Anda di halaman 1dari 8

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDERITA

PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TELAGA BIRU
KECAMATAN TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO

Oleh : Isnawaty Kundji


Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan
Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK
Isnawaty Kundji. 811409004. 2013. Deskripsi Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penderita Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah
Kerja Puskesmas Telaga Biru Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo.
Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan
Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Ibu Dra. Hj. Rany
Hiola, M.Kes dan pembimbing II Bapak Sirajuddien Bialangi SKM, M.Kes.
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, ditandai dengan demam
tinggi dan manifestasi perdarahan. Sampai saat ini penyakit DBD merupakan
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Tujuan dari penelitian adalah untuk
mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi penderita penyakit DBD di
wilayah kerja Puskesmas Telaga Biru Kecamatan Telaga Biru tahun 2013.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan deskriptif
epidemiologi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh jumlah penderita DBD
yaitu sebanyak 40 orang. Sampel adalah seluruh jumlah populasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 27 rumah penderita (67%) ada jentik
dan 13 rumah (32%) tidak ada jentik. 100% penderita memiliki kebiasaan
menggantung pakaian. Dan 6 orang (15%) yang memiliki kebiasaan
menggunakan obat anti nyamuk, 34 orang (85%) yang tidak menggunakan obat
anti nyamuk.
Diharapkan bagi masyarakat agar lebih mengupayakan peningkatan
pemberantasan sarang nyamuk DBD (PSN-DBD). Bagi instansi kesehatan
diharapkan lebih meningkatkan tindakan promotif dan preventif pada masyarakat
untuk mengatasi masalah DBD. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, sebab
dalam penelitian ini tidak diketahui berapa besar pengaruh masing-masing
variabel.

Kata kunci : DBD, Perilaku

PENDAHULUAN empat serotipe virus genus


Demam berdarah dengue Flavivirus, famili Flaviviridae.
(DBD) adalah penyakit demam akut Setiap serotipe cukup berbeda
yang ditemukan di daerah tropis, sehingga tidak ada proteksi silang
dengan penyebaran geografis yang dan wabah yang disebabkan
mirip malaria. Penyakit ini beberapa serotipe (hiperendemisitas)
disebabkan oleh salah satu dari dapat terjadi (Saraswati, 2011 : 71).
Sampai saat ini penyakit Puskesmas Telaga Biru Kecamatan
demam berdarah dengue (DBD) Telaga Biru dibandingkan dengan
merupakan masalah kesehatan wilayah kerja puskesmas lain di
masyarakat di Indonesia dan sering Kabupaten Gorontalo, yaitu
menimbulkan suatu kejadian luar sebanyak 38 orang (0,14%).
biasa dengan kematian yang besar. Selama tiga tahun terakhir
Penyakit ini bukan hanya terjadi di kasus DBD di Puskesmas Telaga
daerah perkotaan saja melainkan Biru mengalami peningkatan. Tahun
sudah merambah di daerah pedesaan. 2011 jumlah kasus sebanyak 3 orang
Menurut data dari Dinas (0,01%), tahun 2012 jumlah kasus
Kesehatan Provinsi Gorontalo, sebanyak 9 orang (0,03%),
jumlah kasus Demam Berdarah sedangkan bulan Januari sampai
Dengue (DBD) terus meningkat. April tahun 2013 jumlah kasus
Pada tahun 2008 jumlah kasus DBD sebanyak 40 orang (0,15%)
dilaporkan sebanyak 172 kasus (IR (Puskesmas Telaga Biru 2013).
