Anda di halaman 1dari 13

STUDI KOMPHARATIF PERAN KANTOR URUSAN AGAMA DALAM

MENCEGAH NIKAH SIRI


(Studi Analisis Peran Masyarakat di Kecamatan Susukan dan Kecamatan
Purwareja Klampok)

PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Metedologi Penelitian
yang diampu oleh Bapak Luqman Rico Khasogi, S.H., M.S.I.

Disusun oleh
Alfiyah Nur Andirani
2017304006

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI
2022
A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan suatu ikatan antara dua individu yang
sebelumnya tidak saling berkait. Pernikahan juga merupakan suatu akad yang
menghalalkan pergaulan antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan
mahram (Zuhaili, 1989:29), serta menimbulkan hak dan kewajiban antara
keduanya. Dalam hukum pernikahan, membina rumah tangga merupakan
keinginan semua orang.Hubungan yang harmonis, saling percaya, saling
melindungi, dan saling mendukung sangatlah diharapkan.

Di Indonesia banyak terjadi praktek-praktek dari pernikahan, salah


satunya nikah siri. Nikah siri dikenal umumnya oleh masyarakat Indonesia
sekarang ini ialah pernikahan yang dilakukan dengan memenuhi rukun dan
syarat yang ditetapkan agama, tetapi tidak dilakukan di hadapan Pegawai
Pencatat Nikah sebagai aparat resmi pemerintah atau perkawinan di mana
tidak dicatat di Kantor Urusan Agama bagi yang beragama Islam atau di
kantor catatan sipil bagi yang tidak beragama Islam, sehingga tidak
mempunyai akta nikah yang dikeluarkan pemerintah.1

Istilah nikah siri atau nikah yang dirahasiakan memang sudah dikenal
di kalangan para ulama hanya saja nikah siri yang dikenal pada masa dahulu
berbeda pengertiannya dengan nikah siri yang dikenal pada saat ini. Dahulu
yang dimaksud dengan nikah siri yaitu pernikahan sesuai dengan rukun-rukun
perkawinan dan syaratnya menurut syari‟at, hanya saja saksi diminta tidak
memberitahukan terjadinya pernikahan tersebut kepada khalayak ramai,
kepada masyarakat dan dengan sendirinya tidak ada pesta pernikahan atau
walimatul ursy.2

Pernikahan tidak tercatat dapat menimbulkan keresahan publik, berupa


munculnya stigma negatif di masyarakat berupa samen leven (perzinahan),

1
Zulham Wahyudi, Keabsahan Nikah Siri Dalam Perspektif Maslahah (volume 12,tahun
2022),hal.45
2
Al Hamdani, Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011),
hal.25.
perselingkuhan dan mengakibatkan munculnya hubungan keluarga yang tidak
jelas, sehingga mengganggu ketertiban masyarakat.3

Apabila akad nikah telah berlangsung dan sah memenuhi syarat


rukunnya, maka akan menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian, akan
menimbulkan pula hak dan kewajiban selaku suami istri dalam keluarga. Jika
suami istri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-masing, maka
akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati, sehingga sempurnalah
kebahagiaan hidup berumah tangga. Dengan demikian tujuan hidup
berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tuntutan agama, yaitu sakinah,
mawaddah wa rahmah.4

