menguunakan model regresi log-binomial dyaitu untuk memperkirakan hubungan antara
penggunaan antidepresan selama kehamilan, dibandingkan dengan non-penggunaan atau
menggunakan hanya sebelum kehamilan, dan rasio prevalensi PTB dan BBLR. Hasil penelitian
ini didaptkan bahwa wanita yang menggunakan antidepresan memiliki usia yan lebih tua, tingkat
pendidikan rendah, lebih sering berada di Italia, belum menikah, bekerja dan menderita penyakit
medis. Ibu yang menggunakan antidepresan selama kehamilan memiliki prevalensi yang
signifikan lebih tinggi dari resan sehubungan dengan kelahiran bayi premature dan berat lahir
rendah. Wanita yang menggunakan antidepresan selama kehamilan memiliki 20% peningkatan
prevalensi dari kelahiran prematur dan berat lahir rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak
pernah menggunakan antidepresan selama seluruh periode observasi (yaitu, dari 9 bulan sebelum
kehamilan sampai melahirkan). Hasil tersebut dikonfirmasi dengan mempertimbangkan secara
terpisah efek SSRI dan antidepresan lainnya bersama-sama.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pencarian Jurnal Metode PICOT


3.1.1 Format PICOT

Population Interventi Comparison Outcome Time (T)


(P) on (I) (C) s (O)
Wanti hamil Mengguna Tidak Dampak 2013 - 2017
yang kan obat menggunaka obat
3.1.2 Pertanyaan Klinis mengalami antidepres n obat antidepre
Wanita hamil yang depresi an antidepresan san
megalami depresi (P), terhadap
bagaimana perbedaan kehamila
efek menggunakan obat n.
antidepresan (I), dibandingkan dengan tidak menggunakan obat antidepresan (C), terhadap
kehamilan? (O)

3.1.3 Logic Grid


A B C D
Antidepresant, Non Woman Pregnancy Woman
Antideoresan Antidepresant Depression
Agent (SSRI)

3.1.4 Hasil pencarian artikel/jurnal


No. Riwayat Pencarian Hasil
1. Antidepresant AND Non Antidepresant
AND Woman Depression AND 3.559
Pregnancy
2. Setting jenis sumber : Jurnal akademik 1.520
3. Setting Subjek : Pregnancy 484
4. Setting Tahun : 2013-1017 90
5. Setting jenis dokumne : Artikel 87

6. Antidepresant (SSRI) AND Non


Antidepresant AND Woman 59
Depression AND Pregnancy
7. Antisepresan Agent (SSRI) AND Non
Antidepresant AND Woman 12
Depression AND Pregnancy
Setting Judul publikasi : Plos One

3.2 Pembahasan Teori


3.2.1 Depresi pada Ibu Hamil
Depresi adalah suatu keadaan terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri.
Depresi juga dapat memperparah penyakit, distres, dan meningkatkan disabilitas. Depresi yang
dikombinasikan dengan penyakit kronik akan memperburuk kondisi kesehatan dan meningkatkan
risiko kematian(Kaplan, 2010).
Mereka termasuk memiliki riwayat depresi, kurang dukungan sosial, memiliki kehamilan
yang tidak diinginkan, menjadi status sosial ekonomi rendah, sedang terkena kekerasan dalam
rumah tangga, menjadi lajang, memiliki kecemasan, dan memiliki peristiwa kehidupan yang penuh
stress. Selain itu, wanita dengan depresi selama kehamilan memiliki peningkatan risiko depresi
postpartum, yang dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan dan kesejahteraan ibu
dan bayi (Chaudron, L. H. , 2013 ).

Depresi yang terus menerus dan tidak diobati selama kehamilan akan menyebabkan
meningkatnya morbiditas dan mortalitas pada ibu dan anak. Penelitian menyebutkan hubungan
antara penggunaan antidepresan pada kehamilan dan resiko yang merugikan perinatal dan
kelahiran bayi (Cantarutti, A., 2016).

3.2.2 Obat Antidepresi


Pengobatan depresi dengan antidepresan selama kehamilan rumit oleh kekhawatiran atas
keselamatan janin karena semua obat-obatan psikotropika, termasuk antidepresan, melewati
plasenta. Penggunaan sant antidepresan telah meningkat secara umum dalam beberapa tahun
terakhir, dan peningkatan tersebut telah dikaitkan terutama dengan antidepresan yang lebih baru
(SSRI dan serotonin-norepinefrin reuptake inhibitor [SNRIs]) (Chaudron, L. H. , 2013 ). Pada
wanita hamil, mirip dengan populasi umum, SSRI adalah yang paling sering diresepkan, diikuti
oleh SNRIs, antidepresan trisiklik, dan, jarang, monoamine oxidase inhibitor (Ramos, E., 2007).
Ibu yang digunakan antidepresan selama kehamilan memiliki prevalensi yang signifikan lebih
tinggi dari kelahiran prematur dan berat lahir rendah sehubungan dengan mereka yang tidak pernah
menggunakan antidepresan, tetapi tidak untuk mereka yang menggunakan antidepresan sebelum
kehamilan (Cantarutti, A., 2016).
Meskipun mekanisme biologis tidak sepenuhnya diketahui, beberapa teori menyebutkan
antidepresan, terutama SSRI, melewati penghalang plasenta meningkatkan sekresi plasenta dari
corticotrophin-releasing hormone yang mengakibatkan peningkatan aktivitas dalam sistem
kortisol kehamilan. Lebih jauh, fluoxetine mengurangi nafsu makan ibu dan berat badan
menyebabkan berat badan lahir rendah (Yonkers, K., 2012). Selain itu, penggunaan SSRI
mengubah tingkat 5-TH sehingga meningkatan risiko pertumbuhan intrauterin retardasi dan
kelahiran prematur dengan mengganggu aliran darah plasenta (Cantarutti, A., 2016). Selain itu
wanita yang menggunakan antidepresan memiliki kadar estriol air liur lebih tinggi dibandingkan
dengan non-pengguna dan peningkatan kadar estriol telah dikaitkan dengan kelahiran prematur
(Suri R, 2008).

3.3 Hasil Jurnal


Jurnal utama yang berjudul “ Is The Risk of Preterm Birth and Low Birth Weight Afeccted
by The Use of Antidepressant Agents During Pregnancy ? A Population – Based Investigation ”
yang ditulis oleh Anna Cantaruttil, Luca Merlino, Emiliano Monzani, dan Giovani Carraol,
menyebutkan wanita yang menggunakan antidepresan selama kehamilan memiliki 20%
peningkatan prevalensi dari kelahiran prematur dan berat lahir rendah dibandingkan dengan
mereka yang tidak pernah menggunakan antidepresan selama seluruh periode observasi (yaitu,
dari 9 bulan sebelum kehamilan sampai melahirkan). Namun hal itu juga dipengaruhi oleh
berbagai faktor sepreti usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan lingkungan sosial.
Hasil jurnal tersebut juga didukung oleh penelitian lain yaitu sebagai berikut.
1. Jurnal yang berjudul “Perinatal Outcomes of Pregnancies Complicated by Maternal Depression
with or without Selective Serotonin Reuptake Inhibitor Therapy“ yang ditulis oleh Holly J.
Engelstad, Robert D. Roghair , Chadi A. Calarge , Tarah T. Colaizy, Scott Stuart, dan Sarah E.
Haskell. Disebutkan dari 3.695 wanita melahirkan antara tahun 2009 dan 2011. Sebanya 238
memiliki kode ICD – 9 untuk depresi. 16 mengalami depresi dalam catatan dan tidak memiliki
kode ICD – 9. Dari gabungan yang memiliki kode ICD-9 dan tidak, didapatkan 126 menggunakan
SSRI. Wanita dengan depresi akan meningkatkan penggunaan alkohol dan tembakau, BMI dan
tingkat kelahiran dini (p<0,01). Pengunaan SSRI pada wanita dengan depresi tidak terkait dengan
perbedaan yang dignifikan dalam pengukuran parameter maternal dan neonatal. Meski dengan
penggunaan SSRI, wanita dengan depresi mengalami peningkatan risiko selama kehamilan.
2. Jurnal yang berjudul “Antidepressant Use in Pregnancy: An Evaluation of Adverse Outcomes
Excluding Malformations” yang ditulis oleh Lauren Lorenzo, MD. dan Adrienne Einarson, M.
Disebutkan tidak ditemukannya peningkatana resiko kehamilan yang terkait dengan BBLR,
Preterm atau hasil yang merugikan perkembangan saraf jangka panjang. Namun penggunaan
antidepressant dapat meningkatkan risiko yang signifikan untuk terjadinya aborsi spontan,
kelahiran premature, BBLR, selain itu dapat meningkatkan risiko yang mungkin untuk Persistent
Pulmonary Hypertension dari baru lahir (PPHN).
3. Jurnal yang berjudul “A Challenging Issue: Should Medications be Prescribed to Pregnant and
Depressed Women?” yang ditulis oleh Nazan Aydın, Elif Oral, dan Mustafa Güleç. Disebutkan
bahwa penggunaan antidepressant selama kehamilan diterima dan relative aman sebelum tahun
2005 ketika FDA. Penggunaan antidepressant selama kehamilan dilaporkan terdapat peningkatan
aborsi, peningkatan potensi kelainan perkembangan saraf jangka panjang. Namun depresi yang
tidak diobati dapat berisiko selam kehamilan seperti BBLR, kelahiran premature).

3.4 Analisi SWOT dan Hasil


Hasil analisis menggunakan SWOT berjudul “ Is The Risk of Preterm Birth and Low Birth
Weight Afeccted by The Use of Antidepressant Agents During Pregnancy ? A Population – Based
Investigation ” adalah sebagai berikut.
Analisis Strenght (Kekuatan)
No Strenght (Kekuatan) Skor Bobot Total
1. Obat anatidepresi diperlukan untuk 0,5 3 1,5
pengobatan efektif ibu yang mengalami
depresi.
2. Antidepresan digunakan untuk mengurangi 0,5 3 1,5
tingkat depresi ibu
Total Kekuatan 1 - 3,0
Analisis Weakness (Kelemahan)
1. Penggunaan antidepressant dapat 0,2 3 0,6
meningkatkan risiko yang signifikan untuk
terjadinya aborsi spontan, kelahiran
premature, BBLR
2. Antidepresan terutama SSRI melewati 0,5 4 2
penghalang plasenta sehingga meningkatkan
sekresi plasenta dari corticotrophin – releasing
hormone yang mengakibatkan peningkatan
aktivitas dalam sistem kortisol kehamilan.
Fluoxetine mengurangi nafsu makan ibu dan
berat badan menyebabkan berat badan lahir
rendah. Wanita yang menggunakan
antidepresan memiliki kadar estriol air liur
lebih tinggi dibandingkan dengan non-
pengguna dan peningkatan kadar estriol telah
dikaitkan dengan kelahiran prematur.
3. Wanita yang menggunakan antidepresan 0,3 3 0,9
selama preg- nancy memiliki 20% (95% CI:
10-40%) peningkatan prevalensi dari kedua
kelahiran prematur dan berat lahir rendah
dibandingkan dengan mereka yang tidak
pernah menggunakan antidepresan selama
seluruh periode tion observa- (yaitu, dari 9
bulan sebelum kehamilan sampai melahirkan).
Total Kelemahan 1 - 3,5
Selisih Kekuatan dan Kelemahan = 3,0 – 3,5 = - 0,5 (-)/ X
Analisis Opportunity (Peluang)
No Opportunity (Peluang) Skor Bobot Total
1. Tingginya ibu hamil yang menglami 0,3 3 0,9
depresi. Depresi mempengaruhi sekitar 13%
wanita usia reproduksi.
2. Obat antidepresan, dikembangkan sejak 0,3 3 0,9
tahun 1950-an untuk mengobati gejala
depresi, yang saat ini banyak tersedia
dengan beberapa pilihan pengobatan.
Trisiklik Antidepresan dan Selektif Seroto-
nin Reuptake Inhibitor (SSRI), adalah
antidepresan yang paling sering diresepkan.
Meskipun efektivitas yang sama mereka,
bagaimanapun, SSRI memiliki sebagian
diganti trisiklik Antidepresan karena
tolerabilitas yang lebih baik
3. Risiko selama kehamilan tidak hanyak 0,4 4 1,6
diakibatkan oleh penggunaan obat
antidepresan tetapi juga karena factor lain
seperti pola hidup ibu yang tidak sehat
Total Kekuatan 1 - 3,4
Analisis Treath (Ancaman)
1. Tingkat pengetahuan ibu mengenai 0,5 3 1,5
pengobatan menggunakan
antidepresan mungkin akan takut
menggunakan antidepresan tersebut.
2. Faktor sosial ekonomi akan mempengaruhi ibu 0,5 2 1
tidak mengatasi depresinya
Total Kelemahan 1 - 2,5
Selisih Kekuatan dan Kelemahan = 3,4 – 2,5 = 1,1 (+)/ Y
Kurva: (X,Y) = ( -, +)

Analisis
tersebut
menunjukkan
bahwa obat
antidepresankurang
efektif untuk ibu
hamil, dilihat dari
efek sampingnya
akan
mempengaruhijanin.
Namun obat
antidepresan
memiliki peluang
besar untuk
diberikan kepadaibu
hamil, sehingga
perlu dikaji lebih
dalam mengenai
efek obat
antidepresanpada
ibu hamil dan dapat
melakukan
pemilihan obat yang
tepat untuk ibu
hamil.Oleh karena
itu diperlukan
penelitian lebih
alnjut mengenai
obat antidepresan
yangcocok untuk iu
hamil dan cara
untuk mengatasi
efek yang
ditimbulkan
obatantidepresan
tersebut.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Depresi adalah suatu keadaan terganggunya alam perasaan yang sangat rentan dialami oleh
ibu hamil. Depresi yang terus menerus dan tidak diobati selama kehamilan akan menyebabkan
meningkatnya morbiditas dan mortalitas pada ibu dan anak. Penelitian menyebutkan hubungan
antara penggunaan antidepresan pada kehamilan dan resiko yang merugikan perinatal dan
kelahiran bayi. Pengobatan dengan antidepresan selama kehamilan menurut penelitian berkaitan
dengan cacat bawaan, hasil kelahiran negatif, dan masalah perkembangan saraf, meningkatan
risiko kelahiran prematur dan berat lahir rendah. Namun depresi yang tidak diobati selama
kehamilan berisiko untuk ibu dan janin (misalnya, kelahiran prematur, gizi buruk, berat badan
yang tidak memadai, perawatan prenatal yang buruk, ketidakmampuan untuk merawat diri sendiri,
penggunaan narkoba, penghentian kehamilan, dan depresi postpartum). Jadi diperlukan pilihan
yang paling aman dengan memperhitungkan resiko dari pengobatan dengan antidepresan dan
resiko dari depresi.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi mahasiswa diharapkan lebih menambah pengetahuan mengenai pengobatan depresi
khusunya untuk ibu hamil
4.2.2 Bagi tenaga kesehatan diharapkan lebih memahami mengenai penyakit, dan pengobatan yang akan
diberikan sehingga tidak menimbulkan resiko yang lebih buruk, dan dapat memilih intervensi yang
lebih tepat.
4.2.3 Bagi keluarga, diharapkan lebih memberikan dukungan psikologi untuk ibu hamil sehingga dapat
mengurangi depresinyang dialami.

DAFTAR PUSTAKA

Aydin, N., Oral, E., & Gulec, M. (2011). A challenging issue : Should medications be prescribed to
pregnant and depressed women?. Jurnal of Mood Disorders, 1(3), 118-25.
Cantarutti, A., Merlino, L., Monzani, E., Giaquinto, C., & Corrao, G. (2016). Is the risk of preterm birth
and low birth weight affected by the use of antidepressant agents during pregnancy? A population-
based investigation. PLoS One, 11(12) doi:http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0168115
Chaudron, L. H. (2013). Complex challenges in treating depression during pregnancy. The American
Journal of Psychiatry, 170(1), 12-20. Retrieved from
https://search.proquest.com/docview/1317509779?accountid=32506
Kaplan, H.J., Sadock, B,J., & Greb, J,A. (2010). Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Jakarta : Binarupa Aksara.
Lorenzo, L., M.D., & Einarson, A., R.N. (2014). Antidepressant use in pregnancy: An evaluation of adverse
outcomes excluding malformations.The Israel Journal of Psychiatry and Related Sciences, 51(2),
94-105. Retrieved from https://search.proquest.com/docview/1777659216?accountid=32506
Ramos E, Oraichi D, Rey E, Blais L, Bérard A: Prevalence and predictors of antidepressant use in a cohort
of pregnant women. BJOG 2007; 114:1055–1064
Shodiqoh, E.R., & Syahrul. (2014). Axiety Level Difference Between The Face Of Labour And
Multigravida. Jurnal Berkala Epidemiologi, 2(1).
Suri R, Hellemann G, Cohen L, Aquino A, Altshuler L. Saliva estriol levels in women with and without
prenatal antidepressant for treatment. Biol Psychiatry. 2008; 64(6):533±537 doi:
10.1016/j.biopsych. 2008.04.015 PMID: 18495086
Yonkers K.A., Norwitz E. R., Smith M. V., Lockwood C. J., Gotman N., Luchansky E., et al. Depression
and serotonin reuptake inhibitor treatment as risk factors for preterm birth. Epdemiology 2012;
23:677±685

Diposting 7th May 2017 oleh Anik cahyani


0

Tambahkan komentar

Edukasi Kesehatan dll

 Klasik
 Kartu Lipat
 Majalah
 Mozaik
 Bilah Sisi
 Cuplikan
 Kronologis

1.

Jan

20

terapi masase.
BAB II

TINJAUAN TEORI

1.1 Definisi Masase


Kata masase berasal dari bahasa Arab “mash” yang berarti menekan dengan
lembut, atau dari Yunani “massien” yang berarti memijat atau melulut. Masase
merupakan salah satu manipulasi sederhana yang pertama-tama ditemukan oleh
manusia untuk mengelus-elus rasa sakit. Dalam bahasa Indonesia, masase dapat
diartikan sebagai pijat atau urut. Masase juga dapat diartikan sebagai pijat yang telah
disempurnakan dengan ilmu-ilmu tentang tubuh manusia atau gerakan-gerakan
mekanis terhadap tubuh manusia dengan mempergunakan bermacam-macam bentuk
pegangan atau teknik (Trisnowiyanto, 2012 dalam Maulana, 2016). Masase adalah
tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot tendon atau
ligament yang tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna
menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi.
(Hnderson, 2005 dalam Maulana, 2016)

1.2 Jenis Masase


Dalam perkembangannya masase dapat dibedakan menjadi beberapa macam di
antaranya (Anggriawan, 2013) :

1) Sport massage adalah masase yang khusus diberikan kepada orang yang sehat badannya,
terutama olahragawan karena pelaksanannya memerlukan terbukanya hampir seluruh
tubuh. Tujuan sport massage adalah:
a) Memperlancar peredaran darah
b) Merangsang persarafan terutama saraf tepi untuk meningkatkan kepekaan
rangsang.
c) Meningkatkan ketegangan otot dan meningkatkan kekenyalan otot untuk
meningkatkan daya kerja otot.
d) Mengurangi atau menghilangkan ketegangan saraf dan mengurangi rasa sakit.
2) Segment massage adalah masase yang ditujukan untuk membantu penyembuhan terhadap
gangguan atau kelainan - kelainan fisik yang disebabkan oleh penyakit tertentu. Ada
beberapa macam segment massage salah satunya adalah terapi masase.
3) Cosmetic massage adalah masase yang khusus ditujukan untuk memelihara serta
meningkatkan kecantikan muka serta keindahan tubuhberserta bagian -bagiannya.
4) Macam masase yang lain: misalnya massage untuk merangsang jantung, erotic massage,
sensuale - massage, shiatsu serta bentukbentuk masase yang lain.

1.3 Manipulasi Masase


Menurut Bambang Priyonoadi (2008) dalam Maulana (2016) ada beberapa metode
masase, antara lain :
a) Effleurage/strocking (mengusap)
Gerakan mengusap dengan menggunakan telapak tangan atau bantalan jari
tangan. Gerakan dilakukan sesuai dengan peredaran darah menuju jantung
maupun kelenjar-kelenjar getah bening. Manfaat gerakan ini untuk
merelaksasikan otot dan ujung-ujung saraf (Snyder, 2002 dalam Maulana,
2016). Cara mengusap dengan meggunakan seluruh permukaan telapak tangan
dan jari-jari untuk menggosok daerah-daerah tubuh yang lebar dan tebal
(misalnya daerah paha, pinggang, dan punggung). Gosokan untuk daerah tubuh
yang sempit biasanya menggunakan bagian telapak tangan atau bahkan hanya
ujung jari tangan (misalnya menggosok pada daerah antartulang rusuk dan
daerah jari-jari). Teknik ini dilakukan di awal pemijatan untuk melemaskan
otot-otot (Rosser, 2004; Ekowati et all, 2009 dalam Maulana, 2016).
b) Petrissage (meremas)
Gerakan memijit atau meremas dengan menggunakan telapak tangan atau
jari-jari tangan. Teknik ini digunakan pada area tubuh yang berlemak dan
jaringan otot yang tebal. Petrissage mempunyai manfaat sebagai pendorong
keluarnya sisa-sisa pembakaran dan mempercepat aliran darah ke seluruh
tubuh.
c) Friction (menggerus)
Gerakan melingkar kecil-kecil dengan penekanan yang lebih dalam
menggunakan jari atau ibu jari. Gerakan ini hanya digunakan pada area tubuh
tertentu yang bertujuan untuk penyembuhan ketegangan otot akibat asam laktat
yang berlebih. Friction biasanya dilakukan dengan gerakan melingkar seperti
spiral yang mempunyai manfaat, seperti dapat merangsang serabut saraf dan
otot-otot yang terletak di dalam permukaan tubuh dan gerakannya yang spiral
akan memabntu menghancurkan miogelosis (timbunan dari sisa-sisa
pembakaran yang menyebabkan pengerutan pada otot (Wara Kushartanti, 2002
dalam Maulana, 2016).
d) Vibration (menggetar)
Gerakan menggetar unutk merangsang atau menenangkan urat saraf dan
dapat menghilangkan kerut pada wajah. Gerakan pijat dilakukan dengan ujung-
ujung jari tangan, getarannya ringan dan lembut dengan gerakan yang lebih
berat. Penerapan di kepala bagian samping dengan arah ke atas, bagian depan
dan belakang/tengkuk (batas pertumbuhan rambut dan belakang) juga ke atas.
Gerakan ini berguna untuk meningkatkan absorbsi dari cairan di jaringan lunak,
menenangkan saraf-saraf superfisialis yang dapat mengurangi ketegangan dan
menghasilkan relaksasi bila diguankan di sepanjang usus besar (Rosser, 2004
dalam Maulana, 2016).
e) Tapotement/tapotage (memukul)
Gerakan menupuk atau memukul dan bersifat merangsang jaringan otot,
dilakukan dengan kedua tangan yang saling bergantian. Untuk memperoleh
hentakan tangan yang ringan, tidak sakit pada klien tetapi dapat merangsang
sesuai dengan tujuannya, maka diperlukan fleksibilitas pergelangan tangan
terapis. Tapotement dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
 Tapotemen beating
Tapotement ini dilakukan dengan menggunakan dua tangan
dalam posisi menggenggam. Pukulan dilakukan pada bagian yang
lunak atau tebal dari sisi bawah telapak tangan. Pukulan dilakukan
dengan cukup kuat di daerah sepanjang ruas-ruas tulang belakang.
Manfaatnya memberikan rangsangan yang kuat terhadap pusat saraf
spinal beserta serabut-serabut saraf, dapat membantu mendorong
keluar sisa-sisa pembakaran yang masih tertinggal di sepanjang
sendi, ruas-ruas tulang belakang, beserta otot-otot sekitarnya,
terutama di daerah pinggang dan punggung (Tjipto Soeroso, 1983
dalam Maulana, 2016).
 Tapotement clapping
Tapotement clapping dilakukan menggunakan seluruh
permukaan telapak tangan dan jari-jari dengan membentuk
cekungan. Tapotement ini merangsang serabut-serabut saraf perifer
terutama di seluruh daerah pinggang dan punggung. Bantalan udara
yang ditimbulkan oleh adanya cekungan telapak tangan akan
menimbulkan rasa hangat dan mengurangi rasa sakit. Warna merah
yang kemudian timbul pada kulit menunjukkan terjadinya pelebaran
pembuluh darah (vasoldilatasi) yang berarti meningkatnya
kelancaran peredaran darah dan penyebaran sari-sari makanan di
daerah tersebut (Bambang Priyonoadi, 2008 dalam Maulana, 2016).
 Tapotement hacking
Tapotement hacking, yaitu metode yang dapat dilakukan
dengan menggunakan seluruh jari-jari. Pukulan dilakukan dengan
posisi miring di seluruh daerah pinggang dan punggung, dengan
jari-jari kendor dan relaks memukul kulit secara bergantian dan
berirama. Pukulan yang dilakukan dengan cukup kuat tetapi luwes
ini akan merangsang serabut saraf tepi, melancarkan peredaran
darah, juga merangsang organ-organ tubuh di dalamnya.
Tapotement yang dilakukan dengan lembut dan halus memberikan
pengaruh penenangan dan penyegaran hingga dapat menidurkan
seseorang. Tapotement yang dilakukan dengan cukup kuat dan
lunak akan merangsang saraf dan serabut otot untuk meningkatkan
kemampuan kontraksinya untuk menghadapi kerja yang lebih berat.
1.4 Manfaat Masase
Masase dapat dijadikan salah satu alternatif untuk mengembalikan kondisi tubuh
menjadi sehat dan bugar. Masase memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan, yaitu :
a) Masase mempengaruhi jaringan tubuh untuk memperluas kapiler dan kapiler
cadangan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan aliran darah ke jaringan
dan organ, meningkatkan proses reduksi oksidasi, memfasilitasi jantung dan
berkontribusi terhadap redistribusi darah dalam tubuh.
b) Masase memberikan sedikit peningkatan jumlah trombosit, leukosit, eritrosit
dan hemoglobin tanpa memengaruhi keseimbangan asam-basa.
c) Jika dilakukan secara cepat, masase dapat memengaruhi sistem saraf perifer,
meningkatkan rangsangan dan konduksi impuls saraf, melemahkan dan
menghentikan rasa sakit dengan mempercepat proses pemulihan saraf yang
cedera.
d) Masase mempercepat aliran getah bening yang meningkatkan transportasi
nutrisi ke jaringan, mengurangi statis pada sendi serta organ dan jaringan lain.
e) Masase memiliki efek fisiologis yang beragam terhadap kulit dan fungsinya,
seperti membersihkan saluran keringat, kelenjar sebaceous, meningkatkan
fungsi sekresi, ekskresi, dan pernapasan kulit.
f) Masase bisa membuat otot menjadi fleksibel, meningkatkan fungsi kontraktil
yang mempercepat keluarnya metabolit yang merupakan hasil dari metabolism.
g) Masase membantu mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam otot-otot dan
memulihkan keadaan normalnya. (Maulana, 2016)

Berdasarkan jurnal Moordiningsi tahun 2009 manfaat terapi masase yaitu :


a. Efek penting dari terapi pijat adalah dapat meningkatkan berat badan bayi,
membuat bayi dapat tidur dengan nyenyak dan memiliki relasi yang baik
dengan orang tua.
b. Gelombang otak lebih siap dan anak dapat belajar lebih cepat.
c. Anak-anak dengan gangguan ADHD maupun autis menjadi lebih memiliki
perhatian terhadap lingkungan sekitarnya.
d. Terapi pijat dapat menurunkan depresi, menurunkan hormon stres dan
meningkatkan serotonin, anti depresan yang telah dimiliki tubuh dan
memulihkan gangguan tidur.
e. Terapi pijat juga dapat mengganti sistem imun. Pada permasalahan autoimun
seperti asma, dengan terapi pijat fungsi paru-paru meningkat dan serangan asma
menurun.