18,20/100.000 penduduk). Tahun Sehubungan dengan jumlah
2009 mengalami penurunan jumlah kasus DBD 3 tahun terakhir di
kasus DBD sebanyak 93 kasus (IR Puskesmas Telaga Biru selalu
9,19/100.000 penduduk). Kasus meningkat disebabkan oleh beberapa
terbanyak terdapat di Kota Gorontalo faktor, diantaranya faktor kepadatan
sebanyak 59 kasus (IR 61,29/100.000 rumah, dimana wilayah kerja
penduduk). Kabupaten Pohuwato puskesmas Telaga Biru ini diketahui
memiliki kasus paling rendah yaitu 3 memiliki beberapa perumahan yang
kasus (IR 2,5/100.000 penduduk). sangat berdekatan antara rumah satu
Kemudian pada tahun 2010 jumlah dengan rumah yang lain, hal ini
kasus DBD meningkat yaitu 480 memudahkan nyamuk berpindah-
kasus (IR 45,5/100.000 penduduk). pindah dari rumah satu ke rumah
Namun pada tahun 2011 jumlah yang lain. Disamping itu juga di
kasus DBD menurun. Sedangkan lingkungan sekitar perumahan warga
pada tahun 2012 terjadi peningkatan masih banyak yang mendukung
kasus DBD yaitu sebanyak 148 kasus perindukan nyamuk yaitu adanya
(Profil Dinkes Provinsi Gorontalo, barang-barang bekas yang dapat
2012). menampung air. Kemudian faktor
Berdasarkan data yang lain yaitu kebiasaan masyarakat yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan merugikan kesehatan seperti
Kabupaten Gorontalo, pada tahun kebiasaan menggantung pakaian
2010 jumlah kasus Demam Berdarah masih cukup tinggi. Kebiasaan
Dengue (DBD) sebanyak 149 orang menampung air di bak mandi dalam
(3,9%). Sedangkan pada tahun 2011 waktu yang lebih dari seminggu
jumlah kasus DBD menurun yaitu tanpa mengurasnya. Selain itu
sebanyak 4 orang (0,1%). Namun kebiasaan masyarakat dalam
pada tahun 2012 jumlah kasus DBD mencegah gigitan nyamuk masih
meningkat kembali yaitu sebanyak kurang, seperti halnya dalam
71 orang (1,9%). Pada bulan Januari menggunakan obat anti nyamuk dan
sampai Maret tahun 2013 kasus lain-lain.
tertinggi terjadi di wilayah kerja
Berdasarkan hasil penelitian Kecamatan Telaga Biru Kabupaten
sebelumnya, yang dilakukan oleh Gorontalo. Penelitian ini merupakan
Dardjito dkk pada peneltian beberapa penelitian observasional dengan
faktor risiko yang berpengaruh pada rancangan deskriptif epidemiologi,
kejadian penyakit DBD di Kabupaten dimana peneliti melakukan
Banyumas tahun 2008, bahwa wawancara dan observasi terhadap
beberapa faktor yang kontribusi atau faktor-faktor yang mempengaruhi
mendukung terjadinya DBD, yaitu : penyakit demam berdarah dengue
kebiasaan menggantung pakaian dan (DBD), kemudian hasilnya akan
kebiasaan menggunakan obat anti dideskripsikan. Variabel bebas
nyamuk (Dardjito dkk, 2008 : 1). (independent) pada penelitian ini
Menurut hasil penelitian adalah keberadaan jentik Aedes
Widiyanto tahun 2007 di Kota aegypti, kebiasaan menggantung
Purwokerto Jawa Tengah, bahwa pakaian dan kebiasaan menggunakan
keberadaan jentik dan kebiasaan obat anti nyamuk. Sedangkan yang
menggantung baju berhubungan menjadi variabel terikat (dependent)
dengan kejadian DBD. Sedangkan adalah penyakit demam berdarah
menurut penelitian Djafri tahun 2012 dengue (DBD).
di wilayah kerja puskesmas Populasi pada penelitian ini
Dulalowo Kecamatan Kota Tengah adalah seluruh jumlah penderita
Kota Gorontalo bahwa keberadaan DBD yaitu sebanyak 40 orang.
jentik berhubungan dengan kejadian Sampel adalah seluruh jumlah
DBD. populasi yaitu sebanyak 40 orang,
Dari penelitian-penelitian dengan teknik yang digunakan
tersebut dapat diambil kesimpulan adalah total sampling.
