Anda di halaman 1dari 20

ALKALOID ISOKUINOLIN

Alkaloid turunan isokuinolin ini mencakup sejumlah besar alkaloid dan tersebar diberbagai
suku tumbuhan. Meskipun alkaloid opium (tebain, kodein, morfin) mempunyai inti fenantren,
tetapi sebagian besar alkaloid opium tersebut adalah turunan isokuinolin.

MORFIN
Merupakan turunan fenantren, mengandung gugus fenolik dan alkoholik, rasa pahit. Aktivitas
morfin dan garamnya adalah analgesik, hipnotik, dan narkotik kuat. Dapat menimbulkan
mual, muntah, konstipasi, dan ketagihan/ketergantungan (adiktif).
Morfin biasanya digunakan dalam pengobatan sebagai analgesik kuat jika obat-obat analgesik
lainnya sudah tidak mampu lagi meredakan rasa sakit pada pasien, contohnya penggunaan
morfin pada penderita kanker yang sudah sangat parah dan tidak bisa disembuhkan lagi, rasa
sakit yang luar biasa akibat sel kanker yang sudah bermetastase hanya dapat dihilangkan
dengan penggunaan morfin.

KODEIN
Opium yang paling banyak digunakan adalah 3-metilmorfina. Dapat diisolasi dari opium dan
dibuat dengan jalan metilasi morfin. Kodein dan garamnya mempunyai aktivitas analgetik,
narkotik, dan antitusif (batuk kering). Digunakan sebagai sedatif terutama pada batuk.
Meskipun aktivitasnya mirip morfin, tetapi kodein sangat kurang toksik dan kurang sekali
menyebabkan bahaya ketagihan.
HEROIN atau Diasetilmorfin
Diperoleh dar hasil asetilasi morfin pada kedua gugus hidroksil fenolik dan alkoholik (3,6-
diasetilmorfin). Keaktifannya sama dengan morfin tetapi lebih kuat, maka dari itu di Amerika
Serikat pembuatan heroin ini dilarang dan penggunaannya sebagai obat dihentikan karena
efek ketagihannya atau adiktifmya lebih kuat.

APOMORFIN
Dapat dibuat dari morfin, berkhasiat sebagai emetik (anti muntah)

PAPAVERIN
Dapat diperoleh dari opium atau disintesis. Merupakan relaksan otot polos. Biasanya
dicampur dengan obat batuk (kodein) atau obat sakit perut (sulfaguanidin)
HIDROMORFON HIDROKLORIDA atau Dihidromorfinon Hidroklorida
Alkohol diganti dengan keton dan ikatan rangkap hilang. Dibuat dari morfin dengan
mereduksi dengan larutan asam klorida dan hidrogen dengan adanya katalisator.
Merupakan analgetik narkoti sangat kuat dan menekan mekanisme pernapasan. Dosis lebih
kecil dari morfin. Efek mual dan konstipasi lebih kecil dari morfin.

HIDROKODON BITARTRAT atau DIHIDROKODEINON BITARTRAT


Seperti halnya hidromorfon dengn morfin, hidrokodon dengan kodein bedanya adalah bahwa
gugus alkoholnya diganti dengan gugus keton dan ikatan rangkap yang berdekatan menjadi
jenuh. Digunakan untuk mengobati batuk, terutama batuk parah. Sediannya antara lain
disebut DICODID.
NOSKAPIN (Biasanya disebut Narkotin)
Dalam opium biasanya dalam bentuk bebas (1,3% - 10%). Tidak mempunyai sifat narkotik,
maka kadang-kadang disebut narkotin. Nama Noskapin digunakan dalam pustaka farmasi
untuk menghilngkan kekeliruan. Noskapin digunakan untuk obat batuk.

