PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(DBD). Penyakit DBD yakni termasuk dalam golongan penyakit tropis yang dapat
menularkan virusnya dari penderita ke orang sehat yang hingga kini penyakit ini
digolongkan pada penyakit dengan KLB atau kejadian luar biasa, hal ini karena proses
penularan dan pewabahan penyakit tergolong cepat dan mampu mengakibatkan kematian
bagi penderita yang terjangkit. Penyakit DBD sendiri ialah suatu penyakit yang disebabkan
oleh infeksi mikroorganisme jenis virus yang termasuk satu dari 4 virus dengue yang
berbeda dengan virus Dengue yang ditularkan dari orang ke orang lainnya melalui gigitan
nyamuk Aedes (Ae). Ae. aegypti ialah hewan yang menjadi vektor dari virus dengue, akan
tetapi nyamuk dengan spesies lain seperti Ae. albopictus juga mampu menjadi salah satu
Berdasarkan klasifikasi WHO terdiri tiga kategori infeksi virus dengue mengacu dari
berbagai tanda penyebab infeksi diantaranya yakni demam yang tak dapat dikenal,
demam dengue (DD), dan DBD, kemudian DBD sendiri terbagi pada 4 stadium tahapan
keparahan penyakit, stadium III dan IV diartikan sebagai sindrom syok dengue Dengue
Shock Syndrome (DSS) (Menteri Kesehatan Republik Indonesia., 2021). Penyakit DBD
diawali dengan tanda-tanda seperti munculnya demam mendadak yang langsung pada
temperature tinggi sepanjang hari, dan disertai dengan pusing yang berat, nyeri sendi di
sekujur tubuh, selain itu muncul pendarahan pada tubuh penderita. Pada penderita
dengan stadium lanjut dapat mengalami nyeri di sekitar ulu hati, perdarahan saluran
cerna, syok, dan dapat menyebabkan kematian apabila tidak ditangani dengan tepat.
Masa inkubasi penyakit DBD ini berkisar diantara 3-14 hari, akan tetapu secara general
berkisar diantara 4-7 hari. Hingga saat ini, di Indonesia belum ditemukan adanya obat bagi
1
kesembuhan virus ini, baik dalam bentuk vaksin sekalipun. Perawatan pada penderita
DBD di rumah sakit saat ini berpusat pada perawatan simtomatis dan suportif untuk
Indonesia., 2021).
Kejadian kasus DBD ini diakibatkan oleh beberapa trigger atau pemicu seperti
tropis, keadaan sosial ekonomi suatu individu, ketahanan tubuh atau sistem imun
sehingga menjadi salah satu faktor kerentanan infeksi virus, keadaan abiotik dalam
lingkungan sekitar seperti sanitasi pada kawasan yang ditempati, kelembaban udara,
serta tingkat curah hujan. Penyakit DBD ialah penyakit dengan tingkat penularan tinggi
dan disebabkan oleh faktor lingkungan yang meliputi lingkungan fisik, kimia dan biologi.
Lingkungan suatu individu memiliki peranan dalam penyebaran dan keberadaan nyamuk
disebut dengan lingkungan fisik dimana lingkungan fisik (seringa tau tidaknya bak air
dikuras, ada tidaknya penutup pada bak air, dan kerapatan antar rumah), lingkungan
biologi (banyaknya vektor atau nyamuk, ada tidaknya jentik atau telur vektor pada bak air),
lingkungan sosial (kerapatan hunian rumah, peran petugas lingkungan di sekitar rumah,
edukasi terkait penyebaran dan pencegahan penyakit, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan,
serta ada tidaknya riwayat sakit Demam Berdarah Dengue, selain itu kebiasaan
Berdasarkan jejak riset terdahulu diperoleh gambaran bahwa terdapat adanya nilai
signifikan antara kondisi lingkungan fisik rumah dengan kejadian demam berdarah dengue
di wilayah kerja Puskesmas Kalasan Kabupaten Sleman. Hal ini dibuktikan dengan
adanya suatu interaksi diantara hubungan ventilasi berkasa dengan kejadian demam
berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Kalasan Kabupaten Sleman dan Ada
2
kerja Puskesmas Kalasan Kabupaten Sleman. Akan tetapi lingkungan fisik yang tidak ada
hubungan dengan kejadian demam berdarah dengue yakni kelembaban di wilayah kerja
Hasil penelitian sebelumnya, ada nilai yang signifikan artinya hubungan yang
bermakna keberadaan kawat kasa dengan kejadian DBD dengan p-value = 0,024 dan
Odds Ratio = 4,545, menunjukkan bahwa dengan tidak memasang kawat kasa di ventilasi
berisiko 4,545 kali lebih besar mengisap DBD daripada memasang kawat kasa di ventilasi
(Ayun, Eram, 2017). Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian lain yang menyebutkan
bahwa terindikasi adanya korelasi antara membersihkan bak air dengan populasi telur
Aedes aegypti. Mengosongkan bak air satu minggu satu kali mampu mereduksi populasi
telur nyamuk Aedes aegypti. Mengacu pada life cyrcle nyamuk, larva Aedes aegypti ialah
Kasus kematian pada penyakit DBD terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2022
mencapai kasus 45.387 kasus dan kematian sebesar 432 orang(Kementrian Kesehatan
RI, 2022). Provinsi Jawa Barat menempati posisi ke 1 (satu) dari yaitu dengan kasus
kematian sebanyak 18.608 kasus (Kemenkes, 2021). Berdasarkan data Dinas Kesehatan
penyakit DBD pada tahun 2022 berjumlah 1513 kasus Kelurahan Tinggi Cirendang.
Kabupaten kuningan terdiri dari 32 kecamatan, kecamatan yang memiliki kasus DBD
tertinggi yakni kecamatan kuningan termasuk wilayah kerja Puskesmas Kuningan dengan
jumlah kasus DBD 201 kasus. Kondisi lingkungan di wilahyah kerja Puskesmas Kuningan
3 tahun kemarin memiliki temperatur antara 230C – 340C dengan rata-rata 28 0C serta
curah hujan anatara 0,10 – 16,48 mm(Dinkes Kab. Kuningan, 2019). Berdasarkan hasil
wawancara dengan dinas kesehatan wilayah kerja puskesmas kuningan memiliki kasus
tertinggi DBD. Penyakit DBD ini terjadi salah satunya disebabkan karena faktor lingkungan
diantaranya wilayah tersebut ialah wilayah perkotaan yang padat penduduk sehingga
3
yang tinggi dengan meningkatkan pemukiman baru, kesadaran akan pentingnya
pengendalian sarang nyamuk (PSN) masih rendah serta curah hujannya relatif tinggi dan
membuat suhu rendah kemudian kelembaban semakin tinggi. Maka dari itu perlu
tingginya kasus DBD di wilayah puskesmas kuningan. Oleh karena itu, berdasarkan
penjabaran di atas peneliti berminat untuk menganalisa hubungan lingkungan fisik dengan
B. Rumusan masalah
Kabupaten Kuningan yakni 201 kasus. Hal ini dikarenakan wilayah tersebut ialah wilayah
perkotaan yang padat penduduk dengan mobilisasi masyarakat yang tinggi, kurang
kesadaran pengendalian sarang nyamuk (PSN) serta kondisi curah hujannya relatif tinggi.
Maka dari itu peneliti ingin mengetahui, bagaimana kondisi lingkungan fisik dengan
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas Kuningan Kabupaten Kuningan tahun 2023.
2. Tujuan Khusus
Puskesmas Kuningan
4
d. Menganalisis hubungan suhu dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di
pencahayaan, iklim dan ABJ) dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai tolak ukur, mengasah kemampuan diri, menambah relasi dan pengalaman
2. Bagi Masyarakat
3. Bagi Puskesmas
Menjadi bahan masukan dan dorongan bagi puskesmas setempat dalam upaya
4. Bagi Institusi
5
Sebagai referensi penelitian selanjutnya agar dapat dikembangan dengan materi-
E. Penelitian Sejenis
6
Kabupaten Berdarah dengue di
Sleman . wilayah kerja
Puskesmas Kalasan
Kabupaten Sleman
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kuningan. Penelitian ini akan
menganalisis kondisi fisik lingkungan diantaranya kepadatan rumah, suhu, kelembaban,
pencahayaan, iklim dan ABJ dengan kejadian DBD. Penelitian ini menggunakan metode kasus
kontrol dan dianalisis multivariat.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian virus
Virus dapat dikatakan juga tergolong mahluk parasite pada tubuh manusia.
Selain itu virus dapat menyebabkan kerugian pada tubuh manusia tergantung dengan
jenis virusnya. Beberapa kerugian adanya virus yaitu : virus merusak tubuh yang
menguasai tubuh tersebut. Oleh karena itu virus harus segera dibasmi sebelum
Nadesul, 1996).
Demam berdarah dengue ialah kelainan yang diakibatkan oleh virus dengue,
virus ini menularkan penyakit dari individu yang satu ke individu yang lain melalui
injeksi nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini sangat sering dijumpai dan mencapai di
tiap wilayah di Indonesia. Akan tetapi nyamuk ini sangat sulit bertahan di wilayah
dengan altitude lebih dari 1000 m serta hanya sering terjadi pada daerah-daerah tropis
di Indonesia. Bila sudah ada penyebaran penyakit ini, maka daerah tersebut sudah
yang sangat rendah, populasi nyamuk yang tinggi. Hal ini biasa terjadi karena di musim
penghujan banyak sekali genangan air yang dipergunakan guna lokasi reproduksi
dalam Genus Flavivirus dan keluarga Flaviviridae. Virus ini memiliki kemampuan untuk
masuk dan singgah di dalam tubuh inangnya, seperti nyamuk dan manusia. Demam
berdarah dengue ialah salah satu jenis dari penyakit Arbovirus. Virus ini ditularkan
a. DENV-1
b. DENV-2
c. DENV-3
Ialah jenis yang dapat menyebabkan kasus menjadi lebih bahaya. Infeksi
d. DENV-4
Keempat virus tersebut paling sering di jumpai Indonesia. Bila terjadi endemik, semua
serotipe virus dapat menginfeksi seseorang dengan mudah pada waktu yang
Penyakit demam berdarah ditinjau dengan mengacu pada kriteria diagnosa klinis
dan laboratoris. Adapun gejala dan tanda-tanda yang terjadi pada penyakit demam
berdarah pada penderita dengan diagnosa klinis dan laboratoris (Ayu Putri Ariani,
2016) :
a. Diagnosa Klinis
2) Adanya spot atau bintik merah pada kulit yang tidak memudar ketika ditekan,
pendarahan pada gusi, mimisan atau keluarnya darah dari hidung dan
4) Renjatan
6) Hilang nafsu makan, lesu, diare, kondisi perut tidak nyaman, nyeri pada bagian
Bila ditemukan ada diagnose tersebut, sudah dipastikan orang tersebut menderita
demam berdarah.
Jika dilihat berdasarkan hal tersebut penyakit demam berdarah digolongkan dalam
empat spesifikasi disesuaikan pada kondisi badan orang yang terjangkit (Mumpuni
1) Demam berdarah derajat I : ditunjukkan dengan inflamasi yang timbul dan uji
Bisa dikatakan juga kejadian sebelum renjatan. Semua yang ada pada Demam
berdarah derajat II dialami pada fase Demam berdarah derajat III. Gejalanya
disertai dengan syok, ujung tangan dan kaki mendingin, nadi lemah, kesadaran
Kondisi penderita syok dengan penurunan kesadaran dan lebih parahnya lagi
penderita akan koma, kaki dan tangan mati rasa disertai dingin dan pucat. Denyut
nadi tidak dapat diraba dan tidak dapat diukur. Pada fase ini jika segera dirawat
dengan nyamuk betina, perawakan nyamuk ini ialah mempunyai warna bintik-bintik
hitam putih pada bagian tubuh terutama pada bagian kaki. Sehingga nyamuk ini sangat
mudah dikenal.
proboscis yang digunakan nyamuk sebagai menghisap darah manusia. Pada nyamuk
jantan proboscis ini digunakan untuk menghisap sari buah dan tumbuh-tumbuhan.
Pada bagian samping proboscis terdapat palpus dan sepasang antenna. Antenna pada
Nyamuk memiliki sayap panjang dan ramping dan terdapat vena yang
ditumbuhi sayap bersisik (wing scales). Letak sisik ini mengikuti vena yang berada
pada sayap.
Terdapat 2 garis melengkng bagian sisi kiri dan sisi kanan pada bagian
punggung nyamuk (dorsal). Hal ini yang menjadikan ciri khas pada nyamuk jenis ini.
Pada dasarnya sisik pada tubuh nyamuk mudah jatuh, sehingga tidak bisa
Setiap populasi nyamuk memiliki warna dan ukuran yang berbeda. Hal ini
dikarenakan tergantung kondisi lingkungan tempat tinggal nyamuk dan makanan yang
diperoleh nyamuk tersebut. Perbedaan antara nyamuk jantan dan betina cukup dilihat
berdasarkan ukurannya saja. Nyamuk jantan lebih kecil dan berambut tebal pada
antenanya sedangkan nyamuk betina ukurannya lebih besar dan rambut pada antenna
lebih sedikit. Ciri-ciri ini dapat kita lihat dengan mata tanpa menggunakan alat bantu
a. Telur
Telur nyamuk ini berukuran ±50 mikron, berwarna hitam, ukuran bulat panjang
dan berbentuk oval. Aedes aegypti dalam satu siklus waktu yang diperlukan dari
nyamuk betina menghisap darah hingga menjadi telur, telur tersebut diletakkan pada
nyamuk.
Walaupun tidak menetas, telur dapat bertahan selama setahun jika lingkungan
kering. Telur akan menetas jika tempat perindukan tergenang air, akan tetapi tidak
semua telur akan menetas secara bersamaan. Lama telur bertahan di lingkungan yang
Karakteristik larva nyamuk Aedes aegypti yaitu terdapat siphone pendek, besar
dan berwarna hitam. Jentik nyamuk bergerak sangat cepat di dalam air. Bila dalam
kondisi istirahat larva ini akan memposisikan tubuhnya tegak lurus dengan air. Saat
berenang air dalam waktu kira-kira setiap 0,5 s/d 1 menit larva akan muncul ke
permukaan air denan tujuan memperoleh oksigen. Jentik nyamuk atau larva
Data Departemen Kesehatan pada tahun 2005, ada 4 tingkatan jentik nyamuk
2) Instar II : pada tingkatan ini ukuran jentik berkisaran antara 2,5 sampai dengan 3,8
mm
3) Instar III : ukuran pada tingkatan ini tidak jauh berbeda dengan Instar II
4) Instar IV : pada tingkatan ini ukuran jentik nyamuk terbesar yaitu sekitar 5 mm
c. Pupa
Pupa memiliki ciri-ciri tubuh yang seperti tanda baca “,” (koma) atau bengkok.
