BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tropis dan sub-tropis. Asia menempati urutan pertama di dunia dengan jumlah
penderita DBD terbanyak setiap tahunnya. Terhitung sejak tahun 1968 hingga
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi
Penyakit DBD sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah
Beberapa jenis penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk antara lain
Saat ini juga diperkirakan ada 50 juta infeksi dengue yang terjadi di
seluruh dunia setiap tahun. Diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat 100
1
2
juta kasus demam dengue (DD) dan 500.000 kasus DBD yang memerlukan
berumur kurang dari 15 tahun dan jumlah kematian oleh penyakit DBD
2012).
DBD sejak tanggal 1 Januari 2015. Terjadi peningkatan jumlah kasus DBD di
2 provinsi tersebut. Selama bulan Januari 2015 di Provinsi Jawa Timur KLB
DBD, maka perlu ada upaya pemberantasan yang komprehensif dari penyakit
cara utama yang dianggap efektif, efisien dan ekonomis untuk memberantas
vektor penular DBD mengingat obat dan vaksin pembunuh virus DBD belum
ditemukan.
desa. Dari 28 kasus tersebut kasus terbanyak ditemukan di Desa Nogo yaitu
Desa Barurejo 1 kasus , Desa Pataan 1 kasus dan Desa Ardirejo 1 kasus
Faktor pejamu (host) meliputi umur, jenis kelamin, faktor internal manusia
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
referensi di perpustakaan.
tambahan referensi dan data yang sudah ada dapat dijadikan sebagai acuan
dengue.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
bervariasi antara yang paling ringan, DD, DBD dan demam dengue yang
disertai renjatan atau dengue shock syndrome (DSS) (WHO, 2009). Host
yang alami DBD adalah manusia, agennya adalah virus dengue yang
serotype yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4 (Kurane, 2007) ditularkan
sejak abad ke 18, dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter kebangsaan
Belanda. Saat itu infeksi virus dengue dikenal sebagai penyakit demam
lima hari (viff daagse koorts) kadang kala disebut juga demam sendi
2. Epidemiologi
tahunnya, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah
6
7
kematian 1.187 orang atau case fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus
tahun 2009 sebanyak 154.855 orang dengan kematian 1.384 orang atau
CFR 0,89% (Kusriastuti, 2010). Tercantum data kasus DBD dari Dinkes
Propinsi Jawa Timur, Surabaya memiliki kasus sebanyak 4187 kasus pada
3. Etiologi
kasus parah. Infeksi oleh salah satu serotype akan menimbulkan kekebalan
4. Tempat Perkembangbiakan
5. Patogenesis
Nyamuk Aedes spp yang sudah terinfesi virus dengue, akan tetap
rentan pada saat menggigit dan menghisap darah (WHO, 2009). Setelah
masuk ke dalam tubuh manusia, virus dengue akan menuju organ sasaran
yaitu sel kuffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus limpatikus, sumsum
dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan organel sel dan
komponen struktur di rakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Infeksi ini
dengue, akan terjadi proses kekebalan terhadap infeksi virus dengue tersebut
untuk jangka waktu yang lama. Tetapi jika orang tersebut mendapatkan
infeksi sekunder oleh virus dengue lainnya, maka akan terjadi infeksi yang
berat. Ini terjadi karena antibodi yang terbentuk pada infeksi primer, akan
membentuk kompleks dengan infeksi virus dengue baru yang berbeda yang
2 tahun yang lahir dari ibu yang terinfeksi virus dengue dan terjadi infeksi
dari ibu ke anak, dalam tubuh anak tersebut terjadi non neutralizing
infeksi virus dengue pada anak tersebut, maka akan langsung terjadi proses
dan mengeluarkan IL-1, IL-6 dan TNF alpha juga PAF. Pada teori ADE
disebutkan jika terdapat spesifik terhadap jenis virus tertentu, maka dapat
dengue di dalam serum penderita DD, DBD dan DSS, didominasi oleh IgM,
dan DEN 4 yang kesemuanya dapat ditemukan pada kasus-kasus fatal tetapi
berbeda antara daerah satu dengan lainnya. Selanjutnya ada teori antigen-
C5. Di samping itu, pada 48-72% penderita DBD, terbentuk kompleks imun
antara IgG dengan virus dengue yang dapat menempel pada trombosit, sel B
dan sel organ tubuh lainnya dan akan memengaruhi aktivitas komponen
imun yang lain. Selain itu ada teori moderator yang menyatakan bahwa
seperti interferon, IL-1, IL-6, IL-12, TNF dan lain-lain, yang bersama
dengue, viremia terjadi sangat cepat, hanya dalam beberapa hari dapat
karena infeksi virus, kematian yang terjadi lebih disebabkan oleh gangguan
6. Manifestasi Klinis
a. Anamnesis:
Demam tinggi 2-7 hari dapat mencapai 40°C, serta terjadi kejang
demam. Dijumpai facial flush, muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi,
12
b. Pemeriksaan fisik
1) Manifestasi perdarahan
b) Mudah lebam dan berdarah pada daerah tusukan untuk jalur vena
f) Hematuria (jarang)
g) Menorrhagia
7. Pemeriksaan
1) Hematokrit
hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3
demam.
13
2) Trombosit
Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (>45% dari total
b. Pemeriksaan Serologi
respon imun primer dan sekunder, IgM diproduksi dimulai hari ke-3, dan
Hasil dari test tersebut akan muncul dalam waktu 15-20 menit.
c) IgG dan IgM (+) : infeksi primer yang berkelanjutan dan atau infeksi
sekunder
2011).
14
2) NS1
(NS1) yang dapat mendeteksi infeksi virus dengue pada hari pertama
adanya infeksi dengue pada penderita tersebut dalam fase awal demam,
8. Diagnosis
untuk mengenal awal infeksi virus dengue (WHO, 2009). Perbedaan utama
antara demam dengue dan DBD adalah pada DBD ditemukan adanya
a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
berikut:
hipoproteinemia
Oleh karena infeksi virus dengue ini memiliki gejala yang sangat luas dan
tidak khas atau spesifik, diagnosis hanya berdasarkan gejala klinis saja
kemungkinan besar hasilnya tidak dapat diandalkan atau kurang dapat di percaya.
Sudjana, 2010).
9. Pencegahan
a. Partisipasi Masyarakat
dalam rumah. Cara terbaik adalah pemasangan kasa penolak nyamuk. Cara
lain yang dapat dilakukan ialah (1) menggunakan mosquito repellent (anti
nyamuk oles) dan insektisida dalam bentuk spray, (2) menuangkan air panas
16
pada saat bak mandi berisi air sedikit, (3) memberikan cahaya matahari
program pemberantasan DBD pada anak sekolah dan orang tua, mengajak
insentif seperti pemberian kelambu atau bubuk abate secara gratis bagi yang
b. Kebijakan Pemerintah
dikenakan sanksi atau hukuman yang sesuai dengan peraturan yang berlaku
(Koban, 2005).
c. Pemberantasan Vektor
dilakukan fogging termasuk orang yang sakit harus diajak ke luar rumah
dahulu, selain itu semua ternak juga harus berada di luar. Namun
semua ruangan yang ada untuk memastikan bahwa tidak ada orang dalam
rumah termasuk bayi, anak-anak maupun orang tua dan orang yang
rumah dan melakukan fogging pada semua ruangan dengan cara berjalan
Rumah yang telah difogging ini harus dibiarkan tertutup selama kurang
rumah yang lain, sampai semua rumah dan pekarangan milik warga
difogging.
dengan swing fog untuk mendapatkan hasil yang optimal adalah sebagai
berikut :
b). Nozzle yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelarut yang
c). Jarak moncong mesin dengan target maksimal 100 meter, efektif 50
meter,
d). Kecepatan berjalan ketika memfogging, untuk swing fog kurang lebih
(ABATE).
20
setiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek
residu 3 bulan. Selain itu dapat pula digunakan golongan insect growth
regulator.
b) Biologi, yaitu dengan memelihara ikan pemakan larva yaitu ikan nila
itu.
10. Penatalaksanaan
cairan seperti air atau jus buah dalam 24 jam sebelum pergi ke dokter
sakit.
terpisah dengan pasien penyakit lain, sebaiknya pada kamar yang bebas
a. Tirah baring
b. Pemberian cairan
Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5-2
liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula/sirup, atau air tawar ditambah
cairan intravaskular ke tingkat yang normal, dan hal ini dapat tercapai
dengan pemberian segera cairan intravena. Jenis cairan dapat berupa NaCl
0,9%, Ringer’s lactate (RL) atau bila terdapat syok berat dapat dipakai
22
badan/ jam, dan bila syok telah diatasi, kecepatan infus dikurangi menjadi
10 ml/kg berat badan/ jam. Pada kasus syok berat, cairan diberikan dengan
atau ekspander plasma atau dekstran atau preparat hemasel dengan jumlah
15-29 ml/kg berat badan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keadaan
11. Prognosis
dipengaruhi oleh adanya antibodi yang didapat secara pasif atau infeksi
sebelumnya. Pada DBD, kematian telah terjadi pada 40-50% pasien dengan
syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat kematian dapat ditekan
Dengue (DBD)
1. Agent (Penyebab)
dikebun. Selain itu, spesies Aedes polynesiensis dan beberapa spesies dari
2. Host (Penjamu)
a. Umur
kurang dari 95% kasus DBD adalah anak dibawah umur 15 tahun.
peningkatan kasus berumur lebih dari 15 tahun. Dengan kata lain, DBD
banyak dijumpai pada anak berumur 2-15 tahun. DBD lebih banyak
b. Jenis Kelamin
1) Pendidikan
pencegahan penyakit DBD dengan nilai odds ratio 7,633. Hal ini
2) Status Ekonomi
3) Perilaku 3M
(Wuryaningsih, 2008).
4) Pengetahuan Masyarakat
(Notoatmodjo, 2003).
26
sebaya.
27
5) Kepadatan penghuni
d. Environment (lingkungan)
tidak berjentik.
3) Kebersihan lingkungan
fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung,
lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap kejadian DBD antara lain suhu
udara. Nyamuk dapat bertahan pada suhu udara rendah, tetapi metabolismenya
menurun atau bahkan berhenti bila suhunya turun dibawah suhu krisis. Pada
suhu yang lebih tinggi 35°C juga mengalami perubahan dalam arti lebih lambat
adalah 25°C-30°C. Pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
29
30
Keterangan:
n : sampel
2
Z 1−a/2 : standar deviasi normal untuk 1,64 (Confidence Interval 90%)
(1,64 )2(0,5)(1-0,5)(1913 )
n=
(0,1)2 (1913−1 )+(1 ,64 )2 (0,5)(1−0,5))
(2 ,6896 )(0 , 25 )(1913 )
n=
(0 , 01)(1912)+(2 ,6896 )(0 , 25)
1286 ,3012
n=
19 ,7924
n=67
(Dudi, 2005) yang sudah disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi
sebagai berikut:
1.Kriteria Inklusi
2.Kriteria Eksklusi
D. Variabel Penelitian
mempunyai variasi (nilai lebih dari satu kategori). Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi dua macam variabel, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat.
1. Variabel Bebas
3M.
2. Variabel Terikat
E. Prosedur Penelitian
1. Pengumpulan data
primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari dari kuesioner dan
sekunder yang digunakan adalah dari dokumen yang ada di Desa Nogo,
2. Pengolahan data
dan narasi. Data yang terkumpul dari kuisioner yang telah diisi oleh
a. Editing
disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau
b. Coding
2010).
33
1) Pengetahuan DBD
2) Perilaku 3M
ada salah satu atau lebih dari satu perilaku 3M yang tidak
3) Kejadian DBD
Jika pejamu atau salah satu anggota keluarga pernah sakit DBD di
beri kode 1 dan jika pejamu tidak pernah sakit DBD di beri kode
c. Scoring
d. Tabulating
F. Analisis Data
1. Analisis Univariat
yang meliputi pengetahuan & perilaku 3M. Pada analisis ini, dari semua
diagram.
35
2. Analisis Bivariat
berdarah dengue dilakukan analisa uji Chi Square, karena semua data
dalam penelitian ini adalah data nominal. Tetapi jika jumlah 1 cells >20%
maka analisa Chi Square tidak memenuhi syarat, sehingga hasil analisa
16.00 dengan tingkat signifikan 0,05. Jika nilai p>α (0,05), artinya terdapat
berdarah dengue. Sedangkan jika nila p<α (0,05), artinya tidak ada
BAB IV
A. Profil Umum
kecamatan yang paling luas di wilayah Lamongan dengan luas 144.57 km2 yang
36
37
48.041 jiwa. Di wilayah Sambeng, jumlah penduduk pria relatih lebih sedikit
dibandingkan wanita yang dimana terdiri dari 23.680 pria dan 24.361 wanita.
1. Data Geografis
dari daratan rendah dan hutan jati dengan tingkat ketinggian 0 – 56 meter.
jati milik Perhutani dan hutan rakyat yang tingkat kesuburan tanahnya katagori
sedang.
2. Data Demografis
Jiwa Rasio kepadatan penduduk per km2 yang tertinggi adalah di desa
Kedungbanjar yaitu sebesar 43. jumlah desa yang ada di Sambeng sendiri
berjumlah 22 desa.
Terdiri dari 1 ruang inap kelas III berkapasitas 9 bed, 1 ruang inap kelas II
berkapasitas 4 bed, dan 1 ruang inap kelas I berkapasitas 3 bed, 1 ruang poli
umum, 1 ruang poli lansia, 1 ruang poli KIA, 1 ruang lab, 1 ruang poli TB, 1
B. Hasil Penelitian
1. Pengetahuan
Kurang 2 3.0%
Baik 65 97.0%
Total 67 100.0%
baik.
39
3%
Kurang
Baik
97%
2. Perilaku 3M
Buruk 9 13.4 %
Baik 58 86.6 %
Total 67 100.0 %
Sumber: Hasil Survei
13%
Buruk
Baik
87
%
Gambar V.7 Diagram Distribusi Frekuensi Perilaku 3M
3. Kejadian DB
Sakit 7 10.4 %
Tidak 60 89.6 %
Total 67 100.0%
Sumber: Hasil Survei
Dari hasil survei didapatkan 10,4% pejamu sakit DBD dan 89,6%
10%
Sakit
Tidak
90%
Buruk 2 0 2
Total 7 60 67
10.4% 89.6% 100.0%
Buruk 4 5 9
dengan perilaku 3M baik (94,8%) lebih besar daripada pejamu tidak DBD
DBD.
BAB V
43
KESIMPULAN
maupun petugas dinas kesehatan. Oleh karena itu, dalam waktu berkala
43
44
sikap, dan tindakan yang benar sehingga dapat diterapkan dengan benar.
terjadi di daerah kumuh dan PSN tidak tampak jelas hasilnya dibanding
waktu yang cukup. Dari fakta tersebut dapat diupayakan untuk melakukan
Kabupaten Lamongan
bahwa (10,4%) pejamu sakit DBD sebanyak 7 orang dan (89,6%) tidak
desa. Dari 28 kasus tersebut kasus terbanyak ditemukan di Desa Nogo yaitu
, Desa Barurejo 1 kasus , Desa Pataan 1 kasus dan Desa Ardirejo 1 kasus
demam berdarah.
sendiri.
berdarah dengue dengan nilai p=0,009 (p < α). Hasil penelitian ini sejalan
2009).
tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik.
sejak dini untuk menanggulangi kasus demam berdarah dengue penting untuk
berdarah dengue dengan nilai p=0,005 (p < α). Penelitian ini sejalan dengan
perindukan nyamuk Aedes aegypti agar tidak berkembang biak salah satunya
untuk keperluan sehari-hari antara lain drum, tempayan, bak mandi, bak WC,
ember dan sebagainya. Salah satu cara untuk mencegah dan memberantas
bekas dan sampah-sampah lain yang dapat menampung air hujan sehingga
tidak dijadikan tempat perkembang biakan nyamuk. Dalam hal ini lingkungan
hutan. Faktor pengolahan /pembuangan sampah yang tidak benar karena tidak
tersedianya TPS dan tidak melakukan aksi mengubur sampah dimana saat