OPIOID
Istilah opioid digunakan untuk senyawa semacam morfin yang disintetik. Banyak diantara
senyawa ini mempunyai aktivitas narkotik, analgetik seperti morfin, tetapi tidak
menyebabkan ketagihan. Senyawa lainnya mempunyai aktivitas seperti kodein, yaitu antitusif
tetapi tidak menyebabkan ketagihan, Ex : Sanguinaria atau Bloodroot, Hydrastis atau
Goldenseal, Curare atau South American Arrow Poison, Ipecac atau Ipecacuanha.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alkaloida merupakan suatu senyawa yang secara umum bekerja pada sistem saraf
pusat, mempunyai atom nitrogen yang biasanya pada cincin heterosiklis dan dibiosintesis
dalam tumbuhan dari asam amino atau turunannya (Waller and Nowacki, 1978). Sejarah
alkaloid hampir setua peradaban manusia. Manusia telah menggunakan alkaloid sebagai obat-
obatan, minuman, racun selama 4.000 tahun. Akan tetapi, belum ada usaha untuk mengisolasi
komponen aktif dari ramuan obat-obatan hingga permulaan abad kesembilan belas (Cordell,
1981).
Karena alkaloid sebagai suatu kelompok senyawa yang terdapat pada sebagian besar
tanaman berbunga, maka para ilmuwan sangat tertarik pada sistematika aturan tanaman
(Matsych, 1987). Berdasarkan sistem Engler dalam tanaman tinggi terdapat 60 order. Sekitar
34 daripadanya mengandung alkaloid.
Pada tanaman yang mengandung alkaloid, alkaloid mungkin terisolasi dalam jumlah
tinggi pada bagian tanaman tertentu. Untuk memperoleh alkaloid tersebut, dibutuhkan ilmu
,fitokimia, yang sangat berkaitan dengan proses-proses ekstraksi, isolasi, identifikasi, dan
penetapan kadar suatu senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan . Proses-proses tersebut
terlaksana dengan adanya metode dan peralatan penunjang yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Oleh karena itu, penulis akan membahas lebih dalam mengenai alkaloid,
khususnya alkaloid isokuinolin, dan hubungannya dengan bidang ilmu fitokimia.

B. Perumusan Masalah
Makalah ini membahas mengenai deskripsi, cara ekstraksi, isolasi, penetapan kadar senyawa
yang tergolong alkaloid isokuinolin.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
a. Untuk menyediakan informasi mengenai deskripsi, cara ekstraksi, cara isolasi, penetapan
kadar senyawa yang tergolong alkaloid isokuinolin.
b. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Fitokimia II

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan metode studi literature dengan mengambil
data dari berbagai sumber antara lain dari buku maupun dari internet.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II Pembahasan
A. Deskripsi Alkaloid Isokuinolin
B. Ekstraksi dan Isolasi Alkaloid Isokuinolin
C. Identifikasi Alkaloid Isokuinolin
D. Penetapan Kadar Alkaloid Isokuinolin
BAB III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran

BAB II
ISI

I. Deskripsi Alkaloid Isokuinolin


Kata alkaloid pertama kali diperkenalkan oleh W. Meisner pada awal abad 19 untuk
senyawa bahan alam yang bereaksi seperti basa. Alkaloid adalah senyawa nitrogen organik,
lazimnya bagian cincin heterosiklik, bersufat basa, sering bersifat optis aktif dan kebanyakan
berbentuk kristal.
Alkaloid dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Alkaloid sejati
Alkaloid sejati adalah senyawa yang mengandung nitrogen pada struktur heterosiklik,
struktur kompleks, distribusi terbatas yang menurut beberapa ahli hanya ada pada tumbuhan.
Alkaloid sejati ditemukan dalam bentuk garamnya dan dibentuk dari asam amino sebagai
bahan dasar biosintesis.
2. Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid memiliki sifat seperti alkaloid sejati tetapi tidak diturunkan dari asam amino.
Contoh : isoprenoid, terpenoid (coniin), dan alkaloid steroidal (paravallarine).
3. Protoalkaloid
Protoalkaloid adalah senyawa amin sederhana dengan nitrogen tidak berada pada cincin
heterosiklik. Contoh : mescaline, betanin, dan serotonin.
Penggolongan alkaloid berdasarkan struktur cincin atau inti yang dimiliki, yaitu :
1. Alkaloid Piridin-Piperidin
2. Alkaloid Tropan
3. Alkaloid Quinolin
4. Alkaloid Isoquinolin
5. Alkaloid Indol
6. Alkaloid Imidazol
7. Alkaloid steroid
8. Alkaloid Amin
9. Basa Purin

Alkaloid Isoquinolin
Isoquinoline alkaloid berhubungan dengan quinoline alkaloid dan merupakan suatu divisi penting dari keluarga alkaloid.
Isoquinoline alkaloid dapat dibagi menjadi beberapa sub-kelas, antara lain terdiri dari unsur-unsur seperti isoquinolines
sederhana, benzylisoquinolines, phthalideisoquinolines, protopines, alkaloid morfin, protoberberines serta alkaloid ipecac.
Misalnya isoquinolines sederhana adalah alkaloid dari mescaline atau kaktus Lopophora willamsii seperti mescaline,
sementara benzylisoquinolines adalah alkaloid yang terdiri dari opium poppy 's papaverine. di sisi lain, phthalideisoquinolines
mencangkup semua narcotine. Protopines dibatasi pada family poppy yang terdiri dari opium dan protoberberines termasuk
berberin, hydrastine, dan canadine diantaranya. Protoberberines berasal dari Berberis ssp . Morfin alkaloid termasuk morfin,
kodein dan thebaine semua dari keluarga opium poppy, sedangkan ipecac alkaloid terdiri emetine emetik alkaloid yang
diperoleh dari ipecacuanha.
Bentuk alkaloid Isoquinoline terdiri dari alkaloid narkotika yang umumnya ada
pada anggota keluarga opium atau Papaveraceae seperti opium poppy atau Papaver
somniferum. Bahkan, ketika kita menggunakan istilah narkotika, umumnya menunjuk
pada penghilang rasa sakit, alkaloid yang sangat adiktif yang mencakup zat-zat seperti
morfin dan kodein. Morfin berasal dari kata the Greek God of sleep Morpheus, sedangkan
khusus soubriquet dari opium poppy atau somniferum yang jikaditerjemahkan ke bahasa latin
berarti 'tidur'.
Obat-obat penting yang berasal dari alkaloid isoquinolin adalah ipekak, emetin,
hidrastin, sanguinaria, kurare, tubokurarin, berberin, dan opium. Meskipun alkaloid
isoquinolin memiliki struktur yang kompleks tetapi biosintetsisnya sangat sederhana.
Alkaloid isoquinolin merupakan hasil kondensasi derivat feniletilamin dengan derivat
fenilasetaldehid dimana kedua senyawa ini merupakan derivat dari fenilalanin dan tirosin.
Alkaloid Isoquinolin Mempunyai 2 cincin karbon
mengandung 1 atom nitrogen denganstruktur inti :

Gambar. Struktur Inti Alkaloid Isokuinolin


1. Morfin
Penggunaan morfin khusus pada nyeri hebat akut dan kronis , seperti pasca bedah dan
setelah infark jantung, juga pada fase terminal dari kanker.Morfin sering diperlukan untuk
nyeri yang menyertai :
1). Infark miokard;
2). Mioplasma;
3). Kolik renal atau kolik empedu ;
4). Oklusio akut pembuluh darah perifer , pulmonal atau koroner;
5). Perikarditis akut, pleuritis dan pneumotoraks spontan dan
6). Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar , fraktur dan nyeri pasca-bedah.
Morfin diperoleh dari biji dan buah tumbuhan Papaver somniferum dan P.
Bracheatum (fam : Papaveraceae) salah satu hasil tanaman ini berupa hasil sadapan dari
getah buah yang dikenal sebagai “opium” yang berarti candu, Candu merupakan “ibu” dari
morfin, mulanya dikembangkan sebagai obat penghilang rasa sakit sekitar tahun 1810.
Morfin dikategorikan sebagai obat yang ajaib karena mampu mengurangi rasa sakit akibat
operasi atau luka parah. Pada saat dikonsumsi, obat ini menyebabkan penggunanya berada
dalam kondisi mati rasa sekaligus diliputi perasaan senang/ euforia seperti sedang berada
dalam alam mimpi. Oleh karena efek sampingnya yang berupa euforia ini, pada tahun 1811
obat ini diberi nama Morpheus sama seperti nama dewa mimpi Yunani oleh Dr. F.W.A.
Serturner, seorang ahli obat dari Jerman. Pertengahan tahun 1850, morfin telah tersedia
di seluruh Amerika Serikat dan semakin populer dalam dunia kedokteran. Morfin
dimanfaatkan sebagai obat penghilang rasa sakit yang membuat takjub dokter-dokter pada
masa itu. Sayangnya, ketergantungan terhadap obat tersebut terlewatkan, tidak terdeteksi
sampai masa Perang Saudara berakhir. Dengan adanya penggunaan yang berlebihan yang
terus menerus ataupun kadang-kadang dari suatu obat yang secara tidak layak atau
menyimpang dari norma pengobatan yang lazim maka hal tersebut dikatakan drug abuse
terlebih lagi apabila pada pemakaian morfin sebagai obat keras.
Morfin tergolong kedalam hard drugs yakni zat-zat yang pada penggunaan kronis
menyebabkan perubahan – perubahan dalam tubuh si pemakai, sehingga penghentiannya
menyebabkan gangguan serius bagi fisiologi tubuh, yang disebut gejala penarikan atau gejala
abstimensi. Gejala ini mendorong bagi si pecandu untuk terus menerus menggunakan zat –
zat ini untuk menghindarkan timbulnya gejala abstimensi. Dilain pihak , dosis yang
digunakan lambat laun harus ditingkatkan untuk memperoleh efek sama yang dikehendaki
(toleransi). Hard drugs menyebabkan ketergantungan fisik (ketagihan ) hebat dan
menyebabkan toleransi terhadap dosis yang digunakan.
2. Emetina
Senyawa ini berfunsi sebagai emetik dan ekspektoran, diperoleh dari akar
tumbuhan Cephaelis ipecacuanha dan C. Acuminata (fam : Rubiaceae)
3. Hidrastina dan Karadina
Senyawa ini berasal dari tumbuhan Hydrastis canadensis (fam : Ranunculaceae)
dikenal pula sebagai Yellowroot; bagian yang digunakan berupa umbi akar berkhasiat
sebagai adstrigensia pada radang selaput lendir.
4. Beberina
Berupa akar dan umbi akar dari tumbuhan Berberis vulgaris (dari Oregon), B.
Amition (dari Himalaya), dan B. aristaca (India) dari familia Berberidaceae yang berguna
sebagai zat pahit/amara dan antipiretik.