1.5 Indikasi Masase


Indikasi masase adalah keadaan atau kondisi saat tubuh dapat diberiakn masase,
yang mana masase tersebut akan memberikan pengaruh positif terhadap tubuh. Adapun
indikasinya, yaitu (Estuti, 2012):
1. Keadaan tubuh yang sangat lelah.
2. Kelainan-kelainan tubuh yang diakibatkan pengaruh cuaca atau kerja yang kelewat
batas (sehingga otot menjadi kaku dan rasa nyeri pada persendian serta gangguan
pada persarafan).

1.6 Kontraindikasi Masase


Kontraindikasi masase adalah keadaan atau kondisi saat tubuh tidak dapat
diberikan masase karena dapat berdampak buruk pada tubuh. Adapun
kontraindikasinya, yaitu (Estuti, 2012):
1. Pasien dengan penyakit menular.
2. Mengalami pengapuran pembuluh darah arteri.
3. Pasien sedang menderita penyakit kulit. Adanya luka-luka baru atau cedera akibat
berolahraga atau kecelakaan.
4. Sedang menderita patah tulang, pada tempat bekas luka, bekas cedera, yang belum sembuh
betul.
5. Pada daerah yang mengalami pembengkakan atau tumor yang diperkirakan sebagai kanker
ganas atau tidak ganas.

1.7 Minyak Esensial


Minyak atsiri adalah minyak dari tanaman yang komponennya secara umum
mudah menguap, bersifat seperti eter sehingga disebut juga ethereal oil atau minyak
eteris serta bersifat khas sebagai pemberi aroma/bau sehingga biasa disebut sebagai
essential oil atau minyak esensial (Fellytasarie, 2014). Minyak esensial memiliki
struktur yang sangat rumit yang terdiri dari berbagai unsur senyawa kimia yang
masing-masing mempunyai khasiat terapeutik dan unsur aroma tersendiri dari setiap
tanaman (Adethia, 2014). Minyak esensia memiliki efek yang kuat pada tubuh sehingga
harus digunakan dengan hati-hati dikarenakan sifatnya yang pekat. Minyak esensial
dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang
atau kulit dan akar atau rhizome (Fellytasarie, 2014).
Menurut Poerwadi (2006) dalam Adethia (2014) aroma dan kelembuatan minyak
esensial dapat mengatasi keluhan fisik maupun psikis. Minyak esensial dapat diserap
tubuh melalui 2 cara yaitu:
a. Indra penciuman
Minyak esensial dapat diserap melalui indra penciuman dengan cara mencium atau
dihirup sehingga disebut sebagai aroma terapi. Indra penciuman yang merangsang
daya ingat bersifat emosional dengan memberikan reaksi fisik berupa tingkah laku.
Minyak esensial yang memiliki aroma yang sangat lembut dan menyenangkan
dapat membangkitkan semangat maupun perasaan tenang dan santai (Adethia,
2014).
b. Penyerapan melalui kulit
Pada saat membalurkan minyak esensial yang telah dicampurkan dengan minyak
dasar pada kulit, minyak akan diserap melalui pori-pori kulit dan diedarkan oleh
pembuluh darah ke seluruh tubuh dan proses penyerapan berlangsung sekitar 20
menit (Adethia, 2014).

1.8 Langkah – Langkah Masase


Langkah – langkah terapi masase berdasarkan Mc Graw tahun 2011 yaitu :
a. Pemijatan pada kaki
1. Bersihkan kedua telapak kaki klien dengan lap basah, setelah kering usapkan
minyak pada telapak tangan kemudian usap pada kedua kaki klien secara merata
dan menyeluruh.
2. Gunakan kepalan tangan untuk memberikan pijatan/tekanan pada telapak kaki
kiri klien dengan 5 kali hitungan.
3. Berikan penekanan pada telapak kaki kiri klien dengan titik akupresure.
4. Lakukan gerakan pemijatan meluncur menggunakan kedua ibu jari secara
bergantian pada telapak kaki kiri klien dimulai dari di bawah jari hingga tumit
dengan 5 kali hitungan
5. Beri tekanan dan pijatan pada tumit kaki kiri dengan kedua telapak tangan
dengan 5 kali hitungan
6. Kemudian diikuti dengan gerakan meluncur menggunakan sisi ulnar telapak
tangan sepanjang tendon Achilles dengan 5 kali hitungan.
7. Gerakan mengusap dengan sedikit pijatan mulai dari pergelangan kaki kiri
hingga tepat berada di bawah lutut
8. Gerakan memeras dengan kedua telapak tangan, tangan berbentuk C, dimulai
dari pergelangan kaki hingga di bawah lutut gerakan dilakukan 5 kali pada kaki
kiri.
9. Pijat otot kaki dengan menggunakan kedua ibu jari dan berikan penekanan.
10. Pemijatan gerakan mengusap, kaki ditekuk membentuk sudut 90 derajat, satu
tangan memegang telapak kaki, tangan lainnya mengurut kaki dengan pijatan
dimulai dari tendon Achilles hingga dibawah lutut.
11. Kemudian berikan pijatan lembut pada kaki dengan kedua ibu jari.
12. Lakukan gerakan meluncur/mengusap dimulai dari paha bagian bawah hingga
ke tengah, atas dan samping menggunakan kedua telapak tangan.
13. Pijat titik luar sacrum dengan telapak tangan.
14. Pijat bagian hamstring dengan kedua ibu jari dan telapak tangan dengan
gerakan meluncur ke atas.
15. Pijat paha dengan 1 tangan menggunakan ibu jari dan telapak tangan, pijat pada
bagian hamstring dengan gerakan ke atas.
16. Berikan tekanan pada harmstring dengan mengepalkan telapak tangan.
17. Berikan penekanan pada otot gluteal, perawat berada di samping klien.
18. Lakukan gerakan ibu jari meluncur/mengusap ke bawah pada otot gluteal,
perawat berada di samping klien.
*Ulanngi gerakan tersebut pada kaki lagi satu.

b. Pemijatan pada punggung


1. Usapkan kedua tangan dengan minyak kemudian usapkan pada punggung
dengan gerakan meluncur ke bawah hingga ke pinggul.
2. Lakukan pemijatan dibawah paraspinal dengan telapak tangan.
3. Pemijatan menggunakan lengan bawah/siku pada bagian kuadran lumborum.
4. Gerakan kedua telapak tangan meluncur pada kuadratus lumborum.
5. Berikan tekanan pada pelvis dengan menggunakan kedua ibu jari.
6. Gerakan meluncur ke atas pada bagian paraspinals dengan kedua tangan
menumpuk, sedikit diberi tekanan.
7. Tangan klien ditekuk ke belakang, lakukan gerakan meremas pada lengan klien
dari atas sampai bawah.
8. Berikan tekanan longgar pada scapula dengan tangan dikepalkan.
9. Gerakan menekan scapula dengan ibu jari pada supraspinal dari tengah ke luar.
10. Berikan penekanan dari dalam ke luar dengan telapak tangan dan ibu jari pada
kedua pundak klien.
11. Gerakan meluncur pada trapesiuz dari bagian pinggang hingga ke leher atas
dengan kedua telapak tangan atau ibu jari.

c. Pemijatan di kaki saat posisi supinasi


1. Oleskan telapak tangan dengan minyak lakukan gerakan meluncur
menggunakan ibu jari diantara metatarsal kaki.
2. Lakukan gerakan memijat/memeras dengan kedua telapak tangan dimulai dari
pergelangan kaki hingga di bawah lutut
3. Ibu jari meluncur pada kaki bagian samping dari atas ke bawah.
4. Pijat kedua paha bagian bawah disekitar lutut dengan kedua telapak tangan.
5. Gerakan meluncur kebawah pada bagian otot kuadrisep dengan tangan
dikepalkan.
6. Lakukan gerakan penekanan pada paha bagian samping dari atas hingga ke
bawah untuk merelaksasikan.
*Ulangi gerakkan tersebut pada kaki yang lain.

d. Pemijatan pada abdomen


1. Kedua telapak tangan dioleskan minyak kemudian dilakukan gerakan meluncur
lakukan gerakan melingkar dari tengah kemudian ke sisi kiri dan kanan.
2. Dilakukan penekanan pada bagian tengah abdomen dengan jari kemudian
ditarik ke samping.
3. Gerakan telapak tangan meluncur dari atas hingga ke bawah abdomen.
4. Lakukan gerakan meluncur pada interkosta, tangan seperti huruf c, gerakan
dilakukan dari bawah ke atas, dilakukan pada sisi kiri dan kanan

e. Pemijatan pada dada


1. Tangan perawat berada di samping kiri dan kanan pasien. Kemudian lakukan
pemijatan menggunakan kedua telapak tangan dari bagian dalam keluar.
2. Posisi perawat berada di samping pasien. Telapak tangan pasien ditumpuk dan
lakukan pengurutan.

f. Pemijatan pada tangan


1. Lakukan gerakan pemijatan di daerah lengan atas bagian luar dengan gerakan
meluncur dari bawah ke atas dalam 5 kali hitungan.. Satu tangan perawat
melakukan pemijatan di daerah lengan, satu tangan lagi memegang telapak
tangan pasien.
2. Lakukan gerakan pemijatan di daerah lengan bawah bagian luar dengan
gerakan meluncur dari bawah ke atas dalam 5 kali hitungan. Satu tangan
perawat melakukan pemijatan di daerah lengan, satu tangan lagi memegang
telapak tangan pasien..
3. Lakukan pemijatan di daerah ketiak pasien. Tangan pasien diangkat dan posisi
perawat berada di belakang pasien.
4. Lakukan gerakan pemijatan di daerah lengan bawah bagian dalam dengan
gerakan meluncur dari bawah ke atas dalam 5 kali hitungan. Satu tangan
perawat melakukan pemijatan di daerah lengan, satu tangan lagi memegang
telapak tangan pasien.
5. Lakukan pemijatan di daerah telapak tangan pasien dalam 5 kali hitungan.
*Lakukan dikedua telapak tangan pasien.

g. Pemijatan pada leher


1. Lakukan pemijatan di bagian bawah leher pasien dalam 5 kali hitungan.
Perawat berada di posisi samping pasien.
2. Gerakan meluncur ke atas pada bagian leher hingga ke bagian belakang kepala
menggunakan jari tangan dan berikan pijatan yang lembut.

h. Pemijatan pada wajah dan kepala


1. Dahi ditekan dengan ibu jari, jari lainnya memegang kepala bagian samping,
ibu jari digerakan ke atas dan kebawah secara bergantian kemudian digerakkan
kesamping.
2. Ibu jari memegang bagian temporal kepala, jari lainnya memegang bagian
belakang kepala. Lakukan pijatan dengan gerakan memutar pada bagian
temporal selama 2 menit.
3. Lakukan pengurutan atau penekanan pada bagian wajah yaitu bagian diatas
bibir, ibu jari digunakan untuk mengurut ke samping, jari lainnya memegang
bagian dagu.
4. Lakukan pengurutan atau penekanan dengan lembut pada bagian wajah pada
bagian dagu, ibu jari digunakan untuk mengurut ke samping.
5. Gerakan pengurutan wajah dari bawah ke atas menggunakan jari-jari tangan di
bagian bawah pipi hingga ke atas pipi menjadi bergerak naik seperti tersenyum.
Lakukan dalam 5 kali hitungan dengan lembut dan secara pelan.
6. Lakukan gerakan memijat kepala dengan cara memijat terlebih dahulu
kemudian menarik rambut dengan pijatan yang lembut menggunakan tangan
kiri dan kanan secara bergantian.
DAFTAR PUSTAKA
Adethia, K.A. (2014). Manfaat Aromaterapi Lavender Terhadap Pengendalian Nyeri
Persalinan Kala I di Klinik Sumiariani Kecamatan Medan Johor Tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara. Retrieved from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/47789. Diakses pada 19
November 2017.
Estuti, F. (2012). Tingkat Keberhasilan Terapi Masase untuk Menyembuhkan Cedera
Lutut. Retrieved from: http://eprints.uny.ac.id/9181/3/BAB%202%20-
%2005603141031.pdf. Diakses pada 19 November 2017
Fellytasarie, W.A. (2014). Produksi Minyak Atsiri Dari Daun Cengkeh Kering
Menggunakan Proses Distilasi Vakum (Production Of Essential Oil From
Dry Clove Leaf Using Vacuum Distillation Process). Universitas
Diponogoro. Retrieved from: http://eprints.undip.ac.id/44625. Diakses pada
19 November 2017.
Fitriani, E. (2012). Tingkat Keberhasilan Terapi Masase Untuk Menyembuhkan Cedera
Lutut. Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Retrieved from: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/9181. Diakses pada 19
November 2017.
Maulana, F.H. (2016). Pengaruh Masase Ekstremitas Bawah dengan Minyak Esensial
Lavender terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia dengan
Hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya. [Skripsi]. Universitas
Airlangga, Surabaya.
Moordiningsi. (2009). Terapi Pijat Oriental: Budaya Harmonisasi Fisik dan Psikis.
Universitas Muhamadyah Surakarta. Retrieved from:
http://eprints.ums.ac.id/33027/1/17.%20full%20text_Terapi%20Pijat%20Or
iental-UGM-Moordiningsih-finish.pdf. Diakses pada 27 November 2017
Anggriawan, N. (2013). Pengaruh Terapi Masase, Terapi Latihan Dan Terapi Kombinasi
Masase Dan Latihan Dalam Penyembuhan Cedera Bahu Kronis Pada
Olahragawan [Skripsi]. Yogyakarta: UNY

Diposting 20th January oleh Anik cahyani


0

Tambahkan komentar

2.

Dec

Program kesehatan komunitas di


Indonesia

Program kesehatan komunitas

1. Program Indonesia Sehat


Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu
Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Sasaran dari Program Indonesia Sehat
adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-
2019, yaitu: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya
pengendalian penyakit, (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kese-hatan dasar dan
rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan, (4) mening-katnya cakupan
pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan
SJSN kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta (6)
meningkatnya responsivitas sistem kesehatan. Program Indonesia Sehat dilaksanakan
dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu: (1) penerapan paradigma sehat, (2) penguatan
pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN). Penerapan
paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat.
Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan
kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu menggunakan pendekatan
continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Sedangkan pelaksanaan JKN
dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali mutu dan
biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat (Kemenkes
RI, 2016).
Referensi
http://www.depkes.go.id/resources/download/lain/Buku%20Program%20In
donesia%20Sehat%20dengan%20Pendekatan%20Keluarga.pdf
2. Program Nusantara Sehat
Program Nusantara Sehat adalah program penguatan pelayanan kesehatan primer yang
fokus pada upaya promotif, preventif, dengan berbasis pada tim. Intervensi berbasis tim
pada fasilitas layanan kesehatan ini merupakan suatu terobosan, karena tim-tim
ditempatkan langsung diwilayah-wilayah terpencil dimana suatu sistem kegiatan bisnis
akan dikembangkan di Puskesmas terpencil. Program Nusantara Sehat merupakan salah
satu bentuk kegiatan yang dicanangkan oleh Kemenkes dalam upaya mewujudkan fokus
kebijakan tersebut. Program ini dirancang untuk mendukung pelaksanaan program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang diutamakan
oleh Pemerintah guna menciptakan masyarakat sehat yang mandiri dan
berkeadilan. Program Nusantara Sehat bertujuan untuk menguatkan layanan kesehatan
primer melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar di DTPK dan
DBK juga mempunyai tujuan menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan,
menggerakan pemberdayaan masyarakat dan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
terintegrasi serta meningkatkan retensi tenaga kesehatan yang bertugas di DTPK. Program
ini merupakan program lintas unit utama di Kemenkes yang fokus tidak hanya pada
kegiatan kuratif tetapi juga promotif dan preventif untuk mengamankan kesehatan
masyarakat (public health) dari daerah yang paling membutuhkan sesuai dengan Nawa
Cita.Program Nusantara Sehat melalui penempatan tenaga kesehatan berbasis
tim, dilakukan berdasarkan hasil kajian terhadap distribusi tenaga kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2012 (Kemenkes RI, 2015)

3. Program GERMAS
Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat adalah upaya penguatan paradigma
pembangunan kesehatan dari kuratif rehabilitatif menjadi promotif-preventif yang
dilakukan melalui pendekatan multi sektor, serta menyusun rencana aksi terkait
penguatan upaya promotif preventif kesehatan. Tahun 2016-2017, Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) berfokus pada 3 aspek perubahan perilaku
yaitu melakukan aktivitas fisik setiap hari, mengkonsumsi sayur dan buah setiap
hari, dan melakukan pemeriksaan berkala untuk mendeteksi faktor resiko yang ada
pada setiap orang. Ketiga fokus ini dilakukan untuk mewujudkan paradigma sehat
dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku
hidup sehat (Kemenkes RI, 2017).

http://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Warta
-Kesmas-Edisi-01-2017_752.pdf

4. Puskesmas

Puskesmas adalah adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kab/Kota yang
bertanggungjawab menyeleggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagain
wilayah kecamatan. Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan tingkat satu. Puskesma
bertujuan unuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas (Ovania, 2016).
(http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/PUSKESMAS_5.pdf)

5. Posbindu PTM
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini
dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan
periodik. Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi
minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres,
hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini faktor risiko
yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit
jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan
gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan. (KESMAS, 2016)
http://www.indonesian-publichealth.com/beda-posbindu-dan-posyandu/ “Beda Posbindu
dan Posyandu”
Kegiatan Posbindu yaitu:

- Monitoring faktor risiko bersama PTM secara rutin dan periodik. Rutin berarti
Kebiasaan memeriksa kondisi kesehatan meski tidak dalam kondisi sakit.
Sedangkan Periodik artinya pemeriksaan kesehatan dilakukan secara berkala.
- Konseling faktor risiko PTM tentang diet, aktifitas fisi, merokok, stress dan
lain-lain.
- Penyuluhan / dialog interaktif sesuai masalah terbanyak.
- Aktifitas fisik bersama seperti olah raga bersama, kerja bakti dan lain-lain.
- Rujukan kasus faktor risiko sesuai kriteria klinis.

6. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)


posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan
dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan
bagi ibu, bayi dan anak balita. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/pilihan yaitu: (Kemenkes RI, 2012)
A. Kegiatan utama, mencakup;
 kesehatan ibu dan anak;
 keluarga berencana;
 imunisasi;
 gizi;
 pencegahan dan penanggulangan diare.
B. Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah kegiatan baru
disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu
Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya;
 Bina Keluarga Balita (BKB);
 Tanaman Obat Keluarga (TOGA);
 Bina Keluarga Lansia (BKL);
 Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
 berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar yang ada di
Posyandu terutama;
 bayi dan anak balita;
 ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui;
 pasangan usia subur;
 pengasuh anak

7. Program PHBS
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah Upaya untuk memberikan pengalaman
belajar bagi perorangan, kelompok dan masyarakat dengan cara membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi guna meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana dan
melakukan gerakan pemberdayaan masyarakat sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup
sehatn dalam rangka menjaga, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatannya
(Depkes, 2011).

PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dilakukan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS
mencakup 10 indikator yaitu makan makana beranekaragam, minum tablet tambah darah,
mengonsumsi garam beryodium, memberi bayi dan balitta kapsul vitamin A, perilaku
menyehatkan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan
lingkunga, perilaku kebersihan perorangan seperti mandi dengan air bersih dan
menggunakan sabun, menyikat gigi, menggunting kuku dan perilaku lainnya yang
mendukung kesehatan (Depkes, 2011)
Peranne mungkin educator, kolaborator, dll (ane memberdayakan masyarakat atau pkk)
http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/panduan-pembinaan-
dan-penilaian-phbs-di-rumah-tangga.pdf

8. Program KTR
Program Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat
terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok.
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan
kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan
umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan, untuk melindungi
masyarakat yang ada dari asap rokok (Kemenkes RI, 2011)
http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/pedoman-ktr.pdf)

Dapus

Departemen Kesehatan. (2011). Panduan Pembinaan dan Penelitian Perilaku Hidup


Bersih dan Sehat Di Rumah Tangga Melalui Tim Penggerak PKK. Jakarta :
Depkes RI

Kemenkes RI. (2016). Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2011). Pusat Promosi Kesehatan Pedoman Pengembangan Kawasan


Tanpa Rokok. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2012). Pusat Promosi Kesehatan POSYANDU Menjaga Anak dan Ibu
Tetap Sehat. Retrived from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/buku-saku-
posyandu.pdf. Diakses pada 15 Nopember 2017

Kemenkes RI. (2015). Program Nusantara Sehat Untuk Perkuat Pelayanan Kesehatan.
Retrieved from: www.depkes.go.id. Diakses pada 15 Nopember 2017

Kemenkes RI. (2017). GERMAS “Gerakan Masyarakat Hidup Sehat”. Jakarta: Warta
Kesmas

Kesmas. (2016). Beda Posbindu dan Posyandu. Retrived from: http://www.indonesian-


publichealth.com/beda-posbindu-dan-posyandu/ . Diakses pada 15 Nopember
2017

Ovania. (2016). Puskesmas. Retrived from:


http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/PUSKESMAS_5.pdf. Diakses pada 15
Nopember 2017

Diposting 3rd December 2017 oleh Anik cahyani

Tambahkan komentar

3.

Dec

Peran perawat dalam pembangunan


kesehatan nasional
Peran perawat dalam pembangunan kesehatan nasional

1. Perawat sebagai care provider

Perawat komunitas sebagai care provider, memberikan asuhan keperawatan kepada


individu, keluarga, kelompo dan komunitas. Proses pelayanan kepada masyarakat meliputi
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan
masalah. Selain itu perawat komunitas mencari dan mengidentifikasi masalah kesehatan
yang lain di masyarakat atau komunitas.

2. Edukator

Perawat dalam pembanguanan kesehatan sebagai educator, perawat memberikan


pengajaran atau informasi mengenai kesehatan kepada klien atau komunitas yang sakit
maupun sehat. Dalam pemberian edukasi kesehatan perawat harus signifikan dalam
menjangkau populasi yang lebih luas sehingga dapat meningkatakan kesehatan lebih luas.
Selain itu memberikan edukasi kepada kader-kader kesehatan.

3. Advocator

Peran perawat komunitas sebagai advocator, perawat komunitas memastikan hak setiap
individu, kelompok, dan masyarakat mendapat pelayanan kesehatan. Namun tidak semua
masyarakat mampu mendapat pelayanan kesehatan yang sederajat karena faktor ekonomi,
tidak memiliki asuransi kesehatan, sehingga diperlukan perawat komunitas memberikan
arahan dan penjelasan mengenai system pelayanan kesehatan sehingga masayarakat atau
klien mendapatkan elayanan kesehatan yang sesuai.

4. Manajer Kasus

Perawat komunitas sebagai manajer kasus, perawat mengidentifikasi masalah kesehatan


yang terjadi di masyarakat kemudian membuat perencanaan mengenai program atau
tindakan yang akan dilakukan untuk mngatasi masalah dan mengkoordinasikan dengan
multidisiplin yang lain selanjutnya dipantai dan dievaluasi.
5. Kolaborator

Dalam membangun kesehatan nasional, perawat komunitas berperan sebagai kolaborataor


karena tidak dapat bekerja sendiri. Dalam membangun kesehatan perawat bekerjasama
dengan dokter, LSM, ahli lingkungan, kesehatan masyaraka, dll.

6. Agent of Change

Perawat komunitas sebagai agent of change, perawat komunitas memulai perubahan-


perubahan kecil yang positif di masyarakat. Perawat mengajak klien atau komunitas untuk
melakukan perabahan-perubahan tersebut.

7. Peneliti

Perawat komunitas sebagai peneliti dalam membanngun kesehatan nasional. Dengan


membuat suatu program-program kesehatan yang sesuai dengan angka masalah kesehatan
nasional dan dapat diterapkan.

Diposting 3rd December 2017 oleh Anik cahyani

Tambahkan komentar

4.

Nov

27
Materi Keperawatan Komunitas 1

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Community Health Nursing (CHN)

CHN atau Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah sintesisi dari ilmu kesehatan
masyarakatat dan teori keperawatan professional yang bertujuan meningkatkan derajat
kesehatan pada keseluruhan komunitas.

Keperawatan Kesehatan masyarakat (Perkesmas) adalah suatu bidang dalam keperawatan


kesehatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran aktif masyarakat yang mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif secara berkesinambungan tanpa mengebaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitative secara menyeluruh dan terpadu. Pelayanan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelomppok dan masyarkat sebagai suatu kesatuan yang utuh meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga dapat mandiri dalam upaya
kesehatannya.

Keperawatan kesehatan komunitas mrupakan pelayanan keperawatan professional yang


ditujukan kepada masyaraat dengan penekanan kelompok resiko dalam upaya pencapaian
derajat kesehatan optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemeliharaan dan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan kesehatan.
Tujuan keperawatan kesehatn komunitas:

- Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehaan masyarkat


secara optimal
- Peningkatan kesehatan (promotif)
- Pencegahan penyakit (preventif)
Tujuan tersebut dilakukan melalui :

- Pelayanan keperawatan langsung kepada individu, keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas
- Perhatian langsung thd kesehatan seluruh masyrakat dan masalah atau isu kesehatn
masyarakat.

Perbedaaan pelayanan keperawatan di Klinik dan Komunitas

Aspek Klinik Komunitas


Tempat Kegiatan Bangsal Klinik Puskesmas
Rumah
Sekolah
Perusahaan
Panti Werda
Tipe Klien yann dilayani Sakit Sehat maupun sakit
Ruang Lingkup Pelayanan Pencegahan sekunder Pencegahan primer,
pencegahan tersier sekunder dan
tersier
Fokus Utama Rasa aman selama sakit Peningkatan kesehatan
pencegahan penyakit
Sasaran Pelayanan Individu Individu
Keluarga
Kelompok khusus
Masyarakat
Perbedaan Keperawatan Komunitas dengan Disiplin Ilmu lain:

- Klien : Komunitas
- Proses keperawatan yang dilakukan bersama dengan komunitas sebagai mitra kerja
- Pencegahan primer merupakan hal yang prioritas dalam memilih tindakan yang sesuai
- Penggunaan sumber-sember kesehatan yang optimal melalui intersvensi keperawatan
- Kolaborasi dengan berbagai jenis profesi, organisasi, dan perkumpulan merupakan cara
yang paling efektif untuk mempromosikan dan melindungi kesehatan populasi.
Level Intervensi Keperawatan Komunitas

- Primery prevention : tahap pencegahan sebelum masalah timbul


- Secondary prevention tahap pencegahan yang dilakkukan pada awal masalah timbul atau
saat masalah berlanngsung
- Tertiary prevention : tahap pencegahan yang dilakukan pada saat masalah kesehatn telah
selesai (mencegah komplikasi, meminimalkan keterbatasan dan rehabilitasi)
Strategi Intervensi Keperwatan Komunitas:

- Proses Kelompok
- Pendidikan Kesehatn
- Kemitraan (partnership) : bekerja bersama-sama bukan bekerja untuk masyarakat
- Pemberdayaan (empowering): pemberian dorogan atau kekuatan, kekuatan ide baru shg
membentuk interaksi transformative kepada masayarakat sehingga mencapai perubahan.