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi penderita penyakit HASIL DAN PEMBAHASAN
demam berdarah dengue (DBD) pada Karakteristik Penderita DBD
suatu wilayah, yaitu meliputi : Berdasarkan penelitian yang
keberadaan jentik, kebiasaan telah dilakukan di wilayah kerja
menggantung pakaian dan kebiasaan Puskesmas Telaga Biru Kecamatan
menggunakan obat anti nyamuk. Telaga Biru Kabupaten Gorontalo
Berdasarkan uraian latar dari tanggal 16 April 2013 sampai
belakang masalah diatas, maka dengan 1 Mei 2013, didapatkan
penulis terdorong untuk melakukan bahwa dari 40 orang penderita DBD
penelitian lebih lanjut tentang merupakan hasil diagnosa Rumah
“Deskripsi Faktor-Faktor Yang Sakit Umum MM Dunda Limboto
Mempengaruhi Penderita Penyakit sebanyak 34 orang, RSU Aloe Saboe
Demam Berdarah Dengue (DBD) di sebanyak 1 orang, RSU Islam
Wilayah Kerja Puskesmas Telaga sebanyak 3 orang dan dokter praktek
Biru Kecamatan Telaga Biru sebanyak 2 orang. Penderita Paling
Kabupaten Gorontalo”. banyak pada kelompok umur 0-15
tahun yaitu sebanyak 15 orang
METODE PENELITIAN (37,5%) dan penderita paling sedikit
Penelitian ini dilaksanakan di yaitu berada pada kelompok umur >
wilayah kerja Puskesmas Telaga Biru 56 tahun sebanyak 1 orang (2,5%).
Dengan penderita terbanyak adalah observasi langsung pada tempat
perempuan sebanyak 21 orang penampungan air, baik tempat
(52,5%) dan laki-laki 19 orang penampungan air untuk keperluan
(47,5%). Paling banyak penderita sehari-hari maupun yang bukan
bertempat tingggal di desa tempat penampungan air untuk
Tuladenggi sebanyak 14 orang (35%) keperluan sehari-hari, kebiasaan
dan paling sedikit penderita menggantung pakaian dan kebiasaan
bertempat tinggal di desa Timuato menggunakan obat anti nyamuk yang
dan Pentadio Timur masing-masing 1 ada disetiap rumah penderita atau
orang (2,5%). Rata-rata penderita seluruh penderita DBD di wilayah
masih anak-anak, jadi paling banyak kerja Puskesmas Telaga Biru pada
penderita bekerja/berprofesi sebagai bulan Januari sampai April tahun
siswa yaitu sebanyak 12 orang 2013, yaitu yang tersebar di 7 desa
(30,0%) dan penderita yang paling diantaranya desa Dumati, desa
sedikit yaitu yang bekerja sebagai Tuladenggi, desa Tinelo, desa
TNI dan mahasiswa masing-masing Timuato, desa Pentadio Timur, desa
1 orang (2,5%). Kemudian penderita Pantungo dan desa Lupoyo.
paling banyak berpendidikan Berdasarkan hasil wawancara dan
terakhir SD yaitu sebanyak 11 orang observasi diperoleh data masing-
(27,5%) dan penderita paling rendah masing variabel sebagai berikut :
adalah berpendidikan terakhir 1. Keberadaan Jentik Aedes
SMA/Sederajat yaitu sebanyak 5 aegypti
orang (12,5%). Berdasarkan hasil penelitian
Analisis Univariat observasi pemeriksaan jentik Aedes
Pada penelitian ini variabel aegypti pada tempat penampungan
yang diteliti adalah faktor-faktor air, baik tempat penampungan air
yang mempengaruhi penderita (TPA) untuk keperluan sehari-hari
penyakit demam berdarah dengue dan bukan tempat penampungan air
(DBD) di wilayah kerja Puskesmas (TPA) untuk keperluan sehari-hari
Telaga Biru Kecamatan Telaga Biru baik di dalam rumah maupun di luar
Kabupaten Gorontalo tahun 2013. rumah penderita, diperoleh hasil
Berdasarkan hasil wawancara dan sebanyak 27 rumah (67%) ada jentik
observasi diperoleh data masing- dan 13 rumah (32%) tidak ada jentik.
