Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN JUS BUAH


JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA) DAN DAUN JAMBU BIJI
(PSIDIUM GUAJAVA LINN) TERHADAP PENINGKATAN
JUMLAH TROMBOSIT PADA PENDERITA DBD DI RSUD
ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
TAHUN 2018

BELLA LUSIA ARISKA


1407142010007

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes YARSI SUMBAR
BUKITTINGGI
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus,

dan family Flaviviridae. Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk

genus Aedes, terutama nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus betina

Penyakit ini tergolong kedalam penyakit akut (Mumpuni & Lestari ,2015).

Ada empat serotype yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 Keempat jenis

virus ini semuanya terdapat di Indonesia. seropati DEN-3 merupakan jenis

yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus terparah pada DBD, Menurut

David Bylon (1779) melaporkan bahwa epidemiologi DBD disebabkan oleh

tiga factor utama yaitu virus, nyamuk, dan manusia (Widoyono, 2011).

Penyakit DBD menyerang seluruh kelompok umur baik lansia, dewasa, anak-

anak dan bayi jika tidak langsung di tangani akan terjadi kondisi yang lebih

buruk seperti mimisan, perdarahan parah bahkan syok yang mengakibatkan

tekanan darah sangat rendah sehingga menyababkan kematian (Kemenkes RI,

2016).

Menurut data WHO (2015) sekitar 2,5 miliar orang di dunia hidup di

daerah dimana terdapat resiko penularan DBD dan 50 sampai 100 juta infeksi

terjadi setiap tahun termasuk 500.000 kasus DBD dan 22.00 kematian yang

sebagian besar terjadi pada anak-anak. Indonesia merupakan salah satu negara
yang beresiko untuk terjangkit DBD. Seiring dengan globalisasi,

meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk, mengakibatkan jumlah

penderita dan luas penyebaran DBD semakin meningkat. (Depkes RI, 2015).

Data Kemenkes (2016) menunjukkan terjadi Peningkatan jumlah

kasus DBD setiap tahunnya di berbagai provinsi di Indonesia. Pada tahun

2016, tercatat sebanyak 202,314 penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia,

1,593 di antaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut lebih tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 yakni sebanyak 100.347

penderita DBD, 907 di antaranya meninggal dunia, pada tahun 2015 terjadi

129,650 penderita 1,071 di antaranya meninggal dunia.

Adapun Sumatra Barat merupakan salah satu provinsi yang mengalami

peningkatan wabah DBD setiap tahun. peningkatan ini akan menjadi

ancaman bagi kesehatan masyarakat jika tidak segera di tangani dengan benar.

Menurut data dinas kesehatan Sumatra Barat tahun 2014 jumlah penderita

DBD yang dilaporkan sebanyak 2.282 kasus dengan jumlah kematian 12

orang . Selama tahun 2014 terdapat 10 kabupaten atau kota yang mengalami

Kejadian luar biasa DBD salah satunya kota Bukittiggi (Dinkes Sumbar,

2014). Setiap tahunnya jumlah penderita DBD di bukittinggi memiliki kurva

yang tidak menentu, pada tahun 2014 penderita DBD di Bukittinggi yaitu 139

kasus (DKK Bukittinggi, 2014).

Secara teori DBD terjadi di sepanjang tahun sesuai dengan iklim tropis

di Indonesia yang hanya mempunyai dua macam musim yaitu kemarau dan
hujan. Iklim tropis memiliki karakteristik memiliki hujan sepanjang tahun,

artinya, bisa saja hujan turun sewaktu-waktu di setiap tahunnya walaupun

pada musim kemarau (Pratama, 2015) Selain itu pola hidup masyarakat yang

kurang menjaga kebersihan lingkungan seperti tidak mengubur barang bekas,

membiarkan adanya genangan air, menggantung dan menumpuk pakaian

dapat menyebabkan DBD (Mumpuni & Lestari ,2015)

Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki hubungan yang kuat antara

kekebalan tubuh yang di miliki oleh seseorang terhadap infeksi suatu virus

atau penyakit. Pada DBD Virus dengue yang telah masuk ketubuh Melalui

gigitan nyamuk akan menimbulkan viremia. Hal tersebut menyebabkan

pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi – virus

pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin,

serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus

sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan

meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi.

Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding

pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek

imun antibodi – virus juga menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi

gangguan fungsi trombosit, trombositopenia, dan koagulopati (Mumpuni &

Lestari ,2015).

Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme

supresi sumsum tulang, destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit,


gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (<5 hari) menunjukkan

keadaan hiposelular dan supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai

akan terjadi peningkatan proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis.

