Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN (Revisi)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN) 3M  dalam pencegahan penyakit demam Berdarah di RW 02 Kelurahan Cakung

Barat Tahun 2021

1.1 Latar Belakang

Sehat adalah keadaan sehat yang utuh secara jasmani, rohani, dan sosial serta tidak

hanya bebas dari penyakit menurut World Healt Organization (WHO). Menjaga

kesehatan sangat penting dilakukan agar manusia dapat bertahan hidup dan

melakukan aktivitas yang aktif dan produktif dengan melakukan upaya pencegahan

penyakit. Penyakit berbasis lingkungan adalah fenomena penyakit yang terjadi

dalam sekelompok masyarakat yang berkaitan atau memiliki hubungan yang erat

dengan satu atau lebih komponen lingkungan dalam suatu ruangan tempat tinggal

atau kegiatan masyarakat dalam jangka waktu yang lama (Achamd, 2012).

Virus dangue merupakan penyakit berbasi lingkungan, yang merupakan penyakit

menular yang disebabkan oleh virus dangue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk

sehingga dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat akibat dari pendarahan

dan gangguan lainnya. Salah satu penyakit akibat kondisi sanitasi lingkungan yang

tidak memenuhi syarat kesehatan adalah penyakit Demam BerdarahDengue (DBD)

(Jayawardhana, Permana, & Kogoya, 2018).


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan

oleh virus dengue dan ditularkan oleh vector nyamuk dari spesies Aedes aegypti atau

Aedes albopictus. Peran vector dalam penyebaran penyakit menyebabkan banyak

kasus ditemukan pada musim penghujan dimana banyak air tergenang yang menjadi

tempat perkembangbiakan nyamuk (Kemenkes RI, 2019). Demam BerdarahDengue

(DBD) adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh satu dari empat virus dengue

berbeda, infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, yang

umumnya terjadi di daerah dengan iklim tropis yang hangat. Selain iklim dan kondisi

lingkungan, beberapa studi menunjukan bahwa demam berdarah berhubungan

dengan mobilitas dan kepadatan penduduk serta, perilaku masyarakat.

Epidemi demam berdarah cenderung memiliki pola musiman, dengan penularan

sering mencapai pucaknya selama dan setelah musim hujan. Ada beberapa faktor

yang menyebabakan peningkatan angka kejadian demam berdarah antara lain tingkat

populasi nyamuk yang tinggi, suhu udara yang baik, curah hujan dan kelembaban,

yang semua hal tersebut mempengaruhi populasi nyamuk dan masa inkubasi virus

dengue. Demam berdarah meningkat pada tingkat yang lebih tinggi dari pada

penyakit menular lainnya, dengan peningkatan 400% selama 13 tahun (2000-2013).

Angka kejadian deman berdarah tahunan diperkirakan mencapai 100 juta kasus

bergejala dalam setahun, dengan 300 juta infeksi asimtomatik lainnya. Angka

kejadian terbesara berada pada daerah Asia yaitu sebesar 75% diikuti oleh Amerika

Latin dan Afrika (WHO, 2019).


Di Indonesia kasus demam berdarah yang dilaporkan pada tahun 2019 tercatat sebanyak

138.127 kasus. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2018 sebesar 65.602 kasus.

Kematian karena demam berdarah pada tahun 2019 juga mengalami peningkatan

dibandingkan tahun 2018 yaitu dari 467 menjadi 919 kematian. Incidence Rate (IR)

demam berdarah pada tahun 2019 sebesar 51,48 per 100.000 penduduk. Angka tersebut

menunjukan peningkatan dibandingkan dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2016 dan

2017 dimana Incidence Rate (IR) demam berdarah sebesar 26,1 dan 24,75 per 100.000

penduduk. Tahun 2010-2019 juga diketahu terdapat tiga puncak Incidence Rate (IR)

demam berdarah yaitu pada tahun 2010, 2016, dan 2019. (Kemenkes RI, 2019).

Selain angka kesakitan, besarnya masalam demam berdarah juga dapat diketahui dari

angka mortilita atau Case Fatality Rate (CRF) yang didapat dari proporsi kematian untuk

semua kasus yang dilaporkan. Secara nasional, Case Fatality Rate (CRF) menunjukan

sedikit penurunan dari 0,71% pada 2018 menjadi 0,67% pada 2019. Pada tahun 2019

terdapat 10 provinsi dengan Case Fatality Rate (CRF) diatas 1% yaitu Maluku,

Gorontalo, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, Maluku Utara,

Sulawesi Utara, Jawa Timur, Papua dan Sulawesi Barat. Case Fatality Rate (CRF)yang

tinggi memerlukan lankah-langkah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Upaya edukasi kepada masyarakat juga diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan

dan kesadaran masyarakat akan pencegahan terjadinya keparahan dan komplikasi yang

berujung pada kematian yang diakibatkan oleh demam berdarah (Kemenkes RI, 2019).