masing variabel sebagai berikut : Lebih jelasnya dapat dilihat pada
Pada penelitian ini variabel tabel 1.1. Untuk keberadaan jentik
yang diteliti adalah faktor-faktor paling banyak ditemukan pada TPA
yang mempengaruhi penderita untuk keperluan sehari-hari (bak
penyakit demam berdarah dengue mandi, bak WC, dispenser dan
(DBD) di wilayah kerja Puskesmas ember) dan bukan TPA untuk
Telaga Biru Kecamatan Telaga Biru keperluan sehari-hari baik (barang-
Kabupaten Gorontalo tahun 2013. barang bakas, pot bunga dan ban
Adapun data yang dikumpulkan bekas).
tentang variabel yang diteliti Tingginya angka keberadaan
diperoleh melalui wawancara jentik merupakan faktor yang
langsung dengan penderita dengan berpengaruh terhadap penyakit DBD,
menggunakan kuesioner dan hal ini dikarenakan oleh masih
banyak penderita yang didapatkan sedikit angin, dan nyamuk tersebut
tidak melakukan 3 M (Menutup biasa hinggap dan menempel
TPA, Menguras TPA dan Menimbun dipakaian di dalam rumah. Sehingga
barang-barang bekas). Dan untuk dapat diasumsikan bahwa kebiasaan
sebagian rumah penderita yang tidak menggantung pakaian merupakan
didapatkan jentik tetapi tetap faktor yang berpengaruh terhadap
menderita DBD ini dikarenakan penyakit DBD di wilayah kerja
faktor lain, yaitu faktor kebiasaan Puskesmas Telaga Biru pada bulan
menggantung pakaian dan faktor Januari sampai April tahun 2013.
kebiasaan menggunakan obat anti 3. Kebiasaan Menggunakan Obat
nyamuk. Penelitan ini sejalan dengan Anti Nyamuk
penelitian yang dilakukan Djafri Berdasarkan hasil penelitian
(2012) yang menyatakan bahwa mengenai kebiasaan menggunakan
keberadaan jentik berhubungan obat anti nyamuk pada pagi hari
dengan kejadian DBD. Sehingga (pukul 09.00-10.00) dan sore hari
dapat diasumsikan bahwa (pukul 16-17.00) diperoleh melalui
keberadaan jentik Aedes aegypti wawancara bahwa hanya ada 6 orang
merupakan faktor yang berpengaruh (15%) yang memiliki kebiasaan
terhadap penyakit DBD di wilayah menggunakan obat anti nyamuk pada
kerja Puskesmas Telaga Biru pada pagi hari dan sore hari, selebihnya
bulan Januari sampai April tahun tidak menggunakan obat anti nyamuk
2013. yaitu sebanyak 34 orang (85%).
2. Kebiasaan Menggantung Lebih jelasnya dapat dilihat pada
Pakaian tabel 1.1. Dan jenis obat anti nyamuk
Berdasarkan hasil penelitian yang sering digunakan oleh penderita
observasi pemeriksaan tempat adalah semprot dan repellent.
