Alih Galah
199822029
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorragi Fever
(DHF) adalah salat satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang
cenderung meningkat jumlah pasiennya serta semakin luas penyebarannya.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah
menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan
subtropis diseluruh dunia terutama didaerah perkotaan dan pinggiran kota.
Distribusi geografis demam berdarah, frekuensi, dan jumlah kasus DBD telah
meningkat tajam selama dua dekade terakhir. Frekuensi menunjukkan besarnya
masalah kesehatan yang terdapat pada kelompok masyarakat sedangkan jumlah
kasus adalah jumlah mereka yang terkena atau terserang penyakit DBD.
Diperkirakan 2,5 milyar penduduk (sekitar 2/5 dari populasi penduduk dunia)
sangat berisiko terinfeksi DBD (WHO, 2015).
Menurut Data dari World Health Organization (WHO) jumlah kasus DBD
terbesar yaitu 1,2 juta pada tahun 2008 dan lebih dari 3 juta kasus pada tahun
2013 terjadi di wilayah Amerika, Selatan Timur Asia, dan Pasifik Barat. Pada
tahun 2015 2,35 juta kasus terjadi hanya diwilayah Amerika dengan jumlah angka
kematian mencapai 1181 kasus (WHO, 2016)
Di Indonesia pada tahun 2016 terdapat jumlah kasus DBD sebanyak
204.171 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.598 orang. Jumlah kasus
DBD tahun 2016 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 129.650 kasus
pada tahun 2015. Sedangkan jumlah kematian akibat DBD pada tahun 2016
meningkat dari tahun 2015 (1.071 kematian ) (Kemenkes RI, 2016).
Jumlah penderita penyakit DBD di Provinsi Jawa Barat tahun 2016 yaitu
37.418 kasus lebih tinggi dibanding tahun 2015 (22.111 kasus). Demikian juga
dengan risiko kejadian DBD di Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan ajam
dari 47.34/100.000 penduduk menjadi 78.98/100.000 penduduk. Jumlah kematian
DBD tahun 201 mencapai 277 orang dengan CFR sebesar 0,74%, ini
menunjukkan penurunan disbanding tahun 2015 yang sebesar 0,83% (Dinas
Kesehatan Jawa Barat, 2016).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic
Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dari genus
Flavivirus, family Flaviviride yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes egypti yang terinfeksi virus dengue ke manusia.
Faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue,
antara lain faktor host, lingkungan (environment) dan faktor virusnya sendiri.
Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan respon imun. Faktor lingkungan
(environment) yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah
hujan, angin, kelembaban, musim); kondisi demografi (kepadatan , mobilitas,
perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk). Jenis nyamuk sebagai vektor
penular penyakit juga ikut berpengaruh (Akhsin, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang asuhan
keperawatan anak dengan Dengue Haemoraghic Fever
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi Dengue Haemoraghic Fever
b. Untuk mengetahui klasifikasi dan manifestasi klinis Dengue
Haemoraghic Fever
c. Untuk mengetahui Etiologi Dengue Haemoraghic Fever
d. Untuk mengetahui patofisiologi Dengue Haemoraghic Fever
e. Untuk mengetahui antomi fisiologi yang berhubungan dengan Dengue
Haemoraghic Fever
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Dengue Haemoraghic Fever
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan Dengue Haemoraghic Fever
h. Untuk mengetahui komplikasi Dengue Haemoraghic Fever
i. Untuk mengetahui pencegahan Dengue Haemoraghic Fever
j. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Dengue Haemoraghic Fever
BAB II
TINJAUAN TEORI
c. Hematokrit
Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut
dengan persen dan dari volume darah itu. Biasanya nilai itu
penetapan hematokrit dapat dilakukan sangat teliti, kesalahan metodik rata-rata
kurang lebih 2%. Hasil itu kadang-kadang sangat penting untuk menentukan keadaan
klinis yang menjurus kepada tindakan darurat. Nilai hematokrit biasanya mulai
meningkat pada hari ketiga dari perjalanan penyakit dan makin meningkat sesuai
dengan proses perjalanan penyakit demam berdarah. Seperti telah disebutkan bahwa
peningkatan nilai hematocrit merupakan manifestasi hemokonsentrasi yang terjadi
akibat kebocoran plasma. Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi berkurang
yang dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik dan kegagalan sirkulasi.
Pada kasus-kasus berat yang telah disertai perdarahan, umumnya nilai hematocrit
tidak meningkat bahkan menurun.
Telah ditentukan bahwa pemeriksaan Hematokrit secara berkala pada penderita DHF
mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1) Pada saat pertama kali seorang anak dicurigai menderita DHF, pemeriksaan ini
turut menentukan perlu atau tidaknya anak itu dirawat.
2) Pada penderita DHF tanpa rejatan pemeriksaan hematocrit berkala ikut
menentukan perlu atau tidaknya anak itu diberikan cairan intravena.
3) Pada penderita DHF pemeriksaan hematokrit berkala menentukan perlu atau
tidaknya kecepatan tetesan dikurangi, menentukan saat yang tepat untuk
menghentikan cairan intravena dan menentukan saat yang tepat untuk
memberikan darah.
d. Trombosit
Cara langsung menghitung trombosit dengan menggunakan electronic particle
counter mempunyai keuntungan tidak melelahkan petugas laboratorium
(Sofiyatun, 2008).
Diagnosis tegas dari infeksi dengue membutuhkan konfirmasi laboratorium, baik
dengan mengisolasi virus atau mendeteksi antibody dengue spesifik. untuk virus
isolasi atau deteksi DENV RNA dalam serum spesimen oleh serotipe tertentu, real-
time terbalik transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR), an-fase akut
spesimen serum harus dikumpulkan dalam waktu 5 hari dari onset gejala. Jika virus
tidak dapat diisolasi atau dideteksi dari sampel ini, spesimen serum fase sembuh
diperlukan setidaknya 6 hari setelah timbulnya gejala untuk membuat diagnosis
serologi dengan tes antibodi IgM untuk dengue dengan IgM antibodi-capture
enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-ELISA) (Centers for Disease Control
and Prevention, 2009).
Pemeriksaan diagnosis dari infeksi dengue dapat dibuat hanya dengan
pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada isolasi virus, terdeteksinya antigen virus
atau RNA di dalam serum atau jaringan, atau terdeteksinya antibody yang spesifik
pada serum pasien. Pada fase akut sample darah diambil sesegera mungkin setelah
serangan atau dugaan penyakit demam berdarah dan pada fase sembuh idealnya
sample diambil 2-3 minggu kemudian. Karena terkadang sulit untuk mendapatkan
sampel pada fase sembuh, bagaimanapun, sampel darah kedua harus selalu diambil
dari pasien yang dirawat pada saat akan keluar dari rumah sakit.
7. Penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever
Penatalaksanaan DHF menurut (Centers for Disease Control and Prevention, 2009),
yaitu :
a. Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak istirahat.
b. Beritahu pasien untuk mengambil antipiretik untuk mengontrol suhu mereka.
anak-anak dengan dengue beresiko untuk demam kejang selama fase demam.
c. Peringatkan pasien untuk menghindari aspirin dan nonsteroid lainnya, obat anti
inflamasi karena mereka meningkatkan risiko perdarahan.
d. Memantau hidrasi pasien selama fase demam
e. Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau output
urine
f. Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, pasien mungkin perlu
cairan IV.
g. Kaji status hemodinamik dengan memeriksa denyut jantung, pengisian kapiler,
nadi, tekanan darah, dan Output urine.
h. Lakukan penilaian hemodinamik, cek hematokrit awal, dan jumlah trombosit.
i. Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan sampai yg normal.
j. Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yg normal dan
berlangsung 24-48 jam
8. Komplikasi Dengue Haemoragic Fever
Menurut Soedarto (2012) komplikasi DHF ada yaitu:
a. Komplikasi susunan syaraf pusat
Komplikasi pada sistem syaraf pusat dapat berbentuk konfulsi, kaku kuduk, perubahan
kesadaran dan paresis
b. Ensefalopati
Komplikasi neurologic ini terjadi akibat pemberian cairan hipotonik yang berlebihan
c. Infeksi
d. Kerusakan kulit
e. Kerusakan otak
f. Resiko syok
g. Kejang
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan terdiri atas luaran (outcome) dan intervensi. Iuran
keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat diobservasi dan diukur meliputi
kondisi, perilaku atau persepsi pasien, keluarga atau komunitas sebagai respons
terhadap intervensi keperawatan. Kriteria hasil adalah karakteristik pasien yang biasa
diamati maupun diukur oleh perawat dan dijadikan sebagai dasar untuk menilai
pencapaian hasil intervensi keperawatan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).
Sedangkan Intervensi keperawatan adalah segala tindakan yang dikerjakan
olehperawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapailuaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018a). Tindakan-
tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas Tindakan observasi, Tindakan
terapeutik, Tindakan edukasi, dan Tindakan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018a)
Diagnosa
No. Tujuan Intervensi
Keperawatan
dx (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
I.15506
Manajemen hipertermia.
D.0130
Hipertermia L.14134
Termoregulasi.
berhubungan Definisi:
dengan proses Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola
Pengaturan suhu tubuh peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi
invasi virus
agar tetap berada pada termoregulasi.
ditandai dengan rentang normal.
Keadaan umum
Setelah dilakukan
Observasi
pasien tampak perawatan selama 3X24
1. jam diharapkan 1. 1. Identifikasi penyebab hipertermia.
sakit sedang,
termoregulasi membaik,2. 2. Monitor suhu tubuh.
nadi kuat, dengan kriteria hasil: 3. 3. Monitor haluaran urin.
Suhu tubuh 1. Suhu tubuh
membaik. Terapeutik
39.0 derajat 2. Suhu tubuh 1. Longgarkan pakaian.
celcius Kulit membaik. 2. Berikan cairan oral.
teraba hangat 3. Kulit merah cukup 3. Lakukan pendinginan eksternal
meningkat. (kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
2. Kolaborasi pemberian parasetamol
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan rencanaatau
tindakan asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan
untukmembantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi,
2008).Sedangkan, Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan olehperawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Agar
kondisi pasien cepatmembaik diharapkan bekerjasama dengan keluarga pasien dalam
melakukanpelaksanaan agar tercapainya tujuan dan kriteria hasil yang sudah dibuat
dalam intervensi (Nursalam, 2011).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang didasarkan
pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi ada individu (Nursalam, 2008). Terdapat dua
jenis evaluasi, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah
evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan. Sedangkan evaluasi
sumatif berfokus pada aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan
tindakan keperawatan. Fokus evaluasi ini adalah perubahan perilaku klien atau status
kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien.tipe evaluasi ini dilaksanakan
padaakhir tindakan keperawatan secara paripurna. Evaluasi keperawatan dilakukan
dalam bentuk pendekatan SOAP. Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa
komponen yaitu:
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Evaluasi keperawatan
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
Rumah Sakit Cahya
Kawaluyan NO. RM: xxxx56
Kota baru Parahyangan ASESMEN KEPERAWATAN NAMA: Anl. AL
Padalarang – Bandung ANAK TGL LAHIR/UMUR: 31 Agustus 2012 (9 tahun
Telp (022) 6803700, (1-13 TAHUN) 6 bulan 10 hari) BAGIAN/KAMAR:Gab 3209
70830807 (kelas 1)
Fax. (022) 6803711
Pengkajian diambil dari keluarga wali
Nama: Tn. A
hubungan dengan pasien: Ayah Kandung
IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Anl. AL
2. Jenis kelamin : laki-lakiperempuan
3. Agama : islam katolik kristen
hindu budha konghucu
4. Nama orang tua : Ayah: Tn. A
5. DPJP utama : dr. Ricky Hartanto, Sp.A
6. Pembayaran : Umum
7. Diagnosa masuk : Susp DBD (dibawah pemeriksaan)
8. Informasi medik:
Laboratorium : tidak ada ada
Radiologi : tidak ada ada
9. Tata tertib :tidak ya
KEADAAN SAAT MASUK
10. Tanggal dan jam masuk: 10 Maret 2022 – 22:50
11. Masuk dari:IGDklinik rajal rekam medis
kamar bedah pindahan ICU/PICU
12. Cara masuk: jalan kakikursi roda tempat tidur
digendong brancard lainnya
13. Pengantar: orang tua keluarga teman wali
14. Kondisi saat masuk: sadar tidak sadar
RIWAYAT KESEHATAN
15. Alasan masuk rumah sakit:
Ot mengatakan anaknya demam sudah 5 hari naik turun, mual dan anak terlihat lemas
16. Keluhan utama : Demam
17. Riwayat kesehatan sekarang (PQRST)
Orang tua mengatakan anak demam sudah 5 hari, disertai meriang. Awal mulanya anak bermain diluar
rumah bersama teman-temannya sore hari, dan saat menjelang malam hari anak demam, terlihat lemas dan
mual, Saat ini klien tampak berbaring ditempat tidur, meriang, kulit teraba hangat, lemas disertai mual.
orangtua mengatakan sempat berobat ke klinik terdekat namun tidak ada perubahan.
18. Keluhan yang menyertai
Mual dan terlihat lemas
19. Riwayat kesehatan masa lalu :-
20. Riwayat penyakit yang dialami selama tumbuh kembang:
hiperbilirubin gastroenteritis BP kejang
tidak ada
21. Riwayat operasi: jenis operasi: -
Tempat/Rs: -
22. Riwayat alergi: adatidak ada
23. Riwayat pengobatan: Nama Obat: tidak ada
24. Riwayat kesehatan keluarga
25. Keadaan kesehatananggota keluarga: diabetes asma TBC
hipertensi jantung hepatitis
kejang kanker gagal ginjal
tidak ada
Pemeriksaan Fisik Masalah keperawatan
Pernafasan Tidak ada masalah
Keluhan Ya Tidak Ketidakefektifan
Irama tidak teratur Ya Tidak Sebutkan: - bersihan jalan nafas
Sumbatan Jalan Nafas Ya Tidak Sebutkan: - Ketidakefektifan pola
nafas
Bentuk Dada Asimetris Ya Tidak Sebutkan: -
Gangguan Pertukaran
Retraksi Dada Ya Tidak
Gas
Nafas Cuping Hidung Ya Tidak GangguanVentilasi
Batuk Ya Tidak Spontan
Sputum Ya Tidak Resiko Infeksi
Bantu mengeluarkan Sputum Ya Tidak Warna: - Gangguan Pertukaran
Sesak Ya Tidak Gas
Nyeri Ya Tidak Hambatan Pertukaran
Merokok Ya Tidak Bungkus/hari: - Gas
Sianosis Ya Tidak Area:-
Alat Bantu Ya Tidak
Oksigen Ya Tidak
Tracheostomy Ya Tidak Hari Ke: -
Perkemihan
BAK Frekuensi 5x/hari Tidak ada masalah
Warna:Kuning bening Resiko Infeksi
Nyeri berkemih Ya Tidak Hambatan eliminasi
Folley Kateter Ya Tidak urin
Riwayat Hemodialisa Ya Tidak Inkontinensia
urianarius fungsional
Muskuloskeletal
Keluhan Ya Tidak
Nyeri Ya Tidak Tidak ada masalah
Tremor Ya Tidak Defisit merawat diri:
Mandi
Lemas Ya Tidak
Defisit merawat diri:
Baal Ya Tidak
Berpakaian
Kesemutan Ya Tidak Defisit merawat diri:
Lain-lain Ya Tidak Sebutkan: Makan
Penggunaan alat bantu gerak Ya Tidak Defisit merawat diri:
Kruk Ya Tidak Eliminasi
Walker Ya Tidak Hambatan Mobilitas
Threepot Ya Tidak Fisik
Kursi roda Ya Tidak Resiko Cidera
ROM terbatas Ya Tidak Kejadian Jatuh
Kanan atas Ya TidakKiri atas Ya Tidak
Kanan bawah Ya TidakKiri bawah Ya Tidak
Kekuatan motorik (tidak terkaji)
Refleks abnormal Ya Tidak Sebutkan:
Asesmen Fungsional Barthel Indeks:
Nilai ADL (Tingkat Kemandirian) 12 (Ketergantungan sedang)
Nilai Resiko Jatuh 11 (Resiko rendah)
Reproduksi
Pria Luka Ya Tidak Tidak ada masalah
Bengkak Ya Tidak Disfungsi seksual
Kotor Ya Tidak Ketidakefektifan pola
seksual
Integumen
Kulit abnormal Ya Tidak
Tidak ada masalah
Integritas abnormal Ya Tidak
Resiko kerusakan
Gatal Ya Tidak
integritas kulit
Kering Ya Tidak Resiko infeksi
Hangat Ya Tidak Lainnya:
Merah Ya Tidak Hipertermia
Memar Ya Tidak
Bintik Ya Tidak
Dingin Ya Tidak
Urtikaria Ya Tidak
Panas Ya Tidak
Bersisik Ya Tidak
Nyeri Ya Tidak
Ptechie Ya Tidak
Kulit abnormal Ya Tidak
Lesi Ya Tidak
Pucat Ya Tidak
Makula Ya Tidak
Kemerahan Ya Tidak
Papula Ya Tidak
Ikterik Ya Tidak
Pustula Ya Tidak
Clubbing of fingers Ya Tidak
Vesikel Ya Tidak
Lecet Ya Tidak
Kulit kepala abnormalYa Tidak
Berketombe Ya Tidak
Luka Ya Tidak
Rambut abnormal Ya Tidak
Rontok Ya Tidak Lokasi luka/lesi lain
Bercabang Ya Tidak
Alopecia Ya Tidak (Pemberian tanda
Lain-lain Ya Tidak Sebutkan - bisa dilakukan
Skor Braden 09 (Resiko rendah) dengan Body
Luka Ya Tidak Diagram)
Tanda Vital dan Indikator Lainnya
Keadaan Umum: Pasien tampak sakit sedang
Kesadaran: Composmentis (GCS 15: Mata 4, Verbal 5, Motorik 6)
Suhu:39.0oC, Nadi: 85x/menit, SpO2:95%, Tekanan darah: 90/70 mmHg
Pasien tererpasang infus RL 120cc/jam
Psikososial Spiritual dan Kultural Masalah Keperawatan
Psikososial Tidak ada masalah
Pengasuh utama Ibu Lain-lain
Curiga penganiayaan/penelantaran: Tidak ada.
Bila anak sakit di bawa ke Dokter umumdokter spesialis lain-lain
Reaksi terhadap perpisahan: takut, cemas.
Reaksi anak terhadap perawat/petugas kesehatan: anak koorperatif
Respon keluarga terhadap sakit: Cemas
Masalah yang dihadapi: orang tua cemas karna anaknya dirawat.
Spiritual
Agama: Islam
Cara beribadah:Sholat
Kepercayaan/Pantangan dalam pengobatan: tidak ada
Status Budaya
Suku:Sunda
Bahasa yang digunakan: bahasa Indonesia
Kepercayaan/budaya lain: tidak ada Ya
Asesmen Tambahan (Populasi Khusus)
1. Riwayat vaksinasi
Dasar:BCG Campak DPTPolioHepatitis B
Tambahan: MMR Hepatitis A Cacar ...................
4. Braden Score
Kategori Respon Nilai
Persepsi Sensorik Tidak ada gangguan 4
Kelembaban Kelembaban konstan 1
Aktifitas Tergeletak ditempat tidur 1
Mobilisasi Sedikit terbatas 3
Nutrisi Kurang adekuat 2
Friksi dan Gesekan Potensi masalah 2
Total Nilai 13
Kesimpulan 12-14: Resiko rendah
5. PediatricEarlyWarningSystem
Kategori Respon Nilai
Perilaku Tidur, rewel 0
Kardiovaskuler Kemerahan (CRT 1-2s) 0
Respirasi Dalam batas normal 0
Total Nilai 1
Kesimpulan 0-1:Stabil – Evaluasi berkala
Terapi Obat
Injeksi
Nama obat :Ceftriaxone
Golongan : Antibiotik Sefalosporin
Dosis untuk pasien :1 X 1,5 gr
Indikasi untuk pasien : Mengobati dan mengatasi infeksi bakteri gram negatif maupun gram positif.
Kontra indikasi obat : Penggunaan bersama alat kontrasepsi hormonal, tretinoin dan streptokinase.
Efek samping obat : Sakit kepala, mual,muntah, diare, bengkak iritasi di area injeksi, keringat
berlebihan
Farmakokinetik : Ceftriaxone memiliki cincin beta laktam yang menyerupai struktur asam amino
D-alanyl- D-alanine yang digunakan untuk membuat peptidoglikan sehingga dapat
menginhibisi sintesis dinding sel bakteri.
Oral
Nama obat :Sanmol Forte
Golongan :Paracetamol
Dosis untuk pasien :3 x 10 ml
Indikasi untuk pasien : Analgetik dan antipiretik
Kontra indikasi obat : Hipersensitif dan disfungsi hati yang parah
Efek samping obat : Reaksi kulit dan kerusakan hati (overdosis atau pengunannan jangka panjang)
Farmakokinetik : Menghambat salah satu senyawa dalam tubuh sehingga tubuh tidak focus pada
rasa sakit dan mempengaruhi bagian otak yang berhubungan dengan suhu tubuh.
10 Maret 2022
Laboratorium:
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 14.4 g/dL 10.8-15.6
Hematokrit 43 % 33.0-45.0
Jumlah Leukosit 3.3 10^3/µL 4.50-13.50
Jumlah Trombosit 124 10^3/µL 150-450
Eritrosit 6.04 Juta/µL 3.80-5.80
Thorax:
Kesan: Dalam Batas Normal
Laboratorium:
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Antigen (Identifikasi Covid-19) Negatif negatif
11 Maret 2022
Laboratorium:
12 Maret 2022
Laboratorium:
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematokrit 44 % 33.0-45.0
Jumlah Trombosit 48 10^3/µL 150-450
13 Maret 2022
Laboratorium:
14 Maret 2022
Laboratorium:
2. Analisa data
DO:
viremia
- nadi kuat,
- Suhu tubuh 39.0
derajat celcius
- Kulit teraba hangat masuk ke
- Tekanan darah pembuluh darah
90/70 mmHg otak melalui aliran
- Nadi 85 darah
- SPO2 95%
mempengaruhi
hipotalamus
hipertermia
DO: antigen
- Ekstremitas
dingin
antigen meningkat
- Tekanan darah
90/70
- Nadi 85 mmHg pembebasan
- SPO2 95% histamin
- Mukosa bibir
kering
- Hematokrit 48% peningkatan
- Trombosit 83.000 permeabilitas
dinding pembuluh
darah
Kebocoran plasma
Perdarahan
ekstraseluler
Hipovolemia
3 DS: Ot mengatakan viremia Nausea Alih Galiah
anak mual dan merasa
ingin muntah, makan mekanisme tubuh
DO: virus
- Wajah pucat
- lemas
Peningkatan asam
lambung
nausea
3. Diagnosa Keperawatan
d. Hipertermia berhubungan dengan proses invasi virus ditandai dengan Keadaan umum
nadi kuat, Suhu tubuh 39.0 derajat celcius Kulit teraba hangat, nadi 85x/menit,
SPO2 95%, TD 80/60 mmHg
e. Hipovolemia berhubungan dengan viremia ditandai dengan tekanan darah 80/60, bibir
mukosa kering, hematokrit meningkat yaitu 48% trombosit 83.000
f. Nausea berhubungan dengan viremia ditandai dengan wajah pucat, makan sedikit-sedikit,
klien tampak lemas
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan Intervensi
Keperawatan
dx (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. D.0130 L.14134
Hipertermia Termoregulasi.
berhubungan
Definisi:
I.15506
Manajemen hipertermia.
dengan proses
Definisi:
invasi virus
Pengaturan suhu tubuh Mengidentifikasi dan mengelola
ditandai dengan
agar tetap berada pada peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi
Keadaan umum rentang normal. termoregulasi.
nadi kuat,
Setelah dilakukan
Suhu tubuh perawatan selama 3X24 Observasi
jam diharapkan
39.0 derajat
termoregulasi membaik,4. 1. Identifikasi penyebab hipertermia.
celcius Kulit dengan kriteria hasil: 5. 2. Monitor suhu tubuh.
4. Suhu tubuh 6. 3. Monitor haluaran urin.
teraba hangat,
membaik.
nadi 85x/menit, 5. Suhu tubuh Terapeutik
SPO2 95%, TD membaik. 1. Longgarkan pakaian.
1. Kulit merah cukup 2. Berikan cairan oral.
90/70 mmHg
meningkat. 3. Lakukan pendinginan eksternal
, (kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
Kolaborasi
3. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
2. Evaluasi Keperawatan
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan:
Penyakit Dengue Haemoragic Fever dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi
masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropis
diseluruh dunia terutama didaerah perkotaan dan pinggiran kota. Distribusi geografis
demam berdarah, frekuensi, dan jumlah kasus DBD telah meningkat tajam selama
dua dekade terakhir. Frekuensi menunjukkan besarnya masalah kesehatan yang
terdapat pada kelompok masyarakat sedangkan jumlah kasus adalah jumlah mereka
yang terkena atau terserang penyakit DBD. Diperkirakan 2,5 milyar penduduk
(sekitar 2/5 dari populasi penduduk dunia) sangat berisiko terinfeksi DBD (WHO,
2015).
Dengue Haemoragic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di seluruh wilayah
WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina
terutama dari spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus.
Penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko
dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan
(WHO, 2015).
Asuhan keperawatan dengan Dengue Haemoragic Fever ini meliputi pengkajian,
pengelompokan data untuk mengakat masalah, penegakan diagnosis, pembuatan
perencanaan, tindaka lanjut dari perencaan keperawatan dan evaluasi hasil.
Pengkajian yang dilakukan bertujuan mencari akar masalah, yang meliputi anamnesa
keluhan yang dialami, pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital, serta melakukan
beberapa pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah laboratorium.
Tujuan dari asuhan keperawatan ini adalah bagaimana mengelola dan
memanajemen peningkatan suhu, serta pemenuhan cairan yang adekuat sehingga
tidak menyebabkan hipovolemia dan keluhan lain yang menyertai.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. Pusat data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011.
Kesehatan RI 2012
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Pudjiaji AH, Hegar B. ED. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonseia,2009.
Rizky, M.Z., Mukaddas, A., Faustine, I. Identifikasi Drg Related Problems (DRPS) Pada pasien
anak Demam Berdarah Di Instalasi Rawat Inap RSUD Undata Palu Tahun 2011. Online
Jurnal of Natural Science. 2014;3(1):99-107
World Health Organization. Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention, and
Control. Geneva: WHO Press.2009.
Yudarwanto, W (2009) Demam yang dapat Mengancam Jiwa. Diambil kembali dari
infodemam.com:https//infodemam.com/2009/02/19/demam-yang-dapat-mengancam-jiwa