Anda di halaman 1dari 21

Makalah Demam Berdarah Dengue

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopyctus. Faktor  – 
 – faktor
faktor yang
mempengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue sangat
sangat kompleks, antara lain iklim
i klim dan
pergantian musim, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk dan transportasi. Sebaran
nyamuk penular demam berdarah dengue, kebersihan lingkungan yang tidak memadai serta
factor keganasan virusnya. Berdasarkan kejadian dilapangan dapat diidentifikasikan factor
utama adalah kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan
tempat tinggal. Sehingga terjadi genangan air yang menyebabkan berkembangnya nyamuk 
(Dinkom,2007). Insiden dan prevalensi penyakit Demam Berdarah Dengue menimbulkan
kerugian pada individu, keluarga dan masyaraka
mas yarakat.
t. Kerugian ini berbentuk kematian,
penderitaan, kesakitan, dan hilangnya waktu produktif (Indra,2003).

Penyakit demam berdarah dengue menjadi momok tiap tahun. Insiden di Indonesia antara 6
hingga 15 per 100.000 penduduk (1989-1995) dan pernah meningkat tajam saat Kejasian
Luar Biasa hingga 35 per 100.000 penduduk
penduduk pada tahun 1998(IPD,2007), hingga medio 2005
masih ada daerah berstatus Kejadian Luar Biasa, sampai mei tahun 2005 di seluruh Indonesia
tercatat 28.224 kasus dengan jumlah kematian 348 orang, hingga awal oktober 2005 kasus
demam berdarah dengue di 33 propinsi tercatat 50.196 kasus dengan 701 diantaranya
meninggal. Dari data di atas menunjukkan peningkatan
peningkatan hampir 2 kali lipat dari mei hingga
awal oktober 2005(Sisilia,2005). Beerdasarkan
Beerdasarkan data dari Dinkes Jawa Timur hingga 20
oktober 2005 sebanyak 8.619 kasus dari jumlah tersebut meninggal 131 orang dan pada tahun
2006 ada 20.420 penderita dan menyebabkan kematian 233 jiwa, pada tahun 2007 sampai juli
yakni 102.175 penderita dengan kematian 1.098 jiwa (Dinkom,2007). Dari hasil studi
pendahuluan data yang diperoleh dari dinas kesehatan banyuwangi dari tahun 2005 sampai
2007 mangalami peningkatan yaitu 596 kasus pada tahun 2005, 677 kasus pasda tahun 2006
dan 788 kasus pada tahun
t ahun 2007, sedangkan pada tahun 2008 mengalami penurunan kasus
Demam Berdrah Dengue yaitu 581 kasus (Dinkes Kab. BWI,2008). Dan dari data yang
diperoleh dari puskesmas
puskesmas Gitik tahun 2005 sampai 2007
2007 juga mengalami peningkatan
peningkatan yaitu
35 kasus pada tahun 2005, 55 kasus pada tahun 2006 dan 66 kasus pada tahun 2007
sedangkan
sedangkan pada tahun 2008 jumlah penderita Demam Berdarah Dengue mencapai 43 kasus
(Dinkes Kab. BWI,2008).

Demam berdarah merupakan penyakit yang bisa mewabah. Usaha untuk mengatasi masalah
penyakit tersebut di Indonesia telah puluhan tahun dilakukan, berbagai upaya pemberantasan
vector, tetapi hasilnya belum optimal. Secara teoritis ada 4 cara untuk memutuskan rantai
penularan demam berdarah dengue, yaitu: melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah
gigitan nyamuk dan pengendalian vector. Untuk pengendalian vector dilakukan dengan 2 cara
yaitu dengan cara kimia dan pengelolaan lingkungan , salah satunya dengan Pemberantasan
Sarang Nyamuk. Pengendalian vector dengan cara kimia hanya membebankan perlindungan
perlindungan
terhadap pindahnya penyakit yang bersifat sementara dan dilakukan hanya apabila terjadi
letusan wabah. Cara ini memerlukan dana yang tidak sedikit serta mempunyai dampak 
negative terhadap lingkungan. Untuk itu diperlukan cara lain yang tidak menggunakan bahan
kimia diantaranya melalui peningkatan partisipasi masyarakat untuk pengendalian vector
dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (Indra, 2003). Keberhasilan pemberantas
nyamuk aedes aegypti tidak lepas dari peran petugas kesehatan atau perawat yaitu
memberikan penyuluhan pada masyarakat
masyarakat tentang demam berdarah dengue secara intensif.

Upaya pemberantasan dan pencegahan yang dilakukan Puskesmas Gitik yaitu yang pertama
dengan penyuluhan , penyuluhan yang dilakukan melalui rapat koordinasi desa dan
kecamatan, selain itu penyuluhan dilakukan dari rumah kerumah oleh petugas kesehatan.
Kedua dengan abatesasi yaitu pemberian abate kepada seluruh masyarakat. Ketiga denggan
fogging atau pengasapan sebagai alternative terakhir untuk pemberantasa
pemberantasan
n nyamuk dewasa
yang telah mengandung virus dengue. Dengan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan
 penelitian guna mengetahui
mengetahu i “ Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan
d engan Angka
Jentik Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Gitik Tahun 2008”.
Bebas Jentik

1.2 Rumusan Masalah

Adakah Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Keadaan Bebas Jentik Demam
Bedarah Dengue?