Di Indonesia perkawinan yang sah adalah perkawinan yang dilakukan


menurut perundang-undangan yang berlaku. Bagi orang Islam perkawinan
yang sah adalah perkawinan yang dilaksanakan menurut hukum Islam seperti
yang disebutkan dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
serta dicatat menurut ayat 2 pada pasal yang sama. Setelah itu sesuai
dengansunnah Nabi Muhammad SAW diumumkan melalui walimah supaya
diketahuiorang banyak. Akan tetapi, dalam kenyataannya masih banyak
dijumpainya pernikahan yang dilakukan dengan tidak mengikuti yang telah
ditetapkan dalam undang- undang tersebut, seperti pernikahan yang dilakukan
di bawah tangan atau yang lebih peneliti kenal dengan sebutan perkawinan
siri. Perkawinan siri sebagai salah satu bentuk tindakan pelanggaran hukum
perkawinan di Indonesia. Nikah siri adalah bentuk pernikahan yang dilakukan
hanya berdasarkan aturan (hukum) agama dan atau adat istiadat, tetapi tidak
diumumkan kepada khalayak umum, dan juga tidak dicatatkan secara resmi
pada Kantor pegawai pencatat nikah, yaitu Kantor Urusan Agama (KUA) bagi
yang beragama Islam dan Kantor Catatan Sipil (KCS) bagi yang beragama
non Islam.5

3
Abdullah Wasian, “Akibat Hukum Pernikahan Siri (Tidak Dicatatkan) Terhadap Kedudukan
Istri, Anak, san Harta Kekayaannya
4
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munkahat, (Jakarta: Kencana 2003), h. 155
5
Happy Susanto, Nikah Siri Apa Untungnya, (Jakarta: Visimedia, 2007), h. 22
“Pada dasarnya istilah nikah siri tidak dikenal dengan hukum
negara.Perkawinan Indonesia hanya mengenal istilah perkawinan yang dicatat
dan perkawinan tidak dicatat”.6

Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan jajaran Kementerian Agama


yang berada di wilayah kecamatan. Keberadaan KUA ini sebagai unit kerja
terbawah dalam struktur kelembagaan Kementerian Agama mempunyai tugas
dan peran yang penting. Menurut Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor
517 Tahun 2001, KUA mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota di bidang urusan agama Islam
dalam wilayah kecamatan. Di antara peran KUA adalah melayani masyarakat
yang terkait dengan pelaksanakan pencatatan nikah; mengurus dan membina
masjid, zakat, wakaf, baitul mal, ibadah sosial; kependudukan dan
pengembangan keluarga sakinah.7

Kebanyakan orang meyakini bahwa nikah siri dianggap sah menurut


hukum Islam apabila telah memenuhi rukun dan syarat-syaratnya, sekalipun
pernikahan tersebut tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA), atau
perceraian itu dilakukan di luar sidang pengadilan agama yang telah menjadi
haknya. Akibat dari pemahaman tersebut timbulah dualisme hukum yang ada
di negara Indonesia ini, yaitu disatu sisi perkawinan itu harus dicatatkan
diKantor Urusan Agama (KUA) dan disisi lain perkawian tanpa di catatpun
tetap berlaku dan diakui oleh masyarakat. Abdul Gani menjelaskan bahwa
perkawinan sirri sebenarnya tidak sesuai dengan "maqashid syari’ah”, karena
ada beberapa tujuan syari'ah yang dihilangkan, diantaranya Perkawinan itu
harus diumumkan (diketahui khalayak ramai), adanya perIindungan hak untuk
wanita, untuk kemaslahatan manusia, Adanya persyaratan dalam pernikahan
poligami harus mendapat izin dari isteri pertama.8

6
Zainuddin, Afwan Zainuddin,Kepastian Hukum Perkawinan Siri & Permasalahannya,
(Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 48
7
Sulaiman, “Problematika Pelayanan Kantor Urusan Agama Anamuban Timur Nusa Tenggara
Timur”, Analisa, Volume XVIII, No. 02, Juli - Desember 2011, h. 248
8
Irfan Islami, “Perkawinan Di Bawah Tangan (Kawin Sirri) dan Akibat Hukumnya”. Adil, Vol. 8
No. 1 2017, h. 77-78
Karena ini, muncul lah persepsi masyarakat bahwa Ada persepsi
masyarakat bahwa angka nikah siri di Kecamatan Susukan meningkat.
Sehingga memunculkan masalah tuduhan masyarakat bahwa masih ada
masyarakat yang menikah secara siri. Hal ini disampaikan oleh bapak Suwito
selaku penghulu KUA Kecamatan Susukan yang pada saat itu penulis
mewawancarainya.

Ada persepsi juga bahwa isu-isu tentang tidak adanya bukti pencatatan
nikah siri, sehingga memunculkan masalah tuduhan masyarakat bahwa telah
terjadi pernikahan siri yang tidak tercatat oleh Pegawai Pencatat Nikah. Hal
ini disampaikan oleh bapak Sodikin selaku Petugas Penyuluh KUA di
Kecamatan Purwareja Klampok yang pada saat itu penulis mewawancarainya.

Penelitian kali ini akan dipandang dari sudut Persepsi Masyarakat


Kecamatan Susukan dan Kecamatan Purwareja Klampok. Maka dari itu
penulis ingin meneliti apakah benar ada tuduhan tersebut?

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peran Kantor Urusan Agama dalam mencegah nikah siri di


Kecamatan Susukan?
2. Bagaimana peran Kantor Urusan Agama dalam mencegah nikah siri di
Kecamatan Purwareja Klampok?
3. Apa persamaan dan perbedaan antar keduanya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah yang ada, maka tujuan dari


pelaksanaan penelitian ini adalah:
a. Mengetahui peran Kantor Urusan Agama dalam mencegah nikah siri
di Kecamatan Susukan
b. Mengetahui peran Kantor Urusan Agama dalam mencegah nikah siri
di Kecamatan Purwareja Klampok
c. Mengetahui persamaan dan perbedaan antar keduanya

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terbagi menjadi dua, yaitu manfaat praktis dan


manfaat teoritis, yaitu:

a. Manfaat Praktis
Memberikan konstribusi pemikiran dan wawasan berdasarkan
hasil penelitian mengenai persepsi Masyarakat di Kecamatan Susukan
dan kecamatan Purwareja Klampok mengenai cara mencegah nikah
siri.

b. Manfaat Teoritis
Untuk mengetahui dan memahami persepsi masyarakat di
Kecamatan Susukan dan Kecamatan Purwareja Klampok mengenai
cara mencegah nikah siri.

D. Kajian Pustaka
Kajian Pustaka bertujuan untuk memperoleh gambaran berkaitan
dengan topik yang akan diteliti tentang beberapa penelitian terdahulu, yang
diharapkan tidak terjadi pengulangan topik. Untuk itu penulis mengambil
beberapa penelitian terdahulu untuk dijadikan sebagai rujukan dalam
penelitian ini, yaitu:

Skripsi yang berjudul "Peran KUA Dalam Mengatasi Nikah Sirih di


Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur", karya dari Jamaludin,
tahun 2019. Tulisan ini meneliti tentang bagaimana cara mengatasi nikah sirih.
Dalam hal ini penghulu telah mengadakan sosialisasi mengenai pentingnya
menikah sesuai umur yang telah ditentukan Undang-Undang saat sebelum
akad nikah (khutbah nikah) atau oleh amil desa melalui pengajian-pengajian
dan peringatan hari-hari besar keagamaan (bila diundang) dalam rangka
menanggulangi nikah siri di Metro Kibang, meskipun tidak efektif oleh karena
hal tersebut dilakukan tidak secara terprogram (secara berkala).

Skripsi yang berjudul "Peran KUA Dalam Meminimalisir Nikah


Dibawah Tangan (Studi Kasus di Kecamatan Carenang Kabupaten Serang)",
karya dari Muhammad Fahmi Syarif, tahun 2019. Tulisan ini fokus meneliti
tentang bentuk program kepala KUA dalam pemberdayaan agama.

E. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini menggunakan sudut pandang
masyarakat di Kantor Urusan Agama Kecamatan Susukan dan Kantor Urusan
Agama Kecamatan Purwareja Klampok. Dengan cara melakukan penelitian
secara langsung di lapangan.