Kadar tromobopoietin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru

menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi

trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan

trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui pengikatan fragmen C3g,

terdapatnya antibody VD, konsumsi trombosit selama proses koagulopati dan

sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme

gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar b-tromboglobulin dan PF4 yang

merupakan petanda degranulasi trombosit. Koagulopati terjadi sebagai akibat

interaksi virus dengan endotel yang menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai

penelitian menunjukkan terjadinya koagulopati konsumtif pada DBD tipe III

dan IV. Aktivasi koagulopati pada DBD terjadi melalui aktivasi jalur

ekstrinsik (tissue factor pathway). Jalur intrinsic juga berperan melalui

aktivasi factor Xia namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikkrein CI-

inhibitor complex) (W. sudoyo, 2009)

Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika

berlanjut terjadi syok dan jika syok tidak teratasi, maka akan terjadi hipoksia

jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga

disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan

sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun dan jika tidak teratasi

dapat menimbulkan hipoksia jaringan (Mumpuni & Lestari ,2015).


Demam Berdarah Dengue (DBD) menyebabkan terjadi penurunan

jumlah trombosit dalam darah. Trombosit atau keping sel darah merupakan

salah satu komponen darah yang mempunyai fungsi utama dalam pembekuan

darah. Trombosit akan bekerja dengan menutupi pembuluh darah yang rusak

dan membentuk benang-benang fibrin seperti jaring-jaring yang akan

menutup kerusakan tersebut. (Norita , 2014)

Penatalaksanaan DBD dapat dilakukan secara medis dengan

pemberian cairan kristaloid dan transfuse darah segar, (W. sudoyo, 2009)

selain pengobatan secara medis juga dapat dilakukan pengobatan dengan non

farmakologis yang memanfaatkan jenis tanaman yang tumbuhan disekitar

tempat tinggal sebagai sumber bahan obat alami dan telah banyak digunakan

oleh masyarakat secara turun menurun. Obat tradisional perlu di teliti dan di

kembangkan sehingga dapat memanfaatkan secara optimal untuk peningkatan

kesehatan masyarakat salah satunya adalah buah jambu biji (Psidium guajava)

dan daun jambu biji (Psidium guajava linn).

Setelah dianalisis penelitian yg dilakukan oleh muharni (2013) efek

penggunaan suplemen ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava linn) Dan

angkak (monascus purpureus)dalam meningkatkan trombosit pada pasien

DBD di instalasi rawat inap penyakit dalam RSUP DR. Djamil Padang di

dapatkan hasil bahwa pemberian suplemen ekstrak daun jambu biji (Psidium

guajava linn) Dan angkak (monascus purpureus)lebih cepat meningkatkan

jumlah trombosit pada penderita DBD dengan trombosit >100.000/Ul di


bandingkan kelompok control di instalasi rawat inap penyakit dalam RSUP

DR. Djamil Padang. Mekanisme efek peningkatan trombosit dari sediaan

suplemen ekstrak daun jambu biji dan angkak ini karena senyawa tannin dan

flavonoid dalam bentuk quersetin yang merupakan kandungan dari ekstrak

daun jambu biji dapat menghambat kerja dari enzim reverse trancriptase yang

merupakan katalisator terjadinya replikasi virus di RES. Kandungan senyawa

tannin dan flavonoid ekstrak daun jambu biji juga dapat meningkatkan jumlah

megakariosit dalam sum-sum tulang sehingga dapat meningkatkan jumlah

trombosit dalam darah dengan mekanisme peningkatan GM-CSF yang akan

menyebabkan rangsangan proliferasi dan diferensiasi megakariosit.

Penelitian Prasetio (2015) potential red guava juice in patients with

dengue hemorrhagic fever yang menggunakan 27 sampel yang terdiri dari 17

orang pria dan 10 orang wanita untuk kelompok control pria sebanyak 8

orang dan kelompok perlakuan sari jambu biji merah sebanyak 9 orang.

Sedangkan untuk pasien wanita kelompok control sebanyak 5 orang dan

perlakuan dan perlakuan sari jambu biji merah sebanyak 5 orang. Hasil yang

di dapatkan pada pasien laki-laki control mengalami penurunan jumlah

trombosit pada pengamatan hari ke-2, 3, 4, dan 5 berturut-turut 28.30 %,

58,24%, 67,2%, dan 48,52% dibandingklan dengan pengamatan hari ke-1.