Bentuk Intervensi Keperawatan Komunitas

- Observasi
- Terapi Modalitas
- Pendidikan Kesehatan
- Mendemonstrasikan Keterampilamm dasar
- Konseling
- Kerjasama lintas program dan sektoral
- Rujukan keperawatan dan non keperawatan

Prinsip Keperawatan Komunitas

- Kemanfaatan : harus bermanfaat yang sebenar-benarnnya


- Autonomi : kebebasan dalam memilih intervensi yang baik
- Keadailan : sesuai dengan kemampuan

Peran Perawat Komunitas

- Pemberi pelayanan keperawatan atau clinician


- Pendidik atau penyuluh (educator)
- Pengelola / manajer kasus
- Konselor
- Kolaborator
- Advokat klien (advocator)
- Penelliti
- Penemu kasus
- Role model
Fungsi Perawat Komunitas

- Independen : mandiri, tidak tergantung pada orang lain


- Dependen : melaksanakan instruksi dari tenaga kesehatan lain
- Interdependen : kerja tim dengan tenaga kesehatan lain

Standar Praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas

- Pengumpulan data status kesehatan klien secara sistematik dan kontinyu


- Menegakkan diagnose keperawatan dari data status kesehatan
- Perencanaan pelayanan : menentukan tujuan dari diagnose keperawatan
- Perencanaan diprioritaskan : pemberian keperawatan
- Pemberian tindakan keperawatan (promosi, preventif dan pemulihan)
- Tindakan keperawatan dalam membantu klien meningkatan kesehatan
- Kemajuan kien thd pencapaian tujuan
- Kegiatan pengkajian kembali secara kontinyu

Pemberdayaan Masyarakat

Konsep Mayarakat

- Masyarakat adalah unit fungsional dalam wilayah tertentu yang berusaha memenuhi
kebutuhan dasarnya guna mempertahankan kehidupannya
- Unit interaksi sosial yang berpola
- Unit simbolik yang memberikan identitas kolektif

Sumber Keterbelakangan Masyarakat

- Kebodohan (illiteracy)
- Kekuatan tradisi (traditional regidity)
- Penduduk yang tidak terampil (unskill people)
- Konsumptif
- Tidak mampu alih teknologi (distranchised)
- Salah penempatan atau penggunaan dibawah kemampuan

Pengertian pemberdayaan (Empowering)

- Suatu proses yang dilakukan oleh individu, kelompok dan komunitas untuk mencapai
manfaat dalam dalam kehidupan
- Proses pemberian kekuatan atau dorongan shgmembentuk interaksi transformative kpd
komunitas
- Upaya memobilisasi komunitas agar mampu berperan dalm pengambilan keputsan dan
tindakan strategis
- Upaya fasilitasi agar masyarakat mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan dan
melakukan pemecahan maslah dengan potensi setempat sesuai dengan kebuthan.
Tujuan:

- Meningkatkan partisipasi individu, kelompok dan komunitas menuju kualitas kehidupan


yang lebih baik
- Meningkatkan potensi komunitas dalam bidang kesehatan
- Membantu komunitas agar mampu membanu dirinya sendiri, mandiri dan berswadaya
- Mampu mengadopsi inovasi
Pemahaman karakteristik komunitas

- Nilai masyarakat
- Sikap masyarakat
- Demografi
- Kepemimpinan
- Ekonomi
- Pendidikan
Pendekatan yang bisa dilaksanakan

- Merangsang kesadaran komunitas thd masalah kesehatan


- Merumuskan pemecahan masalah kesehatn bersama masyarakat
- Membantu mengidentifikasi maslah yang paling menekan
- Membangun rasa percaya diri komunitas
- Mengorganisir kekuatan dan sumber yang bisa dimanfaatkan
- Meningkatkan kemampuan komunitas untuk mandiri

KOORINASI SURVEY KESEHATAN > SURVEY KESEHATAN> ANALISIS DATA


KESEHATAN> MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA> KEGIATAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS BERDASARKAN POKJA> KEGIATAN LANSIA>
KEGIATAN KESEHATAN LINGKUNGAN> KESEHATAN SEKOLAH>
MUSYAWARAH DESA.

Keberhasilan Pemberdayaan Desa


- Lingkungan
- Hubungan saling percaya
- Hubungan saling menghormati
- Ketertarikan anggota terhadap manfaat kesehatan
- Kemampuan mengambil langkah kompromi dalam komunitas
- Ketersediaan SDM yang terampil
- Ketersediaan sumber dana
- Peran yang jelas dari masing-masing anggota masyarakat
- Keterlibatan pengambilan kebijakan

Keberhasilan dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat

- Kesadaran, kejelasan serta pengetahuan tentang apa yang akan dilakukan


- Pemahaman yang baik tentang hal-hal apa, dimana dan siapa yang akan diberdayakan
- Adanya kemauan dan keterampilan kelompok sarana untuk menempuh proses
pemberdayaan

Strategi yang bisa dilakukan

- Mengembangkan potensi yang ada dimasyarakat seoptimal mungkin


- Meningkatkan status kesehatan komunitas
- Mengembangkan kegiatan masyarakat melalui fasilitas dan memotivasi dengan gotong
royong
- Bekerja untuk dan bersama masyarakat agar terjadi allih peran
- Menjalin kemitraan denngan LSM dan organisasi masyarakat lainnya
Ciri Pemberdayaan Masyarakat

- Pemimpin berasal dari masyarakat setempat


- Merupakan organisasi masyarakat
- Pendanaan dari masyarakat
- Sarana dan prasarana bersumber dari masyarakat
- Pengetahuan dan pengambilan keputusan oleh masyarakat
- Menggunakan teknologi tepat guna
- Kegiatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Wujud Pemberdayaan Masyarakat

- Penyuluhan kesehatan
- Pengorganisasian masyarakat
- Pembangunan masyarakat : kopeasi, dana sehat, post obat desa

Langkah-langkah Pemberdayaan Masyarakat

- Merancang keseluruhan program, termasuk kerangka waktu kegiatan, ukuran program,


serta memberikan perhaian kepada kelompok masyarakat
- Menetapkan tujuan
- Memilih strategi pemberdayaan
- Implementasi strategi dan manajemen
- Evaluasi program

Pengorganisasian Masyarakat

Proses pemberian dukungan yang terus menerus dalam hal:


- Mendidik untk tahu dan sadar secara kritis terhadap situasi yang ada
- Bekerjasama mengumpulkan data dan mengidentifikasi masalah
- Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah
Konsep dasar pengorganisasian masyarakat

- Sistem sosial (>organisasi> terbuka> feedback> menyeluruh> batas> organisai>)


- Perubahan sosial (unfreezing (merubah nilai dan fungsi), Changing (identifikasi dan
pengenalan nilai baru dan pola perilaku), Refreezing (integrasi nilai baru dalam masyarakat
dan tradisi)
- Partisipasi masyarakat:
Pendekatan partisifatif Pendekatan langsung/ perintah
- Komunitas dilibatkan dalam
- Proses perubahan ditentukan oleh
perencanaan dan penyelesaian masalah kekuatan luar
- Proses berubah lambat - Proses perubahan berjalan cepat
- Kelompok atau masyarakat merasa
- Masyarakat tidak merasa memiliki
memiliki komitment untuk berubah perubahann dalam jangka pendek
dalam jangka panjang

Model Pengorgansasian Masyarakat Komunitas


- Locality Development (masyarakat untuk mandiri)
- Prinsip : keterlibatan langsung melayani sendiri, membantu diri sendiri
- Peran : mendukung, fasilitator, dan pendidik
- Social Planing (Rencana ahli dan birokrasi)
- Keputusan komunitas didasarkan pada fakta/ data yang dikumpulkan, membuat
keputusan secara rasional
- Penekanan pada penyelesaian masalah untuk mencapai tujuan ata hasil
- Pendekatan langsung atau perintah dengan penekanan pada perencanaan
- Peran : fasilitator, pengumpulan fakta, analisa, program implementasi
- Social Action (Fokus pada korban)
- Merubah komunitas : polarisasi atau pemusatan, isu yang ada di komunias dengan
menggunakan konflik atau konfrontasi antara penduduk dan pengambil keputusan atau
kebijakan.
- Penekanan : pada proses atau tujuan
- Focus utama: transfer kekuatan pada tingkat kelompok
- Peran: aktivis, penggerak, negosiator

Tahap Pengorganisasian

- Fase Persiapan
- Memilih area
- Memilih cara kontak
- Mempelajari masyarakat
- Integrasi dengan masyarakat : kunjungan, partisipasi dalam kegiatan sosial,
sesuaikan dengan gaya hidup, tonggal di masyarakat
- Terbina rasa percaya
- Fae Pengorganisasian
- Sosialisasi tercapai
- Pembentukan kelompok kerja kesehatan :
- Rapat musyawarah desa
- Pemilihan kelompok inti
- Partisipatif
- Pengendalian % masyarakat
- Struktur sederhana
- Pengakuan kelompok kerja oleh penguasa daerah
- Fase Edukasi dan Latihan
- Pertemuan teratur
- Definisi masalah
- Kajian dan analisa
- Tetapkan tujuan
- Rencana tindakan dan kaji sumber-sumber
- Edukasi dan latihan
- Marketing atau pemasaran
- evaluasi
- Fase Formasi Kepemimpinan
Dalam proses akan dikembangkan kemampuan :
- Kepemimpinan
- Pengorganisasian masyarakat
- Pendanaan masyarakat
- Fase Koordinasi Intersektoral
- Kerjasama intersektoral dan lintas sektoral
- Menetapkan jalur kerjasama
- Fase Akhir
Rencana perubahan bertahap:
- Aksi masal (gebrakan)
- Pembinaan
- Pengembangan
Pengendalian dan pengontrolan

- Datangi mereka, kenali, mulai perubahan dari yang mereka miliki dan pikirkan,
percayalah mereka punya kapabilitas dan solidaritas
- Transfer energy. Mengenergikam pihak lain dan melipatgandakan energy kita sendiri.

Konsep Promosi Kesehatan

Lingkup Keperawatan

Praktik keperawatan terdiri atas 4 area yaitu :

- Promosi ksehatan dan kesejahteraan


- Pencegahan penyakit
- Pemulihan kesehatan
- Perawatan menjelang ajal
Pengertian Promosi Ksehatan:

Promosi kesehatan adalah uaya memberdayakan perorangan, kelompok, dan masyarakat


agar memelihara, meningkatkan, dna melindungi kesehatannya melalui peningkatan
pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta mengembangkan iklim yang mendukung,
dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat sesuai dengan faktor budaya setempat (Depkes
RI, 2006)

Perbedaan promosi ksehatan dan Proteksi Kesehatan

Promosi Kesehatan Proteksi Kesehatan


- Tidak berorientasi pada penyakit - Spesifik thd cedera atau penyakit
- Dimotivasi oleh “pendekatan” personal
- Dimotivasi oleh “penghindaran” penyakit
yang positif terhadap kesejahteraan - Berusaha untul mencegah gangguan
- Berusaha untuk memperluas potensi kesehatan
kesehatann yang positif

Strategi Promosi Kesehatan

1. Advokasi
Advokasi ditujukan kepada pembuat keputusan dan penentu kebijakan public, serta
piha-pihak yang berkepentingan lainnya, termasuk para penyandang dana, mengupayakan
agar para penentu kebijakan di berbagai sector dan tingkatan administrative
mempertimbangkan dampak kesehatan dari setiap kebijakan yang dibuanya.
Advokasi lebih diarahkan pada sasaran tersier yang mempunyai potensi memberikan
dukungan kebijakan dan sumberdaya dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah: RT,
RW, Kepala Desa, Lurah, Camat, Bupati/Walikota, BPD,DPRD.
Tujuan utama advokasi adalah untuk mendorong aturan public agar mendukung
kesehatan.
Pendekatan dilakukan secara individu, kelompok dan lembaga.
Tujuan advokasi untuk mendapatkan:
- Komitmen politik
- Dukungan kebijakan
- Dukungan masyarakat
- Dukungan system
Wujud advokasi : software dan hardware
Cara untuk mencapai wujud tersebut melalui :
- Lobi politik
- Seminar dan presentasi
- Media
- Perkumpulan peminat
Argumen untuk advokasi
- Meyakinkan
- Layak
- Relevan (memenuhi kebutuhan masyarakat dan dapat memecahkan masalah kesehatan
yang dialami masyarakat)
- Penting
- Prioritas tinggi
Komunikasi dalam advokasi
- Atraksi interpersonal
- Daya Tarik
- Percaya diri
- Kemampuan
- Familiar
- Kedekatan
- Perhatian
- Intensitas komunikasi
- Visualisasi
2. Bina Suasana
Bina suasanana ditujukan kepada pembentuk opini atau pihak-pihak yang
mempengaruhi opini di masyarakat, seprti tokoh masyarakat, orgaisasi masyarakat,dan
organisasi non pemerintah.
Bins suasana (social support) lebih diarahkan pada sasaran sekunder yaitu lintas
program, petugas kesehatan, kader, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, TP-PKK,
Organisasi kemasyarakatan, organisasi kehatan, medeagamaan, pramuka, organisasi
pemuda, organisasi profesi, kelompok-kelompok peduli kesehatan, media massa, lintas
sector, swasta/ dunia usaha.
Tujuan :
- Agar tokoh masyarakat memiliki kemampuan yang diharapkan program dan dapat
membanu menyebarkan informasi kepada masyrakat luas.
3. Gerakan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat ditujukan kepada masyarakat (khususnya individu,
keluarga, dan kelompok) agar berdaya dalam mengendalikan faktor- faktor yang
mempengaruhi kesehatan.
Pemberdayaan merupakan proses dimana masyarakat “diposisikan” mempunyai peran
yang besar dalam pengambilan keputusan dan menetapkan kegiatan/ tindakan yang
memepengaruhi kesehatan mereka.
Pemberdayaan didefinisikan sebagai :
a. To give power or authority (memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan,
atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain)
b. To give ability to or enable (upaya untuk memberikan kemampuan atau
keberdayaan)
Pemberdayaan adalahb proses pemberian informasi secara terus menerus
dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, agar sasaran tersebut
berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau (aspek attitude), dan dari masu menjadi mampu melaksanakan
perilakuk yang diperkenalkan (aspek practice).

Prinsip pemberdayaan masyarakat :

- Menumbuhkan potensi masyarakat


- Mengembangkan gotong royong
- Menggali kontribusi masyarakat
- Menjalin kemitraan
- desentralisasi
4. Kemitraan
Kemitraan adalah hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan, dan asas saling menguntugkan untuk mencapai tujuan besama
berdasarkan kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing.
Kemitraan merupakan satu bentuk partisipasi aktif dan adanya keterlibatan semua
pihak untuk perubahan ke arah sehat komunitas.
Kemitraan merupakan strategi yang meperkuat kettiga strategi (ABG) tersebut shg
penerapan penerapan strategi promosi kesehatan lebih efektif dan efisien.

PRINSIP KESEHATN LINGKUNGAN


WHO :
Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia
dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
HAKLI:
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkunagan yang mampu menopanga
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lnngkungan untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
PP 66 TAHUN 2014
Kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyaki dan atau gangguan kesehatan dari
faktor risiko lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik,kimia, biologi maupun sosial.

Kompnen lingkungan
Golongan fisik kebisingan , radiasi, cuaca, panas
Golongan kimia : pestisida pada makanan, asap rokok, limbah pabrik, pewarna makanan
Golongan biologi : jamur, bakteri, cacing, virus
Golongan psikososial : hubungan antara aasan dan bawahan, teman, tetangga, dan
sebagainya.
Menurut WHO terdapat 17 ruang lingkup kesehatan ligkungan:
1. Penyediaan air minum
2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan sampah padat
4. Pengendalian vector
5. Pencegaham atau pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Hygiene makanan , termasuk hygiene susu
7. Pengendalian pecemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengedalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindkan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemic/
wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegaan yang iperlukan untuk menjamin lingkungan

Issue kesehatan lingkungan

1. Keamanan air

2. Sewage system

3. Residential health : slum area

4. Management samapah
5. Control vector

6. Makanan dan minuman

7. Kontaminasi lingkungan

Konsep Ekologi

- Hubungan keterkaian dan ketergantungan antara seluruh komponen ekosistem harus


dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang. Perubahan terhdap salah satu
komponen akan mempengaruhi komponen lainnya.

- Komeostatis adalah kecenderungan system biologi untuk menahan perubahan dan selalu
berada dalam keseimbangan.

Prinsip Ekkologi

- Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekkosistem dengan berbagai komponen
penyusunnya yaitu faktor abiotic dan biotik

- Faktor abiotic antara kain suhu, air, kelembapan, cahaya dan topografi, sedangkan faktor
biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia , hewan, tumbuhan dan mikroba

- Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup


yaitu populasi, komunitas, ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu
system yang menunjukkan kesatuan.

Rantai Makanan

Peristiwa makan dan dimakan antara makhluk hidup dengan urutan tertentu, dalam rantai
makanan ada makhluk hidup yang berperan sebagai produsen, konsumen, dan decomposer.
Pada rantai makanan tersebut terjadi proses makan dan dimakan dalam urutan tertentu.

Konsep pencegahan penyakit

- Primary prevention (health promotion, specific protection )

- Secondary prevention (early diagnosis, prompt treatment)

- Tertiar prevention (rehabilitation, disability limitation)

Diposting 27th November 2017 oleh Anik cahyani


0

Tambahkan komentar

5.

Nov

24

Materi Keperawatan Paliatif

KEPERAWATAN PALIATIVE

A. KONSEF PENYAKIT AKU DAN KRONIK


Penyakit akut dan kronik disebabkan oleh infeksi, trauma, tumor, degenerative, dan
hormonal.
Penyakit Akut Penyakit Kronik
Penyakit yang dialami secara Penyakit yang terjadi secara lambat
mendadak
Tanda dan gejala timbul segera Tanda dan gejala timbul setelah beberapa
setelah fator penyakit lama
menyerang tubuh
Terjadi dalam waktu singkat, Terjadi dalam waktu lama, kemungkinan
segera sembuh atau berakhir penyembuhan hanya sebagian, dan biasanya
dengan kematian disertai dengan gejala sisa
Memerlukan penatalaksanaan jangka panjang
Biasanya individu merasa sakit jika sudah ada
komplikasi
Kronis Akut
Pengetahuan ttg Luas, lebih sulit Terfokus. Definisi jelas
penyakit didefinisikan daripada
penyakit akut
Onset Cepat atau bertahap Cepat
Perjalanan penyakit Panjang Pendek, temporer
Hasil Deficit fisik dengan tipe Cure or death, tidak ada
yang bervariasi, tidak jelas, gejala sisa, memiliki
berdampak pada dampak temporer terhadap
individu,keluarga dan individu, keluarga dan
pekerjaan pekerjaan

Manajemen Jangka panjang dan Jangka pendek


keperawatan melibatkan keluarga

Faktor Risiko Munculnya penyakit Kronik

Faktor Ket.
1. Sosialekonomi, budaya, Urbanisasi, globalisasi dan penuaan populasi
politik dan lingkungan
2. Faktor resiko yang dapat Diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik,
dimoifikasi penggunaan tembakau (gaya hidup tidak sehat)
3. Faktor risiko yang tidak Usia dan genetic
dapat dimodifikasi
4. Faktor risiko intermediate Peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar
glukosa darah, lipid darah yang abnormal,
kelebihan berat badan dan obesitas
5. Faktor lain Penggunaan alcohol, penyakit infeksi, lingkungan,
polusi udara, faktor psikososial

Penyebab Meningkatnya Jumlah Penderita Penyakit Kronik (Oeffinger,


Mertens & Sklar (2006)

- Penurunan kematian akibat penyakit infeksi


- Faktor gaya hidup seperti merokok, stress kronis, dan gaya hidup yang
monoton
- Meningkatnya usia harapan hidup akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan
- Meningkatnya prosedur screening dan diagnostic

Karakteristik Penyakit Kronis

- Penyakit yang dialami menetap


- Meningalkan gejala sisa
- Disebabkan oleh perubahan patologik yang irreversible
- Memerlukan perawatan jangka panjang

Kondisi pada Klien dengan Penyakit Kronik

- Biaya perawatan tinggi


- Dampak bagi individu dan keluarga besar
- Gangguan pada aktivitas dan pekerjaan
- Ketergantungan pada orang lain tinggi
- Memerlukan program rehabilitas

Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Klie dengan Penyakit Kronik


- Usia, Nilai budaya, suku/etnis dan kurang pengetahuan dan ketidakmampuan

Masalah yang Timbul Akibat Penyait Kronik

- Gangguan social
- Gangguan somatic
- Gangguan seksual
- Gangguan psikologis
- Gangguan fungsi peran

Masalah dalam menghadapi Klien dengan Penyakit Kronik

- Mengelola Krisis
- Mengelola rejimen
- Mengontrol gejala
- Menangani kekurangan uang untuk membayar perawatan
- Mengelola lintasan
- Mengelola isolasi sosial
- Menormalisas

Perawat harus Paham

- Powerlessness teory
- Adaptation teory
- Self care teory
- Coping teory
- Self Consept teory
- Family teory

Implikasi Kekronisan

- Pengelolaan penyakit kronis lebih dari mengelola penyakit medis lain


- Hidup dengan penyakit kronis berarti hidup dengan ketidakpastian
- Penanganan penyakit kronis memelukan kolaborasi
- Kondisi kronis terjadi spanjang fase penyait
- Untuk menjaga kondisi kronis dapat dikontrol harus taat pada pengobatan
- Kondisi kronis dapat menimbulkan kondisi kronis yang lain
- Penualit kronis mempengaruhi keluarga
- Penderita dan keluarga harus bertanggungjawab atas perawatan sehari-hari
- Kondisi kronis menimbulkan dilemma etikbagi klien, tenkes dan masyarakat

Proses adaptasi terhadap Penyakit Kronis

Adaptasi Fisiologi Adaptasi Psikologis


- Perubahan gaya hidup - Coping terhadap respon individu atau
- Control gejala keluarga
- Belajar tentang penyaki dan treatment - Kopingi terhadap dx dan pengobatan
yang diperlukan yang tidak pasti
- Pegelolaan terapi - Membiasakan diri terhadap istilah
- Pengelolaan alat bantu yang penderita penyakt kronis
diperlukan terkait penurunan fungsi - Restructuring rencana prioritas dan
- Monitor respon tubuh terhadap terapi masa depat
- Beradaptasi terhadap perubahan - Control gejala
perubahan fisik - Mengembangka sikap, pengetahuan
dan kemampuan dalam berpartisipasi
aktif dalam terapi
- Beradaptasi dengan peran dan
hubungan baru dengan keluarga,
teman dan pelayanan kesehatan

Faktor Penyebab Klien tdk Kooperatif dalam Terapi Lanjut

- Kurang pemahaman
- Prosedur yag sulit dilakukan
- Waktu yang lama
- Tidak ada biaya
- Efek samping terapi
- Malu
- Support system yang kurang (motivasi rendah)

Masalah dalam Menangani Pasien dengan Penyakit Kronis

- Mencegah kekambuhan
- Menangani gejala
- Mencegah dan menangani krisis dan komplikasi
- Mencegah dan menangani kecacatan
- Memperbaiki dan mempertahanan kondisi yang stabil
- Memvalidasi nilai-nilai individu dann fungsi individu
- Mengadaptasi terhadap ancaman identitas berulang dan kehilangan fungsi
progresif
- Menormalisasi kehidupan inividu dan keluarga seoptimal mungkin
- Mengidentifikasi sumber-sumber dukungan dan membentuk system
pendukng
- Mengupayaka kematian dengan tenang dan terhormat

B. NYERI PADA PENYAKIT TERMINAL


Nyeri adalah pengalaman emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan
jaringan yang actual atau potensial.
Nyeri adalah apapun yang menyakitakan tubuh yang dikatakan individu yang
mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya.
Nyeri Kronik
- Adalah nyeri yang kkonstan atau intermiten yang menetap sepanajng suatu
periode waktu
- Berlagsung diluar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak
dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik
- Berlangsung slama 6 bulan atau lebih
- Dapat terjadi pada pasien kanker

Efek membahayakan Nyeri Kronis

- Supresi system imun sehingga dapat meningkatakan pertumbuhan tumor


- Menyebabkan depresi atau ketidakmampuan
- Pengguanaan opioid dalam waktu lama tidak aman unuk beberapa pasien

Pengkajian Nyeri

- Adalah alat untuk mendokumentasikan kebutuhan intervensi, mengevaluasi


efektivitas intervensi, dan mengidentifikasi kebutuhan akan intervensi
tambahan jika intervensi sebelumnya tidak efektif
- Kriteria alat pengkajian nyeri yang baik :
- Mudah dimengerti dan digunakan
- Memerlukan sedikit upaya pada pihak pasien
- Mudah dinilai
- Sensitive terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri

Deskripsi Verbal ttg Nyeri

Cara mengetahui mengenai gambaran dan tingkat nyei dari verbal individu :

- Intensitas nyeri
- Karakteristik nyeri : letak, durasi, irama, kualitas
- Faktor-faktor yang meredakan nyeri
- Efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari
- Kekhawatiran individu tentang nyeri

Skrining Nyeri
- Ukur skala nyeri 24 jam terakhir dan saat ini (saat istirahat dan brgerak”
- Karakteristik nyeri
- Lokasi nyeri
- Perjalanan
- Menetap atau intermiten
- Onset dan durasi
- Riwayat kanker dan pengobatan
- Pemeriksaan fisik
- Laboratorium penunjang
- Aaspek lain : arti dan akibat dari nyeri bagi px dan keluarga, pngetahuan dan
kepercyaan tg nyeri, kultur ttg nyeri, faktor spiritual dan keyakinan agama
terhadap nyeri, tujuan dan harapan tatalaksana nyeri, kondisi psikologis px,
dukungan keluarga dan gangguan psikiatri.
- Faktor yg memperberat dan memperingan
- Dampak terhadap aktivitas, kemampuan berjalan, pekerjaan, nafsu makan,
tidur, mood dan hubungan dengan orang lain.
- Gejala lain yang menyertai
- Obat dan dosis dan intervensi yang telah dilakukan
- Respon dan efek samping trhadap obat atau intervensi tsb.

