PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue semakin mudah saat ini karena berbagai faktor seperti
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit DBD, antara lain faktor host,
yaitu kondisi geografis (ketinggian dari permukaan air laut, curah hujan,
perilaku, adat istiadat, dan sosial ekonomi penduduk) (Iswari, 2008: 79). Demam
Berdarah Dengue merupakan penyakit menular yang berakibat fatal. Dalam waktu
yang relatif singkat penyakit DBD dapat merenggut nyawa penderitanya jika tidak
Berdarah Dengue yang paling sering adalah akibat kondisi lingkungan yang
genangan air pada area pemukiman warga dan juga masih banyaknya warga yang
tidak menaburkan obat pembunuh jentik nyamuk (ABATE) pada bak mandi.
1
2
populasi manusia di dunia berisiko terkena penyakit ini. Indonesia sendiri pun
termasuk negara rawan Demam Berdarah Dengue dengan catatan kasus yang
cukup tinggi. Data terbaru Kemenkes RI per Februari 2019 melaporkan jumlah
kasus DBD skala nasional mencapai 13.683 jiwa dan 133 orang di antaranya
110.921 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia pada Januari hingga
31 Oktober 2019. Angka ini meningkat cukup drastis dari 2018 dengan jumlah
kasus berada pada angka 65.602 kasus. Kejadian DBD tertinggi ditemukan di
Provinsi Jawa Barat dengan total 19.240 kasus. Kemudian, Jawa Timur 16.699
kasus, Jawa Tengah 8.501 kasus, Jakarta 8.408 kasus, Sumatera Utara 5.721 kasus
dan Lampung 5.369 kasus (Tarmizi, 2019). Berdasarkan data Dinas Kesehatan
sebanyak 589 kasus. Dan angka kejadian DBD tertinggi berada di Kecamatan
Oktober 2019, kasus demam berdarah sudah terjadi sebanyak 404 kasus dengan
jumlah korban meninggal sebanyak 7 kasus. Sedangkan pada 2018, jumlah kasus
Puskesmas Tambakrejo hingga November tahun 2019, yaitu sebanyak 160 kasus.
Dimana kejadian DBD terbanyak yaitu Desa Bakalan sebanyak 26 kasus, Desa
dari survey awal yang dilakukan peneliti pada hari minggu 15 Desember 2019
3
air pada area pemukiman warga. Sedangkan dari hasil wawancara terhadap 10
warga Desa Bakalan, diketahui bahwa sebanyak 8 orang mengatakan tidak pernah
menaburkan obat pembunuh jentik nyamuk (ABATE) pada bak mandi, dan hanya
akut disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti
dan nyamuk Aedes Albocpictus, yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitannya
(Wijaya dan Putri, 2013: 197). Faktor yang mendorong adanya kejadian Demam
lingkungan yang memungkinkan nyamuk Aedes aegypti hidup. Selain itu perilaku
(Iswari, 2008: 79). Virus Dengue ditemukan di daerah tropik dan sub tropik yang
negara yang beriklim tropis yang sangat cocok untuk pertumbuhan hewan ataupun
dibawa oleh vector seperti nyamuk yang banyak menularkan penyakit. Penyakit
pada anak-anak umur kurang dari 15 tahun dan juga bias menyerang pada orang
dewasa (Kemenkes RI, 2018: 1). Gejala penyakit Demam Berdarah Dengue yang
akan muncul seperti ditandai dengan demam mendadak, sakir kepala, nyeri
belakang bola mata, mual dan menifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi
berdarah serta adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh pada penderita. Pada
4
selama 2-7 hari, fase pertama: 1-3 hari ini penderita akan merasakan demam yang
cukup tinggi 400C, kemudian pada fase ke-dua penderita mengalami fase kritis
pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan mengalami turunnya demam hingga
370C dan penderita akan merasa dapat melakukan aktivitas kembali (merasa
sembuh kembali) pada fase ini jika tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat
dapat terjadi keadaan fatal, akan terjadi penurunan trombosit secara drastis akibat