Penurunan jumlah trombosit pada pasien yang diberikan sari jambu biji

merahterjadi pada pengamatan hari ke-2, 3, 4, dan 5 berturut-turut sebesar

8.83%, 23,51%, 43,35%, dan 1,98%. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa

pasien yang diberikan sari jambu biji merah maupun pasien control sama-
sama mengalami penurunan jumlah trombosit tetapi persentase penurunan

trombosit pasien yang diberi sari jambu biji merah lebih baik sekitar 31,28%

di bandingkan pasien control.

Dan penelitian lain yang dilakukan oleh Rabbaniyah (2015) pengaruh

pemberian ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava linn) terhadap

peningkatan Trombosit pada penderita DBD di dalam daun jambu biji

(Psidium guajava linn) di dapat Kelompok senyawa tannin dan flavonoid

yang dinyatakan sebagai quersetin untuk menghambat aktivitas enzim reverse

trancriptase sehingga dapat menghambat pertumbuhan virus dengue.

B. Rumusan Masalah

Peningkatan angaka kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di

dunia, Indonesia, bahkan di Sumatra barat menjadi masalah kesehatan yang

serius. Angka kejadian DBD di seluruh kota di Sumatra Barat termasuk Kota

Bukittinggi mengalami peningkatan, untuk menekan angka kejadian DBD

tersebut perlu dilakukan tindakan pencegahan maupun pengobatan.

Pengobatan yang dilakukan tidak hanya medis tetapi juga pengotan

yang non farmakologis yang mudah didapatkan karena Indonesia

meupakan Negara yang kaya akan tanaman obat-obatan, Berdasarkan

fenomena tersebut peneliti ingin melakukan perbandingan efektifitas

pemberian buah jambu biji merah (Psidium guajava) dan daun jambu biji

(Psidium guajava linn) terhadap peningkatan jumlah trombosit pada

penderita DBD di RSUD Achmad mochtar Bukittinggi 2018


C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengatahui perbandingan efektifitas pemberian buah jambu biji merah

(Psidium guajava) dan daun jambu biji (Psidium guajava linn) terhadap

peningkatan jumlah trombosit pada penderita DBD di RSUD Achmad

mochtar Bukittinggi 2018

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengaruh pemberian jus jambu biji (Psidium guajava)

terhadap peningkatan jumlah trombosit pada penderita DBD di RSUD

Achmad mochtar Bukittinggi 2018

b. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun jambu biji (Psidium

guajava linn) dalam peningkatan jumlah trombosit pada penderita

DBD di RSUD Achmad mochtar Bukittinggi 2018

c. Mengetahui perbandingan efektifitas pemberian jus buah jambu biji

(Psidium guajava) dan daun jambu biji (Psidium guajava linn)

terhadap peningkatan jumlah trombosit pada penderita DBD di

RSUD Achmad mochtar Bukittinggi 2018


D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan

wawasan menyangkut penatalaksanaa penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD) secara non farmakologi dengan memanfaatkan tumbuhan Buah

jambu biji (Psidium guajava) dan daun jambu biji (Psidium guajava linn)

terhadap peningkatan jumlah trombosit pada penderita DBD sehingga

dapat mempercepat penyembuhan penyakit DBD..

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literature bacaan

bagi STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi dan sebagai masukan dalam

Keperawatan Medikal Bedah, serta menambah Pengetahuan mahasiswa

tentang perbandingan pengaruh pemberian Buah jambu biji (Psidium

guajava) dan daun jambu biji (Psidium guajava linn) terhadap

peningkatan jumlah trombosit pada penderita DBD sehingga dapat

mempercepat penyembuhan penyakit DBD.

3. Bagi Peneliti

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan sebagai salah satu tugas akhir

perkuliahan untuk mendaptkan gelar Sarjana Keperawatan selain itu


juga sebagai salah satu sarana mengaplikasikan ilmu pengetahuan

yang telah diperoleh selama menjalani masa perkuliahan di Program

Ilmu Keperawatan serta dapat menambah wawasan Ilmu pengetahuan

kesehatan, khususnya mengenai pengobatan penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD) secara non farmakologi dengan

memanfaatkan Buah jambu biji (Psidium guajava) dan daun jambu

biji (Psidium guajava linn) .

b. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan dan di manfaatkan

sebagai referensi dan sebagai data dasar dalam melaksanakan

penelitian yang berikutnya tentang pengobatan penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD) secara non farmakologi dengan

memanfaatkan Buah jambu biji (Psidium guajava) dan daun jambu

biji (Psidium guajava linn) .


