Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit degenerative adalah sebuah penyakit yang timbul seiring dengan
proses penuaan yang terjadi secara normal pada manusia. Penyakit degenerative
ini juga dapat dipicu oleh berbagai penyebab, diantaranya adalah penyakit
jantung, stroke, diabetes dan sebagainya. Berbagai penyebab penyakit
degenerative ini dapat bermula dari adanya radikal bebas yang masuk ke dalam
tubuh. Radikal bebas adalah suatu atom atau gugus atom yang memiliki satu atau
lebih electron tidak berpasangan. Radikal bebas juga dibutuhkan oleh tubuh dalam
jumlah tertentu untuk membantu sel darah putih menghancurkan zat asing yang
masuk ke dalam tubuh. Namun radikal bebas yang terlalu banyak di dalam tubuh
dapat memberikan efek negative, ini dikarenakan electron bebas bersifat reaktif
jika berada di dalam tubuh. Secara umum, radikal bebas dapat menyebabkan lebih
dari 50 macam penyakit (Percival, 1998).
Salah satunya penyakit diabetes mellitus World Health Organization
(WHO) memprediksikan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penyandang
diabetes yang cukup besar untuk tahun-tahun mendatang. Fakta yang dihimpun
oleh WHO, lebih dari 220 juta orang di dunia menderita diabetes (WHO, 2006).
Untuk Indonesia, WHO memprediksikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun
2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Diabetes melitus merupakan
penyakit menahun yang akan diderita pasien seumur hidup (Perkeni, 2006).
Diabetes secara luas akan menyebabkan morbiditas dan mortalitas sebagai akibat
dari komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler. Luasnya komplikasi pada
diabetes tampaknya berkorelasi dengan konsentrasi glukosa darah sehingga
glukosa berlebih diduga menjadi penyebab utama kerusakan jaringan (Rahbani et
al., 1999). Dari beberapa rekomendasi terapi menyatakan bahwa penurunan kadar
glukosa darah secara baik dan tepat yang mendekati nilai normal dapat
menurunkan komplikasi makrovaskuler maupun mikrovaskuler (Permana, 2010).
Masyarakat sekarang banyak memanfaatkan tanaman sebagai obat
tradisional untuk mengatasi berbagai penyakit. Obat tradisional memiliki beberapa
kelebihan, salah satunya adalah dapat meminimalisir reaksi maupun efek samping

1
tersebut (Winarti dan Nurdjanah, 2005). Manggis (Garcinia mangostana L.)
merupakan tanaman yang tumbuh di daerah tropis dan terutama berada di daerah
Asia Tenggara, diantaranya adalah Indonesia, Thailand, Malaysia dan Myanmar.
Secara umum masyarakat hanya mengkonsumsi buahnya dan cenderung tidak
menggunakan kulit buah manggis tersebut. Bagian kulit buah manggis hingga saat
ini banyak digunakan untuk pengobatan tradisional seperti diare, disentri, dan
penyakit kulit. Senyawa utama dalam kulit buah manggis yang telah banyak
diteliti adalah senyawa xanthone dengan aktivitas biologisya itu sebagai
antioksidan (Durgin et al, 2012; Moongkarndi et la, 2004; Pinto et al, 2005).
Kadar senyawa xanthone yaitu sekitar 107,76 mg per 100 g kulit buah manggis
dan 80% dari xanthone mengandung senyawa alfa-mangostin (Iswari et al, 2006).
Selain sebagai antioksidan senyawa xanthone dapat berfungsi sebagai penghambat
proses inflamasi dengan jalan menghambat produksi pro-inflamatory cytokines
(Droge, 2002; Dungir, et al, 2012; Nakatani et al, 2002).
Menurut Qosim (2007) dalam Mardawati (2008), kulit buah manggis
diketahui mengandung senyawa xanthone yang berfungsi sebagai antioksidan,
antiproliferatif dan antimicrobial yang tidak ditemui pada buah-buahan lainnya.
Hal ini juga didukung oleh Chaverri (2008) bahwa ekstrak kulit manggis
mengandung xanthone dan senyawa kimia aktif lainnya yang berfungsi sebagai
antioksidan, antitumor, antialergi, antiinflamasi, antibacterial dan antivirus.
Xanthone telah diisolasi dari kulit buah, daun dan kulit batang manggis. Namun
derivate xanthone paling banyak ditemukan pada kulit buah manggis.

1.2 Tujuan
1. Memberikan informasi tentang tumbuhan yang mengandung xanthone
serta bioaktivitas yang ada didalam senyawa tersebut.
2. Memenuhi tugas mata kuliah fitoterapi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Xanthone
Xanthone merupakan kelompok senyawa bioaktif yang mempunyai
struktur cincin 6 karbon dengan kerangka karbon lengkap. Senyawa ini terdiri dari
cincin aromatik trisiklik yang disubstitusi dengan bermacam-macam gugus
fenolik, metoksi, dan isoprene. Xanthon tergolong derivat dari difenil-gamma-
pyron yang memiliki nama IUPAC 9H-xantin-9-on. Titik didih dari xanton adalah
sebesar 350˚C. Xanthon hanya disintesis oleh sebagian kecil tumbuhan tinggi,
tumbuhan paku, jamur, dan tumbuhan lumut. Sebagian besar xanthon ditemukan
pada tumbuhan tinggi yang dapat diisolasi dari empat suku, yaitu Guttiferae
(manggis-manggisan), Moraceae, Polygalaceae, dan Gentianaceae yang
merupakan suku anggota tumbuhan berbunga (Sluis, 1985).

