Anda di halaman 1dari 19

Sumber Pustaka

1.Judul : Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang

Sumber : Jurnal Buski

Tahun Terbit : Vol. 4, No. 3, Juni 2013

Kutipan :

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya, sejalan
dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Penyakit DBD disebabkan oleh virus
dengue yang dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus, namun Ae.
aegypti lebih 1-3berperan dalam penularan penyakit ini. Keberadaan jentik Ae. aegypti di suatu
daerah merupakan indikator terdapatnya populasi nyamuk Ae. aegypti di daerah tersebut.
Penanggulangan penyakit DBD mengalami masalah yang cukup kompleks, karena penyakit ini
belum ditemukan obatnya. Tetapi cara paling baik untuk mencegah penyakit ini adalah dengan
pemberantasan jentik nyamuk penularnya atau dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang
Nyamuk . Hal : 133-137

2. Judul : KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti SEBAGAI INDIKATOR KEBERHASILAN


PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (3M PLUS) DI KELURAHAN SRONDOL
WETAN, SEMARANG

Sumber : Jurnal Makara Kesehatan

Tahun Terbit : VOL. 12, NO. 1, JUNI 2008: 13-19

Kutipan :

ABJ dan tingginya angka kejadian DBD, maka penelitian ini penting untuk dilakukan. Secara
umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakterisik sosial, tingkat
pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat Kelurahan Srondol Wetan dengan upaya PSN 3M
Plus dengan indikator kepadatan jentik. Secara khusus bertujuan untuk menganalisis hubungan
karakteristik sosial, pengetahuan, sikap dan PSN 3M Plus dengan indikator jumlah jentik,
menganalisa hubungan PSN 3 M Plus dengan kepadatan jentik nyamuk Aedes aegypti,
memperoleh bentuk hubungan prediksi melalui praktek PSN 3 M Plus terhadap kepadatan jentik
nyamuk Aedes aegypti

3.Judul : PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES


HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

Sumber : Yunita Ken Respati1 dan Soedjajadi Keman1 , JURNAL KESEHATAN


LINGKUNGAN,
Tahun Terbit : VOL.3, NO.2, JANUARI 2007 : 107 - 118

Kutipan :

Tindakan pencegahan meluasnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dilakukan dengan
pengendalian terhadap vektor melalui pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti dengan
beberapa metode yang tepat yaitu secara fisik, biologis dan kimiawi. Metode ini apabila
dikombinasikan dengan perilaku menguras, menutup dan mengubur (3M) akan menjadi cara
yang efektif dalam mencegah penyakit DBD. Salah satu upaya pencegahan DBD secara kimiawi
yaitu dengan pemberian larvasida berupa butiran pasir temefos 1% terbukti ampuh untuk
memberantas jentik nyamuk Aedes aegypti selama 8-12 minggu (WHO, 2005)

4.Judul : HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PEMBERANTASAN


SARANG NYAMUK AEDES AEGYPTI DENGAN KEBERADAAN LARVA DI
KELURAHAN KASSI-KASSI KOTA MAKASSAR

Sumber : Nur Aisah Nahumarury1, Erniwati Ibrahim2, Makmur Selomo2

Kutipan :

Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat sampai saat ini.
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kondisi sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi
syarat kesehatan adalah demam berdarah dengue. Penyakit demam berdarah dengue pertama kali
ditemukan di Manila (Filipina) pada tahun 1953, selanjutnya menyebar keberbagai negara. Data
dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD
setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health
Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di
Asia Tenggara (Achmadi, 2011).

5. Judul : Pemberantasan vector dan evaluasinya

Pengarang : Departement Kesehatan RI

Tahun Terbit : 1987

Nama penerbit : Direktur jenderal

Kutipan :

Jentik

Telur akan menetas setelah dua dan tiga hari. Larva yang baru menetas masih halus panjang kira-
kira 1,5 mm dan belum dapat diidentifikasi. Selama pertumbuhannya larva mengalami pelepasan
kulit sebanyak empat kali. Tingkatan-tingkatan setelah peepasan kulit sebanyak empat kali ini
dimnamakan instar.Jentik instar keempat panjangnya 10 mm, dengan bulu-bulu lengkap
sehingga dapat di tetukan spesiesnya. Halaman : 7

Habitat Jentik

Habitat jentik nyamuk adalah tempat berair. Didaerah tropis pada temperature air 23-27 celcius,
biasanya pertumbuhan lengkap didalam air selama dua minggu. Ae. Aegypti sebagai vector
penyakit demam berdarah akan meletakan telurnya ditempat penampungan air seperti bak mandi,
kaleng bekas, ban bekas dan lain sebagainya dengan air cukup jernih. Hal : 8

