PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue. Dengue adalah virus penyakit yang ditularkan dari nyamuk Aedes Spp, nyamuk
yang paling cepat berkembang di dunia ini telah menyebabkan hampir 390 juta orang
terinfeksi setiap tahunnya. Beberapa jenis nyamuk menularkan atau menyebarkan virus
dengue. DBD memiliki gejala serupa dengan Demam dengue, namun DBD memiliki
gejala lain berupa sakit / nyeri pada ulu hati terus-menerus. Pendarahan pada hidung,
mulut, gusi atau memar pada kulit. (Umbara & Raviola, 2020)
DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari gigitan nyamuk Aedes, terutama
Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan
dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).
Penyakit ini bersifat musiman, terutama pada musim hujan yang memungkinkan
vector penular/induk nyamuk (Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus) yang hidup
berkembang biak dengan baik pada genangan air bersih. Ancaman serangan demam
berdarah dengue (DBD) secara nyata masih terus berlangsung, sehingga menjadi salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena angka kesakitan demam berdarah
dengue (DBD) pada semua kelompok umur melebihi 20/100.000 penduduk dengan angka
kematian diatas 1% sejak pertama kali ditemukan di Indonesia Tahun 1986.
Permasalahan demam berdarah dengue (DBD) tidak hanya berdampak pada masalah
klinis individu yang terkena demam berdarah dengue (DBD), tetapi juga berdampak pada
kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sehingga penanganannya tidak hanya diselesaikan
oleh sector kesehatan saja, namun peran aktif berbagai pihak khususnya pemerintah
daerah dan DPRD san seluruh masyarakat. (Irawan, 2009).
Demam dengue (DD) atau demam berdarah dengue (DBD) secara epidemiologi di
dunia berubah secara cepat. Infeksi dengue merupakan penyakit menular melalui nyamuk
(mosquito-borne) yang paling sering terjadi pada manusia dalam beberapa tahun terakhir,,
sehingga masih merupakan masalah kesehatan dunia. World Health Organization
mengestimasi bahwa 2,5 miliard manusia tinggal di daerah virus dengue bersirkulasi.
Penyebaran secara geografi dari kedua vector nyamuk dan virus dengue menyebabkan
munculnya epidemic demam dengue dan demam berdarah dengue dalam dua puluh lima
tahun terakhir, sehingga berkembang hiperendemisitas di perkotaan di negara tropis. Pada
tahun 2007 di Asia Tenggara, dilaporkan peningkatan kasus dengue sekitar 18% dan
peningkatan kasus dengue yang meninggal sekitar 15% dibanding tahun 2006. (Tairas et
al., 2015)
Tahun 2016 terdapat jumlah kasus DBD sebanyak 204.171 kasus dengan jumlah
kematian sebanyak 1.598 orang. Jumlah kasus DBD tahun 2016 meningkat dibandingkan
jumlah kasus tahun 2015 (129.650). Jumlah kematian DBD tahun 2016 juga meningkat
dari tahun 2015 (1.071)IR atau angka kesakitan DBD tahun 2016 juga meningkat dari
tahun 2015 yaitu 50,75 menjadi 78,85 per 100.000 penduduk. Namun case fatality rate
(CFR) mengalami penurunan dari 0,83% pada tahun 2015 menjadi 0,78% pada tahun
2016.
Pada tahun 2016 terdapat sebanyak 10 provinsi dengan angka kesakitan kurang
dari 49 per 100.000 penduduk. Provinsi dengan angka kesakitan DBD tertinggi tahun
2015 yaitu Bali sebesar 515, 90 per 100.000 penduduk, Kalimantan Timur sebesar 309,95
per 100.000 penduduk, dan DKI Jakarta sebesar 198,71 per 100.000 penduduk (Profil
Kesehatan Indonesia, 2016)
Kota Bukittingi terdapat Puskesmas yang paling banyak penderita DBD adalah
Puskesmas Tigo Baleh dengan 18 kasus DBD dan Puskesmas Guguak Panjang dengan 14
kasus DBD setelah itu Puskesmas Gulai Bancah dengan 6 kasus, Puskesmas Mandiangin
dengan 4 kasus, Puskesmas Rasimah Ahmad dengan 4 kasus, Puskesmas Plus
Mandiangin dengan 2 kasus yang ditemukann pada tahun 2021. Salah satu tolak ukur
program DBD yang ditetapkan Kemenkes adalah Angka Bebas Jentik (ABJ) ≥ 95%,
Angka Bebas Jentik (ABJ) Kota Bukittinggi 88,5% (Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi)
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, saat memasuki musim penghujanan,
kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan sangat rendah, masih
banyak terdapat sampah di lingkungan perumahan seperti kaleng, botol, wadah plastic
bekas, ban bekas yang didalamanya terdapat genangan air, sehingga memungkinkan
untuk menjadi tenpat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti. Selain itu modifikasi
lingkungan juga tidak dilaksanakan dengan baik, diantaranya fentilasi tempat kelur
masuknya udara dirumah yang tidak menggunakan kassa, sehingga dapat memudahkan
nyamuk masuk kedalam rumah dan juga tanaman liar sperti rumput disekitar rumah
dibiarkan tumbuh serta tumpukan sampah yang banyak jika terkena hujan akan menjadi
tempat perindukan alami nyamuk aedes aegypti. Dan dibeberapa titik sanitasi pengairan/
selokan yang tidak lancar sehingga menyebabkan genangan air, serta kurangnya
kewaspadaan masyarakat terhadap penyebaran penyakit demam berdarah (Irawan, 2009)
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar Belakang diatas maka penulis ingin mengambil rumusan masalah yaitu
Evaluasi Program Pelaksanaan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di
Puskesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi Tahun 2021
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan Evaluasi Program Pelaksanaan
Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Puskesmas Tigo Baleh Kota
Bukittinggi Tahun 2021
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka peneliti memiliki tujuan khusus
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui bagaimana program pelaksanaan pengendalian demam
berdarah dengue di Puskesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi tahun 2021
b. Untuk mengetahui bagaimana proses kegiatan program pelaksanaan pengendalian
demam berdarah dengue di Puskesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi tahun 2021
c. Untuk mengetahui bagaimana input (sumber daya manusia, sarana prasarana,
dana) pada program pelaksanaan pengendalian demam berdarah dengue di
Puskesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi tahun 2021
d. Untuk mengetahui bagaiamana output pada program pelaksanaan pengendalian
demam berdarah dengue di Puskesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi tahun 2021
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Tigo Baleh mengenai dalam Program
Pelaksanaan Pemberantasan DBD di Puskesmas Tigo baleh Kota Bukittinggi tahun
202.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi bagi masyarakat terutama khususnya masyarakat Tigo Baleh
tentang Program Pelaksanaan Pemberantasan DBD di Puskesmas Tigo Baleh Kota
Bukittinggi tahun 2021.
3. Untuk Peneliti
Sebagai bahan informasi dan pengembangan wawasan keilmuan dan dapat
dijadikan sebagai acuan penelitian berkelanjutan.
Analisis data dilakukan dengan metode Kualitatif. Penelitian ini meneliti tentang
Evaluasi Program Pelaksanaan Pengendalian demam Berdarah Dengue di Puskesmas
Tigo Baleh Kota Bukittinggi tahun 2021. Pemilihan tempat didasari tingginya kasus
demam berdarah dengue di Puskesmas Tigo baleh dengen 18 kasus DBD. Data diperoleh
dengan cara wawancara dengan pedomam wawancara. Dengan informan sebanyak 4
orang yaitu Kepala Puskesmas, Pemegang Program dan tim Pelaksana pengendalian
Demam Berdarah Dengue.