Pada bagian kepala hingga torax (cephalothorax) lebih besar dan pada bagian perut
lebih kecil. Fase pupa pada nyamuk Aedes aegypti secara umum berangsur selama 2
- 4 hari. Sebelum nyamuk dewasa menyempurnakan dirinya pada tubuh pupa, dia
terlebih dahulu dia akan naik ke permukaan air hingga pupa menjadi nyamuk dewasa.
d. Nyamuk Dewasa
Setelah perubahan dari pupa menjadi nyamuk dewasa, nyamuk terlebih dahulu
akan beristirahat pada periode tertentu hingga badan dan sayap nyamuk kering
sehingga nyamuk dapat terbang dengan kokoh. Banyaknya jumlah nyamuk jantan
dan betina yang muncul sama akan tetapi nyamuk jantan akan keluar 1 hari seblum
nyamuk betina keluar. Hal ini dikarenakan nyamuk jantan menetap didekat tempat
perkembang biakan yang dekat dengan makanan dan sari buah tumbuhan. Tidak
lama setelah perubahan dari pupa ke nyamuk dewasa nyamuk jantan dan nyamuk
betina akan kawin dan akan dibuahi selama 2 – 2,5 hari kemudian. Lama nyamuk
betina hidup yaitu selama dua sampai tiga bulan. (Diktat Pengendalian Vektor Tahun
2017).
dapat menampung air seperti ember, bak mandi, guci, vas bunga dan yang
lainnya. Pada lingkungan luar rumah nyamuk ini juga dapat berkembang biak pada
sarang burung, tempurung kelapa, kaleng-kaleng bekas dan wadah yang dapat
menampung air hujan. Akan tetapi nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembang
Tahun 2005)
i. Tempat penampungan air (TPA) yang berada dalam rumah seperti : bak kamar
ii. Tempat penampungan air (TPA) yang berada di luar rumah, seperti wadah
minum hewan ternak, vas bunga, barang yang sudah tidak dapat digunakan
dan dapat menampung air hujan seperti: botol-botol terbuka, ban bekas,
iii. Tempat penampungan air (TPA) alami atau yang biasa dikatakan tempat yang
dapat menampung air hujan dikarenakan yang sudah alami dari alam, seperti :
Kebiasaan nyamuk Aedes aegypti yaitu berakifitas di pagi dan sore hari yaitu
berkisar antara pukul 09.00 s/d 10.00 WIB dan pukul 16.00 s/d 17.00 WIB
(Ginanjar tahun 2008). Nyamuk yang menghisap darah ialah nyamuk betina yang
digunakan untuk mematangkan telurnya dengan tujuan sebagai nutrisi dan protein
untuk perkembangan dan prodksi telur. Pada saat inilah terjadinya penularan
penyakit dari nyamuk ke tubuh manusia. Penularan penyakit tidak disebabkan oleh
– 72 jam untuk proses pematangan telur. Nyamuk Aedes aegypti lebih suka
beristirahat dan tinggal di dalam rumah. Tempat dengan kelembaban tinggi dan
memasak dan kloset. Selain itu nyamuk dapat dijumpai pada baju yang
tergantung, gorden, kelambu, hiasan rumah yang terbat dari kain, dan lain-lain
parameter ABJ atau Angka Bebas Jentik. Pada kasus kejadian luar biasa (KLB) di
suatu daerah parameter ini sangat digunakan untuk melihat sebera banyak peran
Jika kepadatan nyamuk Aedes aegypti dalam suatu wilayah tinggi maka
dapat dikatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Bila terjadi satu kasus demam
berdarah pada masyarakat maka kemungkinan masyarakat akan ikut tertular demam
memberantas nyamuk Aedes aegypti dimana nyamuk ini berperan sebagai vektor
banyak cara yang efektif dan tepat. Pengendalian yang dilakukan dapat berupa
berkembangnya jentik nyamuk. Hal ini dilakukan karena pengendalian ini dinilai
paling efektif dan mudah. Cara yang dapat dilaksanakan yaitu dengan menutup
semua tempat penampungan air yang ada, memanfaatkan kembali wadah atau
kaleng-kaleng bekas yang masih bisa di daur ulang (recycle). Pengendalian lain yang
menerapkan 3M+ seperti : menutup tempat pengampungan air, menguras bak mandi
yang masih layak guna, dan lain-lain. Selalu lakukan PSN 3M+ setidaknya setiap
seminggu sekali guna memutus pertumbahan nyamuk pada fase larva. Penerapan
Pada saat penerapan 3M plus utamakan pada setiap lokasi yang dicurigai
menampung air (TPA), wadah penampungan air yang biasa digunakan di rumah
dilalui dengan penerapan 3M Plus dimana tindakan ini mengupayakan dampak yang
positif bagi individu serta lingkungannya. Secara tidak langsung adanya edukasi
tentang pembangunan ovitrap yang berasal dari bekas bahan tak terpakai dan
Berbagai dampak krusial akan didapat dengan satu capaian melenyapkan siklus
hidup nyamuk yang bersifat ramah pada lingkungan, dapat diterapkan oleh siapapun,
C. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik terdiri dari semua faktor alam yang berbeda, termasuk udara,
Yang termasuk dalam lingkungan fisik diantaranya ialah kondisi geografis, lapisan tanah,
kondisi cuaca (intensitas hujan, intensitas paparan sinar, suhu dan kelembaban udara),
kehidupan vektor, tempat berkembangbiak nyamuk, semua hal ini dapat mempengaruhi
Pada umumnya faktor lingkungan fisik yang sangat mempengaruhi kejadian demam
berdarah ialah suhu udara. Nyamuk dapat bertahan pada suhu rendah dengan kerugian
sistem metabolisme menjadi turun dan bahkan dapat berhenti jika suhu menjadi lebih
rendah lagi. Selain itu pada suhu tinggi ( ≥35°C ) juga memperlambat sistim metaolisme
pada tubuh nyamuk dan bahkan bila suhu sudah melebihi 40 °C dapat menghentikan sistim
metabolisme pada tubuh nyamuk. Nyamuk dapat hidup pada suhu ruang yaitu berkisar
yang sangat mendukung untuk perkembang biakan nyamuk. Bila virus dengue sudah
masuk kedalam tubuh nyamuk, maka nyamuk tersebut bisa dikatakan sudah terinfeksi virus
demam berdarah seumur hidupnya. Nyamuk yang sudah terinfeksi virus inilah yang pada
akhirnya akan menularkan penyakit eke dalam tubuh manusia (host) selanjutnya
(Suwandono, 2019).
Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak pada wadah penampungan air untuk
kebutuhan hidup atau barang lain yang dapat menjadi wadah untuk air seperti :
d. Ban bekas, kaleng bekas yang sudah terbuka, botol yang sudah terbuka, tempurung
kelapa, sampah plastik, dan sampah lain yang dibuang sembarang tempat yang dapat
e. Tempurung/batok kelapa, bambu yang sudah memiliki lubang, ataupun pelepah daun
nyamuk Aedes aegypti mudah untuk berkembangbiak. Sebagian besar siklus hidup
nyamuk (telur, jenting, pupa) terjadi di genangan air atau wadah yang bersi air. Tempat
istirahat yang berada di sekitar rumah memungkinkan nyamuk untuk mudah menularkan
virus ke manusia (host). Nyamuk yang berkembang biak di sekitar rumah akan lebih mudah
dalam menjangkau manusia (host), oleh karena itu wadah penampung air harus segera
dihilangkan karena akan meningkatkan angka kejadian demam berdarah. (Rahman, 2012)
(Pranata, 2016).
Berdasarkan pendapat Brunkard, dkk (2004), faktor risiko keberadaan tempat tinggal
larva/jentik nyamuk sangat mempengaruhi kejadian demam berdarah dalam suatu daerah.
Lokasi dan letak tempat atau wadah yang dapat menampung air sangat berkemungkinan
sebagi tempat perkembangbiakan jentik nyamuk dalam kontak dengan manusia seabgai
hospest. Selain itu faktor risiko keberadaan tempat tinggal larva/jentik nyamuk juga
mempengaruhi endemi penyakit demam berdarah khususnya pada wadah yang biasa
1. Kepadatan rumah
nyamuk. Jumlah padatan hunian harus sesuai dengan luas rumah yang dihuni. Jika tidak
akan menyebabkan kepadatan hunian yang berlebih atau over crowding. Semakin
banyak penghuni rumah maka keadaan rumah dan kondisi rumah semakin berpengaruh
karena akan mempengaruhi keadaan rumah, keadaan lingkungan, pola hidup serta
kepadatan hunian tersebut. Hal ini sangat memungkinkan untuk meningkatkan kejadian
Semakin padat hunian makan semakin muda juga terjadinya penularan penyakit
karena penularan dapat terjadi melalui kontak dari satu orang ke orang lain yang tinggal
dalam suatu rumah. Kebersihan udara dalam rumah juga mempengaruhi perubahan
struktur yang tidak sesuai dengan kebutuhan psikologis tubuh. Itulah sebabnya jumlah
padatan hunian harus sesuai dengan luas rumah yaitu minimal 8 m2 untuk setiap orang.
(Adiatmaka, 2011). Kamar tidur juga harus disesuaikan yaitu hanya bisa dihuni oleh 2
Nyamuk betina selama proses pematangan telur akan beristirahat di sekitar rumah.
Nyamuk yang telah terinfeksi virus demam berdarah akan sangat mudah menggigit
orang yang berada didalam rumah. Kemudian orang yang sudah terinfeksi virus tersebut
juga akan muda menularkan kepada orang yang berada didekatnya terutama dengan
orang yang berada satu rumah dengan penderita tersebut. Dikarenakan penularan
dalam satu rumah maka waktu yang diperlukan untuk menularkan virus dengue ini juga
sangat cepat ditambah lagi nyamuk tidak akan menggigit satu orang saja melainkan
semua orang yang berada dalam rumah juga kemungkinan akan digigit nyamuk dalam
Letak kontainer atau tempat penampung air sebagai tempat breeding place akan
kebanyakan siklus hidup nyamuk Aedes aegypti berada pada air yaitu pada stadium
telur, stadium larva, dan stadium pupa. Keberadaan nyamuk yang lebih dekat rumah
akan lebih mudahnya menularkan atau menggigit manusia yang berada dalam rumah
tersebut (host). Oleh karena itu kontainer atau tempat penampung air dapat
Angka Bebas Jentik (ABJ) ialah kondisi rumah yang bebas jentik. Angka bebas
jentik dapat dihitung dengan melihat persentase bangunan rumah yang bebas jentik
dibagi dengan jumlah keseluruhan rumah yang diperiksa dalam suatu daerah kemudian
dikalikan dengan 100 %. Untuk lebih mudahnya ditulis dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah rumah bebas jentik x 100 %
Angka Bebas Jentik =
Jumlah seluruh rumah yang diperiksa
Semua bangunan dapat dikategorikan atau dihitung saat pemeriksaan angka bebas
jentik seperti, sekolah, musholla, rumah, kantor, dan tempat-tempat umum lainnya
3. Suhu
Kondisi udara dalam tempat dan waktu tertentu disebut dengan suhu. Pada suhu
tertentu nyamuk Aedes aegypti dapat bertahan hidup. Akan tetapi bila suhu sudah
dibawah 18 °C atau lebih tinggi dari 30 °C metabolisme nyamuk menjadi terganggu dan
proses perkembangannya menjadi terhenti. Nyamuk Aedes aegypti dapat hidup dan
4. Kelembaban Udara
Kelembaban udara ialah banyaknya kandungan uap air dalam udara dan dapat
dinyatakan dengan persentase (%). Semakin tinggi kelembaban dalam rumah atau
daearah maka nyamuk Aedes aegypti akan lebih mudah berkembangbiak. Nyamuk
Aedes aegypti dapat bertahan hidup dan berkembang pada kelembaban udara antara
40 – 60 % (Permenkes, 2011).
telur. Bila kelembaban rendah maka tubuh nyamuk mengalami penguapan air karena
spiracle yang ada pada pipa udara sistim pernapasan nyamuk terbuka lebar. Nyamuk
tidak akan bertahan hidup jika kelembaban ≤40% sehingga umur nyamuk menjadi
pendek dan kemungkinan nyamuk menularkan penyakit ke manusia (host) tidak akan
terjadi. Nyamuk dapat tumbuh dengan baik pada kelembaban 40 – 60 % dan akan buruk
5. Pencahayaan
Nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang biak dengan baik pada tempat yang
menampung air bersih yang terletak pada ruangan gelap dan lembab, baik di dalam
maupun dekat rumah. Cahaya yang cukup baik untuk siang dan malam hari bagi
ruangan adalah 60 lux dan tidak menyilaukan (>100 lux)(Keputusan Menteri Kesehatan
RI, 1999).
6. Curah hujan
genangan air yang berfungsi sebagai tempat bersarang. Suhu dan kelembaban musim
hujan sangat ideal untuk kelangsungan hidup nyamuk. Pada musim penghujan tempat
perindukan Aedes aegypti akan muncul kembali, kontainer yang terletak diluar rumah
akan terisi oleh air hujan. Air hujan yang turun dapat membentuk genangan-genangan
air, genangan tersebut dapat menjadi tempat perindukan nyamuk yang baru. Selain itu
banyaknya hari hujan pada musim penghujan dapat mempengaruhi kelembapan udara
memperkirakan kepadatan nyamuk/waktu survei nyamuk, sampai saat ini kita belum
menggunakannya, hanya menjalin data yang ada dari Dinas Pertanian dan
D. Penelitian Terkait
1. Penelitian Angki Irawan pada tahun 2021, hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara pemasangan kawat kasa dengan kejadian demam berdarah di Puskesmas Payug
Sekaki dengan p value = 0,001 sedangkan hubungan antara menguras TPA dengan
kejadian demam berdarah pada Puskesmas Payung Sekaki tidak ada hubungan dengan
p value = 0,288.
dengan kejadian demam berdarah dengan p value 0,000 hal ini berbanding terbalik
dengan yang dilakukan Angki Irawan pada tahun 2021 di wilayah kerja Puskesmas
Payung Sekaki, didapatkan hasil adanya hubungan antara menguras TPA dengan
ditemukan adanya korelasi antara kejadian demam berdarah dengan sering atau
tidaknya pembersihan bak dengan nilai p value = 0,117 dan OR = 2,255 dan adanya
hubungan antara keberadaan kawat kasa dengan kejadian demam berdarah di wilayah
4. Penelitian yang dilakukan Sucinah dan Wijirahayu dan Tri Wahyuni Sukesi tahun 2019
didapatkan hasil ada hubungan antara ventilasi dengan kejadian demam berdarah
dengan nilai p value = 0,039, OR = 0,072 , CI = 0,006 - 0,849, hasil lain menunjukkan
tidak terdapat hubungan antara kelembaban udara dengan kejadian demam berdarah
dengan nilai p value = 0,642, OR = 0,347 dan CI = 0,036 -3,367 kemudian terdapat
hubungan antara intensitas cahaya dengan kejadian demam berdarah dengan nilai p
value = 0,039, OR = 0,072 dan CI = 0,006 - 0,849. Semua penelitian ini dilakukan di
Kerangka teoritis ialah tinjauan mendasar dari teori-teori yang ada yang berfungsi sebagai peta jalan untuk mengembangkan argumen
yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dikembangkan oleh para peneliti untuk menjelaskan fenomena, menarik hubungan, dan membuat
Lingkungan Fisik
\\ Keberadaan Kejadian Demam
1. Suhu tempat Nyamuk Ae. aegypti Virus Dengue Berdarah Dengue
2. Kelembaban perindukan (DBD)
3. Pencahayaan
4. Curah hujan
Host (Manusia)
1. Kepadatan Hunian
2. Kurang perilaku hidup bersih dan sehat
3. Buang sampah sehingga tersedianya
kontainer
Ho : tidak ada hubungan kondisi lingkungan fisik dengan kejadian DBD di wilayah
Ha : ada hubungan kondisi lingkungan fisik dengan kejadian demam berdarah DBD di
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
1. Variabel Penelitian
Faktor Lingkungan
1. Kejadian Demam
Kejadian Demam
Berdarah Dengue
Berdarah Dengue
2. Kepadatan
(DBD)
Rumah
3. Angka Bebas
Jentik
4. Suhu
5. Kelembaban
6. Pencahayaan
7. Curah hujan
B. Definisi Operasional
Kejadian Demam Berdarah Penyakit menular tropis oleh virus dengue dengan vektor
Dengue (DBD) Aedes aegypti, data berasal dari puskemas Kuningan
Kepadatan Rumah Salah satu faktor yang meningkatkan resiko dan tingkat
kejadian DBD dengan syarat minimal menempati luas
rumah 9m2 sesuai Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah Republik Indonesia No. :403/2002
tentang pedoman teknik pembangunan rumah sederhana
sehat
Angka bebas jentik Upaya pencegahan pertama DBD ialah memastikan
ada/tidaknya larva Aedes sp. di tiap rumah. Nilai ABJ ≥
95%
Suhu Hasil dari ukur temperature rumah panelis yang dilakukan
dengan mengukur suhu ruangan di rumah panelis.
