Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan


oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk aedes terutama aedes aegypti.
Demam dengue merupakan penyakit akibat nyamuk yang berkembang paling
pesat di dunia. Negara beriklim tropis dan sub tropis berisiko tinggi terhadap
penularan virus tersebut. Hal ini dikaitkan dengan kenaikan temperature yang
tinggi dan perubahan musim hujan dan kemarau disinyalir menjadi faktor
resiko penularan virus dengue (Kemenkes RI, 2011).
Angka kejadian DBD yang terus meningkat ditambah dengan siklus
hidup aedes sebagai vektor DBD yang cepat adalah alasan pentingnya
melakukan tindakan pengendalian vektor. Tindakan tersebut dimaksudkan
untuk menciptakan kondisi yang tidak sesuai bagi perkembangan vector. Hal
ini dikarenakan vektor berperan sebagai media transmisi penyakit DBD yang
menghantarkan virus dengue ke manusia sebagai host sehingga terjadinya
penyakit DBD. Apabila jumlah aedes sebagai vektor DBD ditekan, maka
jumlah media transmisi DBD menjadi minimal (Widoyono, 2011).
Insidensi demam berdarah dengue meningkat secara dramatis di
seluruh dunia dalam beberapa dekade ini. Diperkirakan, saat ini di seluruh
dunia sekitar 2,5 milyar orang memiliki resiko terkena demam dengue.
Mereka terutama tinggal di daerah perkotaan negara-negara tropis dan
subtropis. Diperkirakan saat ini sekitar 50 juta kasus demam dengue
ditemukan setiap tahun, dengan 500.000 kasus memerlukan penanganan di
Rumah Sakit dan penderitanya ialah anak-anak yang berusia kurang dari 15
tahun (WHO, 2015).
Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia dengan
kelembaban udara yang cukup tinggi menjadi pemicu berkembang biaknya
nyamuk seperti Aedes aegypti yang merupakan salah satu vektor DBD,
sehingga DBD mudah ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Terhitung sejak tahun 1986 hingga 2009, WHO mencatat negara Indonesia
sebagai negara 2 dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi
nomor dua di dunia setelah Thailand (Kemenkes RI, 2010).)

1
B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian Dengue ?


b. Apa yang dimaksud dengan beban penyakit Dengue ?
c. Apa dampak Dengue ?
d. Apa strategi Pengendalian Dengue ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah dengue ini adalah :


a. Untuk mengetahui pengertiaan dari Dengue
b. Untuk mengetahui beban penyakit Dengue
c. Untuk mengetahui dampak Dengue
d. Untuk mengetahui strategi pengendalian Dengue

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengantar

Dengue masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia terutama


di wilayah tropis dan subtropis termasuk Indonesia sebagai salah satu negara
endemis dengue. Bahkan pada dekade terakhir, dengue bukan lagi
merupakan penyakit dengan siklus sepuluh atau lima tahunan, mengingat
kejadian kasus dan kematian akibat dengue yang tinggi dapat terjadi setiap
tahun sebagai dampak perubahan iklim. Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat
meledak sehingga sangat mengganggu masyarakat dan menguras ekonomi.
Selama lebih dari lima dekade, dengue telah menjadi menjadi
masalah kesehatan masyarakat di dunia, tidak hanya di Indonesia (World
Health Organization [WHO], 2021). Dengue, atau sering disebut masyarakat
sebagai demam berdarah, merupakan penyakit infeksi virus yang ditularkan
melalui nyamuk. Insidensi dengue meningkat secara signifikan di seluruh
dunia dalam beberapa dekade terakhir (WHO, 2021). Bhatt et al. (2013)
memperkirakan terdapat 390 juta infeksi dengue terjadi setiap tahunnya dan
96 juta diantaranya memiliki manifestasi klinis dengan tingkat keparahan
penyakit yang bervariasi. Estimasi ini tiga kali lebih tinggi daripada perkiraan
WHO (2009).
Infeksi dengue dapat menimbulkan gejala klinis yang bervariasi, mulai
dari demam dengue, demam berdarah dengue, hingga menimbulkan sindrom
syok Dengue. Apabila tidak tertangani, dengue dapat memicu terjadinya
kejadian luar biasa (KLB) yang sangat meresahkan masyarakat, hingga
berakhir dengan kematian. Kondisi tersebut menimbulkan beban yang besar
pada masyarakat, sistem kesehatan, dan ekonomi di sebagian besar negara
tropis di dunia (WHO, 2012). Pada awal tahun 2020, WHO kemudian
memasukkan dengue sebagai salah satu ancaman kesehatan global di antara
10 penyakit lainnya (WHO, 2021).

3
B. Pengertian Dengue

Menurut Departemen Kesehatan RI (2010) Demam Berdarah Dengue


merupakan salah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam
mendadak selama 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas disertai dengan
lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan di kulit berupa
bintikmerah, lebam (echymosis) atau ruam. Kadang-kadang disertai dengan
mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan
(syok). Demam dengue adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala,
nyeri otot, sendi dan tulang. Penurunan jumlah sel darah putih dan ruamruam.
Demam Berdarah Dengue/Dengue Hemorraghagic Fever (DHF)
adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan manifestasi
perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah
dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan
ini disebut Dengue Shock Syndrome (DSS) (Mardiana, 2010).
Penyebab DBD adalah virus dengue yang ditularkan kepada manusia
melalui nyamuk Aedes aegypti. Ketika nyamuk tersebut menggigit manusia,
virus masuk ke dalam tubuh manusia. Nyamuk Aedes aegypti umumnya
berukuran kecil dengan tubuh berwarna hitam pekat, memiliki dua garis
vertikal putih di punggung dan garis-garis putih horizontal pada kaki. Nyamuk
ini aktif terutama pada pagi hingga sore hari, meskipun kadang-kadang
mereka juga menggigit pada malam hari. Mereka lebih sering ditemukan di
dalam rumah yang gelap dan sejuk dibandingkan di luar rumah yang panas.
Faktor risiko seseorang terkena demam berdarah dengue antara lain
tinggal atau bepergian ke daerah tropis. Tinggal atau berada di daerah tropis
dan subtropis meningkatkan risiko terkena virus dengue. Daerah yang
berisiko meliputi Asia Tenggara, pulau-pulau di Pasifik Barat, Amerika Latin,
dan Afrika. Selain itu, memiliki riwayat terinfeksi virus dengue sebelumnya
juga meningkatkan risiko mengalami gejala yang lebih parah ketika terkena
DBD. Usia di bawah 15 tahun juga memiliki risiko lebih tinggi terkena demam
dengue dan demam berdarah dengue.

4
Gejala utama penyakit DBD meliputi demam mendadak yang tinggi,
mencapai suhu hingga 39 derajat celsius. Demam ini berlangsung terus-
menerus selama 2-7 hari, kemudian turun dengan cepat. Gejala lain yang
biasanya terjadi adalah nyeri kepala, menggigil, lemas, nyeri di belakang
mata, otot, dan tulang, ruam kulit kemerahan, kesulitan menelan makanan
dan minuman, mual, muntah, gusi berdarah, mimisan, timbul bintik-bintik
merah pada kulit, muntah darah, dan buang air besar berwarna hitam. Pada
fase kritis penyakit ini, suhu tubuh menurun dan tubuh terasa dingin,
meskipun penderita mungkin merasa seperti sudah sembuh. Namun, pada
fase ini perlu waspada karena dapat terjadi sindrom syok dengue yang dapat
mengancam jiwa.
Diagnosis DBD melibatkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium darah. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda-tanda
klinis seperti demam tinggi dan adanya tanda kebocoran plasma. Tes
tourniquet juga dapat dilakukan untuk melihat adanya petechiae (bintik-bintik
merah kecil) di bagian dalam lengan. Pemeriksaan darah dilakukan untuk
melihat jumlah sel darah putih dan sel darah merah, serta untuk mendeteksi
antigen virus dengue dan antibodi.

