NIM : EFA10180061
Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke-18 seperti yang
dilaporkan oleh David Bylon, seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu virus
dengue menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai demam 5 hari (viifdaagse
koorts) karena demam yang terjadi hilang dalam lima hari. Selain itu, demam ini juga
kadang-kadang disebut dengan demam sendi (knokkel koorts) karena demam yang
terjadi disertai dengan nyeri pada sendi, nyeri otot dan nyeri kepala.
Pada masa abad ke-18 infeksi virus dengue di Asia Tenggara hanya merupakan
penyakit ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian, Akan tetapi, sejak tahun
1952, infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dengan manifestasi klinis berat,
yaitu DBD yang ditemukan di Manila (Filipina) dan kemudian menyebar ke negara
lain seperti Indonesia.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin pada tahun 2020 dari
bulan Januari sampai dengan Agustus tentang penderita DBD bahwa sudah ada 38
kasus dan 1 orang meninggal dunia dimana seorang anak yang berdomisili di
kecamatan Banjarmasin Selatan.
Dalam hal ini pengetahuan masyarakat terhadap tindakan penanggulangan
penderita merupakan faktor penting untuk mengurangi jumlah penderita. Masyarakat
sebagai tokoh dapat menyebarluaskan informasi dalam penanggulangan DBD
sehingga masyarakat perlu memiliki pengetahuan dalam penanggulangan DBD.
Pengetahuan masyarakat dalam penanggulangan DBD merupakan faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang terhadap suatu objek sehingga pembahasan
tentang pengetahuan dalam konteks kemampuan penanggulangan DBD tidak lepas
dari proses terbentuknya perilaku. Pengetahuan akan memberikan penguatan
terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam berperilaku.
c. Penelitian Serupa
1) Meiliana (2018) Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarkat terhadap Tindakan
Penanggulangan Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan
Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap tindakan
penanggulangan penderita DBD di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan
Sunggal.
2) Suryati (2018) Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang
Penanggulangan Demam Berdarah (DBD) di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Pondok Labu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
mansyarakat tentang demam berdarah dengue dengan angka kejadian DBD.
3) Rohmah, dkk (2019) Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang
Penyakit Demam Berdarah Dengue. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit demam berdarah
dengue (DBD) di Desa Tunggulsari Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal.
d. Beda Penelitian Yang Dilakukan Dengan Punya Orang
1) Perbedan penilitian Meiliana terletak pada variable penelitian, tempat dan waktu
penelitian dan teknik analisis data. Persamaan penelitian Meiliana dengan
penelitian sekarang yaitu sama sama membahas tentang DBD.
2) Perbedan penilitian Suryati terletak pada tempat dan waktu penelitian dan teknik
analisis data. Persamaan penelitian Suryati dengan penelitian sekarang yaitu sama
sama membahas tentang gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang
penanggulangan DBD.
3) Perbedan penilitian Rohmah, dkk terletak pada variable penelitian, metode
penelitian, tempat dan waktu penelitian dan teknik analisis data. Persamaan
penelitian Meiliana dengan penelitian sekarang yaitu sama sama membahas
tentang DBD.
2. Rumusan masalah
Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap tindakan penanggulangan
penderita DBD di Kecamatan Banjarmasin Selatan?
3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat terhadap tindakan
penanggulangan penderita DBD di Kecamatan Banjarmasin Selatan.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik tingkat pengetahuan masyarakat terhadap tindakan
penanggulangan penderita DBD di Kecamatan Banjarmasin Selatan.
b. Mengetahui persentase tingkat pengetahuan masyarakat terhadap tindakan
penanggulangan penderita DBD di Kecamatan Banjarmasin Selatan