II. Ekstraksi dan Isolasi Alkaloid Isokuinolin

Bahan tanaman, terutama biji dan daun, sering banyak mengandung lemak, lilin yang
sangat non polar. Karena senyawa-senyawa tersebut dipisahkan dari bahan tanaman sebagai
langkah awal dengan cara pelarutan dengan petroleum eter (Harjono, 1996).
Kebanyakan alkaloid tidak larut dalam petroleum eter. Namun ekstrak harus selalu dicek
untuk mengetahui adanya alkaloid dengan menggunakan salah satu pereaksi pengendap
alkaloid. Bila sejumlah alkaloid larut dalam petroleum eter, maka bahan tanaman pada awal
ditambah dengan asam berair untuk mengikat alkaloid sebagai garamnya. Prosedur ini telah
digunakan untuk mengekstrak ergotamine dari cendawan ergot Claviceps purpurea (Cordell,
1981).

Gambar. Ekstraksi Bahan Tanaman yang Mengandung Alkaloid (Harjono, 1996)


Setelah lemak dipisahkan, beberapa pilihan prosedur tersedia. Bahan tanaman dapat
diekstrak dengan air, dengan etanol atau methanol, dengan alcohol berair, atau dengan larutan
alcohol berair yang diasamkan. Kebanyakan alkaloid yang terdapat dalam tanaman sebagai
garam organic dan garam-garam tersebut lazim larut dalam etanol 95%.
Pigmen gula dan konstituen sekunder organic lain hamper terpisah sempurna dalam
alcohol, tetapi banyak garam organic dan anorganic yang lebih kompleks hanya terpisah
sebagian.
Larutan alcohol kemudian diuapkan hingga diperoleh sirup kental dan residu dipartisi
antara larutan asam berair dan pelat\rut organic. Pada keadaan ini sering terjadi emulsi atau
endapan. Larutan basa berair diekstrak dengan pelarut organic yang cocok biasanya
kloroform atau etil asetat. Larutan yang mengandung alkaloid dikeringkan dengan Na2SO4 ,
disaring dan diuapkan dalam vakum untuk mendapatkan sisa alkaloid kotor. Larutan basa
berair kemungkinan mengandung alkaloid kuartener dan biasanya ditest dengan pereaksi
pengendapan alkaloid. Alkaloid dapat dipisahkan dari komponen yang larut dalam air dengan
pengendapan sebagai garam Reineckate, berikut disaring dan endapan kompleks direaksikan
dengan aseton-air (Harjono, 1996).
Gambar. Bagan Isolasi Morfin dari Opium
Isolasi Morfin dari Opium
1. Buatlah larutan 1 N asam klorida (HCl). Cara membuat : Ambil6,54 ml HCl 25 % (7,32 g),
larutkan ke dalam 20 ml H2O kemudian adkan hingga 50 ml dengan H2O.
2. Larutkan 5 g opium dalam 35 - 50 ml HCl 1 N.
3. Tuang ke dalam Erlenmeyer bertutup dengan menggunakan corong pisah,
kemudian tambahkan 30 ml Eter  kocok kuat
4. Pisahkan lapisan yang terbentuk. Terdapat 2 lapisan yaitu lapisan air dan lapisan
eter. Buang lapisan eter dan ambil lapisan airnya.
5. Lapisan air di kocok kembali dengan eter.
6. Terbentuk 2 lapisan kembali, ambil lapisan airnya.
7. Buatlah larutan sodiumhydroxide (NaOH) pH 7. Tambahkan ke dalam lapisan
air. Morfin akan mengendap.
III. Identifikasi Alkaloid Isokuinolin
Berdasarkan gugus fungional yang dimiliki oleh alkaloid isokuinolin maka dilakukan
reaksi warna, yaitu:
a. Marquis
2 tetes formalin + H2SO4 (p)
dapat diamati perubahan warna spesifik zat
b. Frohde
Larutan NH4 molibdat (0,5 % dalam air) + H2SO4 (p) → (+)
dapat diamati perubahan warna yang spesifik pada tiap zat
c. King, reaksi untuk identifikasi gugus kromofor
Larutan uji + pereaksi Diazo (A:B = 1:4) + NaOH → merah intensif
terjadi perubahan warna menjadi merah, yang makin intensif setelah penambahan NaOH
d. Sanchez, reaksi untuk identifikasi gugus kromofor
Larutan uji + p–nitrodiazobenzol (p–nitroanilin + NaNO2 + NaOH)
terjadi perubahan warna bila ditambahkan H2SO4 (dil)
e. Pesez
Zat + H2SO4 + larutan KBr →(panaskan di atas penangas air) hijau, ditarik oleh CHCl3→biru
hijau
dapat diamati perubahan warna menjadi hijau yang akan tertarik oleh CHCl3 menjadi biru
hijau
f. Reaksi Gabretti
Zat + H2SO4 (p) panaskan hingga muncul warna rosa lemah, kemudian tambahkan kloralhidrat
hingga muncul warna yang spesifik pada tiap zat
g. Reaksi Deniges, reaksi untuk identifikasi gula tertutup
Larutan zat + air + NH4OH berlebih + 1 tetes CuSO4 (dil)
h. Reaksi Labat, reaksi untuk identifikasi gugus formylen
Zat + asam gallat +H2SO4 (p) di atas penangas air
i. Reaksi Lewin
Zat + 0,1 % trifomixin / formalidoxin
Alkaloida Opium
Turunan fenantren: morfin, heroin, dionin, thebain, kodein, larcein, dll
Turunan isochinolin: papaverin, nercein, narcitin
Reaksi umum:
a. Marquis: ungu
b. Frohde: (+)
c. King: merah intensif
d. Sanchez: ungu – jingga
e. Pesez: warna hijau pada larutan berubah bila ditarik dengan CHCl3, tetapi hasil negatif pada
golongan isochinolin
Tabel. Identifikasi Reaksi Warna Terhadap Alkaloid
Hasil reaksi
Alkaloid Hasil reaksi King Hasil reaksi Pesez
Sanchez
Apomorphin - - -
Heroin + + +
Thebain - + +
Narcein - - -
Narcotin - - -
Papaverin - - -
Paracodin + + Lemah
Dicodid - + -
Eucodal - + -
Dilaudid - + -
Perenin + Lemah +
Morphin + + +
Codein + + +
Dionin + + +
1. Berberina
Gambar . Struktur kimia Berberina
Identifikasi
1. Edmann: hijau kuning
2. H2SO4 (p): hijau olive
3. Frohde: coklat ungu
4. Reaksi Klunge: endapan merah darah
5. Bouchardat: muncul endapan kristalisasi, yang dengan penambahan spir menjadi Kristal
jarum panjang
6. Formillen: (+)
7. Reaksi Kristal:
a. KNO3/NaBr: jarum
b. HgCl2: Kristal
2. Cephaelin

Gambar . Struktur kimia Cephaelin


Identifikasi
1. Preparasi: larutkan dalam NaOH dikocok dengan eter, emetin tertarik cephalinnat tidak
tertarik
2. Frohde: biru hijau
3. Sachez: ungu berubah jingga bila ditambahkan H2SO4encer
4. Gugus methoxyl: (+)
3. Kodein

Gambar . Struktur kimia Kodein


Identifikasi
1. King, Sanchez, Mayer, Pesez: (+)
2. Frohde: kuning-hijau-biru
3. Gugus methoxyl: (+)
4. Mandellin: hijau biru
5. Marquis: ungu cepat
6. FeCl3: (-), yang membedakan dengan morfin
7. Tidak mereduksi K3Fe(CN)6
8. Reaksi Gabretti: hijau biru
9. Reaksi Lewin: gentian biru
10. Reaksi Kristal
a. HgCl2
b. Mayer + spir, uapkan
c. Asam pikrolon
4. Emetin

Gambar . Struktur kimia Emetin


Identifikasi
1. Penambahan H2SO4: coklat
2. Frohde: hijau coklat
3. Gugus methoxyl: (+)
4. Gugus amin sekunder: (+)
5. Zat dalam HCl (p) + larutan KClO3 atau H2O2 lalu dipanaskan, menghasilkan warna kuning
jingga yang akan hilang bila diencerkan dengan air tapi berflouresensi biru
5. Heroin

Gambar . Struktur kimia Heroin


Identifikasi
1. King, Sanchez, Mayer, Pesez: (+)
2. Bouchardat: (+)
3. Frohde: ungu hijau
4. Marquis: merah sampai ungu bitu
5. Larutan dalam H2SO4 (dil) + H2SO4 (p) + spir: bau etil asetat
6. Serulas & Lefort: lapisan CHCl3 berwarna ungu
7. penambahan FeCl3 + K3Fe(CN)6: biru berlin
8. penambahan vanillin + HCl: merah ungu
9. penambahan H2SO4 + KBr dipanaskan di atas penangas air → hijau, dapat ditarik oleh
CHCl3
10. Hidroksilamin / NaOH + FeCl3: ungu
11. Reaksi Kristal
a. Dragendorf
b. HgCl2
6. Hydrastin

Gambar . Struktur kimia Hydrastin


Identifikasi
1. Gugusan Methoxyl: (+)
2. Gugusan formylen: (+)
3. Frohde: kuning – hijau
4. H2SO4: kuning, ungu
5. Mandellin: merah jingga merah coklat
6. Marquis: kuning merah sampai coklat
7. Penambahan KMnO4 atau asam: flouresensi biru
8. Reaksi Kristal
a. Asam piknolon
b. K4Fe(CN)6
9. Reaksi dengan kaporit: merah darah
7. Hydrastinine

Gambar . Struktur kimia Hydrastinine


Identifikasi
1. Gugus formylen: hijau biru (+)
2. Frohde: hijau
3. Oksidasi dengan KMnO4 + pereaksi Schiff: ungu
4. Zat + H2SO4 + NaNO2: merah sampai kuning
5. Reaksi Kristal:
a. HgCl2
b. Asam piknolon
c. K4Fe(CN)6
8. Morphin
Gambar . Struktur kimia Morfin
Identifikasi
1. Marquis: ungu segera
2. Sanchez, King, Pesez: (+)
3. Serulas dan Lefort:
Larutan dalam H2SO4 (dil) + larutan KI + CHCl3(dikocok) akan memberikan warna ungu pada
lapisan CHCl3
4. Reaksi Gabretti: ungu
5. Reaksi Kristal:
a. HgCl2
b. Dragendorf
c. Mayer
9. Papaverin

Gambar . Struktur kimia Papaverinum


Identifikasi
1. Penambahan H2SO4 (p): ungu, terkadang hijau
2. Frohde: ungu merah kersen
3. Erdman: ungu
4. Mandellin: hijau biru sampai biru
5. Marquis: ungu sampai coklat rosa
6. HNO4: kuning
7. Gugusan Methoxyl: (+)
8. Reaksi Kristal
a. HgCl
b. K3Fe(CN)6 dengan sedikit pemanasan
10. Thebain
Gambar . Struktur Kimia Thebain
Identifikasi
1. King : (+)
2. Gugusan Methoxyl: (+)
3. Penambahan H2SO4 (p): jingga kemerahan, bila dipanaskan menjadi biru kelabu
4. Marquis: coklat jingga
5. Frohde: coklat jingga
6. Erdman: Merah atau kuning kemerahan
7. Flouresensi:
a. Dengan penambahan NH4OH: biru atau ungu lemah, menjadi biru muda setelah dibiarkan
selama satumalam.
b. Dengan penambahan H2SO4: ungu terang
8. Larutan zat + Na-salisilat: terbentuk endapan kemudian residu ditambahkan H2SO4, dapat
diamati perubahan warna biru menjadi merah lalu kembali biru.
9. Reaksi Kristal:
a. Bouchardat
b. KOH padat

IV. Penetapan Kadar Alkaloid Isokuinolin


Obat opiat yang terdapat dalam heroin dapat diukur dengan menggunakan salah
satu metode yaitu, GC (Kromatografi Gas) atau HPLC (Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi). Ketika GC digunakan,sampel sering diderivatisasi. Kuantifikasi saat
menggunakan proses ini membuat asumsi bahwa sampel telah diderivatisasi sepenuhnya dan
secara kuantitatif. Pengerjaan semacam ini juga menghalangimasalah yang
terkait dengan transasetilasi jika obat tidakdiperlakukan dengan cara ini. Selain itu,
bagaimanapun, prosesderivatisasi menambah langkah lebih lanjut untuk analisis yang
dapat mengakibatkan kerusakan sampel atau kontaminasi. Hal iniadalah alasan-
alasan untuk beberapa laboratorium melaksanakanidentifikasi heroin dengan
menggunakan GC-MS dan kemudianmengukur sampel dengan
menggunakan HPLC. Contoh kuantifikasimenggunakan kedua metode GC
dan HPLC dibahas dalam bagian berikut.

Ketika mengukur opiat dengan HPLC, sejumlah prinsip dasar pertama harus dipertimbangkan
sebelum proses kuantifikasi dilakukan.

1. Pengukuran Heroin dengan GC (Kromatografi Gas)


Dalam contoh ini, analisis kromatografi gas dilakukan untuk menentukan kuantitas
diamorfin dalam sampel. Data kalibrasi yang diperoleh disajikan dalam Tabel 5.4. Sampel
dilarutkan pada konsentrasi 1 mg ml-1 dalam pelarut yang cocok. Dari hasil yang diperoleh
(lihat Tabel 5.5), dimungkinkan untuk menentukan kuantitas diamorfin terdapat dalam
sampel ini, dan memberikan jawaban pada persentase dasar.
Tabel. Data Kalibrasi yang diperoleh dari Analisis Kromatografi Gas

Tabel. Data Analisis Sampel Heroin dari Kromatografi Gas


Namun, dalam rangka untuk menetapkan bahwa valid untukmenggunakan
data tersebut, grafik pertama harus diplot. Yang terakhir, harus dalam bentuk
respons relatif (yaitu daerah puncakdiamorfin / daerah puncak baku internal)
terhadap konsentrasi obat. Data yang dibutuhkan untuk plot, diberikan dalam Tabel
5.6, dengan menghasilkan grafik yang ditunjukkan pada Gambar 5.3.
Dengan menggunakan data ini, dimungkinkan untuk merumuskansuatu
persamaan regresi dengan menggunakan metode kuadrat-terkecil dan
memecahkan persamaan simultan berikut:

Nilai-nilai pada Tabel 5.6 dijumlahkan dan ketika jumlah nilai ini disubstitusikan ke
dalam persamaan 1 dan 2 di atas, persamaanregresi yang diperoleh
adalah y = 1.168x + 0,007. Dalam rangka untuk memperoleh konsentrasi obat, rasio dari
respons (GC puncak area) dihitung untuk dua pengulangan (lihat Tabel 5.5), menghasilkan
masing-masing nilai 0,406 dan 0,401. Kemudian didapatkan rata-rata (0,4035) dan nilai ini
kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan regresi, memberikan konsentrasi 0,34 mg ml-1.
Ini dinyatakan sebagai persentase dari konsentrasi awal (1 mg ml-1), menghasilkan nilai akhir
34%. Tidak ada koreksi untuk garam atau basa bebas yang diperlukan dalam evaluasi ini.

Gambar. Kurva Kalibrasi Diamorfin dalam Sampel Heroin

Tabel. Kalibrasi dan Perhitungan Diamorfin dalam Sampel Heroin


2. Pengukuran Heroin Dengan HPLC (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi)
Ketika mengukur opiat dengan HPLC, sejumlah prinsip dasarpertama harus dipertimbangkan
sebelum proses kuantifikasidilakukan.
Apa kriteria yang baik untuk pelarut yang akan digunakan
untuk pengenalan terhadap sampel heroin ke dalam sistem
HPLC? Pertama, serbuk sampel yang akan diperiksa harus mudah larutdalam pelarut yang
dipilih untuk injeksi ke dalam sistem kromatografi. Kedua, pelarut harus
sepenuhnya larut dengan fase gerak. Untuk alasan inilah, metanol sering dipilih untuk
analisisheroin, meskipun obat tersebut tidak boleh dibiarkan dalam pelarut ini untuk waktu
yang lama karena risiko hidrolisis dari beberapakomponen-
komponennya, misalnya monoacetylmorphine dandiamorfin.
Baseline resolusi senyawa harus dicapai dalam kromatografianalisis
sehingga tinggi puncak atau daerah dapat ditetapkan untuksatu senyawa saja. Selain
itu, sangat penting bahwa kurva kalibrasidalam HPLC dihasilkan dari batch yang sama dari
pelarut di mana terdapat sampel yang akan dianalisis. Hal ini penting karenaperbedaan kecil
dalam pH dapat menyebabkan kepunahan koefisien yang berbeda ketika mengukur serapan
UV sehingga mengarah keketidakakuratan dalam proses kuantifikasi.
Ketika mempersiapkan sebuah kurva kalibrasi, rentang yangcukup
luas untuk konsentrasi harus dipilih untuk memastikan bahwa konsentrasi sampel akan jatuh
pada rentang linier seperti pada kurva. Hal ini terutama berlaku untuk heroin di
mana lebar kisarankonsentrasi obat mungkin dihadapi dalam sampel.
Selanjutnya, ketika menyiapkan kurva kalibrasi, jika dua titik
atau metode regresi digunakan, larutan yang harus disuntikkan adalah dimulai
dengan konsentrasi terendah, kemudian meningkat menjadi konsentrasi tertinggi. Hal
ini mengurangi risiko kolom mengalami priming. Antara masing-masing larutan sampel,
satu suntikan pelarut yang digunakan tidak boleh digunakan untuk dua atau lebih sampel
yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa sistem kromatografi bebas dari
setiappencemaran yang dapat menimbulkan hasil yang tidak akurat.
Pengaturan kondisi berikut telah terbukti efisien dalam HPLC kuantifikasi heroin:

Kolom : gel silika, 12,5 cm x 4,6 mm i.d.