C. Beban Penyakit Dengue


Demam berdarah menimbulkan beban kesehatan, ekonomi dan sosial
yang signifikan pada penduduk di daerah endemis. Secara global, perkiraan
jumlah tahun hidup yang disesuaikan dengan disabilitas (DALYs) yang hilang
akibat demam berdarah pada tahun 2001 adalah 528 . Di Puerto Rico,
diperkirakan rata-rata tahunan sebesar 580 DALY per juta penduduk yang
hilang karena demam berdarah antara tahun 1984 dan 1994 – serupa dengan
total kumulatif DALY yang hilang karena malaria, tuberkulosis, cacing usus,
dan kelompok penyakit anak-anak di seluruh Amerika Latin dan Amerika.
Karibia

Jumlah kasus yang dilaporkan setiap tahunnya kepada WHO berkisar


antara 0,4 hingga 1,3 juta pada dekade 1996 – 2005. Sebagai penyakit
menular, jumlah kasus sangat bervariasi dari tahun ke tahun. Kurangnya

5
pelaporan dan kesalahan diagnosis merupakan hambatan utama dalam
memahami beban penyakit demam berdarah.

Data yang tersedia di Asia Tenggara sebagian besar berasal dari


kasus anak-anak yang dirawat di rumah sakit, namun beban akibat demam
berdarah tanpa komplikasi juga cukup besar. Dalam sebuah penelitian
prospektif terhadap anak-anak sekolah di Thailand utara, rata-rata beban
demam berdarah tahunan selama periode lima tahun adalah 465,3 DALYs
per juta, dengan pasien demam berdarah yang tidak dirawat di rumah sakit
menyumbang 44 – 73% dari total.

Studi mengenai dampak demam berdarah dilakukan di delapan negara


pada tahun 2005-2006: lima di Amerika (Brasil, El Salvador, Guatemala,
Panama, Venezuela) dan tiga di Asia (Kamboja, Malaysia, Thailand) .Karena
demam berdarah juga menyerang anggota rumah tangga lain yang
membantu merawat pasien demam berdarah, rata-rata kejadiannya mewakili
14,8 hari hilang untuk pasien rawat jalan dan 18,9 hari untuk pasien rawat
inap. Biaya keseluruhan untuk kasus rawat jalan yang tidak fatal rata-rata
sebesar US$ 514, sedangkan biaya untuk kasus rawat inap yang tidak fatal
rata-rata sebesar US$ 1491. Rata-rata, biaya rawat inap untuk kasus demam
berdarah di rumah sakit tiga kali lipat dari biaya kasus rawat jalan.

Jika digabungkan antara pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
memperhitungkan risiko kematian, biaya keseluruhan untuk kasus demam
berdarah adalah US$ 828. Menggabungkan angka ini dengan jumlah rata-
rata tahunan kasus demam berdarah yang dilaporkan secara resmi dari
delapan negara yang diteliti pada periode 2001 – 2005 (532.000 kasus)
menyebabkan kerugian akibat demam berdarah yang dilaporkan secara resmi
sebesar US$ 440 juta. Perkiraan yang sangat konservatif ini tidak hanya
mengabaikan kasus-kasus yang tidak dilaporkan tetapi juga biaya besar yang
terkait dengan program pengawasan dan pengendalian vektor demam
berdarah. Studi ini menunjukkan bahwa pengobatan penyakit demam
berdarah menimbulkan kerugian besar baik pada sektor kesehatan maupun
perekonomian secara keseluruhan. Jika vaksin mampu mencegah sebagian
besar beban ini, maka keuntungan ekonominya akan sangat besar.

6
Anak-anak mempunyai risiko lebih tinggi terkena demam berdarah
parah . Perawatan intensif diperlukan untuk pasien yang sakit parah,
termasuk cairan infus, transfusi darah atau plasma, dan obat-obatan.

Demam berdarah menyerang semua lapisan masyarakat namun


beban ini mungkin lebih besar terjadi pada kelompok masyarakat termiskin
yang tumbuh di masyarakat dengan pasokan air dan infrastruktur limbah
padat yang tidak memadai, dan dimana kondisinya paling mendukung
perkembangbiakan vektor utama, Ae. aegypti

D. Dampak Dengue

Demam berdarah dengue merupakan infeksi yang disebabkan oleh


virus dengue. Virus dengue ini ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti.
Demam berdarah dengue dapat membuat penderitanya mengalami nyeri
hebat seakan-akan tulangnya patah. Pada sejumlah pasien, demam berdarah
dengue dapat menjadi penyakit yang sangat mengancam jiwa.

Demam Berdarah Dengue di Indonesia


Demam berdarah dengue masih menjadi salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Tingkat terjangkitnya penyakit ini merupakan yang
tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara.

Sepanjang tahun 2013, Kementerian Kesehatan mencatat terdapat 103.649


penderita dengan angka kematian mencapai 754 orang. Keterlibatan dokter di
pelayanan kesehatan primer sangat dibutuhkan untuk menekan tingkat
kejadian maupun mortalitas DBD.

Komplikasi pada demam berdarah dengue bisa menyebabkan kerusakan


sejumlah organ, seperti paru, hati, dan jantung. Tekanan darah juga dapat
menurun secara drastis, hingga level yang sangat berbahaya dan bisa
mengakibatkan kematian.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganggap infeksi demam


berdarah sebagai penyakit tropis yang muncul kembali (reemerging disease)
terpenting kedua, penyakit virus utama yang ditularkan ke manusia melalui

7
vektor, dan merupakan prioritas tinggi untuk penelitian. WHO memperkirakan
setiap tahunnya antara 50 dan 100 juta infeksi dan 20.000 kematian terjadi
secara global . Terdapat sekitar 2,5 miliar orang yang tinggal di wilayah
berisiko penularan di seluruh dunia, yang merupakan 30% dari populasi
global . Diperkirakan selama epidemi, demam berdarah dapat menyerang
80% hingga 90% individu yang rentan dan tingkat kematian dapat melebihi
5% . Distribusi demam berdarah dan vektornya telah meningkat secara
dramatis dalam 30 tahun terakhir, sebagian disebabkan oleh kurangnya
pengendalian vektor, meningkatnya urbanisasi, dan perjalanan udara .

Dampak demam berdarah tercermin pada biaya ekonomi dan sosial


yang ditimbulkan. Dampak ekonomi dari demam berdarah sulit diperkirakan
secara nasional karena berbagai alasan. Salah satu kesulitan utama adalah
tidak adanya pelaporan kasus ke sistem surveilans , sehingga perlu dilakukan
penyesuaian statistik nasional menggunakan studi kohort atau data
seroepidemiologis . Masalah lainnya adalah heterogenitas biaya. Untuk
mendapatkan perkiraan yang lengkap, biaya pengobatan langsung perlu
digabungkan dengan biaya tidak langsung yang ditanggung oleh individu dan
masyarakat (ketidakhadiran sekolah dan hilangnya produktivitas) dan dengan
biaya pengendalian vektor . Selain itu, perkiraan biaya harus didasarkan
pada siklus epidemi beberapa tahun karena setiap tahun tidak mewakili sifat
siklus epidemi demam berdarah .