Dari 514 kabupaten atau kota di Indonesia, terdapat 320 kabupaten atau kota (62,26%)

yang telah mencapai Incidence Rate (IR) demam berdarah < 49 per 100.000 penduduk.
Terdapat 23 provinsi pada tahun 2019 yang memenuhi target Incidence Rate (IR)

demam berdarah < 49 per 100.000 penduduk. Provinsi tersebut adalah Sumatera Utara,

Riau, Jambi, Bengkulu, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta,

Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara

Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan,

Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat

(Kemenke RI, 2019).

Di DKI Jakarta jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2018

sebanyak 3.007 kasus, dengan indence rate 28,7 per 100.000 penduduk, dibandingkan

dengan tahun sebelumnya sebanyak 3,333 kasus (IR 32,13), kasus DBD mengalami

penurunan. Di Wilayah Jakarta Timur jumah penderita DBD pada tahun 2018 berjumlah

923 kasus ini merupakan jumlah kedua terbanyak di wilayah DKI Jakarta (Riskesdas,

2018).

Penanganan dan pencegahan demam berdarah dengan fogging dinilai masyarakat paling

efektif. Hal ini menyebabkan permintaan fogging meningkat sedangkan efektifitas

fogging dalam menurunkan laju bebas jentik dan menurunkan Indeks kepadatan larva

hanya sampai 8,6% (Ibrahim et al., 2016). Fogging hanya dapat bertahan selama dua

minggu dan hanya membunuh nyamuk dewasa. Fogging bukanlah strategi utama dalam

pencegahan demam berdarah. Fogging hanya dilakukan jika terjadi kasus demam
berdarah di suatu daerah, untuk membrantas nyamuk sebagai vector penyakit demam

berdarah (Kemenkes RI, 2016).

Menurut Direktorat Jendral PMM-PLP, cara paling efektif dan tepat untuk mencegah

dan memberantas demam berdarah adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M

dengan partisipasi seluruh lapisan masyarakat ( Rosidi & Adisasmito dalam Kurniawati

& Ekawati, 2019). Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah kegiatan memberantas

telur, jentik dan kempompong nyamuk Aedes Aegepty penularan demam berdarah pada

tempat perkembangbiakannya. Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

merupakan priorita utama yang dilaksanakan langsung oleh masyarakat sesuai dengan

kondisi dan budaya setempat (Tanjung, 2012). Kementerian Kesehatan RI menyebutkan

bahwa Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M meliputi pemberantasan sarang

nyamuk yang terdiri dari 3M yaitu Menguras penampungan air, seperti bak mandi/WC,

drum dan lain sebagainya minimal seminggu sekali, menutup rapat bak penampungan

air seperti gentong air dan lain sebagainya, menggunakan kembali barang bekas yang

dapat menampung air dan berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk penular

demam berdarah (Kemenkes, 2016).

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) demam berdarah merupakan tanggung jawab

bersama dari seluruh elemen masyarakat. Peran masyarakat dalam pemberantasan vector

merupakan upaya terpenting untuk memutus mata rantai penularan dalam rangka

pemberantasan demam berdarah. Perilaku masyarakat yang baik akan berdampak baik
pada kesehatan, sebaliknya perilaku masyarakat yang buruk akan berdampak buruk pada

kesehatannya.

Menurut penelitian Weni Sartiwi & Emira Apriyeni tahun 2017 tentang “Hubungan

Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Keluarga tentang Pemberantasan Sarang

Nyamuk Deman Berdarah Dengue” mengatakan bahwa jumlah responden 68 KK orang

dengan tingkat pendidikan SLTA yaitu 22 orang (32,4%), 20 (29,4 %) SLTP sedangkan

yang sedikit DIII/PT 13 orang (19,1 %) dan SD 13 orang (19,1 %). Berdasarkan hasil

univariat didapatkan bahwa dari segi pengetahuan bahwa lebih dari separuh responden

yaitu 36 orang (52,9% ) mempunyai pengetahuan rendah tentang PSN DBD, dilihat dari

segi sikap bahwa lebih dari separuh responden yaitu 35 orang (51,5 %) mempunyai

sikap negatif tentang PSN DBD, dilihat dari segi perilaku didapatkan lebih dari separuh

responden yaitu 42 orang (61,8%) memiliki perilaku yang kurang baik tentang PSN

DBD. Analisis bivariat tentang Hubungan Pengetahuan Responden dengan Perilaku

Keluarga tentang PSN DBD di Korong Sarang Gagak Wilayah Kerja Puskesmas Enam

Lingkung Kabupaten Padang Pariaman responden yang memiliki perilaku yang kurang

baik tentang PSN DBD lebih banyak ditemukan pada responden yang memiliki tingkat

pengetahuan rendah yaitu 31 orang (86,1%) dibandingkan dengan responden yang

memiliki pengetahuan tinggi yaitu 11 orang (43,4 %), uji statistik dengan menggunakan

uji Chi square didapat nilai p value = 0,000 ( p value < 0,05) berarti ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan dengan perilaku keluarga tentang PSN DBD. Berdasarkan

analisa bivariat yang dilakukan terhadap hubungan sikap dengan perilaku keluarga

tentang PSN DBD dapat diketahui bahwa persentase perponden yang memiliki perilaku

yang kurang baik tentang PSN DBD lebih tinggi ditemukan pada responden yang
memiliki sikap yang negatif yaitu (80%) dibandingkan dengan responden yang memiliki

sikap positif yaitu 14 0rang ( 42,4 %). Sedangkan responden yang memiliki perilaku

baik lebih banyak ditemukan pada responden yang memiliki sikap positif (57,6 %).