Pengkajian pada pasien Terminal

Pengkajian meliputi :

- Efek fisik/ manifestasi


- Pengaruh fungsi karena nyeri
- Faktor-faktor psikososial
- Aspek aspek spiritual
- Px dengan penyakit terminal dianjurkan untuk mengungkapkan pengalaman
nyerinya dengan kata-kata mereka sendiri
- Perawat harus percaya apa yang klien laporkan mengenai nyerinya.
Prinsip pengontrolan Nyeri pd Px Terminal

- Sediakan informasi dan intruksi ttg nyeri, persetujuan ttg tujuan terapi dan
anjurkan pasien untuk berperan aktif dalam manajemen nyerinya
- Gunakan jenjang pemberian analgesic dari WHO
- Jaga treatmen agar sesimple mungkin
- Review secara regular diperlukan untuk memastikan bahwa tujuan terapi
tercapai atau tidak.

- Tatalaksana Nyeri (KEMENKES, 2013)


Medikamentosa Non Medikamentosa
Analgetik : NSAID, Non opioid, opioid Fisik : kompres hangat, TENS, ROM
Adjuvant : kortikosteroid, Intervensi mekanisme nyeri :
antidepressant, antiepilepsi, relaksan anastesi, neurolisis, neurosurgery
otot, antispasmodik Modifiasi Lingkungan : hindari
aktivitas yang memicu /memperberat
nyeri, immobilisasi bagian yang sakit
dengan alat, gunakan alat bantu untu
jalan/ kursi roda
Intervensi psikologis: peningkatan
koping, menjelaskan untuk
mengurangi dampak psikologis
Behaviour Terapy: terapi music,
relaksasi, hypnosis
CAM : akupunktur, terapeutik
massage

WHO STEP LADDER


Analgesik Obat Pilihan Obat lain
Step 1 Nyeri Non NSAID Paracetamol
Ringan Opioid
1-3 Adjuvant

Step 2 Nyeri tetap/ Opioid Codein Tramadol


Sedang meningkat lemah
4-6 Non
Opioid
Adjuvant
Step 3 Nyeri tetap/ Opioid Morfin Fentanyl
Berat meningkat kuat
7-10 Non opioid
Adjuvant

KETERANGAN
NON- OPIOID
NSAID Paracetamol
Untuk nyeri tulang, nyeri akibat Untuk nyeri ringan terutama untuk
inflamasi dan kerusakan jaringan, jaringan lunak dan muskuloskletal serta
metastase tulang, demam neoplastic, penurunan panas.
nyeri post-op Dosis: pct 500mg-1000mg/ 4 jam. Max
Cth : aspirin, iclofenac, celecoxib, dosis 4 gram/ hari
ketorolac, meloxicam, asam
mefenamat

OPIOID LEMAH
Codein Tramadol
Untuk nyeri sedang (PO) ES minimal thd sedasi, depresi
ES: sedasi, konfusi, hipotensi, mual, pernafasan dan gastrointestinal (mual,
muntah, konstipasi (perlu laksatif muntah), ggn system kardiovaskular.
secara rutin. Dosis: 2mg/kg (Max 8mg/kg/hari)
Dosis: 0,5-1 mg/kg (Max 60mg/dosis)

OPIOID KUAT
Morfin Fentanyl
Morfin Oral ES: terhadap susunan saraf pusat lebih
- obat lini pertama jika ada indikasi sedikit disbanding morfin, efek
pemberian morfin konstipasi ringan.
- Harus ditelan (tidak boleh digerus), Rute: Transdermal atau parenteral
jika tidak bias menelan berikan Pemberian melalui IV atau SC
perrektal dengan dosis yang sama memiliki durasi singkat shg dpt
- Mulai dengan dosis kecil digunakan untuk nyeri renjatan,
- Jika nyeri renjatan atau incident terjadi insiden atau prosedur
dosis harian tetap diberikan sesuai Kekurangan :
jadwal - Tidak memiliki bentuk oral
- Dosis morfin perlu dinaikan 30-50%- Dosis besar tidak dapat diberikan SC
bila efek morfin hanya sebagian atau karena memiliki volume yang besar
durasi sebentar - Efek onset yang lama (18-24 jam)
- Dosis morfin diturnkan 30-50% jika- Dosis transdermal terbatas (12,5 ; 25;
efek samping yang muncul persisten 50; 100 mg/jam)
- Tidak dapat dipotong untuk
Morfin Parenteral mendapatkan dosis yang lebih kecil
- Diberikan bila pasien tidak dapat
menelan, mual muntah hebat atau ada
obstruksi usus, kesadaran menurun,
kebutuhan dosis yang tinggi, nyeri
harus segera diatasi, dan pada px yang
tidak patuh untuk minum obat.
- Pemebrian secara IV atau SC (Jangan
IM karea dapat menyebabkan absorbs
yang tidak terayur dan nyeri saat
penyuntukan)
- Dosis 1/3 dosis oral
- Dosis morfin parenteral 24 jam adalah
jumlah dosis oral 24 jam (dosis dasar +
dosis renjatan, tidak termasuk untuk
nyeri insiden) bagi 3
Tanda klinis toksik dan Overdosis pada penggunaan opioid kuat
- Gangguan kesadaran
- Delirium
- Halusinasi
- Mioklonus
- Depresi napas (melambatnya pernafasan)
Fase Terminal dari Stadium Terminal (kematian diperkirakan dalam hari atau
minggu):
- Jangan kurangi dosis opioid tapi pertahankan sampai mencapai kenyamanan
- Perhatikan adanya neurotoksik karena opioid termasuk hyperalgesia
- Bila perlu pengurangan dosis, kurangi 50% dosis 24 jam
- Gantikan rute pemebrian opioid jika diperlukan (PO, SC, IV, Transdermal) dg
dosis konvksi
- Bila ada refractory pain, pertiimbangkan sedasi

C. PENGKAJIAN GEJALA DAN MANAJEMEN PADA PERAWATAN PALIATIF


Sindrom Masalah Paliatif
- Pain
Penyebab nyeri :
- Terapi modalitas penanganan kanker: pembedahan, kemoterapi, radioterapi
- Nyeri muskuloskletal akibat imoilitas
- Perkembangan infeksi : neuropatic pain
Pengkajian Nyeri
WILDA INA
W (Word) : kata yang P (Provocatif )
mendeskripsikan nyeri (terbakar, Q (quality)
tertusuk, dll) R (Region/ Radiate)
I (Intensitas) : skala nyeri S (Severity)
L(Location) T (Time)
D(Durattion) berapa lama muncul ?
A(Agravation & Alleviatening
factor): apa yang menyebabkan nyeri
menurun atau lebih baik.
- Efek nyeri (tidur, mood, aktivitas, dll)
- Gejala nyeri (mual muntah, konstiasi,
kelelahan, dll
- Things to Check (TTV, Riwayat
pengobatan lalu, pengetahuan
mengenai nyeri)
Pengkajian Nyeri
- Visual Analog Scale (VAS)
- Numeric Rating Scale (NRS)
- The Verbal Descriptor Scale (VDS)
- Wong Baker FACES pain scale
- Faces pain scale (FPS)
- The Faces pain scale Revised (FPS-R)
- Pain Thermometer
- Behavior Pain Scale (pada pasien yang tidak dapt berkomunikasi atau
menggunakan ventilator)

TATALAKSANA NYERI (WHO STEP LADDER)


- Fatigue
Penyebab:
- Faktor psikososial : depresi, ansietas, ketakutan
- Perkembangan penyait
- Anemia
- Nyeri
- Sesak
- Perbahan status nutrisi (penurunan BB, cachexia, ketidakseimbangan
elektrolit)
- Gangguan tidur
- Akibat pembedahan, kemoteraoi, radiasi
Tanda & Gejala Fatigue pd Kanker
- Kelemahan umum atau anggota badan
- Penurunan konsentrasi
- Penurunan motivasi untuk melakkan aktivitas
- Insomnia atau hypersomnia
- Perasaan tidak segar baru bangun tidur
- Iritabilitas atau frustasi
- Gangguan memori jangka pendek
Penatalaksanaan

Farmakologi Non Farmakologi


Antidepresant, psikostimulan, Kurang info/ persiapan
hemopoietic growth hormone, TNF (beri HE ttg fatigue (penyebab, tk
alpha blocker. fatigue, efek samping)
Gg pola tidur
(atur jadwal pola tidur, modifikasi
lingkungan yang menukung untuk
tidur, kebiasaaan makan untuk
merangsang tidur, obat, aktivitas)
Penurunan status nutrisi
(tinggi protein, makan porsi kecil
tapi sering, posisi duduk saan dan
menelan makanan, tingatkan asupan
cairan)
Multisymptom Occurrence
(kaji gejala yang muncul, evaluasi
peebrian intervensi farmakologi)
Penurunan cadangan energy
(energy management, sertakan
terapi fisik yang mampu ditolerin,
gunakan distraksi/ restorasi)

- Gangguan Sistem Pencernaan


Xerostomia (Mulut Kering)
Penyebab Tatalaksana
- Kerusakan kelenjar liur - Atasi etiologi
- Akibat radiasi, kemoterapi - Medikamentosa : pilocarpin solution
- Infeksi, candida akibat penggunaan 1mg/1ml, 5 ml kumur 3c/hr
steroid yang lama - Lakukan perawatan mulut
 Mencuci mulut tiap 2 jam engan air
- Obat seperti trisiklik, antihistamin,
dan antikolinergik biasa/ yg divampur dg air jeruk,
- Penggunaan oksigen tanpa sodium bicarbonate
pelembab  Jaga kelembaban mulut dg sering
minum
 Rangsang air liur dengan irisan jeruk
yang dibekukan, es batu, permen
karet tanpa gula, rujak
 Olesi bibir dengan krim bahan dasar
lanolin untuk mencegah bibi pecah
pecah
 Jika hipersalivasi teteskan di mulut
atropine tetes mata 1%, 1-3 tetes 3x
sehari

Stomatitis
Peradangan pada mulut yang menyebabkan nyeri hingga penurunan nafsu
makan.
Penyebab Tatalaksana
- Radiasi Penanganan dengan paracetamol
- Kemoterapi gargle/4 jam
- Infeksi Lignocaine 2%, 10-15 ml,
- Pemakaian Obat kumur/4jam
- Malnutrisi

Disfagia (Kesulitan Menelan)


Terdapat 3 fase disfagia yaitu buccal, faringeal dan esophageal.
Penyebab Tatalaksana
- Radiasi Tatalaksana disfagia orofaringeal
- Kemoterapi - Makan pada posisi duduk
- Infeksi - Makan makanan dengan tekstur
- Xerostomia lembut, porsi kecil
- Ggn fungsi neuromuskuler akibat- Pemberian kostikosteroid
operasi (mengurangi obstruksi intrinsic,
- Fibrosis karena radiasi infitrasi pd saraf, dan disfungsi saraf
- Ggn saraf kranial kranial)
- Kelemahan umum
- Pemberian obat antikolenergik
(mengurangi akumulasi air liur
akibat obstruksi mencegah aspirasi)
- Pemberian makan melalui NGT,
gastrostomy subkutanius.

Tatalasana disfagia Esophageal


- Pemberian kostikosteroid
- Pemberian obat untu mengurangi
refluks asam lambung :omeprazole
atau ranitidine
- Pemasangan stent
- Radioterapi bila kondisi
memungkinkan
- Paada kasus terminal, tindakan
invasive tidak dianjurkan.

Anorexia
Penyebab Tatalaksana
- Depresi - Berikan makanan sedikit tapi sering
- Konstipasi - Beri vriasi makanan, sajikan
- Nyeri makanan dalam kondisi yang
- Xerostomia menarik
- Mucositis - Jangan paksa px untuk
- Mual/ muntah menghabiskan makanan
- Fatigue - Lakuka perawatan mulut
- Obat-obatan - Mengehtikan nutrisi parenteral atau
- Ggn endokrin :hipertiroid sonde dapat mengurangi
- Ggn metabolic : hiperkalsemia ketidaknyamanan dan risiko infeksi.

Mual/ Muntah
Penyebab Tatalaksana
- Kemoterapi - Lakukan perawatan mulut sebelum
- Aferen otak tengah (cemas, stress, dan atau setelah muntah
peningkatan TIK, tumor otak) - Berikan kompres dingan pada dahi,
- Aferen vagal leher dan pergelangan tangan
- Aferen pharyngeal (iritasi pada
- Hindari stimulus yang dapat
paring seperti tersedak) menyebabkan mual spt baud an nyeri
- System vestibular (mabuk, obat,
- Batasi minuman diantara makan
tumor otak) - Makan sedikit tapi sering
- Berbaring 2 jam setelah makan
- Beri udara yang sejuk
- Hindarri makanan yang manis, asin,
berlemak dan pedas
- Akupressur
- Kolaborasi pemberian obat:
butiropenon, agen prokinetik,
kanabinoid, penothiazin,
antihistamin, antikolinergik, steroid,
benzodiasepin, S-HT3 receptor
antagonis.

Konstipasi
Penyebab Tatalaksana
- Diet rendah serat, kekurangan cairan- Makan makanan tinggi serat
- Imobilitas - Tingkatkan asupan cairan
- Tidak segera ke toilet saat rasa bab- Anjurkan px banya bergerak
muncul - Beri respon cepat jika px ingin bab
- Obat : opioid, antikolinergi, antacid- Koreksi hiperkalsemia
yng mengandung aluminium, zat besi,- Atasi obstruksi bila mungkin
antispasmodic,
antipsikotik/anxiolitik.
- Obstruksi saluran cerna: feces, tumor,- Gunakan penyanggga kaki untuk
perlengketan meningkatkan kekuatan otot
- Ggn metabolism : hiperkalsemia abdomen
- Ggn saraf GI, neuropati saraf otonom Medikamentosa:
- Beri obat utk mencegah konstipasi
pd px yg mendapat opioid
- Gunakan laksatif yang
mengandung pelembut feces dan
stimulant peristaltic
- Jangan beri laksatif stimulant pd
obstruksi
- Gunakan laksatif pelembut feses
atau osmotic pd obstruksi partial
- Jika pemberian laksatif gagal
lakukan Rectal Touch

Diare
Penyebab Tatalaksana
- Infekai - tatalaksana sesuai etiologi
- Malabsorbsi - pada malabsorbsi, pemberian enzim
- Obstruksi parsial pancreas sangat bermanfaat
- Karsinoma kolorectal - lakukan peraawatan kulit dengan
- Kompresi tulang belakang zinc oxide
- Penggunaan antibiotic
- Kemoterapi/ radiasi
- kecemasan

Obstruksi GI
Penyebab Tatalaksana
- Mekanik/ paralitik - Atasi dasar penyebab
- Medikamentosa
- Penyumbatan intraluminal atau- Untuk mengurangi mual, muntah
ekstraluminal akibat inflamasi atau dan nyeri
metastase - Jika kolik > gunakan obat utk
mengurangi sekresi dan
antispasmodic seperti hyosine
butylbromide
- Obat laksatif yang merangsang
peristaltic dan obat prokinetik harus
dihentikan
- Laksatif pelembut feces diberikan pd
Obstruksi parsial
- 1/3 px mengalami perbaikan dg
sendirinya, tunggu 7-10 hari.
- Non medikamentosa
- Kurangi cairan parenteral utk
menurunkan sekresi intraluminer
yang menyebabkan muntah dan
distensi
- Cairan oral utk obstruksi atas
500ml/24 jam, utk obstruksi bawah
1000ml/jam

- Gangguan Sistem Pernapasan


Sesak

Pengkajian dan pemeriksaan fisik sesak

- Riwayat penyakit dahulu dan sekarang (penyakit paru/jantung, kelemahan


muskuler akibat koheksi atau penyakit motor neuron, metastase paru)
- Pemeriksaan fisik : bronkokontriksi, efusi plesura, gagal jantung atau
gangguan diafragma
- Pemeriksaan lain : foto toraks, saturasi oksigen, AGD
- Respon thd pengobatan yang diberikan
- Tk beratnya sesak nafas
- Akut/ kronik
- Frekuensi sesak
- Kualitas sesak nafas: kesulitan inspirasi/ekspirasi
- Faktor yg memperberat atau memperingan
Penyebab Tatalaksana
- Obstruksi jalan nafas (tumor,- Atasi penyebab
kelumpuhan laring, struktur - akibat
Kanker : radiasi, kemoterapi
radiasi) - Efusi pleura : pungsi, pleurodosis
- Penurunan volume paru - (efusi
Penyemitan bronkus : stent
pleura, pneumotoraks, tumor,
- paru
Anemia : transfuse
yang kolaps, infeksi, asietes) - Penyakit penyerta : jantung dan
- Kekakuan paru (edema paru, kelaianan paru
fibrosis, limfangitis karsinomatosis,
- Infeksi: antibiotik
emboli, thrombus, gangguan- Non medikamentosa
sirkulasi paru) - Dukungan psikososial : bahas ttg
- Nyeri ( pleuritik, infiltrasi dinding kecemasan dan ketakutan dg
dada, fraktur costa atau vertebra) mendengar secara aktif, beri
- Gangguan neuromuskuler penjelasan dan yakinkan
(paraplegia, kelumpuhan nervus- Atur posisi nyaman: semi fowler, pd
frenikus, kaheksia, paraneuroplastik efusi pleura berbaring ke sisi ubuh
sindrom) yang sakit
- Gagal jantung kkiri - Ajarkan cara menggunakan dan
- Ventilasi yg meningkat (cemas, menyimpan energy
anemia, masidosis metabolic) - Fisioterapi : cara bernafas
- Relaksasi : terapi music
aromaterappi
- Udara segar : buka jendela
- Medikamentosa
- Opioid : menurunkan sesak nafas
tanpa menyebabkan depresi nafas
- Oksigen : bila hipoksia
- Cemas dan panic : alprazolam,
klonazeam, diazepam, midazolam
- Nebulizer : saline
- Bronkodilator : salbutamol jika ada
obstruksi
- Kortikosteroid : pd limfangitis
karsinomatosa, obstruksi bronkus
atau pneumonitis radiasi
- Diuretic : gagal jantung kongestif
dan edema paru
- Antikolinergik: untuk sekresi yang
berlebihan

Batuk
Penyebab Tatalaksana
- Penyakit penyerta : asma bronkial,- Minum air hangat
infeksi, COPD, CHF - Batuk dengan sputum: nebulizer
- Kanker paru atau metastase paru sline, bronkodilator, fisioterapi
- Efusi pleura - Batuk kering: codein atau morfin
- Aspirasi, gangguan menelan - Oksigen rendah untuk batuk karena
- Limfangitis karsinomatosis emfisema
- Ggn saraf laring - Kortiosteroid untk batuk karena
tumor endobronkial, limfangitis,
pneumonitis akibat radiasi.

Hiccups/ cegukan
Penyebab Tatalaksana
- Distensi gaster - Atasi dasar penyebab (distensi
- Iritasi diapragma abdomen : metochlopromide jika
- Iritasi nervus vagus atau nervus tidak ada kontraindikasi)
frenikus - Non medikamentosa: stimulasi faring
- Gagguan metabolic: uremia, dengan air dingin
gangguan fungsi hati - Medikamentosa (haloperidol,
baclofen, kortikosteroid)

Hemoptosis
Penyebab Tatalaksana
- Infekai - Atasi penyebab bila memungkinkan
- Erosi tumor - Perdarahan ringan yang terlihat pada
- Emboli paru atau gangguan sputum tidak memerlukan tindakan
pembekuan darah spesifik
- Bila perdarahan berlanjut: asam
transeksamat, pertimbangkan radiasi
- Pada perdarahan massif, tindakan
invasive tdk layak dilaukan.
Kolaborasi pemberian midazolam
untuk mengurangi kecemasan dan
rasa takut
- Gunakan kain yang gelap utk
menampung darah agar px /
keluuarga tdk takut

- Gangguan Kulit
Pruritus
Penyebab Tatalaksana
- Ggn fungsi hati dan ginjal - Atasi dasar penyebab
- Alergi obat/makanan - Gunakan baju yg menyerap keringat
- Obat: opioid atau vasodilator - Gunakan pelembab kulit
- Oenyakit endokrin - Jangan gunakan sabun mandi
- Kekurangan zat besi - Jaga kelembaban ruangan
- Lomfoma - Hindari emberian bedak terutama
- Ranngsangan sensori: baju yan kasar diarea lipatan
- Parasite - Kolaborasi pemberian antihistamin
- Faktor psikologi

Decubitus
Penyebab Tatalaksana
- Imobilisasi, tekanan, gesekan - Bersihkan dengan larutan normal
- Kontaminasi urin /feses saline
- Gangguan sensorik - Debridement : enzyme, larutan
- Jaringan yang rapuh: penurunan BB, hidrofilik
ketuaan, malnutrisi, anemia,- Memacu tumbuhan jaringan
edema,kortikosteroid, kemoterapi,- Antibiotic sistemik bila ada infeksi
radiasi - Analgetik bila terdapat nyeri
- Menghilangkan bau:
metronidazole
Tidakan preventif
- Identifikasi px dg resiko tinggi
- Jaga kebersihan kulit dan harus kering
- Hindari trauma : jangan digosok, hindari memijat dg keras
- Hindari memakai pakaian basah, kontaminasi feses atau urin, pakaian atau
alas tidur yang kasar, menggosok dg alcohol
- Lakukan ROM, mika miki tiap 2 jam
- Gunakan Kasur anti dekubitus
Luka Kanker
Tatalaksana
- Antikanker : radioterapi radiasi untuk mengurangi gejala
- Terapi topical: dressing secara teratur dan sering untuk menjaga
kebersihan, tetap kering dan bebas infeksi
- Pada luka bersih gunakan saline
- Pd jaringan mati gunakan campuran hydrogen peroksida dan salin atau
larutan ensim
- Pd luka infeksi gunakan antiseptic
- Hentikan perdarahan dengan alginate atau dengan adrenalin yg
diencerkan
- Pd luka yang berbau berikan metronidazole 400mg/8jam PO

D. PENGEKAJIAN DAN MANAJEMEN NYERI PADA ANAK DENGAN END OF


LIFE CARE
Konsep Perkembangan Nyeri pd Anak

Praoperasional (2-7 tahun)

- Nyeri sbg pengalaman fisik


- Berfikir nyeri bias hilang secara ajaib
- Nyeri sbg hukuman dari kesalahan
- Menganggap orang lain yg brtg thd nyeri yang dirasakan
Operasional Konkrit (7-12 tahun)

- Merasa nyeri secara fisik


- Mampu menerima nyeri psikologistakut thd cdera tubuh
- Menganggap nyeri sbg hukuman
Operasional formal (13 tahun ke atas)

- Mampu memberi alasan thd nyri


- Menerima nyeri psikologis
- takut kehilangan kendali ketika mngelami nyeri

Karakteristik Perkembangan Respon Anak thd Nyeri


Bayi muda (<2 bulan)

- menarik diri dari area yg terstimulasi


- menangis dengan keras
- ekspresi nyeri pd wajah: alis menurun dan berkerut, mata tertutup rapat, mulut
terbuka dan membentuk bujur sangkar.
Bayi (2-12 bulan)

- menarik diri dari area yg terstimulasi


- menangis dengan keras
- ekspresi wajah menunjukkan nyeri atau marah, karakteristik alis menurun dan
berkerut, mata terbuka, mulut terbuka dan membentuk bujur sangkar
- resisten fisik, terutama mendoronng stimulus menjauh setelah terjadi nyeri
Anak Prasekolah

- Menangis keras, berteriak

- Ekspresi verbal seperti“aduh”, “auw”, “sakit”

- Memukul-mukulkan lengan dan kaki

- Berusaha mendorong stimulus menjauh sebelum nyeri terjadi

- Tidak kooperatif

- Meminta agar prosedur dihentikan

- Bergelayut atau mencari perlindungan fisik dan emosional dari orang lain

- Gelisah dan peka terhadap nyeri yang berkelanjutan

Anak Usia Sekolah

- Hampir sama seperti pada anak usia prasekolah

- Sikap berdalih, seperti “tunggu sebentar”

- Rigiditas otot, seperti mengepalkan tangan, jari memucat, tubuh kaku, mata
tertutup
Remaja

- Protes vokal sedikit

- Aktivitas motorik sedikit

- Ekspresi verbal meningkat

- Ketegangan otot atau kontrol tubuh meningkat

Cara mengkaji Nyeri pada anak

1. FLACC

- Anak belum mampu mengekspresikan nyerinya

- Pada usia 1 bulan – 7 tahun (umum pada usia <3 tahun)

- Parameter : perubahan perilaku, dan pendapat orang tua

F: Face, L: Leg, A: Activity, C: Cry, C: Consolability

Intepretasi :

0 : tidak nyeri

1-3 : nyeri ringan

4-6 : nyeri sedang

7-10 : nyeri berat


2. Wong Baker Faces Scale

- Digunakan pada anak usia minimal 3 tahun

3. NRS
- Anak sudah mampu mempersepsika nyerinya

- Digunakan pd anak usia 7 th

- Skala ngka dari 0-10

4. Behaviour Pain Scale

- Digunakan pd px yang tdk sadar

- Intepretasi : rentang 3-12, 3 (tidak ada nyeri), 12 (nyeri sangat hebat)

5. Non Verbal Pain Scale

- Pengkajian pd px yang tdk sadar

- Tidak mampu mengungkapkan rasa nyeri

- Px dengan ventilator

- Tidak boleh pd px yg mengalami sepsis, hipoksemia, takikardi, hypovolemia

- Intepretasi
- 0-2 : tidak nyeri

- 3-6 : nyeri sedang

- 7-10 : nyeri berat

- Pengkajian nyeri dilakukan setiap 4 jam atau sebelum, selama, setelah


tindakan utk mengevaluasi nyeri

6. Penilaian Sedasi

- Digunakan pada anak yang tidak dpt dinilai dengan skala nyeri lain

- Tidak bias dilakukan pada px dibawah pengaruh obat neuromuscular


blocking agents
- Intepretasi

- 8-16 : sedasi dalam

- 17-26 : sedasi dan analgesic adekuat

- 27-40 : sedasi inadekuat

Manajement Nyeri

Manajemen nyeri non Farmakologi

Manfaat:

- Memberikan strategi koping yang dapat mengurangi persepsi nyeri,


membuat nyeri dapat ditoleransi

- Menurunkan kecemasan, dan meningkatkan efektivitas analgesik


Teknikdistraksi

- Libatkan anak dalam permainan, bernyanyi, atau permainan computer

- Gunakan humor, seperti menonton kartun, bercerita lucu, bertingkah


konyol

- Minta anak membaca buku cerita kegemarannya

- Meniup gelembung dan mengatakan “meniup rasa sakit agar menjauh”

Teknikrelaksasi

- Pada bayi: gendong anak pada posisi nyaman, timang-timang bayi, beri
sentuhan lembut dan berkata “ibu ada disini”
- Pada anak: minta anak menarik nafas dalam dan lemas seperti boneka
sambil menghembuskan nafas perlahan kemudian menganga, bantu anak
mengambil posisi yang nyaman, mulailah lakukan relaksasi progresif
Guided imagery

- Minta anak mengidentifikasi beberapa pengalaman nyata atau


imajinasi yang menyenangkan

- Minta anak menjelaskan detail kejadian, jika perlu bisa dituliskan

- Anjurkan anak untuk berkonsentrasi pada kegiatan menyenangkan


selama prosedur menyakitkan atau saat merasa nyeri

- Gabungkan pernafasan relaksasi

Manajemen nyeri Farmakologi

Analgetik nonopioid
Analgetik opioid

Terapi adjuvant: mengoptimalkan efek terapi primer

Contoh: morfin, fentanil, meperidin

Perhatikan 6 benar dalam pemberian obat

Perhatikan pemberian obat-obatan sedasi, contoh: midazolam, diazepam,


penobarbital

Perhatian Perawat

Penyakit tahap terminal butuh perawatan paliatif

Perawatan paliatif yang harus diperhatikan peningkatan kenyamanan dan


kualitas hidup pasien

Harus dilakukan: pengkajian nyeri yang tepat dan penatalaksanaan yang sesuai

Mengoptimalkan kualitas hidup pada pasien end of life

Belum Lengkap  :’( 


Diposting 24th November 2017 oleh Anik cahyani

Tambahkan komentar

6.