7. Judul : Survei entomologi Demam Berdarah Dengue

Pengarang : Departement Kesehatan RI

Tahun Terbit : 1990

Nama penerbit : Direktur jenderal

Kutipan :

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ditularkan dari orang sakit ke orang sehat pada
umumnya melalui gigitan nyamuk penular (vektor) yaitu nyamuk Aedes.Penyakit DBD
melibatkan 3 organisme yaitu : virus dengue, nyamuk aedes, dan host manusia.Secara alamiah
ketiga kelompok organisme tersebt secara individu atau populasi dipengaruhi oleh sejumlah
factor lingkungan biologic dan lingkungan fisik.hal : 3

8. UU no.6 tahun 2007 tentang pengendalian penyakit DBD :

“Nyamuk aedes ini mempunyai kebiasaan menggigit pada pagi hari antara pukul 06.00 wib
sampai dengan pukul 10.00 2ib dan sore hari pada pukul 16.00 – 18.00 wib, dengan radius
terbang 100 m”

9. Judul : Identifikasi keberadaan Jentik

Nama Penerbit : Universitas Kristen Maranatha

Tahun Terbit : 2007

Sumber : Internet 0410177_chapter pdf

Kutipan :

Insidance rate (jumlah kasus) DBD pada tahun 2005 adalah 172 kasus dari 100.000 penduduk
kota Bandung dan yang meninggal sebanyak 30 orang maka Case Fatality Rate-nya adalah
0,76%. Sedangkan pada tahun 2004 terjadi 102 kasus dari 100.000 penduduk kota Bandung dan
meninggal 18 orang maka Case Fatality Rate adalah 0,78%. (Dinkes Kota Bandung, 2006)
Walaupun Case Fatality Rate kurang dari 1% tetapi hal tersebut masih menunjukan bahwa kasus
DBD masih tinggi. Banyak factor yang menyebabkan semakin tingginya jumlah penderita DBD
antara lain karena kesehatan lingkungan, kepadatan vector penular (nyamuk Aedes Aegepty),
mobilitas penduduk, belum optimalnya program pemberantasan sarang nyamuk, keterlambatan
berobat ke sarana kesehatan, keterbatasan tenaga, alat serta dana dalam penanggulangan KLB.
Perlu Kerjasama antara berbagai elemen masyarakat dan pemerintah agar jumlah kasus DBD di
kota Bandung dapat ditekan. (Dinkes Kota Bandung, 2006)

11.Nama Judul : Sistem pakar teori dan aplikasi

Nama penerbit : Kusrini S,kom

Kota terbit : Yogyakarta

Penerbit : cv andi offset

Tahun : 2006

Kutipan :

Pengetahuan dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu pengetahuan procedural,pengetahuan


deklaratif dan pengetahuan tacit. Pengetahuan procedural lebih menenkankan pada bagaimana
melakukan sesuatu. Pengetahuan deklaratif menjawab pertanyaan apakah sesuatu bernilai salah
satu benar. Pengetahuan tacit merupakan pengetahuan yang tidak dapat diungkapkan dengan
bahasa. (Kusrini : 2006 , hal : 24)

12.Nama Judul : Makalah Ilmu dan Pengetahuan

Nama penerbit : Rama Q

Kota terbit : -

Penerbit :
http://www.academia.edu/5253641/Makalah_Ilmu_and_Pengetahuan_14Mei_PENGERTIAN_I
LMU_DAN

Tahun : 25 april 2015

Kutipan :

Menurut Notoatmodjo 2007, Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang
melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan. Dalam wikipedia dijelaskan;
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang.
Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan
prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.

13.Nama Judul : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU


MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS TAMALANREA MAKASSAR
Nama penerbit : Steffi Isabella Tangyong

Kota terbit : Makasar

Penerbit : internet http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/6/e-library%20stikes%20nani


%20hasanuddin--steffiisab-265-1-25136268-1.pdf

Tahun : 2013

Kutipan :

Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti(di daerah perkotaan) dan Aedes
albopictus(di daerah pedesaan) nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang
menjadi terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia(terdapat virus dalam
darahnya). Virus dapat juga ditularkan secara transvarial dari nyamuk ke telur-telurnya. Penyakit
DBD mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien
yang meninggal akibat penanganannya yang terlambat (Widoyono, 2011)

14.Nama Judul : PEMETAAN DENSITAS LARVA AEDES AEGYPTIBERDASARKAN


TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DBD DIKELURAHAN
BALLA PARANG KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKASSARTAHUN 2012

Nama penerbit : Akhmad Riyadi, Hasanuddin Ishak, Erniwati Ibrahim

Kota terbit : makasaar

Penerbit : jurnal

Tahun : 2012

Kutipan :

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2007). Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang
ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan -tingkatan diatas
(Notoatmodjo, 2007).