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya Hubungan Pemberantasan


Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Keadaan Bebas Jentik 
Demam Bedarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Gitik Tahun 2008.

1.3.2 Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi Pemberantasan Sarang Nyamuk(3M Plus)

b) Mengidentifikasi Keadaan Bebas Jentik Demam Berdarah Dengue.


c) Mengidentifikasi Adakah Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Keadaan
Bebas Jentik Demam Bedarah Dengue.

a) Teoritis

Menberikan wacana ilmiah bagi masyarakat tentang Hubungan Pemberantasan Sarang


Nyamuk (3M Plus) dengan Keadaan Bebas Jentik Demam Berdarah Dengue.

b) Praktis

Dengan dilaksanakannya penelitian ini di harapkan masyarakat dapat meningkatkan PSN


(Pemberantasan Sarang Nyamuk) secara rutin seminggu sekali secara optimal.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemberantasan Sarang Nyamuk


2.1.1 Pengertian

Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue adalah kegiatan mamberantas telur,
 jentik, dan kepompong nyamuk penular Demam Berdarah Dengue ( Aedes Aegypti) di tempat
 – tempat perkembengbiakannya.(Depkes,RI,2005)
2.1.2 Tujuan PSN DBD

Mengendalikan populsi nyamuk aedes aegypti, sehingga penularan DBD dapat dicegah atau
dikurangi.(Depkes,RI,2005)

2.1.3 Sasaran PSN DBD

Sasaran pemberantasan sarang nyamuk DBD yaitu semua tempat perkembangbiakan nyamuk 
penular DBD, antara lain:

 Tempat penampunga air (TPA) untuk keperluan sehari  – hari.


 Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari  – hari.
 Tempat penampung air alamiah. (Depkes,RI,2005)
2.14 Ukuran keberhasilan PSN DBD
Keberhasailan kegiatan PSN DBD antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik 
(ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan 95 % di harapkan penularan DBD dapat di cegah
atau di kurangi.(Depkes RI, 2005).

2.1.5 Cara PSN DBD

PSN DBD dilakukan dengan cara „3M‟ , yaitu :

 Menguras dan menyikat tempat – tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc,


drum, dll seminggu sekali (M1).
 Menutup rapat – rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dll
(M2).
 Mengubur dan menyingkirkan barang – barang bekas yang dapat menampung air hujan
(M3).
Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti:

 Mengganti air vas bunga, tempat minim burung atau tempat lainnya yang sejenis
seminggu sekali.
 Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancer/rusak.
 Menutup lubang – lubang pada potongan bambu /pohon, dll.
 Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat  – tempat yang sulit di kuras atau di
daerah yang sulit air.
 Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak  – bak penampung air.
 Memasang kawat kasa.
 Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
 Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
 Menggunakan kelambu.
 Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.
Keseluruhan cara tersebut di atas di kenal dengan istilah “3M Plus”.(Depkes RI, 2005).

2.1.6 Pelaksanaan PSN DBD

Pelaksanaan PSN DBD menurut Depkes RI (2005), yaitu:

 Di rumah
Dilaksanakan oleh anggota keluarga

 Tempat – tempat umum
Dilaksanakan oleh petugas yang di tunjuk oleh pimpinan atau pengelola tempat  – tempat
umum, seperti:

1. kantor oleh petugas kebersihan kantor


2. sekolah oleh petugas sekolah
3. pasar oleh petugas kebersihan pasar, dll.(Depkes RI,2005).
2.1.8 Jenis Kegiatan PSN DBD

a) Bulan Bakti Gerakan 3M atau juga dengan istilah bulan kewaspadaan 3M sebelum
musim penularan atau gerakan 3M sebelum mas penularan (G 3M SMP) adalah suatu
kegiatan yang di laksanakan pada saat sebelum terjadi penularan DBD, yaitu bulan dimana
 jumlah kasus DBD paling rendah, berdasarkan jumlah kasus rata – rata perbulan selama 5
tahun terakhir. Kegiatan ini dilakukan selama sebulan penu dengan mengajak warga
melakukan PSN DBD dipimpin oleh Kepala wilayah setempat serta melibatkan lintas sector.
Kegiatan ini di prioritaskan di desa/kelurahan rawan 1 (endemis) agar sebelum terjadi puncak 
penularan virus dengue, populasi nyamuk penular dapat ditekan serendah  – rendahnya
sehingga Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat dicegah.

b) Penyeluhan kepada keluarga

Selain penyuluhan secara individu yang dilakukan penyuluhan kepada masyarakat luas juga
dilakukan secara kelompok (seperti pada pertemuan kader, arisan, dan selapanan) dan secara
missal (seperti pada saat pertunjukan layer tancap, ceramah agama dan pertemuan
musyawarah desa)

c) Pergerakan masyarakat dalam PSN DBD secara terus menerus dan berkesinambungan
sesuai dengan situasi dan kondisi masing – masing daerah, apabila terjadi KLB atau wabah,
dilakukan penyemprotan insektisida/pemberantasan vector dengan pengasapan (fogging)
yang dilaksanakan 2 siklus dengan interval satu minggu yang melibatkan petugas dinas
kesehatan kabupaten/kota,puskesmas dan tenaga lain yang terlatih (Depkes,RI,2005)

