Anda di halaman 1dari 6

KARTIKA: JURNAL ILMIAH FARMASI, Des 2017, 5(2), 44-49 44

p-ISSN 2354-6565 /e-ISSN 2502-3438


DOI: 10.26874/kjif.v5i2.107

Pengaruh edukasi apoteker terhadap pengetahuan


dan sikap masyarakat terkait teknik penggunaan obat
Hening Pratiwi, Nur Amalia Choironi, Warsinah
Farmasi, Universitas Jenderal Soedirman
Corresponding author email: hening.pratiwi@ymail.com

Abstrak

Tidak semua masyarakat paham tentang obat dan teknik penggunaan obat, sehingga menjadi
penyebab pengobatan tidak optimal atau kegagalan pengobatan. Hal ini dapat disebabkan minimnya
pengetahuan dan kemampuan masyarakat terkait teknik penggunaan obat. Oleh karena itu dibutuhkan
edukasi dan optimalisasi kemampuan masyarakat berkaitan dengan teknik penggunaan obat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi apoteker terhadap pengetahuan dan sikap
masyarakat terkait teknik penggunaan obat. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pamijen Kecamatan
Baturaden Purwokerto pada bulan Mei 2017. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional
dengan pengambilan sampel secara simple random sampling. Jumlah sampel yang didapat sebesar 30
responden yang merupakan kader PKK dan kader POSYANDU Desa Pamijen Baturaden Purwokerto.
Teknik pengumpulan data melalui pretest-postest design menggunakan kuesioner. Parameter yang
dinilai adalah pengetahuan dan sikap masyarakat terkait penggunaan obat. Analisis data dilakukan
menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test dan Uji t berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada pengetahuan responden sebelum dan sesudah edukasi oleh
apoteker, dibuktikan dengan nilai p sebesar 0,004 (p≤ 0,05). Hasil penelitian menunjukkan tidak
adanya peningkatan sikap responden sebelum pemberian edukasi dengan sikap responden sesudah
pemberian edukasi terkait teknik penggunaan obat, dibuktikan dengan nilai sebesar 0,284 (p≥ 0,05).
Dapat disimpulkan bahwa edukasi apoteker mempengaruhi pengetahuan masyarakat terkait teknik
penggunaan obat, tetapi tidak mempengaruhi sikap masayarakt terhadap teknik penggunaan obat.

Kata Kunci: Obat, edukasi, penggunaan obat

Effect of pharmacist education of knowledge and public attitudes


related to use of medicine

Abstract

Not all people understand about drugs and techniques of drug use, so the cause of treatment is not
optimal or treatment failure. This can be due to the lack of knowledge and ability of the community
related to drug use techniques. Therefore, it is necessary to educate and optimize the ability of the
community related to drug use techniques. This study aims to determine the effect of educational
pharmacists on knowledge and attitude of the community related to drug use techniques. This
research was conducted in Pamijen Village, Baturaden Subdistrict Purwokerto in May 2017. This
research is a cross sectional study with simple random sampling. The number of samples obtained by
30 respondents who are PKK cadres and cadres POSYANDU Pamijen Village Baturaden
Purwokerto. Data collection techniques through pretest-postest design using questionnaires.
Parameters assessed were community knowledge and attitude related to drug use. Data analysis was
performed using Wilcoxon Sign Rank Test and T paired test. The results showed that there were
significant differences in the knowledge of respondents before and after education by pharmacists,
evidenced by the p value of 0.004 (p 0.05). The result of the research showed that there was no
increase of respondent attitude before giving of education with respondent attitude after giving of
education related to technique of drug usage, proved with value equal to 0,284 (p≥ 0,05). It can be
concluded that pharmacists' education influences the community's knowledge of drug use techniques,
but does not affect the attitude of masayarakt on drug use techniques.

Keywords: Drugs, Education, Drug Use.