Kelembaban hasil pengkuruan yang dilakukan di rumah responden
denga menggunakan alat ukur kelembaban ruangan.
Pencahayaan Pencahayaan alami atau buatan, langsung maupun tidak
langsung yang dapat menerangi ruangan dengan
instensitas 60 luxmeter
Curah Hujan Keadaan udara (panas atau dingin) yang diperoleh dari
hasil pengukuran harian dan dirata-rata setiap bulan di
tahun 2015-2017
C. Ruang Lingkup
1. Waktu
2. Lokasi
D. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini ialah analitik observasional dengan desain kasus kontrol. Penelitan
ini digunakan Kontrol, yaitu suatu rancangan penelitian yang membandingkan antara
berdasarkan riwayat ada tidaknya paparan. Pada penelitian ini rumah dengan kasus DBD
di Puskesmas Kuningan Kab.Kuningan menjadi sampel kasus dan rumah yang tidak
E. Populasi Sampel
1. Populasi
Populasi ialah seluruh kelompok yang ingin ditarik kesimpulannya. Populasi untuk studi
penelitian dapat terdiri dari kelompok orang yang didefinisikan dalam berbagai cara.
Populasi sasaran sangat penting karena tiga alasan utama : Menetapkan arah yang jelas
tentang ruang lingkup dan tujuan penelitian dan tipe data. Mendefinisikan variabel
karakteristik individu yang memenuhi syarat untuk penelitian. Menyediakan ruang lingkup
total populasi atau semesta untuk menentukan ukuran sampel (Sugiyono, 2010). Populasi
dalam penelitian ini ialah rumah dengan riwayat penyakit DBD di Kelurahan Cirendang
dengan kelurahan yang memiliki penderita demam berdarah yang tertinggi di wilayah kerja
Puskesmas Kuningan Kabupaten Kuningan berdasarkan data tahun 2022 yakni sebanyak
1.513 rumah.
2. Sampel penelitian
Sampel ialah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan purposive sampling. Untuk
Keterangan :
n = sampel
N = populasi
d = batas toleransi kesalahan (0,1)
1513
n=
1+1513(0,1)2
n= 93,8 = 94
a. Sampel kasus
Sampel kasus pada penelitian ini adalah 94 kasus dengan penderita DBD yang
b. Sampel kontrol
Sampel kontrol pada penelitian ini menggunakan perbandingan 1:1, maka besar
Jadi total sampel dari sampel kasus dan kontrol dalam penelitian ini yang akan
dilakukan yakni 188 orang. Teknik yang dilakukan yakni dengan purposive sampling
1) kriteria inklusi
2) kriteria ekslusi
c. Pengumpulan Data
a) Editing
dengan instrument yakni lembar kuesioner dan perlu diperbaiki terlebih dahulu
(Sutriyawan, 2021)
Semua lembar kuisioner yang telah diisi panelis kemudian diperbaiki, dan diberi
tindakan “kodean” atau “coding” yang memiki arti yakni mengolah data yang berbentuk
rangkaian kata dan huruf menjadi data berbentuk nominal atau angka (Sutriyawan, 2021).
0 = Ada Kasus
2) Kepadatan Rumah
1 : ≥ 9 m2 = memenuhi syarat
4) Suhu
5) Kelembaban
6) Pencahayaan
Setelah data terkumpul dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode”
e. Analisis data
(kepadatan rumah, ABJ, suhu dan kelembaban) dan terikat (kejadian demam
b) Analisis bivariat melakukan analisa terhadap dua variabel yang diprediksi memiliki
fisik pada perkembangan nyamuk DBD di Puskesmas Kuningan, maka Uji Chi Square
digunakan sebagai proses analisa. Menurut Sabri dan Hastono (2006) uji chi square
ialah suatu bentuk uji dalam membuktikan suatu praduga terkait perbandingan antara
frekuensi observasi dan frekuensi harapan yang mengacu pada dugaan tertentu,
signifikansi uji chi square menggunakan derajat kepercayaan 95% (α=5%). Dalam
pembuktian ada tidaknya pengaruh dapat ditinjau berdasarkan hasil dari nilai
signifikan dan besarnya hubungan korelasi tersebut dapat ditinjau dari nilai r pengujian
hipotesis terkait perbandingan antara frekuensi observasi dan frekuensi harapan yang
c) Analisis Multivariat
independent yang diteliti dengan kejadi DBD agar dapat mengetahui variabel yang
Dalam penelitian ini, peneliti menekankan adanya etika penelitian yang meliputi :
pasien tentang risiko, manfaat, dan alternatif dari prosedur atau intervensi yang
diberikan. Pasien harus kompeten untuk membuat keputusan sukarela tentang apakah
akan menjalani prosedur atau intervensi. Informed consent ialah kewajiban etis dan
hukum praktisi medis yang berasal dari hak pasien untuk mengarahkan apa yang
terjadi pada tubuh mereka. Tersirat dalam memberikan informed consent ialah
proses.