Gambar 1. Struktur xanthon (Magallanes et al. 2017)


Xanthon memiliki kandungan senyawa yang meliputi mangostin,
mangostenol, mangostinon A, mangostenon B, trapezifolixanthone, tovophyllin B,
alfa-mangostin, beta-mangostin, garcinon B, mangostanol, flavonoid epicatechin,
dan gartanin. Dari seluruh senyawa yang ada, turunan xanthon berupa alfa-
mangostin merupakan komponen yang paling banyak terdapat pada kulit manggis.
Selain itu, alfa-mangostin juga memiliki aktivitas biologi yang paling baik
(Magallanes et al. 2017)
Pada kulit manggis, xanthon merupakan senyawa antioksidan yang paling
banyak. Terdapat 123,97 mg xanthon yang terkandung dalam kulit manggis
(Iswari et al., 2007). Sifat xanthon sebagai antioksidan dapat menjadi acuan dari
khasiat komponen xanthon di dalam tubuh. Senyawa xanton secara alami sulit

3
diekstrak bila menggunakan pelarut air, walaupun xanthon tergolong senyawa
polar karena memiliki gugus OH, tetapi kepolaran senyawa xanthon lebih rendah
dari air. Namun demikian senyawa xanthon dapat larut di dalam pelarut organik
dengan tingkat kepolaran yang berbeda seperti pelarut metanol hingga hexan
(Walker, 2007).
Xanthon yang terkandung dalam buah manggis memiliki setidaknya 68
jenis xanthon yang telah dapat diisolasi α-Mangostin, β-Mangostin, γ-Mangostin,
gartanin, 8-Deoxygartanin (Gambar 2) merupakan komponen terbanyak yang
terdapat pada kulit manggis. Selain itu, komponen ini juga yang paling banyak
diteliti baik kandungan maupun manfaatnya bagi kesehatan (Magallanes et al.
2017). Dua komponen xanthon pada ekstrak kulit manggis yang memiliki
aktivitas antioksidan yang tinggi ialah α-Mangostin dan 8-Deoxygartanin.
Berdasarkan pengujian aktivitas antioksidan IC50 dengan metode DPPH,8-
Deoxygartanin memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan α-Mangostin. 8-Deoxygartanin memiliki gugus hidroksil pada C-5 yang
mana berperan dalam tingginya aktivitas dalam mengikat radikal dibandingkan
posisi grup C-6 yang dimiliki oleh α-Mangostin (Chaverri et al. 2008).

Gambar 2. Struktur α-mangostin, β-mangostin, γ-mangostin, gartanin, dan 8


deoxygartanin (Chaverri, et al. 2008)

4
2.2 Sifat Fisika dan Kimia Xanthone
Menurut Sluis (1985), Xanthone memiliki beberapa sifat fisika dan kimia
sebagai berikut :
Tabel 1. Kriteria Xanthone
No Kriteria Data
1. Rumus Kimia C13H8O2
2. Sinonim 9-Xantenon
3. Massa Molar 196,21 g/mol
4. Kelarutan di dalam air 20℃
5. Titik Leleh 173 – 176℃
6. Titik didih 349 – 350 ℃
7. Assay (HPLC, area%) ≥ 98%
8. Kisaran leleh
- Nilai terendah ≥ 173℃
- Nilai tertinggi ≥ 176℃

2.3 Deskripsi Buah Manggis


Manggis dengan nama latin (Garcinia mangostana L.) merupakan
tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis
di kawasan Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Tanaman
manggis mudah dijumpai di Indonesia dari sabang sampai marauke.Tanaman
yang sekerabat dengan kondis ini dapat mencapai tinggi 25 m dengan diameter
batang mencapai 45 cm. Pohon manggis mampu tumbuh dengan baik pada
ketinggian 0 – 600 mdpl, suhu udara rata-rata 20-30℃, pH tanah berkisar 5-7.
Lahan dengan pH asam seperti di hutan gambut, manggis tetap mampu tumbuh
dengan baik. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan manggis berkisar 1500-
3000 mm/tahun yang merata sepanjang tahun (Mardiana, 2012).
Pohon manggis memiliki cabang yang teratur, berkulit cokelat, dan
bergetah. Bentuk buahnya khas, kulitnya bewarna merah keunguan (Gambar 3)
ketika matang terdapatva varian warna lain di kulit, yakni merah cerah. Buah
manggis memiliki beberapa ruang atau segmen dengan satu biji pada tiap
segmenya, namun yang dapat menjadi biji sempurna hanya 1-3 biji. Setiap biji
diselubungi oleh selaput bewarna putih bersih, halus, disertai rasa segar. Secara
organoleptik rasa manggis cenderung seragam, yaitu manis, asam dan sedikit
sepat (Mardiana, 2012).

5
Gambar 3. Buah Manggis

2.4 Taksonomi Buah Manggis


Menurut Tjitrosoepomo (1994), kedudukan taksonomi dari Garcinia
mangostana Linn, yaitu :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Guttiferanales
Famili : Guttiferae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana Linn.

2.5 Nama Umum dan Daerah


Nama umum Garcinia mangostana L. di Indonesia adalah manggis.
Namun, manggis juga memiliki beragam nama daerah di Indonesia, yaitu :
Manggoita (Aceh), Gusteu (Gayo), Manggisto, Manggus atau Manggusta
(Sumatera Utara), Magi (Nias), Lakopa, Malakopa (Mentawai), Manggista
(Sumatera Barat), Manggusta, Manggustan (Manado, Maluku, Makassar),
Manggos (Minangkabau), Manggih (Lampung), Manggus, Manggos (Madura),
Mangghis (Bali), Manggis, Manggista, Manggusta (Bima), Manggustang
(Sulawesi Utara), Manggastan (Gorontalo), Kirasa, Manggisi, Mangkosota
(Bugis), Manggisi (Roti), Mangustang (Halmahera, Ternate dan Tidore). Di

6
Negara lain buah manggis dikenal dengan Mangistan (Belanda), Mangoustan
(Perancis) dan Mangosteen (Inggris) (Heyne, 1987).

2.6 Kandungan Kimia Buah Manggis


Menurut Yatman (2012), buah manggis juga mengandung katekin,
potassium, kalsium, fosfor, besi, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, dan vitamin
C. Komposisi nilai gizi buah manggis dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2. Komposisi nilai gizi buah manggis per 100 gram
No Komposisi Nilai
1. Air 70 – 80 (g)
2. Protein 0,5 (g)
3. Lemak 0,6 (g)
4. Karbohidrat 5,6 (g)
5. Kalsium 5,7 (mg)
6. Fosfor 9,4 (mg)
7. Besi 0,3 (mg)
8. Vitamin B1 0,06 (mg)
9. Vitamin B2 0,04 (mg)
10. Vitamin C 35 (mg)
11. Xanthone kulit buah 107,76 (mg)
12. Xanthone daging buah 29,00 (mg)
13. Energi 63 (K/kal)
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (1990) dan Iswari et al, (2005)
Kulit buah manggis merupakan bagian buah manggis yang membungkus
daging buah. Rasio bagian buah yang dikonsumsi dengan bagian buah yang
dibuang, dalam hal ini kulit buahnya mencapai 2/3 bagian buah atau 66,6%. Kulit
buah manggis mengandung dua senyawa alkaloid serta lateks kering manggis
mengandung sejumlah pigmen yang berasal dari dua metabolit sekunder yaitu
mangostin dan α- mangostik yang jika diekstraksi dapat menghasilkan bahan
pewarna alami berupa antosianin yang menghasilkan warna merah, ungu dan biru.
Kulit buah mengandung antosianin seperti cyaniding 3-sophoroside dan
cyaniding-3-glucoside, senyawa tersebut berperan penting pada pewarnaan kulit
manggis (Setyaningrum dan Nugraheni, 2012).
Di dalam kulit buah manggis terkandung nutrisi seperti karbohidrat
82,50%, protein 3,02% dan lemak 6,45%. Selain itu, kulit buah manggis juga
mengandung senyawa yang berperan sebagai zat antioksidan seperti antosianin
(5,7 – 6,2 mg/g), xanthone dan turunanya (0,7 – 34,9 mg/g) (Gupita et al, 2012).

7
2.7 Khasiat dan Kegunaan
Dalam tubuh manusia xanton berfungsi sebagai antioksidan,
antiproliferasi, anti-inflamasi, dan antimikrobial. Xanton adalah antioksidan kuat,
yang sangat dibutuhkan untuk penyeimbang pro-oxidant di dalam tubuh dan
lingkungan, yang dikenal sebagai radikal bebas. Sejumlah peneliti menjelaskan,
kulit manggis matang mengandung polyhydroxyxanton, yang merupakan derivat
mangostin dan ß-mangostin, yang berfungsi sebagai antioksoidan, antibakteri,
antitumor, dan antikanker. Sifat antioksidan xanton melebihi vitamin E dan
vitamin C, yang selama ini terkenal sebagai antioksidan tingkat tinggi (Chaverri et
al, 2008)
Hasil penelitian Martin (1980) menyatakan sifat antioksidan zat yang
terdapat pada kulit manggis itu jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan
antioksidan pada buah rambutan dan durian. Sementara Nakasone (1998)
menyatakan bahwa kulit buah manggis juga dapat digunakan sebagai obat.
Nakatani et al. (2002) menyatakan bahwa dari hasil penelitiannya dengan sel tikus
bahwa 5 mikrogram gamma-mangostin mampu menghentikan inflamasi dengan
cara menghambat produksi enzim cyclooxygenase-2 yang menyebabkan
inflamasi. Bahkan, gamma-mangostin mempunyai efek anti-inflamasi yang lebih
baik dari obat anti-inflamasi dipasaran. Matsumo et al. (2003) dari Institut
Internasional Bioteknologi Gifu menyatakan bahwa 10 mikron/ml alfamangostin
yang diisolasi dari kulit buah manggis mampu menghambat sel leukimia HL-60
pada manusia.

2.8 Deskripsi Diabetes Melitus


Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia). Hal ini dihubungkan
dengan keadaan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya, dari faktor genetik
serta faktor lingkungan dan mengakibatkan komplikasi kronis termasuk

8
mikrovaskuler, makrovaskuler dan neuropati kronis (Hasan et al., 2013; Dipiro et
al., 2015).
Menurut kriteria diagnostik Perkeni (2011), seseorang dikatakan menderita
diabetes melitus jika memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan pada tes
gula darah sewaktu >200 mg/dL. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi
dimana akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam.
Menurut Perkeni (2011), ada beberapa gejala umum yang dapat
ditimbulkan oleh penyakit diabetes melitus diantaranya:
1. Pengeluaran urin (poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gelaja diabetes melitus
dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup
untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin. Gejala
pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang
dikeluarkan mengandung glukosa.
2. Timbul rasa haus (polidipsia)
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa
terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan.
3. Timbul rasa lapar (polifagia)
Pasien diabetes melitus akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut
disebabkan kadar glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa
dalam darah cukup tinggi.
4. Penyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada pasien diabetes melitus disebabkan karena
tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi.

Klasifikasi Diabetes Melitus


1. Diabetes Melitus Tipe I
Diabetes melitus tipe I biasa disebut Insulin Dependent Diabetes Melitus
(IDDM) adalah penyakit kelainan autoimun yang menyebabkan kerusakan pada
sel β pankreas, selain itu kerusakan sel β pankreas disebabkan karena proses
idiopatik, namun hal ini jarang terjadi. Proses autoimun diperantarai oleh

9
makrofag dan sel limfosit T dengan autoantibodi yang bersirkulasi terhadap
antigen sel β. Pengukuran autoantibodi yang lain adalah insulin autoantibodi,
autoantibodi terhadap glutamic acid decarboxylase, insulin antibodi terhadap islet
tyrosin phosphate dan lain sebagainya. Lebih dari 90% pasien yang terdiagnosis,
mempunyai satu dari beberapa antibodi tersebut (Triplitt et al., 2008).
2. Diabetes Melitus Tipe II
Diabetes mellitus tipe II yaitu Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) ditandai oleh resistensi insulin dan berkurangnya sekresi insulin, yang
akan semakin berkurang sekresinya dari waktu ke waktu. Sebagian besar pasien
diabetes melitus tipe II memperlihatkan obesitas abdomen, yang mana obesitas
abdomen itu sendiri mengakibatkan resistensi insulin. Sebagai tambahan,
hipertensi, dislipemia (high triglyceride levels and low HDL cholesterol levels)
dan peningkatan plasminogen activator inhibitor type I (PAI-I). sekumpulan
abnormalitas ini menunjukkan sindrom resistensi insulin atau sindrom
metabolisme. Dikarenakan abnormalitas ini, pasien dengan diabetes melitus tipe II
berada dalam resiko tinggi terkena komplikasi makrovaskular (Triplittet al.,
2008).
3. Diabetes Melitus Gestasional (GDM)
GDM digambarkan sebagai intoleransi glukosa yang dikenali selama masa
kehamilan. Diabetes gestasional berada pada ± 7% dari keseluruhan kehamilan.
Deteksi klinik secara dini sangat penting, sebagai terapi akan mengurangi tingak
morbiditas dan mortalitas perinatal (Triplitt et al., 2008).
4. Diabetes Tipe Spesifik Lain
Diabetes melitus tipe lain yang terjadi yaitu diabetes melitus yang
disebabkan penyakit lain, seperti kelainan endokrin atau pankreas akibat
penggunaan obat lain (Suherman dan Nafrialdi, 2011).
2.9 Pengaruh Pemberian Kulit Buah Manggis Terhadap Penurunan Gula
Darah
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang salah satu
penyebabnya adalah sering terpapar radikal bebas (Smeltzer dan Bare, 2008).
Paparan radikal bebas pada pankreas dapat menurunkan bahkan merusak fungsi

10
pankreas dalam menghasilkan insulin, sehingga menyebabkan terkena DM.
Paparan radikal bebas tersebut dapat diatasi oleh antioksidan baik antioksidan
enzimatik maupun antioksidan dalam bahan pangan (Battacharya et al., 2013).
Xanthon merupakan substansi kimia alami yang tergolong senyawa
polifenol (Wirakusumah, 2009). Fenol adalah komponen bioaktif alami yang
mempunyai aktivitas antioksidan. Senyawa fenol adalah senyawa yang sangat
baik sebagai oxygen radical scavenger karena radikal fenolik memiliki electron
reduction potential yang lebih rendah dibandingkan electron reduction potential
dari radikal oksigen. Senyawa fenolik dapat sebagai senyawa antara oxygen
scavenger yang reaktif tanpa memicu reaksi oksidasi lebih lanjut. Oleh sebab itu,
senyawa fenolik diketahui mempunyai aktivitas sebagai antioksidan dan
antiradikal (Hung et al., 2002).
Xanthon yang terkandung dalam kulit manggis memiliki aktivitas
antioksidan, sehingga mampu memberikan efek perlindungan dan perbaikan pada
sel beta pankreas yang rusak akibat radikal bebas. Perbaikan kondisi sel beta
pankreas dapat meningkatkan sekresi insulin (Babu et al., 2013). Insulin berkaitan
dengan reseptor insulin pada membran sel dan mengaktifkan sinyal metabolisme.
Sinyal tersebut mendorong terjadinya translokasi GLUT-4 (glucose transporter-4)
menuju membran sel dan memasukkan glukosa ke dalam sel untuk metabolisme.
GLUT adalah protein yang berhubungan dengan transportasi glukosa.
Ketidakhadiran insulin menyebabkan GLUT-4 tidak aktif, sehingga menyebabkan
gagalnya glukosa masuk ke dalam sel lalu menumpuk di dalam darah sehingga
kadar glukosa darah meningkat. Kekurangan hormon insulin dapat menurunkan
kinerja enzim heksokinase sehingga pemanfaatan glukosa darah sebagai sumber
energi menjadi berkurang dan tubuh cenderung memperoleh energi dari jalur lain
berupa pemecahan lemak (Wilcox, 2005).
Xanthon dipercaya mampu menurunkan kadar glukosa darah atau sebagai
antihiperglikemik. Mekanisme kerja yang dilakukan yaitu pencegahan reaksi
pengubahan superoksida menjadi hidrogen superoksida. Adanya gugus hidroksil
(-OH) pada xanthon memungkinkan senyawa xanthon bekerja sebagai
antioksidan. Senyawa fenol/polifenol diketahui mampu mengurangi stres oksidatif
dengan cara mencegah terjadinya reaksi berantai pengubahan superoksida menjadi

