PENDAHULUAN (Revisi)
Sehat adalah keadaan sehat yang utuh secara jasmani, rohani, dan sosial serta tidak
hanya bebas dari penyakit menurut World Healt Organization (WHO). Menjaga
kesehatan sangat penting dilakukan agar manusia dapat bertahan hidup dan
melakukan aktivitas yang aktif dan produktif dengan melakukan upaya pencegahan
dalam sekelompok masyarakat yang berkaitan atau memiliki hubungan yang erat
dengan satu atau lebih komponen lingkungan dalam suatu ruangan tempat tinggal
atau kegiatan masyarakat dalam jangka waktu yang lama (Achamd, 2012).
menular yang disebabkan oleh virus dangue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
sehingga dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat akibat dari pendarahan
dan gangguan lainnya. Salah satu penyakit akibat kondisi sanitasi lingkungan yang
oleh virus dengue dan ditularkan oleh vector nyamuk dari spesies Aedes aegypti atau
kasus ditemukan pada musim penghujan dimana banyak air tergenang yang menjadi
(DBD) adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh satu dari empat virus dengue
berbeda, infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, yang
umumnya terjadi di daerah dengan iklim tropis yang hangat. Selain iklim dan kondisi
sering mencapai pucaknya selama dan setelah musim hujan. Ada beberapa faktor
yang menyebabakan peningkatan angka kejadian demam berdarah antara lain tingkat
populasi nyamuk yang tinggi, suhu udara yang baik, curah hujan dan kelembaban,
yang semua hal tersebut mempengaruhi populasi nyamuk dan masa inkubasi virus
dengue. Demam berdarah meningkat pada tingkat yang lebih tinggi dari pada
Angka kejadian deman berdarah tahunan diperkirakan mencapai 100 juta kasus
bergejala dalam setahun, dengan 300 juta infeksi asimtomatik lainnya. Angka
kejadian terbesara berada pada daerah Asia yaitu sebesar 75% diikuti oleh Amerika
138.127 kasus. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2018 sebesar 65.602 kasus.
Kematian karena demam berdarah pada tahun 2019 juga mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2018 yaitu dari 467 menjadi 919 kematian. Incidence Rate (IR)
demam berdarah pada tahun 2019 sebesar 51,48 per 100.000 penduduk. Angka tersebut
menunjukan peningkatan dibandingkan dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2016 dan
2017 dimana Incidence Rate (IR) demam berdarah sebesar 26,1 dan 24,75 per 100.000
penduduk. Tahun 2010-2019 juga diketahu terdapat tiga puncak Incidence Rate (IR)
demam berdarah yaitu pada tahun 2010, 2016, dan 2019. (Kemenkes RI, 2019).
Selain angka kesakitan, besarnya masalam demam berdarah juga dapat diketahui dari
angka mortilita atau Case Fatality Rate (CRF) yang didapat dari proporsi kematian untuk
semua kasus yang dilaporkan. Secara nasional, Case Fatality Rate (CRF) menunjukan
sedikit penurunan dari 0,71% pada 2018 menjadi 0,67% pada 2019. Pada tahun 2019
terdapat 10 provinsi dengan Case Fatality Rate (CRF) diatas 1% yaitu Maluku,
Gorontalo, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, Maluku Utara,
Sulawesi Utara, Jawa Timur, Papua dan Sulawesi Barat. Case Fatality Rate (CRF)yang
dan kesadaran masyarakat akan pencegahan terjadinya keparahan dan komplikasi yang
berujung pada kematian yang diakibatkan oleh demam berdarah (Kemenkes RI, 2019).
Dari 514 kabupaten atau kota di Indonesia, terdapat 320 kabupaten atau kota (62,26%)
yang telah mencapai Incidence Rate (IR) demam berdarah < 49 per 100.000 penduduk.
Terdapat 23 provinsi pada tahun 2019 yang memenuhi target Incidence Rate (IR)
demam berdarah < 49 per 100.000 penduduk. Provinsi tersebut adalah Sumatera Utara,
Riau, Jambi, Bengkulu, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta,
Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat
Di DKI Jakarta jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2018
sebanyak 3.007 kasus, dengan indence rate 28,7 per 100.000 penduduk, dibandingkan
dengan tahun sebelumnya sebanyak 3,333 kasus (IR 32,13), kasus DBD mengalami
penurunan. Di Wilayah Jakarta Timur jumah penderita DBD pada tahun 2018 berjumlah
923 kasus ini merupakan jumlah kedua terbanyak di wilayah DKI Jakarta (Riskesdas,
2018).
