Anda di halaman 1dari 8

PENULISAN ILMIAH

GAMBARAN STATUS KEJADIAN DEMAM BERDARA DENGUE


YANG TERJADI DI MINAHASA SELATAN

Dosen: dr. Nancy S. H. Malonda, MPH

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Petrisya Rut Gendaren (231111010183)


Christonuel Kembuan (231111010154)
Irene Aprilivy Andaria (231111010162)
Queensy Megumi Piri (231111010186)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam berdarah dengue atau DBD adalah penyakit yang menular melalui
nyamuk Aedes aegypti yang terjadi di daerah tropis dan subtropis di dunia.
Gejala DBD yang umum adalah demam tinggi dan gejala seperti flu.
Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang mempunyai
kelembaban udara yang cukup tinggi yang menjadi pemicu nyamuk aedes
aegpti yang menjadi vektor demam berdarah berkembang biak (Lesmana &
Halim, 2020).
Kementerian Kesehatan mencatat di tahun 2022, jumlah kumulatif kasus
Dengue di Indonesia sampai dengan Minggu ke-22 dilaporkan 45.387 kasus.
Sementara jumlah kematian akibat DBD mencapai 432 kasus.
Demam Berdarah Dengue (DBD) selang 5 tahun terakhir terus
menyerang Sulawesi Utara. Sesuai data Dinas Kesehatan Provinsi Sulut total
sudah terjadi 6.130 kasus, dengan jumlah kematian mencapai 74 orang. Kasus
DBD di 5 tahun terakhir paling tinggi terjadi tahun 2016, terjadi 2.217 kasus.
Sempat menurun di tahun 2017 hingga 587 kasus, DBD kembali meningkat
kasusnya di 2018, total 1.713 kasus terjadi. Di 2018 juga mencatatkan jumlah
kematian paling tinggi yakni 24 orang. Di awal 2019, DBD sudah menyerang
24 orang, 3 di antaranya meninggal dunia,
Wilayah Kabupaten Minahasa Selatan sebagian terletak di pesisir pantai
dan daerah pegunungan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Minahasa Selatan, kasus DBD termasuk salah satu dari 10 kasus penyakit
terbanyak pada semua kategori umur pasien di Kabupaten Minahasa Selatan
setiap tahunnya. Selain itu, DBD menjadi penyakit menular yang berpotensi
menjadi KLB tertinggi. Jumlah kejadian DBD pada tahun 2016-2018
cenderung mengalami penurunan. Selama tahun 2016-2018, rata-rata jumlah
kejadian DBD terendah terjadi pada April 2017 yaitu sebesar 1 kasus,
sedangkan jumlah kejadian DBD tertinggi terjadi pada Februari 2016 yaitu
sebesar 60 kasus.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran status kejadian demam berdarah dengue di
minahasa selatan?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui penyebab terjadinya
diabetes melitus yang menyerang semua usia dan faktor apa saja yang
menyebabkan terjadinya tingginya kasus diabetes melitus di indonesia.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan kushus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis penyebab terjadinya diabetes melitus pada semua usia
2. Mengetahui apa faktor penyebab meningkatnya terjadinya diabetes
melitus di indonesia
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Memberikan pemahaman kepada masyarakat luas tentang faktor
penyebab yang mempengaruhi meningkatnya kasus diabetes.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dari penelitian ini di harapkan menjadi rujukan untuk pengendalian
penyakit diabetes melitus dan menjadi acuan serta referensi mengenai
penyebab meningkatkan kasus diabetes melitus.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Definisi DBD

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.Demam berdarah
dengue adalah penyakit akut dengan manifestasi klinis perdarahan yang menimbulkan
syok yang berujung kematian. Demam berdarah dengue disebabkan oleh salah satu
dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Virus ini bisa
masuk ke dalam tubuh manusia dengan perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
Albopictus. (Radita Dewi Prasetyani).

2.1.2 Faktor Penyebab DBD


Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu mausia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada
manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti. Aedes albopictus, Aedes polynesiensis.
Aedes mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang
mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak
dalam waktu 8 – 10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan
kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekalivirus dapat masuk dan
berkembang biak di dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus
selama hidupnya.
Pada manusia, penularan penyakit terjadi karena setiap kali nyamuk
menggigit,alattusuknya yang disebut proboscis akan mencari kapiler darah. Setelah
diperoleh, maka dikeluarkan liur yang mengandung zat antipembekuan darah, agar
darah mudah di hisap melalui saluran proboscis yang sangat sempit. Bersama liurnya
inilah virus dipindahkan kepada orang lain.7 Virus memerlukan waktu masa tunas 4–
6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. (Radita Dewi
Prasetyani).