Sep

16
GANGGUAN PADA KULIT
Diposting 16th September 2017 oleh Anik cahyani

Tambahkan komentar
7.

Sep

16

NANDA, NIC, NOC IO

DIAGNOSE KEPERAWATAN, NOC DAN NIC

IO

No Diagnosa NOC NIC


1 Diare berhubungan NOC Label : Nutritional Status NIC Label : Diare
dengan pathogen : Food and fluid intake Manajemen
enteric dan atau- Asupan makanan melalui oral1. Menentukan riwayat diare
infeksi HIV yang tercukupi 2. Mengambil sampel tinja untuk
ditandai dengan- Asupan cairan melalui oral di kultur apanila diare terus-
pengeluaran feces tercukupi menerus
lebih dari 3x/24 jam - Asupan cairan intravena adekuat3. Mengajarkan pasien untuk
- Asupan nutrisi parenteral menggunakan obat anti diare
adekuat 4. Intruksikan untuk diet rendah
Gastrointestinal Fuction serat, tinggi protein, tinggi
- Frekuensi feses berkurang kalori
- Konsistensi feses normal ai tau5. Identifikasi faktor yang
tidak encer menyebabkan diare
- Tidak ada nyeri perut 6. Monitor tanda dan gejala diare
- Menurunnya peristaltic usus 7. Instruksikan pasien untuk
- Tidak ada diare memeberi tanda kepada staff
saat mau diare
8. Observasi turgor kulit
9. Monitor kulit perianal untuk
melihat adanya iritasi atau
ulserasi

Nutrition Management
1. Mengkaji/menanyakan adanya
riwayat alergi makanan
2. Memastikan preferensi
makanan klien
3. Memberikan asupan kalori yang
sesuai untuk tipe tubuh dan
gaya hidup klien
4. Memberikan asupan kalori,
protein, zat besi, dan vitamin C,
yang sesuai dengan kebutuhan
klien
5. Mengatur pola makan dan gaya
hidup klien
6. Memberikan klien asupan
tinggi protein, tinggi kalori,
makanan dan minuman yang
mengandung zat gizi dan mudah
dikonsumsi.
7. Tawarkan makanan ringan
(buah segar, juice, etc) sesuai
dengan kondisi klien
8. Mengajarkan klien bagaimana
menjaga pola makan sehari-hari
sesuai kebutuhan
9. Memantau asupan zat gizi dan
kalori klien
10. Mengkaji kemampuan klien
untuk memenuhi kebutuhan gizi
11. Memberikan informasi yang
tepat kepada klien tentang
kebutuhan zat gizi yang tepat
dan sesuai
Fluid management
1. Memantau input dan output yag
sesuai
2. Memantau status hidrasi klien
3. Memantau hasil laboratorium
retensi cairan yang relevan
4. Memantau tanda-tanda vital
5. Memantau indikasi cairan
overload / retensi yang sesuai
6. Memantau makanan / cairan
yang masuk dan menghitung
asupan kalori harian yang sesuai
7. Memberikan terapi IV yang
ditentukan
8. Mempromosikan asupan oral
yang sesuai
9. Memberikan asupan cairan
selama 24 jam sesuai ketentuan
10. Memantau respon klien
terhadap terapi elektrolit yang
telah ditentukan
11. Konsultasikan dengan dokter
jika tanda-tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
menetap atau memburuk.
NIC Label : Medication
management
1. Tentukan obat yang dibutuhkan
dan pengaturan resep
2. Diskusikan financial
berhubungan dengan
pengobatan
3. Monitoring efek terapeutik
terhadap pengobatan
4. Monitoring tanda dan gejala
keracunan obat
5. Monitoring efek yang kurang
baik dari obat
6. Tentukan pengetahuan keluarga
terhadap pengobatan
7. Tentukan pengaruh pengobatan
yang diberkan dengan lifestyle
8. Instruksikan kepada
klien/keluarga untuk melihat
perintah obat

2 PK Infeksi - Tanda-tanda vital stabil - Pantau tanda-tanda vital


- Dapat mengontrol infeksi - Mengumpulkan specimen
- Mengidentifikasi tanda dan laboratorium dan memantau
gejala dengan tepat dan tidak hasil tes
mengalami komplikasi - Mengintruksikan ke pasien dan
pemberi perawatan mengenai
tanda dan gejala infeksi dan
perlunya melaporkan hal
tersebut sejak dini.
3 Nyeri Akut NOC Label : Pain control NIC Label : Pain management
berhubungan dengan - Mengenal lamanya(onset) nyeri 1. Kaji secara komprehensip
Agen biologis - Menggambarkan faktor terhadap nyeri termasuk lokasi,
penyakit seperti penyebab karakteristik, durasi, frekuensi,
infeksi ditandai - Menggunakan catatan untuk kualitas, intensitas nyeri dan
dengan ppeningkatan monitor gejala setiap lembur faktor presipitasi
pergerakan usus - Menggunakan tindakan2. Observasi reaksi
karena diare preventif ketidaknyaman secara
- Menggunakan tindakan non nonverbal khusunya bagi yang
analgesic tidak dapat melakukan
- Menggunakan analgesic sebagai komunikasi dengan efektif
rekomendasi 3. Gunakan strategi komunikasi
- Melaporkan perubahan nyeri terapeutik untuk
pada ahli kesehatan mengungkapkan pengalaman
- Melaporkan nyeri yang tidak nyeri dan penerimaan klien
terkontrol pada ahli kesehatan terhadap respon nyeri
- Menggunakan sumber yang4. Gali pengetahuan dan
tersedia kepercayaan klien tentang nyeri
- Mengenal gejala yang5. Kaji pengaruh budaya terhadap
berhubungan dengan nyeri respon nyeri
- Melaporkan nyeri terkontrol 6. Tentukan pengaruh pengalaman
nyeri terhadap kualitas hidup(
NOC Label Pain level napsu makan, tidur,
- Melaporkan nyeri aktivitas,mood, hubungan
- Panjangnya episode nyeri sosial)
- Menerangkan area yang terkena7. Tentukan faktor yang dapat
nyeri memperburuk nyeri
- Klien tampak mengeluh dan8. Melakukan evaluasi dengan
menangis klien dan tim kesehatan lain
- Ekspresi wajah terhadap nyeri tentang ukuran pengontrolan
- Gelisah nyeri yang telah dilakukan
- Nafsu makan berkurang 9. Berikan informasi tentang nyeri
termasuk penyebab nyeri,
NOC Label : Vital sign berapa lama nyeri akan hilang,
- Suhu tubuh antisipasi terhadap
- RR ketidaknyamanan dari prosedur
- Tekanan darah sistolik 10. Control lingkungan yang dapat
- Tekanan darah diastolic mempengaruhi respon
- Tekanan nadi ketidaknyamanan klien( suhu
- Ritma RR ruangan, cahaya dan suara)
11. Hilangkan faktor presipitasi
Knowledge : pain management yang dapat meningkatkan
- Faktor penyebab nyeri pengalaman nyeri klien(
- Tanda dan gejala nyeri ketakutan, kurang pengetahuan)
- Strategi mengontrol nyeri 12. Ajarkan cara penggunaan
- Strategi mengendalikan nyeri terapi non farmakologi
kronis (distraksi, guide
- Perintah pengobatan imagery,relaksasi)
- Koreksi penggunaan perintah 13. Pemberian analgesic
pengobatan
- Koreksi penggunaan perintah NIC Label : Vital Sign
non pengobatan Monitoring
- Keamanan dari perintah 1. Monitor tekanan darah, nadi,
pengobatan yang di berikan suhu, dan status pernapasan jika
- Keamanan penggunaan perintah diperlukan
non pengobatan 2. Monitor tekanan darah klien
- Efek terapeutik pengobatan setelah pemberian pengobatan
- Efek samping pengobatan jika mungkin
- Efek berlawanan dengan 3. Auskultasi tekanan darah pada
pengobatan kedua tangan dan bandingkan
- Interaksi potensial pengobatan 4. Monitor tekanan darah, nadi,
suhu, dan status pernapasan
- Interaksi potensial pengobatan sebelum, selama dan setelah
dengan agen lain aktivitas
- Teknik relaksasi yang efektif 5. Monitor kualitas nadi
- Guided imagery yang efektif 6. Monitor peningkatan atau
- Distraksi yang efektif penurunan tekanan nadi
- Keuntungan monitoring nyeri7. Monitor ritma jantung
sendiri 8. Monitor suara jantung
- Ada dukungan kelompok 9. Monitor respirasi rate dan ritma
10. Monitor suara paru
11. Identifikasi penyebab
perubahan vital sign

NIC Label : Medication


management
9. Tentukan obat yang dibutuhkan
dan pengaturan resep
10. Diskusikan financial
berhubungan dengan
pengobatan
11. Monitoring efek
terapeutik terhadap pengobatan
12. Monitoring tanda dan
gejala keracunan obat
13. Monitoring efek yang
kurang baik dari obat
14. Tentukan pengetahuan
keluarga terhadap pengobatan
15. Tentukan pengaruh
pengobatan yang diberkan
dengan lifestyle
16. Instruksikan kepada
klien/keluarga untuk melihat
perintah obat

4 Fatigue berhubungan NOC Label : Activity Tolerance NIC Label : Exercise


dengan malnutrisi, - Saturasi O2 ketika beraktifitas Promotion
cemas, depresi, - Denyut nadi ketika beraktifitas 1. Eksplorasi pengalaman latihan
kegiatan ditandai - Kemampuan bernapas pada saat terdahulu
dengan kurangnya beraktifitas 2. Menetapkan motivasi individu
energy, tidak dapat - Tekanan darah systole pada saat untuk memulai atau
melakukan rutinitas beraktifitas melanjutkan program latihan
yang biasa - Tekanan darah diastole pada 3. Eksplorasi rintangan dalam
saat beraktifitas latihan
4. Bantu identifikasi peran model
NOC Label : Fatigue level positif untuk menetapkan
Tingkat kelelahan pasien program latihan
menurun ditandai dengan 5. Bantu identifikasi untuk
- Tidak adanya kehilangan nafsu menetapkan tujuan jangka
makan pendek dan panjang dari
- Tidak ada kelelahan setelah program latihan
beraktivitas 6. Instruksikan individu tentang
- Penurunan libido frekuensi, durasi, intensitas dari
- Sakit kepala program latihan
- Tingkat stress 7. Monitor ketaatan individu
- Gangguan dalam konsentrasi untuk program latihan
- Penurunan mood 8. Instruksikan individu untuk
pemanasan dan pendinginan
NOC Label : Psychomotor secara tepat
Energy 9. Instruksikan individu tentang
- Menujukkan ekspresi sesuai teknik menjauhi cedera ketika
dengansituasi latihan
- Menunjukkan konsentrasi 10. Monitor respon individu
- Memelihara personal hygiene dalam program latihan
dan penampilan
- Menunjukkan nafsu makan yangNIC Label : Energi Management
normal 1. Tentukan keterbatasan fisik
- Menunjukkan peningkatan pasien
energy yang stabil 2. Tentukan persepsi pasien / yang
- Menunjukkan kemampuan lainnya mengenai penyebab
dalam menyelesaikan tugas kelelahan yang signifikan
sehari-hari 3. Mendorong px untuk
mengungkapkan perasaannya
NOC Label : Energy tentang keterbatasan
Conservation 4. Tentukan penyebab kelelahan
- Keseimbangan antara aktivitas (misalnya, nyeri, dan obat-
dan istirahat obatan)
- Menggunakan tidur untuk5. Tentukan apa dan berapa
memulihkan energy banyak aktivitas yang
- Mengakui keterbatasan energy dibutuhkan untuk membangun
- Menggunakan teknik konservasi ketahanan
energy 6. Memantau asupan nutrisi untuk
- Mengatur kegiatan untuk memastikan sumber energi
menghemat energy yang memadai
- Menyesuaikan gaya hidup untuk7. Memonitor pasien untuk bukti
tingkat energy adanya kelelahan fisik dan
- Menjaga gizi yang cukup emosional
- Laporan gizi yang cukup 8. Memantau respon
Kardiorespirasi terhadap
NOC Label : Endurance aktivitas (misalnya takikardia,
- Penampilan dari aktivitas sehari- disritmia lainnya, dispnea,
hari diaforesis, pucat, tekanan
- Mampu melakukan aktifitas fisik hemodinamik, dan laju
- Mampu Konsentrasi pernafasan)
- Libido 9. Monitor / catat pola tidur pasien
- Kadar oksigen dalam darah dan jumlah jam tidur
- Hb 10. Memantau lokasi dan sifat
- Hematokrit ketidaknyamanan atau nyeri
- Kadar elektrolit serum selama gerakan / aktivitas
- Tingkat keletihan 11. Kurangi ketidaknyamanan
- Letargi fisik yang berhubungan dengan
fungsi kognitif dan self-
monitoring / regulasi aktivitas
12. Mengatur kegiatan fisik untuk
mengurangi kompetisi pasokan
oksigen untuk fungsi tubuh
(misalnya menghindari
aktivitas segera setelah makan)
13. Gunakan latihan pasif dan /
atau latihan rentang gerakan
aktif untuk meredakan
ketegangan otot
14. Membantu dengan aktivitas
fisik secara teratur (misalnya
ambulasi atau kinerja aktivitas
hidup sehari-hari, konsisten
dengan sumber-sumber energy
pasien)
15. Ajarkan teknik-teknik lain
kepada pasien yang signifikan
dari perawatan diri yang akan
meminimalkan pemakaian
oksigen (misalnya pemantauan
diri dan teknik mondar-mandir
untuk kinerja aktivitas hidup
sehari-hari)
16. Instruksikan patiens /
signifikan lainnya untuk
mengenali tanda dan gejala
kelelahan yang membutuhkan
penurunan aktivitas
5 Hipertermi NOC Lable : NIC Lable :
Thermoregulation Temperatur Regulation
Kriteria hasil: 1. Memonitor temperature suhu
- Suhu tubuh dalam batas norma setiap dua jam
(36,5 – 37,5) 2. Memonitor TTV
- Tidak ada perubahan warna kulit
3. Memonitor warna kulit dan
- Nadi dan pernapasan dalam temperature
rentan yang diharapkan 4. Mendorong asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
5. Mengajarkan pasien dan
keluarga mengenai indikasi
keletihan karena panas dan
tindakan kedaruratan yang
diperlukan, sesuai sesuai
dengan kebutuhan
6. Memonitor dan melaporkan
tanda dan gejala hipertermi
7. Menggunakan kasur pendingin,
selimut bersikulasi air, mandi
hangat, aplikasikan es pack atau
gel, dan kateterisasi pendingin
intravaskuler untuk
menurunkan suhu tubuh
8. Menyesuaikan temperature
lingkungan dengan kebutuhan
pasien
9. Berikan obat antipiretik :
Parasetamol
6 Defisit perawatan diri NOC Label : Self Care Hygiene NIC Label : Bathing

berhubungan dengan Mencuci tangan 1. Membantu pasien mandi
kelemahan,  Memelihara kebersihan mulut dengan bak mandi, mandi di
kurangnya 
motivasi Mencuci rambut atas tempat tidur, atau posisi
ditandai dengan
 Perawatan untuk kuku mandi yang sesuai keadaan
rambut tampak kotor pasien
 Perawatan kuku kaki
dan kurang bersih. 2. Mencuci rambut, seperti yang
 Menjaga penampilan rapi
dibutuhkan dan diinginkan
 Memelihara kebersihan tubuh
3. Mandi di air suhu yang
kompatibel
4. Menggunakan teknik
menyenangkan mandi dengan
anak-anak seperti menggunakan
mainan yang tahan air khusus
untuk bermain saat mandi
5. Membantu dengan perawatan
perineum jika diperlukan
6. Oleskan lotion pada daerah
kering pada kulit
7. Mencuci tangan setelah ke toilet
dan sebelum makan
8. Memberikan bedak anti alergi
untuk lipatan kulit dalam
9. Memantau kondisi kulit saat
mandi
10. Memantau kemampuan
fungsional saat mandi

7 Coping Ineffective NOC Label : Coping NIC Label : Conseling


1.Ciptakan hubungan
Berhubungan dengan
- Identifikasi pola koping yang
terapeutikberdasarkan
ketidaknyamanan
efektif
kepercayaan dan resfect
dalam menerima
- Identifikasi pola koping yang
2.Menggunakan teknik refleksi
situasi, ketidaksiapan
tidak efektif
dan klarifikasi untuk
dalam menghadapi
- Adaptasi terhadap perubahan
memfasilitasi ekspresi
stressor, kurangnya
hidup
3.Membantu pasien untuk
dukungan sosial, krisi
- Menggunakan dukunga personal
membuat list dan prioritas
situasi ditandai
- Identifikasi strategi multiple
mengenai alternative
dengan penurunan
koping
pemecahanmasalah
pola tidur, perubahan
- Menggunakan strategi koping
4.Mengidentifikasi mengenai
pola komunikasi,
yang efektif
perbedaan pasen terhadap
kelelahan, perilaku
situasi dan pandangan
destruktif terhadap NOC Label : Drug Abuse
Cesstation Behavior timtenaga medis
diri sendiri, sering
sakit, - Mengekspresikan keingina 5.Mengungkapkan
ketidaksanggupan untuk berhenti menggunakan ketidaksesuaian antara perasaan
untuk menerima drug pasien dengan perilaku
situasi, - Mengungkapkan kepercayaan 6.Mendorong pasien
ketidakefektifan mengenai kesangguapan untuk mengembangkan skil yang baru
strategi koping, berhenti menggunakan drug
kekurangan akses - Mengidentifikasi manfaat dalam NIC Label : Substance Use
dukungan sosial, dan mengurangi kesakitan Treatment Drug Withdrawal
kekurangan problem - Mengidentifikasi konsekuensi1. Monitor gejala penggunaan
solving negative dari penggunaan drug obat seperti kelelahan,
- Mengembangkan strategi efektif iritabilitas, gangguan sensori,
untuk mengeleminasi depresi, serangan panic,
penggunaan drug insomnia, kelemahan, ancietas.
- Memonitor tanda depresi 2. Menyediakan manajemen
- Menggunakan terapi alternative gejala
- Berpartisipasi dalam konseling 3. Memberikan obat yang teleran
terhadap gejala sisa
4. Menganjurkan pasien untuk
berpasrtisipasi dalam
penindaklanjutan dukungan
seperti peer grup terapy,
individual conseling, dan drug
recorvery

Diposting 16th September 2017 oleh Anik cahyani

Tambahkan komentar
8.

Sep

16

EVIDENCE BASED HIV

“Acupuncture and the relaxation response for treating gastrointestinal


symptoms in HIV patients on highly active antiretroviral therapy”

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan suatu virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh. HIV menyebabkan seseorang mengalami
gejala-gejala penyakit yang disebut Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS).
Perkembangan kasus HIV dan AIDS sangat cepat diseluruh dunia, dilihat dari
banyaknya jumlah orang yang terinfeksi HIV. Diseluruh dunia diperkirakan setiap
harinya sekitar 2000 anak usia di bawah 15 tahun tertular HIV dan menyebabkan
kematian sekitar 1400 anak di bawah usia 15 tahun, serta menginfeksi lebih dari
6000 orang usia produktif (KPAN, 2007). Di Indonesia kasus HIV pertama kali
ditemukan di Bali pada tahun 1987, jumlah kasus meningkat dari tahun ke tahun
(Widayatun, 2008). Pada tahun 2013 kasus HIV sebanyak 29.037 dan AIDS
sebanyak 10.163 kasus dan pada tahun 2014 jumlah kasus HIV sebanyak 32.711
dan AIDS 5.494 kasus (Teguh, dkk., 2016).
HIV dan AIDS tdak dapat disembuhkan dan belum ditemukan obat yang
dapat menyembuhkan HIV dan AIDS tersebut. Namun prognosis infeksi HIV telah
mengalami peningkatan setelah ditemukannya Highly Active Antiretrovial Therapy
(HAART) atau kombinasi antiretroviral (ARV) pada tahun 1996 yang memiliki
aktivitas tinggi (Yasin, N. M., dkk., 2011). Terapi kombinasi ARV dapat menekan
replikasi HIV sampai di bawah tingkat yang tidak dapat dideteksi. Penekanan virus
ini efektif dapat mencegah timbulnya virus yang resisten terhadap obat dan dapat
memperlambat progresivitas penyakit. Selain itu pengobatan ARV bertujuan untuk
mengurangi laju penularan HIV, menurunkan angka kesakitan dan kematian,
memperbaiki kualitas hidup orang dengan HIV AIDS (ODHA), dan memulihkan/
memelihara fungsi kekebalan tubuh (Widiyanti, et.al., 2015)

Namun pengobatan ARV memiliki efek samping atau toksisitas setelah


beberapa saat dimulainya ARV. Biasanya efek samping yang timbul dapat diatasi
dengan terapi simptomatik , sedangkan efek toksisitas lebih berat dan berpotensi
mengancam jiwa dan dapat terjadi setiap saat (Fauzi, 2014). Hampir semua obat
ARV yang disetujui dikaitkan dengan peningkatan metabolism tubuh yang
menyebabkan toksisitas (Nunez MJ,et.al, 2015).

Efek samping yang umum terjadi pada pasien dengan HIV & AIDS yaitu
pada ganguan Gastrointestinal (GI). Gangguang GI ini paling sering dikeluhan
yang dilaporkan berkaitan penggunaan HAART . Efek samping ini biasanya
dijadikan sebagai salah satu alasan untuk penghentian pengobatan, namun
penghentian pengobatan ARV dapat menyebabkan resiten terhadap obat. Tingkat
keembuhan penting untuk efek pengobatan yan optimal dan direkomendasikan
untuk semua rejimen ARV. ODHA harus mempertahankan hidupnya dengan
meminum ARV seumur hidup dan akan mengalami banyak efek samping dari
pengobatan. Salah satu penanganan yang dapat dilakukan untuk mengobati efek
samping GI yaitu dengan terapi non farmakologis. Terapi non farmakologis yang
dapat diberikan yaitu akupunktur dan relaksasi, sesuai dengan jurnal yang
berjudul “Acupuncture and the relaxation response for treating gastrointestinal
symptoms in HIV patients on highly active antiretroviral therapy”. Oleh karena itu
penulis menganalisi jurnal tersebut untuk mengetahui keefektipan akupunktur pada
ODHA yang mengalami efek samping dari HAART.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana analisis PICOT dari jurnal “Acupuncture and the relaxation
response for treating gastrointestinal symptoms in HIV patients on highly
active antiretroviral therapy” ?
1.2.2 Bagaimana aplikasi jurnal “Acupuncture and the relaxation response for
treating gastrointestinal symptoms in HIV patients on highly active
antiretroviral therapy” pada pasien dengan HIV/AIDS ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui analisis PICOT dari jurnal “Acupuncture and the
relaxation response for treating gastrointestinal symptoms in HIV patients
on highly active antiretroviral therapy”
1.3.2 Untuk mengetahui aplikasi jurnal “Acupuncture and the relaxation
response for treating gastrointestinal symptoms in HIV patients on highly
active antiretroviral therapy” pada pasien dengan HIV/AIDS

1.4 Manfaat
4.2.1 Dengan menganalisis jurnal yang berjudul “Acupuncture and the
relaxation response for treating gastrointestinal symptoms in HIV patients
on highly active antiretroviral therapy” dapat mengetahui bagaimana
aplikasi akupunktur terhadap penanganan atau pengobatan terhadap efek
samping yang ditimbulkan selama pengobatan ARV.
4.2.2 Dapat dijadikan suatu acuan dalam penanganan efek samping pengobatan
ARV dalam tatannan keperawatan
4.2.3 Sebagai mahasiswa dapat menambah pengetahuan mengenai evidence
based dalam pengobatan atau terapi pada pasien dengan HIV/AIDS

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Terapi ARV


Highly Active Antiretrovial Therapy (HAART) atau kombinasi antiretroviral
(ARV) ditemukan pada tahun 1996 yang memiliki aktivitas tinggi (Yasin, N. M., dkk.,
2011). Terapi kombinasi ARV dapat menekan replikasi HIV sampai di bawah tingkat
yang tidak dapat dideteksi. Penekanan virus ini efektif dapat mencegah timbulnya
virus yang resisten terhadap obat dan dapat memperlambat progresivitas penyakit.
Selain itu pengobatan ARV bertujuan untuk mengurangi laju penularan HIV,
menurunkan angka kesakitan dan kematian, memperbaiki kualitas hidup orang
dengan HIV AIDS (ODHA), dan memulihkan/ memelihara fungsi kekebalan tubuh
(Widiyanti, et.al., 2015). Terapi ARV atau antiretroviral merupakan agen yang secara
langsung mempengaruhi siklus replikasi HIV, yang ditujukan untuk mengurangi
jumlah virus dari tubuh pasien. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat ARV
dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu Nucleoside Reverse Transcriptase
Inhibitor(NRTI), Nonnucleoside-Based Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI), dan
Protease Inhibitor (PI).
Pelaksanaan terapi ARV di Indonesia, berdasarkan Pedoman Tatalaksana Klinik
Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa tahun 2011, dimulai
setelah dilakukan pemeriksaan terhadap jumlah CD4 (bila tersedia) dan penentuan
stadium klinik infeksi HIV pada pasien. Ketika tidak terdapat pemeriksaan terhadap
jumlah CD4, maka terapi ARV dimulai berdasar pada penilaian klinis saja. Apabila
tersedia 13 pemeriksaan CD4, maka terapi ARV dimulai pada semua pasien dengan
jumlah CD4 <350 sel/mm3 tanpa memandang stadium klinisnya; serta dianjurkan
untuk semua pasien dengan TB aktif, ibu hamil, dan koinfeksi Hepatitis B tanpa
memandang jumlah CD4 (Kemenkes RI, 2011). Terapi ARV di Indonesia diberikan
dalam paduan beberapa jenis obat. Penetapan paduan obat pada terapi ARV harus
didasarkan pada efektivitas, efek samping/ toksisitas, interaksi obat, kepatuhan, serta
harga obat. Pada tahap awal pengobatan, pasien HIV diberikan terapi ARV lini
pertama. Paduan obat ARV lini pertama berupa 2 NRTI + 1 NNRTI. Paduan obat
untuk terapi ARV lini pertama dimulai dengan salah satu opsi dari paduan berikut:

Pasien yang menjalani terapi ARV lini pertama dapat mengalami kondisi
yang disebut dengan gagal terapi. Gagal terapi merupakan kondisi dimana tidak
terjadi respon terapi ARV yang diharapkan setelah pasien memulai terapi minimal
6 bulan dengan kepatuhan yang cukup tinggi (Kemenkes RI, 2011). Pada kondisi
gagal terapi, produksi virus akan meningkat sehingga viral load juga akan
bertambah.

