Anda di halaman 1dari 8

Membangun Kesadaran Cegah Dbd Dengan Aksi SDGs

Pendahuluan
Salah satu penyakit endemik tropis dan subtropis adalah Demam Berdarah
Dengue (DBD). Karena dapat menyebar dengan cepat di suatu daerah, penyakit
yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini menjadi momok yang
menakutkan. Demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) saat ini masih menjadi satu diantara masalaah kesehatan yang timbul di
kalangan masyarakat Indonesia, yang mempunyai jumlah penderita yang terus
meningkat dan wabah yang selalu menyebar.

Gigitan nyamuk Aedes aegypti membawa virus dengue, yang bertanggung


jawab atas penyakit menular yang dikenal sebagai demam berdarah dengue.
Demam tinggi, manifestasi hemoragik, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan
peredaran darah adalah empat gejala klinis utama dari penyakit demam akut ini,
yaitu disebabkan oleh serotipe virus dengue hingga timbulnya syok (sindrom
renjatan dengue) yang dapat mengakibatkan kematian dan menyerang manusia
dari berbagai kalangan, usia termasuk balita dan lanjut usia.

Demam berdarah merupakan penyakit endemik yang dapat ditemukan di


hampir seluruh penjuru dunia, terutama Negara yang mempunyai iklim Tropis dan
subtropics. Saat musim hujan tiba mengakibatkan peningkatan aktivitas vector
DBD yang dapat menimbulkan penularan DBD ke manusia melalui vektor Aedes
Aegypti. Menurut Ariani (2016), World Health Organization (WHO)
memperkirakan 2,5 miliar orang di seluruh dunia berisiko terkena DBD, terutama
mereka yang tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis. Oleh
karena itu, pengendalian penyebaran penyakit DBD memerlukan perencanaan
yang matang, terutama pada musim hujan. Faktor terpenting dalam menghentikan
penyebaran DBD adalah memaksimalkan program pengendalian DBD di Dinas
Kesehatan dan Puskesmas
DBD dapat menyerang siapa saja dari segala usia. Menurut distribusi usia
kasus DBD di Indonesia, mayoritas menyerang anak-anak berusia antara 5 dan
14,4 tahun. DBD masih sulit diberantas karena belum ada vaksin untuk
mencegahnya dan hanya tersedia pengobatan suportif. .Kemampuan penanganan
fase kritis secara cepat dan tepat merupakan kunci keberhasilan penanganan DBD.

Flu, demam tinggi, sakit kepala, nyeri mata, dan lain sebagainya,
merupakan gejala umum demam berdarah dengue ringan. Sakit perut yang parah,
muntah terus-menerus, napas cepat, gusi berdarah, kelelahan, gelisah, dan muntah
darah adalah gejala demam berdarah yang parah. akibat kebocoran plasma,
menderita syok hipovolemik (Sindrom Syok Dengue) (WHO, 2016). Tujuan dari
artikel ini adalah untuk memberikan informasi tentang masalah demam berdarah.

Demam tinggi yang berlangsung sepanjang hari yang muncul secara tiba-
tiba, dan muncul bintik-bintik kemerahan di seluruh tubuh, dan rasa sakit di
punggung, kepala, dan bola mata, terkadang disertai dengan tanda-tanda
perdarahan, semuanya merupakan tanda-tanda awal demam berdarah.
menyebabkan mulas, syok, perdarahan gastrointestinal, dan bahkan kematian pada
kasus yang lebih parah. Penyakit ini biasanya memakan waktu antara empat dan
tujuh hari untuk berkembang. Tingkat kematian terkait syok vaskular pada pasien
DBD. Menurut Marni (2016), serangan DBD pembuluh darah, menyebabkan
penurunan trombosit yang signifikan. Status gizi, umur, keberadaan vektor, suhu,
domisili, lingkungan, penggunaan obat nyamuk, praktik 3M, praktik gantung baju,
serta pengetahuan dan sikap tentang DBD merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian DBD (Tansil, dkk., 2021).

Pembahasan
Masalah yang perlu diselesaikan adalah meningkatnya jumlah kasus DBD.
Mengendalikan nyamuk—vektor utama penyakit demam berdarah—baik dalam
bentuk larva maupun dewasa adalah yang menghambat kasus demam berdarah.
Pemberantasan vektor DBD bagi nyamuk dewasa dapat dilakukan dengan cara
menyemprot lingkungan rumah dengan insektisida dan menggunakan larvasida
yang menggunakan aplikasi abatisasi untuk mengendalikan vektor dengue sebagai
jentik. dan jentik nyamuk malaria.

DBD masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di


Indonesia. Dengan peningkatan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk maka
terjadi peningkatan baik jumlah penderita maupun wilayah tempat mereka
ditemukan. Pada tahun 1968, penyakit DBD pertama kali ditemukan di Indonesia.
Di Surabaya, sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 meninggal, dengan angka
kematian 41,3 persen. Karena penyebaran penyakit ini meluas ke seluruh
Indonesia. meningkat setiap tahunnya. Angka perdarahan. Di Indonesia, penyakit
infeksi masih menjadi masalah kesehatan. Menurut Kemenkes RI (2016), DBD
menjadi salah satu yang berdampak pada kesehatan masyarakat Indonesia karena
prevalensi dan jumlah penderitanya yang terus meningkat seiring dengan
kepadatan penduduk dan pertumbuhan.

