PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
urban dan semi urban, sehingga hal tersebut menjadi perhatian utama
diseluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir. Lebih dari 2,5 milyar penduduk
didunia, lebih dari 40%nya beresiko mengalami DBD. Saat ini, diperkirakan
50-100 juta orang di seluruh dunia terinfeksi demam berdarah dengue setiap
mengalami epidemi demam berdarah yang cukup parah, akan tetapi untuk saat
Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia tenggara dan Pasifik Barat yang
merupakan daerah paling serius terkena dampak dari penyakit tersebut. Kasus
demam berdarah di Amerika, Asia tenggara dan Pasifik Barat melebihi 1,2 juta
kasus pada tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta pada tahun 2010. (WHO, 2012)
udara yang cukup tinggi menjadi pemicu berkembang biaknya nyamuk seperti
Aedes aegypti yang merupakan salah satu vektor DBD, sehingga DBD mudah
1
2
2008).
sakit, selain itu jika tidak ditangani secara serius maka akan berdampak
kematian penderita DBD jika tidak ditangani secara cepat dan tepat. (Depkes
RI, 2011)
Berdarah Dengue (DBD) telah menelan 1.013 korban jiwa dari total penderita
periode tahun 2008 yaitu 953 orang meninggal dari 117.830 kasus (CFR: 0,81).
Dari kasus yang dilaporkan selama tahun 2009, tercatat 10 provinsi yang
menunjukkan kasus terbanyak, yaitu Jawa Barat (29.334 kasus 244 meninggal),
DKI Jakarta (26.326 kasus 33 meninggal), Jawa Timur (15.362 kasus 147
(5.619 kasus, 114 meninggal), Bali (5.334 kasus, 8 meninggal), Banten (3.527
Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi
penderita DBD per 100.000 penduduk pada tahun 2012 adalah 34,3%
sedangkan data tahun 2011 adalah 26,67%. Data tahun 2010 adalah 65.70% .
dengan kasus DBD sebanyak 69, kelurahan pela mampang dengan kasus DBD
sebanyak 57, kelurahan petukangan selatan kasus DBD sebanyak 53, dan
puskesmas Ciputat Timur kasus DBD sebanyak 42, kemudian pada tahun 2012
kasus DBD tertinggi masih berada pada puskesmas Pamulang yaitu sebanyak
DBD.
surveilans vektor diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992, bahwa kegiatan
tempat penampungan air secara teratur dan menutup tempat penyimpanan air
4
dengan rapat serta penggunaan bubuk abate). Keberhasilan terhadap kegiatan
PSN ini dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih
atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau
dari masyarakat itu sendiri. Perilaku masyarakat yang baik akan memberikan
dampak yang baik bagi kesehatan, dan sebaliknya perilaku masyarakat yang
dengan perilaku masyarakat dalam PSN-DBD, hal ini dibuktikan dari hasil
Pekan Baru Kota masih tergolong rendah, yaitu 92% dibanding nilai standar
yang ditentukan oleh Departement Kesehatan yaitu lebih atau sama dengan
diketahui nilai P <0,001 yang berarti terjadi perbedaan yang bermakna yaitu
diketahui nilai P <0,001 yang berarti terjadi perbedaan yang bermakna setelah
(1974) dalam Fitriani (2011) menjelaskan bahwa, perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan
kesehatannya.
merupakan salah satu wilayah binaan Puskesmas Pamulang dengan kasus DBD
B. Rumusan Masalah
juta orang di seluruh dunia terinfeksi demam berdarah dengue setiap tahunnya.
pengendalian vektor yang diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992 dengan
nyamuk di masyarakat, namun dari data- data yang diperoleh penulis, angka
kejadian DBD masih cukup tinggi jika di bandingkan kelurahan lain di wilayah
8
C. Pertanyaan Penelitian
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
dengue
E. Manfaat
1. Bagi peneliti
3. Bagi PUSKESMAS