F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif


berupa studi lapangan (field research) dengan melakukan pengumpulan
data secara langsung turun ke lapangan dengan menggunakan teknik
pengumpulan data observasi dan wawancara tentang peran KUA dalam
mencegah nikah siri kepada Masyarakat di Kecamatan Susukan dan
Kecamatan Purwareja Klampok.

2. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini Penulis melakukan penelitian di Kantor
Urusan Agama Kecamatan Susukan dan Kantor Urusan Agama
Kecamatan Purwareja Klampok.
3. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Bahwa
penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan serta mengungkap dugaan
atau persepsi mengenai dugaaan masyarakat di Kecamatan Susukan dan
Kecamatan Purwareja Klampok dengan hasil penelitian yang diperoleh
secara langsung dari lapangan menggunakan teknik observasi dan
wawancara langsung dengan menggunakan metode pengumpuan data
porposive sampling di Kantor Urusan Agama Kecamatan Susukan dan
Kantor Urusan Agama Kecamatan Purwareja Klampok yang berfokus
pada masyarakat dan tokoh agama sehingga dapat disimpulkan kenyataan
secara benar, dan dibentuk oleh kata-kata yang diperoleh dari situasi
alamiah atau sebagaimana adanya. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk
memahami dan menafsirkan asumsi-asumsi atau masalah yang terjadi
dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan
kualitatif karena relevan dengan topik atau pembahasan penelitian yang
menggali serta dapat dipahami.

4. Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
langsung dari subyek penelitian melalui wawancara mendalam
terhadap masyarakat dan tokoh agama Kantor Urusan Agama
Kecamatan Susukan dan Kantor Urusan Agama Purwareja Klampok.
Penentuan informan dilakukan melalui teknik observasi. Kemudian
peneliti melakukan perkenalan singkat untuk mengetahui kepribadian
calon informan melalui gaya berbahasa mereka.

b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi visual
dan audio, seperti literature, buku, majalah, karya ilmiah, artikel serta
internet, sumber cetak maupun elektronik yang relevan serta fakta-
fakta lapangan yang berkaitan dengan penelitian ini.
5. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
a. Observasi
Morris (1973:906), Observasi sebagai aktivitas mencatat suatu
gejala dengan bantuan instrumen-instrumen dan merekamnya dengan
tujuan ilmiah. Metode yang digunakan dalam observasi adalah peneliti
mengumpulkan data dan informansi dengan mengamati langsung di
lapangan. Teknik observasi yang dilakukan adalah observasi langsung
yang dilakukan terhadap subyek di tempat berlangsungnya penelitian.

b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh data berupa informasi atau keterangan secara langsung
dengan mengajukan pertanyaan kepada informan dilakukan secara
lisan. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara
dengan narasumber yaitu masyarakat dan tokoh agama Kantor Urusan
Agama Kecamatan Susukan dan Kecamatan Purwareja Klampok guna
memperoleh informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian ini.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah upaya untuk memperoleh data dan
informasi berupa catatan tertulis atau gambar yang tersimpan berkaitan
dengan masalah yang akan diteliti.

d. Porposive Sampling
Purposive sampling adalah metodologi pengambilan sampel
secara acak dimana kelompok sampel ditargetkan memiliki atribut-
atribut tertentu. Metode ini dapat digunakan pada banyak populasi,
tetapi lebih efektif dengan ukuran sampel yang lebih kecil dan populasi
yang lebih homogen. Pengambilan sampel bermanfaat karena peneliti
dapat meneliti semua data.

6. Metode Analisa Data


Data yang diperoleh di lapangan dianalisa melalui beberapa tahap,
yaitu (1) Pengumpulan data: Mengelompokkan data yang diperoleh dari
lapangan disusun dalam bentuk narasi sehingga terbentuk rangkaian
informasi sesuai masalah penelitian. (2) reduksi data: proses pemilihan
data. Hasil wawancara yang diperoleh dari lapangan disusun menjadi
sebuah narasi dengan memilih bagian-bagian yang sejenis dan dibutuhkan
dalam penelitian, serta mengelompokkan sesuai pembahasan agar lebih
mudah dalam penyajiannya. (3) Penyajian data: data dari hasil penelitian
disampaikan dengan bahasa sehari-hari informan dan penggunaan Bahasa
Indonesia yang baku agar lebih mudah dipahami. Data yang disajikan
adalah data mengenai tafsiran yang telah disampaikan oleh informan
kemudian diinterpretasikan kembali oleh peneliti. (4) penarikan
kesimpulan: agar pokok pembahasan dari hasil penelitian dapat dilakukan
secara terperinci.

G. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang memiliki
pembahasan berbeda namun saling berkaitan satu sama lain. Adapun
sistematika penulisan yang digunakan adalah:

I. BAB I berisi tentang Pendahuluan yang memuat: Latar Belakang Masalah,


Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka,
Kerangka Teori, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan.
II. BAB II berisi tentang Tinjauan Teoritis yang memuat: Peran Kantor
Urusan Agama dalam mencegah nikah siri.
III. BAB III berisi tentang Metode Penelitian yang memuat: Jenis penelitian,
Lokasi penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, metode
pengumpulan data, dan metode analisis data.
IV. BAB IV berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian,
dan pembahasan (STUDI KOMPHARATIF PERAN KANTOR URUSAN
AGAMA DALAM MENCEGAH NIKAH SIRI (Studi Analisis Peran
Masyarakat di Kecamatan Susukan dan Kecamatan Purwareja Klampok).
V. BAB V berisi tentang penutup, pada bagian ini berisit tentang kesimpulan.

H. Outline
I. BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Kajian Pustaka
F. Kerangka Teori
G. Metode Penelitian
H. Sistematik Pembahasan

II. BAB II : TINJAUAN TEORITIS


A. Kantor Urusan Agama (KUA)
1. Pengertian Kantor Urusan Agama
2. Fungsi Kantor Urusan Agama

III.BAB III : METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian
B. Lokasi Penelitian
C. Pendekatan Penelitian
D. Sumber pengumpulan Data
E. Metode Pengumpulan Data
F. Metode Analisis Data

IV. BAB IV : STUDI KOMPHARATIF PERAN KANTOR URUSAN


AGAMA DALAM MENCEGAH NIKAH SIRI (Studi Analisis Peran
Masyarakat di Kecamatan Susukan dan Kecamatan Purwareja
Klampok)
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
B. Hasil Penelitian
1. Profil Informan
2. Analisis Deskriptif Hasil Wawancara

C. Pembahasan
1. Peran Kantor Urusan Agama dalam mencegah Nikah Siri Persepsi
masyarakat di Kecamatan Susukan dan Kecamatan Purwareja
Klampok
2. Tanggapan Kedua masyarakat Tentang Nikah Siri

V. BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Zulham Wahyudi, Keabsahan Nikah Siri Dalam Perspektif Maslahah (volume


12,tahun 2022), hal.45

Al Hamdani, Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam (Jakarta: PT. Raja


Grafindo, 2011), hal.25.

Abdullah Wasian, “Akibat Hukum Pernikahan Siri (Tidak Dicatatkan) Terhadap


Kedudukan Istri, Anak, san Harta Kekayaannya

Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munkahat, (Jakarta: Kencana 2003), h. 155

Happy Susanto, Nikah Siri Apa Untungnya, (Jakarta: Visimedia, 2007), h. 22

Zainuddin, Afwan Zainuddin,Kepastian Hukum Perkawinan Siri &


Permasalahannya, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 48

Sulaiman, “Problematika Pelayanan Kantor Urusan Agama Anamuban Timur


Nusa Tenggara Timur”, Analisa, Volume XVIII, No. 02, Juli - Desember
2011, h. 248

Irfan Islami, “Perkawinan Di Bawah Tangan (Kawin Sirri) dan Akibat


Hukumnya”. Adil, Vol. 8 No. 1 2017, h. 77-78

Anda mungkin juga menyukai