pemecahan pembuluh darah (pendarahan). Di fase yang ketiga ini akan terjadi
pada hari ke 6-7 ini, penderita akan merasakan demam kembali, fase ini
dinamakan fase pemulihan, di fase inilah trombosit akan perlahan naik kembali
normal kembali (Kemenkes RI, 2017). Sampai saai ini penyakit Demam Berdarah
dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena
biaya pengobatan yang cukup mahal, sedangkan dampak tidak langsung adalah
kehilangan waktu kerja dan biaya lain yang dikeluarkan selain pengobatan seperti
nyamuk (ABATE) pada masyarakat. Pencegahan DBD yang paling efektif dan
Plus, yaitu: Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat
5
penampungan air seperti bak mandi, tempat penampungan air minum, penampung
air lemari es, tempat minum burung, vas bunga, dan lain-lain sekurang-kurangnya
seperti drum, toren air, dan sebagainya; Memanfaatkan kembali atau mendaur
ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan
Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan
seperti: menggunakan kelambu saat tidur, mengatur cahaya dan ventilasi dalam
mengoleskan obat anti nyamuk (repellent) pada daerah kulit terbuka, kecuali
muka, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menaburkan bubuk larvasida
pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, serta memelihara ikan
lingkungan dan perilaku dengan kejadian demam berdarah dengue diwilayah kerja
sekaran,kota semarang “.
1. Bagi Peneliti
penggunaan media sosial dengan interaksi sosial pada remaja, serta dapat
menjadi sarana bagi peneliti untuk menerapkan teori keperawatan jiwa yang
keperawatan yang akan datang dalam ruang lingkup yang sama yaitu berkaitan
program pada Dinas Kesehatan dalam melakukan intervensi yang tepat untuk
4. Bagi Puskesmas
5. Bagi Desa/Kelurahan
Berdarah Dengue.
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan diuraikan tentang konsep dari penelitian tentang hubungan
2.1.1 Pengertian
maupun hal-hal yang berinteraksi dengan individu, baik secara aktif maupun
faktor internal dan eksternal yang berada di sekitar klien, dan memiliki hubungan
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar
8
9
fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari
sosial, pendidikan, budaya, tradisi dan kebiasaan, suku, keadaan geografi dan
fisik, biologis, dan sosial ekonomi. Faktor ini disebut dengan faktor ekstrinsik.
1. Lingkungan fisik, seperti suhu, cuaca, polusi udara, sanitasi umum, dan
kualitas air, merupakan faktor yang memengaruhi semua tahap dalam rantai
infeksi.
kimia akan mudah terpapar oleh zat kimia tersebut, urbanisasi dapat
yang tinggi kolesterol, gula, dan garam. Keadaan ini memudahkan timbulnya
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan Kerja, terutama pengaruh buruk dari faktor fisik, kimia dan
biologis
penyakit)
lingkungan yang baik yaitu salah satunya dengan menguras, menutup, menimbun
dan memantau bak atau tempat penampungan air menjadi tempat yang sangat baik
bagi perkembangbiakan nyamuk. Karena itu, bak dan penampungan air harus
dibersihkan dan dikuras secara rutin minimal satu minggu sekali. Tempat
lainnya seperti kecoa dan tikus. Aktivitas menimbun dilakukan agar barang-
organisme yang merugikan kesehatan seperti kaleng bekas, plastik dan lain-lain.
Lingkungan
berikut:
1. Lingkungan fisik
lain, semakin dekat jarak antar rumah semakin mudah nyamuk menyebar
nyamuk.
b. Ketinggian tempat
dapat hidup pada daerah dengan ketinggian 1000 meter diatas permukaan
laut.
14
c. Iklim
Iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri
dari: suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan kecepatan angin.
1) Suhu udara
terhenti sama sekali bila suhu kurang 10ºC atau lebih dari 40ºC.