Penanganan dan pencegahan demam berdarah dengan fogging dinilai masyarakat paling
fogging dalam menurunkan laju bebas jentik dan menurunkan Indeks kepadatan larva
hanya sampai 8,6% (Ibrahim et al., 2016). Fogging hanya dapat bertahan selama dua
minggu dan hanya membunuh nyamuk dewasa. Fogging bukanlah strategi utama dalam
pencegahan demam berdarah. Fogging hanya dilakukan jika terjadi kasus demam
berdarah di suatu daerah, untuk membrantas nyamuk sebagai vector penyakit demam
Menurut Direktorat Jendral PMM-PLP, cara paling efektif dan tepat untuk mencegah
dengan partisipasi seluruh lapisan masyarakat ( Rosidi & Adisasmito dalam Kurniawati
& Ekawati, 2019). Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah kegiatan memberantas
telur, jentik dan kempompong nyamuk Aedes Aegepty penularan demam berdarah pada
merupakan priorita utama yang dilaksanakan langsung oleh masyarakat sesuai dengan
nyamuk yang terdiri dari 3M yaitu Menguras penampungan air, seperti bak mandi/WC,
drum dan lain sebagainya minimal seminggu sekali, menutup rapat bak penampungan
air seperti gentong air dan lain sebagainya, menggunakan kembali barang bekas yang
dapat menampung air dan berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk penular
bersama dari seluruh elemen masyarakat. Peran masyarakat dalam pemberantasan vector
merupakan upaya terpenting untuk memutus mata rantai penularan dalam rangka
pemberantasan demam berdarah. Perilaku masyarakat yang baik akan berdampak baik
pada kesehatan, sebaliknya perilaku masyarakat yang buruk akan berdampak buruk pada
kesehatannya.
Menurut penelitian Weni Sartiwi & Emira Apriyeni tahun 2017 tentang “Hubungan
dengan tingkat pendidikan SLTA yaitu 22 orang (32,4%), 20 (29,4 %) SLTP sedangkan
yang sedikit DIII/PT 13 orang (19,1 %) dan SD 13 orang (19,1 %). Berdasarkan hasil
univariat didapatkan bahwa dari segi pengetahuan bahwa lebih dari separuh responden
yaitu 36 orang (52,9% ) mempunyai pengetahuan rendah tentang PSN DBD, dilihat dari
segi sikap bahwa lebih dari separuh responden yaitu 35 orang (51,5 %) mempunyai
sikap negatif tentang PSN DBD, dilihat dari segi perilaku didapatkan lebih dari separuh
responden yaitu 42 orang (61,8%) memiliki perilaku yang kurang baik tentang PSN
Keluarga tentang PSN DBD di Korong Sarang Gagak Wilayah Kerja Puskesmas Enam
Lingkung Kabupaten Padang Pariaman responden yang memiliki perilaku yang kurang
baik tentang PSN DBD lebih banyak ditemukan pada responden yang memiliki tingkat
memiliki pengetahuan tinggi yaitu 11 orang (43,4 %), uji statistik dengan menggunakan
uji Chi square didapat nilai p value = 0,000 ( p value < 0,05) berarti ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan dengan perilaku keluarga tentang PSN DBD. Berdasarkan
analisa bivariat yang dilakukan terhadap hubungan sikap dengan perilaku keluarga
tentang PSN DBD dapat diketahui bahwa persentase perponden yang memiliki perilaku
yang kurang baik tentang PSN DBD lebih tinggi ditemukan pada responden yang
memiliki sikap yang negatif yaitu (80%) dibandingkan dengan responden yang memiliki
sikap positif yaitu 14 0rang ( 42,4 %). Sedangkan responden yang memiliki perilaku
baik lebih banyak ditemukan pada responden yang memiliki sikap positif (57,6 %).
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Chi square didapat nilai P value =
0,003 (P value < 0,05), berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan
perilaku keluarga tentang PSN DBD di Korong Sarang wilayah kerja Puskesmas Enam
Lingkung. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santhi
(2014) tentang Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang DBD terhadap
menunjukan bahwa terdapat sikap responden yang tidak kooperatif sebanyak 53 orang
(60,2%). Dari hasil penelitian terdapat pengaruh signifikan antara sikap masyarakat
Menurut Penelitian Adhytia Bagus Adnan & Sri Siswani Tahun 2019 tentang “Peran
Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Wilayah Kerja Kelurahan Tebet Timur Tahun 2019”
mengatakan bahwa sebanyak 54 responden (81,8 %) dan jumantik yang variabel PSN
kurang baik dan perilaku masyarakat baik sebanyak 9 orang dari 43 responden (20,9%).
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square pada tabel 5.8, didapatkan P value sebesar
antara peran jumantik dalam pemberantasan sarang nyamuk dengan perilaku masyarakat
dalam upaya pencegahan penyakit DBD di Wilayah Kelurahan Tebet Timur tahun 2019.
Dari wawancara pada 5 orang warga di RW 02 kelurahan Cakung Barat tahun 2021,
dilakukan oleh responde adalah Menguras kolam kamar mandi 2 minggu sekali 2 orang,
Menggunakan obat nyamuk semprot 2 orang, dan menutup ember penyimpanan air 1
orang. Pendidikan responden: SMP: 1 orang, SMA: 3 orang , PT: 1 orang , Pengetahuan
: Mengerti tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M 60% dan yang tidak
mengerti 40 %, Peran Jumantik , yang merasakan adanya peran jumantik 60%, yang
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai
faktor faktor yang behubungan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M dalam
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, dan dari hasil wawancara pada 5 orang warga
Menguras kolam kamar mandi 2 minggu sekali 2 orang, Menggunakan obat nyamuk
semprot 2 orang, dan menutup ember penyimpanan air 1 orang. Pendidikan responden:
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M 60% dan yang tidak mengerti 40 %, Peran
Jumantik , yang merasakan adanya peran jumantik 60%, yang tidak merasakan adanya
peran jumantik 40 %.maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apasaja faktor
faktor yang behubungan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M dalam
1. Pelayanan Kesehatan
Berdarah.
2. Intitusi Pendidikan
3. Peneliti lain
Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta