Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA ANL. AL


DENGUE HAEMORAGIC FEVER DI RUANG GABRIEL

Alih Galah
199822029

RUMAH SAKIT CAHYA KAWALUYAN


Jl. Parahyangan Km. 3 Kota Baru Parahyangan
Padalarang
2021
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorragi Fever
(DHF) adalah salat satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang
cenderung meningkat jumlah pasiennya serta semakin luas penyebarannya.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah
menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan
subtropis diseluruh dunia terutama didaerah perkotaan dan pinggiran kota.
Distribusi geografis demam berdarah, frekuensi, dan jumlah kasus DBD telah
meningkat tajam selama dua dekade terakhir. Frekuensi menunjukkan besarnya
masalah kesehatan yang terdapat pada kelompok masyarakat sedangkan jumlah
kasus adalah jumlah mereka yang terkena atau terserang penyakit DBD.
Diperkirakan 2,5 milyar penduduk (sekitar 2/5 dari populasi penduduk dunia)
sangat berisiko terinfeksi DBD (WHO, 2015).
Menurut Data dari World Health Organization (WHO) jumlah kasus DBD
terbesar yaitu 1,2 juta pada tahun 2008 dan lebih dari 3 juta kasus pada tahun
2013 terjadi di wilayah Amerika, Selatan Timur Asia, dan Pasifik Barat. Pada
tahun 2015 2,35 juta kasus terjadi hanya diwilayah Amerika dengan jumlah angka
kematian mencapai 1181 kasus (WHO, 2016)
Di Indonesia pada tahun 2016 terdapat jumlah kasus DBD sebanyak
204.171 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.598 orang. Jumlah kasus
DBD tahun 2016 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 129.650 kasus
pada tahun 2015. Sedangkan jumlah kematian akibat DBD pada tahun 2016
meningkat dari tahun 2015 (1.071 kematian ) (Kemenkes RI, 2016).
Jumlah penderita penyakit DBD di Provinsi Jawa Barat tahun 2016 yaitu
37.418 kasus lebih tinggi dibanding tahun 2015 (22.111 kasus). Demikian juga
dengan risiko kejadian DBD di Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan ajam
dari 47.34/100.000 penduduk menjadi 78.98/100.000 penduduk. Jumlah kematian
DBD tahun 201 mencapai 277 orang dengan CFR sebesar 0,74%, ini
menunjukkan penurunan disbanding tahun 2015 yang sebesar 0,83% (Dinas
Kesehatan Jawa Barat, 2016).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic
Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dari genus
Flavivirus, family Flaviviride yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes egypti yang terinfeksi virus dengue ke manusia.
Faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue,
antara lain faktor host, lingkungan (environment) dan faktor virusnya sendiri.
Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan respon imun. Faktor lingkungan
(environment) yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah
hujan, angin, kelembaban, musim); kondisi demografi (kepadatan , mobilitas,
perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk). Jenis nyamuk sebagai vektor
penular penyakit juga ikut berpengaruh (Akhsin, 2010).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang asuhan
keperawatan anak dengan Dengue Haemoraghic Fever

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi Dengue Haemoraghic Fever
b. Untuk mengetahui klasifikasi dan manifestasi klinis Dengue
Haemoraghic Fever
c. Untuk mengetahui Etiologi Dengue Haemoraghic Fever
d. Untuk mengetahui patofisiologi Dengue Haemoraghic Fever
e. Untuk mengetahui antomi fisiologi yang berhubungan dengan Dengue
Haemoraghic Fever
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Dengue Haemoraghic Fever
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan Dengue Haemoraghic Fever
h. Untuk mengetahui komplikasi Dengue Haemoraghic Fever
i. Untuk mengetahui pencegahan Dengue Haemoraghic Fever
j. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Dengue Haemoraghic Fever
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi Dengue Haemoragic Fever
Dengue Haemoragic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di seluruh wilayah
WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina
terutama dari spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus.
Penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko
dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan
(WHO, 2015).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus
flavivirus, famili flaviviridae. Penyakit DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti, dan aedes albopictus dimana faktor utama penyakit dari DHF sehingga
terjadi sepanjang tahun dan bisa menyerang seluruh kelompok umur mulai dari anak
– anak hingga orang dewasa. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan
perilaku masyarakat (Dinkes, 2015).

2. Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Dengue Haemoragic Fever


Menurut WHO:
a. Grade I
Demam disertai 2 atau lebh tanda seperti sakit kepala, nyeri pada belakang bola
mata, pegal dan nyeri sendi dengan uji bending positif
b. Grade II
Gejala diatas disertai dengan perdarahan sponan seperti bintik merah di
kulit,mimisan, perdarahan gusi, muntah darak atau BAB berdarah hitam
c. Grade III
Gejala diatas disertai keagagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta gelisah)
d. Grade IV
Syok berat dengan tekanan darah dan nadi tidak diukur.
Keempat derajat tersebut selalu disertai parameter laboratorium trombosit <100.000/ul
dan ada bukti kebocoran plasma

3. Etiologi Dengue Haemoragic Fever


Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam berdarah.
Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi virus.
Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar penyakit ini. Ada lebih
dari 100 juta kasus baru demam berdarah setiap tahun di seluruh dunia. Sejumlah
kecil ini berkembang menjadi demam berdarah. Kebanyakan infeksi di Amerika
Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor risiko untuk demam berdarah termasuk
memiliki antibodi terhadap virus demam berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et
al, 2014). Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4
serotipe virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang
terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah
epidermis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat
serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif &
Hardhi, 2015).

4. Patofsiologi Dengue Haemoragic Fever


Fenomena patologis menurut (Herdman , 2012), yang utama pada penderita DHF
adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya
perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas dinding kapiler
mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang secara otomatis jumlah trombosit
berkurang, terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan
haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit > 20%) dan
renjatan (syok). Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh
penderita adalah penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-
pegal di seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa
(splenomegali).
Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran atau
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai hematocrit menjadi penting
untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada penderita DHF
sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahuinya.
Setelah pemberian cairan intravena peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.
Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan dan apabila tidak segera ditangani dengan baik maka akan
mengakibatkan kematian. Sebelumnya terjadinya kematian biasanya dilakukan
pemberian transfusi guna menambah semua komponenkomponen di dalam darah
yang telah hilang
5. Anatomi
Fisiologi
yang

berhubungan dengan Dengue Haemoragic Fever


Berikut adalah anatomi fisiologi menurut (Vyas, et al, 2014) yang berhubungan
degan penyakit DHF yang petama adalah sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi adalah
sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus distivus dan dari paru-
paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan sarana untuk
membuang sisa-sisa metabolisme dari selsel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang
merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi
mencakup jantung, pembuluh darah, dan darah.
a. Jantung

Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax,


diantara paru-paru, agak lebih kearah kiri.)
b. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
1) Arteri (Pembuluh Nadi) Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan
kanan. Beberapa pembuluh darah arteri yang penting :
a) Arteri koronaria Arteri koronaria adalah arteri yang mendarahi dinding
jantung
b) Arteri subklavikula Arteri subklafikula adalah bawah selangka yang
bercabang kanan kiri leher dan melewati aksila.
c) Arteri Brachialis Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan
atas
d) Arteri radialis Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jari
e) Arteri karotis Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otak
f) Arteri temporalis Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutnya di
depan telinga
g) Arteri facialis Teraba facialis adalah arteri yang denyutan disudut kanan
bawah.
h) Arteri femoralis Arteri femorais adalah arteri yang berjalan kebawah
menyusuri paha menuju ke belakang lutut
i) Arteri Tibia Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki
j) Arteri Pulmonalis Arteri pulmonalis adalah arteri yang menuju ke paru-
paru.
2) Kapiler Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah
mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler
selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang lebih besar
yang disebut vena.
3) Vena (pembuluh darah balik) Vena membawa darah kotor kembali ke jantung.
Beberapa vena yang penting :
a) Vena Cava Superior Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa
darah kotor dari daerah kepala, thorax, dan ekstremitas atas.
b) Vena Cava Inferior Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung
dari semua organ tubuh bagian bawah
c) Vena jugularis Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke
jantung
d) Vena pulmonalis Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari
paru-paru.
c. Darah
Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair yang
disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah. Darah adalah suatu
jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna merah.
Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma. Jadi darah
adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh darah yang berwarna merah
yang cair disebut plasma dan yang padat di sebut sel darah yang befungsi sabagai
transfer makanan bagi sel. Volume darah pada tubuh yang sehat / organ dewasa
terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan
jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan,
keadaan jantung atau pembuluh darah. Tekanan viskositas atau kekentalan dari
pada darah lebih kental dari pada air yaitu mempunyai berat jenis 1.041 – 1.067
dengan temperatur 38 derajat C dan PH 7.37 – 1.45. Fungsi darah secara umum
terdiri dari :
1) Sebagai Alat Pengangkut
a) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh.
b) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paruparu.
c) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh.
d) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
e) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang
akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibody atau zat-
zat anti racun.
f) Menyebarkan panas keseluruh tubuh. Adapun proses pembentukan sel
darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat, yaitu : sumsum tulang, hepar dan
limpa.
1) Sumsum Tulang Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis
adalah :
- Tulang Vertebrae
Vertebrae merupakan serangkaian tulang kecil yang tidak teratur
bentuknya dan saling berhubungan, sehingga tulang belakang
mampu melaksanakan fungsinya sebagai pendukung dan penopang
tubuh. Tubuh manusia mempunyai 33 vertebrae, tiap vertebrae
mempunyai korpus (badan ruas tulang belakang) terbentuk kotak
dan terletak di depan dan menyangga. Bagian yang menjorok dari
korpus di belakang disebut arkus neoralis (Lengkung Neoral) yang
dilewati medulla spinalis, yang membawa serabut dari otak ke
semua bagian tubuh. Pada arkus terdapat bagian yang menonjol
pada vertebrae dan dilekati oleh 17 otot-otot yang menggerakkan
tulang belakang yang dinamakan prosesus spinosus.
- Sternum (tulang dada)
Sternum adalah tulang dada. Tulang dada sebagai pelekat tulang
kosta dan klavikula. Sternum terdiri dari manubrium sterni, corpus
sterni, dan processus xipoideus.
2) Hepar Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada
tubuh manusia. Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen di
bawah diafragma, kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra
dan ductus hepatikus sinestra, keduanya bertemu membentuk ductus
hepatikus comunis. Ductus hepaticus comunis menyatu dengan ductus
sistikus membentuk ductus coledakus.
3) Limpa Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa terbentuk
setengah bulan berwarna kemerahan, limpa adalah organ berkapsula
dengan 18 berat normal 100 – 150 gram. Limpa mempunyai 2 fungsi
sebagai organ limfaed dan memfagosit material tertentu dalam
sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi menghancurkan sel darah merah
yang rusak.
6. Pemeriksaan Penunjang Dengue Haemoragic Fever
Menurut (Centers for Disease Control and Prevention, 2009), Pada setiap
penderita dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Pada penderita yang disangka
menderita DHF dilakukan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, dan trombosit setiap
2-4 jam pada hari pertama perawatan. Selanjutnya setiap 6-12 jam sesuai dengan
pengawasan selama perjalanan penyakit. Misalnya dengan dilakukan uji tourniquet.
a. Uji tourniquet
Perocbaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan cara
mengenakan pembendungan kepada vena sehingga darah menekan kepada dinding
kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu penyebab kurang kuat akan rusak oleh
pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu keluar dari kapiler dan merembes ke
dalam jaringan sekitarnya sehingga Nampak sebagai bercak kecil pada permukaan
kulit. Pandangan mengenai apa yang boleh dianggap normal sering
berbeda-beda. Jika ada lebih dari 10 petechia dalam daerah itu maka
test biasanya baru dianggap abnormal, dikatakan juga tes itu positif. Seandainya
dalam daerah itu tidak ada petechiae, tetapi lebih jauh distal ada, percobaan ini (yang
sering dinamakan Rumpel-Leede) positif juga,
b. Hemoglobin
Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit menurun.
Tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti peningkatan hemokonsentrasi dan
merupakan kelainan hematologi paling awal yang dapat ditemukan pada penderita
demam berdarah atau yang biasa disebut dengan Demam Berdarah Dengue (DBD)
atau DHF.

c. Hematokrit
Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut
dengan persen dan dari volume darah itu. Biasanya nilai itu
penetapan hematokrit dapat dilakukan sangat teliti, kesalahan metodik rata-rata
kurang lebih 2%. Hasil itu kadang-kadang sangat penting untuk menentukan keadaan
klinis yang menjurus kepada tindakan darurat. Nilai hematokrit biasanya mulai
meningkat pada hari ketiga dari perjalanan penyakit dan makin meningkat sesuai
dengan proses perjalanan penyakit demam berdarah. Seperti telah disebutkan bahwa
peningkatan nilai hematocrit merupakan manifestasi hemokonsentrasi yang terjadi
akibat kebocoran plasma. Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi berkurang
yang dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik dan kegagalan sirkulasi.
Pada kasus-kasus berat yang telah disertai perdarahan, umumnya nilai hematocrit
tidak meningkat bahkan menurun.
Telah ditentukan bahwa pemeriksaan Hematokrit secara berkala pada penderita DHF
mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1) Pada saat pertama kali seorang anak dicurigai menderita DHF, pemeriksaan ini
turut menentukan perlu atau tidaknya anak itu dirawat.
2) Pada penderita DHF tanpa rejatan pemeriksaan hematocrit berkala ikut
menentukan perlu atau tidaknya anak itu diberikan cairan intravena.
3) Pada penderita DHF pemeriksaan hematokrit berkala menentukan perlu atau
tidaknya kecepatan tetesan dikurangi, menentukan saat yang tepat untuk
menghentikan cairan intravena dan menentukan saat yang tepat untuk
memberikan darah.
d. Trombosit
Cara langsung menghitung trombosit dengan menggunakan electronic particle
counter mempunyai keuntungan tidak melelahkan petugas laboratorium
(Sofiyatun, 2008).
Diagnosis tegas dari infeksi dengue membutuhkan konfirmasi laboratorium, baik
dengan mengisolasi virus atau mendeteksi antibody dengue spesifik. untuk virus
isolasi atau deteksi DENV RNA dalam serum spesimen oleh serotipe tertentu, real-
time terbalik transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR), an-fase akut
spesimen serum harus dikumpulkan dalam waktu 5 hari dari onset gejala. Jika virus
tidak dapat diisolasi atau dideteksi dari sampel ini, spesimen serum fase sembuh
diperlukan setidaknya 6 hari setelah timbulnya gejala untuk membuat diagnosis
serologi dengan tes antibodi IgM untuk dengue dengan IgM antibodi-capture
enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-ELISA) (Centers for Disease Control
and Prevention, 2009).
Pemeriksaan diagnosis dari infeksi dengue dapat dibuat hanya dengan
pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada isolasi virus, terdeteksinya antigen virus
atau RNA di dalam serum atau jaringan, atau terdeteksinya antibody yang spesifik
pada serum pasien. Pada fase akut sample darah diambil sesegera mungkin setelah
serangan atau dugaan penyakit demam berdarah dan pada fase sembuh idealnya
sample diambil 2-3 minggu kemudian. Karena terkadang sulit untuk mendapatkan
sampel pada fase sembuh, bagaimanapun, sampel darah kedua harus selalu diambil
dari pasien yang dirawat pada saat akan keluar dari rumah sakit.
7. Penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever
Penatalaksanaan DHF menurut (Centers for Disease Control and Prevention, 2009),
yaitu :
a. Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak istirahat.
b. Beritahu pasien untuk mengambil antipiretik untuk mengontrol suhu mereka.
anak-anak dengan dengue beresiko untuk demam kejang selama fase demam.
c. Peringatkan pasien untuk menghindari aspirin dan nonsteroid lainnya, obat anti
inflamasi karena mereka meningkatkan risiko perdarahan.
d. Memantau hidrasi pasien selama fase demam
e. Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau output
urine
f. Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, pasien mungkin perlu
cairan IV.
g. Kaji status hemodinamik dengan memeriksa denyut jantung, pengisian kapiler,
nadi, tekanan darah, dan Output urine.
h. Lakukan penilaian hemodinamik, cek hematokrit awal, dan jumlah trombosit.
i. Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan sampai yg normal.
j. Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yg normal dan
berlangsung 24-48 jam
8. Komplikasi Dengue Haemoragic Fever
Menurut Soedarto (2012) komplikasi DHF ada yaitu:
a. Komplikasi susunan syaraf pusat
Komplikasi pada sistem syaraf pusat dapat berbentuk konfulsi, kaku kuduk, perubahan
kesadaran dan paresis
b. Ensefalopati
Komplikasi neurologic ini terjadi akibat pemberian cairan hipotonik yang berlebihan
c. Infeksi
d. Kerusakan kulit
e. Kerusakan otak
f. Resiko syok
g. Kejang

9. Pencegahan Dengue Haemoragic Fever


DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes yang terinfeksi oleh virus dengue.
Penanganan yang tepat dan segera akan mencegah terjadinya komplikasi DBD yang
bisa berakibat fatal, pencegahan demam berdarah menjadi sangat penting dan
diutamakan untuk menghindari risiko risiko terjadinya komplikasi DBD. Sudah
sangat umum mengenai slogan pencegahan demam berdarah yang berbunyi 3M :
menguras, menutup dan mengubur. Ternyata prinsip pencegahan demam berdarah
tidak hanya 3M tersebut, cara yang paling utama adalah memastikan kita tidak
digigit nyamuk aedes aegypti sehingga terjadi pencegahan penularan demam
berdarah. Hal ini bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan kebersihan
lingkungan dan juga menggunakan penangkal nyamuk agar tidak berkembang biak
di rumah.
a. Menguras bak mandi seminggu sekali.
Genangan air merupakan tempat bagi aedes aegypti berkembangbiak.
Nyamuk betina akan bertelur pada dinding bak yang berisi air kemudian Larva
nyamuk yang menetas dari telur akan mendapatkan makanan dari
mikroorganisme di sekitar. Selanjutnya Larva nyamuk akan tumbuh menjadi
nyamuk dewasa. keseluruhan siklus ini berlangsung selama 8 sampai 10 hari
dalam suhu ruang. Oleh karena itu membersihkan dan menguras bak mandi
seminggu sekali adalah cara pencegahan demam berdarah yang paling utama.
Kebiasaan ini dapat membasmi nyamuk aedes aegypti serta memutus rantai
penularan demam berdarah. Dianjurkan menaburkan bubuk abate pada bak
mandi setiap 3 bulan sekali pada daerah endemic dbd.
b. Bersihkan juga wadah penampung lainnya
Tempat penampungan air tidak hanya di kamar mandi, Kita juga harus
menguras dan membersihkan berbagai wadah lain di rumah yang menampung air
untuk mencegah demam berdarah. Baskom, kaleng, pas atau pot bunga, ember
dan lain sebagainya dapat menjadi sarang bagi nyamuk jika tidak rajin dikuras.
Biasakanlah menguras pada wadah air tersebut setidaknya sekali atau dua kali
seminggu sebagai langkah pencegahan demam berdarah yang bisa kita lakukan
di rumah. setelah dikuras dan dibersihkan, wadah tersebut bisa ditutup sehingga
mencegah nyamuk bertelur di wadah tersebut. Untuk wadah yang sudah usang
dan tidak berguna maka sebaiknya dibuang atau dikubur untuk mencegah
menjadi tempat genangan air.
c. Pasang kasa dan kelambu nyamuk agar tidak tergigit nyamuk.
Untuk mencegah nyamuk aedes aegypti masuk ke dalam rumah maka bisa
kita pasang kasa pada setiap lubang jendela dan ventilasi. Kasa yang digunakan
bisa berbagai macam seperti kawat magnet bahkan jaring-jaring rapat yang tipis,
namun bisa menghalau masuknya nyamuk dari luar. Pencegahan demam
berdarah juga bisa dilakukan dengan memasang kelambu pada tempat tidur
mengelilingi ranjang.
d. Tidak diperbolehkan menumpuk atau menggantung baju terlalu lama.
Mengurangi kebiasaan menunda-nunda mencuci baju atau melipat baju
merupakan langkah pencegahan demam berdarah. Baju yang menumpuk atau
tergantung terlalu lama menjadi tempat favorit untuk dihinggapi nyamuk. Hal ini
dikarenakan nyamuk menyukai aroma tubuh manusia. Jika memang harus
menyimpan baju yang baru dipakai lipat baju tersebut kemudian simpan pada
tempat yang bersih dan tertutup sedangkan jika sudah tidak dipakai lagi bisa
langsung dimasukkan ke dalam tempat cucian.
e. Gunakan lotion atau krim anti nyamuk.
Melindungi diri dari gigitan nyamuk bisa menggunakan lotion anti
nyamuk. Terutama ketika bepergian keluar rumah atau ke tempat terbuka, ikuti
petunjuk pemakaian yang tertera pada label kemasan. Oleskan krim pada bagian
tubuh yang tidak tertutupi bagian. Jangan mengoleskan krim atau lotion anti
nyamuk pada kulit yang tertutup baju. Jika menggunakan tabir surya atau
sunscreen oleskan tabir surya terlebih dahulu baru langsung antinyamuk. namun
sebaiknya tetap melindungi tubuh dengan krim anti nyamuk meskipun anda
sedang di rumah. Kemudian oleskan lagi menjelang waktu tidur karena nyamuk
demam berdarah asering ada di sepanjang malam. Prinsipnya, jika banyak
nyamuk kita harus sering-sering mengoleskan krim berulang kali di sepanjang
hari dimanapun kita berada. Oleskan ulang sesuai dengan petunjuk di kemasan
misalnya ada yang harus diulang setiap 3 jam atau 4 jam sekali. Hati-hati jika
alergi maka harus mengganti dengan jenis krim atau lotion lainnya yang tidak
alergi.
f. Gunakan pakaian tertutup saat keluar rumah.
Untuk mencegah agar nyamuk tidak menggigit kita maka kita bisa
menggunakan pakaian tertutup agar nyamuk tidak bisa menggigit bagian tubuh
kita yang dilindungi oleh bagian tersebut. Kenakan pakaian panjang yang
menutupi kulit baik ketika di rumah ataupun saat keluar rumah setiap saat. Agar
pencegahan lebih efektif bisa disemprotkan obat permethrin pada, celana, rok,
kaos kaki, dan pakaian. Permethrin adalah obat yang membantu melumpuhkan
dan membunuh tungau termasuk nyamuk.
g. Fogging
Fogging atau pengasapan adalah pencegahan demam berdarah secara
massal dengan penyemprotan obat nyamuk yang mampu menjangkau area yang
lebih luas. Fogguing ini biasanya dilakukan ketika masuk musim pancaroba atau
ketika angka kejadian demam berdarah tinggi di daerah sekitar anda. Obat
fogging mengandung zat kimia yang dilarutkan dengan air kemudian diuapkan
menjadi kabut asap. Asap rokok yang dapat menyebar cepat ke pelosok
bangunan dan cepat membunuh nyamuk serta jentik-jentiknya. Maka setiap
rumah wajib membukakan semua pintu dan jendela rumah terbuka selama
fogging berlangsung. Secara umum fogging tidak berisiko buruk pada kesehatan
tetapi jika terlalu banyak menghirup asap sebaiknya gunakan masker dan
evakuasi ke tempat terbuka yang aliran udara lancar. Fogging paling baik
dijadwalkan di pagi hari jam 5.30 sampai 7.30 atau malam hari 4.30 sampai 6.30.
Hal ini disebabkan karena waktu tersebut adalah waktu saat nyamuk demam
berdarah sedang aktif keluar dari sarangnya
h. Bersihkan tanaman hias di pekarangan rumah
Adanya tanaman di rumah memang membuat penampilan rumah makin
cantik dan rapi. Tetapi kita harus mengetahui bahwa tanaman atau rumput yang
lebat akan menjadikan sarang nyamuk yang tersembunyi terlebih ketika musim
hujan. Karena tidak semua air terserap kedalam tanah kadang masih ada sisa-sisa
genangan air yang bersembunyi di antara tanaman yang tumbuh liar. Oleh karena
itu perlu dibersihkan tanaman yang terlalu liar dan banyak tumbuhnya agar
menghindari timbulnya jentik nyamuk. Jangan lupa untuk menutup setiap pot
dan tutup lubang-lubang, ratakan dengan tanah.
i. Hindari wewangian tertentu
Beberapa wewangian dapat mengundang nyamuk demam berdarah masuk
dan bersemayam di suatu ruangan. Untuk itu, hindari wewangian tertentu saat
musim demam berdarah. Sabun dan parfum yang beraroma tajam juga dapat
menarik nyamuk DBD menggigit tubuh.
j. Tanam tanaman anti nyamuk alami.
Selain yang sudah disebut di atas, kita dapat memanfaatkan alternatif
alami lainnya sebagai cara pencegahan demam berdarah (DBD) di rumah.
Misalnya, menghias interior rumah dengan tanaman pengusir nyamuk seperti
serai wangi, bunga lavender, daun peppermint, dan bunga geranium (tapak dara).
Letakkan pot-pot kecil berisi tanaman tersebut di lokasi yang strategis, misalnya
pojokan rumah, di dekat jendela, atau pintu-pintu masuk. Anda bisa juga
menanam sebagiannya lagi di pekarangan rumah untuk menghalau nyamuk
berkeliaran di luar. Terutama untuk jenis tanaman yang tidak bisa dipelihara
dalam pot, seperti serai dan lemon balm.
Cara lainnya adalah dengan memasang lilin aromaterapi dengan
wewangian dari tanaman pengusir nyamuk tersebut, misalnya lilin dengan aroma
lavender atau geranium. Nyalakan lilin aromaterapi pada malam hari. Namun
perlu diingat, berbagai bahan alami ini belum terbukti 100% aman dan efektif
sebagai pencegahan demam berdarah atau DBD untuk semua orang. Maka dari
itu, sebaiknya Anda tetap prioritaskan menggunakan produk obat antinyamuk
komersil yang memang telah teruji pasti.
k. Vaksin DBD
Jika semua cara pencegahan di atas sudah semua Anda lakukan tapi masih
takut akan risiko DBD, dapatkan vaksin dengue di klinik atau rumah sakit
terdekat. Ya, tidak banyak yang tahu bahwa sebenarnya vaksin dengue sudah
lama ada di Indonesia. Vaksin dengue pun juga sudah disetujui oleh BPOM RI.
Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dengan jarak antar pemberian dosis per 6
bulan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan vaksin dengue sebagai cara
pencegahan demam berdarah sudah dapat diberikan pada orang-orang yang
berusia 9-45 tahun. Namun berdasarkan penelitian, vaksin dengue akan paling
manjur jika mulai diberikan pada anak berusia 9-16 tahun. Saat ini terdapat 10
negara di dunia yang telah menyetujui penggunaan vaksin dengue selain
Indonesia, yaitu Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, Brazil, Puerto Rico,
Meksiko, Honduras, dan Kolombia.
l. Menjaga daya tahan tubuh Anda
Langkah terpenting lainnya yang perlu dilakukan sebagai pencegahan
DBD atau demam berdarah adalah meningkatkan daya tahan tubuh Anda.
Dengan sistem kekebalan tubuh yang baik, risiko Anda terkena penyakit pun
dapat dikurangi. Anda dapat melindungi daya tahan tubuh dengan menerapkan
kebiasaan hidup sehat. Mencegah demam berdarah dengan cara banyak
mengonsumsi berbagai jenis makanan sehat dapat meningkatkan daya tahan
tubuh sekaligus memenuhi kebutuhan nutrisi harian Anda. Aturlah menu
makanan yang kaya akan vitamin dan mineral seperti sayuran, buah-buahan,
kacang-kacangan, serta daging. Berolahraga juga cara terbaik menjaga kesehatan
tubuh guna mencegah demam berdarah. Usahakan untuk olahraga secara rutin.
Tidak perlu terlalu berat, contohnya seperti cukup berjalan santai selama 30
menit per hari. Kurangi pula kebiasaan buruk seperti merokok, minum alkohol,
kurang tidur, serta pelajari cara mengelola stres yang baik.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian terdiri dari dua yaitu pengkajian skrining dan pengkajian mendalam.
Pengkajian dilakukan Ketika menentukan apakah keadaan tersebut normal atau
abnormal, jika ada beberapa data yang ditafsirkan abnormal maka akan dilakukan
pengkajian mendalam untuk menentukan diagnose yang tepat (Heather, 2018)
Terdapat 14 jenis subkategori daya yang dikaji yaitu respirasi, sirkulasi,nutrisi dan
cairan, eleminasi, aktivitas dan istirahat, neurosensory, reproduksi danseksualitas,
nyeri dan kenyamanan, integritas ego, pertumbuhan danperkembangan, kebersihan
diri, penyuluhan dan pembelajaran, interaksi sosial,serta keamanan dan proteksi.
Dalam pengkajian pada pasien DHF dilakukan dengan menggunakan pengkajian
medalam mengenai hipertermia kategori lingkungan dengan sub kategori keamanan
dan proteksi yang dimana gejala subjektif mayor tidak ada, objektif mayor suhu tubuh
diatas normal, subjektif tanda minor tidak ada dan objektif tanda minor kulit merah,
kejang, takikardia, takipnea dan kulit terasa hangat.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua
jenis, yauitu Diagnosis Negatif dan Diganosis Positif. Diagnosis negatif terdiri dari
Diagnosis Aktual dan Diagnosis Risiko. Dan Diagnosis positif disebut juga dengan
Diagnosis Promosi Kesehatan. Contoh diagnosis dalam makalah ini adalah diagnosa
aktual, yang terdiri dari tiga komponen yaitu masalah (problem), penyebab (etiologi),
tanda (sign),dan gejala (symptom) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Diagnosis yang mungkin muncul pada klien dengan DHF , antara lain:
a. Hipertermia berhubungan dengan proses invasi virus ditandai dengan Keadaan umum
nadi kuat, Suhu tubuh 39.0 derajat celcius Kulit teraba hangat, nadi 85x/menit,
SPO2 95%, TD 80/60 mmHg
b. Hipovolemia berhubungan dengan viremia ditandai dengan tekanan darah 80/60, bibir
mukosa kering, hematokrit meningkat yaitu 48% trombosit 83.000
c. Nausea berhubungan dengan viremia ditandai dengan wajah pucat, makan sedikit-sedikit,
klien tampak lemas

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan terdiri atas luaran (outcome) dan intervensi. Iuran
keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat diobservasi dan diukur meliputi
kondisi, perilaku atau persepsi pasien, keluarga atau komunitas sebagai respons
terhadap intervensi keperawatan. Kriteria hasil adalah karakteristik pasien yang biasa
diamati maupun diukur oleh perawat dan dijadikan sebagai dasar untuk menilai
pencapaian hasil intervensi keperawatan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).
Sedangkan Intervensi keperawatan adalah segala tindakan yang dikerjakan
olehperawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapailuaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018a). Tindakan-
tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas Tindakan observasi, Tindakan
terapeutik, Tindakan edukasi, dan Tindakan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018a)
Diagnosa
No. Tujuan Intervensi
Keperawatan
dx (SLKI) (SIKI)
(SDKI)

I.15506
Manajemen hipertermia.
D.0130
Hipertermia L.14134
Termoregulasi.
berhubungan Definisi:
dengan proses Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola
Pengaturan suhu tubuh peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi
invasi virus
agar tetap berada pada termoregulasi.
ditandai dengan rentang normal.
Keadaan umum
Setelah dilakukan
Observasi
pasien tampak perawatan selama 3X24
1. jam diharapkan 1. 1. Identifikasi penyebab hipertermia.
sakit sedang,
termoregulasi membaik,2. 2. Monitor suhu tubuh.
nadi kuat, dengan kriteria hasil: 3. 3. Monitor haluaran urin.
Suhu tubuh 1. Suhu tubuh
membaik. Terapeutik
39.0 derajat 2. Suhu tubuh 1. Longgarkan pakaian.
celcius Kulit membaik. 2. Berikan cairan oral.
teraba hangat 3. Kulit merah cukup 3. Lakukan pendinginan eksternal
meningkat. (kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
2. Kolaborasi pemberian parasetamol

2. D0023 L.03020 I.03116


Hipovolemia
berhubungan Manajemen Hipovolemia
dengan viremia Definisi: Definisi:
Ekuilibrium antara Mengidentifikasi dan mengelola
ditandai dengan
volume di ruang penurunan volume airan intravascular
tekanan darah
intraselular dan Observasi
90/70, bibir ekstraselular tubuh
mukosa kering, 1. periksa tanda dan gejala
Setelah dilakukan hipovolemia (frekuensi nadi, nadi
hematokrit
perawatan selama 3x24 teraba lemah, takanan nadi
meningkat yaitu menyempit, turgor kulit menurun,
jam diharapkan
48% trombosit keseimbangan cairan membrane mukosa kering, haus,
83.000 membaik dengan lemas)
kriteria hasil: 2. monitor intake dan output cairan

1. asupan cairan Terapeutik


membaik
1. hitung kebutuhan cairan
2. membran mukosa
2. berikan posisi modified
lembab
Trendelenburg
3. tekanan darah
3. berikan asupan cairan oral
membaik
4. frekuensi nadi Edukasi
membaik
1. anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
2. anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak

Kolaborasi

1. kolaborasi pemberian cairan


IV isotonis (mis. NaCl, RL)
2. kolaborasi pemberian IV
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%,
NaCl0,4%
3. kolaborasi pemberian cairan
koloid
4. kolaborasi pemberian produk
darah

3. D.0076 L.10099 Ll.03117


Nausea Definisi:
berhubungan Kemampuan untuk Manajemen mual
dengan viremia mengendalikan atau Defnisi:
ditandai dengan mengurangi perasaan
tidak nyaman pada Mengidentifikasi dan mengelola perasaan
wajah pucat, tidak enak pada bagian tenggorokan atau
bagian belakang
makan sedikit- lambung yang dapat menyebabkan
tenggorokan atau
sedikit, klien lambung yang dapat muntah
tampak lemas menyebabkan muntah. Observasi:
Setelah dilakukan
perawatan selama 3x24 1. identifikasi pengalaman mual
jam diharapkan kontrol 2. idenfikasi isyarat nonverbal
mual membaik dengan ketidaknyamanan
kriteria hasil: 3. identifikasi dampak mual
1.Kemampuan terhadap kualitas hidp (misalnya
mengenali gejala nafsu makan, aktivitas, kinerja,
meningkat tanggung jawab peran dan tidur)
4. identfikasi antiemetik untuk
2.kemampuan mencegah mual.
melakukan tindkaan 5. Monitor mual (misalnya
untuk mengontrol frekuenis, drasi dan tingkat
mual/muntah keparahan)
meningkat 6. Monitor asupan nutrisi dan kalori
3. melaporkan mual dan
muntah terkontrol Terapeutik
meningkat
1. Kendalikan faktor lingkungan
4. mencatat pemantauan penyebab mual (seperti bau tidak
gejala menghindari bau sedap)
tidak enak meningkat 2. Berikan makanan dingin, cairan
bening, tidak berbau dan tidak
berwarna jika perlu

Edukasi

1. Anjurkan istirahat dan tidur yang


cukp
2. Anjurkan sering membersihkan
mulut, kecuali jika merangsang
mual
3. Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah lemak.

Kolaborasi

1. Anjurkan pemberian antiemetic,


jika perlu.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan rencanaatau
tindakan asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan
untukmembantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi,
2008).Sedangkan, Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan olehperawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Agar
kondisi pasien cepatmembaik diharapkan bekerjasama dengan keluarga pasien dalam
melakukanpelaksanaan agar tercapainya tujuan dan kriteria hasil yang sudah dibuat
dalam intervensi (Nursalam, 2011).

Tanggal & jam No DK Implementasi Paraf

11 Maret 2022 1 1. Memonitor suhu tubuh Alih Galiah


2. Mengidentifikasi penyebab
08:00 hipertermia
3. Memberikan cairan oral
09.00 4. Mengkolaborasikan pemberian
paracetamol

09.00 2 1. Memeriksa tanda dan gejala Alih Galiah


hipovolemia
2. Memberikan posisi modified
trendelenburg
3. Memberikan asupan cairan oral
4. berkolaborasikan pemberian IV
isotonis

10.00 3 1. Mengidentifikasi dampak mual Alih Galiah


terhadap kualitas hidup (nafsu
makan, aktivitas)
2. Mengendalikan faktor
lingkungan penyebab mual
seperti bau tidak sedap)

12 Maret 2022 1. 1. Memonitor suhu tubuh Alih Galiah

15.00 2. Mengidentifikasi penyebab


hipertermia
16.00
3. Memberikan cairan oral
17.00 4. Melonggarkan pakaian

15.00 2 1. Memberikan asupan cairan oral Alih Galiah


18.00 2. Memonitor intake dan output
cairan

15.00 3 1 Memonitor mual Alih Galiah


17.00 2 Menganjurkan istirahat dan
tidur yang cukup

13 Maret 2022 1 1. Memonitor suhu tubuh Alih Galiah


15.00
Dan 18.00

16.00 2 1. Memeriksa tanda dan gejala Alih Galiah


hipovolemia

2. Menganjurkan memperbanyak cairan


oral

14 Maret 2022 1. 1. memonitor suhu tubuh Alih Galiah


08.00

12.00 2. 1. monitor intake dan output cairan Alih Galiah

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang didasarkan
pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi ada individu (Nursalam, 2008). Terdapat dua
jenis evaluasi, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah
evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan. Sedangkan evaluasi
sumatif berfokus pada aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan
tindakan keperawatan. Fokus evaluasi ini adalah perubahan perilaku klien atau status
kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien.tipe evaluasi ini dilaksanakan
padaakhir tindakan keperawatan secara paripurna. Evaluasi keperawatan dilakukan
dalam bentuk pendekatan SOAP. Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa
komponen yaitu:
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Evaluasi keperawatan
BAB III
TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
Rumah Sakit Cahya
Kawaluyan NO. RM: xxxx56
Kota baru Parahyangan ASESMEN KEPERAWATAN NAMA: Anl. AL
Padalarang – Bandung ANAK TGL LAHIR/UMUR: 31 Agustus 2012 (9 tahun
Telp (022) 6803700, (1-13 TAHUN) 6 bulan 10 hari) BAGIAN/KAMAR:Gab 3209
70830807 (kelas 1)
Fax. (022) 6803711
Pengkajian diambil dari  keluarga wali
Nama: Tn. A
hubungan dengan pasien: Ayah Kandung
IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Anl. AL
2. Jenis kelamin :  laki-lakiperempuan
3. Agama :  islam katolik kristen 
hindu budha konghucu
4. Nama orang tua : Ayah: Tn. A
5. DPJP utama : dr. Ricky Hartanto, Sp.A
6. Pembayaran : Umum
7. Diagnosa masuk : Susp DBD (dibawah pemeriksaan)
8. Informasi medik:
Laboratorium : tidak ada ada
Radiologi : tidak ada ada
9. Tata tertib :tidak ya
KEADAAN SAAT MASUK
10. Tanggal dan jam masuk: 10 Maret 2022 – 22:50
11. Masuk dari:IGDklinik rajal rekam medis
 kamar bedah pindahan ICU/PICU
12. Cara masuk: jalan kakikursi roda tempat tidur
digendong brancard lainnya
13. Pengantar: orang tua keluarga teman wali
14. Kondisi saat masuk: sadar tidak sadar
RIWAYAT KESEHATAN
15. Alasan masuk rumah sakit:
Ot mengatakan anaknya demam sudah 5 hari naik turun, mual dan anak terlihat lemas
16. Keluhan utama : Demam
17. Riwayat kesehatan sekarang (PQRST)
Orang tua mengatakan anak demam sudah 5 hari, disertai meriang. Awal mulanya anak bermain diluar
rumah bersama teman-temannya sore hari, dan saat menjelang malam hari anak demam, terlihat lemas dan
mual, Saat ini klien tampak berbaring ditempat tidur, meriang, kulit teraba hangat, lemas disertai mual.
orangtua mengatakan sempat berobat ke klinik terdekat namun tidak ada perubahan.
18. Keluhan yang menyertai
Mual dan terlihat lemas
19. Riwayat kesehatan masa lalu :-
20. Riwayat penyakit yang dialami selama tumbuh kembang:
 hiperbilirubin gastroenteritis BP kejang
tidak ada
21. Riwayat operasi: jenis operasi: -
Tempat/Rs: -
22. Riwayat alergi: adatidak ada
23. Riwayat pengobatan: Nama Obat: tidak ada
24. Riwayat kesehatan keluarga
25. Keadaan kesehatananggota keluarga: diabetes asma TBC
 hipertensi jantung hepatitis
kejang kanker gagal ginjal
 tidak ada
Pemeriksaan Fisik Masalah keperawatan
Pernafasan Tidak ada masalah
Keluhan Ya Tidak Ketidakefektifan
Irama tidak teratur Ya Tidak Sebutkan: - bersihan jalan nafas
Sumbatan Jalan Nafas Ya Tidak Sebutkan: - Ketidakefektifan pola
nafas
Bentuk Dada Asimetris Ya Tidak Sebutkan: -
Gangguan Pertukaran
Retraksi Dada Ya Tidak
Gas
Nafas Cuping Hidung Ya Tidak GangguanVentilasi
Batuk Ya Tidak Spontan
Sputum Ya Tidak Resiko Infeksi
Bantu mengeluarkan Sputum Ya Tidak Warna: - Gangguan Pertukaran
Sesak Ya Tidak Gas
Nyeri Ya Tidak Hambatan Pertukaran
Merokok Ya Tidak Bungkus/hari: - Gas
Sianosis Ya Tidak Area:-
Alat Bantu Ya Tidak
Oksigen Ya Tidak
Tracheostomy Ya Tidak Hari Ke: -

Kardiovaskuler Tidak ada masalah


Keluhan Ya Tidak Sebutkan Resiko tinggi
Nyeri Dada Ya Tidak penurunan curah
< 30 menit Ya Tidak jantung
> 30 Menit, seperti ditimpa benda berat/tumpul Ya Tidak Penurunan curah
Menyebar Ya Tidak Daerah : - jantung
Berkurang saat istirahat Ya Tidak Intoleransi aktifitas
Berdebar-debar Ya Tidak Gangguan Ventilasi
Cepat lelah Ya Tidak Spontan
Kelebihan volume
Keringat Dingin Ya Tidak
cairan
Lain-lain Ya Tidak Sebutkan: - Kekurangan volume
Turgor Kulit menurun Ya Tidak cairan
Ictus cordis tidak terlihat Ya Tidak hipovolemia
Capillary refill time >2-3 dtk Ya Tidak
Ektremitas: Dingin Ya Tidak
Edema Ya Tidak
Tidak ada masalah
Persarafan Resiko ketidakefektifan
Keluhan Ya Tidak perfusi jaringan otak
Pusing Ya Tidak Hambatan komunikasi
Vertigo Ya Tidak verbal
Intoleransi aktifitas
Nyeri Kepala Ya Tidak
Gangguan Menelan
Tremor Ya Tidak
Kejang Ya Tidak
Kesemutan Ya Tidak
Baal Ya Tidak
Sukar Tidur Ya Tidak
Sering terbangun Ya Tidak
Lain-lain Ya Tidak Sebutkan: -
Penglihatan terganggu Ya Tidak
OD Ya Tidak
OS Ya Tidak
Alat bantu/kacamata Ya Tidak
Reaksi Pupil: 0,2/
0,2mm
Anisokor Ya Tidak
Pendengaran terganggu Ya Tidak
Alat bantu pendengaran Ya Tidak
Bicara terganggu Ya Tidak
Aphasia Ya Tidak
Dispasia Ya Tidak
Pelo Ya Tidak

Status Nutrisi dan Gastrointestinal


Tidak ada masalah
Berat Badan: 29 kg Tinggi Badan: (tidak terkaji) cm Ketidakseimbangan
Resiko Nutrisional: MST (tidak terkaji) Score nutrisi kurang dari
Z-Score Score Kebutuhan
Jenis dan Frekuensi Makanan: Konstipasi
ASI Jumlah ml/porsi Frekuensi Resiko kadar gula
PASI Jumlah ml/porsi Frekuensi darah tidak stabil
Bubur Jumlah ml/porsi Frekuensi Resiko ketidak
Tim Jumlah ml/porsi Frekuensi seimbangan elektrolit
Nasi Jumlah 1 porsi Frekuensi 3 Lainnya:
Penurunan nafsu makan Ya Tidak  Nausea
Keluhan Ya Tidak
Mual Ya Tidak
Kembung Ya Tidak
Muntah Ya Tidak
Sukar menelan Ya Tidak
Nyeri Ya Tidak
Rasa haus Ya Tidak
Stomatitis Ya Tidak
Lain-lain Ya Tidak Sebutkan:
Gigi tetap / gigi susu tanggal Ya Tidak
Tumbuh gigi tetap Ya Tidak
Dicabut Ya Tidak
Faktor Usia Ya Tidak
Gigi Palsu Ya Tidak
Caries Ya Tidak
Masalah Gusi Ya Tidak
Bengkak Ya Tidak
Berdarah Ya Tidak
Lidah Abnormal Ya Tidak
Kering Ya Tidak
Kotor Ya Tidak
Abdomen Abnormal Ya Tidak
Buncit Ya Tidak
Gambaran Vena Ya Tidak
Luka Operasi Ya Tidak
Kuadran: kanan bawah
Kondisi Luka: kering dang bersih
Asites Ya Tidak
Nyeri Ya Tidak
Kuadran:-
Bising Usus 20x menit
Kuat Ya Tidak
Lemah Ya Tidak
Tidak terdengar Ya Tidak Kuadran: -
Alat Bantu Ya Tidak
Colostomi Ya Tidak
Ileostomi Ya Tidak
Jejenostomi Ya Tidak
Drain Ya Tidak
Jenis: - Jumlah :- Kuadran: -
Kelainan pada anus Ya Tidak
Fistula Ya Tidak
Fissura Ya Tidak
Atresia ani Ya Tidak
Hemoroid Ya Tidak
BAB Frekuensi -/hari
Konsistensi:- Warna:-

Perkemihan
BAK Frekuensi 5x/hari Tidak ada masalah
Warna:Kuning bening Resiko Infeksi
Nyeri berkemih Ya Tidak Hambatan eliminasi
Folley Kateter Ya Tidak urin
Riwayat Hemodialisa Ya Tidak Inkontinensia
urianarius fungsional
Muskuloskeletal
Keluhan Ya Tidak
Nyeri Ya Tidak Tidak ada masalah
Tremor Ya Tidak Defisit merawat diri:
Mandi
Lemas Ya Tidak
Defisit merawat diri:
Baal Ya Tidak
Berpakaian
Kesemutan Ya Tidak Defisit merawat diri:
Lain-lain Ya Tidak Sebutkan: Makan
Penggunaan alat bantu gerak Ya Tidak Defisit merawat diri:
Kruk Ya Tidak Eliminasi
Walker Ya Tidak Hambatan Mobilitas
Threepot Ya Tidak Fisik
Kursi roda Ya Tidak Resiko Cidera
ROM terbatas Ya Tidak Kejadian Jatuh
Kanan atas Ya TidakKiri atas Ya Tidak
Kanan bawah Ya TidakKiri bawah Ya Tidak
Kekuatan motorik (tidak terkaji)
Refleks abnormal Ya Tidak Sebutkan:
Asesmen Fungsional Barthel Indeks:
Nilai ADL (Tingkat Kemandirian) 12 (Ketergantungan sedang)
Nilai Resiko Jatuh 11 (Resiko rendah)

Reproduksi
Pria Luka Ya Tidak Tidak ada masalah
Bengkak Ya Tidak Disfungsi seksual
Kotor Ya Tidak Ketidakefektifan pola
seksual
Integumen
Kulit abnormal Ya Tidak
Tidak ada masalah
Integritas abnormal Ya Tidak
Resiko kerusakan
Gatal Ya Tidak
integritas kulit
Kering Ya Tidak Resiko infeksi
Hangat Ya Tidak  Lainnya:
Merah Ya Tidak Hipertermia
Memar Ya Tidak
Bintik Ya Tidak
Dingin Ya Tidak
Urtikaria Ya Tidak
Panas Ya Tidak
Bersisik Ya Tidak
Nyeri Ya Tidak
Ptechie Ya Tidak
Kulit abnormal Ya Tidak
Lesi Ya Tidak
Pucat Ya Tidak
Makula Ya Tidak
Kemerahan Ya Tidak
Papula Ya Tidak
Ikterik Ya Tidak
Pustula Ya Tidak
Clubbing of fingers Ya Tidak
Vesikel Ya Tidak
Lecet Ya Tidak
Kulit kepala abnormalYa Tidak
Berketombe Ya Tidak
Luka Ya Tidak
Rambut abnormal Ya Tidak
Rontok Ya Tidak Lokasi luka/lesi lain
Bercabang Ya Tidak
Alopecia Ya Tidak (Pemberian tanda
Lain-lain Ya Tidak Sebutkan - bisa dilakukan
Skor Braden 09 (Resiko rendah) dengan Body
Luka Ya Tidak Diagram)
Tanda Vital dan Indikator Lainnya
Keadaan Umum: Pasien tampak sakit sedang
Kesadaran: Composmentis (GCS 15: Mata 4, Verbal 5, Motorik 6)
Suhu:39.0oC, Nadi: 85x/menit, SpO2:95%, Tekanan darah: 90/70 mmHg
Pasien tererpasang infus RL 120cc/jam
Psikososial Spiritual dan Kultural Masalah Keperawatan
Psikososial Tidak ada masalah
Pengasuh utama  Ibu Lain-lain
Curiga penganiayaan/penelantaran: Tidak ada.
Bila anak sakit di bawa ke  Dokter umumdokter spesialis lain-lain
Reaksi terhadap perpisahan: takut, cemas.
Reaksi anak terhadap perawat/petugas kesehatan: anak koorperatif
Respon keluarga terhadap sakit: Cemas
Masalah yang dihadapi: orang tua cemas karna anaknya dirawat.

Spiritual
Agama: Islam
Cara beribadah:Sholat
Kepercayaan/Pantangan dalam pengobatan: tidak ada

Status Budaya
Suku:Sunda
Bahasa yang digunakan: bahasa Indonesia
Kepercayaan/budaya lain: tidak ada Ya
Asesmen Tambahan (Populasi Khusus)
1. Riwayat vaksinasi
Dasar:BCG Campak  DPTPolioHepatitis B
 Tambahan: MMR  Hepatitis A Cacar ...................

2. Nilai ADL (Tingkat Kemandirian)


Indeks Tingkat Kemandirian Nilai
Mengontrol BAB Terkendali 2
Mengontrol BAK Terkendali 2
Membersihkan diri Butuh pertolongan 1
Toileting (melepaskan, memakai celana) Butuh pertolongan beberapa aktivitas 1
Makan Perlu ditolong memotong makanan 1
Berubah sikap dari berbaring ke duduk Bantuan minimal 1 orang 3
Berpindah/berjalan Berjalan dengan bantuan 3
Memakai baju Sebagian dibantu 1
Naik-turun tangga mandiri 3
Mandi Tergantung orang lain 1
Jumlah Nilai 10
Kesimpulan Ketergantungan ringan
3. Resiko Jatuh
Kategori Respon Nilai
Usia 7-13 tahun 2
Jenis Kelamin Laki-laki 2
Diagnosis Diagnosis lainnya 1
Gangguan Kognitif Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Faktor Lingkungan Riwayat jatuh 4
Respon terhadap Pembedahan/
Tidak menggunakan anaestesi 0
Sedasi/Anestesi
Tidak menggunakan salah satu obat (sedatif, hipnosis,
Penggunaan Medikamentosa barbiturat, fenotiazin, antidepresan, pencahar, diuretik, 0
narkose)
Total Nilai 11
Kesimpulan Resiko rendah

4. Braden Score
Kategori Respon Nilai
Persepsi Sensorik Tidak ada gangguan 4
Kelembaban Kelembaban konstan 1
Aktifitas Tergeletak ditempat tidur 1
Mobilisasi Sedikit terbatas 3
Nutrisi Kurang adekuat 2
Friksi dan Gesekan Potensi masalah 2
Total Nilai 13
Kesimpulan 12-14: Resiko rendah

5. PediatricEarlyWarningSystem
Kategori Respon Nilai
Perilaku Tidur, rewel 0
Kardiovaskuler Kemerahan (CRT 1-2s) 0
Respirasi Dalam batas normal 0
Total Nilai 1
Kesimpulan 0-1:Stabil – Evaluasi berkala

Terapi Obat
Injeksi
Nama obat :Ceftriaxone
Golongan : Antibiotik Sefalosporin
Dosis untuk pasien :1 X 1,5 gr
Indikasi untuk pasien : Mengobati dan mengatasi infeksi bakteri gram negatif maupun gram positif.
Kontra indikasi obat : Penggunaan bersama alat kontrasepsi hormonal, tretinoin dan streptokinase.
Efek samping obat : Sakit kepala, mual,muntah, diare, bengkak iritasi di area injeksi, keringat
berlebihan
Farmakokinetik : Ceftriaxone memiliki cincin beta laktam yang menyerupai struktur asam amino
D-alanyl- D-alanine yang digunakan untuk membuat peptidoglikan sehingga dapat
menginhibisi sintesis dinding sel bakteri.
Oral
Nama obat :Sanmol Forte
Golongan :Paracetamol
Dosis untuk pasien :3 x 10 ml
Indikasi untuk pasien : Analgetik dan antipiretik
Kontra indikasi obat : Hipersensitif dan disfungsi hati yang parah
Efek samping obat : Reaksi kulit dan kerusakan hati (overdosis atau pengunannan jangka panjang)
Farmakokinetik : Menghambat salah satu senyawa dalam tubuh sehingga tubuh tidak focus pada
rasa sakit dan mempengaruhi bagian otak yang berhubungan dengan suhu tubuh.

Nama obat :Ranivel


Golongan : Ranitidine
Dosis untuk pasien :2 x 5 ml
Indikasi untuk pasien : mengobati kelebihan asam lambung
Kontra indikasi obat : riwayat porfiria akut
Efek samping obat : bisa menyebabkan pusing, sakit kepala, tidak nyaman diperut, konstipasi/diare
Farmakokinetik : menghambat secara kompetitif kerja reseptor histamine H2 menyebabkan
produksi asam lambung menurun baik dalam kondisi istirahat maupun adanya
rangsangan oleh makanan, histamin, pentagastrin, kafein dan insulin.

Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi

10 Maret 2022

Laboratorium:
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 14.4 g/dL 10.8-15.6
Hematokrit 43 % 33.0-45.0
Jumlah Leukosit 3.3 10^3/µL 4.50-13.50
Jumlah Trombosit 124 10^3/µL 150-450
Eritrosit 6.04 Juta/µL 3.80-5.80

Thorax:
Kesan: Dalam Batas Normal

Laboratorium:
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Antigen (Identifikasi Covid-19) Negatif negatif

11 Maret 2022
Laboratorium:

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematokrit 48 % 33.0-45.0
Jumlah Trombosit 83 10^3/µL 150-450

12 Maret 2022
Laboratorium:
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematokrit 44 % 33.0-45.0
Jumlah Trombosit 48 10^3/µL 150-450

13 Maret 2022
Laboratorium:

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematokrit 43 % 33.0-45.0
Jumlah Trombosit 57 10^3/µL 150-450

14 Maret 2022
Laboratorium:

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematokrit 45 % 33.0-45.0
Jumlah Trombosit 118 10^3/µL 150-450

2. Analisa data

No. Data Etiologi Problem Tanda Tangan


1 DS: proses invasi virus hipertermia Alih Galiah
- OT pasien
mengatakan virus masuk aliran

anaknya demam darah

DO:
viremia
- nadi kuat,
- Suhu tubuh 39.0
derajat celcius
- Kulit teraba hangat masuk ke
- Tekanan darah pembuluh darah
90/70 mmHg otak melalui aliran
- Nadi 85 darah
- SPO2 95%
mempengaruhi
hipotalamus

hipertermia

2 DS: viremia hipovolemia Alih Galiah


- OT mengatakan
anaknya lemas. komplemen

DO: antigen

- Ekstremitas
dingin
antigen meningkat
- Tekanan darah
90/70
- Nadi 85 mmHg pembebasan
- SPO2 95% histamin
- Mukosa bibir
kering
- Hematokrit 48% peningkatan
- Trombosit 83.000 permeabilitas
dinding pembuluh
darah

Kebocoran plasma

Perdarahan
ekstraseluler
Hipovolemia
3 DS: Ot mengatakan viremia Nausea Alih Galiah
anak mual dan merasa
ingin muntah, makan mekanisme tubuh

sedikit-sedikit untuk melawan

DO: virus

- Wajah pucat
- lemas
Peningkatan asam
lambung

nausea

3. Diagnosa Keperawatan
d. Hipertermia berhubungan dengan proses invasi virus ditandai dengan Keadaan umum
nadi kuat, Suhu tubuh 39.0 derajat celcius Kulit teraba hangat, nadi 85x/menit,
SPO2 95%, TD 80/60 mmHg
e. Hipovolemia berhubungan dengan viremia ditandai dengan tekanan darah 80/60, bibir
mukosa kering, hematokrit meningkat yaitu 48% trombosit 83.000
f. Nausea berhubungan dengan viremia ditandai dengan wajah pucat, makan sedikit-sedikit,
klien tampak lemas
4. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No. Tujuan Intervensi
Keperawatan
dx (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. D.0130 L.14134
Hipertermia Termoregulasi.
berhubungan
Definisi:
I.15506
Manajemen hipertermia.

dengan proses
Definisi:
invasi virus
Pengaturan suhu tubuh Mengidentifikasi dan mengelola
ditandai dengan
agar tetap berada pada peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi
Keadaan umum rentang normal. termoregulasi.
nadi kuat,
Setelah dilakukan
Suhu tubuh perawatan selama 3X24 Observasi
jam diharapkan
39.0 derajat
termoregulasi membaik,4. 1. Identifikasi penyebab hipertermia.
celcius Kulit dengan kriteria hasil: 5. 2. Monitor suhu tubuh.
4. Suhu tubuh 6. 3. Monitor haluaran urin.
teraba hangat,
membaik.
nadi 85x/menit, 5. Suhu tubuh Terapeutik
SPO2 95%, TD membaik. 1. Longgarkan pakaian.
1. Kulit merah cukup 2. Berikan cairan oral.
90/70 mmHg
meningkat. 3. Lakukan pendinginan eksternal
, (kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)

Kolaborasi
3. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena

Kolaborasi pemberian parasetamol


2. D0023 L.03020 I.03116
Hipovolemia Manajemen Hipovolemia
Definisi: Definisi:
berhubungan
Ekuilibrium antara Mengidentifikasi dan mengelola
dengan viremia
volume di ruang penurunan volume airan intravascular
ditandai dengan intraselular dan Observasi
ekstremitas ekstraselular tubuh
1. periksa tanda dan gejala
dingin, tekanan
Setelah dilakukan hipovolemia (frekuensi nadi, nadi
darah 90/70, teraba lemah, takanan nadi
perawatan selama 3x24
bibir mukosa jam diharapkan menyempit, turgor kulit menurun,
kering, keseimbangan cairan membrane mukosa kering, haus,
hematokrit membaik dengan
meningkat yaitu kriteria hasil: lemas)
48% trombosit 2. monitor intake dan output cairan
1. asupan cairan
83.000 membaik Terapeutik
2. membran mukosa
lembab 1. hitung kebutuhan cairan
3. tekanan darah 2. berikan posisi modified
membaik Trendelenburg
4. frekuensi nadi 3. berikan asupan cairan oral
membaik Edukasi

1. anjurkan memperbanyak asupan


cairan oral
2. anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak

Kolaborasi

1. kolaborasi pemberian cairan IV


isotonis (mis. NaCl, RL)
2. kolaborasi pemberian IV
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%,
NaCl0,4%
3. kolaborasi pemberian cairan
koloid
4. kolaborasi pemberian produk
darah

3. D.0076 L.10099 Ll.03117


Nausea Definisi:
berhubungan Kemampuan untuk Manajemen mual

dengan viremia mengendalikan atau Defnisi:


mengurangi perasaan
ditandai dengan
tidak nyaman pada Mengidentifikasi dan mengelola perasaan
wajah pucat, tidak enak pada bagian tenggorokan atau
bagian belakang
makan sedikit- tenggorokan atau lambung yang dapat menyebabkan
sedikit, klien lambung yang dapat muntah
tampak lemas menyebabkan muntah.
Observaisi:
Setelah dilakukan
perawatan selama 3x24 1. identifikasi pengalaman mual
jam diharapkan kontrol 2. idenfikasi isyarat nonverbal
mual membaik dengan
kriteria hasil: ketidaknyamanan
1.Kemampuan 3. identifikasi dampak mual terhadap
mengenali gejala kualitas hidp (misalnya nafsu makan,
meningkat aktivitas, kinerja, tanggung jawab
peran dan tidur)
2.kemampuan 4. identfikasi antiemetik untuk
melakukan tindkaan mencegah mual.
untuk mengontrol 5. Monitor mual (misalnya frekuenis,
mual/muntah drasi dan tingkat keparahan)
meningkat 6. Monitor asupan nutrisi dan kalori
3. melaporkan mual dan
muntah terkontrol Terapeutik
meningkat
1. Kendalikan faktor lingkungan
4. mencatat pemantauan penyebab mual (seperti bau tidak
gejala menghindari bau sedap)
tidak enak meningkat 2. Berikan makanan dingin, cairan
bening, tidak berbau dan tidak
berwarna jika perlu

Edukasi

1. Anjurkan istirahat dan tidur yang


cukp
2. Anjurkan sering membersihkan
mulut, kecuali jika merangsang
mual
3. Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah lemak.

Kolaborasi

1. Anjurkan pemberian antiemetic,


jika perlu.
5. Implementasi Keperawatan

Tanggal & jam No DK Implementasi Paraf

11 Maret 2022 1 1. Memonitor suhu tubuh Alih Galiah


2. Mengidentifikasi penyebab
08:00 hipertermia
3. Memberikan cairan oral
09.00 4. Mengkolaborasikan pemberian
paracetamol

09.00 2 1. Memeriksa tanda dan gejala Alih Galiah


hipovolemia
2. Memberikan posisi modified
trendelenburg
3. Memberikan asupan cairan
oral
4. Mengkolaborasikan pemberian
IV isotonis

10.00 3 1. Mengidentifikasi dampak Alih Galiah


mual terhadap kualitas hidup
(nafsu makan, aktivitas)
2. Mengendalikan faktor
lingkungan penyebab mual
seperti bau tidak sedap)

12 Maret 2022 1. 1. Memonitor suhu tubuh Alih Galiah

15.00 2. Mengidentifikasi penyebab


hipertermia
16.00
3. Memberikan cairan oral
17.00
4. Melonggarkan pakaian

15.00 2 1. Memberikan asupan cairan oral Alih Galiah


18.00 2. Memonitor intake dan output
cairan

15.00 3 1. Memonitor mual Alih Galiah


17.00 2. Menganjurkan istirahat dan
tidur yang cukup

13 Maret 2022 1 1. Memonitor suhu tubuh Alih Galiah


15.00
Dan 18.00

16.00 2 1. Memeriksa tanda dan gejala Alih Galiah


hipovolemia
2. Menganjurkan memperbanyak
cairan oral

14 Maret 2022 1. 1. memonitor suhu tubuh Alih Galiah


08.00

12.00 2. 1. monitor intake dan output cairan Alih Galiah

2. Evaluasi Keperawatan

Tanggal/Jam No DK Evaluasi Paraf


S: Orang tua pasien mengatakan anak masih demam
11 Maret O: suhu 37.7 derajat celcius, O2 97%, HR 78x/menit,
2022 TD 90/70 Alih
1
Galiah
13.00 A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
S: Orang tua pasien mengatakan anaknya masih lemas,
minum masih sedikit-sedikit
O: hematokrit 48%, tromboit 83.000, suhu 37.7 derajat Alih
13.00 2 celcius, O2 97%, HR 78x/menit TD: 90/70 Galiah

A: masalah belum teratasi


P: lanjutkan intervensi
13:00 3 S: Orang tua pasien mengatakan anak masih mual, Alih
Galiah
muntah tidak ada, makan masih sedikit
O: masih terisa makanan yang tidak dihabiskan, kulit
pucat
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
S: Orang tua pasien mengatakan anak masih demam
12 Maret O: suhu 37.8 derajat celcius, O2 95%, HR 83x/menit,
2022 TD 90/60 Alih
1.
20.00 Galiah
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
S: Orang tua pasien mengatakan anaknya masih lemas,
minum sudah mulai mau
O: hematokrit 44%, tromboit 48.000, suhu 37.7 derajat Alih
20.00 2. celcius, O2 97%, HR 83x/menit TD: 90/60 Galiah

A: masalah belum teratasi


P: lanjutkan intervensi
S: Orang tua pasien mengatakan mual tidak ada
O: pucat (-) Alih
20.00 3.
Galiah
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
S: Orang tua pasien mengatakan demam sudah mulai
turun
13 Maret O: suhu 37.3 derajat celcius, O2 98%, HR 97x/menit, Alih
2022 1. TD 90/70 Galiah
20.00
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
S: Orang tua pasien mengatakan anaknya masih lemas,
minum masih sedikit-sedikit
O: suhu 37.3 derajat celcius, O2 98%, HR 97x/menit, Alih
20.00 2. TD 90/70 Ht, 43% trombosit: 57.000 Galiah

A: masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi
14 Maret 1. S: Orang tua pasien mengatakan demam sudah tidak ada Alih
2022 Galiah
O: suhu 37.3 derajat celcius, O2 98%, HR 87x/menit,
14.00
TD 90/70
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
S: Orang tua pasien mengatakan anaknya sudah tidak
lemas, udah banyak bergerak dari sebelumnya, minum
banyak, BAK banyak
Alih
14.00 2. O: suhu 37.3 derajat celcius, O2 98%, HR 87x/menit,
Galiah
TD 90/70 Ht, 45% trombosit: 118.000

A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan:
Penyakit Dengue Haemoragic Fever dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi
masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropis
diseluruh dunia terutama didaerah perkotaan dan pinggiran kota. Distribusi geografis
demam berdarah, frekuensi, dan jumlah kasus DBD telah meningkat tajam selama
dua dekade terakhir. Frekuensi menunjukkan besarnya masalah kesehatan yang
terdapat pada kelompok masyarakat sedangkan jumlah kasus adalah jumlah mereka
yang terkena atau terserang penyakit DBD. Diperkirakan 2,5 milyar penduduk
(sekitar 2/5 dari populasi penduduk dunia) sangat berisiko terinfeksi DBD (WHO,
2015).
Dengue Haemoragic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di seluruh wilayah
WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina
terutama dari spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus.
Penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko
dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan
(WHO, 2015).
Asuhan keperawatan dengan Dengue Haemoragic Fever ini meliputi pengkajian,
pengelompokan data untuk mengakat masalah, penegakan diagnosis, pembuatan
perencanaan, tindaka lanjut dari perencaan keperawatan dan evaluasi hasil.
Pengkajian yang dilakukan bertujuan mencari akar masalah, yang meliputi anamnesa
keluhan yang dialami, pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital, serta melakukan
beberapa pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah laboratorium.
Tujuan dari asuhan keperawatan ini adalah bagaimana mengelola dan
memanajemen peningkatan suhu, serta pemenuhan cairan yang adekuat sehingga
tidak menyebabkan hipovolemia dan keluhan lain yang menyertai.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. Pusat data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011.
Kesehatan RI 2012

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Pudjiaji AH, Hegar B. ED. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonseia,2009.

Rizky, M.Z., Mukaddas, A., Faustine, I. Identifikasi Drg Related Problems (DRPS) Pada pasien
anak Demam Berdarah Di Instalasi Rawat Inap RSUD Undata Palu Tahun 2011. Online
Jurnal of Natural Science. 2014;3(1):99-107

World Health Organization. Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention, and
Control. Geneva: WHO Press.2009.

Yudarwanto, W (2009) Demam yang dapat Mengancam Jiwa. Diambil kembali dari
infodemam.com:https//infodemam.com/2009/02/19/demam-yang-dapat-mengancam-jiwa

Anda mungkin juga menyukai