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Chi square didapat nilai P value =

0,003 (P value < 0,05), berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan

perilaku keluarga tentang PSN DBD di Korong Sarang wilayah kerja Puskesmas Enam

Lingkung. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santhi

(2014) tentang Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang DBD terhadap

Aktivitas Pemberantasan Sarang Nyamuk di desa Dalung Kecamatan Kuta Utara,

menunjukan bahwa terdapat sikap responden yang tidak kooperatif sebanyak 53 orang

(60,2%). Dari hasil penelitian terdapat pengaruh signifikan antara sikap masyarakat

tentang penyakit DBD terhadap aktivitas pemberantasan sarang nyamuk (p=0,00).

Menurut Penelitian Adhytia Bagus Adnan & Sri Siswani Tahun 2019 tentang “Peran

Kader Jumantik Terhadap Perilaku Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Penyakit

Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Wilayah Kerja Kelurahan Tebet Timur Tahun 2019”

mengatakan bahwa sebanyak 54 responden (81,8 %) dan jumantik yang variabel PSN

kurang baik dan perilaku masyarakat baik sebanyak 9 orang dari 43 responden (20,9%).

Berdasarkan hasil uji statistik chi-square pada tabel 5.8, didapatkan P value sebesar

0,000 yang menyatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 % terdapat hubungan

antara peran jumantik dalam pemberantasan sarang nyamuk dengan perilaku masyarakat

dalam upaya pencegahan penyakit DBD di Wilayah Kelurahan Tebet Timur tahun 2019.
Dari wawancara pada 5 orang warga di RW 02 kelurahan Cakung Barat tahun 2021,

melalui telpone didapatkan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M yang

dilakukan oleh responde adalah Menguras kolam kamar mandi 2 minggu sekali 2 orang,

Menggunakan obat nyamuk semprot 2 orang, dan menutup ember penyimpanan air 1

orang. Pendidikan responden: SMP: 1 orang, SMA: 3 orang , PT: 1 orang , Pengetahuan

: Mengerti tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M 60% dan yang tidak

mengerti 40 %, Peran Jumantik , yang merasakan adanya peran jumantik 60%, yang

tidak merasakan adanya peran jumantik 40 %.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai

faktor faktor yang behubungan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M dalam

pencegahan penyakit demam berdarah di wilayah RW 02 kelurahan Cakung Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, dan dari hasil wawancara pada 5 orang warga

di RW 02 kelurahan Cakung Barat tahun 2021, melalui telpone didapatkan upaya

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M yang dilakukan oleh responde adalah

Menguras kolam kamar mandi 2 minggu sekali 2 orang, Menggunakan obat nyamuk

semprot 2 orang, dan menutup ember penyimpanan air 1 orang. Pendidikan responden:

SMP: 1 orang, SMA: 3 orang , PT: 1 orang , Pengetahuan : Mengerti tentang

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M 60% dan yang tidak mengerti 40 %, Peran

Jumantik , yang merasakan adanya peran jumantik 60%, yang tidak merasakan adanya

peran jumantik 40 %.maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apasaja faktor
faktor yang behubungan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M dalam

pencegahan penyakit Demam Berdarah di wilayah RW 02 kelurahan Cakung Barat.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor faktor yang behubungan dengan Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) 3M dalam pencegahan penyakit Demam Berdarah di wilayah

RW 02 kelurahan Cakung Barat.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi kareteristik responden dalam Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) 3M dalam pencegahan penyakit demam Berdarah di

wilayah RW 02 Kelurahan Cakung Barat Tahun 2021.

2) Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) 3M dalam pencegahan penyakit Demam Berdarah di

wilayah RW 02 Kelurahan Cakung Barat Tahun 2021.

3) Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) 3M dalam pencegahan penyakit Demam Berdarah di

wilayah RW 02 Kelurahan Cakung Barat Tahun 2021.

4) Mengetahui hubungan sikap dan perilaku dengan Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) 3M dalam pencegahan penyakit Demam Berdarah di

wilayah RW 02 Kelurahan Cakung Barat Tahun 2021.


5) Mengetahui hubungan peran jumantik dengan Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) 3M dalam pencegahan penyakit Demam Berdarah di

wilayah RW 02 Kelurahan Cakung Barat Tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Pelayanan Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memotivasi petugas kesehatan terutama

perawat untuk memberikan informasi lebih banyak kepada semua kelompok

masyarakat tentangpentinngnya pengetahuan faktor faktor yang behubungan

dengan pemberantaan sarang nyamuk. 3M dalam pencegahan penyakit Demam

Berdarah.

2. Intitusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam pengembangan informs

tentang faktor faktor yang behubungan pemberantasan sarang nyamuk dalam

pencegahan penyakit Demam Berdarah .

3. Peneliti lain

Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta

sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai