Anda di halaman 1dari 4

ASSERTIVE TRAINING

(PELATIHAN KETEGASAN)
OLEH
Sri Wahyuningsih, Novarina Dwi Candrasari, Inggit Kartika Wulandari
KONSEP
Asertivitas merupakan suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang
diinginkan, dirasakan dan dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan
menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Tujuan dari sikap asertif adalah
untuk menyenangkan orang lain dan menghindari konflik dengan segala
akibatnya.
Ada empat kategori yang dikelompokkan dalam perilaku asertif (Walker,1996):
Kemampuan untuk berinisiasi dengan memulai percakapan, menyambung dan
menghentikan percakapan
Berani berkata tidak
Mengajukan suatu pertanyaan dan keinginan
Mengekspresikan perasaan suka dan tidak suka
Latihan asertif merupakan latihan keterampilan-sosial yang diberikan pada
individu yang diganggu kecemasan, tidak mampu mempertahankan hak-haknya,
terlalu lemah, membiarkan orang lain merongrong dirinya, tidak mampu
mengekspresikan amarahnya dengan benar dan cepat tersinggung.
Prosedur dasar dalam asertive training :
Mengajarkan perbedaan antara asertif, agresif, non agresif dan sopan.
Membantu individu mengidentifikasi dan menerima hak-hak pribadi dirinya dan
orang lain.
Mengurangi hambatan kognitif dan afektif yang menghambat aktualisasi sikap
asertif.
Mengembangkan ketrampilan perilaku asertif secara langsung melalui praktekpraktek di dalam pelatihan.
KARAKTERISTIK
Cocok untuk individu yang memiliki kebiasaan respon cemas (anxietyresponse) dalam hubungan interpersonal, yang tidak adaptif, sehingga
menghambat untuk mengekspresikan perasaan dan tindakan yang tegas dan
tepat.
Latihan asertif terdiri dari 3 komponen, yaitu : Role Playing, Modeling, Social
Reward & Coaching
Dalam situasi social dan interpersonal, muncul kecemasan dalam diri individu,
seperti:
Merasa tidak pantas dalam pergaulan social

Takut untuk ditinggalkan


Kesulitan mengekspresikan perasaan cinta dan afeksinya terhadap orang-orang
disekitarnya.
TUJUAN
Mengajarkan individu untuk menyatakan diri mereka dalam suatu cara sehingga
memantulkan kepekaan kepada perasaan dan hak-hak orang lain.
Meningkatkan keterampilan behavioralnya sehingga mereka bisa menentukan
pilihan apakah pada situasi tertentu perlu berperilaku seperti apa yang
diinginkan atau tidak
Mengajarkan pada individu untuk mengungkapkan diri dengan cara sedemikian
rupa sehingga terefleksi kepekaanya terhadap perasaan dan hak orang lain
Meningkatkan kemampuan individu untuk menyatakan dan mengekspresikan
dirinya dengan enak dalm berbagai situasi sosial
Menghindari kesalahpahaman dari pihak lawan komunikasi
ASUMSI
Kecemasan akan menghambat individu untuk mengekspresikan perasaan dan
tindakan yang tegas dan tepat dalam menjalin suatu hubungan social.
Tiap individu memiliki hak (tetapi bukan kewajiban) untuk menyatakan perasaan,
fikiran, kepercayaan, dan sikap sesuai keinginannya.
RELEVANSI
Teknik ini sangat relevan digunakan pada permasalahan yang menyangkut
hubungan social. Misalnya dalam lingkup sekolah, organisasi, dan sebagainya.
Dimana seringkali terjadi kebingungan pandangan mengenai asertif, agresi, dan
sopan.
PRINSIP
Peran konselor adalah sebagai fasilitator yang bertugas merangsang dan
mendorong siswa bersikap lugas atas pikiran dan perasaannya, dengan tetap
memperhatikan perasaan orang lain.
MANFAAT
Melatih individu yang tidak dapat menyatakan kemarahan dan kejengkelan
Melatih individu yang mempunyai kesulitan untuk berkata tidak dan yang
membiarkan orang lain memanfaatkannya
Melatih individu yang merasa bahwa dirinya tidak memiliki hak untuk
menyatakan pikiran, kepercayaan, dan perasaan-perasaannya
Melatih individu yang sulit mengungkapkan rasa kasih dan respon-repon positif
yang lain
HAMBATAN
Hambatan Mental Individu

Perasaan segan konseli


Perasaan takut menyakiti
Perasaan berdosa setiap kali tidak meng-YA-kan orang lain
Merasa tidak terpuji ketika mengatakan TIDAK kepada orang lain
Takut jika akhirnya dirinya tidak lagi disukai atau diterima
Hambatan Budaya
Budaya timur yang menganut nilai tenggang rasa dan tepo seliro
PROSEDUR APLIKASI
Menentukan serangkaian situasi apa saja yang menimbulkan perasaan atau
pikiran sulit bersikap asertif
Konselor dan konseli memerankan peran dalam role playing
Konseli mencoba mempraktekkan keterampilan yang sudah dilatih, pada situasi
sebenarnya.
Mendiskusikan kembali hasil penerapan keterampilan pada pertemuan
selanjutnya.
FAKTOR KEASERTIFAN INDIVIDU
Mengetahui pikiran dan perasaan diri sendiri.
Berfikir secara realistik.
Berbicara tentang diri sendiri.
Berkomunikasi dengan apa yang anda inginkan.
Bersikap positif terhadap orang lain.
Bebas bela diri.
Mampu berdikari.
Menggunakan jumlah kekuatan yang tepat.
Mengetahui batasan diri sendiri dan orang lain.
INDIKATOR KEASERTIFAN
PESAN-PESAN
TUBUH

INDIKATOR

Kontak Mata

Melihat orang lain langsung di matanya, ataupun


cukup melihat di antara dua matanya, sedikit di
atasnya, sedikit di bawahnya, dan tetap melakukan
kontak mata pada saat menyatakan diri

Ekspresi Wajah

Menyatakan emosi positif dan negative anda


dengan tepat, tetap dalam keasliannya, seperti

tidak tersenyum sewaktu marah


Postur Tubuh

Tidak membungkuk

Gerak-Gerik

Menggunakan gerakan tangan dan lengan untuk


membantu menyatakan diri anda dalam cara yang
konstruktif

Jarak

Tidak menghindari orang, tidak tabrak-lari

Bebas Komunikasi Seperti: kepala mengeleng-geleng, membanting


Tubuh Yang Negatif pintu, mengepalkan tangan sebagai pertanda
geram, telunjuk menuding-nuding muka seseorang
Bebas Komunikasi Menarik-narik rambut, mempermainkan jari-jari,
Tubuh Yang
mengeser-geserkan telapak kaki ke lantai
Membingungkan
PESAN-PESAN
SUARA

INDIKATOR

Volume

Keras tetapi layak

Nada

Lugas, tidak mengambil suara anak kecil

Kecepatan

Tidak terlalu cepat

Perubahan Nada

Penghadiran perubahan suara yang menekankan


pernyataan, tiadanya perubahan nada yang
memberi indikasi menyerang ataupun merendahkan

DAFTAR RUJUKAN
Buku Ajar Modifikasi Perilaku. 2009
Corey, Gerald. IKIP Semarang Press
Fauzan, Lutfi. 1991/1992. Modul Ancangan Konseling Kelompok Behavioral.
Malang: Depdikbud IKIP Malang.
Fauzan, Lutfi. 2007. Assertive Training: Pengembangan Probadi Asertif dan
Transaksi Sosial. Depdiknas: UPT BK UM
Lutfifauzan.wordpress.com
Riannyarahayu.wordpress.com
Rosjidan. 1988. Pengantar Teori-Teori Konseling. Depdikbud Dirjen Pendidikan
Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Anda mungkin juga menyukai