15.Nama Judul : Demam Berdarah Dengue


Nama penerbit : Kanisius

Kota terbit : yogya

Penerbit : kanisius Yogyakarta cetakan I

Tahun : 2008

https://books.google.co.id/books?
id=BwlZolKSWlsC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepa
ge&q&f=false

Kutipan :

Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal dalam waktu
yang relative singkat. Penyakit ini dapat menyerang semua umur baik anak-anak maupun orang
dewesa. Penyebab penyakit ini yaitu virus dengue, yang masuk kedalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

16.Nama Judul : Lingkungan dalam rumah, mobilitas dan riwayat kontak sebagai determinan
kejadian DBD di denpasar 2012

Nama penerbit : Kenyem S dkk

Kota terbit : Denpasar

Penerbit : public health journal, volume 1

Tahun : 2013

file:///C:/DOCUME~1/TIBER_~1/LOCALS~1/Temp/6625-11187-1-SM.pdf

Kutipan :

Demam berdarah adalah suatu penyakit terkait lingkungan yang sering menimbulkan kejadian
luar biasa (KLB) dan menyebabkan kematian terutama pada anak-anak, serta dapat menimbulkan
kepanikan di masyarakat. Penyakit ini penularannya sangat cepat sehingga peningkatan
insidennya sangat dipengaruhi oleh ketepatan penanganan dan pencegahannya.

17.Nama Judul : Demam berdarah

Nama penerbit : hindra satari dan Mila

Kota terbit : Jakarta

Penerbit : Puspa swara

Tahun : 2008
https://books.google.co.id/books?
id=dkjV_khQik8C&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false

Kutipan :

Demam berdarah dengue merupakan penyakit saat seseorang terinfeksi salah satu serotype virus
dengue untuk pertama kalinya. Misalnya, DEN-1 atau DEN-2. Hal ini erjadi paling tidak 6 bulan
hingga 5 tahun sebelum seseorang terinfeksi virus DBD

18.Nama Judul : PERAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP


PENULARAN DEMAM BERDARAH DENGUE DIKOTA MATARAM

Nama penerbit : Fathi, Soedjajadi K., dan ChatarinaU.W vol.2 No.1

Kota terbit : Mataram

Penerbit : -

Tahun : 2006

file:///C:/DOCUME~1/TIBER_~1/LOCALS~1/Temp/689-2035-1-PB.pdf

Kutipan :

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu letusan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan
kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular (vektor) penyakit DBD yang penting adalah
Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris, tetapi sampai saat ini yang menjadi
vektor utama dari penyakit DBD adalah Aedes aegypti.

19.Nama Judul : Pencegahan pengendalian dengue dan demam berdarah

Nama penerbit : panduan WHO

Kota terbit : Jakarta

Penerbit : EGC 2004 cetakan 1 2005

Tahun :2005

https://books.google.co.id/books?
id=vz9APbuyY4QC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepa
ge&q&f=false

Kutipan :
Setelah masa inkubasi yang berlangsung antara 4-6 hari berbagai gejala awal biasa yang
tidak spesifik seperti sakit kepala, sakit punggung, dan malaise menyeluruh mungkin dialami.
Pada orang dewasa terjadi tiba-tiba, dengan peningkatan suhu tubuh yang cukup tajam disertai
dengan menggigil dan terkadang sakit kepala. Gejala umum meliputi anoreksiadan
berubahnya sensasi pengecap, konstipasi, nyeri kolik, dan nyeri tekan perut, nyeri tarikan
dibagian pangkal paha, sakit tenggorokan dan depresi menyeluruh. Ketidaknyamanan epigastrik,
nyeri tekan pada margin kosta kanan, dan nyeri abdominal generalisata umum terjadi. Suhu
biasanya tinggi > 39oC dan menetap selama 2-7 hari. Kadang, suhu mungkin setinggi 40-41oC ,
konvulsi febris dapat terjadi, terutama pada bayi.
Fenomena pendarahan paling umum adalah tes tourniket positif, mudah memar
pendarahan pada sisi fungsi vena. Epistaksis dan pendarahan gusi jarang terjadi, pendarahan
gastrointestinal ringan dapat terlihat selama periode demam. Hepar biasanya dapat diraba pada
awal fase demam dan bervariasi daam ukuran hanya teraba sampai 2-4 margin kostal.Tahap
kritis perjalanan penyakit fase demam setelah 2-7 hari, penurunan suhu cepat sering disertai
dengan tanda gangguan sirkulasi yang beratnya bervariasi. Durasi dan tingkat keparahan relative
DF berbeda antarindividu dalam suatu epidemic, begitu pula antara epidemic yang satu dengan
yang lainnya. Masa pemulihan dapat berlangsung singkat tanpa ada cirri khas yang menyertai,
tetapi mungkin juga berlangsung lama. Pada orang dewasa , masa pemulihan tersebut terkadang
berlangsung sampai beberapa minggu dan mungkin disertai dengan asthenia dan depresi yangs
angat nyata.Dalam beberapa epidemic, pendarahan yang parah terkadang dapat mengakibatkan
kematian.