Di berbagai daerah di Indonesia, Demam Berdarah Dengue (DBD) masih


menjadi masalah dan ancaman kesehatan yang serius. Sektor sosial dan ekonomi
masyarakat serta sektor kesehatan terkena dampak penyakit ini. Kasus demam
berdarah tetap ada, terutama selama musim hujan. Kementerian Kesehatan
melaporkan, hingga pekan ke-22 tahun 2022, tercatat 45.387 kasus DBD di
Indonesia.

Selain itu, penyakit ini rentan terhadap kematian. Di Provinsi Sumatera


Selatan, demam berdarah masih menjadi masalah kesehatan. Indikator utama
program pengendalian penyakit arbovirosis tahun 2015—kabupaten atau kota
dengan angka kejadian DBD 49 per 100.000 penduduk dan angka kematian kasus
(case fatality rate/CFR) kurang dari 1 persen—mewakili keberhasilan pencapaian
pengendalian penyakit DBD. Linggau memiliki 437 kasus, sedangkan Kabupaten
Empat Lawang memiliki 20 kasus, yang merupakan jumlah terendah. Selain itu,
Kota Lubuklinggau memiliki jumlah kematian terkait DBD tertinggi, dengan
sepuluh kasus. Dari segi persentase CFR, kasus DBD tertinggi adalah Kabupaten
Mu Enim, dengan total persentase 2,5 persen. Dinkes Sumsel, 2019) .
Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) diikuti oleh Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs) adalah kumpulan 17 tujuan dan 169 target pembangunan yang harus
dipenuhi pada tahun 2030. Tujuan nomor tiga Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs) membahas masalah kesehatan dengan mempromosikan
kesejahteraan bagi semua orang, tanpa memandang usia (Bappenas , 2017).
Epidemi AIDS, malaria, TBC, penyakit airborne, hepatitis, penyakit menular
lainnya, dan penyakit tropis seperti DBD termasuk di antara 38 sasaran kesehatan
yang harus dicapai. Demam berdarah dengue, atau disingkat DBD, adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang dapat ditularkan melalui darah
nyamuk Aedes aegypti. DBD memiliki efek penyebaran yang cepat dan
menyebabkan kematian dalam waktu singkat.

Virus demam berdarah dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti.Ditularkan


oleh nyamuk yang menggigit orang yang sudah terjangkit virus dengue.Kelenjar
ludah nyamuk akan membawa virus ini.Virus dengue tetap berada dalam darah
selama empat sampai tujuh hari, dimulai satu sampai dua hari sebelum demam.
Virus dalam darah pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) akan terhisap ke
dalam perut nyamuk ketika nyamuk menggigit pasien. Selain itu, virus akan
berkembang biak dan menyebar ke seluruh kelenjar ludah dan jaringan tubuh
nyamuk lainnya. Nyamuk siap menginfeksi orang lain kira-kira satu minggu
setelah darah pasien didaftarkan (masa inkubasi panjang).

Nyamuk akan membawa virus ini sepanjang hidupnya. Akibatnya,


nyamuk Aedes Aegypti yang menyebarkan virus Dengue telah berkembang
menjadi agen infeksi permanen. Penyebaran ini terjadi karena setiap nyamuk
menusuk (menggigit), mengeluarkan air liur melalui alat tusuk untuk mencegah
penggumpalan darah yang dihisap sebelum berdarah. Air liur virus dengue
menyebar dari nyamuk ke orang lain secara bersamaan. Kemudian orang yang
sehat digigit oleh nyamuk. nyamuk ini. Virus dengue menyebar ke orang yang
terinfeksi dan menyebabkan orang yang sehat terinfeksi virus dengue, selain
menghisap darah dari orang yang sehat. Siklus hidup nyamuk demam berdarah ini
berbeda dengan nyamuk biasa. Nyamuk ini juga bisa menyebarkan virus dengue
karena aktif dari pagi hingga sekitar pukul 3 sore. untuk masuk darah.Sementara
nyamuk ini tidur di malam hari.Oleh karena itu, pada siang hari, waspadalah
terhadap nyamuk dan cegah mereka menggigit anak-anak yang sedang
tidur.Keistimewaan nyamuk ini adalah ia lebih menyukai air bersih dan
lingkungan yang banyak pepohonan. seperti taman dan kebun. Di pot bunga,
genangan air Jangan lupa bahwa ini mungkin salah satu tempat favorit nyamuk.

Salah satu cara yang dianggap tepat untuk pemberantasan sarang dan
pencegahan DBD adalah pengendalian vektor melalui nyamuk penyebab PSN
DBD yang dilakukan secara 3M. Hal ini memutus mata rantai penularan:
mengubur barang-barang bekas atau tidak terpakai, menutup rapat penampungan
udara, dan menguras air minimal seminggu sekali.2017 (Pinatih dan Chelvam).

Keluarga dapat menguras, menutup, dan menggunakan kembali dengan


3M Plus dan berpartisipasi aktif dalam gerakan PSN. Selain itu, memiliki
beberapa keunggulan, seperti menghindari kebiasaan gantung diri di rumah,
menebar bedak abate, memasang obat nyamuk, tidur dengan kelambu,
memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk,
dan tidur dengan kelambu. Pemberantasan nyamuk dengan pola
perkembangbiakan yang baik, misalnya, akan berdampak menguntungkan bagi
pencegahan DBD.2017 Kemenkes

Penutup
Di Indonesia, demam disebabkan oleh penyakit asing. Setiap tahun,
masyarakat Indonesia selalu mengkhawatirkan penyakit ini. Dengan semakin
banyak informasi yang disebarkan melalui berbagai media dan semakin banyak
kegiatan yang meningkat jumlah dan cara yang berbeda, jumlah orang yang
meninggal akibat demam berdarah di Indonesia akan semakin berkurang.

Demam berdarah demam akut, juga dikenal sebagai demam berdarah,


adalah penyakit tropis dengan distribusi geografis yang mirip dengan malaria.
Nyamuk Aedes aegypti menularkan demam berdarah ke manusia. Sakit kepala
yang berat, nyeri sendi, dan ruam menyertai penyakit ini dengan timbulnya rasa
sakit yang tiba-tiba. DBD menjadikan angka kematian yang masih cukup tinggi
dalam penyakit ini yang diakibatkan seringnya terjadi perdarahan dan syok.

Angka kematian penyakit ini cukup tinggi karena seringnya terjadi


perdarahan dan syok. Akibatnya, setiap orang yang diduga menderita Demam
Berdarah Dengue pada tingkat apapun harus segera dibawa ke dokter atau rumah
sakit karena sewaktu-waktu bisa meninggal atau syok.

Menghilangkan atau mengurangi jumlah vektor demam berdarah adalah


metode utama pencegahan demam berdarah. dengan cara mengubur barang bekas
yang dapat menampung air, mengosongkan tempat penampungan air, dan
menimbun sampah atau barang bekas. Bergantian, kita bisa berburu larva.

Sangat membantu dalam kampanye promosi dengan memberikan


penyuluhan ke sekolah dan mendistribusikan berbagai materi promosi. Selain itu,
masyarakat akan lebih sadar akan kampanye. Diharapkan fasilitas kesehatan
mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada penderita demam berdarah
dengue (DBD) guna meningkatkan pelayanan kesehatan di bidang kedokteran
preventif. Misalnya, lebih banyak orang akan dididik, diinformasikan, dan
dikomunikasikan oleh media tentang gerakan pemberantasan sarang nyamuk
PSN.

Pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya.


Pemahaman seseorang tumbuh dengan semakin tingginya tingkat pendidikan,
yang pada gilirannya meningkatkan tingkat pengetahuannya. Di sisi lain, seorang
ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah akan mempersempit wawasannya,
yang akan menurunkan tingkat pengetahuannya tentang masalah kesehatan.
Responden berpendidikan tinggi lebih cenderung memiliki perspektif yang lebih
luas dan lebih mudah menyerap informasi dari sumber luar seperti surat kabar,
televisi, dan majalah. Pengetahuan sangat berharga dan dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal, termasuk lingkungan keluarga, tetangga, tenaga kesehatan, dan
media cetak dan elektronik. Jika dibandingkan dengan responden yang tingkat
pengetahuannya rendah, maka yang tingkat pengetahuannya tinggi justru lebih
efektif melakukan PSN DBD. Pada umumnya responden dengan tingkat
pengetahuan yang tinggi khawatir terhadap penyebaran penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD), sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan yang
lebih tinggi lebih rajin dalam beraktivitas.
Daftar Pustaka

Ariyani, Ayu putri.2016.Demam Berdarah Dengue(DBD).Yogyakarta : Nuha


Medika

Chelvam, R., & Pinatih, I. G. N. I. (2017). Gambaran perilaku masyarakat dalam


pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) dan
kemampuan mengamati jentik di wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan
II. DOAJ (Directory of Open Access Journals), 8(3),
164.https://doi.org/10.1556/ism.v8i3.136

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2019. Data Informasi Profil


KesehatanSumatera Selatan.Palembang 2018 : Dinas Kesehatan
SumateraSelatan.https://dinkes.sumselprov.go.id.

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Data Dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2016. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Tansil, Melissa G., Novie H. Rampengan, and Rocky Wilar. 2021. “Faktor Risiko
Terjadinya Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada Anak.” Jurnal
Biomedik 13, no. 1: 90–99.

Widyawati. 2022. Kasus DBD Meningkat, Kemenkes Galakkan Gerakan 1


Rumah 1 Jumantik (G1R1J). di akses pada 1 Oktober 2022,
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220615/0240172/kasus-
dbd-meningkat-kemenkes-galakkan-gerakan-1-rumah-1-jumantik-g1r1j/

World Health Organization. DENGUE Guidelines for diagnosis, treatment,


prevention and control. New Edition 2009.

Anda mungkin juga menyukai