2.1.3 Pencegahan DBD


kegiatan pencegahan dan pengendalian seperti pengelolaan limbah padat,
kebersihan lingkungan dan desain arsitektur yang berperan sebagai situs pembiakan
potensial Aedes yang berada di luar kewenangan Kementerian Kesehatan.25
Pemberdayaan yang dilakukan di Brunei Darussalam dalam pengendalian DBD, yaitu
dengan kolaborasi antara beberapa pemangku kebijakan dengan masyarakat.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat mengikuti prinsip-prinsip yang mendasari
Integrated Vector Management dalam pencegahan dan pengendalian dengue di
antaranya mencakup,kolaborasi dengan pemangku kebijakan dan keterlibatan
masyarakat lainnya. Hal ini sejalan dengan salah satu prioritas strategis Kementerian
Kesehatan bahwa "Kesehatan adalah Bisnis Setiap Orang", dimana masyarakat dan
stakeholder memainkan peran penting dalam memerangi dengue. Pendekatan
multisektoral, termasuk partisipasi dan pemberdayaan masyarakat melalui pemimpin
masyarakat di tingkat paling rendah, sangat penting untuk memastikan area publik
dan swasta dijaga kebersihannya dan mengurangi tempat berkembang biak bagi
nyamuk vektor. 26 Upaya pengendalian DBD dengan melibatkan partisipasi
masyarakat di Myanmar masih sangat minimalis. Hal ini disebabkan karena secara
geografis sulit menjangkau daerah-daerah seperti desa-desa.

Kerangka Teori

Perilaku Masyarakat

Pengetahuan Sikap
Tindakan

Menjaga Kebersihan
Lingkungan dalam
Pemberantasan Sarang
Nyamuk

Keberadaan
Jentik Nyamuk
Aedes aegpti

Kejadian DBD
Kerangka Konsep

Pengetahuan tentang DBD:


- Kurangnya pengetahuan
mengenai DBD

Tingkat pendidikan:
- Rendahnya tingkat
pendidikan mempengaruhi
pemahaman masyarakat
terhadap penyakit DBD

Ketersediaan fasilitas &


Demam berdarah
Petugas Kesehatan : dengue (DBD)
- Kurangnya sarana untuk
berbagi informasi
mengenai DBD dan
langkah pencegahannya
- Tenaga kesehatan yang
terbatas

Informasi media massa:


- Kurangnya promosi
kesehatan/informasi
mengenai DBD
- Minimnya sarana untuk
menunjang sosialisasi
mengenai DBD

Lingkungan:
- Keadaan lingkungan sekitar
yang kurang bersih
- Masih kurangnya kesadaran
masyarakat untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat
BAB V PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian


Analisis data menunjukkan tingginya angka kejadian demam berdarah di
Minahasa Selatan berdasarkan data survei dan analisis statistik. Faktor risiko penting
terhadap peningkatan kejadian demam berdarah dengue yang telah diidentifikasi,
termasuk faktor-faktor seperti ketinggian daerah, riwayat infeksi, iklim, kebersihan,
dan perilaku masyarakat.

5.1.1. Alasan Akademis Hasil Penelitian


Pemaparannya atau pembahasan mendalam mengenai faktor-faktor lokal seperti
riwayat infeksi, iklim, kebersihan, dan perilaku masyarakat yang mempengaruhi
penyebaran penyakit. Juga analisis statistik memperkuat hasil temuan yang
menggambarkan signifikasi akademis dari hasil tersebut.

5.1.2 Asumsi Hubungan


Mengasumsikan adanya hubungan positif antara faktor-faktor tertentu
peningkatan kasus demam berdarah dengue dengan merincikan landasan teori atau
hasil eksperimen yang mendukung hipotesis atau asumsi ini.

5.2 Perbandingan dengan Penelitian Lain


Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya di wilayah sekitar,
menunjukkan adanya korelasi yang kuat. Perbedaan yang signifikan ditemukan pada
penelitian di wilayah lain yang menunjukkan bahwa terdapat faktor lokal seperti
perilaku masyarakat yang mempengaruhi kejadian demam berdarah. Dengan
demikian menyoroti perbedaan metodologi yang dapat mempengaruhi perbandingan
hasil.

5.3 Perbandingan dengan Hasil Sejenis namun Bertolak Belakang


Dalam perbandingan ini, menggunakan penjelasan yang bertentangan dengan
temuan penelitian dapat menimbulkan hasil yang bertentangan, sehingga identifikasi
faktor-faktor potensial yang membantu membedakan hasil yang bertentangan.
5.4 Kelebihan dan Kekurangan
Dalam mendiskusikan kelebihan metodologis penelitian ini, seperti ukuran sampel
yang representatif. Kelebihannya mencakup metode pengumpulan data yang
komprehensif dan representatif.
Menganalisis keterbatasan penelitian, seperti penggunaan data retrospektif.
Kekurangan terkait dengan pembatasan pengambilan sampel atau pembatasan dalam
mengakses data tertentu

Anda mungkin juga menyukai