Menurut WHO, terdapat dua kriteria gagal terapi, yaitu kegagalan klinis
dan kegagalan imuologis. Pada kegagalan klinis, infeksi oportunistik akan
munculpada kelompok stadium 4 setelah minimal 6 bulan terapi ARV. Penyakit
yang termasuk dalam stadium klinis 3 (TB paru, infeksi bakteri berat) dapat
menjadi petunjuk adanya kegagalan terapi. Sementara kegagalan imunologis
adalah kegagalan dalam mencapai atau mempertahankan jumlah CD4 yang
adekuat walaupun jumlah virus (viral load) sudah tertekan (Kemenkes RI, 2011).
Pada kasus gagal terapi, maka pasien HIV direkomendasikan untuk mengganti
pengobatan sebelumnya dengan paduan obat lini kedua. Rekomendasi paduan lini
kedua yaitu 2 NRTI + boosted-PI. Boosted PI merupakan golongan Protease
Inhibitor yang sudah ditambah (boost) dengan Ritonavir, dan biasa ditulis dengan
symbol /r (LPV/r = Lopinavir/ritonavir). Penggunaan booster dimaksudkan untuk
mengurangi dosis penggunaan PI yang sangat besar bila digunakan tanpa
ritonavir. Sedangkan paduan lini kedua yang disediakan gratis oleh pemerintah
yaitu TDF atau AZT + 3TC + LPV/r (Tenofovir atau Zidovudine + Lamivudine +
Lopinavir/ritonavir) (Kemenkes RI, 2011).

2.2 Efek Samping ARV


Efek Samping atau toksisitas merupakan suatu dampak yang tidak diinginkan dari
obat setelah beberapa saat dimulainya ARV. Efek samping dapat diatasi dan masalahnya
dapat dipecahkan dalam waktu singkat dengan bantuan terapi simptomatik. Sedangkan
toksisitas lebih berat dan berpotensial mengancam jiwa dan dapat terjadi setiap saat
(Fauzi, 2014). Adapun efek samping/toksisitas dari penggunaan obat anti retroviral, yaitu
(tabel terlampir):
1. Golongan NRTI biasanya memiliki efek samping asidosis laktat dan
lipodistrofi. Gejala dari asidosis laktat yaitu kelelahan, mual, muntah,
nyeri perut, diare, dan peningkatan serum hati akibat steatosis hepatik.
Lipodistrofi meliputi lipoatrofi (hilangnya lemak subkutan pada wajah)
dan lipohipertrofi (akumulasi lemak pada daerah perut). Golongan NRTI
yang banyak digunakan adalah zidovudine, lamivudine, emtricitabine,
dan tenofovir. Efek samping dari zidovudine yaitu penekanan sumsum
tulang belakang, mual, muntah, lelah, dan sakit kepala. Lamivudine dan
emtricitabine masih memiliki efek samping yang rendah. Tenofovir
memiliki efek samping yang berhubungan dengan disfungsi ginjal.
2. Golongan NNRTI (nevirapine dan efavirenz) memiliki efek samping ruam
dan gangguan pada lipid. Nevirapine dapat menimbulkan efek samping
hepatotoksisitas, sedangkan efavirenz memiliki efek samping pada sistem
syaraf pusat (SSP) seperti gangguan tidur dan kognitif. Efavirenz juga
menyebabkan hiperlipidemia dan toksisitas hati, dan tidak
direkomendasikan untuk ibu hamil. Efek samping yang sering terjadi
pada penggunaan ARV golongan PI yaitu intoleransi gastrointestinal,
lipohipertrofi, intoleransi glukosa atau diabetes mellitus, dan gangguan
pada lipid (Reust, 2011).

Kejadian efek samping dari ARV dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Short-term side effects (efek samping jangka pendek), seperti anemia;


diare; pusing; lelah; sakit kepala; mual dan muntah; nyeri dan masalah
saraf; ruam.
2. Long-term side effects (efek samping jangka panjang):
a. Lipodistrofi: masalah pada tubuh dalam memproduksi,
menggunakan, dan menyimpan lemak (redistribusi lemak).
Perubahan ini dapat mencakup kehilangan lemak di wajah,
penambahan lemak di bagian perut dan belakang leher. Sering kali
hal tersebut terkait dengan penggunaan d4T dan dapat pula
disebabkan oleh penggunaan PI baik sendiri atau dalam kombinasi
dengan NRTI. Penimbunan lemak dapat terjadi di dalam rongga
abdomen, punggung atas, leher, dada dan jaringan subkutan dan
biasanya terkait dengan peggunaan paduan berbasis PI, meskipun
dapat pula pada paduan non-PI.
b. Resistensi insulin: suatu kondisi dimana terjadi kelainan pada
kadar gula darah, seperti diabetes. Tes laboratorium untuk melihat
kadar gula darah menjadi indikator yang baik untuk mengetahui
resistensi insulin. Beberapa PI (IDV, RTV, LPV/ r) dan d4T dapat
menyebabkan resistensi insulin dan kelainan metabolisme glukosa
dengan mengakibatkan munculnya diabetes.
c. Kelainan lipid: peningkatan kolesterol atau trigliserida. Sama
seperti resistensi insulin, tes laboratorium (kolesterol dan
trigliserida) menjadi indikator yang baik untuk mengetahui
kelainan lipid . Dislipidemi dapat disebabkan oleh ke tiga kelas
ARV: PI, NRTI dan NNRTI. Peningkatan kadar kolesterol dan
trigliserid disebabkan oleh d4T lebih tinggi dibanding yang
disebabkan oleh TDF. Abacavir (ABC) lebih cenderung
meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida (TG) dibanding
AZT. Golongan NNRTI menyebabkan kenaikan kolesterol total dan
sedikit TG.
d. Penurunan kepadatan tulang: dapat menjadi masalah yang
signifikan, terutama pada pasien HIV dewasa. Hal ini dapat
menyebabkan meningkatkan resiko cedera dan patah tulang.
e. Asidosis laktat: penumpukan laktat dan produk limbah sel dalam
tubuh. Hal ini dapat menyebabkan masalah mulai dari nyeri otot
hingga gagal hati. Stavudine (d4T), didanosine (ddI) (dan kadang
kadang NRTI lain seperti AZT, 3TC dan ABC) dapat menyebabkan
asidosis laktat yang mengancam jiwa karena adanya
toksisitasmitokondrial dari obat- obat tersebut.
f. Neuropati perifer: terjadi setelah beberapa minggu atau bulan
dengan gejala seperti: hilang rasa atau kebas, diikuti dengan rasa
kesemutan dan rasa terbakar dan kemudian nyeri, yang biasa
dimulai dari ekstremitas bawah. Neuropati perifer sering disebakan
oleh penggunaan d4T.
Efek samping penggunaan ART yang umum terjadi pada pasien
dengan HIV/AIDS adalah gangguan gastrointestinal dan paling sering
dikeluhkan dan dilaporkan terkait dengan penggunaan HAART (Chang B.,
Elizabeth, S., 2011).

2.3 Akupunktur
Akupunktur berasal dari kata acus yang berarti jarum dan punktura yang berarti
penusukan. Akupunktur merupakan suatu metode terapi dengan penusukan pada titik-titik
di permukaan tubuh untuk mengobati penyakit maupun kondisi kesehatan lainnya.
Akupunktur merupakan stimulasi terhadap titik anatomis tertentu pada tubuh dengan
berbagai macam teknik melalui penyisipan jarum besi yang tipis menembus kulit
menggunakan tangan atau dengan stimulasi listrik (Hou, Wei dan Fei Yang Zhang, 2010
dalam Wijaya, S., 2013).
Penerapan akupunktur sebagai pengobatan alternatif dan komplementer
berdasarkan konsep yang menyatakan bahwa penyakit berasal dari gangguan aliran qi
akibat ketidakseimbangan kekuatan energi yin dan yang. Qi merupakan kombinasi
kekuatan energy yin dan yang yang berada di dalam tubuh. Energi yin mewakili aspek
dingin, lambat atau pasif manusia, sedangkan energi yang mewakili aspek panas,
semangat atau aktif. Menurut, ilmu pengobatan tradisional Cina, kesehatan dicapai bila
keseimbangan kedua energi itu terjaga. Qi mengalir di seluruh tubuh sepanjang jalur
khusus yang disebut Meridian. Meridian berada pada posisi yang sama di masing-masing
bagian tubuh. Ada empat belas Meridian yang berjalan secara vertikal menaiki dan
menuruni permukaan tubuh. Selain itu, ada dua belas Meridian organ pada masing-
masing sisi tubuh. Ada juga dua Meridian yang tidak berpasangan pada garis pertengahan
tubuh. Hubungan antar Meridian menjamin kelancaran aliran qi dan keseimbangan
energy yin dan yang. Blokade aliran chi akan menganggu energi utama atau kekuatan
hidup yang mengatur kesehatan fisik, emosional, mental, dan spiritual dan mempengaruhi
kedua kekuatan yang saling bertolak belakang itu. Akupunktur bertujuan untuk
menyembuhkan penyakit dengan menghilangkan blokade terhadap aliran chi serta
mengembalikan keseimbangan energi yin dan yang (Sidik, PH, 2010).
Akupunktur berawal dari penemuan bahwa stimulasi area tertentu (titik
akupunktur) pada kulit mempengaruhi fungsi organ tertentu. Titik akupunktur merupakan
lokasi spesifik di mana Meridian berada dekat di permukaan kulit dan mudah dijangkau
dengan memasukkan jarum ke titik tersebut untuk menjaga keseimbangan aliran qi pada
masing-masing sisi tubuh. Hal ini berkembang menjadi sistem penyembuhan karena
hubungan antara titik tertentu di kulit dan organ lebih dipahami. Akupunktur juga
berkembang menjadi cara yang cukup efektif untuk menghilangkan nyeri. Keberhasilan ini
disebabkan oleh kekuatan akupunktur untuk membangkitkan respons penyembuhan diri
yang merupakan efek pengobatan yang terkuat untuk menyembuhkan penyakit atau
mempertahankan kesehatan (Wijaya, S., 2013).
Akupunktur telah terbukti menjadi efektif dalam mengelola efek samping GI dari
chemotherapy kanker. Beberapa penelitian deskriptif bedah anaesthesi telah menunjukkan
bahwa Odha menggunakan akupunktur dan mendapatkan manfaat dari itu untuk
mengatasi berbagai symptoms GI. Sebuah studi intervensi pre-post kecil menunjukkan
bahwa akupunktur meningkatkan frekuensi buang air dan konsistensi antara Odha yang
menderita diare kronis (Chang B., Elizabeth, S., 2011).

2.4 Relaksasi
Relaksasi adalah berbagai teknik untuk memunculkan para 'relaksasi respon' dari
sistem sarafotonom. Adapun teknik yang dapat digunakan untuk memunculkan RR yaitu
sebagai berikut (Chang B., Elizabeth, S., 2011)..
1. Pernapasan kesadaran : Teknik pernapasan kesadaran atau teknik nafas
dalam dilakukan dengan mengatur nafas dalam, nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal), dan menghembuskan nafas. Tujuannya untuk
mengurangi intensitas nyeri, meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan
oksigen ke darah (Smeltzer dan Bare, 2002 dalam Arfa, M., 2014)

2. Pengulangan mental kata, suara, frase atau doa : Teknik relaksasi ini
melibatkan keyakinan yang dianut dan akan mempercepat terjadinya
keadaan relaks. Penggunaan frase yang bermakna dapat digunakan sebagai
focus keyakinan sehingga dipilih kata yang memiliki kedalaman keyakinan.
Focus dari relaksasi ini yaitu pada frase tertentu yang diucapkan
berulangkali dengan ritme yang teratur disertai sikap pasrah kepada objek
transedensi yaitu Tuhan (Purwanto,S., 2006)

3. Autogenik – Self Hypnosis : Self hypnosis adalah suatu metode untuk


“memasuki” pikiran bawah sadar, sehingga kita dapat melakukan
“pemrograman ulang”, sehingga yang tersisa hanya hal-hal yang benar-
benar memberdayakan diri kita. Prinsip dari self hypnosis adalah
mengistirahatkan pikiran sadar kemudian memberikan sugesti berupa
gambar dan afirmasi ke dalam pikiran bawah sadar. Setelah itu pikiran
bawah sadar akan melakukan proses pengolahan informasi dimana
program pikiran yang telah tertanam akan dijalankan oleh pikiran bawah
sadar (www.konseling-hipnoterapi.com).

4. Otot progresif relaksasi : Relaksasi otot bertujuan untuk mengurangi


keteangan dan kecemasan dengan cara melemaskan otot-otot badan
(Purwanto,S., 2006)

5. Memindai tubuh (Guided Body Scan) : Relaksasi ini dilakukan dengan tidak
melakukan upya apapun untuk menghadirkan atau mengusir sensasi fisik,
emosi dan pikiran yang muncul. Prinsipnya yaitu mempersiapkan diri kita
untuk mengenali tubuh kita sendiri, bagaimana emosi kita muncul dan
kemudian hilang juga mengatur bagaiman sisi rasional bisa diterapkan
(Purwanto,S., 2006)

6. Guided Imagery : Pada teknik ini pasien dianjurkan untuk


mengimajinasikan pemandangan standar seperti padang rumput,
pegunungan, pantai, dan lain-lain, kemuadian imajinasi pasien dikaji untuk
mengetahui sumber konflik (Arfa, M., 2014)

BAB III

RINGKASAN JURNAL

Jurnal berjudul “Acupuncture and the relaxation response for treating


gastrointestinal symptoms in HIV patients on highly active antiretroviral therapy” ditulis
oleh Bei-Hung Chang dan Elizabeth Sommers.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penngaruh akupunktur dan respon
relaksasi (RR) dalam pengobatan gejala Gastrointestinal pada pasien HIV yang timbul
karena penggunaan terapi ARV.

Metode penelitian yang digunakan yaitu 4-lengan (2x2) double blid acak terkontrol
dengan dua intervensi studi yaitu akupunktur dan RR, dan menggunakan akupunktur
sham dan pendidikan kesehatan sebagai kontrol untuk setiap intervensi. Pasien secara
acak ditugaskan ke salah satu dari empat kelompok studi yaitu akupunktur dan RR (AR),
pendidikan kesehatan dan akupunktur (AE), Sham akupunktur dan RR (SR) dan sham
akupunktur dan pendidikan kesehatan (SE). Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan
dengan mendengarkan CD dan begtu juga dengan RR .

Populasi yang digunakan dalam penelitian yaitu pasien yang didiagnosis sebagai
HIV positif yang memiliki setidaknya satu dari enam gejala GI: diare, mencret, gas /
kembung, nyeri perut, mual dan muntah selama minimal 8 minggu, dan telah mendapat
rejimen anti stabil virus (nucleoside / nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NRTI /
NtRTI), non-nukleosida (NNRTI) atau protease inhibitor (PI)) selama minimal 8 minggu.
Pasien tidak memenuhi syarat jika mereka dilaporkan memiliki (Kriteria eksklusi) yaitu
terdapat infeksi oppor- tunistic saat ini atau komplikasi medis yang mungkin memerlukan
rawat inap dan intervensi farmasi tambahan, kondisi GI tidak berhubungan dengan
diagnosis HIV mereka dan efek samping ART , hemofilia atau lainnya gangguan
perdarahan, hamil. Pasien pertama kali diskrining secara singkat melalui wawancara
telepon diikuti dengan screening penuh dalam-orang (lihat gambar 1 untuk flowchart
perekrutan dan statistik). Semua pasien yang terdaftar menandatangani formulir
informed consent.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai jumlah sesi intervensi dari kombinasi
akupunktur dan perawatan RR meningkat, semakin besar penurunan gejala mencret dan
mual. Intervensi akupunktur dan RR yang lebih efektif bila digunakan dalam kombinasi
daripada ketika digunakan sendiri. Hasil ini menunjukkan efek sinergis kemungkinan
menggabungkan akupunktur dan RR untuk mengobati dua efek samping yang umum dari
ART - mencret dan mual. Data menunjukkan bahwa keempat kelompok penelitian
memiliki efek yang penting didalam mengurangi gejala diare dan tidak ada perbedaan
kelompok diamati. Jadi dapat disimpulkan bahwa akupunktur dan RR memiliki efek
sinergis dalam mengobati gejala GI pada pasien HIV yang memakai ART.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 PICOT
4.2.1 Populasi
Populasi : ODHA yang menggunakan HAART dan mengalami efek samping
gejal gastrointestinal
Sampel : Sampel penelitian terdiri dari 115 subyek (31 di AR, 27 di AE, 27
di SR dan 30 di SE) mulai dari 25 hingga 68 tahun usia dengan usia rata-
rata 46,6 tahun; 70% dari mereka adalah laki-laki, 31% putih, 46% Afrika
Amerika, 17% Hispanik dan 6% ras lain.
4.2.2 Intervention
Pada penelitian ini menggunakan metode 4-lengan (2x2) double blid acak
terkontrol dengan dua intervensi studi yaitu akupunktur dan RR, dan
menggunakan akupunktur sham dan pendidikan kesehatan sebagai kontrol
untuk setiap intervensi. Dengan mebuat empat kelompok yaitu akupunktur
dan RR (AR), pendidikan kesehatan dan akupunktur (AE), Sham
akupunktur dan RR (SR) dan sham akupunktur dan pendidikan kesehatan
(SE).
4.2.3 Comparation
Pembanding pada jurnal ini adalah kelompok kontrol yang diberikan terapi
akupuktur sham dan epndidikan kesehatan
4.2.4 Outcome
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai jumlah sesi intervensi dari
kombinasi akupunktur dan perawatan RR meningkat, semakin besar
penurunan gejala mencret dan mual. Intervensi akupunktur dan RR yang
lebih efektif bila digunakan dalam kombinasi daripada ketika digunakan
sendiri. Hasil ini menunjukkan efek sinergis kemungkinan menggabungkan
akupunktur dan RR untuk mengobati dua efek samping yang umum dari
ART - mencret dan mual. Data menunjukkan kelompok AR memiliki efek
intervensi yang lebih besar untuk gejala mencret dari tiga kelompok lainnya
(β = -0,149, -0,151 dan -0,144, p value = 0,013, 0,013 dan 0,018
membandingkan AR ke AE, SR dan SE, masing-masing). Kelompok AR juga
memiliki efek intervensi yang signifikan pada pengurangan gejala mual
ketika intervensi itu diberikan dua kali per minggu (β = -0,218, p = 0,001).
Hasil ini didukung oleh penelitian yang berjudul “The Potensial Of
Complementary And Alternative Medicines In The Management Of HIV
Infection And Related Complications” disebutkan bahwa terapi CAM yang
termasuk didalamnya adalah akupunktur dan relaksasi terbuktu memiliki
efek yang mnguntungkan pada pasien HIV/AIDS dan sebagian besar
bertindak dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan
jumlah sel CD4 sehingga dapat mengatasi efek samping yang ditimbulkan
obat ARV.
4.2.5 Time
Penelitian ini dilakuakan antara April 2007 dan Juli 2009

4.2 Aplikasi Jurnal Pada ODHA


Pada ODHA dengan gangguan gastrointestinal karena efek penggunaan HAART
diberikan terapi akupunktur pada titik-titik PC6 (Neiguan), CV12 (Zhongwan), ST37
(Shangjuxu) dan titik Auricularis Limpa. Tiga dari titik-titik ini bilateral (PC6, ST37,
Auricularis Limpa) dan CV12 adalah unilateral terletak di garis tengah depan dada.
Empat poin tersebut secara kolektif dapat mengatasi seluruh gejala GI. Jarum dimasukkan
ke kedalaman yang dibutuhkan untuk memperoleh de qi dengan stimulasi ringan dan
dipertahankan selama 30 menit dengan peserta beristirahat dengan nyaman di atas meja
pengobatan. Jenis akupunktur yang dapat digunakan akupunktur dengan jarum dan
pengobatan dengan mesin yang dirancang untuk merangsang titik-titik akupunktur melalui
elektroda kulit.
Terapi RR dapat dilakukan dengan mendengarkan CD melalui earphone. CD berisi
intruksi mengenai relaksasi. Selain itu RR dapat dilakukan dengan teknik relaksasi yang
memungkinkan dilakukan seperti Nafas dalam, pengulangan frase (doa), self hypnosis,
guided body scan, gueded imagery, dan relaksasi otot progresif.

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan
Terapi kombinasi ARV dapat menekan replikasi HIV sampai di bawah
tingkat yang tidak dapat dideteksi. Penekanan virus ini efektif dapat mencegah
timbulnya virus yang resisten terhadap obat dan dapat memperlambat
progresivitas penyakit. Namun pengobatan ARV memiliki efek samping atau
toksisitas setelah beberapa saat dimulainya ARV. Biasanya efek samping yang
timbul dapat diatasi dengan terapi simptomatik , sedangkan efek toksisitas lebih
berat dan berpotensi mengancam jiwa dan dapat terjadi setiap saat. Efek samping
yang umum terjadi pada pasien dengan HIV & AIDS yaitu pada ganguan
Gastrointestinal (GI). Gangguang GI ini paling sering dikeluhan yang dilaporkan
berkaitan penggunaan HAART. Salah satu penanganan yang dapat dilakukan
untuk mengobati efek samping GI yaitu dengan terapi non farmakologis. Terapi
non farmakologis yang dapat diberikan yaitu akupunktur dan relaksasi. Hasil
penelitian yang berjudul “Acupuncture and the relaxation response for treating
gastrointestinal symptoms in HIV patients on highly active antiretroviral therapy”
menunjukkan bahwa sebagai jumlah sesi intervensi dari kombinasi akupunktur
dan perawatan RR meningkat, semakin besar penurunan gejala mencret dan mual.
Intervensi akupunktur dan RR yang lebih efektif bila digunakan dalam kombinasi
daripada ketika digunakan sendiri. Hasil ini menunjukkan efek sinergis
kemungkinan menggabungkan akupunktur dan RR untuk mengobati dua efek
samping yang umum dari ART - mencret dan mual.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Penelitian diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai terapi
akupunktur terhadapa ODHA, disebabkan akupunktur atau jarum yang
digunakan apabila terkontaminasi dengan darah ODHA dapat menularkan
HIV
5.2.2 Bagi mahasiswa diharapkan lebih menambah wawasan terutama mengenai
terapi alternative atau komplementer terkait penyakit HIV/AIDS
5.2.3 Bagi pemerintah dharapkan dapat mensosialisakian maupun membuat
kegiatan yangdapat meningkatkan pengetahuan perawat mengenai terapi-
terapi terkait HIV/AIDS

DAFTAR PUSTAKA

Arfa, M., (2014). Konsep Teknik Relaksasi. Retrived from: eprints.ung.ac.id/1927/6/2012-


2-14201-841408019-bab2-26012013065839.pdf.

Chang B., Elizabeth, S. (2011). Acupuncture and the relaxation response for treating
gastrointestinal symptoms in HIV patients on highly active antiretroviral
therapy. Acupunct Med 2011;29:180–187. doi:10.1136/acupmed-2011-
010026. Retrived from: http://aim.bmj.com/ on June 5, 2017 - Published by
group.bmj.com

Fauzi, A. (2014). Efek Samping dan Toksisitas Obat ARV. Retrived from :
https://www.scribd.com/presentation/337680562/ToT-Efek-Samping-Dan-
Toksisitas-ARV. Diakses pada 17 Mei 2017.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis
Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa. Retrived from :
https://www.slideshare.net/mobile/koalisiaids/pedoman-art-2011. Diakses
pada tanggal 5 Juni 2017

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. (2007). Rencana Aksi Nasional Penanggulangan


HIV & AIDS di Indonesia 2007-2010. Jakarta : Kementrian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat

Nunez MJ, et al. (2015). Impact of Antiretrovial treatment-related toxicities on hospital


admissions in HIV-infected patients. IDS Res Hum Retroviruses 2006; 22:825-
829.

Purwanto, S., (2006). Relaksasi Dzikir. SUHUF, Vol. XVIII, No. 01: 34-48

Sidik, PH. (2010). Akupunktur Medik Dasar dalam Makalah One Day National Symposium
of Medical Acupuncture. Surakarta. Kasrat de Geneeskunde Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.; 3-5.

Teguh, I., dkk. (2016). Sudi Kualitatif Faktor Pendorong Keputusan Klien Dalam
Pemanfaatan Klinik VCT (Voluntary Counseling Testing) Di RSUD Bendan
Kota Pekalongan. Jurnal Pena Medika, Vol. 6, No. 1, Juni 2016: 58-71

Widayatun & Purwaningsih, S.,S. (2008). Perkembangan HIV Dan AIDS di Indonesia :
Tinjauan Sosio Demografis. Jurnal Kependudukan Indonesia, Volume III, No.
2.

Widiyanti, dkk. (2015). Dampak Perpaduan Obat ARV pada Pasien HIV/AIDS ditinjau
dari Kenaikan Jumlah Limfosit CD4+ di RSUD Dok II Kota Jayapura.
PLASMA. Vol. 1, No. 2 : 53-58.

Yasin, N. M., dkk., (2011). Analisis Respon Terapi Antiretrovial Pada Pasien HIV/AIDS.
Majalah Farmasi Indonesia, 22(3),212-222
Diposting 16th September 2017 oleh Anik cahyani

Tambahkan komentar

9.

Sep

15

PATHWAY ANEMIA
Diposting 15th September 2017 oleh Anik cahyani

Tambahkan komentar

10.
May

ANALISIS SWOT TREND ISSU


KEPERAWATAN JIWA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses yang alami dan menimbulkan
rasa sakit. Namun banyak wanita yang merasakan sakit tersebut lebih parah dari seharusnya
karena banyak dipengaruhi oleh rasa panik dan stress (Shodiqoh, 2014). Selama kehamilan,
ibu mengalami perubahan fisik dan psikis yang terjadi akibat ketidak seimbangan hormon
progesteron dan estrogen yaitu hormon kewanitaan yang ada di dalam tubuh ibu sejak
terjadinya proses kehamilan, untuk itu seorang ibu hamil harus mempersiapkan fisik dan
psikologisnya selama proses kehamilan dan persalinan agar berjalan sesuai dengan harapan
(Shodiqoh, 2014). Salah satu yang dialami adalah depresi. Depresi adalah suatu keadaan
terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri
(Kaplan 2010).

Tingkat gangguan mood pada wanita yang kira--kira setara pada wanita hamil dan
nonchildbearing. Prevalensi depresi besar pada wanita hamil adalah di kisaran 3,1% -4,9%,
dan episode depresi mayor atau minor adalah di kisaran 8,5% -11% (depresi ringan sering
merujuk subthreshold depresi atau gangguan depresi tidak disebutkan secara spesifik).
Beberapa penelitian telah meneliti kejadian depresi selama kehamilan, tapi review ATIC
sistem-menemukan kejadian dari 14,5% selama kehamilan untuk depresi mayor atau minor
dan 7,5% untuk depresi besar . Di antara wanita dengan gangguan bipolar atau depresi
unipolar, depresi berat adalah bentuk paling umum dari morbiditas selama kehamilan atau
masa nifas, yang menggarisbawahi pentingnya mengetahui bukti untuk mengobati depresi
selama kehamilan (Cantarutti, A., 2016). Depresi yang tidak diobati dapat mengeakibatkan
resiko pada kehamil.