11
hidrogen superoksida dengan mendonorkan atom hidrogen dari kelompok
aromatik hidroksil (-OH) polifenol untuk mengikat radikal bebas dan
membuangnya dari dalam tubuh melalui sistem ekskresi (Barbosa, 2007). Pada
sel-sel yang memiliki reseptor insulin (sel otot, sel adiposa, dan sel hati),
pengikatan radikal bebas akan meningkatkan insulin signaling pada translokasi
GLUT-4 intraseluler ke membran sel sehingga mampu mengambil glukosa dari
darah (Cartailler, 2004).
Xanthone didalam kulit buah manggis yang bersifat sebagai antidiabetes
telah dibuktikan oleh seorang peneliti di Jepang, yang dapat menurunkan kadar
glukosa darah pada tikus percobaan dengan kasus diabetes mellitus tipe II.
Xanthone dapat menetralkan radikal bebas dan mencegah kerusakan sel β
pankreas akibat radikal bebas. Xanthone kulit manggis juga telah dibuktikan
dengan menggunakan fraksi air kulit manggis dan menunjukkan aktivitas
antidiabetes (Mardiana, 2011; Anonim, 2012).
Menurut Madhujith dan Shahidi (2005), xanthone mampu menurunkan
glukosa darah pada mencit dimana xanthone merupakan senyawa flavonoida yang
kaya akan senyawa antioksidan yang dimiliki oleh ekstrak etanol kulit buah
manggis yang dapat menetralkan radikal bebas dan mampu membantu
menurunkan kadar gula darah dan mengatasi kelelahan yang diakibatkan oleh
kadar gula darah yang tak seimbang (Holistic Health Solution, 2011; Chaverri, et
al., 2008; Kristenses, 2005; Jung, et al., 2004; Manaharan, 2012; Permana 2009;
Miura, 2001; Nugroho, 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maliangkay et al (2018)
menyatakan bahwa Penurunan kadar glukosa pada perlakuan dengan ekstrak dosis
150 mg/kgBB yang lebih signifikan dibandingkan dengan dosis 300 mg/kgBB
kemungkinan dikarenakan adanya senyawa antagonis yang terkandung dalam
ekstrak kulit manggis. Pada dosis 150 mg/kgBB penurunan kadar gula darah
sebesar 81,46% sedangkan pada dosisi 300 mg/kgBB penurunannya sebesar
76,75%. Adanya kemampuan menurunkan kadar glukosa darah terdapat dalam
kulit manggis disebabkan adanya antioksidan yang terkandung pada kulit buah
manggis. Terjadinya penurunan kadar glukosa darah selama perlakuan pemberian
esktrak kulit buah manggis kemungkinan disebabkan oleh kandungan antioksidan

12
dimana ekstrak kulit buah manggis mempunyai daya peredaman sebesar 72,93
persen. Kulit buah manggis ternyata mengandung senyawa xanthone yang
merupakan antioksidan tingkat tinggi karena kandungan antioksidannya 66,7 %,
(Qosim, 2007). Xanthone suatu bahan kimia aktif yang memiliki struktur 3 cincin
sehingga menjadikannya sangat stabil ketika berada dalam tubuh manusia
(Anonim, 2009).
Pada penelitian Sitorus et al (2012) Pada pemberian ekstrak etanol kulit
buah manggis dengan dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB
terjadi penurunan KGD pada menit ke 60 sampai menit ke 120 dan memberikan
perbedaan yang nyata. Hasil analisa penurunan kadar glukosa darah menunjukkan
bahwa pemberian dosis 100 mg/kg BB memberikan penurunan kadar glukosa
darah yang paling baik dibandingkan dosis 50 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB.
Peningkatan dosis obat seharusnya akan meningkatkan respon yang sebanding
dengan dosis yang ditingkatkan, namun dengan meningkatnya dosis peningkatan
respon pada akhirnya akan menurun, karena sudah tercapai dosis yang sudah tidak
dapat meningkatkan respon lagi (Bourne dan Zastrow, 2001). Hal ini sering
terjadi pada obat bahan alam, karena komponen senyawa yang dikandungnya
tidak tunggal melainkan terdiri dari berbagai macam senyawa kimia, dimana
komponen-komponen tersebut saling bekerjasama untuk menimbulkan efek.
Namun dengan peningkatan dosis, jumlah senyawa kimia yang dikandung
semakin banyak, sehingga terjadi interaksi merugikan yang menyebabkan
penurunan efek. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan dosis pada dosis
200 mg/kg BB tidak diikuti dengan peningkatan aktivitas antidiabetes. Hal ini
karena telah jenuhnya reseptor yang berikatan dan terjadinya interaksi dengan
senyawa kimia yang terkandung di dalam kulit buah manggis. Jika reseptor telah
jenuh, maka peningkatan dosis tidak bisa mencapai efek maksimumnya.
Sedangkan menurut Iswari (2011), xanthone mampu menurunkan gula
darah penderita diabetes melitus. Meskipun belum dilakukan sesuai dengan
prosedur operasi standar penelitian, berdasarkan pengujian yang dilakukan di
lapangan oleh seorang dokter di Jakarta terhadap tujuh pasien diabetes selama 10
hari mengonsumsi ekstrak kulit buah manggis, terbukti ekstrak itu mampu
menurunkan gula darah. Setelah mengonsumsi ekstrak, kadar gula rata-rata 7

13
pasien itu turun dari 205,0 ke 119,86 mg/dl. Bervariasinya penurunan itu
disebabkan berbedanya kadar gula awal dan respons sistem metabolisme tubuh
pasien terhadap ekstrak yang diberikan.
Tabel 3. Hasil Uji Gula Darah Puasa dan Dua Jam Postprandial terhadap Pasien
yang Mengonsumsi Produk Ekstrak Kulit Buah Manggis
Gula Darah Puasa Gula Darah 2 jam PP
No Nama
(mg/dl) (mg/dl)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. Tn. A 178 126 413 261
2. Tn. E 184 127 253 215
3. Ny. E 681 187 786 509
4. Ny. R 86 94 218 302
5. Ny. R 137 137 165 165
6. Ny. T 88 86 99 98
7. Ny. Y 81 80 77 79
Rata-Rata 205 119,86 287,29 232,71
Keterangan : PP = Postprandial (Setelah Makan)
Hasil penelitian Iswari et al (2006) dan sejumlah penelitian lainnya
menunjukkan bahwa komponen seluruh buah manggis yang paling besar adalah
kulitnya, yakni 70-75%, sedangkan daging buahnya hanya 10- 15% dan bijinya
15-20 %. Kandungan xanton tertinggi terdapat dalam kulit buah manggis, yakni
107,76 mg per 100 g kulit buah. Pada penelitian Dyahnugra dan Widjanarko
(2015), ekstrak kulit buah manggis mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus
hiperglikemik sebesar 134.25 mg/dl atau sebesar 59.89% pada pemberian dosis
500 mg/kg BB hingga pada minggu ke-4.

2.10 Tanaman Penghasil Xanthone


Beberapa contoh tanaman penghasil xanthone yaitu:
1. Asam Gelugur (Garcinia atroviridis) mengandung xanthone, isoflavon,
tannin, flavon, mangostin. Garcinia atroviridis berfungsi sebagai
antioksidan alami pada malondialdehyde pada orang dewasa dengan
riwayat obesitas (Lumbantobing et al., 2017).

14
2. Spesies Gentiana dinarica beck mengandung flavonoid, sekoiridoid dan
xanthone. Dalam jurnal penelitian Spesies Gentiana dinarica beck di
gunakan sebagai penentuan kuantitatif sumber jaringan alternatif studi
produksi dan akumulasi metabolisme sekunder yang dikultur secara in
vitro (Branka et al, 2012).

3. Asam Kandis (Garcinia parvifolia (Miq.) Tanaman yang termasuk ke


dalam genus Garcinia ini diketahui banyak mengandung senyawa
xanthone (Lim, 2012)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa turunan xanthone mampu


menghambat α-glukosidase secara in Vitro dengan aktivitas sedang hingga baik
(Liu et al.,. 2006)
Tumbuhan ini memiliki kandungan senyawa aktif antioksidan yaitu
xanthone dan flavonoid. Tumbuhan Garcinia parvifolia (Miq.) telah diuji
memiliki aktivitas sebagai antioksidan, antimikroba, antiplasmodium dan
antiplatelet ((Lim, 2012).

15
BAB III
KESIMPULAN

Xanthone merupakan senyawa yang banyak terdapat pada kulit buah


manggis sebesar 107,76 mg/100 g kulit buah manggis. Sedangkan kandungan

16
xanthone pada daging buah manggis sebesar 29,00 mg/100 g kulit buah manggis.
Di dalam tubuh manusia xanthone memiliki berbagai fungsi salah satunya sebagai
antioksidan, dimana kulit manggis ternyata mengandung antioksidan tingkat
tinggi sebesar 66,7%. Xanthone di dalam kulit manggis bersifat sebagai
antidiabetes dimana pada penelitian yang telah dilakukan penurunan kadar gula
darah sebesar 81,46% untuk dosis 150 mg/kgBB. Namun untuk dosis 300
mg/kgBB penurunannya sebesar 76,75%. Pada penelitian lainnya ekstrak kulit
buah manggis mampu menurunkan kadar glukosa sebesar 59,89%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap kulit
buah manggis sebagai antidiabetes menunjukkan terdapat efek penurunan gula
darah yang berbeda-beda disetiap penelitian yang dilakukan. Hal ini, dikarenakan
sifat fisiologis hewan, lingkungan, kriteria buah yang digunakan, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Glukosa darah Normal Kembali. http://obatherbaldiabetes.info/78-


pengobatan-xamthone-plus.
Anonim. 2012. Gula Darah Normal Kembali.. http://obatherbaldiabetes.info/78-
pengobatan-xamthone-plus.

17
Babu, P.V.A., Liu, dan Gilbertc. 2013. Recent Avances in Understanding The
Anti-Diabetic Actions of Dietary Flavonoids. Journal of Nutritional
Biochemistry . 24 (11) : 1777-1789.
Barbosa, D.S. 2007. Green tea Polyphenolic Compounds and Human Health.
Journal fur Verbraucherschutz und Lebensmittelsicherheit. 2. 407-413
Battacharya, S., Gachhui R., dan Sil P.C. 2013. Effect of Kombucha, a Fermented
Black Tea in Attenuating Oxidative Stress Mediated Tissue Damage in
Alloxan Induced Diabetic Rats. Food and Chemical Toxicology. 60. 328-
340.
Branka, V. D.J. Milosevic. T. Jankovic. J. Milojevic and D. Vinterhalter. 2012. In
vitro propagation of Gentiana dinarica Beck. Journal Of Biology. 7 (4) :
690-697.
Bourne dan Zastrow. 2011. Reseptor dan Farmakodinamika Obat Dalam :
Farmakologi Dasar dan Klinik. Editor : Katzung, B.G. Penerjemah : Dripa
Sjabana Buku 1 Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika.
Cartailler, J.P. 2004. Insulin-from Secretion to Action. Beta Cell Biology
Consortium. http ://www.betacell.org/content/articles/print.php?aid=1.
Chaverri, J.P. N.C. Rodriguez., M.O. Ibarra. And J.M.P. Rojas 2008. Medicinal
Properties of Mangosteen. Food and Chemical Toxicology. 46. 3227-3239.
Dipiro J.T. Talbert R.L. Yee G.C. Matzke G.R. Wells B.G., and Posey L.M. 2015.
Pharmacotherapy : A Patophusiologic Approach, 9th Edition. New York :
Mc Graw Hill.
Durgin, G. Stevi., G. Dewa., Katja., S. Vanda., dan Kamu. 2012. Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Fenolik dari Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L). Jurnal MIPA UNSRAT. (1) : 1-11.
Depkes RI. 1990. Buku Pedoman Patugas Gizi Puskesmas. Jakarta : Direktorat
Bina Gizi Depkes RI.
Droge, W. 2002. Free Radicals In The Physiological Control Of Cell Function.
NCBI. 82 (1) : 47 – 95.
Dyahnugra, A.A dan S.B. Widjanarko. 2015. Pemberian Ekstrak Bubuk Simplisia
Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Menurunkan Kadar Glukosa
Darah Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar Jantan Kondisi
Hiperglikemik. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3 (1) : 113-123.
Gupita, C. Norma dan R. Arintina. 2012. Pengaruh Berbagai pH Sari Buah dan
Suhu Pasteurisasi Terhadap Aktivitas Antioksidan dan Tingkat penerimaan
Sari Kulit Buah Manggis. Journal of Nutrition College. 1 (1) : 209 – 215.
Hasan, M., M. I. Khan, B. U. Umar, And M. Sadeque. 2013. Comparative Study
of the Effect of Ethanolic Extract of Swietenia mahagoni Seeds with
rosiglitazone on Experimentally Induced Diabetes Mellitus in Rats.
Faridpur Med. Coll. J. No 39. P. 6-10.
Hung, C.Y dan G.C Yen. 2002. Antioxidant Activity of Phenolic Compounds
Isolated from Mesona Procumbens Hemsl. Journal of Agriculture Food
Chemistry. 50, 2993-2997.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Jakarta : Badan Litbang
Kehutanan dan Yayasan Sarana Wanajaya.
Holistic Health Solution. 2011. Khasiat Fantastis Kulit Manggis. Jakarta:
Widiasarana Indonesia. Hal. 19, 23-28, 51-53.

18
Iswari, K., E. Afdi., dan Harnel. 2005. Pengkajian Profil Usaha Tani dan
Pemasaran Buah Manggis di Sumbar. Laporan Hasil Penelitian BPTP
Sumatera Barat.
Iswari, K., Harnel, E.Afdi, Azman, F. Artati, dan Aswardi. 2006. Kajian
Teknologi Pengolahan Manggis Mendukung Agribisnis Manggis di Sumbar.
Laporan Hasil Penelitian BPTP Sumbar.
Iswari, K dan Sudaryono. 2007. Empat Jenis Olagan Manggis, Si Ratu Buah
Dunia dari Sumbar. Sumatera Barat : Tabloid Sinar Tani.
Iswari, K. 2011. Kulit Manggis Berkhasiat Tinggi. Jakarta : Madya Centradifa.
Jung, A.H., Su, B.N., Keller, W.J., Mehta, R.G., dan Kinghorn, A.D. 2004.
Clinical Validation of Mangosteen. Includes Scientific Papers, Research
Papers, University Studies & Articles.
Kristenses, L. 2005. Mangosteen Ebook. Secrets of the Natural Health Benefits of
Xanthones from Mangosteen Fruit. http://www.Laurie-Info.here.
Lim, T.K. 2012. Edible Medicinal And Non-medicinal Plants Vol 2th. New York :
Springer.
Liu, Y., L. Zou, L. Ma, W.H. Chen, B. Wang dan Z.L. Xu. 2006. Synthesis and
pharmacological activities of xanthone derivatives as α-glucosidase
inhibitors. Bioorganic & Medicinal Chemistry. 14(16): 5683-5690.
Lumbantobing, C.J.R.E., S. Syukur., E. Yerizel., and E. Purwati. 2017. Benefit of
Asam Gelugur (Garcinia atroviridis) Tea as a Source of Antioxidant
Compounds on Malondialdehyde Levels in Adults With Obesity. Journal of
Engineering, Technology, an Science. 34 (1) : 198 – 204.
Magallanes. B. O. Perez, D. E. and Chaverri, J. P. 2017. Medicinal Properties of
Mangosteen (Garcinia mangostana L.): A Comprehensive Update. Food
and Chemical Toxicology. 109, 102-122.
Manaharan, T., Palanisamy, U.D., dan Ming, C.H. 2012. Tropical Plants Extracts
as Potential Antihyperglycemic Agents. J. Med. Food. 17: 5915-5923.
Maliangkay, H.P., R. Rumondor., dan M. Walean. 2018. Uji Efektifitas
Antidiabetes Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L)
Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Yang Diinduksi Aloksan. Jurnal
Chem Prog. 11 (1) : 15-20.
Mardiana, L. 2012. Ramuan dan Khasiat Kulit Manggis. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Martin, F.W. 1980. Durian and Mangosteen. In Nagy, S. and Shaw, P. E., Eds.
Tropical and Subtropical Fruits, California : AVI Publishing, Inc.
Mardawati, E. 2008. Kajian Aktivitas Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia
Mangostana L) Dalam Rangka Pemanfaatam Limbah Kulit Manggis di
Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya Bandung. Jurusan
Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas
Padjajaran.
Mardiana, L. 2011. Ramuan dan Khasiat Kulit Manggis. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Matsumo, K., Y. Akao., E. Kobayashi., K. Ohguchi., T. Ito., T. Tanaka., M.
Linuma. And Y. Nozawa. 2003. Induction of Apoptosis by Xanthones from
Mangosteen in Human Leukemia Cell Lines. Journal Natural Product. 66 :
1124-1127.

19
Miura, T., Ichiki, H., Hashimoto, I., Iwamoto, N., Kato, M., Kubo, M., Ishihara,
E., Komatsu, Y., Okada., Ishida, M., dan Tanigawa. (001. 31 Mangosteen
Research Studies. Antidiabetic activity of a xanthone compound, mangiferin.
http://www. Research Mangosteen. Com.
Moongkarndi, et al. 2004. Xanthones- Powerful Health Agents for Improved
Health and Xanthone Research Findings. http://wwwXanthone.com.
Nakasone, H.Y. dan R.E. Paull. 1998. Tropical Fruits. London : Centre For
Angriculture and Bioscience (CAB).
Nakatani, K., Nakahata N., Arawaka T., Yasuda H., and Ohizumi Y. 2002.
inhibition of Cyclooxygenesa and Prostaglandin E2 Syinthesis by Gamma-
Mangostin, a Xanthone Derivative in Mangosteen, in C6 Rat Glioma Cell.
Department of Pharmaceutical Moleculer Biology, Tohoku University.
Biochem. Pharmacol.
Nugroho, A.E. 2012. Manggis (Garcinia mangostana L.) Dari Kulit Buah
Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suatu Obat. Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi, bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik.
Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM.
Percival, M. 1998. Antioksidan. New York : Advanced Nutrition Publication.
Perkeni. 2006. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus di Indonesia. Jakarta :
PERKENI.
Perkeni. 2011. Konsesus Pengelolaam Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Semarang :
PB PERKENI.
Permana, A.W. 2009. Kulit Buah Manggis Dapat Menjadi Minuman Instan Kaya
Antioksidan. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian. 6 (2): 100-123.
Permana, H. 2010. Pengelolaan Hipertensi Pada Diabetes Mellitus tipe 2. Sub
Bagian Endokrinologi dan Metabolisme Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK
UNPAD/ RS Dr. Hasan Sadikin. Bandung.
Qosim, W.A. 2007. Kulit Buah Manggis Sebagai Antioksidan. Bandung :
Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Padjajaran.
Rahbani, N. M. E., A. R Pour., M. R. Nobar., F. A. Beig., and S. M. Mirhashemi.
1999. Total Antioxidant Capacity, Superoxide Dismutase and Glutathione
Peroxidase In Diabetic Patients. Medical Journal Of Islamic Academy Of
Sciences. Vol 12 (1) : 109-114.
Sitorus, P., F. Pasaribu., dan S. Bahri. 2012. Uji Ekstrak Etanol Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa
Darah. Journal Of Pharmaceutis and Pharmacology. 1 (1) : 1-8.
Suherman, K.H., dan Nafrialdi. 2011. Insulin dan Antidiabetik Oral :
Farmakologi dan Terapan Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Setyaningrum, dan E. Nugraheni. 2012. Efektivitas Penggunaan Jenis Asam
dalam Proses Ekstraksi Pigmen Antosianin Kulit Manggis (Garcinia
mangostana L) Dengan Penambahan Aseton 60%. Skripsi Sarjana Fakultas
Pertanian Universitas Sebelah Maret Surakarta.
Sluis, W.G. 1985. Secoiridoids and Xanthone in The Genus Centaurium Hill.
Drukkerij Elinkwijk. Utrecht
Smeltzer, S C dan Bare. 2008. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Tjitrosoepomo, G. 1994. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press.

20
Tripplit. C. L., C. A. Reasner and W. C. Isley. 2008. Pharmacotherapy a
Pathophysiologic Approach Ed 7 th. New York : Mc Graw-Hill Companies
Inc.
Walker, E.B. 2007. HPLC Analysis of Selected Xanthones in Mangosteen Fruit.
Journal Separation Science. 30 : 1229 – 1234.
Wilcox, G. 2005. Insulin and Insulin Resistance. Clin Biochem Rev 26, 9-39
Winarti, C., dan N. Nurdjanah. 2005. Peluang Tanaman Rempah dan Obat
Sebagai Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian. 24 (2) : 47
-55.
Wirakusumah, E.P. 2009. Buah dan Sayur Sumber Antioksidan Khususnya
Polifenol Seminar Food-Polyphenol. Bogor : Balai Kota Bogor.
WHO. 2006. Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate
Hyperglycemia: report of a World Health Organization/International Diabetes
Foundation Consultation. Geneva, Switzerland: WHO Document Production
Services. p: 1.
Yatman, E. 2012. Kulit Buah Manggis Mengandung Xanton Yang Berkhasiat
Tinggi. Wawasan, Universitas Borobudur. Tahun 29 No 324 : 2 – 9.

21

Anda mungkin juga menyukai