0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang pernikahan, talak, dan rujuk menurut hukum di Indonesia. Hak untuk menikah diatur dalam UUD 1945 pasal 28B ayat 1. Pernikahan harus dipersiapkan dengan baik agar tercipta keluarga bahagia. Pernikahan dini sering menyebabkan perceraian karena belum siapnya pasangan secara mental. KUA bertugas memberikan layanan terkait nikah, talak, dan rujuk sesuai peraturan perundang
Dokumen tersebut membahas tentang pernikahan, talak, dan rujuk menurut hukum di Indonesia. Hak untuk menikah diatur dalam UUD 1945 pasal 28B ayat 1. Pernikahan harus dipersiapkan dengan baik agar tercipta keluarga bahagia. Pernikahan dini sering menyebabkan perceraian karena belum siapnya pasangan secara mental. KUA bertugas memberikan layanan terkait nikah, talak, dan rujuk sesuai peraturan perundang
Dokumen tersebut membahas tentang pernikahan, talak, dan rujuk menurut hukum di Indonesia. Hak untuk menikah diatur dalam UUD 1945 pasal 28B ayat 1. Pernikahan harus dipersiapkan dengan baik agar tercipta keluarga bahagia. Pernikahan dini sering menyebabkan perceraian karena belum siapnya pasangan secara mental. KUA bertugas memberikan layanan terkait nikah, talak, dan rujuk sesuai peraturan perundang
Oleh : Ibnu Khoirul Prasetyo M. Zainuddin Abdul Majid Yusro Maulana Ahmad (Teknik Informatika)
Universitas Muhammadiyah Jember
Salah satu hak asasi manusia yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28B ayat (1) adalah tentang Nikah talak dan rujuk. Di dalam UU itu di sebutkan bahwa “Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawianan yang sah, sehingga dalam perkawinan setiap warga negara mempunyai hak untuk menikah dengan seseorang. Dalam hal pernikahan saja, ada beberapa macam nikah, yakni nikah siri (tidak di daftarkan di KUA), nikah beda agaman, nikah mut’ah atau kontrak (tidak di niati sehidup semati tetapi hanya di niati sementara), nikah tahlil/muhalil, nikah syighar/kawin tukar (nikah yang tidak di bolehkan oleh islam), nikah badal (pertukaran istri dan nikah campuran antara WNI dan WNA.
Menurut pengertian yang sudah tercan tum dalam UU No. 1 Tahun
1974 Pasal 1 ialah “Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.” Jadi dari situ, pernikahan memang harus benar-benar dipersiapkan dengan matang, yang salah satunya dimulai dengan pembinaan untuk calon pengantin sebelum pernikahan oleh Kasi Pelayanan Desa dan Kantor Urusan Agama agar tercipta keluarga yang sakinah. Selain itu, maraknya pernikahan dini yang ada di kalangan remaja, menjadi pemicu utama meningkatnya angka perceraian. Kasus pernikahan usia dini ini umumnya sering menyebabkan terganggunya kesehatan psikis atau mental wanita. Salah satu ancamannnya adalah wanita muda rentan menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan mereka tidak memiliki pengetahuan bagaimana caranya terbebas dari kekerasan itu.
Kekerasan dalam rumah tangga sering terjadi dalam pernikahan dini
karena belum siapnya mental dari kedua pasangan yang menikah untuk menghadapi masalah-masalah yang muncul. Jadi banyaknya kasus perceraian disebabkan karena tren nikah muda atau dibawah umur ini. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang agama yang di anut dan lingkungannya. Oleh karena itu untuk menekan kasus perceraian, perlnya sinergi pemerintah terkait hal ini dan tokoh agama untuk semakin gencar melaksanakan penyuluhan bagi pasangan keluarga maupun penyuluhan pra nikah bagi calon pengantin.
Pada masa kemerdekaan, KUA Kecamatan dikukuhkan melalui
Undang-Undang No. 22 tahun 1946 tentang pencatatan nikah, talak, rerai dan Rujuk (NTCR). Undang-undang ini diakui sebagai pijakan legal bagi berdirinya KUA kecamatan. Pada mulanya, kewenangan KUA sangat luas, meliputi bukan hanyaasalah NR saja, melainkan juga masalah talak dan cerai. Dengan berlakunya UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang diberlakukan dengan PP. No. 9 tahun 1975, maka kewenangan KUA kecamatan dikurangi oleh masalah talak cerai yang diserahkan ke Pengadilan Agama.
Dalam perkembangan selanjutnya, maka Kepres No. 45 tahun 1974
yang disempurnakan dengan Kepres No. 30 tahun 1978, mengatur bahwa Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan sebagaian tugas Departemen Agama Kabupaten di bidang urusan agama Islam di wilayah Kecamatan . Adapun peran, fungsi, tugas dan garapan Kantor Urusan Agama dalam Urusan Agama Islam adalah sebagai berikut:
1. Memberi pelayanan dan bimbingan di bidang kepenghuluan
dalam hal pelayanan nikah dan rujuk bagi umat yang beragama Islam; 2. Memberi pelayanan dan bimbingan di bidang pengembangan keluarga sakinah; 3. Memberi pelayanan di bidang perwakafan. Peran Kepala KUA sebagai pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) memiliki peran legitimate atas status harta benda yang diwakafkan sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diharapkan; 4. Memberi pelayanan di bidang zakat dan ibadah sosial; 5. Memberi pelayanan di bidang perhajian memberi pelayanan di bidang penentuan arah kiblat dan penetapan awal bulan hijriyah; 6. Memberi pelayanan di bidang kemesjidan dan kehidupan beragama; 7. Memberi pelayanan, bimbingan, serta perlindungan konsumen di bidang produk halal dan kemitraan umat Islam; 8. Memberi pelayanan, bimbingan, dan prakarsa di bidang ukhuwah Islamiyah, jalinan kemitraaan, dan pemecahan masalah umat; 9. Dan lain-lain.