E. Strategi Pengendalian
Dalam rencana strategi Kementerian Kesehatan 2020-2024, tujuan
penanggulangan nasional dengue adalah menurunkan beban kesehatan
masyarakat dengan target 80% kabupaten/kota memiliki IR dengue ≤10 per
100.000 penduduk pada tahun 2022, adapun Strateginya meliputi :

1. Penguatan manajemen vektor yang efektif, aman, dan berkesinambungan


Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan pencegahan melalui
pengendalian vektor yang efektif, aman dan berkesinambungan, dengan
melibatkan partisipasi masyarakat dan pemanfaatan teknologi tepat guna
yang lokal spesifik. Strategi ini lebih efektif dibandingkan dengan
penggunaan fogging yang seringkali tidak sesuai dengan prosedur,

8
sehingga dapat memicu terjadinya resistensi vektor terhadap insektisida
dan mengurangi efektifitasnya untuk mengatasi penularan setempat dan
penanganan kejadian luar biasa. Berbagai bentuk partipasi masyarakat
dikembangkan dalam pengendalian vektor dengue. Pencapaian strategi ini
dapat diukur dengan angka bebas jentik menggunakan aplikasi Silantor
(Sistem surveilans vektor dan binatang pembawa penyakit) yang telah
digunakan di Puskesmas sejak tahun 2019.

2. Peningkatan akses dan mutu tatalaksana dengue


Strategi ini mencakup peningkatan kapasitas dan mutu layanan
dengue di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan rumah sakit,
baik di fasilitas kesehatan milik pemerintah maupun swasta dengan
meningkatkan ketepatan rujukan kasus dengue, meningkatkan mutu
diagnosis dan penanganan kasus dengue, meningkatkan ketersediaan
dan kompetensi-keterampilan klinis tenaga kesehatan dalam menerapkan
panduan penatalaksanaan dengue di fasilitas kesehatan, serta
meningkatkan kapasitas dan kepatuhan tenaga kesehatan dalam
pelaporan kasus.

3. Strategi Penguatan surveilans dengue yang komprehensif serta


manajemen KLB yang responsif
Strategi ketiga ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sistem
surveilans untuk mendeteksi kasus dengue secara dini dan merespons
secara cepat serta mencegah dan menguatkan manajemen kejadian luar
biasa yang responsif.

4. Peningkatan pelibatan masyarakat yang berkesinambungan


Tujuan strategi ini adalah meningkatkan pemahaman dan perilaku
masyarakat yang berkesinambungan tentang vektor dengue, gejala dan
tanda bahaya penyakit dengue, dan kesehatan lingkungan secara umum
dan melakukan kolaborasi dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
peduli lingkungan, organisasi masyarakat, dan komunitas dalam
pencegahan dengue. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan tiga area
intervensi, yaitu meningkatkan pelibatan masyarakat yang
9
berkesinambungan, menjalin kolaborasi dengan LSM peduli lingkungan,
organisasi masyarakat, dan komunitas, menguatkan peran media dalam
mengedukasi masyarakat (Germas, kesehatan lingkungan dan
pencegahan dengue).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian dan pembahasan diatas dapat disipulkan bahwa penyakit


Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue melalui gigitan nyamuk aedes terutama aedes aegypti. Demam
dengue merupakan penyakit akibat nyamuk yang berkembang paling pesat di
dunia. Negara beriklim tropis dan sub tropis berisiko tinggi terhadap
penularan virus tersebut. Adapun penyakit dengue ini mempunyai beberapa
beban akibat dengue, dampak bagi kesehatan dan ekonomi, sehingga kita
perlu mempunyai strategi pengendalian supaya bisa menekan pertumbuhan
penyakit dengue.

B. Saran

Adapun beberapa saran yang dapat penulid berikan diantaranya :


1. Untuk mencegah penyakit dengue diperlukan peran serta seluruh
masyarakat , pemerintah dan sektor – sektor terkait supaya bisa
terlaksana dengan baik dan berkesinambungan.
2. Pencegahan penyakit Dengue dapat dimulai dari kita sendiri dengan cara
menjaga kebersihan lingkungan sekitar kita, 3 M, menghindari gigitan
nyamuk dan jangan bepergiaan ke daerah yang endemis penyakit dengue
.

10
11

Anda mungkin juga menyukai