Eluen : isooktana / dietil eter / metanol / air / dietilamin
(40:325:225:15:0.65, berdasarkan volume)
Laju alir : 2 ml min-1
Deteksi : UV pada 230 nm

Sebuah pemisahan HPLC khusus dari opiat yang dapat dicapaidalam kondisi seperti di
atas, ditunjukkan pada Gambar 5.4.
Selain waktu retensi, jika deteksi dioda-array digunakan, konfirmasi lebih lanjut
dari masing-masing senyawa yang dielusidapat dicapai dengan
memperhatikan spektrum ultraviolet yang diperoleh untuk sampel dan standar.
Bagaimana deteksi dioda-array membantu identifikasi analit?
Metode regresi single-point, dua poin, dan linier semua dapatdigunakan untuk
kuantifikasi. Dari ketiga metode tersebut, metoderegresi linier adalah yang paling dapat
diandalkan dan digambarkan di sini.
Sebuah sampel obat, ditemukan mengandung diamorfin, telah dihitung oleh HPLC. Data
kalibrasi yang diperoleh ditunjukkanpada Tabel 5.7.
Sampel, diketahui
mengandung diamorfin, memberikandaerah puncak 115 604 dan 115 998 (dalam
satuan sembarang)untuk dua sampel direplikasi. Dalam kasus ini, kita
inginmenghitung persentase diamorfin dalam sampel yang dilarutkanpada
konsentrasi 2,5mgml-1.
Gambar. Pemisahan Opiat pada HPLC

Tabel. Data Kalibrasi HPLC Sampel Heroin


Masalah ini dapat dipecahkan sebagai berikut. Dalam rangka untuk mengkonfirmasi
keabsahan dari data kalibrasi untukkuantifikasi, respon grafik (yaitu tinggi puncak)
terhadap konsentrasi obat diplot (Gambar 5.5). Jika data terletak pada garis lurus, maka data-
data tersebut dapat digunakan untuk kuantifikasi.
Gambar. Kurva Kalibrasi HPLC Diamorfin dalam Sampel Heroin
Persamaan regresi yang diperlukan diperoleh dengan memecahkansecara simultan sebagai
berikut
persamaan:

menggunakan data yang diberikan dalam Tabel 5.8.

Tabel. Kalibrasi dan Perhitungan Diamorfin dalam Sampel Heroin


Ketika nilai-nilai ini disubstitusikan ke dalam persamaan 1 dan 2 di atas,
kemudian dipecahkan, kita
memperoleh persamaanregresi, y = 165 + 8992 830x. Dalam rangka untuk
menghitungjumlah diamorfin dalam sampel, data nilai rata-
rata (115 801) kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan
regresi, menghasilkan konsentrasi 0,64 mg ml-1. Namun, yang terakhir perludinyatakan
sebagai persentase dari konsentrasi awalnya (2,5 mg ml-1)
dan memberikan nilai akhir 25,8% diamorfin dalam sampel.
Dalam beberapa kasus, data kalibrasi disediakan dalam bentuk
garam diamorfin (biasanya sebagai hidroklorida). Dalam keadaanseperti itu, lebih baik
untuk menghitung jumlah basis yang terdapat dalam sampel karena tidak akan
dikenal oleh pembentuk garam diamorfin tertentu yang akan ditemukan pada sampel
yang sedang diukur.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Alkaloid merupakan suatu senyawa bersifat basa yang secara umum bekerja pada sistem
saraf pusat, mempunyai atom nitrogen yang biasanya pada cincin heterosiklis dan
dibiosintesis dalam tumbuhan dari asam amino atau turunannya.
2. Alkaloid Isokuinolin mempunyai 2 cincin karbon yang
mengandung 1 atom nitrogen dengan struktur inti:

3. Berdasarkan gugus fungsional yang dimiliki oleh alkaloid


isokuinolin, untuk mengidentifikasinya, dapat dilakukan reaksi warna seperti: Marquis,
Frohde, King, Sanchez, Pesez, Gabretti, Deniges, Labat, Lewin.
4. Penetapan Kadar Alkaloid Isokuinolin dapat dilakukan dengan cara Kromatografi Gas dan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
B. Saran
Alkaloid Isokuinolin merupakan senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan dan dapat
bermanfaat sebagai bahan obat. Ilmu dan penelitian untuk memperoleh senyawa tersebut
masih tergolong langka dan dibutuhkan pengembangan lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai