Disusun oleh :
Kelompok 4
Kelas: Internasional
DAN TEKNOLOGI
FAKULTAS HUKUM
2024
Kata Pengantar
Perkawinan adalah persekutuan hidup antara seorang pria dan seorang wanit
erkawinan sangat beragam salah satu nya adalah Perkawinan Bebas / Mandiri.
Bentuk Perkawinan Bebas atau Kawin Bebas tidak menentukan secara tegas
di mana suami atau isteri harus tinggal, hal ini tergantung pada keinginan ma
sing-masing pihak, yang pada akhirnya ditentukan oleh konsensus antara pih
ak-pihak tersebut.
Dalam makalah ini kami akan memberikan isi materi dari Praktek Monopoli.
Penulisan makalah ini tak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan
arahan dan bimbingan, serta kepada berbagai sumber referensi yang telah m
enjadi landasan utama dalam penyusunan makalah ini. Harapan kami, makal
baca mengenai Perkawinan Bebas / Mandiri. Segala kritik dan saran yang me
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan mampu mem
BAB I……………………………………………………………………………. 1
PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 1
C. Tujuan ………………………………………………………………………… 1
BAB II……………………………………………………………………………. 2
PEMBAHASAN ………………………………………………….……………… 2
A.Pengertian Perkawinan Bebas………………………………………………….
… 3
… 4
PENUTUP ………………………………………………………………………...6
KESIMPULAN ………….………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya, Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting da
lam kehidupan manusia. Perkawinan yang terjadi antara seorang pria de
ngan seorang wanita menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terha
dap keluarga masing-masing masyarakat dan juga dengan harta kekayaa
n yang diperoleh diantara mereka baik sebelum maupun selamanya per
kawinan berlangsung. Setiap mahluk hidup memiliki hak azasi untuk m
elanjutkan keturunannya melalui perkawinan, yakni melalui budaya dal
am melaksanakan suatu perkawinan yang dilakukan di Indonesia. Ada p
erbedaan-perbedaannya dalam pelaksanaan yang disebabkan karena ke
beragaman kebudayaan atau kultur terhadap agama yang dipeluk. Setia
p orang atau pasangan (pria dengan wanita) jika sudah melakukan perka
winan maka terhadapnya ada ikatan kewajiban dan hak diantara mereka
berdua dan anak-anak yang lahir dari perkawinan tersebut
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Definisi Perkawinan Bebas, Bentuk perkawinan bebas atau perkawi
nan mandiri pada umumnya berlaku dilingkungan masyarakat adat ya
ng bersifat parental, seperti berlaku dikalangan masyarakat jawa, kali
mantan, aceh, sulawesi dan dikalangan masyarakat yang modern, dima
na kaum keluarga atau kerabat tidak banyak lagi campur tangan dalam
keluarga/rumah tangga. Bentuk perkawinan ini yang dikehendaki oleh
undang-undang No 1 tahun 1974, dimana kedudukan dan hak suami da
n isteri berimbang sama, suami adalah kepala keluarga rumah tangga d
an isteri adalah ibu keluarga/rumah tangga.
Setelah perkawinan suami dan isteri memisah (jawa;mencar, mentas)
dari kekuasaan orang tua dan keluarga masing-masing dan membangu
n keluarga/rumah tangga sendiri dan hidup mandiri (neolokal).
Orangtua kedua pihak hanya memberi bekal (sangu) bagi kelanjutan
hidup rumah tangga kedua mempelai dengan harta pemberian atau wa
risan sebagai harta bawaan kedalam perkawinan mereka.
Orangtua sebelum perkawinan hanya memberi nasihat, petunjuk dal
am memilih jodoh (jawa: bibit, bebet, bobot) dan setelah perkawinan h
anya mengawasi kehidupan mereka dalam berumahtangga
19 (sembilan belas) tahun. Batas usia dimaksud dinilai telah matang jiw
asil Penelitian Kasus Perkawinan Anak Usia Dini bertempat di Hotel Illi
ama cukup berat yaitu sebagai jalan terakhir penyelesaian perkara pen
a kasus perkawinan anak usia dini disebabkan oleh beberapa faktor dia
ntaranya : pergaulan bebas, faktor seksual, faktor kekeluargaan/nazab
mudah masuk dan diakses siapapun. Sehingga jika tidak ditangkal den
rja keras dengan mengadakan berbagai kegiatan positif supaya anak tid
dan diskusi ini Ketua PA Praya memberikan masukan agar adat sasak y
an membuat taman baca serta tidak membiarkan para remaja yang terl
ihat sudah melewati batas wajar dalam pergaulan. "Kalau melihat, seba
Diharapkan juga kenaikan batas umur yang lebih tinggi dari 16 (enam
belas) tahun bagi wanita untuk kawin akan mengakibatkan laju kelahir
an yang lebih rendah dan menurunkan resiko kematian ibu dan anak.
T PA Praya)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
di mana pasangan menikah atas dasar keputusan mereka sendiri, tanpa teka
nan dari pihak lain. Ini menunjukkan bahwa pasangan tersebut memilih unt
ewajiban atau paksaan dari pihak lain. Perkawinan seperti ini sering kali dia
nggap sebagai bentuk perkawinan yang didasarkan pada kesetaraan dan kebe
basan individu.Selain itu juga keputusan ini harus dibuat secara bijaksana da
https://staffnew.uny.ac.id/upload/132314547/pendidikan/HUKUM+ADAT
+1.pdf
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=18494&menu=2
https://badilag.mahkamahagung.go.id/seputar-peradilan-agama/berita-d
aerah/kpa-praya-mengadiri-disksusi