Pratiwi, dkk
45 KARTIKA: JURNAL ILMIAH FARMASI, Des 2017, 5(2), 44-49
DOI: 10.26874/kjif.v5i2.107

Pendahuluan digunakan secara benar, dapat sangat membantu


masyarakat dalam pengobatan secara aman dan
Sekarang ini dunia kesehatan berkembang efektif. Namun kenyataannya seringkali
dengan pesat seiring telah ditemukan obat-obat
pengobatan menjadi merugikan masyarakat
baru. Kemajuan yang pesat di bidang kesehatan
karena tidak disertai pemahaman mengenai
dan kefarmasian telah menyebabkan produksi teknik penggunaan yang tepat dan waktu
berbagai jenis obat meningkat sangat tajam. penggunaan yang tepat (Tjay, 2002).
Untuk meningkatkan derajat kesehatan
Sebagian besar masyarakat lebih sering
masyarakat dibutuhkan suatu pelayanan
membeli obat bebas dan bebas terbatas di warung
kesehatan yang berkualitas, dan obat menjadi dan toko obat terdekat dan menggunakan obat
salah satu faktor yang penting dalam pelayanan tradisional hanya berdasarkan pengalaman, hal
kesehatan. Obat merupakan substansi yang
ini dapat berpengaruh kepada minimnya
melalui efek kimianya membawa perubahan
pemahaman masyarakat terutama mengenai
dalam fungsi biologis. teknik penggunaan obat yang tepat sehingga
Pelayanan Informasi, terutama terkait teknik dapat menghasilkan efek terapi yang optimal.
penggunaan obat, merupakan salah satu kegiatan
Minimnya pengetahuan dan kemampuan
pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk
masyarakat terkait teknik penggunaan obat yang
memberikan informasi secara akurat dan tidak tepat maka dibutuhkan suatu edukasi dan
bias kepada dokter, perawat, profesi kesehatan optimalisasi kemampuan masyarakat berkaitan
lainnya, pasien, dan masyarakat terkait
dengan teknik penggunaan obat sehingga dapat
penggunaan obat, maka dari itu dibutuhkan peran
mendukung pengobatan yang optimal,
apoteker untuk dapat mendukung pengobatan membentuk masyarakat yang mandiri terhadap
yang optimal bagi pasien dan masyarakat pengobatannya, dan mendukung program
(Anonim, 2016). Menurut data World Health
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yaitu
Organization, sekitar 50 % dari seluruh
―GEMA CERMAT (Gerakan Masyarakat Cerdas
penggunaan obat tidak tepat dalam peresepan Gunakan Obat)‖.
dan sekitar 50 % lainnya tidak digunakan secara Edukasi kesehatan didefinisikan sebagai
tepat oleh pasien. Ketidakpahaman masyarakat
upaya menerjemahkan apa yang telah diketahui
dalam penggunaan obat merupakan salah satu
tentang kesehatan ke dalam perilaku yang
penyebab kegagalan pengobatan (Aurelia, 2013). diinginkan dari perorangan ataupun masyarakat
Salah satu kegagalan pengobatan adalah melalui proses pemberian edukasi (Nuryanto,
kesalahan waktu penggunaan obat, jika obat
2014). Edukasi kesehatan ini diharapkan dapat
digunakan 3x sehari maka obat tersebut
mengubah perilaku orang atau masyarakat dari
digunakan tiap delapan jam. Sebagian besar perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku yang
masyarakat belum mengaplikasikan aturan tiap sehat. Dalam hal ini terkait dengan teknik
delapan jam ini, hal ini dapat mempengaruhi efek
penggunaan obat yang tepat dan rasional.
pengobatannya. Contoh lain kurangnya informasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penggunaan obat adalah penggunaan obat pengaruh edukasi apoteker terhadap pengetahuan
tradisional. Harmanto (2007) menyebutkan dan sikap masyarakat terkait teknik penggunaan
bahwa penggunaan obat tradisional tidak selalu
obat.
bebas dari efek samping dan interaksi obat dan
sekitar 63% tanaman obat tradisional Indonesia
Metode penelitian
dapat menyebabkan interaksi farmakokinetik
dengan obat konvensional jika digunakan secara Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pamijen
bersamaan, sehingga membutuhkan teknik Kecamatan Baturaden Purwokerto pada bulan
penggunaan yang tepat terutama jika Mei 2017. Penelitian ini merupakan penelitian
menggunakan obat lain secara bersamaan. cross sectional dengan pengambilan sampel
National Asthma Council Australia (2008) secara simple random sampling. Jumlah sampel
menyatakan bahwa 90 % pasien yang diresepkan yang didapat sebesar 30 responden yang
inhaler untuk pengobatan asma tidak merupakan kader PKK dan kader POSYANDU
menggunakan dengan teknik yang benar. Desa Pamijen Baturaden Purwokerto. Teknik
Ketidaktepatan teknik penggunaan obat pengumpulan data melalui pretest-postest design
menyebabkan rendahnya jumlah obat yang menggunakan kuesioner dan dilakukan dengan
masuk ke paru-paru sehingga terapi tidak tahapan pelaksanaan pre test, edukasi dan
optimal. Hal ini juga menunjukkan obat bila pelatihan mengenai teknik penggunaan obat,dan