20.Nama Judul : Demam berdarah

Nama penerbit : Genis G

Kota terbit : Bandung

Penerbit : trinugraha

Tahun : -

http://www.google.co.id/books?
id=dZTuoqhfWdMC&pg=PA3&dq=morfologi+aedes+aegypti&lr=&hl=id&source=gbs_selecte
d_pages&cad=3#v=onepage&q=morfologi%20aedes%20aegypti&f=false

Kutipan :

Morfologi nyamuk Aedes Aegypti


Nyamuk Aedes aegypti betina dewasa memiliki tubuh berwarna hitam kecokelatan.
Ukuran tubuh nyamuk Aedes Aegypti betina 3-4 cm dengan mengabaikan panjang kakinya.
Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan.sisik-sisik pada tubuh
nyamuk pada umumnya mudah mudah terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk
tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, bergantung pada kondisi
lingkungan dan nutria yang diperoleh nyamuk selama perkembangan.
Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan nyata dalam hal ukuran. Biasanya.
Nyamuk betina lebih besar ukuran tubuhnya disbanding nyamuk jantan. Dan pada Probosisnya
nyamuk jantan lebih lebat bulunya disbanding betina.

Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada permukaan
air bersih secara individual. Setiap hari nyamuk Aedes betina dapat bertelur rata-rata 100 butir.
Telur berwarna hitam dan terpisah satu dengan yanglainnya, dan akan menetas 1-2 hari.
Kemudian terdapat perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar ke satu
hinggan empat memerlukan waktu sekitar 5 hari. Larva berubah menjadi pupa dan memasuki
masa dorman atau istirahat.
Pupa bertahan selama dua hari sebelum nyamuk dewasa keluar dari pupa. Telur Aedes
aegypti tahan terhadap kondisi kekeringan, bahkan bias bertahan hingga satu bulan dalam kedaan
kering.Larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. (Genis ginanjar, )

21.Nama Judul : MODIFIKASI PERSAMAAN LOGISTIK PADA SIMULASI LAJU


PERTUMBUHAN NYAMUK AEDES AEGYPTi

Nama penerbit : Mukhsar

Kota terbit : -

Penerbit : Mukhsar

Tahun : JIMT, Vol. No. 1, Mei 2009

Kutipan :

Nyamuk penular demam berdarah dengue (Aedes aegypti) dalam siklus hidupnya mengalami
perubahan bentuk (metamorphose) sempurna yaitu dari telur, jentik (larva), kepompong (pupa)
dan nyamuk dewasa. Siklus hidup rata-rata nyamuk Aedes aegypti adalah 10 hari, waktu yang
cukup untuk pertumbuhan virus di dalam tubuhnya. Nyamuk betina bertelur tiga hari setelah
mengisap darah, dan 24 jam setelah bertelur ia akan mengisap darah kembali dan bertelur. Setiap
kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir dan telur ini akan
menetas menjadi jentik dalam waktu lebih kurang 2 hari setelah terendam air. Stadium jentik
berlangsung 5-8 hari dan akan berkembang menjadi kepompong (pupa). Stadium kepompong
berlangsung 1-2 hari, setelah itu akan menjadi nyamuk baru.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=10988&val=756

22.Nama Judul : Karakteristik Nyamuk Penyebar Demam Berdarah

Nama penerbit : Juanita

Kota terbit : artikel


Penerbit : publichealth.com

Tahun : 25-09-2014

Kutipan :

Menurut Depkes RI (2005), tempat perkembangbiakan utama vektor demam berdarah yaitu
tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau
bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500
meter dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang
langsung berhubungan dengan tanah. Sedangkan jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut:

 Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti drum, tangki
reservoir, tempayan, bak mandi dan ember.
 Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum
burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang bekas seperti ban, kaleng, botol,
plastik.
 Tempat penampungan air alamiah seperti lobang pohon, lobang batu, pelepah daun,
tempurung kelapa dan potongan bamboo (Juanita, 2014)

http://www.indonesian-publichealth.com/2013/02/karakteristik-nyamuk-demam-berdarah.html

23. Jurnal : Immunopatogenesis Infeksi Virus Dengue


Penerbit : IBN Dwipayana Manuaba, I Wayan Putu sutirtayasa, DAP Rasmika Dewi
Tahun : 2013
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82597&val=970
Kutipan :

Virus dengue ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes betina yang terinfeksi,
biasanya nyamuk tersebut mendapatkan virus dengue saat menghisap darah orang yang terinfeksi
virus ini. Infeksi virus dengue meggunakan dua pola yaitu
24. http://gejalademamberdarah.com/penularan-virus-dengue/
Judul : penularan virus DBD
Tanggal : 10 mei 2015

Demam Berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia melaikan
melalui nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini termasuk kedalam kelompok arthpoda borne
disease. Virus dengue berukuran 35-45 nm. Virus ini dapat terus tumbuh dan berkembang dalam
tubuh manusia dan nyamuk. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari
sebelum dema (masa inkubasi instrinsik). Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka
virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya, virus akan
berkembang biak dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan dalam kelenjar saliva.

25. Nama Judul : Hubungan Sosiodemografi lingkungan dengan kejadian DBD


Nama Penerbit : Awida Roose
Tahun : 2008
Dari : tesis unsu-e-reporsitory.com
Kutipan :
1. Suhu Udara
Nyamuk dapat bertahan pada suhu rendah, tetapi metabolismenya menurun saat suhu
tersebut rendah bahkan hingga kritis. Pada suhu tinggi 35oC nyamuk tersebut mengalami
perubahan yang signifikan dalam proses fisologis. Suhu optimum dalam pertumbuhan
nyamuk dapat berkembang biak dengan baik yaitu 25-27oC. Pertumbuhan nyamuk akan
terhenti apabila suhunya kurang dari 10oC atau lebih dari 40oC
2. Kelembaban Udara
Menurut Gobler dalam Depkes RI, 1998 bahwa umur nyamuk dipengaruhi oleh
kelembaban udara. Pada suhu 20oC kelembaban 27% umur nyamuk betina yaitu 101 hari
sedangkan jantan yaitu 35 hari. Pada kelembaban 60% umur nyamuk akan menjadi
semakin pendek, tidak bias menjadi vector, karena tidak cukup waktu untuk perpindahan
virus.

26. Nama Judul : Faktor Iklim dan anga insiden DBD di kota Serang
Penerbit : Makara kesehatan, vol.14 1 juni 2010- 31-38
Nama Penerbit : Ammah Majidah Vidya
Kutipan :
Penularan penyakit sangat dipengaruhi oleh factor iklim. Parasit dan vektor penyakit sangat peka
terhadap faktor iklim, khususnya suhu, curah hujan, kelembaban, permukaan air, dan
angin.Begitu juga dalam hal distribusi dan kelimpahan dari organisme vektor dan host
intermediate. Penyakit yang tersebar melalui vektor (vector borne disease) seperti malaria dan
Demam Berdarah Dengue (DBD) perlu diwaspadai karena penularan penyakit seperti ini akan
makin meningkat dengan perubahan iklim. Di banyak negara tropis penyakit ini merupakan
penyebab kematian utama. Epidemiologi perubahan vektor penyakit merupakan ancaman bagi
kesehatan manusia, salah satunya adalah penyakit demam berdarah dengue.4 Penyakit ini terus
menyebar luas di negara tropis dan subtropis.5,6 Sekitar 2,5 milyar orang (2/5 penduduk dunia)
mempunyai risiko untuk terkena infeksi virus dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropis
pernah mengalami letusan demam berdarah dengue, lebih kurang 500.000 kasus setiap tahun
dirawat di rumah sakit dengan ribuan orang diantaranya meninggal dunia
27. Nama Judul :Modul 6 populasi dan sampel
Penerbit : A.Faridatunniswah 2013
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PENELITIAN_PENDIDIKAN/BBM_6.pdf

Kutipan :
Menurut Sugiyono (2008: 80), populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik simpulan.

Menurut Sugiyono (2008 : 81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Sampel yang diambil dari populasi harus representatif. Berdasarkan
populasi tersebut maka penentuan sampel yang representatif dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik sampling non- probability sampling dengan teknik sampling jenuh. Teknik
sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel, hal ini dilakukan bila jumlah populasi kecil kurang dari 30 orang
(Sugiyono, 2008: 85)

28. Judul : promosi kesehatan

Penerbit : heri D,J Maulana

Cetakan 1 : 2009 kota Jakarta

Kutipan :

Perilaku adalah factor terbesar kedua setelah lingkungan yang memengaruhi kesehatan individu,
kelompok atau masyarakat (Blum,1974). Oleh sebab itu, untuk membina dan meningkatkan
kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang di tujukan kepada factor perilaku sangat
penting dan strategis.

29. Judul : pengendalian vector demam berdarah

Universitas udayana

Penerbit :Wayan supartha 2008

http://dies.unud.ac.id/wp-content/uploads/2008/09/makalah-supartha-baru.pdf

Kutipan :

Konsep-Konsep pengendalian terpadu yang dimaksud adalah mengintegrasikan cara-cara


pengendalian yang potensial secara efektif, ekonomis dan ekologis untuk menekan populasi
serangga vector pada aras yang dapat ditoleransi. Konsep pengendaliantersebut dapat diterapkan
pada jenis serangga vector penyakit lain selain Ae.aegyipti dan Ae. Abopictus yang berhubungan
dengan penyakit tular vaktor pada manusia. Konsep pengendalaian hama terpadu itu sudah lazim
digunakan untuk mengendalikan serangga hama dan vector penyakit tanaman di seluruh dunia
yang manyangkut implementasi pola pikir dan metode yang benar dalam penanggulangan hama
dan penyakit pada waktu yang tepat. Prinsip tersebut menyangkut usaha mencari dan menyusun
cara-cara alternative yang kompatibel dan efektif mengendalikan hama dan penyakit sasaran.
30. Judul : ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, KEPUASAN PELANGGAN,
DAN NILAI PELANGGAN DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS PELANGGAN
JOGLOSEMAR BUS

Nama Penerbit : Vina Agustina

Tahun terbit : Jurnal , Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-11

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dbr

Kutipan :

Uji validitas digunakan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang di ukur kuesioner tersebut. Uji signifikasi dilakukan dengan membandingkan
nilai r hitung dengan r tabel, jika r hitung > r tabel dan bernilai positif, maka variabel tersebut
valid sedangkan jika r hitung < r tabel, maka variabel tersebut tidak valid (Ghozali, 2011:52-
53).
31.Judul : Hubungan Kondisi Lingkungan

Nama Penerbit : Ririh Y

Tahun terbit : 2005

JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN, VOL.1, NO.2, JANUARI 2005

Kutipan :

Menurut Notoatmodjo (1993) pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu melalui panca indera manusia. Pengetahuan
responden mengenai Demam Berdarah Dengue, vektor penyebabnya serta faktor yang
mempengaruhi keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti sangat diperlukan untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit DBD serta menekan perkembangan dan pertumbuhan jentik
nyamuk Aedes aegypti. Kurangnya pengetahuan dapat berpengaruh pada tindakan yang akan
dilakukan, karena menurut Green (1980) yang dikutip dari Notoatmodjo (1993) bahwa
pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi untuk terjadinya perilaku.
32. Judul: Hubungan antara PSN 3M dengan Keberadaan Jentik

Nama Penerbit :Yunita K.R

Terbit : Jurnal Kesling, Vol.1 tahun 2005

Kutipan :

Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya, dan salah satu
tempat yang potensial yaitu tempat umum seperti rumah sakit (Ditjen PPM-PLP, 1992b)

33. Judul : Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Vektor
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan

Nama Penerbit : I N Gede Suyasa

ECOTROPHIC ♦ 3 (1) : 1 - 6

Kutipan :

Tempat potensial untuk perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah tempat Penampungan Air
(TPA) yang digunakan sehari-hari, yaitu drum, bak mandi, bak WC, gentong, ember dan lain-
lain. Tempat perindukan lainnya yang non TPA adalah vas bunga, ban bekas, botol bekas, tempat
minum burung, tempat sampah dan lain-lain, serta TPA alamiah, yaitu lubang pohon, daun
pisang, pelepah daun keladi, lubang batu, dan lain-lain. Adanya kontainer di tempat ibadah, pasar
dan saluran air hujan yang tidak lancar di sekitar rumah juga merupakan tempat
perkembangbiakan yang baik (Soegijanto, 2004).