2.1.9 Perlunya 3M

Sudah tidak diragukan lagi bahwa penyebaran wabah dengue disebabkan oleh nyamuk Aedes
Aegipty terutama nyamuk betina. Nyamuk ini sangat pintar menyembunyikan suaranya
dengan membuat gerakan sayap yang halus sehingga nyaris tak trdengar. Nyamuk betina ini
menghisap darah menusia sebagai bahan untuk mematangkan telurnya
Bila nyamuk jenis lain bertelur dan menetaskan pada sarangnya. Aedes aegipty betina
melakukannya diatas permukaan air karena dengan demikianlah telur  – telurnya itu
berpotensi menetas dan hidup, telur menjadi larva yang kemudian mencari makan dengan
memangsa bakteri yang ada di air tersebut, nyamuk penyebab demam berdarah ini
berkembang biak pada genangan air terutama yang kotor.

Penyebaran wabah dengue dipengaruhi oleh ada tidaknya nyamuk aedes aegipty yang
dipengaruhi lagi oleh ada tidaknya genangan air yang kotor, oleh karena itu pengontrolan
dengue bias dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut :

a) Pertama adalah membunuh nyamuk baik dengan peptisida maupun dengan ovitrap,
yakni dengan bak perangkap yang di utup kasa, penggunaan peptisida selain memerlukan
biaya dan berbahaya pada manusia, juga akan memicu munculnya nyamuk yang resisten,
sehingga cara ini bukanlah cara yang efektif untuk jangka panjang, untuk jangka pendek cara
ini masih digunakan

b) Kedua adalh membuat nyamuk trasgenik supaya tidak terinfeksi oleh virus dengue, jika
nyamuk tidak bisa terinfeksi oleh virus dengue otomatis manusia tidak akan pernah terinfeksi
oleh virus dengue. Cara ini digunakan oleh beberapa peneliti unutk mengatsi masalah
malaria, nmaun pengembangan cara ini masih memerlukan puluhan tahun untuk bias di
aplikasikan.

c) Cara yang ketiga adalah PSN yang efektif dan efisien melalui kegiatan 3M yaitu dengan
menguras tempat penyimpanan air, menutup tempat penampungan air, mengubur barang  – 
barang bekas yang memungkinkan dijadikan tempat perindukan dan perkembangbiakan
 jentik nyamuk aedes aegipty, menutup lubang – lubang pada bamboo dengan tanah atau
adukan semen, melipat pakain/kain yang bergantungan pada kamr agar nyamuk tidak hinggap
disitu, untuk tempat – tempat air yang tidak memungkinkan atau sulit di kuras taburkan
bubuk abate kedalam genangan air tersebut untuk membunuh jenti  – jentik nyamuk, ulangi
hal ini setiap 2-3 bulan sekali (Depkes,RI,2005)

2.2 Keadaan Bebas Jentik DBD


2.2.1 Pengertian Keadaan Bebas Jentik 

Dari pengertian ABJ (Angka Bebas Jentik) di atas maka dapat disimpulkan bahwasanya
Keadaan Bebas Jentik merupakan suatu keadaan dimana ABJ lebih atau sama dengan 95 %

2.2.2 Pengertian DBD


Penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue dan terutama menyerang anak-
anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak dengan manifestasi pendarahan dan
bertendensi menimbulkan shock dan kematian.(Faziah,2004)

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis , demam,nyeri
otot, dan atau nyeri sendi yang disertai lekopenia , ruam, limfa demopati, trombositopenia dan
datesis hemoregic (IPD,2007)
Suatu infeksi arboirus ( arthropod  –  borne virus)akut, ditularkan oleh nyamuk spesies aedes.
(IKA,2005)
2.2.3 Penyebab Demam Berdarah Dengue

Penyebab penyakit adalah virus dengue. Virus ini termasuk kelompok arthropoda. Borne
viruses (arbovirosis). Sampai saat ini dikenal ada 4 serotype virus yaitu :

1. dengue 1 diisolasi oleh sabin pada tahun 1944


2. dengue 2 diisolasi oleh sabin pada tahun 1944
3. dengue 3 diisolasi oleh sather
4. dengue 4 diisolasi oleh sather
keempat type virus tersebut telah ditemukan diberbagai daerah di indonesia dan yang
terbanyak adalah type 2 dan type 3. penelitian di indonesia menunjukkan dengue type 3
merupakan serotype vius yang dominan menyebabkan kasus yang berat.(Faziah,2004)

2.2.4 Patofisiologi dan Patogenesis

Fenomena patofisiologi utama menentukan berat penyakit dan membedakan demam berdarah
dengue dengan dengue klasik ialah tingginya permabilitas dinidng pembulu darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diabetes hemoragik.
Meningginya nilai hematokrit pada penderita dengan renjatan menimbulkan dugaan bahwa
renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler
yang rusak dengan mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meninginya nilai
hematokrit. Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi dan patogenesis demam berdarah
dengue hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi sebagian besar menganut “the
secondary heterologous infection hypothesis” yang mengatakan bahwa DBD dapat terjadi
apabila seseorang setelah infeksi dengue pertama mendapat i nfeksi berulang dengan type
virus dengue yang berlainan dalam jangka waktu tertentu yang diperkirakan antara 6 bulan
sampai 5 tahun. Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan hipotese infeksi sekunder dicoba
dirumuskan oleh suvvate
Akibat infeksi kedua oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seseorang penderita dengan
kadar antibodi anti dengue yang rendah, respon antibodi ananmestik yang akan terjadi dalam
beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit imun dengan
menghasilkan antibodi IgG anti dengue titer tinggi. Disampaing itu replikasi virus dengue
terjadi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah yang banyak. Hal-hal i ni semuanya
akan mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang selanjutnya akan
mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan c3a dan c5a akibat antivasi c3 dan c5
menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembulu darah dan merembesnya plasma
melalui endotel dinding pembulu darah. Pada penderita ranjatan berat, volume plasma dapat
berkurang samapai lebih dari 30 % dan berlangsung selama 24-48 jam. Renjatan yang tidak 
ditanggulangi secara adekwat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan
kematian.

Sebab lain penyebab kematian pada DBD adalah perdarahan saluran pencernaan hebat yang
biasa timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak dapat diatasi. Trombositopenia
merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada sebagian besar penderita DB. Nilai
trombosit mulai menurun pada masa demam.

Dan mencapai nilai terendah pada masa renjatan. Jumlah tromosit secara cepat meningkatkan
pada masa konvalesen dan nilai normal biasanya tercapai sampai hari ke 10 sejak permulaan
penyakit.

Kelainan sistem koagulasi mempunyai juga peranan sebagai sebab perdarahan pada penderita
DBD. Berapa faktor koagulasi menurun termasuk faktor II, V, VII, IX, X dan fibrinogen.
Faktor XII juga dilaporkan menurun. Perubahan faktor koagulasi disebabkan diantaranya
oleh kerusakan hepar yang fungsinya memang terbukti terganggu, juga oleh aktifitas sistem
koagulasi.

Pembekuan intravaskuler menyeluruh (PIM/DIC) secara potensial dapat terjadi juga saling
mempengaruhi sehingga penyakit akan memasuki renjatan irrevesible disertai perdarahan
hebat, terlihatnya organ-organ vital dan berakhir dengan kematian.(Faziah,2004)

2.2.5 Penularan DBD

DBD dapat dengan mudah menular melalui vektor penularnya, yakni nyamuk  Aedes
aegypti melalui gigitannya. Meskipun nyamuk  Aedes albopictus dapat menularkan DBD
tetapi peranannya dalam penyebaran penyakit sangat kecil, karena biasanya hidup di kebun-
kebun. Seminggu setelah digigit oleh nyamuk 
 Aedes aegypti yang mengandung virus dengue,
maka orang tersebut akan jatuh sakit demam berdarah, atau dapat j uga tetap sehat tetapi
menjadi carrier (sumber penular dengan menyimpan virus dengue).
Karena nyamuk yang menggigit orang yang darahnya mengandung virus dengue, sepanjang
nyamuk tersebut hidup akan tetap mengandung virus dengue dan setiap saat dapat ditularkan
kepada orang lain melalui gigitannya pula (menggigit pada siang hari).

Apabila terdapat tetangga Anda yang menderita DBD dan lokasi rumahnya berada tidak jauh
dari rumah Anda, maka perlu diwaspadai akan keberadaan nyamuk  Aedes aegypti, hal ini
karena kemampuan terbang nyamuk tersebut+40 m, dan jangkauan terbang maksimal sejauh
100 m. Sehingga secepatnya melakukan pembersihan terhadap tempat-tempat penampungan
air di sekitar Anda atau menghubungi Puskesmas terdekat.
Sehingga setiap orang dapat terserang demam berdarah setelah digigit oleh nyamuk  Aedes
aegypti yang mengandung virus dengue. Hanya saja ketahanan tubuh setiap orang yang
memungkinkan tingkat kasus DBD berbeda satu sama lain. Sehingga selain memberantas
vektor penular dan menghindarinya, ada baiknya setiap orang menjaga imunitasnya sehingga
dapat terhindar dari kasus DBD.(DepKes,RI,2005)
2.2.6 Tempat Penularan DBD
Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Tempat
potensial untuk terjadi penularan DBD adalah :

1. Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis)


2. Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang datang
dari berbagai wilayah. Tempat-tempat tersebut antara lain :
 Sekolah, karena anak/murid sekolah berasal dari berbagai wilayah selain itu merupakan
kelompok umur yang paling susceptible terserang DBD
 Rumah sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Karena dalam hal ini
orang yang datang dari berbagai wilayan dan kemungkinan diantaranya adalah
penderita DBD atau carier  virus dengue
 Tempat umum lainnya seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran, dan tempat ibadah
1. Pemukiman baru di pinggir kota
Karena di lokasi ini penduduknya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan
diantaranya terdapat penderita atau carier  yang membawa virus dengue yang berlainan dari
masing-masing lokasi asal.
2.2.7 Tanda dan gejala DBD

Pada umumnya penderita DBD dikenal dengan gejala bintik-bintik atau ruam merah pada
kulit yang apabila diregangkan malah terlihat jelas bintik-bintiknya. Hal itu memang menjadi
salah satu tanda bahwa telah tergigit nyamuk  Aedes agypti. Untuk lebih waspada dan
menindaklanjuti kasus DBD, berikut beberapa gejala DBD :
1. Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2-7
hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7
mendadak turun. Jika digambarkan, maka grafiknya menyerupai pelana kuda.

Jangan tunggu hingga 7 hari, lepas hari ketiga panas tetap tinggi, dianjurkan untuk 
memeriksakan diri dengan tes darah. Karena apabila dalam waktu kurang dari 7 hari
penderita tidak ditangani dengan cepat dan tepat, penderita dapat meninggal dunia.

1. Tanda-tanda pendarahan
Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya berupa
uji Torniquet ( Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih manifestasi
perdarahan sebagai berikut : Petekie, Purpura, Ekimosis ,Perdarahan konjungtiva, Epistaksis,
Perdarahan gusi, Hematemesis, Melena, dan Hematuri.
Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya,
regangkan kulit, jika bintik merah pada kulit tersebut hilang maka
bukan Petekie. Petekie merupakan tanda pendarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini
dapat muncul pada hari-hari pertama demam.
Uji Torniquet dinyatakan positif, jika terdapat 10 atau lebih Petekie pada kulit seluas 1 inci
persegi (2,5 x 2,5 cm) di lengan bawah bagian depan (volar) dekat lipat siku ( fossa cubiti ).
1. Pembesaran Hati (Hepatomegali)
Sifat pembesaran hati :

1.
A.
i. Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan
penyakit
ii. Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
iii. Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus
1. Renjatan (Syok)
Tanda-tanda renjatan:

1.
A.
i. Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan
dan kaki
ii. Penderita menjadi gelisah
iii. Sianosis di sekitar mulut
iv. Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba
v. Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang
Penyebab renjatan: karena perdarahan, atau karena kebocoran plasma ke daerah ekstra
vaskuler melalui kapiler yang terganggu.

1. Trombositopeni
2. Hemokonsentrasi (Peningkatan Hematokrit)
1.
A.
i. Jumlah trombosit < 100.000/μl biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7
sakit
ii. Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa jumlah
trombosit dalam batas normal atau menurun.
iii. Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga menderita DBD, bila
normal maka diulang tiap hari sampai suhu turun.
Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) menggambarkan hemokonsentrasi selalu dijumpai pada
DBD, merupakan indikator yang peka terjadinya perembesan plasma, sehingga dilakukan
pemeriksaan hematokrit secara berkala. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului
peningkatan hematokrit.

1. Gejala Klinik lain


2. Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan penurunan kesadaran
sehingga sering di diagnosis sebagai ensefalitis
1.
A.
i. Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri otot,
anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan
kejang
1.
A.
i. Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan
gastrointestinal dan renjatan.(Depkes,RI,2005)
2.2.8 Siklus
Nyamuk Aedes
Aegipty
Pagi jam 07.00 – 12.00 WIB
Sore jam 15.00 – 17.00 WIB
Aktif  Hinggap pada benda benda yang menggantung.

Berkembang biak pada air jernih yang dasarnya bukan


Larva tanah.

Telur Diletakkan pada dinding kontainer tepat diatas permukaan


2.2.9 Ciri-Ciri air.
Nyamuk DBD Jumlah telur selama hidupnya berjumlah 600 – 800 butir.
Lama hidupnya 3-4 Minggu.

`Adapun cirri- Pupa Dibawah permukaan air.


ciri
Terbang Kemampuan terbang 50 – 200 m
nyamuk aedes
Agypti adalah : Siklus Telur  –  larva  –  pupa  –  dewasa
hidup 1-2 hr 4-5 hr 1-2 hr.

1. Mempunyai
ciri-ciri khusus
dan paling mudah dikenal adalah warna hitam dan belang-belang ( Loreng-loreng ) putih
pada seluruh tubuhnya dan benmtuknya lebih kecil jika dibandingkan dengan nyamuk 
biasa.Tubuh nyamuk jika menghisap darah posisinya mendatar. Nymuk yang menggigit
manusia hanya nyamuk aedes betina (untuk mematangkan telur ), karena nyamuk jantan
lebih tertarik pada cairan yang mengandung gula seperti bunga dan tumbuhan.

2. Nyamuk ades agypti tidak dapat berkembang biak deselokan atau Got. Nyamuk 
ini bertelur serta pembiakannya di air yang jernih, dimana permukaan air pada dinding
tegak lurus dan terlindung pengaruh mata hari langsung.

3. Biasanya mengigit ( menghisap darah ) pada pagi sampai sore hari.Ada 2 puncak aktivitas
menggigit yaitu antara pukul 08.00 sampai 10.00 pagi dan pukul 16.00 samai 18.00 sore.
Malam hari nyamuk lebih suka bersembunyi disela-sela pakaian yang t ergantung atau korden,
terutama diruang gelap atau lembab.

4. Nyamuk aedes agypti tergolong antropilik yaitu doyan ( suka ) darah manusia.berbeda
dengan species nyamuk lain yang biasanya sudah puas menggigit/menghisap darah satu
orang saja, maka nyamuk aedes agypti mempunyai kebiasaan menggigit berulang, yaitu
menggigit beberapa orang secra bergantian dalam waktu singkat, sehingga semakin cepat
proses penuralaran yang terjadi. Nyamuk ini setiap 2 hari sekali menggigit / menghisap darah
manusia. Bagi nyamuk , darah manusia ini untuk kebutuhan repruduksi ( memetangkan
terlur agar dapat dibuahi pada saat perkawinan.) , biasanya 3 hari setelah menghisap darah,
nyamuk akan bertelur di tempat yang disukai yaitu digenangan air bersih.

5. Mampu terbang sampai radius 100-200 meter saja sehingga selalu mencari mangsa dekat
. Mobilisasi penduduk dari tempa yang satu ketempat yang lain berpengaruh besar pada
penyebaran nyamk ini, biasanya nyamuk bersembunyi didalam mobil, perahu, kapal kereta
api, dll.
6. Pada fase jentik berukuran 0,5-1 cm, selalu bergerak di dalam air ( gerakan berulang – 
ulang dari bawah keatas permukaan air untuk bernafas, kemudian kembali ke bawah ). Pada
saat istirahat, posisinya hamper tegak lurus dangan permukaan air.

7. Ukuran telur Aedes Agypti sangat kecil ( 0,7 mm ), berwarna hitam dan tahan sampai 6
bulan ditempat kering dan masih menyimpan larva yang siap menetas ketika turun hujan dan
air.(Administrator.2008)

2.2.10 Diagnosa DBD

Diagnosa penyakit DBD ditegakkan jika ditemukan:

a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7

b. Manitestasi Perdarahan

c. Tombositoperiia yaitu jumlah trombosit dibawah 150.000/mm3, biasanya Ditemukan


antara hari ke 3-7 sakit.

d. Mokonsentrasi yaitu meningkatnya hematokrit, merupakan indikator yang peka Terhadap


 jadinya renjatan sehingga perlu dilaksanakan penekanan berulang secara periodik. Kenaikan
Ht 20% menunjang diagnosa klinis Demam Berdarah Dengue.

Meningkatkan derajat berat ringan penyakit berbeda-beda, maka diagnosa secara klinis dapat
dibagi atas (WHO 75).

1. derajat demam I (ringan)

Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klien lain, dengan manifestasi perdarahan dengan
uji truniques positif 

2. derajat II (sedang)

Penderita dengan gejala sama, sedikit lebih berat karena ditemukan perdarahan spontan kulit
dan perdarahan lain.

3. derajat III (berat)


Penderita dengan gejala shoch/kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat d an lemah, tekanan nadi
menyempit (<20 mmhg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan penderita menjadi
gelisah.

4. derajat IV (berat)

Penderita shoch berat dengan tensi yang tak dapat diukur dan nadi yang tak dapat
diraba.(Faizah,2004)

2.2.11 Pencegahan Penyakit DBD

Berdasarkan data pemantauan, sebagian besar jenis container (tempat penampungan air) yang
positif adalah : bak mandi (50%), vas bunga (11%) dan ember (11%), sedangkan sisanya
adalah ban bekas, botol minuman, tempat sampah dan lain-lain. (blog.360.yahoo.com).

Pencegahan paling efektif yang dapat dilakukan adalah :

1.
A. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN DBD) yaitu dengan cara :
1. Fisik 
cara ini dikenal dengan kegiatan 3 m yaitu : menguras, (dan menyikat) baik bak mandi, bak 
wc, dan lain-lain, menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, dan
lain-lain), serta mengubur, menyingkirkan atau memusnakan barang-barang bekas (seperti
kaleng, ban dan lain-lain), pengurasan tempat-tempat penampungan air (TPA) perlu
dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat
berkembang biak ditempat itu. Pada saat ini telah dikenal dengan istilah 3 M yang perluas.
Bila PSN DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi n yamuk aedes aegypti
dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi. Untuk i tu
upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan karena keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku
masyarakat.

1. Kimia
Cara memberantas jentik aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik 
(larvasida) ini antara lain dikenal istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan antara
lain adalah Temephos. Formulasi temephos yang digunakan adalah granules (sand granules),
dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (± 1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air,
larvasida dengan temephos ini mempunyai efek resdu 3 bulan.
1. Biologi
Dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang/tempalo,
dan lain-lain). Dapat juga digunakan bacillus thuringlen sisvar, isrealiensis (Bti).

(Depkes,RI.2005)

1.
A. Fogging/ Pengasapan
Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pemyemprotan
(pengasapan/pengabutan=fogging) dengan insektisida, mengingat kebiasaan nyamuk senang
hinggap pada benda-banda bergantung, maka penyemprotan tidak dilakukan di dinding
rumah seperti pemberantasan nyamuk penular malaria.

Inseksida yang padat digunakan antara lain inseksida golongan:

1. organophospat, misalnya malathion


2. pyretroid sintetic, misalnya lamda sihalotri, cypermetrin dan alfa methin
3. carbamat
Alat yang digunakan untuk penyemprotan adalah mesin fog atau mesin ULV dan
penyemprotan dengan cara pengasapan tidak mempunyai efek residu. Untuk membasmi
penularan virus dengue penyemprotan dilakukan dua siklus dengan interval 1 minggu, pada
penyemprotan siklus pertama semua nyamuk yang mengandung virus dengue (nyamuk 
infektif) dan nyamuk-nyamuk yang lainnya akan mati, tetapi akan segera muncul nyamuk-
nyamuk baru yang diantaranya akan menghisap darah penderita vevimia yang masih ada
yang dapat menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan
penyemprotan siklus kedua, penyemprotan yang kedua dilakukan 1 minggu sesudah
penyemprotan yang pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum
sempat menularkan pada orang lain.(DepkesRI.2005).

1.
A. Abatiasi (Penggunaan Abate)
Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut :

untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk ABATE

contoh :
untuk 10 liter air ABATE yang diperlukan = (100/10)x 1 gram = 10 gram ABATE, untuk 
menakar ABATE digunakan sendok makan, satu sendok peres berisi 10 gram ABATE.

Bila memerlukan ABATE kurang dari 10 gram, maka dapat dilakukan sebagai berikut :

1. ambil 1 sendok makan peres ABATE dan tuangkan pada selembar kertas.
2. Lalu bagilah ABATE menjadi 2,3 atau 4 bagian sesuai dengan takaran yang
dibutuhkan.
Setelah dibubuhkan ABATE maka :

1. selama 3 bulan bubuk ABATE dalam air tersebut mampu membunuh jentik aedes
aegypti.
2. selama 3 bulan bila tempat penampungan tersebut akan dibersihkan / diganti airnya,
hendaknya jangan menyikat bagian dalam dinding tempat penampungan air tersebut.
3. air yang telah dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar tidak membahayakan dan
tetap aman bila air tersebut diminum.(Depkes,RI,2005)
2.2.12 Pengobatan

Pengobatan terhadap penyakit ini terutama untuk mengatasi perdarahan, mencegah/mengatasi


keadaan syok/presyok dengan mengusahakan agar penderita banyak minum, bila perlu
dilakukan pemberian cairan melalui infuse, demam diusahakan diturunkan dengan kompres
dingin atau antipivetika.
2.3 Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M Plus) dengan Keadaan Bebas
Jentik DBD
Demam berdarah merupakan penyakit yang bisa mewabah. Usaha untuk mengatasi masalah
penyakit tersebut di Indonesia telah puluhan tahun dilakukan, berbagai upaya pemberantasan
vector, tetapi hasilnya belum optimal. Secara teoritis ada 4 cara untuk memutuskan rantai
penularan demam berdarah dengue, yaitu: melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah
gigitan nyamuk dan pengendalian vector. Untuk pengendalian vector dilakukan dengan 2 cara
yaitu dengan cara kimia dan pengelolaan lingkungan , salah satunya dengan Pemberantasan
Sarang Nyamuk. Pengendalian vector dengan cara kimia hanya membebankan perlindungan
terhadap pindahnya penyakit yang bersifat sementara dan dilakukan hanya apabila terjadi
letusan wabah. Cara ini memerlukan dana yang tidak sedikit serta mempunyai dampak 
negative terhadap lingkungan. Untuk itu diperlukan cara lain yang tidak menggunakan bahan
kimia diantaranya melalui peningkatan partisipasi masyarakat untuk pengendalian vector
dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (Indra, 2003).

Demikian juga WHO (2000) telah menyatakan bahwa pemberantasan jentik nyamuk aedes
aegipty dengan 3M Plus dapat efektif menanggulangi penyakit DBD. 3M Plus walaupun
pengerjaannya menggunakan waktu yang agak lama ternyata efektif menurukan kepadatan
populasi nyamuk aedes aegipty atau meningkatkan angka bebas jentik, sehingga menurunkan
resiko terjadinya penyakit DBD. Pelaksanaan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
memang memerlukan waktu yang agak lama, karena memerlukan peran aktif keluarga, akan
tetapi keberhasilan dalam upaya ini cukup besar dalam rangka penurunan angka penyakit
DBD (Indra,2003).

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HEPOTESIS


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian


Metode penelitian keperawatan merupakan urutan langkah dalam melakukan penelitian
keperawatan. Hal-hal yang termasuk dalam metode penelitian adalah desain penelitian yang
digunakan kerangka kerja penelitian. Populasi sampel yang akan diteliti. Jumlah sampel yang
diperlukan, teknik sampling yang digunakan, cara mengidentifikasi variabel dengan definisi
operasionalnya, cara pengumpulan data, metode analisis data yang digunakan, keterbatasan
penelitian dan nilai etika penelitian.

Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah case control. Penelitian ini
merupakan rancangan penelitian yang membandingkan antara kelompok kasus dengan
kelompok kontrol untuk mengetahui proporsi kejadian berdasarkan riwayat ada tidaknya
paparan. Rancangan penelitian ini dikenal dengan sifat retrospektif, yaitu rancangan bangun
dengan melihat kebelakang dari suatu kejadian yang berhubungan dengan kejadian kesakitan
yang diteliti

4.2 Kerangka Kerja

4. 3 Populasi, Sampel, Sampling , dan besar sampel


4.3.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subyek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan
diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau
sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut.
Pada penelitian ini yang akan menjadi populasi adalah semua masyarakat yang pernah
menderita DHF diwilayah kerja Puskesmas Gitik Kabupaten Banyuwangi Pada tahun 2008
sebanyak 43 kasus.

4.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian poplasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karateristik 
yang dimiliki oleh populasi

Dengan kriteria sampel pada penelitian ini yaitu :

1. Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian
yang memenuhi syarat sebagai sampel.
a) Masayarakat yang bersedia menjadi responden

b) Masyarakat yang kooperatif 

c) Masyarakat yang pernah terkena DBD sejak tahun 2008.

1. Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili
sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian yang menyebabkan
antara lain adalah adanya hambatan etis, menolak menjadi responden atau berada pada
suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian.
a) Masyarakat yang tidak menetap tempat tinggalnya

b) Masyarakat yang tidak bersedia menjadi responden

c) Masyarakat yang tidak kooperatif 

DAFTAR PUSTAKA
Dinkom.2007. Jadikan
PSN Sebagai
 Budaya.www.infokom.ja
tim.go.id
Indra
Cahaya.2003. Pemberant 
asan vector demam berdarah di Indonesia .
Tim Editor.2007. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Departemen IPD FKUI.
Sisila,Pujiastuti.2005 DBD dalam Data.
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008

Depkes RI.2005. Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengu Di


 Indonesia.Jakarta:Dirjen PP&PL
________,2004. Dengue dengan Permasalahannya.http://www.mediando.co.id
Dr.Faziah A. Siregar.2004. Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
di Indonesia.www.library.usu.co.id
Staff Pengajar Fkui 2005. Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta. Bagian IKA FKUI
Hidayat. Aziz.2007.  Riset Keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah. Surabaya: Salemba
Medika
Nursalam.2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Medika Salemba.
Noto Adminodjo, S.2005.  Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta: PT Rineka Cipta
Pendahuluan

Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang jumalah penderitanya semakin bertambah dari tahun ke tahun.
Pola penyebaran penyakit inipun semakin meluas. Penyakit DBD sebagian besar menyerang
pada anak-anak, hal ini dikarenakan sistem imunitas/kekebalan tubuhnya yang masih rentan.
Akan tetapi dewasa ini kecenderungan penderita DBD tidak didominasi oleh anak-anak saja,
range umur 5 s/d 45 tahun menjadi usia yang dominan dari seluruh jumlah penderita DBD.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit demam berdarah di tularkan oleh virus dengue dari satu orang lain melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegipty. Nyamuk Aedes Aegipty umumnya menggigit seseorang di siang hari.
Nyamuk Aedes Aegipty berkembang biak di genangan air yang tidak ada ikannya. Genangan air
yang ada di barang bekas di luar rumah. Nyamuk Aedes Aegipty senang hidup di dalam rumah
terutama pada tempat yang kurang cahaya matahari dan lembab misalnya tumpukan baju yang di
gantung.
Pengobatan terhadap penyakit ini terutama di tunjukan untuk mengatasi perdarahan, mencegah /
mengatasi keadaan syok / presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum,
bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infus. Demam di usahakan diturunkan dengan
kompres dingin, atau pemberian anti piretika.
B. Saran
Bagaimana cara menghindari tertular demam berdarah yaitu :

1. Mempertinggi Daya Tahan Tubuh.


2. Memperbaiki lingkungan nyamuk Aedes Aegipty.

Bagaimana menghindari ancaman gigitan nyamuk Aedes Aegipty yaitu :

1. Putuskan rantai penularan nyamuk dengan membunuh nyamuk dewasa dan membasmi
 jentik yang akan berkembang menjadi nyamuk dewasa.
2. Nyamuk dewasa dapat di bunuh dengan cara pengasapan atau fogging.
3. Jentik nyamuk dibasmi dengan cara menutup wadah atau tempat yang memungkinkan
nyamuk berkembang biak, menguras kemudian menaburkan bubuk abate pada tempat
penampungan air, memasukkan ikan pada kolam, at au mengubur barang bekas.
4. Bersihkan luar dan dalam rumah dan jangan biarkan banyak baju bergantungan.

Hal-hal penting sehubungan dengan demam berdarah dengue :

1. Kasus demam berdarah selalu ada, tetapi pada bulan-bulan tertentu dapat melonjak dan
berhubungan dengan musim.
2. Seorang dapat saja terkena demam berdarah lebih dari 1 kali. Pasien yang terkena demam
berdarah yang kedua kali umumnya lebih berat dari yang pertama.
3. Jus jambu yang menurut sebagian orang berkasiat untuk menyembuhkan demam berdarah
dengue, sebenarnya tidak benar. Cairan yang ada didalam jus jambu seperti cairan yang lain
dapat bermanfaat untuk mencegah kekurangan cairan

Anda mungkin juga menyukai