2. Confidentiality (kerahasiaan)
Informasi yang didapatkan dari responden akan menjadi kerahasiaan dan dijamin
oleh peneliti dan hanya digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan oleh
peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Adyatma, Ishak H, Ibrahim E. 2011. Hubungan Antara Lingkungan Fisik Rumah, Tempat
Penampungan Air dan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian DBD di Kelurahan Tidung
Hasanuddin. Makasar
Alamsyah, Dedi dan Muliawati, Ratna. 2013. Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Nuha
Medika : Yogyakarta
Ayun, Luluk L. 2016. Hubungan Antara Faktor Lingkungan Fisik dan Perilaku dengan Kejadian
Barrera R, et al. 2011. Population Dynamics of Aedes aegypti and Dengue as Influenced by
Brunkard, Joan Marie, et al. 2004. Dengue Fever Seroprevalence and risk factors. Texas
Depkes RI.2008. Modul Pelatihan Bagi Pelatih Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD Dengan
Hasyimi, M. dan M. Soekirno. 2004. Pengamatan tempat Perindukan Aedes aegypti pada
Tempat Penampungan Air Rumah Tangga pada Masyarakat Pengguna Air Olahan.
Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (2002). BAB II Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
1–64.
Irawan, A., Arifin, Z., & puspita sari, N. (2021). Faktor Meteorologi dan Kejadian Demam
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/3102
Januari.http://www.depkes.go.id/article/view/15011700003/demamberdar ah-biasanya-
Kemenkes RI.2017.Peraturan Menteri Kesehatan No.50 tahun 2017 Tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor dan Binatang
Kemenkes. (2021). Data DBD Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 30.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220615/0240172/kasus-dbd-
meningkat-kemenkes-galakkan-gerakan-1-rumah-1-jumantik-g1r1j/
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Infodatin Situasi Gizi. In Kementerian Kesehatan RI (Vol.
https://www.researchgate.net/publication/269107473_What_is_governance/link/548173
090cf22525dcb61443/download%0Ahttp://www.econ.upf.edu/~reynal/Civil
wars_12December2010.pdf%0Ahttps://think-
asia.org/handle/11540/8282%0Ahttps://www.jstor.org/stable/41857625
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana
Dinkes Kab. Kuningan, 2019. Profil Kesehatan Kab. Kuningan. Angew. Chemie Int. Ed.
6(11), 951–952.
Febrianita, D., 2021. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Ii, B.A.B., Pustaka, T., 2002. BAB II Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 1–
64.
Irawan, A., Arifin, Z., puspita sari, N., 2020. Wellness and Healthy Magazine (Faktor
Meteorologi dan Kejadian Demam Berdarah Dengue). Parq. los afectos. Jóvenes que
cuentan 2, 124–137.
Kemenkes, 2021. Data DBD Indonesia. Kementeri. Kesehat. Republik Indones. 30.
Kementrian Kesehatan RI, 2022. Kasus DBD Meningkat, Kemenkes Galakkan Gerakan 1
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220615/0240172/kasus-dbd-
meningkat-kemenkes-galakkan-gerakan-1-rumah-1-jumantik-g1r1j/
Keputusan Menteri Kesehatan RI, 1999. Keputusan Menteri Kesehatan No. 829 Tahun 1999
Tata Laksana Infeksi Dengue Anak dan Remaja. Pedoman Nas. pelayanan Kedokt. 1–
67.
Vinet, L., Zhedanov, A., 2011. A “missing” family of classical orthogonal polynomials. J.
Wijirahayu, S., Sukesi, T.W., 2019. Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik dengan Kejadian
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden :
2. Usia :.... tahun
3. Alamat :
4. Jumlah anggota keluarga :
Kelembaban :
Pencahayaan:
Curah Hujan :
Berilah tanda ceklist (√) pada pertanyaan yang sesuai dengan kejadian di rumah
anda:
Alternatif
No. Pertanyaan Ket
Pilihan
Ya Tidak
Apakah anda atau anggota keluarga anda pernah
1. mengalami penyakit DBD? (dalam waktu satu
tahun)
Apakah anggota keluarga memakai kelambu saat
2.
tidur ?
Apakah anggota keluarga memakai lotion nyamuk
3.
sebelum tidur ?
Apakah dilakukan pengurasan bak penampung air
4.
setiap satu kali seminggu?
Apakah ibu/bapak pernah memberikan bubuk
5.
abate pada bak penampung air
6. Tidak ada baju kotor tergantung
Tidak ada jentik pada tempat penampungan air
- bak mandi
7. - ember
- kaleng
- kontainer lainnya
8. Luas kamar <8 m2 per orang