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variable

satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmojo,

2012). Pada kerangka konsep ini peneliti menghubungkan pengaruh variable

bebas (independen) terhadap variable terikat (dependen) dselain itu juga

mencari pengaruh variable cofounding yang berhubungan dengan variable

independent yang dapat di mempengaruhi variable dependent.

Variable independen peneliti ini adalah perbandingan efektifitas

pemberian buah jambu biji merah (Psidium guajava) dan daun jambu biji

(Psidium guajava linn) terhadap peningkatan jumlah trombosit pada penderita

DBD. Variable dependent dalam penelitian ini adalah jumlah trombosit yang

diperoleh deari asil cek darah setelah di berikan jus buah jambu biji merah

(Psidium guajava) dan daun jambu biji (Psidium guajava linn).

Untuk lebih jelasnya hubungan dari kedua variable tersebut dapat

dilihat pada bagan di bawah ini :


Kelompok 1

Pretest perlakuan posttest

trombosite jus buah jambu biji merah trombosite


(Psidium guajava)

Kelompok II

trombosite Daun jambu biji (Psidium trombosite


guajava linn).

Gambar kerangka 3.1 konsep

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tujuan dari pertanyaan penelitiasn sebelumnya maka

dapat dirumuskan Hipotesis penelitian ini sebagai berikut :

1. Jus buah jambu biji (Psidium guajava) dapat meningkatkan trombosit

darah pada penderita DBD.

2. Ekstrak Daun jambu biji (Psidium guajava linn) dapat meningkatkan

trombosit darah pada penderita DBD.

3. Ekstrak Daun jambu biji (Psidium guajava linn) lebih efektif

meningkatkan trombosit darah pada penderita DBD.

DAFTAR PUSTAKA
Dr. Yekti. M, & Widayati .L. (2015) Cekal (cegah dan tangkal) sampai tuntas

Demam Berdarah. Yogyakarta : Rapha Publishing.

Dinas Kesehatan Sumatra Barat. (2014). Profil kesehatan 2014

Kemenkes RI. (2013) Profil kesehatan Indonesia 2012. Jakarta Kemenkes RI

Kemenkes RI. (2016). Situasi DBD di Indonesia 2016

Jaya ndaru prasetio. (2015). Potential red guava in patients with dengue hemorrahagic

fever. Jurnal of majority,

Cristina E.H, Andrian U, Arthur E.M, & Firginia M (2013). Perbandingan jumlah

trombosit pada demam berdarah dengue tanpa syok dan syok di RSUP. Prof.

dr. R. D Kandou Manado. Jurnal e- biomedik (Ebm) (vol 1-2), 863-867

Fairuz R. (2015). Pengaruh pemberian ekstrak daun jambu biji (psidium guajava

linn.) terhadap peningkatan trombosit pada pasien demam berdarah dengue.

Jurnal of majority,(vol 4).

STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi.(2017). Panduan penulisan skripsi

Septi M, Almahdy & Rose D.M. (2013). Efek penggunaan suplemen ekstrak daun

jambu biji (psidium guajava linn.) dan angkak (monascus purpureus) dalam

meningkatkan trombosit pada demam berdarah dengue (DBD) RSUP. DR.


M. Djamil Padang. Jurnal penelitian farmasi Indonesia. 1(2) : 57-61

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Demam Berdarah Dengue (DBD)

a. Defenisi

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus,

genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. Penularan DBD terjadi

melalui gigitan nyamuk genus Aedes, terutama nyamuk Aedes

aegypty dan Aedes albopictus betina Penyakit ini tergolong kedalam

penyakit akut (Mumpuni & Lestari ,2015).

Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk

genus Aedes (terutama A. aegyti dan A. albopictus). Peningkatan kasus

setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tempat

perindukan bagi nyamuk betina, yaitu bejana yang berisi air jernih

(bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan air lainnya).

Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi

biakan virus dengue yaitu: (1) Vektor : perkembangbiakan vektor,

kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di lingkungan, transportasi

vektor dari satu tempat ke tempat lainnya; (2) Pejamu : terdapatnya

penderita di lingkungan atau keluarga, mobilisasi, dan paparan

terhadap nyamuk, usia, dan jenis kelamin; (3) Lingkungan : curah

hujan, suhu, dan kepadatan penduduk (Rabbaniyah, 2015).


b. Etiologi

Ada empat serotype yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4

Keempat jenis virus ini semuanya terdapat di Indonesia. Dengue

adalah penyakit arboviral tersering yang tersebar di seluruh dunia.