Salah satu terapi pada depresi yaitu denegan menggunakan obat antidepresan. Obat
antidepresan diperlukan untuk obat efektif bagi ibu yang hamil dan mengalami depresi.
Namun pada penelitian yang berjudul “Is The Risk of Preterm Birth and Low Birth Weight
Afeccted by The Use of Antidepressant Agents During Pregnancy ? A Population – Based
Investigation” disebutkan wanita yang menggunakan antidepresan selama kehamilan
memiliki 20% peningkatan prevalensi dari kelahiran prematur dan berat lahir rendah
dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah menggunakan antidepresan selama
seluruh periode observasi (yaitu, dari 9 bulan sebelum kehamilan sampai melahirkan)
(Cantarutti, A., 2016).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagiamana pembahasan teori mengenai obat antideprean terhadap ibu


hamil ?
1.2.2 Bagaimana hasil jurnal mengenai efek obat antidepresan terhadap ibu hamil
?
1.2.3 Bagaimana hasil dan analisis SWOT dari jurnal mengenai obat
antidepresan terhadap ibu hamil ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui pembahasan teori mengenai obat antideprean terhadap


ibu hamil
1.3.2 Untuk mengetahui hasil jurnal mengenai efek obat antidepresan terhadap
ibu hamil
1.3.3 Untuk mengetahui hasil dan analisis SWOT dari jurnal mengenai obat
antidepresan terhadap ibu hamil

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi mahasiswa, dapat menambah wawasan penggunaan obat antidepresan


terhadap ibu hamil dan janin.
1.4.2 Bagi tenaga kesehatan, dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemberian
pengobatan terhadap ibu hamil yang mengalami depresi, dan memilih obat
yang tepat untuk mengatasi depresi ibu hamil
1.4.3 Bagi keluarga dan masyarakat dapat lebih peduli dan mengerti dengan
wanita hamil, sehingga dapat membantu dalam mengatasi masalah yang
dialami.

BAB II

RINGKASAN JURNAL

Jurnal berjudul “ Is The Risk of Preterm Birth and Low Birth Weight Afeccted by
The Use of Antidepressant Agents During Pregnancy ? A Population – Based Investigation
” oleh Anna Cantaruttil, Luca Merlino, Emiliano Monzani, dan Giovani Carraol. Latar
belakang penelitian ini, ibu yang sedang hamil sangat rentan mengalami depresi. Depresi
yang terus menerus dan tidak diobati selama kehamilan akan menyebabkan meningkatnya
morbiditas dan mortalitas pada ibu dan anak. Penelitian menyebutkan hubungan antara
penggunaan antidepresan pada kehamilan dan resiko yang merugikan perinatal dan
kelahiran bayi. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penggunaan obat antidepressant selama kehamilan dengan mengacu pada risiko
kelahiran prematur (PTB) dan berat lahir rendah (BBLR).Penelitian ini berbasis populasi.
Populasi penelitian ini yaitu penduduk Lombardy, Italia yang memanfaatkan layanan
kesehatan. Penelitian ini melibatkan 384.673 kelahiran dari tahun 2005 sampai 2010. Ibu
yang menggunakan antidepresan sebelum dan selama kehamilan diselidiki. Analisis
penelitian ini menguunakan model regresi log-binomial dyaitu untuk memperkirakan
hubungan antara penggunaan antidepresan selama kehamilan, dibandingkan dengan non-
penggunaan atau menggunakan hanya sebelum kehamilan, dan rasio prevalensi PTB dan
BBLR. Hasil penelitian ini didaptkan bahwa wanita yang menggunakan antidepresan
memiliki usia yan lebih tua, tingkat pendidikan rendah, lebih sering berada di Italia, belum
menikah, bekerja dan menderita penyakit medis. Ibu yang menggunakan antidepresan
selama kehamilan memiliki prevalensi yang signifikan lebih tinggi dari resan sehubungan
dengan kelahiran bayi premature dan berat lahir rendah. Wanita yang menggunakan
antidepresan selama kehamilan memiliki 20% peningkatan prevalensi dari kelahiran
prematur dan berat lahir rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah
menggunakan antidepresan selama seluruh periode observasi (yaitu, dari 9 bulan sebelum
kehamilan sampai melahirkan). Hasil tersebut dikonfirmasi dengan mempertimbangkan
secara terpisah efek SSRI dan antidepresan lainnya bersama-sama.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pencarian Jurnal Metode PICOT


3.1.1 Format PICOT
Population Interventi Comparison Outcome Time (T)
(P) on (I) (C) s (O)
Wanti hamil Mengguna Tidak Dampak 2013 - 2017
yang kan obat menggunaka obat
mengalami antidepres n obat antidepre
depresi an antidepresan san
terhadap
kehamila
n.
3.1.2 Pertanyaan Klinis
Wanita hamil yang megalami depresi (P), bagaimana perbedaan efek
menggunakan obat antidepresan (I), dibandingkan dengan tidak
menggunakan obat antidepresan (C), terhadap kehamilan? (O)

3.1.3 Logic Grid


A B C D
Antidepresant, Non Woman Pregnancy Woman
Antideoresan Antidepresant Depression
Agent (SSRI)

3.1.4 Hasil pencarian artikel/jurnal


No. Riwayat Pencarian Hasil
1. Antidepresant AND Non Antidepresant
AND Woman Depression AND 3.559
Pregnancy
2. Setting jenis sumber : Jurnal akademik 1.520
3. Setting Subjek : Pregnancy 484
4. Setting Tahun : 2013-1017 90

5. Setting jenis dokumne : Artikel 87

6. Antidepresant (SSRI) AND Non


Antidepresant AND Woman 59
Depression AND Pregnancy
7. Antisepresan Agent (SSRI) AND Non
Antidepresant AND Woman 12
Depression AND Pregnancy
Setting Judul publikasi : Plos One

3.2 Pembahasan Teori


3.2.1 Depresi pada Ibu Hamil
Depresi adalah suatu keadaan terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri.
Depresi juga dapat memperparah penyakit, distres, dan meningkatkan
disabilitas. Depresi yang dikombinasikan dengan penyakit kronik akan
memperburuk kondisi kesehatan dan meningkatkan risiko kematian(Kaplan,
2010).
Mereka termasuk memiliki riwayat depresi, kurang dukungan sosial,
memiliki kehamilan yang tidak diinginkan, menjadi status sosial ekonomi
rendah, sedang terkena kekerasan dalam rumah tangga, menjadi lajang,
memiliki kecemasan, dan memiliki peristiwa kehidupan yang penuh stress.
Selain itu, wanita dengan depresi selama kehamilan memiliki peningkatan
risiko depresi postpartum, yang dapat memiliki dampak yang signifikan pada
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi (Chaudron, L. H. , 2013 ).

Depresi yang terus menerus dan tidak diobati selama kehamilan akan
menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas pada ibu dan
anak. Penelitian menyebutkan hubungan antara penggunaan antidepresan
pada kehamilan dan resiko yang merugikan perinatal dan kelahiran bayi
(Cantarutti, A., 2016).

3.2.2 Obat Antidepresi


Pengobatan depresi dengan antidepresan selama kehamilan rumit oleh
kekhawatiran atas keselamatan janin karena semua obat-obatan psikotropika,
termasuk antidepresan, melewati plasenta. Penggunaan sant antidepresan
telah meningkat secara umum dalam beberapa tahun terakhir, dan
peningkatan tersebut telah dikaitkan terutama dengan antidepresan yang lebih
baru (SSRI dan serotonin-norepinefrin reuptake inhibitor [SNRIs])
(Chaudron, L. H. , 2013 ). Pada wanita hamil, mirip dengan populasi umum,
SSRI adalah yang paling sering diresepkan, diikuti oleh SNRIs, antidepresan
trisiklik, dan, jarang, monoamine oxidase inhibitor (Ramos, E., 2007). Ibu
yang digunakan antidepresan selama kehamilan memiliki prevalensi yang
signifikan lebih tinggi dari kelahiran prematur dan berat lahir rendah
sehubungan dengan mereka yang tidak pernah menggunakan antidepresan,
tetapi tidak untuk mereka yang menggunakan antidepresan sebelum
kehamilan (Cantarutti, A., 2016).
Meskipun mekanisme biologis tidak sepenuhnya diketahui, beberapa
teori menyebutkan antidepresan, terutama SSRI, melewati penghalang
plasenta meningkatkan sekresi plasenta dari corticotrophin-releasing
hormone yang mengakibatkan peningkatan aktivitas dalam sistem kortisol
kehamilan. Lebih jauh, fluoxetine mengurangi nafsu makan ibu dan berat
badan menyebabkan berat badan lahir rendah (Yonkers, K., 2012). Selain itu,
penggunaan SSRI mengubah tingkat 5-TH sehingga meningkatan risiko
pertumbuhan intrauterin retardasi dan kelahiran prematur dengan
mengganggu aliran darah plasenta (Cantarutti, A., 2016). Selain itu wanita
yang menggunakan antidepresan memiliki kadar estriol air liur lebih tinggi
dibandingkan dengan non-pengguna dan peningkatan kadar estriol telah
dikaitkan dengan kelahiran prematur (Suri R, 2008).
3.3 Hasil Jurnal
Jurnal utama yang berjudul “ Is The Risk of Preterm Birth and Low Birth Weight
Afeccted by The Use of Antidepressant Agents During Pregnancy ? A Population – Based
Investigation ” yang ditulis oleh Anna Cantaruttil, Luca Merlino, Emiliano Monzani, dan
Giovani Carraol, menyebutkan wanita yang menggunakan antidepresan selama kehamilan
memiliki 20% peningkatan prevalensi dari kelahiran prematur dan berat lahir rendah
dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah menggunakan antidepresan selama
seluruh periode observasi (yaitu, dari 9 bulan sebelum kehamilan sampai melahirkan).
Namun hal itu juga dipengaruhi oleh berbagai faktor sepreti usia, tingkat pendidikan,
pekerjaan, dan lingkungan sosial.
Hasil jurnal tersebut juga didukung oleh penelitian lain yaitu sebagai berikut.
1. Jurnal yang berjudul “Perinatal Outcomes of Pregnancies Complicated by
Maternal Depression with or without Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
Therapy“ yang ditulis oleh Holly J. Engelstad, Robert D. Roghair , Chadi A.
Calarge , Tarah T. Colaizy, Scott Stuart, dan Sarah E. Haskell. Disebutkan dari
3.695 wanita melahirkan antara tahun 2009 dan 2011. Sebanya 238 memiliki
kode ICD – 9 untuk depresi. 16 mengalami depresi dalam catatan dan tidak
memiliki kode ICD – 9. Dari gabungan yang memiliki kode ICD-9 dan tidak,
didapatkan 126 menggunakan SSRI. Wanita dengan depresi akan
meningkatkan penggunaan alkohol dan tembakau, BMI dan tingkat kelahiran
dini (p<0,01). Pengunaan SSRI pada wanita dengan depresi tidak terkait dengan
perbedaan yang dignifikan dalam pengukuran parameter maternal dan neonatal.
Meski dengan penggunaan SSRI, wanita dengan depresi mengalami
peningkatan risiko selama kehamilan.
2. Jurnal yang berjudul “Antidepressant Use in Pregnancy: An Evaluation of
Adverse Outcomes Excluding Malformations” yang ditulis oleh Lauren
Lorenzo, MD. dan Adrienne Einarson, M. Disebutkan tidak ditemukannya
peningkatana resiko kehamilan yang terkait dengan BBLR, Preterm atau hasil
yang merugikan perkembangan saraf jangka panjang. Namun penggunaan
antidepressant dapat meningkatkan risiko yang signifikan untuk terjadinya
aborsi spontan, kelahiran premature, BBLR, selain itu dapat meningkatkan
risiko yang mungkin untuk Persistent Pulmonary Hypertension dari baru lahir
(PPHN).
3. Jurnal yang berjudul “A Challenging Issue: Should Medications be Prescribed
to Pregnant and Depressed Women?” yang ditulis oleh Nazan Aydın, Elif
Oral, dan Mustafa Güleç. Disebutkan bahwa penggunaan antidepressant selama
kehamilan diterima dan relative aman sebelum tahun 2005 ketika FDA.
Penggunaan antidepressant selama kehamilan dilaporkan terdapat peningkatan
aborsi, peningkatan potensi kelainan perkembangan saraf jangka panjang.
Namun depresi yang tidak diobati dapat berisiko selam kehamilan seperti
BBLR, kelahiran premature).

3.4 Analisi SWOT dan Hasil


Hasil analisis menggunakan SWOT berjudul “ Is The Risk of Preterm Birth and
Low Birth Weight Afeccted by The Use of Antidepressant Agents During Pregnancy ? A
Population – Based Investigation ” adalah sebagai berikut.

Analisis Strenght (Kekuatan)


No Strenght (Kekuatan) Skor Bobot Total
1. Obat anatidepresi diperlukan untuk 0,5 3 1,5
pengobatan efektif ibu yang mengalami
depresi.
2. Antidepresan digunakan untuk mengurangi 0,5 3 1,5
tingkat depresi ibu
Total Kekuatan 1 - 3,0
Analisis Weakness (Kelemahan)
1. Penggunaan antidepressant dapat 0,2 3 0,6
meningkatkan risiko yang signifikan untuk
terjadinya aborsi spontan, kelahiran
premature, BBLR
2. Antidepresan terutama SSRI melewati 0,5 4 2
penghalang plasenta sehingga meningkatkan
sekresi plasenta dari corticotrophin – releasing
hormone yang mengakibatkan peningkatan
aktivitas dalam sistem kortisol kehamilan.
Fluoxetine mengurangi nafsu makan ibu dan
berat badan menyebabkan berat badan lahir
rendah. Wanita yang menggunakan
antidepresan memiliki kadar estriol air liur
lebih tinggi dibandingkan dengan non-
pengguna dan peningkatan kadar estriol telah
dikaitkan dengan kelahiran prematur.
3. Wanita yang menggunakan antidepresan 0,3 3 0,9
selama preg- nancy memiliki 20% (95% CI:
10-40%) peningkatan prevalensi dari kedua
kelahiran prematur dan berat lahir rendah
dibandingkan dengan mereka yang tidak
pernah menggunakan antidepresan selama
seluruh periode tion observa- (yaitu, dari 9
bulan sebelum kehamilan sampai melahirkan).
Total Kelemahan 1 - 3,5
Selisih Kekuatan dan Kelemahan = 3,0 – 3,5 = - 0,5 (-)/ X

Analisis Opportunity (Peluang)


No Opportunity (Peluang) Skor Bobot Total
1. Tingginya ibu hamil yang menglami 0,3 3 0,9
depresi. Depresi mempengaruhi sekitar 13%
wanita usia reproduksi.
2. Obat antidepresan, dikembangkan sejak 0,3 3 0,9
tahun 1950-an untuk mengobati gejala
depresi, yang saat ini banyak tersedia
dengan beberapa pilihan pengobatan.
Trisiklik Antidepresan dan Selektif Seroto-
nin Reuptake Inhibitor (SSRI), adalah
antidepresan yang paling sering diresepkan.
Meskipun efektivitas yang sama mereka,
bagaimanapun, SSRI memiliki sebagian
diganti trisiklik Antidepresan karena
tolerabilitas yang lebih baik
3. Risiko selama kehamilan tidak hanyak 0,4 4 1,6
diakibatkan oleh penggunaan obat
antidepresan tetapi juga karena factor lain
seperti pola hidup ibu yang tidak sehat
Total Kekuatan 1 - 3,4
Analisis Treath (Ancaman)
1. Tingkat pengetahuan ibu mengenai 0,5 3 1,5
pengobatan menggunakan
antidepresan mungkin akan takut
menggunakan antidepresan tersebut.
2. Faktor sosial ekonomi akan mempengaruhi ibu 0,5 2 1
tidak mengatasi depresinya
Total Kelemahan 1 - 2,5
Selisih Kekuatan dan Kelemahan = 3,4 – 2,5 = 1,1 (+)/ Y

Kurva: (X,Y) = ( -, +)
Analisis
tersebut
menunjukkan
bahwa obat
antidepresankurang
efektif untuk ibu
hamil, dilihat dari
efek sampingnya
akan
mempengaruhijanin.
Namun obat
antidepresan
memiliki peluang
besar untuk
diberikan kepadaibu
hamil, sehingga
perlu dikaji lebih
dalam mengenai
efek obat
antidepresanpada
ibu hamil dan dapat
melakukan
pemilihan obat yang
tepat untuk ibu
hamil.Oleh karena
itu diperlukan
penelitian lebih
alnjut mengenai
obat antidepresan
yangcocok untuk iu
hamil dan cara
untuk mengatasi
efek yang
ditimbulkan
obatantidepresan
tersebut.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Depresi adalah suatu keadaan terganggunya alam perasaan yang sangat rentan
dialami oleh ibu hamil. Depresi yang terus menerus dan tidak diobati selama kehamilan
akan menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas pada ibu dan anak. Penelitian
menyebutkan hubungan antara penggunaan antidepresan pada kehamilan dan resiko yang
merugikan perinatal dan kelahiran bayi. Pengobatan dengan antidepresan selama
kehamilan menurut penelitian berkaitan dengan cacat bawaan, hasil kelahiran negatif, dan
masalah perkembangan saraf, meningkatan risiko kelahiran prematur dan berat lahir
rendah. Namun depresi yang tidak diobati selama kehamilan berisiko untuk ibu dan janin
(misalnya, kelahiran prematur, gizi buruk, berat badan yang tidak memadai, perawatan
prenatal yang buruk, ketidakmampuan untuk merawat diri sendiri, penggunaan narkoba,
penghentian kehamilan, dan depresi postpartum). Jadi diperlukan pilihan yang paling aman
dengan memperhitungkan resiko dari pengobatan dengan antidepresan dan resiko dari
depresi.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi mahasiswa diharapkan lebih menambah pengetahuan mengenai
pengobatan depresi khusunya untuk ibu hamil
4.2.2 Bagi tenaga kesehatan diharapkan lebih memahami mengenai penyakit, dan
pengobatan yang akan diberikan sehingga tidak menimbulkan resiko yang
lebih buruk, dan dapat memilih intervensi yang lebih tepat.
4.2.3 Bagi keluarga, diharapkan lebih memberikan dukungan psikologi untuk ibu
hamil sehingga dapat mengurangi depresinyang dialami.

DAFTAR PUSTAKA

Aydin, N., Oral, E., & Gulec, M. (2011). A challenging issue : Should medications be
prescribed to pregnant and depressed women?. Jurnal of Mood Disorders, 1(3),
118-25.

Cantarutti, A., Merlino, L., Monzani, E., Giaquinto, C., & Corrao, G. (2016). Is the risk of
preterm birth and low birth weight affected by the use of antidepressant agents
during pregnancy? A population-based investigation. PLoS One, 11(12)
doi:http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0168115

Chaudron, L. H. (2013). Complex challenges in treating depression during pregnancy. The


American Journal of Psychiatry, 170(1), 12-20. Retrieved from
https://search.proquest.com/docview/1317509779?accountid=32506

Kaplan, H.J., Sadock, B,J., & Greb, J,A. (2010). Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Jakarta :
Binarupa Aksara.
Lorenzo, L., M.D., & Einarson, A., R.N. (2014). Antidepressant use in pregnancy: An
evaluation of adverse outcomes excluding malformations.The Israel Journal of
Psychiatry and Related Sciences, 51(2), 94-105. Retrieved from
https://search.proquest.com/docview/1777659216?accountid=32506

Ramos E, Oraichi D, Rey E, Blais L, Bérard A: Prevalence and predictors of antidepressant


use in a cohort of pregnant women. BJOG 2007; 114:1055–1064

Shodiqoh, E.R., & Syahrul. (2014). Axiety Level Difference Between The Face Of Labour
And Multigravida. Jurnal Berkala Epidemiologi, 2(1).

Suri R, Hellemann G, Cohen L, Aquino A, Altshuler L. Saliva estriol levels in women with
and without prenatal antidepressant for treatment. Biol Psychiatry. 2008;
64(6):533±537 doi: 10.1016/j.biopsych. 2008.04.015 PMID: 18495086

Yonkers K.A., Norwitz E. R., Smith M. V., Lockwood C. J., Gotman N., Luchansky E., et
al. Depression and serotonin reuptake inhibitor treatment as risk factors for
preterm birth. Epdemiology 2012; 23:677±685

Diposting 7th May 2017 oleh Anik cahyani

0
Tambahkan komentar

11.

Apr

11

Sistem Pencernaan Dan Endokrin

LEARNING TASK

SISTEM PENCERNAAN DAN ENDOKRIN

1. Sebutkan organ-organ yang menyusun sistem pencernaan (sertakan gambar)

a. Mulut merupakan organ yang pertama dari saluran pencernaan yang meluas
dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu perbatasan antara mulut dengan
faring, terdiri dari : vestibulum oris dan kavitas oris propria. Organ
kelengkapan mulut yaitu :
 Bibir, bagian eksternal ditutupi oleh kulit dan bagian interna
dilapisi oleh jaringan epitel yang mengandung mukosa. Bagian ini
kaya pembuluh darah dan banyak terdapat ujung-ujung saraf
sensorik.
 Gigi merupakan alat bantu yang berfungsi untuk mengunyah
makanan, pemecahan partikel besar menjadi partikel kecil yang
dapat ditelan tanpa menimbulkan tersedak. Proses ini merupakan
proses mekanik pertama yang dialami makanan pada waktu melalui
saluran pencernaan dengan tujuan menghancurkan makanan,
melicinkan, dan membashi makanan yang kering dengan saliva serta
mengaduk sampai rata.
 Lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan otot serat
lintang yang kasar dilengkapi dengan mukosa. Lidah berperan
dalam proses pencernaan di mulut dengan menggerakkan makanan
ke segala arah.
 Kelenjar ludah (saliva) merupakan kelenjar yang menyekresi
larutan mucus ke dalam mulut, membasahi, dan melumasi partikel
makanan sebelum ditelan. Kelenjar ini mengandung dua enzim
pencernaan, yaitu lipase lingua untuk mencerna lemak dan enzim
ptyalin untuk mencerna tepung.
b. Faring dibentuk oleh jaringan yang kuat (jaringan otot melingkar) organ
terpenting di dalamnya adalah tonsil yaitu kumpulan kelenjar limfe yang
banyak mengandung limfosit. Fungsinya untuk mempertahankan tubuh
terhadap infeksi, menyaring, dan mematikan bakteri/mikroorganisme yang
masuk melalui saluran pencernaan.
c. Esofagus merupakan saluran pencernaan penghubung antara mulut dengan
lambung, panjangnya kira-kira 25 cm. Sekresi esofagus bersifat mukoid
yang berfungsi untuk melumasi pergerakan makanan ketika berada di
dalamnya.
d. Lambung berfungsi sebagai penampung makanan yang masuk melalui
esofagus, menghancurkan dan menghaluskan makanan dengan pergerakan
peristaltik lambung dan enzim sekresi lambung.
e. Usus halus, memiliki panjang kira-kira 6 meter merupakan saluran
pencernaan yang paling panjang dari tempat proses pencernaan dan
absorpsi makanan. Banyak terdapat jonjot-jonjot tempat absorpsi dan
memperluas permukaannya. Usus halus terdiri dari 3 bagian yaitu :
duodenum, jejunum, dan ileum.
f. Usus besar (colon) merupakan saluran pencernaan yang berpenampang luas
atau berdiameter besar dengan panjang kira-kira 1,5-1,7 meter dan
penampang 5,5 cm. Bagian dari colon yaitu sekum, kolon asendens, kolon
transversum, kolon desendens, dan kolon sigmoid (Syaifuddin, 2011).
Selain organ di atas, terdapat organ-organ lain yang membantu proses
pencernaan yaitu hati dan pankreas.

a. Hati merupakan kelenjar aksesoris terbesar dalam tubuh, berwarna


coklat, dan beratnya 1000-1800 gram. Hati terletak di dalam rongga
perut sebelah kanan di bawah diafragma. Hati memiliki berbagai fungsi
yang berhubungan dengan pencernaan untuk sekresi garam empedu.
Fungsi hati meliputi :
Fungsi metabolik : Metabolisme karbohidrat, lemak, protein, dan
vitamin serta memproduksi energi. Seluruh monosakarida akan diubah
menjadi glukosa dan pengaturan glukosa dalam darah terjadi di hati.
Pembentukan asam lemak dan fosfolipid terjadi di hati. Metabolisme
protein menjadi asam amino dan pembentukan albumin terjadi di hati.
Fungsi ekskretori : Produksi empedu oleh sel hati (bilirubin,
kolesterol, dan garam empedu). Empedu merupakan zat esensial yang
diperlukan dalam penyerapan lemak, garam empedu berfungsi
membantu pencernaan lemak, mengemulsi lemak dengan kelenjar
lipase dari pankreas. Garam empedu meningkatkan kerja enzim-enzim
yang berasal dari pankreas, yaitu : enzim amilase, tripsin, dan lipase.
Empedu dihasilkan oleh hati dan disimpan dalam kantung empedu
sebelum disekresi ke dalam usus.
b. Pankreas terletak di belakang lambung, terbentang dari duodenum
sampai ke limpa, dan merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin.
Kelenjar eksokrin menghasilkan sekret yang mengandung enzim yang
dapat menghidrolisis lemak, protein, dan karbohidrat. Pankreas sebagai
kelenjar endokrin menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang
berperan penting pada metabolisme karbohidrat (Syaifuddin, 2011).

2. Jelaskan fungsi sistem pencernaan dalam tubuh manusia!

Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memberikan tubuh dengan nutrisi
untuk tumbuh, mempertahankan diri, dan untuk menghilangkan produk limbah
dari tubuh

Fungsi meliputi:

a. Ingesti merupakan proses mengambil atau memasukkan makanan ke dalam


sistem pencernaan dengan cara melalui mulut)
b. Mastikasi adalah proses mengunyah untuk menghancurkan makanan dan
mencampurnya dengan air liur
c. Deglutition adalah tindakan menelan untuk mengangkut makanan dari
mulut ke perut)
d. Digestion merupakan proses untuk memecah secara mekanis serta kimia
dari makanan
e. Absorpsi bagian dari molekul makanan dari usus ke dalam darah atau
kelenjar getah
f. Peristaltik kontraksi seperti gelombang yang memindahkan makanan
melalui saluran pencernaan
g. Defekasi adalah proses pembuangan zat-zat hasil pencernaan yang sudah
mengalami pengolahan pada sistem pencernaan yang menghasilkan feses
(Yanti, 2016).