2) Kelembaban udara
3) Curah hujan
4) Kecepatan angin
penerbangan nyamuk.
2. Lingkungan Sosial
untuk melakukan mobilisasi dari satu tempat ke tempat lain. Dan hal
sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun oleh
sebagai manivestasi bahwa dia adalah makhluk hidup (Donsu, 2017 : 175).
stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-Organism
-Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makan, dan
1. Perilaku sakit (illness behavior), yaitu segala tindakan atau kegiatan yang
manusia yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan terkait air bersih,
dan sebagainya.
tersebut dibagi menjadi dua yaitu respondent response dan operant response.
1. Respondent response
tetap. Misalnya, keluarnya air liur saat melihat orang yang sedang makan
rujak.
2. Operant response
selanjutnya, ia akan lebih giat belajar agar kelak memperoleh hadiah lagi.
sebagai berikut :
bagian tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju pada
tujuan sementara.
tersebut.
dilakukan.
motivasi.
2. Faktor ekstern, meliputi: lingkungan sekitar baik fisik maupun nonfisik seperti
1. Faktor genetik
perkembangan perilaku lebih lanjut dari makhluk hidup itu sendiri. Faktor
genetik ini terdiri dari jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian,
a. Jenis RAS
satu dengan lainnya. Tiga kelompok RAS terbesar di dunia ini, antara
lain :
Ciri fisik RAS ini adalah berkulit putih, bermata biru, dan
manusia.
21
upacara ritual.
b. Jenis kelamin
c. Sifat fisik
pada sifat fisiknya. Misalnya, perilaku individu yang pendek dan gemuk
fisiknya, maka pasti kita mengenal tipe kepribadian piknis atau stenis dan
tipe atletis.
22
d. Sifat kepribadian
dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi
e. Bakat pembawaan
Misalnya : individu yang berbakat seni lukis, perilaku seni lukisnya akan
f. Intelegensi
dengan tepat.
2. Faktor eksternal
faktor lain.
a. Faktor lingkungan
b. Pendidikan
dalam ayunan hingga liang lahat, yakni berupa interaksi individu dengan
berpendidikan SLTP.
c. Agama
kristen.
d. Sosial ekonomi
e. Kebudayaan
Benyamin Bloom ada tiga yaitu, kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga aspek
tersebut saling berkaitan dan ini menentukan untuk terbentuknya perilaku baru.
Secara umum, timbulnya perilaku diawali dari adanya domain kognitif. Individu
respon batin dalam bentuk sikap individu terhadap obyek yang diketahuinya. Pada
akhirnya, obyek yang telah diketahui dan disadari secara penuh akan
Pengetahuan adalah hasil dari rasa ingin tahu yang terjadi melalui
proses sensoris panca indera, khususnya mata dan telinga terhadap obyek
(ilmiah) dan cara modern (non ilmiah). Cara tradisional (ilmiah) meliputi cara
coba dan salah (trial and error), cara kekerasan (otoriter), berdasarkan
pengalaman pribadi, dan melalui jalan pikiran. Cara modern (non ilmiah),
masih ada kaitan satu sama lainnya, sintesis menunjuk pada suatu
2. Sikap
seseorang mengenai obyek atau situasi yang realistis ajeg, disertai adanya
bersangkutan (senang – tidak senang, setuju – tidak setuju, baik- tidak baik).
Ada dua kecenderungan terhadap obyek sikap yaitu positif dan negatif.
obyek tertentu.
3. Psikomotor
tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual atau
pada gerakan. Gerak (motor) ialah kegiatan badani yang disebabkan oleh
mengenal dan memilih berbagai obyek sesuai dengan tindakan yang akan
dengan urutan yang benar sesuai contoh. Ketiga, mekanisme, yaitu individu
dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah terbiasa.
kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang
dominan pada diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior
causes).
28
sebagainya.
3. Teori WHO)
tertentu adalah :
lain.
c. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling
dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau
terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap
akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap
diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau
dan sebagainya.
30
dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat
jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara
31
2.3.1 Pengertian
virus dengue. Virus dengue merupakan anggota genus Flavivirus dan terdiri dari 4
serotipe, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Virus tersebut ditularkan
oleh gigitan vektor nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus (Tanto, C. et al,
2014: 716).
akut disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti
dan nyamuk Aedes Albocpictus, yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitannya
2.3.2 Etiologi
DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe
terhadap serotipe lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan
diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Wijaya dan
2.3.3 Klasifikasi
1. Derajat 1 (ringan): badan panas selama 5-7 hari, gejala umum tidak khas.
teraba lemah dan cepat (>120x/menit), tekanan nadi (selisih antara tekanan
4. Derajat 4 : denyut nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, denyut
jantung >140x/menit, ujung-ujung jari kaki dan tangan terasa dingin, tubuh
2.3.4 Patofisiologi
Virus dengue yang pertama kali masaauk ke dalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali memberi gejala DF. Pasien
akan mengalami gejala viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
mungkin terjadi pada RES seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati, dan
limfa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang
dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu timbulah the secondary
plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang sangat berperan
terjadinya renjatan.
34
koagulasi intravascular.
product. Disamping itu aktivasi akan merangsang system kinin yang berperan
2.3.5 Patogenesis
teori yang diperkirakan berperan dalam munculnya tanda dan gejala pada penyakit
patogenesis DD/DBD, yaitu sistem imun, hati, dan sel endotel pembuluh darah.
Selain itu, respon imun pejamu yang diturunkan (faktor genetik) juga berperan
nyamun Aedes ke aliran darah. Virus ini secara tidak langsung juga mengenai sel
terinfeksi. Sel-sel yang terinfeksi ini bermigrasi ke nodus limfe, dimana makrofag
35
Selanjutnya, terjadi amplifikasi infeksi dan virus tersebar melalui darah (viremia
primer). Viremia primer ini menginfeksi makrofag jaringan berupa organ seperti
limpa, sel hati, sel stromal, sel endotel, dan sumsum tulang. Infeksi makrofag,
hepatosit, dan sel endotel mempengaruhi hemostasis dan respon imun pejamu
luasnya infeksi pada sumsum tulang dan kadar IL-6, IL-8, IL-10, dan IL-18,
terjadi karena interaksi virus dengan endotel yang memicu disfungsi endotel.
Namun sel endotel memiliki tropisme tersendiri terhadap virus dengue bersamaan
serotype virus dengue lain untuk berikatan dengan reseptor Fc-gamma pada
makrofag sehingga saat virus berada dalam makrofag tidak dapat dicerna dengan
baik. Akibatnya, virus semakin bereplikasi dan infeksi berlanjut. Infeksi makrofag
dalam ini mengkativasi sel Th dan Tc untuk memproduksi limfokin dan interferon
inflamasi tersekresi seperti TNF-α, IL-1, PAF, IL-6, dan histamine. Akibatnya
terjadi disfungsi sel endotel dan kebocoran plasma yang diperberat dengan
peningkatan C3a dan C5a oleh aktivitas kompleks virus-antibodi (Tanto, C. et al,
2014: 718).
dan laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan diagnosa klinis
dan laboratoris:
1. Diagnosa klinis
a. Demam tinggi yang berlangsung dalam waktu singkat, antara 2-7 hari,
yang dapat mencapai 40oC. Demam sering disertai gejala tidak spesifik,
seperti tidak nafsu makan (anoreksia), lemah badan (malaise), nyeri sendi
dan tulang serta rasa sakit di daerah bola mata (retro orbita) dan wajah
perdarahan pada kulit seperti tes Rumpeleede (+), ptekiae dan ekimosis,
d. Kegagalan sirkulasi darah yang ditandai dengan denyut nadi yang teraba
lemah dan cepat, ujung-ujung jari terasa dingin serta dapat disertai
kematian.
2. Diagnosa Laboratoris
klinis atau lebih, ditambah dengan adanya minimal satu kriteria laboratoris.
38
hingga 100.000/mmHg.
antara lain faktor host, lingkungan (environment), dan faktor virusnya sendiri.
Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan respon imun. Faktor lingkungan
(environment) yaitu kondisi geografis (ketinggian dari permukaan air laut, curah
hujan, kecepatan angin, kelembaban udara, musim), kondisi geografis ini juga
perilaku, adat istiadat, dan sosial ekonomi penduduk) (Iswari, 2008: E-79).
Agent (penyebab penyakit) yaitu semua unsur atau elemen hidup dan
yang efektif dengan manusia rentan dalam keadaan yang memungkinkan akan
penyakit. Dalam hal ini yang menjadi agent dalam penyebaran penyakit
Faktor host (penjamu) antara lain umur, ras, sosial ekonomi, cara hidup, status
39
penjamu:
paling banyak diserang DBD adalah kelompok <15 tahun, yang sebagian
rumah pada pagi dan sore hari. Waktu pagi dan sore tersebut merupakan
d. Imunitas adalah daya tahan tubuh terhadap benda asing atau sistem
e. Status gizi diperoleh dari nutrisi yang diberikan. Secara umum kekurangan
terhadap penyakit.
40
3. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik mencakup keadaan iklim yang terdiri dari curah hujan,
1) Curah Hujan
pada jumlah curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, frekuensi hari
temukan hubungan yang kuat antara curah hujan dan insident dengue.
2) Kelembaban Udara
3) Temperatur Udara
4) Kecepatan Angin
mempunyai jarak terbang paling efektif 50-100 mil atau 81-161 km.
42
5) Sinar Matahari
6) Ketinggian Tempat
b. Lingkungan Kimia
Air adalah materi yang sangat penting dalam kehidupan. Tidak ada
satupun makhluk hidup yang dapat hidup tanpa air. Air merupakan habitat
bergantung pada air (water related insect vector) seperti Aedes aegypti
c. Lingkungan Biologi
penyakit menular. Hal yang berpengaruh antara lain jenis parasit, status
kekebalan tubuh penduduk, jenis dan populasi serta potensi vektor dan
sebagainya.
Demam merupakan gejala klinis dari penyakit DBD yang mempunyai ciri
khas seperti pelana kuda. Gambaran klinis penderita demam berdarah dengue
1. Fase febris. Pada fase febris, biasanya demam mendadak tinggi 2 – 7 hari,
disertai muka kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia
44
dan sakit kepala. Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok, injeksi
farings dan konjungtiva, anoreksia, mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula
gastrointestinal.
2. Fase kritis. Fase kritis terjadi pada hari 3 – 7 sakit dan ditandai dengan
3. Fase pemulihan. Bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan
dalam atau di sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi
minum burung, vas bunga dan barang bekas (ban, kaleng, botol dan plastik).
3. Tempat penampungan air alamiah seperti lubang pohon , lubang batu, pelepah
tempat penampungan air yang paling banyak mengandung larva nyamuk Aedes
aegypti. Hal ini dikarenakan kamar mandi masyarakat Indonesia pada umumnya
lembab, kurang sinar matahari,, daan sanitasi atau kebersihannya kurang terjaga.
Menurut Nadezul (dalam Wijaya dan Putri, 2013: 202), adapun ciri – ciri
4. Menghisap darah pada pagi hari sekitar pukul 09.00 – 10.00 dan sore hari
7. Di dalam rumah dapat hidup di bak mandi, tempayan, vas bunga, dan tempat
8. Di luar rumah dapat hidup di tampungan air yang ada di dalam seperti drum,
2.3.11 Pencegahan
nyamuk
yang membunuh larva nyamuk seperti abate. Hal ini bisa mencegah
harus diulang setiap beberapa waktu tertentu. Di tempat yang sudah terjangkit
bersifat sesaat dan sangat tergantung pada jenis insektisida yang dipakai. Di
samping itu partikel obat ini tidak dapat masuk ke dalam rumah tempat
nyamuk di dalam rumah dan obat-obat nyamuk yang dioleskan (IDAI, 2019).