34. Judul : Maya Index dan Kepadatan larva Aedes aegypti terhadap infeksi dengue

Nama Penerbit : Sang G. Purnama

MAKARA, KESEHATAN, VOL. 16, NO. 2, DESEMBER 2012: 57-64

Kutipan :

Berbagai upaya telah dilakukan dalam upaya penanggulangan DBD, seperti pemberantasan
sarang nyamuk (PSN), penyuluhan kesehatan, serta penggunaan insektisida fogging dan
abatisasi, namun hasilnya kurang optimal. Banyak tempat berkembangbiak nyamuk potensial
yang sulit dipantau, seperti kaleng bekas, ban bekas, drum tidak terpakai, lubang pohon dan
lainnya. Masyarakat Hindu Bali juga banyak yang menggunakan wadah air suci yang terbuka
yang ditempatkan di Pura. Perilaku masyarakat dalam membersihkan tempat perkembangbiakan
nyamuk tidak dilaksanakan secara rutin dan banyak wadah yang dapat menjadi tempat
penampungan air, terutama di musim hujan.

35.Judul : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK


Aedes aegypti DI RW IV DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN
BOYOLALI

Nama Penerbit : FARID SETYO NUGROHO

Jurnal skripsi2009

Kutipan :

Nyamuk Aedes aegypti seperti juga nyamuk Anophelini mengalami metamorphosis sempurna,
yaitu: telur, jentik, kepompong, nyamuk. Stadium telur, jentik, dan kepompong hidup di dalam
air.

36. Judul : Teknik monitoring nyamuk

Nama penerbit : Heri praktiknyo

Nyamuk merupakan serangga yang merugikan bagi kesehatan manuasia. Sumarno (1980)
menyatakan bahwa monitoring kepadatan populasi nyamuk di suatu lokasi selalu dipantau agar
penyebaran penyakit akan dapat dikendalikan dengan baik.

37. Judul : SebaranJentik Nyamuk Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) di Desa Cikarawang,
Kabupaten Bogor

Nama penerbit : Upik K hadi ,Jurnal tahun 208

Kutipan :

Keberadaan jentik nyamuk ditentukan dengan menggunakan nilai-nilai : a) House index (HI) :
persentase rumah yang mengandung jentik di lokasi penelitian. b) Container index (CI) :
persentase wadah yang mengandung jentik Aedes aegypti di lokasi penelitian. c) Breteau index
(BI) : persentase rumah yang mengandung jentik dari 100 buah rumah di lokasi penelitian.

38.Judul : PENGARUH CURAH HUJAN, TEMPERATUR DAN KELEMBABAN


TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD, ISPA DAN DIARE: SUATU KAJIAN
LITERATUR

Nama Penertbit : Topan nirwana, Ardini Raksanagara, Irvan Afriandi

Kutipan: rata-rata

99,08±3,56 telur). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Roberto Barera dan kawan-kawan
(2011) mengenai dinamika populasi nyamuk Aedes aegypti dan penyakit dengue yang

dipengaruhi oleh cuaca dan perilaku manusia di San Juan, Puerto Rico dengan metode

eksperimen, didapatkan hasil bahwa selama musim kering (Januari dan februari 2008)

39. Judul : Aktivitas nocturnal vector demam berdarah denge dibeberapa daerah di Indonesia

Nama Penerbit : Upik Kesumawati hadi

Jurnal Entomologi, april 202 Vol.9 1-6

Kutipan :

Kasus demam berdarah dengue (BDB) sudah menjadi perhatian internasional dengan jumlah
kasus di seluruh dunia mencapai 50 juta pertahun. Penyakit DBD disebabkan oleh satu dari
empat bahan antigenik yang dikenal serotipe 1-4 (virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4)
dari genus Flavivirus, famili Flaviridae

40.Judul : FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN PASAR PANGURURAN
KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2011
Nama penerbit : Frida R
Kutipan :
Penyakit Demam Berdarah Dengue mempunyai resiko untuk menyebar ke desa-desa sebab virus penyebab
dan vektor perantaranya aedes aegypti, tersebarluas baik di dalam rumah maupun ditempat umum, keadaan ini erat
kaitannya dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk (Soegijanto, 2006).

41. Judul :Faktor Iklim dan angka Insiden Demam Berdarah dengue di Kab.Serang

Nama Penerbit :Rina Nurfitriani, MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14, NO. 1, JUNI 2010: 31-38

Kutipan :

Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968. Sejak saat itu penyakit tersebut
menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia telah terjangkit penyakit
DBD.7 Berdasarkan data Departemen Kesehatan, pada tahun 2007 tercatat dua propinsi menyatakan angka insiden
luar biasa pada penyakit DBD, yaitu Banten dan Jawa Barat. Status KLB tersebut didasarkan atas peningkatan kasus
DBD sepanjang Januari hingga pertengahan Februari di Banten dan Jawa Barat yang meningkat dua kali lipat
dibanding tahun 2006.