kebiasaan menggantung pakaian di Dilihat dari banyaknya
dalam rumah penderita baik di dalam jumlah hasil presentasi kebiasaan
kamar maupun di luar kamar tidak menggunakan obat anti nyamuk
diperoleh bahwa 100% penderita ini merupakan salah satu faktor yang
yang memiliki kebiasaan berpengaruh terhadap penyakit DBD,
menggantung pakaian. Lebih hal ini dikarenakan oleh tingkat
jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.1. kesadaran masyarakat tentang
Tempat kebiasaan penderita tindakkan pencegahan gigitan
menggantung pakaian paling banyak nyamuk itu kebanyakan hanya pada
di dalam kamar. Hal ini merupakan malam hari, padahal mereka tidak
faktor yang berpengaruh terhadap menyadari bahwa aktivitas nyamuk
penyakit DBD, karena salah tempat Aedes aegypti pada pagi hari (pukul
kebiasaan nyamuk istirahat itu ada 09.00-10.00) dan sore hari (pukul 16-
pada pakaian yang bergantungan. 17.00). Dan untuk sebagian penderita
Dimana penelitian ini sejalan dengan yang didapatkan memiliki kebiasaan
penelitian Widiyanto tahun (2007) menggunakan obat anti nyamuk pada
yang menyatakan bahwa keberadaan pagi hari dan sore hari tetapi tetap
nyamuk untuk hinggap istirahat menderita DBD ini dikarenakan
selama menunggu waktu bertelur dan faktor lain, yaitu faktor keberadaan
tempat tersebut gelap, lembap dan jentik dan kebiasaan menggantung
pakaian. Penelitian ini pernah kebiasaan menggunakan obat anti
dilakukan Dardjito dkk (2008) yang nyamuk merupakan faktor yang
menyatakan bahwa salah satu faktor berpengaruh terhadap penyakit DBD
risiko yang berpengaruh pada di wilayah kerja Puskesmas Telaga
penyakit DBD adalah kebiasaan Biru pada bulan Januari sampai April
menggunakan obat anti nyamuk. tahun 2013.
Sehingga dapat diasumsikan bahwa

Tabel 1.1
Distribusi Hasil Perhitungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penderita
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas
Telaga Biru Pada Bulan Januari Sampai April Tahun 2013.
No. Faktor-Faktor n %
1. Keberadaan Jentik Aedes Aegypti
a. Ada 27 67,5
b. Tidak Ada 13 32,5
Jumlah 40 100,0
2. Kebiasaan Menggantung Pakaian
a. Biasa 40 100,0
b. Tidak Biasa 0 0,0
Jumlah 40 100,0
3 Kebiasaan Menggunakan Obat Nyamuk
a. Biasa 6 15,0
b. Tidak Biasa 34 85,0
Jumlah 40 100,0

SIMPULAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian Diharapkan bagi masyarakat
dan pembahasan, maka dapat agar lebih upaya peningkatan
disimpulkan sebagai berikut : pemberantasan sarang nyamuk DBD
1. Keberadaan jentik Aedes aegypti (PSN-DBD) yaitu bersifat proaktif
pada penderita penyakit DBD dan melakukan tindakan 3 M
sebanyak 27 orang (67%). (Menutup TPA, Menguras TPA dan
2. Kebiasaan menggantung pakaian Menimbun barang-barang bekas)
pada penderita penyakit DBD minimal seminggu sekali. Bagi
sebanyak 40 orang (100%). instansi kesehatan diharapkan lebih
3. Kebiasaan menggunakan obat meningkatkan tindakan promotif dan
anti nyamuk pada penderita preventif pada masyarakat untuk
penyakit DBD sebanyak 6 orang mengatasi masalah DBD. Perlu
(15%). dilakukan penelitian lebih lanjut,
sebab dalam penelitian ini tidak
diketahui berapa besar pengaruh
masing-masing variabel.
DAFTAR PUSTAKA Wilayah Kerja Puskesmas
Dulalowo Kecamatan Kota
Achmadi, F. 2005. Manajemen
Tengah Kota Gorontalo.
Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta:
Kompas. Skripsi, Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan dan Keolahragaan
Achmadi, dkk. 2010. Buletin Jendela
Epidemiologi Volume 2. Universitas Negeri
Gorontalo.
Tersedia di
http://resources.ac.id, diakses Gama dan Betty. 2010. Analisis
Faktor Risiko Kejadian
pada tanggal 5 Februari 2013.
Aztari, Fenny. 2007. Tingkat Demam Berdarah Dengue di
Desa Mojosongo Kabupaten
Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan Masyarakat Boyolali. Jurnal Ilmu
Mengenai Pencegahan Kesehatan (Online), Volume
5 No.2.
Penyakit Demam Berdarah
Dengue Di Kelurahan Di (http://resipository.usu.ac.id,
diakses tanggal 24 Januari
Kelurahan Aur Kuningan
Bukit Tinggi. Skripsi, 2013).
Mandal, dkk. 2008. Penyakit Infeksi.
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. Jakarta: Erlangga.
Munsyir, Amiruddin. 2009.
Dardjito, dkk. 2008. Beberapa
Faktor Risiko Yang Pemetaan dan Analisis
Kejadian Demam Berdarah
Berpengaruh Terhadap
Dengue di Kabupaten
Kejadian Penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Bantaeng Propinsi Sulawesi
Selatan. Jurnal Kesehatan
Kabupaten Banyumas.
Artikel (Online), Volume 18 Masyarakat (online).
(http://resources.ac.id,
No.3. (http://resources.ac.id,
diakses tanggal 24 Januari diakses tanggal 24 Januari
2013).
2013).
Departemen Kesehatan RI. 2003. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan.
Demam Berdarah Dengue.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Demam Berdarah Dengue. Notoatmodjo, ,S. 2010. Metodelogi
Penelitian Kesehatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten
Gorontalo. 2013. Data Kasus Jakarta: PT Rineka Cipta.
Puskesmas Telaga Biru. 2013. Data
Demam Berdarah Dengue
(DBD) Kabupaten Gorontalo. Kunjungan Pasien Demam
Berdarah Dengue Puskesmas
Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo.
2012. Profil Dinas Kesehatan Telaga Biru Kecamatan
Telaga Biru Kabupaten
Provinsi Gorontalo.
Djafri, Nurayin Gusti. 2012. Gorontalo.
Roose, Awida. 2008. Hubungan
Hubungan Keadaan
Sosiodemogrfi dan
Lingkungan Rumah dan
Perilaku Kepala Keluarga Lingkungan dengan Kejadian
Penyakit Demam Berdarah
Dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Dengue (DBD) Di
Kecamatan Bukit Raya Kota Pelancong, Malaria, Demam
Pekanbaru. Tesis, Sekolah Berdarah dan Tifus. Jakarta:
Pascasarjana Universitas Pustaka Populer Obor.
Sumatera Utara Medan. Wardhana, A. 2004. Dampak
Saraswati, D. 2011. Bahan Ajar Pencemaran Lingkungan.
Agent Penyakit. Gorontalo: Yogyakarta: Andi
UNG. Yogyakarta.
Satari dan Meiliasari. 2004. Demam Widiyanto, Teguh. 2007. Kajian
Berdarah Perawatan di Manajemen Lingkungan Terhadap
Rumah Sakit dan di Rumah. Kejadian
Jakarta: Puspa Swara. Demam Berdarah Dengue
Soedarmo, Suroso dan Umar. 2004. (DBD) Di Kota Purwokerto
Demam Berdarah Dengue Jawa –Tengah. Tesis,
Naskah Lengkap Pelatihan Universitas Diponegoro.
bagi Pelatih Dokter Spesial Widoyono. 2008. Penyakit Tropis
Anak dan Dokter Spesialis Epidemiologi, Penularan,
Penyakit Dalam Dalam Pencegahan dan
dalam Tatalaksana Kasus Pemberantasannya. Jakarta:
DBD. Jakarta: Fakultas Erlangga.
Kedokteran Universitas World Health Organization (WHO).
Indonesia. 1998. Demam Berdarah
Soegijanto, S. 2004. Demam Dengue Diagnosis,
Berdarah Dengue. Surabaya: Pengobatan, Pencegahan
Airlangga University Press. Dan Pengendalian. Jakarta.
Tapan, E. 2004. Doter “Internet” Buku Kedokteran EGC.
Flu, HFMD, Diare pada

Anda mungkin juga menyukai