Dengue disebabkan oleh infeksi 1 dari 4 serotipe virus dengue. Virus

dengue berasal dari keluarga Flaviviridae, genus Flavivirus (virus

RNA ikatan tunggal tidak bersegmen). Virus dengue menular ke

manusia melalui gigitan nyamuk Aedes betina yang telah ter-infeksi.

Virus dengue (DEN) mempunyai 4 serotipe (DEN-1, DEN-2, DEN-3,

DEN-4) (Rabbaniyah, 2015). seropati DEN-3 merupakan jenis yang

sering dihubungkan dengan kasus-kasus terparah pada DBD

(Widoyono, 2011).

Infeksi dari salah satu tipe virus bisa tanpa gejala di mayoritas

kasus yang terjadi atau bisa menimbulkan gejala klinis. Mulai dari

yang ringan dengan gejala seperti flu (yang biasa disebut demam

dengue/DD), bentuk yang lebih parah (yang biasa disebut demam

berdarah/DBD), dan yang hingga menimbulkan gejala syok (dengue

syok sindrom/DSS).10

Infeksi virus dengue dapat menyebabkan aktivasi makrofag

yang memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga

virus bereplikasi di makrofag dan berujung dengan menurunnya

trombosit dalam tubuh (trombositopenia).4 Trombositopenia adalah


penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombosit <140.000/μl).

Derajat beratnya perdarahan berkorelasi dengan tingkatan

trombositopenia: trombositopenia ringan (trombosit 100.000-

140.000/μl), trombositopenia sedang ( trombosit 50.000-100.000/μl),

trombositopenia berat ( trombosit 20.000-50.000/μl), trombositopenia

sangat berat (trombosit 20.000/μl). Di mana pada trombositopenia

berat mempunyai resiko untuk terjadinya perdarahan spontan, pada

yang ringan seringkali asimptomatik, dan yang sedang dapat terjadi

perdarahan bila ada trauma, pembedahan atau obat-obatan

(Rabbaniyah, 2015).

c. Klasifikasi

Klasifikasi Demam Berdarah Dengue (DBD) menurut Widoyono

(2011) :

1) Derajat I

Ditandai dengan gejala demam, sakit kepala, nyeri retro-

orbital, myalgia, altralgia, dan ditambah dengan uji bendung

dengan hasil positif, dan hasil laboratorium trombositopenia

(<100.000/ul), bukti ada kebocoran plasma.

2) Derajat II

Ditandai dengan gejala demam, sakit kepala, nyeri retro-

orbital, myalgia, altralgia, hasil uji bending positif dan


ditambah dengan perdarahan spontan dan hasil laboratorium

trombositopenia (<100.000/ul), bukti ada kebocoran plasma.

3) Derajat III

Ditandai dengan gejala demam, sakit kepala, nyeri retro-

orbital, myalgia, altralgia, hasil uji bending positif, adanya

perdarahan spontan, ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin

dan lembab serta gelisah) dan hasil laboratorium

trombositopenia (<100.000/ul), bukti ada kebocoran plasma.

4) Derajat IV

Ditandai dengan Syok berat disertai dengan tekanan darah dan

nadi tidak terukur dan hasil laboratorium trombositopenia

(<100.000/ul), bukti ada kebocoran plasma.

d. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam,

demam dengue (DD), dan demam berdarad dengue (DBD), ditandai

dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, pendarahan

diatesis seperti uji tourniquet positif, hematemesis atau melena,

perdarahan mukosa(perdarahan gusi), trombositopenia dengan jumlah

trombosit ≤100.000/ul terdapat minimal satu tanda-tanda plasma

leakage (kebocoran plasma) efusi pleura, asites atau hipoproteinemia

akibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah yaitu peningkatan

hematocrit >20% dibandingkan dengan standar sesuai dengan umur


dan jenis kelamin (Widoyono, 2011). Tiga tahap presentasi klinis

diklasifikasikan sebagai demam, beracun, dan pemulihan. Tahap

beracun, yang berlangsung 24-48 jam adalah masa paling kritis dengan

kebocoran plasma cepat yang mengarah ke gangguan peredaran darah

(Rabbaniyah, 2015).

e. Patofisiologi

Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki hubungan yang

kuat antara kekebalan tubuh yang di miliki oleh seseorang terhadap

infeksi suatu virus atau penyakit. Pada DBD Virus dengue yang telah

masuk ketubuh Melalui gigitan nyamuk akan menimbulkan viremia.

Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi

komplek imun Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk

dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin,

Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga

terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan

meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi.

Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas

dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma.

Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan agregasi

trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit,

trombositopenia, dan koagulopati (Mumpuni & Lestari ,2015).


Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui

mekanisme supresi sumsum tulang, destruksi dan pemendekan masa

hidup trombosit, gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (<5

hari) menunjukkan keadaan hiposelular dan supresi megakariosit.

Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan proses

hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar tromobopoietin

dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru menunjukkan

kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis

sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia.

Destruksi trombosit terjadi melalui pengikatan fragmen C3g,

terdapatnya antibody VD, konsumsi trombosit selama proses

koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit

terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP, peningkatan

kadar b-tromboglobulin dan PF4 yang merupakan petanda degranulasi

trombosit. Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan

endotel yang menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian

menunjukkan terjadinya koagulopati konsumtif pada DBD tipe III dan

IV. Aktivasi koagulopati pada DBD terjadi melalui aktivasi jalur

ekstrinsik (tissue factor pathway). Jalur intrinsic juga berperan melalui

aktivasi factor Xia namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikkrein CI-

inhibitor complex) (W. sudoyo, 2009)

Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang

jika berlanjut terjadi syok dan jika syok tidak teratasi, maka akan
terjadi hipoksia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik.

Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang

akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan

menurun dan jika tidak teratasi dapat menimbulkan hipoksia jaringan

(Mumpuni & Lestari ,2015).

Demam Berdarah Dengue (DBD) menyebabkan terjadi

penurunan jumlah trombosit dalam darah. Trombosit atau keping sel

darah merupakan salah satu komponen darah yang mempunyai fungsi

utama dalam pembekuan darah. Trombosit akan bekerja dengan

menutupi pembuluh darah yang rusak dan membentuk benang-benang

fibrin seperti jaring-jaring yang akan menutup kerusakan tersebut.

(Norita , 2014)

f. Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien

tersangka DBD adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin,

hematocrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat

adanya limfositosis relative disertai gambaran limfosit plasma biru.

diagnosis pasti di dapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell

culture) ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik

RT-PCR (Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction)

namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis yang
mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap dengue berupa

antibody total, IgM maupun IgG-lebih banyak.

Parameter laboratoris yang diperiksa antara lain:

a) Leukosit: dapat normal atau menurun mulai dari hari ke-3

ditemui limfositosis relative (>45% dari total leukosit)

disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >15% dari

umlah total leukosit yang pada fase syok meningkat

b) Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari

ke 3-8.

c) Hematocrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan di

temukannya peningkatan hematocrit >20% dari hematocrit

awal umumnya dimulai dari hari ke-3 demam.

d) Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT,

Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada keadaan yang diurigai

terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.

e) Protein / albumin : terjadi hipoprotein akibat kebocoran

plasma.

f) SGOT/ SGPT dapat meningkat.

g) Ureum, kreatinin: bila di dapat gangguan fungsi ginjal

h) Elektrolit: sebagai parameter pemberian cairan.

i) Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi): bila

akan diberikan transfuse darah atau komponen darah.


j) Imunoserologi: dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG

terhadap dengue.

k) Antigen NS 1 dapat di deteksi pada hari ke1-8 demam.

b) Pemeriksaan radiologis

Pada foto dada di dapatkan efusi pleura, terutama pada

hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat,

efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan

foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral decubitus kanan

(posisi tidur pasien pada badan sebelah kanan). Asites dan efusi

pleura dapat pula di deteksi dengan pemeriksaan USG.

g. Komplikasi

Komplikasi Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat berupa:

Ensefalopati dengue edema otak dan alkalosis dapat terjadi pada syok

maupun tanpa syok, kelainan ginjal akibat syok yang berkepanjangan,

edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan. Tata laksana

syok yang tidak adekuat akan menjadi komplikasi hipoksia,

perdarahan gastrointestinal hebat dengan prognosis buruk (Hapsari,

2016).

h. Penatalaksanaan

a) Derajat I
Dilakukan pemeriksaan awal berupa uji bendungan, Hb, Ht jika

terjadi peningkatan Hb Ht dan trombosit menurut di anjurkan

untuk dirawat.

b) Derajat II

Diberikan cairan infus kristaloid dengan jumlah seperti rumus

berikut:

1500 + 20 x (BB dalam Kg-20)

Contoh volume rumatan untuk BB 55 Kg: 1500 + 20 x (55-

20)= 2200 ml. setelah pemberian cairan dilakukan pemeriksaan

Hb, Ht setiap 24 jam.

c) Derajat III

Jika terjadi pendarahan spontan seperti pada hidung yang tidak

terkendali walaupun telah diberikan tampon hidung, perdarahan

saluran cerna (melena atau hematemesis) pendarahan saluran

kencing (hematuria), perdarahan otaknatau pendarahan

tersembunyi dengan jumlah perdarahan sebanyak 4-5

ml/KgBB/jam dilakukan pemeriksaan Hb, Ht dan thrombosis

setiap 4-6 jam. Kemudian pemberian heparin diberikan bila secara

klinis dan laboratorium di dapat tanda-tanda koagulasi

intravascular diseminata (KID).

Transfuse komponem darah diberikan sesuai indikasi, FFP

diberikan apabila didapat defisiensi factor-faktor pembekuan ( PT,


dan APTT yang memanjang), PRC diberikan bila nilai Hb kurang

dari 10 g/dl, tranfusi trombosit hanya diberikan pada pasien DBD

dengan perdarahan spontan dan massif dengan jumlah trombosit

<100.000/mm3 disertai atau tanpa tanda-tanda koagulasi

intravascular diseminata (KID).

d) Derajat IV

Pemberian cairan kristalpoid secara berlanjut dengan indikasi yang

didiagnosis (Widoyono 2019).

2. Trombosit

a. Defenisi

Trombosit atau keping sel darah merupakan salah satu

komponen darah yang mempunyai fungsi utama dalam pembekuan

darah. Trombosit akan bekerja dengan menutupi pembuluh darah yang

rusak dan membentuk benang-benang fibrin seperti jaring-jaring yang

akan menutup kerusakan tersebut darah sehingga tidak terjadi

pendarahan hebat saat terjadi pendarahan. (Norita , 2014)

Trombosit juga berfungsi sebagai pendorong respon daya tahan

tubuh Trombosit tidak memiliki inti sel dan berukuran sangat kecil

Nilai normal trombosit pada orang dewasa 150.000-400.000 sel/mm3,

dan anak-anak 150.000-450.000 sel/mm3 (fauzan, 2013)

b. Penyebab trombosit turun


Penurunan jumlah trombosit diidentikkan dengan adanya

demam, Keadaan penurunan jumlah trombosit disebut dengan

trombositopenia. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah

satu penyebab terjadinya trombositopenia dalam tubuh, trombosit

dibentuk dalam sumsum tulang dan memiliki umur kurang lebih 10

hari, trombosit sangat rapuh dan mudah pecah, pecahnya trombosit

mengakibatkan keluarnya enzim trombosit, enzim ini berperan penting

dalam pembekuan darah (fauzan, 2013)

c. Cara penanganan untuk peningkatan trombosit

Cara yang mudah untuk meningkatkan jumlah trombosit di

dalam tubuh yaitu dengan pemenuhan nutrisi baik dengan meminum

minuman yang kaya akan nutria maupun makanan yang mengandung

banyak nutrisi. Salah satu tumbuhan yang bermanfaat untuk

menaikkan jumlah trombosit yaitu jus buah jambu biji merah (Psidium

guajava) dan daun jambu biji (Psidium guajava linn) (Mumpuni &

Lestari ,2015).

3. Penegrtian buah jambu biji merah (Psidium guajava) dan daun

jambu biji (Psidium guajava linn).

a. Defenisi

Buah jambu biji merah (Psidium guajava) merupakan salah

satu tanaman obat yang sudah dimanfaatkan dalam pengobatan

tradisional. Buah ini mengandung banyak manfaat salah satunya yaitu


sebagai sebagai obat untuk penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD). Buah jambu biji merah (Psidium guajava) mengandung

banyak vitamin dan mineral yang berguna untuk kesehatan, saat

menjelang matang, kandungan vitamin C pada buah ini dapat

mencapai 3-6 kali lipat lebih tinggi disbanding buah jeruk, selain itu

jambu biji (Psidium guajava) juga kaya akan serat yang larut dalam

air, terutama dibagian kulit sehingga dapat mengganggu penyerapan

glukosa dan lemak yang berasal dari makanan dan membuangnya ke

luar tubuh (wijaya, 2013)

Selain buah jambu biji (Psidium guajava), daun jambu biji

(Psidium guajava linn) juga memiliki banyak manfaat seperti

mengatasi diare selain itu daun jambu biji (Psidium guajava linn)

dipercaya sebagai obat DBD karena didalam daun jambu biji berhasiat

sebagai antibiotic dan antimikroba tak kurang dari 40 senyawa kimia

terdapat di dalam daun jambu biji, seperti golongan aldehid, guanine,

dan kuersetin. Kuersetin (Flavonoid) merupakan senyawa pokok

penambah jumblah rombosit (Mumpuni & Lestari ,2015).