3. Sebutkan fungsi saliva!

a. Fungsi Mekanis
Mencampurkan saliva dengan makanan agar menjadi lunak atau setengah
cair yang disebut bolus agar mudah ditelan dan mendinginkan makanan.
b. Fungsi Kemis
Melarutkan makanan yang kering untuk dapat dirasakan. Misalnya butiran
gula/garam dalam mulut akan larut oleh saliva. Disamping itu saliva juga
memantau gigi-gigi yang menjadi busuk dengan cara mengubah suasana
asam yang dilarutkan bakteri pembusuk menjadi suasana alkalis
(Syaifuddin, 2011).

4. Sebutkan zat yang dihasilkan dalam lambung beserta fungsinya!

Lambung merupakan organ vital dalam sistem pencernaan manusia. Fungsi


lambung secara umum yaitu sebagai tempat untuk menampung dan mengolah
makanan agar menjadi bagian yang lebih sederhana sehingga mampu diserap oleh
usus halus. Dalam proses pengolahan atau mencerna makanan tersebut lambung
menghasilkan beberapa enzim, yaitu renin, pepsin, dan lipase.

 Enzim renin merupakan enzim pada lambung yang berfungsi untuk


mengendapkan zat kasein dari air susu. Kasein adalah protein yang
terkandung di dalam susu. Enzim Renin yang dihasilkan oleh dinding
lambung ini berperan untuk mengendapkan kasein agar semua nutrisi di
dalam air susu dapat dicerna dan diserap oleh tubuh.

 Enzim pepsin merupakan enzim pada lambung yang berfungsi untuk


mengubah protein menjadi pepton. Pepsin dihasilkan oleh kelenjar lambung
berupa pepsinogen, kemudian bereaksi dengan asam lambung menjadi
pepsin. Protein yang masuk ke saluran pencernaan adalah senyawa dengan
susunan molekul yang kompleks sehingga harus disederhanakan menjadi
molekul yang lebih sederhana (pepton) oleh enzim pepsin sehingga mudah
diserap oleh tubuh.

 Enzim lipase merupakan enzim pada lambung yang berfungsi untuk


mengubah zat lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Seperti hal nya
dengan protein, lemak juga terdiri dari molekul kompleks yang harus
disederhanakan menjadi molekul yang lebih sederhana yaitu berupa asam
lemak dan gliserol sehingga lambung mudah untuk mencernanya yang
nantinya akan diserap oleh usus halus.

 Selain enzim pada lambung yang telah disebutkan di atas, dalam proses
pencernaan makanan lambung juga dibantu oleh asam lambung (HCL).
Asam lambung ini berfungsi sebagai pembunuh kuman penyakit yang
masuk ke lambung. Selain itu asam lambung juga berfungsi untuk
melindungi dinding lambung, mengubah pepsinogen menjadi enzim pepsin,
menetralisir makanan yang bersifat alkali yang masuk ke lambung, dan
mengubah kelarutan dari garam mineral (Anonim, 2017).
5. Sebutkan fungsi usus halus dan bagian-bagiannya!

Dalam usus halus terjadi proses pencernaan yang terbesar dan penyerapan kurang
lebih 85% dari seluruh absorpsi (Syaiffudin, 2011). Fungsi usus halus yaitu sebagi
berikut.

- Menyekresi cairan usus yang bertujuan untuk menyempurnakan pengolahan


zat makanan di usus halus,
- Menerima cairan empedu dan pankreas melalui duktus kholedukus dan duktus
pankreatikus,
- Mencerna makanan : Sekresi usus dan pankreas mengandung enzim pengubah
protein menjadi asam amino, karbohidrat menjadi glukosa, serta lemak menjadi
asam lemak dan gliserol. Dengan bantuan garam empedu nutrisi masuk ke
duodenum dan disempurnakan oleh kontraksi kelenjar empedu. Zat makanan
dipecah menjadi bentuk yang lebih sederhana sehingga mudah diserap melalui
dinding usus halus ke dalam aliran darah dan limfe.
- Mengabsorpsi air garam, vitamin, protein dalam bentuk asam amino, dan
monosakarida (glukosa). Makanan yang telah diserap akan dikumpulkan di
vena-vena halus kemudian berkumpul di vena besar lalu bermuara ke dalam
vena portal langsung dibawa ke hati. Jika melalui sistem saluran limfe, dari
seluruh limfe masing-masing akan bermuara ke dalam saluran limfe yang besar
(duktus torasikus) masuk ke dalam vena jugularis.
- Menggerakkan kandungan usus. Sepanjang usus halus oleh kontraksi
segmental pendek dan gelombang cepat yang menggerakkan kandungan usus
sepanjang usus menjadi lebih cepat (Syaiffudin, 2011).

Bagian-bagian usus halus yaitu sebagai berikut.

- Duodenum
Organ ini terletak setelah lambung, yang menghubungkan lambung ke jejunum.
Panjangnya kurang lebih 25 cm dan melengkung ke kiri. Pada lengkungan
tersebut terdapat pancreas, di bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir
yang membulat yang disebut papilla vateri. Pada papilla vateri bermuara
saluran empedu (duktus kholedukus) dan saluran pankreas (duktus
pankreatikus). Fungsinya yaitu untuk menyalurkan makanan ke usus halus.
Pada duodenum terjadi sekresi mukus oleh kelenjar brunner yang berfungsi
melindungi dinding duodenum dari pencernaan oleh getah lambung yang asam
yang keluar dari lambung (Guyton & Hall, 2011).
- Jejunum
Usus kosong atau jejunum terletak di diantara duodenum dan ileum. Panjangnya
dua sampai tiga meter berkelok-kelok terletak di sebelah kiri atas dari intestinum
minor dengan perantaraan lipatan peritoneum, berbentuk kipas (mesenterium).
Akar mesenterium memungkinkan keluar masuk arteri dan vena mesenterika
superior. Pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara lapisan peritoneum yang
membentuk mesenterium penampang jejunum lebih lebar, dindingnya lebih
tebal dan banyak mengandung pembuluh darah (Syaiffudin, 2011). Jejunum
merupakan tempat makanan dicerna terakhir. Hasil pencernan terakhir di
jejunum yaitu sebagi berikut.
a. Karbohidrat : monosakarida dan disakarida
b. Protein : asam amino
c. Lemak : asam lemak dan gliserol
d. Vitamin dan mineral tidak mengalami pencernaan dan langsung diserap
(Fathuri, 2015)
- Ilieum
Ileum merupakan bagian terakhir dari usus halus panjangnya kurang lebih 4
sampai 5 meter dan terletak sebelah kanan bawah berhubungan dengan sekum.
Pada ileum terjadi penyerapan sari-sari makanan dan terdapat sfingter yang
dilengkapi dengan katup valvula sekalis (valvula bauchini) yang berfungsi
mencegah makanan atau cairan dalam kolon asendens masuk kembali ke ileum
(Syaiffudin, 2011). Ileum memiliki PH antar tujuh dan delapan (netral / sedikit
basa), ileum juga berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Di ileum terjadi kontraksi otot intestinum tenue yang menyebabkan gerakan
peristaltik dan segmental yang membantu mencampur dan menggerakkan
makanan ke usus besar (Fathuri, 2015).

6. Jelaskan proses pencernaan makanan dari mulut sampai ke anus!

Pada rongga mulut terjadi gerakan mekanik yaitu gerakan menghancurkan


makanan yang di bantu oleh gigi, lidah dan air liur. Gigi berperan dalam memotong dan
menghancurkan makanan terjadi proses mastikasi atau mengunyah, saliva mengandung
enzim amilase yang bekerja mengubah karbohidrat (polisakarida) menjadi disakarida.
Saliva juga mengandung mukus yang membantu melumasi makanan saat dikunyah
sehingga mudah di telan. Menelan mulai sebagai aktivitas volunteer yang diatur oleh pusat
menelan di medulla oblongata dari sistem saraf pusat. Setelah makanan di telan, epiglottis
bergerak menutup lubang trakea sehingga dapat mencegah aspirasi makanan ke dalam
paru-paru. Menelan mengakibatkan lobus makanan berjalan ke dalam esofagus atas, yang
berakhir sebagai aktifitas reflek. Otot halus di dinding esofagus berkontraksi dari esofagus
kearah lambung untuk mendorong lobus makanan sepanjang saluran. Selama proses
peristaltik esofagus ini, sfingter esofagus bawah rileks dan memungkinkan lobus makanan
masuk lambung. Akhirnya, sfingter esofagus menutup dengan rapat untuk mencegah
refleks isi lambung ke dalam esofagus.
Lambung mensekresi asam hidroklorida (HCL) dengan pH serendah 1, asam
lambung ini berfungsi memecah makanan menjadi komponen yang dapat diarbsorbsi dan
membantu destruksi kebanyakan bakteri pencernaan. Lambung mensekresi gastrin untuk
menghasilkan HCL dan pepsinogen, pepsinogen ini diaktifkan oleh HCL menghasilkan
enzim pepsin untuk mencerna protein menjadi polipeptida. Kontraksi peristaltik di dalam
lambung mendorong isi lambung kearah pilorus. Karena partikel makanan besar tidak
dapat melewati sfingter pilorus, partikel ini di aduk kembali ke korpus lambung. Dengan
cara ini, makanan di dalam lambung secara mekanis di campur dan dihancurkan menjadi
partikel lebih kecil. Peristaltik dalam lambung dan kontraksi sfingter pilorus
memungkinkan makanan dicerna sebagian untuk masuk ke usus halus pada kecepatan yang
memngkinkan absorbs nutrien efisien.
Hasil semua digesti makanan dalam lambung masuk ke dalam intestine (usus
halus), selanjutnya pencernaan makanan berlangsung di dalam usus halus. Usus halus
(intestine) adalah bagian saluran pencernaan yang paling panjang, terdiri atas duodenum
(usus dua belas jari), jejunum (usus kosong), dan ileum (usus penyerapan). Di dalam usus
halus tepatnya pada duodenum bermuara dua saluran, yang satu berasal dari kantung
empedu dan yang lain berasal dari pankreas. Hasil semua digesti makanan yang berasal
dari lambung (bersifat asam) dinetralkan terlebih dahulu oleh garam-garam natrium dari
pankreas dan cairan empedu sebelum masuk ke usus halus. Garam-garam natrium dari
cairan empedu, yaitu natrium taurokolat dan natrium glikokolat berperan dalam proses
pencemaan lemak dalam usus halus, sementara natrium bikarbonat yang diperoleh dari
pankreas membuat suasana intestin menjadi alkalis, sehingga enzim-enzim yang bekerja di
situ dapat bekerja dengan baik (Smeltzer & Suzzane, 2002).

Dalam usus halus, pankreas juga mensekresi beberapa enzim, antara lain
deoksiribonuklease, ribonuklease, steapsin (lipase pankreas), amilopsin (amilase
pankreas), dan tiga buah proenzim, yaitu tripsinogen, kemotripsinogen, dan
prokarboksipeptidase. Ketiga proenzim ini di dalam usus mengalami aktivasi yang
masing-masing berubah menjadi tripsin, kimotripsin. dan karboksipeptidase.
Enzim-enzim tersebut, yaitu:

a) Enterokinase, yang berperan sebagai aktivator tripsinogen dan erepsinogen

b) Peptidase, seperti aminopeptidase, tripeptidase dan, dipeptidase

c) Disakaridase-disakaridase yang memecah disakarida menjadi 2 molekul


monosakarida, misalnya laktase, maltase, dan sakarase; dan

d) Glukosidase dan foslatase.

Enzim amilase dan disakaridase pada usus halus akan menghidrolisis


polisakarida, oligosakarida, dan disakarida menjadi molekul-molekul
monosakarida. Steapsin dengan bantuan garam-garam empedu akan mengkatalisis
hidrolisis lemak menjadi gliserol dan asam-asam lemak. Tripsin, kimotripsin,
karboksipeptidase, aminopeptidase, tripeptidase, dan dipeptidase bekerja sama
mengkatalisis hidrolisis polipeptida, oligopeptida, proteosa, dan pepton menjadi
asam-asam amino. Produk akhir yaitu monosakarida, gliserol, asam lemak, dan
asam-asam amino siap untuk diserap oleh dinding usus halus, kemudian dibawa
oleh aliran darah atau limfe ke seluruh bagian tubuh. Usus halus memiliki
permukaan berlipat-lipat yang disebut jonjot usus / vili yang membantu proses
penyerapan sehingga menjadi lebih efisien.

Mekanisme penyerapan oleh usus halus bersifat khas, sebagian molekul


dapat diserap, sedangkan sebagian yang lain tidak; sebagian cepat diserap, tetapi
yang lainnya lambat. Protein makanan diserap dalam bentuk asam-asam amino,
karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, dan lemak diserap dalam bentuk
gliserol dan asam-asam lemak. Beberapa bahan makanan ada yang diserap secara
difusi pasif, tetapi sebagian besar secara difusi aktif. Penyerapan monosakarida
melalui dinding usus halus tidak secara difusi pasif sebab pori-pori mukosa usus
halus tidak permeabel terhadap monosakarida yang larut dalam air dan berbobot
molekul lebih besar dari 100. Hampir semua monosakarida diserap secara difusi
aktif yang membutuhkan energi. Penyerapan asam-asam amino dalam usus halus
juga secara difusi aktif yang memerlukan energi. Baik monosakarida maupun
asam-asam amino yang diserap melalui sistem vena porta dibawa oleh darah ke hati
untuk diproses lebih lanjut. Gliserol dan asam-asam lemak sebagai produk
hidrolisis lemak dalam saluran pencernaan diserap melalui dinding usus halus. Pada
waktu penyerapan ini, gliserol dan asam-asam lemak mengalami sintesis ulang
menjadi lemak, yang kemudian dibungkus oleh protein. Kilomikron, yaitu lemak
yang dibungkus protein. dibawa oleh darah melalui sistem limfe menuju hati dan
jaringan adiposa untuk diproses lebih lanjut.

Bahan makanan yang tidak tercerna dan hasil pencernaan yang karena suatu
alasan tidak terserap melalui mukosa usus halus bersama sel-sel epitel usus yang
rusak masuk ke dalam usus besar (kolon). Di dalam kolon, zat-zat ini akan
mengalami perombakan oleh bakteri usus. Sebagian besar air dan elektrolit diserap
dalam kolon sehingga isi kolon makin lama makin pekat dan akhirnya membentuk
padatan yang disebut feses. Dalam keadaan normal. tiga perempat bagian feses
adalah air dan seperempat bagian adalah zat padat, yang terdiri atas sisa-sisa
makanan berupa lemak, protein. zat-zat anorganik bakteri mati. Warna feses yang
coklat disebabkan oleh adanya urobilin dan sterkobilin yang merupakan derivat
bilirubin. sedangkan bau tidak sedap karena hasil kerja proses pembusukan oleh
bakteri-bakteri.

Sebelum dikeluarkan dari dalam tubuh, feses yang telah terbentuk di dalam
kolon akan di tampung sementara oleh rektum. Selanjutnya feses akan terdorong
masuk ke anus. Di dalam anus terdapat dua pintu (sfingter). Sfingter pertama dalam
anus akan membuka secara otomatis untuk menampung feses lalu menutup
otomatis bila sudah penuh. Sementara pintu kedua dalam anus akan membuka
sesuai perintah dari otak (secara sadar). Oleh karena itu, seseorang dapat menahan
feses walaupun rektum telah penuh. (Sumardjo, 2008)

7. Jelaskan perbedaan kelenjar eksokrin dan endokrin!

- Kelenjar eksokrin yaitu kelenjar yang mempunyai saluran khusus dalam


penyaluran hasil sekretnya/ getahnya. Kelenjar eksokrin melepaskan produk
mereka kepermukaan tubuh, seperti kulit, atau ke rongga seperti saluran
pencernaan dan Kelenjar eksokrin cenderung relatif sederhana dan memiliki
efek lokal Contoh : kelenjar-kelenjar dalam sistem pencernaan
- Kelenjar endokrin yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus dalam
penyaluran hasil sekretnya/getahnya. kelenjar endokrin mengeluarkan zat
langsung kedalam aliran darah dan melepaskan hormon yang melakukan
perjalanan keseluruh tubuh.
Contoh : kelenjar hipofisis, tiroid, timus (Universitas Lampung, 2012)

8. Apakah yang dimaksud dengan hormon?

Hormon berasal dari kata Hormaein yang artinya memacu atau menggiatkan atau
merangsang. Dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang tidak terlalu banyak (sedikit),
tetapi jika kekurangan atau berlebihan akan mengakibatkan hal yang tidak baik (kelainan
seperti penyakit) sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta
proses metabolisme tubuh. Hormon merupakan senyawa kimia, berupa protein yang
mempunyai fungsi untuk memacu atau menggiatkan proses metabolisme tubuh. Dengan
adanya hormon dalam tubuh maka organ akan berfungsi menjadi lebih baik. (Universitas
Lampung, 2012)

9. Sebutkan dan jelaskan jenis kelenjar endokrin dalam tubuh manusia, lokasi, hormon yang
dihasilkan dan fungsinya (sertakan gambar)

a. Kelenjar Hipofisis, terletak di dasar tengkorak (sela tursika) fossa pituitaria


os. Sfenoid. Kelenjar hipofisis dibagi menjadi dua bagian yaitu hipofisis
anterior dan hifosis posterior.
Kelenjar hipofisis anterior, fungsi :

 Growth hormone berfungsi merangsang sintesis protein dan pertumbuhan


sebagian besar sel dan jaringan
 Thyroid stimulating hormone (TSH) berfungsi merangsang sekresi hormon
tiroid (tiroksin dan triiodotironin)
 Adenocorticotropic hormone (ACTH) berfungsi merangsang sintesis dan
sekresi hormon adrenokortikal (kortisol, androgen, dan aldosterone)
 Prolaktin berfungsi meningkatkan pembentukan payudara perempuan dan
sekresi susu
 Follicle stimulating hormone (FSH) berfungsi menimbulkan pertumbuhan
folikel di ovarium dan pematangan sperma di sel sertoli testis
 Lutenizing hormone (LH) berfungsi merangsang sintesis testosterone di sel
leydig testis, merangsang ovulasi, pembentukan corpus luteum, dan sintesis
estrogen dan progesterone di ovarium
Kelenjar hipofisis intermedia, fungsi :

 Melatonin stimulating hormone berfungsi memberi warna pada kulit


Kelenjar hipofisis posterior, fungsi :

 Antidiuretic hormone (ADH) berfungsi meningkatkan reabsorpsi air oleh


ginjal dan menimbulkan vaso konstriksi serta peningkatan tekanan darah
 Oksitosin berfungsi merangsang ejeksi air susu dari payudara dan kontraksi
rahim

b. Kelenjar tiroid terletak di dalam leher bagian bawah, melekat pada tulang
laring sebelah kanan depan trakea dan melekat pada dinding laring. Fungsi
dari hormon tiroid yaitu :
 Tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) berfungsi meningkatkan
kecepatan reaksi kimia di sebagian besar sel sehingga meningkatkan
laju metabolisme tubuh

 Kalsitonin
berfungsi menambah deposit kalsium di tulang dan mengurangi
konsentrasi ion kalsium di cairan ekstraseluler
c. Kelenjar paratiroid, terletak di atas selaput yang membungkus kelenjar
tiroid yang menghasilkan hormon paratiroid fungsinya yaitu mengatur
konsentrasi ion kalsium serum dengan cara meningkatkan absorpsi kalium
oleh usus dan ginjal serta melepas kalsium dari tulang.

d. Kelenjar timus, terletak di dalam rongga mediastinum di belakang os


sternum, di dalam rongga toraks, kira-kira setinggi bifurkasi trachea.
Kelenjar ini menghasilkan hormon timosin yang berfungsi meningkatkan
proliferasi dan fungsi limfosit T.
e. Kelenjar suprerenalis atau kelenjar adrenal terletak di atas ginjal, terdiri
dari dua bagian yaitu korteks adrenal dan medulla adrenal. Fungsi :
Korteks adrenal:

 Kortisol memiliki fungsi metabolic untuk mengatur metabolisme


protein, karbohidrat dan lemak , juga memiliki efek antiinflamasi.
 Aldosterone berfungsi meningkatkan reabsorpsi natrium ginjal,
sekresi kalium dan sekresi ion hydrogen.
Medulla adrenal :

Norepinefrin, epinefrin memiliki efek yang sama seperti efek perangsangan


simpatis, berperan dalam adaptasi terhadap stres dan pengaturan tekanan
darah
f. Kelenjar pinealis terletak di dalam ventrikel otak menghasilkan hormon
melatonin. Fungsi hormon ini yaitu memberikan warna atau pigmen pada
kulit dan dapat memberikan rasa kantuk pada diri seseorang. Remaja lebih
banyak menghasilkan hormon ini dibandingkan dengan orang dewasa.
g. Kelenjar pankreas terletak retroperitoneal dalam abdomen bagian atas, di
depan vertebra lumbalis I dan II. Fungsinya :
 Insulin (sel β) fungsinya meningkatkan ambilan glukosa di banyak
sel dan mengatur metabolisme karbohidrat
 Glucagon (sel α) berfungsi meningkatkan sintesis dan pelepasan
glukosa dari hati ke dalam tubuh
 Somatostatin sel D menghambat pencernaan dan penyerapan
nutrient, menghambat sekresi semua hormon pankreas
h. Kelenjar gonad, pada pria terletak di testis dan pada wanita terletak pada
ovarium.

Testis : Hormon testosterone berfungsi memacu perkembangan sistem


reproduksi laki-laki dan ciri seksual sekunder laki-laki. Merangsang
produksi sperma. Meningkatkan dorongan seks

Ovarium :
 Estrogen memacu pertumbuhan dan perkembangan sistem
reproduksi, payudara, mendorong perkembangan folikel dan ciri
sekunder seksual perempuan.


Progesterone berfungsi mempersiapkan rahim untuk kehamilan,
perkembangan alat penyekresi payudara

10. Sebutkan tipe-tipe sel pada pulau Langerhans beserta fungsinya!

Terdapat empat sel pada Pulau Langerhans antara lain :

a. Sel Alfa Pankreas adalah sel yang berfungsi menghasilkan hormon


glukagon. Fungsi hormon glukagon adalah meningkatkan kadar gula dalam
darah, dan memecahkan cadangan gula di dalam hati kemudian dibawa
menuju darah.

b. Sel Beta Pankreas adalah sel yang berfungsi menghasilkan hormon insulin.
Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah, jika kadar
gula dalam darah berlebihan, maka insulin akan menyimpan gula berlebih
tersebut ke dalam hati.

c. Sel Gamma Pankreas adalah sel yang berfungsi menghasilkan polipeptida


pankreas. Fungsi polipeptida adalah untuk memperlambat penyerapan
makanan.

d. Sel Delta Pankreas adalah sel yang berfungsi menghasilkan somatostatin.


Fungsi hormon somatostatin adalah untuk menghambat sekresi glukagon
oleh Sel Alfa, menghambat sekresi insulin oleh Sel Beta, serta menghambat
produk polipeptida oleh Sel Gamma (Syaifuddin, 2011).

11. Jelaskan hubungan antara hipotalamus dan kelenjar endokrin dalam tubuh manusia!

Hipotalamus mengandung beberapa nuklei sel-sel neuronal, di dalam nuklei


terdapat kelompok-kelompok sel khusus yang melepaskan suatu hormon tertentu.
Hipotalamus juga mengatur fungsi otak lain, termasuk suhu, nafsu makan, rasa haus,
perilaku seksual, ritme tubuh, reaksi defensif seperti marah dan takut. Hipotalamus
mengandung dua jenis sel-sel neurosekretorik yang dapat meningkatkan potensial aksi,
melepaskan hormon, dan diatur oleh sistem hormonanl maupun susunan saraf pusat.
Hipofisis dibagi menjadi dua bagian fungsional, anterior dan posterior. Bagian anterior
hipofisis (adenohipofisis) yang mensekresi hormon ACTH, FSH, LH, TSH merangsang
kelenjar target adrenal, gonad, dan tiroid. Hipofisis posterior atau neurohipofisis
mensekresi hormon vasopresin dan oksitosin ke dalam sistem sirkulasi (Tajussyarof,
2010).

Stimulus yang mengaktivasi organ endokrin dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu
: hormonal, humoral, dan neural.

 Hormonal, artinya organ endokrin dirangsang produksinya oleh aktivitas


hormon lain. Contoh : hipotalamus merangsang kelenjar hipofisis untuk
mensekresi hormonnya dan hormon tersebut merangsang kelenjar endokrin
lainnya untuk melepaskan hormon ke dalam darah.
 Humoral, kerja ini dirangsang oleh kondisi cairan tubuh seperti darah atau
cairan empedu. Contoh : pelepasan hormon paratiroid dirangsang oleh
penurunan kadar kalsium dalam darah.
 Neural, mekanisme ini terjadi karena adanya stimulus yang dirangsang oleh
sistem saraf. Contoh : sistem saraf simpatik akan merangsang pengeluaran
norepinefrin dan epinefrin (Lestari, 2013).
Selain itu juga terdapat timbal balik (feedback) positif dan negatif dalam hubungan
hipotalamus dan kelenjar endokrin. Contoh timbal balik negatif : terdapat seorang
atlet yang menggunakan hormon testosteron pada ototnya, kemudian otak
merespon bahwa seorang atlet itu sudah kelebihan hormon testosteron sehingga
merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk berhenti memproduksi hormon
tersebut. Dampak yang dapat ditimbulkan yaitu perkembangan organ reproduksi
atlet tersebut terganggu.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2017). Enzim Pencernaan, Macam, dan Fungsinya. Retrieved from :


http://www.markijar.com/2017/01/17-enzim-pencernaan-macam-dan-
fungsinya.html Diakses pada 16 Februari 2017.

Fathuri, N. I, dkk. (2015). Anatomi dan Fisiologi Pencernaan Bagian Bawah. Retrieved
from
http://server2.docfoc.com/uploads/z2015/11/17/71MDEBcd3v/05e026f92e00398104925c
171ac510b3.pdf Diakses pada 16 Februari 2017.

Guyton & Hall. (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Singapora : Elsevier Pte
Ltd

Lestari, A.P. (2013). Sistem Endokrin. Retrieved from :


http://www.academia.edu/4789232/Endokrin_26_270913 Diakses pada 22 Februari
2017.

Smeltzer, B & Suzanne, C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner &
Suddarth. Ed 8 vol 2. Jakarta: Penerbit EGC.

Sumardjo, D. (2008). Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran


dan Program Strata I. Jakarta: EGC.

Syaifuddin. (2011). Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4.


Jakarta: EGC

Tajussyarof, A. (2010). Aksi Hypotalamus-Hipofisis. Retrieved from :


http://eprints.undip.ac.id/44510/3/AZKA_TAJUSSYAROF_22010110110092_BAB_2_
KTI.pdf Diakses pada 22 Februari 2017.
Universitas Lampung. (2012). Sistem Hormon Manusia. Retrieved from:
http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2012/12/SISTEM-HORMON-
MANUSIA.pdf Diakses pada 16 Februari 2017.

Yanti. (2016). Fungsi Organ Sistem Pencernaan Manusia. Retrieved from :


http://www.sridianti.com/fungsi-organ-sistem-pencernaan-manusia.html Diakses pada 16
Februari 2017.

Diposting 11th April 2017 oleh Anik cahyani

Tambahkan komentar


Memuat

Anda mungkin juga menyukai