Pratiwi, dkk
KARTIKA: JURNAL ILMIAH FARMASI, Des 2017, 5(2), 44-49 46
DOI: 10.26874/kjif.v5i2.107

pelaksanaan post test. Kuesioner yang digunakan Dari tabel 1. Dapat dilihat bahwa dari 30
berisi 25 pertanyaan dan terbagi menjadi dua responden paling banyak adalah usia ≥ 35 tahun
bagian yaitu 15 pertanyaan tentang pengetahuan sebanyak 25 responden (80%). Menurut Kotler
dan 10 pertanyaan tentang sikap. (2006) usia merupakan salah satu faktor dalam
Analisis data pengetahuan menggunakan dua menentukan penilaian seseorang. Biasanya
rating skala Likert yang dihitung dari pertanyaan responden pada usia yang produktif memiliki
favorable yaitu menggunakan skor 1 untuk tingkat pengetahuan yang lebih luas, hal ini
jawaban yang benar dan nilai 0 untuk jawaban disebabkan pada usia produktif biasanya
yang salah/ganda/tidak diisi. Penentuan skor responden mengikuti perkembangan
untuk pertanyaan unfavorable diberikan pengetahuan, selain itu usia juga berkaitan
berbanding terbalik dengan pertanyaan dengan peran serta kader, semakin tua seseorang
favorable. Kemudian tiap skor responden maka diharapkan produktivitas dan peran serta
dijumlahkan, dan jumlah maksimal adalah 15. kader akan cenderung meningkat. Tingkat
Setelah itu dihitung persentase jumlah dan kedewasaan teknis dan psikologis seseorang
dimasukkan ke dalam kriteria objektif meliputi : dapat dilihat dengan semakin tua umur seseorang
80-100 % kategori baik, 60-79% kategori cukup, maka akan semakin terampil dalam
dan ≤60 % kategori kurang. melaksanakan tugas, semakin kecil tingkat
Analisis data sikap responden menggunakan 4 kesalahannya dalam melaksanakan pekerjaannya.
rating skala Likert, dimana untuk pertanyaaan Hal itu terjadi karena salah satu faktor kelebihan
favorable, sangat setuju mendapatkan skor 3, manusia dari makhluk lainnya adalah
setuju mendapatkan skor 2, tidak setuju kemampuan belajar dari pengalaman, terutama
mendapatkan skor 1, dan sangat tidak setuju pengalaman yang berakhir pada kesalahan
mendapatkan skor 0. Penentuan skor pertanyaan (Effendy, 2000). Kader PKK dan POSYANDU
unfavorable diberikan berbanding terbalik di Desa Pamijen Baturaden merupakan salah satu
dengan pertanyaan favorable. Tiap skor kader yang rutin melaksanakan kegiatan di
responden dijumlahkan dan skor maksimal Purwokerto terutama berhubungan dengan
adalah 30. kesehatan dan membagikan pengetahuan yang
Data yang terkumpul akan dianalisa didapat kepada masyarakat luas.
perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum Sedangkan untuk tingkat pendidikan
pemberian edukasi dengan sesudah pemberian responden kebanyakan adalah tamatan SMA
edukasi. Dari data tersebut akan dianalisis secara sebanyak 12 responden (40%). Perry dan Potter
statistik menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test. (2005) berpendapat bahwa tingkat pendidikan
dapat meningkatkan pengetahuan tentang
Hasil dan pembahasan kesehatan. Melalui proses pendidikan yang
melibatkan serangkaian aktivitas, maka seorang
Karakteristik responden. Hasil distribusi
individu akan memperoleh pengetahuan,
responden berdasarkan karakteristiknya dapat
pemahaman, keahlian dan wawasan yang lebih
dilihat pada Tabel 1. baik. Hal ini juga dapat dihubungkan dengan
teori yang menyebutkan bahwa tingkat
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
pendidikan yang ditempuh oleh individu
Karakteristiknya
merupakan salah satu faktor yang akan
Karakteristik
Jumlah Persentase % mendukung kemampuannya untuk menerima
Responden
Umur
informasi, semakin tinggi tingkat pendidikan
- ≤ 35 tahun 5 20 seseorang maka makin luas pula cara pandang
- ≥ 35 tahun 25 80 dan cara pikirnya dalam menghadapi suatu
Pendidikan keadaan yang terjadi disekitarnya (Nursalam,
- Tamat SD 6 20 2003).
- Tamat SMP 7 23
- Tamat SMA 12 40 Hasil penentuan pengetahuan terkait
- Tamat Program 4 13 teknik penggunaan obat. Hasil penilaian
Diploma tingkat pengetahuan responden terkait teknik
- Tamat Program 1 4
penggunaan obat sebelum dilakukan edukasi
Sarjana
dapat dilihat pada Tabel 2.

Pratiwi, dkk
47 KARTIKA: JURNAL ILMIAH FARMASI, Des 2017, 5(2), 44-49
DOI: 10.26874/kjif.v5i2.107

Tabel 2. Tingkat Pengetahuan Responden sedangkan responden yang memiliki sikap


Terkait Teknik Penggunaan Obat kurang mendukung sebanyak 9 orang (30%)
Sebelum Setelah Sedangkan sesudah pemberian edukasi, terdapat
Kategori Nilai
edukasi edukasi peningkatan jumlah atau presentase responden
Baik 80-100 17 27 yang memiliki sikap mendukung terkait teknik
Cukup 60-79 13 3 penggunaan obat yang berjumlah 23 orang (77%)
Kurang ≤60 0 0 dan yang kurang mendukung berjumlah 7 orang
(23%). Dari hasil di atas terdapat peningkatan
Pengetahuan merupakan proses dari tahu, dan sikap responden.
ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Analisis Perbandingan Parameter
Pengetahuan juga merupakan domain yang Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah
penting akan terbentuknya tindakan seseorang. Edukasi. Dari hasil analisis parameter
Dengan kata lain pengetahuan mempunyai pengetahuan responden sebelum dan sesudah
pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dilakukan edukasi terdapat beberapa parameter
dalam berperilaku (Notoatmodjo, 2007). pengetahuan yang mengalami peningkatan,
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa parameter pengetahuan yang tetap, dan adapula
sebelum pemberian edukasi, responden yang parameter yang mengalami penurunan.
memiliki pengetahuan yang baik mengenai Parameter pengetahuan yang mengalami
teknik penggunaan obat berjumlah 17 orang peningkatan adalah parameter pengetahuan
(57%) sedangkan terdapat 13 orang (43%) yang mengenai aturan pakai obat (sebelum 98,33%;
memiliki tingkat pengetahuan yang cukup sesudah 100%), pengetahuan mengenai limbah
mengenai teknik penggunaan obat. Sedangkan obat (sebelum 50%; sesudah 60%), pengetahuan
variabel pengetahuan sesudah pemberian edukasi mengenai penggunaan sediaan sirup (sebelum
(Tabel 2) diketahui bahwa terjadi peningkatan 63,33%; sesudah 84,16%), dan pengetahuan
jumlah atau presentase responden yang memiliki mengenai penggunaan sediaan tetes mata
peningkatan pengetahuan menjadi kategori baik (sebelum 60%; sesudah 76,66 %).
yaitu sejumlah 27 orang (90%). Responden
merupakan anggota kader PKK dan kader Tabel 4. Perbandingan Parameter Pengetahuan
POSYANDU yang aktif dalam kegiatan-kegiatan Sebelum dan Sesudah Edukasi
Desa salah satunya adalah Program kegiatan % jawaban % jawaban
Kesehatan Desa Parameter
benar benar
pengetahuan
sebelum sesudah
Variabel sikap terkait teknik penggunaan Aturan pakai obat 98,33 100
obat. Sikap merupakan respon yang muncul Efek samping obat 100 93,33
sebelum tindakan. Proses awalnya adalah Waktu kadaluarsa obat 100 93,33
seseorang menyadari dan mengetahui stimulus Penggunaan antibiotik 76,66 63,33
yang diberikan, kemudian sikap subjek mulai Kontraindikasi obat 100 100
Limbah obat 50 60
timbul terhadap stimulus, sampai pada
Penggunaan sediaan 63,33 84,16
akhirnya terbentuk suatu sikap positif untuk sirup
mencoba melakukan sesuai dengan stimulus Penggunaan sediaan 60 76,66
(Notoatmodjo, 2007). tetes mata
Interaksi obat 96,66 93,33
Tabel 3. Komponen Sikap Responden Terkait
Teknik Penggunaan Obat Sedangkan hasil analisis parameter sikap
Sebelum Setelah responden sebelum dan sesudah dilakukan
Kategori Nilai
edukasi edukasi edukasi, dari 7 parameter hanya terdapat satu
Mendukung 80-100 21 23 parameter yang mengalami penurunan persentase
Kurang ≤80 9 7
sebelum dan sesudah edukasi yaitu parameter
mendukung
interaksi obat (sebelum 75,55 %; sesudah 66,66
%).
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa
sebelum pemberian edukasi, responden yang
memiliki sikap yang mendukung terkait teknik
penggunaan obat berjumlah 21 orang (70%)

Pratiwi, dkk
KARTIKA: JURNAL ILMIAH FARMASI, Des 2017, 5(2), 44-49 48
DOI: 10.26874/kjif.v5i2.107

Tabel 5. Perbandingan Parameter Sikap Tabel 6. Hasil Uji Wilcoxon Untuk Pengetahuan
Sebelum dan Sesudah Edukasi Responden Sebelum dan Sesudah
% jawaban % jawaban Edukasi Terkait Teknik Penggunaan
Parameter sikap benar benar Obat
sebelum sesudah peng_sesudah - peng_sebelum
Sangat setuju mengenai 73,33 82,22 Z -2,864b
pentingnya Asymp.
penggolongan obat dan 0,004
Sig. (2-tailed)
cara mendapatkan obat a. Wilcoxon Signed Ranks Test
yang benar b. Based on negative ranks.
Sangat setuju dengan 92,22 92,22
penggunaan antibiotik Sedangkan untuk variabel sikap responden
yang rasional
Sangat setuju dengan 75 81,66
sebelum dan sesudah edukasi juga dianalisis
penyimpanan obat yang secara statistik dengan menggunakan SPSS 22
sesuai untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
Sangat setuju untuk 83,88 90 yang signifikan antara sikap responden sebelum
memperhatikan efek pemberian edukasi dengan sikap responden
samping obat yang sesudah pemberian edukasi terkait teknik
terjadi setelah penggunaan obat. Data diuji apakah terdistribusi
penggunaan obat normal atau tidak menggunakan uji Shapiro-
Sangat setuju untuk 82,22 85,55 Wilk dan hasil nilai sig. sebelum dan sesudah
menggunakan obat edukasi ≥ 0.05 sehingga data dikatakan
sesuai dengan aturan
pakainya
terdistribusi secara normal. Selanjutnya data
Sangat setuju untuk 75,55 66,66 dapat dianalisis menggunakan Uji T
memperhatikan berpasangan dan hasilnya nilai p sebesar 0,284
interaksi obat selama (p≥0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak
penggunaan obat terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap
Sangat setuju untuk selalu 91,11 91,11 responden sebelum pemberian edukasi dengan
memperhatikan tanggal sikap responden sesudah pemberian edukasi
kadaluarsa obat terkait teknik penggunaan obat.

Variabel pengetahuan responden dianalisis Kesimpulan


secara statistik menggunakan SPSS 22 untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang Dapat disimpulkan bahwa edukasi apoteker
signifikan antara pengetahuan sebelum edukasi mempengaruhi pengetahuan masyarakat terkait
dan pengetahuan sesudah edukasi terkait teknik teknik penggunaan obat (p=0,004), tetapi tidak
penggunaan obat. Data diuji apakah terdistribusi mempengaruhi sikap masayarakt terhadap teknik
normal atau tidak menggunakan uji Shapiro-Wilk penggunaan obat (p=0,284).
dan hasil nilai sig. sebelum dan sesudah edukasi
≤ 0.05 sehingga data dikatakan tidak terdistribusi Daftar pustaka
secara normal. Selanjutnya data dapat dianalisis Aurelia, 2013, Harapan dan Kepercayaan
menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test dan Konsumen Apotek Terhadap Peran Apoteker
hasilnya nilai p sebesar 0,004 (p≤0,05) sehingga Yang Berada di Wilayah Surabaya Barat,
dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang Jurnal Caliptra, Vol.2. No.1.
signifikan antara tingkat pengetahuan sebelum Anonim, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan
edukasi dan tingkat pengetahuan sesudah Republik Indonesia No. 73 Tahun 2016
pemberian edukasi terkait teknik penggunaan Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
obat. Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Effendy N., 2000, Dasar–Dasar Keperawatan
Kesehatan Masyarakat, Edisi 2, Jakarta:
EGC.
Harmanto, Ning & Subroto, M, 2007, Pilih Jamu
dan Herbal Tanpa Efek Samping, Cetakan
Pertama, Elekmedia

Pratiwi, dkk
49 KARTIKA: JURNAL ILMIAH FARMASI, Des 2017, 5(2), 44-49
DOI: 10.26874/kjif.v5i2.107

National Asthma Council Australia (NAC), Kotler, P., 2006, Manajemen Pemasaran, jilid I
2008, Inhaler Technique in Adults with dan II, Edisi Kesebelas, PT. Indeks Garmedia,
Asthma or COPD, NAC : Melbourne. Jakarta.
Nursalam, 2001, Pendekatan Praktis Metodologi Potter, P.A, Perry, A.G, 2005, Buku Ajar
Riset Keperawatan, Jakarta : Sagung Seto Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
Nuryanto, Adriyan P., Niken P., Siti F., 2014, dan Praktik, Edisi 4, Volume 2, Alih Bahasa :
Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap Renata Komalasari,dkk, EGC, Jakarta
Pengetahuan dan Sikap Tentang Gizi Anak Tjay, H. T. dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat
Sekolah Dasar, Jurnal Gizi Indonesia, Vol.3. Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
No.1. efek Sampingnya, Edisi Kelima, Cetakan
Notoatmodjo, S.,2007, Pendidikan dan Perilaku Kedua, 125-141, PT Elex Media Komputindo,
Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Jakarta.

Pratiwi, dkk

Anda mungkin juga menyukai