b. Kandungan jambu biji (Psidium guajava)

Table 2.1

Kandungan jambu biji (Psidium guajava)

KANDUNGAN JUMLAH/ 100g


Asam pantotenat 0,451 mg 9%
Besi 0,26 mg 3%
Crypto-xanthin-B 0 mcg
Energy 68 Kcal 3,5 %
Folates 49 mcg 12,5
Fosfor 11 mg 2%
Thiamin 0,067 mg 5,5%
Total lemak 0,95 g 3%
Vitamin A 624 IU 21%
Vitamin C 228 mg 396%
Vitamin E 0,73 mg 5%
Vitamin K 2,6 mcg 2%
Kalium 417 mg 9%
Kalsium 18 mg 2%
Karbohidrat 14,3 g
Kolesterol -
Lycopene -
Magnesium 22 mg 5,5%
Mangan 0,150 mg 6,5 %
Mineral -
Natrium 2 mg 0%
Niacin 1,084 mg 7%
Phyto-nutrisi -
Protein 2,55 g 5%
Pyridoxine 0,110 mg 8,5%
Riboflavin 0,040 mg 3%
Selenium 0,6 mcg 1%
seng 0,23 mg 2%
Serat diet 5,4 g 14%
B-karoten 374 mcg
tembaga 0,230 mg 2,5%

Sumber : hastomo, W (2013)

c. Kandungan daun jambu biji (Psidium guajava linn)

Tabel 2.2

Kandungan daun jambu biji (Psidium guajava linn)

KANDUNGAN JUMLAH/ 100g


Karbohidrat 0,451 mg 9%

Protein 0,26 mg 3%
Serat 0 mcg

Lemak total 68 Kcal 3,5 %


Kalium 49 mcg 12,5
Magnesium 11 mg 2%
Fosfor 0,067 mg 5,5%
Natrium 0,95 g 3%
Folat 624 IU 21%

Vitamin C 228 mg 396%

Vitamin A 0,73 mg 5%
Niacin 2,6 mcg 2%

Kalium 417 mg 9%

Riboflavin 18 mg 2%

Vitamin E 14,3 g

Asam pantotenat -
Vitamin B1 -

Sumber : Alim T (2013)


Tabel 2.1

Senyawa fitokimia

ANALISIS KANDUNGAN DAUN JAMBU BIJI

Steroid ++

Tnterpenoid -

Fenol hidrokuinon +

Flavonoid +
Saponin +

Tannin +++

Sumber : wijaya (2014)

d. Cara meramu jus jambu biji (Psidium guajava)

Manurut BPOM cara meramu jus jambu biji untuk

meningkatkan jumblah trombosit pada penderita DBD yaitu ambil 1

buah jambu biji daging merah setengah matang dengan berat 150 gr

dan cuci buah dengan utuh, kemudian potong buah menjadi beberapa

bagian, tambahkan air secukupnya dan di blender menjadi 250 cc dan

diminum 2x sehari pagi dan sore hari.

e. Cara meramu daun jambu biji (Psidium guajava linn)

Sediakan 10 lembar daun jambu biji merah pilih daun yang

tidak terlalu tua dan muda, rebus dengan menggunakan 5 gelas air

bersih sampai air menyusut enjadi 3 gelas, air rebusan bewarna coklat

kehijauan dengan rasa agak sepet, saring dan dinginkan lalu diminum

3x1 gelas/hari.
B. Kerangka Teori

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus

Flavivirus, dan family Flaviviridae. Penularan DBD terjadi melalui

gigitan nyamuk genus Aedes, terutama nyamuk Aedes aegypty dan

Aedes albopictus betina Penyakit ini tergolong kedalam penyakit

akut (Mumpuni & Lestari ,2015).

Kekurangan Ketidak Resiko Hipertemia


volume cairan seimbangan perdarahan berhubungan
berhubungan nutrisi kurang berhubungan dengan
dengan dari dengan factor- proses
pindahnya kebutuhan faktor infeksi virus
cairan tubuh pembekuan
intravaskuler berhubungan darah
ke dengan intake (trombositope
ekstravaskuler nutrisi yang nia)
tidak adekuat

Pemberian jus jambu biji (Psidium

guajava) dan rebusan daun jambu

biji (Psidium guajava linn)

Peningkatan trombosit
Sumber : Hapsari (2016)

Anda mungkin juga menyukai