2.3.12 Penatalaksanaan
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam berdarah dengue, prinsip
utama adalah terapi suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian
dapat diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD. Asupan
cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral
1. Hb, Ht, dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien
2. berikutnya (dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, trombosit tiap 24 jam) atau bila
4. Hb, Ht, dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan untuk dirawat.
antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti) (Nursalam,
Gambar 2.3 Kerangka konsep hubungan faktor lingkungan dan perilaku dengan
kejadian demam berdarah dengue.
49
2.5 Hipotesis
berdarah dengue.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang
sudah ada. Tujuan dari metode ini adalah untuk membantu peneliti lebih
memahami latar belakang dari penelitian yang menjadi subyek topik yang dicari
serta memahami kenapa dan bagaimana hasil dari penelitian tersebut sehingga
dapat menjadi acuan untuk penelitian baru yang akan dilakukan, Okoli (2010).
Pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan faktor lingkungan dan
50
51
ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sehingga hasil dari studi literatur
Tujuan dari dilakukanya penelitian ini adalah untuk melihat adanya hubungan
2. Pencarian Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan mencakup kata kunci lingkungan,
perilaku dan demam berdarah dengue pada sumber penyedia jurnal penelitian
3. Screening
Kreteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal kesehatan
dengan kata kunci lingkungan, perilaku dan demam berdarah dengue, serta
rentang tahun terbit jurnal mulai dari tahun 2015-2019. Data didapatkan dari
penyedia laman jurnal yang dapat diakses secara bebas dengan menggunakan
4. Penilaian Kualitas
Dalam penilaian kualitas pada metode SLR yang dimaksud adalah kriteria
eksklusi yang dapat membatalkan data atau jurnal yang sudah didapat untuk
dianalisa lebih lanjut. Pada penelitian ini kriteria eksklusi yang digunakan
52
5. Ekstraksi Data
Ekstraksi data dapat dilakukan jika semua data yang telah memenuhi syarat
telah diklasifikasikan untuk semua data yang ada. Setelah proses screening
dilakukan maka hasil dari ekstraksi data ini dapat diketahui pasti dari jumlah
awal data yang dimiliki berapa yang masih memenuhi syarat untuk
6. Analisa Data
menggunakan kedua teknik analisa data yakni secara kuantitatif dan kualitatif.
dengue.
53
mulai dari pentahapan populasinya sampel dan seterusnya yaitu kegiatan sejak
Gambar 3.1 Kerangka kerja hubungan faktor lingkungan dan perilaku dengan
kejadian demam berdarah dengue: Systematic Literature Review
54
3.4.1 Populasi
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
adalah seluruh penderita DBD pada bulan Januari-Maret Tahun 2015, berdasarkan
Pada penelitian Ulis Wahyu Purnama Sari (2018) dengan populasi adalah
seluruh penderita DBD periode 1 Januari 2017- Juni 2018 di wilayah kerja
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
Pada penelitian Luluk Lidya Ayun (2015) dengan sampel terdiri dari
sampel kasus dan sampel kontrol dengan perbandingan 1:1 yaitu sejumlah 26
sampel kasus dan 26 sampel kontrol. Teknik pengambilan sampel simple random
Pada penelitian Ulis Wahyu Purnama Sari (2018) dengan sampel terdiri
dari total populasi yang diambil 30 responden untuk kelompok kasus dan 30
tidak/ belum pernah ada yang menderita kasus DBD dengan perbandingan 1:1.
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2016: 38). Variabel penelitian ini yaitu:
2. Variabel Dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016: 39).