42.Judul : Vector borne disease

Nama penerbit : Stanley M.Lemon, www.ap.edu


Kutipan :

Vector borne disease are transmitted among their human, animal, or plant host by arthopods, usually insects. A
broder definition of vector borne disease recognize that other animal can serve in the role of infectious disease
vector.

43. Judul : Immunopatogenesis Infeksi Virus Dengue

Nama Penerbit : IBN Dwipayana manuaba

Jurnal Universitas Udayana

Kutipan :

Dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk yang mengandung virus dengue. Vector dapat berperan sebagai host
biologis dan menyebabkan transmisi biologis yang berarti virus ini butuh menggandakan diri terlebih dahulu pada
vector sebelum virus dapat ditularkan ke target lain. Selain itu, vector juga dapat berperan sebagai media penularan,
dan disebut sebagai penularan mekanis, yang berarti virus tidak memerlukan penggandaan diri didalam vector
sebelum ditularkan ke target baru.

44. Judul : Hubungan Faktor Lingkungan Fisik dengan Keberadaan Larva nyamuk di Wilayah Kelurahan Kassi-
Kassi Kota Makasar 2013

Nama Penerbit : Asrianti Arifin, Jurnal UNHAS Makassar 2013

Kutipan :

DBD banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati
urutan pertama dalam jumlah Penderita DBD setiap tahunnya. Penyakit demam berdarah dengue di Sulawesi
Selatan, juga merupakan jenis penyakit yang banyak menimbulkan kematian. Menurut laporan dari Subdin P2&PL
tahun 2005, tercatat jumlah penderita DBD sebanyak 2.975 dengan kematian 57 orang

45. Judul : Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdara Dengue,Aedes aegiypti

Nama Penerbit: Wayan Supartha

Kutipan :

Konsep pengendalian terpadu yang dimaksud adalah mengintegrasikan cara-cara pengendalian yang potensial secara
efektif, ekonomis dan ekologis untuk menekan populasi serangga vector pada aras yang dapat ditoleransi. Konsep
pengendalian tersebut dapat diterapkan pada jenis serangga vector penyakit lain selain Ae. aegyipti dan Ae.
abopictus yang berhubungan dengan penyakit tular vaktor pada manusia.
46. Judul : Hubungan Perilaku 3M Plus dengan Densitas Larva Aedes aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan Kota
Palu

Nama Penerbit : Nahdah

Jurnal Unhas, Makassar

Kutipan :

Jumlah kasus DBD di kelurahan Birobuli Selatan selalu ada setiap tahunnya, Penelitian tentang perilaku 3M plus di
Kelurahan Birobuli Selatan telah dilakukan dari bulan januari sampai februari 2013.penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Hubungan perilaku 3M plus dengan densitas Larva Aedes aegypti, penelitian ini merupakan
Observasional analitik dengan pendekatan Cross sectional study.populasi penelitian adalah rumah responden
dengan responden pelaku PSN 3M plus. Jumlah sampel 90, dipilih dengan cara Proportional random sampling.

47. Judul : Hubungan pengetahuan masyarakat tentang penyakit demam berdarah dengue dengan Perilaku 3M plus
di Desa Sumbermulyo

Nama Penerbit : Nindya Anggraeni, Jurnal Universitas Muhammadiyah tahun2014

Kutipan : Kejadian DBD dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu yang dapat mempengaruhi peningkatan angka
kesakitan serta kematian akibat penyakit ini adalah perilaku masyarakat dalam melaksanakan dan menjaga
kebersihan lingkungan. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang DBD dan kurangnya
praktik atau peran serta masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Untuk memutus rantai penularan
DBD, perlu adanya tindakan pemberantasan nyamuk Aedes aegypti yang dikenal dengan PSN (Pemberantasan
Sarang Nyamuk) melalui gerakan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, Memberantas jentik dan Menghindari
gigitan nyamuk) oleh seluruh lapisan masyarakat (Lerik&Marni, 2008)

48. Judul :Hubungan Perilaku antang Pemberantasa Sarang Nyamuk dan Kebiasaan Keluarga dengan Kejadi
Demam Berdarah

Nama Penulis : Anton Sitio

Jurnal Unversitas Diponogoro tahun,2008

Kutipan : Aedes aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan subtropis yang ditemukan di bumi, biasanya antara garis
lintang 35oU dan 35oS, kira-kira berpengaruh dengan musim dingin isotherm 10oC . Meski Aedes aegypti telah
ditemukan sampai sejauh 45oU, invasi ini telah terjadi selama musim hangat, dan nyamuk tidak hidup pada musim
dingin. Distribusi Aedes aegypti juga dibatasi oleh ketinggian.

Anda mungkin juga menyukai