KELOMPOK 2:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NGURAH RAI
DENPASAR
2023
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kepada TUHAN Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmatnya sehinga paper ini bisa diselesaikan dengan baik.
Penyusunan paper ini tidak bisa diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari
banyak pihak.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Ni Made Anggia
Paramesthi Fajar, SH., MH yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Ada
banyak hal yang bisa kami pelajari melalui dalam paper ini. Paper berjudul
“ANALISIS PERKAWINAN BEDA AGAMA YANG DILAKUKAN DI LUAR
WILAYAH HUKUM INDONESIA DILIHAT DARI ASAS-ASAS HUKUM
PERDATA INTERNASIONAL” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Perdata Internasional, diharapkan pembaca bisa mendapatkan perspektif
baru.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam karya
tulis yang disusun. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan tersebut.
Kritik dan saran dari pembaca senantiasa ditunggu oleh Kami guna meningkatkan
kualitas tulisan ke depannya.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga paper ini dapat
bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
1.1. LATAR BELAKANG...............................................................................5
1.2. RUMUSAN MASALAH..........................................................................8
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................9
2.1. ASAS-ASAS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL YANG
MENGATUR PERKAWINAN BEDA AGAMA DI LUAR WILAYAH
INDONESIA DAN ANALISIS KASUSNYA....................................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
3.1. KESIMPULAN.......................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
berkenalan saat berlibur, bekas teman sekolah/ kuliah, dan sahabat pena.
Perkawinan campuran juga terjadi pada tenaga kerja Indonesia dengan
tenaga kerja dari Negara lain.3.
Perkawinan beda agama adalah perkawinan antara pria dan wanita
yang keduanya memiliki perbedaan agama atau kepercayaan satu sama lain.
Perkawinan beda agama bisa terjadi antar sesama WNI yaitu pria WNI dan
wanita WNI yang keduanya memiliki perbedaan agama/ kepercayaan juga
bisa antar beda kewarganegaraan yaitu pria dan wanita yang salah satunya
berkewarganegaraan asing dan juga salah satunya memiliki perbedaan
agama atau kepercayaan.4
Perkawinan beda agama merupakan permasalahan yang cukup
signifikan untuk dianalisis, karena masih menimbulkan kontroversi dalam
masyarakat. Ada anggapan bahwa perkawinan beda agama merupakan
permasalahan klasik yang tidak perlu diperdebatkan, karena jelas dilarang
menurut hukum agama, tetapi faktanya praktik perkawinan beda agama
tetap terjadi dan jika hal ini dibiarkan berlanjut, bukan tidak mungkin pada
masa akan datang terjadi persoalan hukum yang sulit untuk diselesaikan,
misalnya: terhadap status hukum dan agama anak, pembagian harta warisan,
dan lain-lain. Permasalahan ini ternyata tidak dapat diselesaikan hanya
dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UU No.
1 Tahun 1974, sedangkan praktiknya telah dilakukan dengan berbagai cara
dan sebagian orang menyebutnya sebagai bentuk penyelundupan hukum,
dan salah satu cara yang lazim dilakukan adalah dengan melaksanakan
perkawinan beda agama di luar wilayah Negara Republik Indonesia.
Praktik perkawinan beda agama sangat mungkin terjadi, karena
Indonesia merupakan negara dengan masyarakat yang pluralistis dengan
keberagaman suku, budaya dan agama. Kondisi keberagaman seperti ini,
3
Benyamin, (2015), Fenomena Hukum Campuran Di Indonesia, di dalam: Reminchel,
Jaksa Sebagai Pengacara Negara Menurut Undang-Undang Kejaksaan, Jurnal Advokasi, Vol. 7,
No. 1, h. 17.
4
Abdul Halim dan Carina Rizky Ardhani, 2016, KEABSAHAN PERKAWINAN BEDA
AGAMA DILUAR NEGERI DALAM TINJAUAN YURIDIS, Jurnal Moral KemasyarakatanI,
Vol. 1, No. 1, hlm. 69.
3
7
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan. Hukum Adat,
dan Hukum Agama, Mandar Maju, Bandung, 2007, hal. 2
8
Djaya S. Melinda, Masalah Perkawinan Antar Agama dan Kepercayaan di Indonesia
Dalam Perspektif Hukum, Vrana Widya Darma, Jakarta, 2000, hal. 7.
5
6
negara Indonesia atau seorang warga negara asing adalah sah bilamana
dilakukan menurut hukum yang berlaku dinegara di mana perkawinan itu
dilangsungkan dan bagi warga negara Indonesia tidak melanggar ketentuan-
ketentuan undangundang ini.
Berdasarkan pasal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa dalam
hukum perkawinan, prinsip hukum perdata Internasional yang dianut di
Indonesia adalah perpaduan prinsip kewarganegaraan (tidak bertentangan
dengan undang-undang) dan lex loci celebretionis (berdasarkan hukum
negara setempat). Berdasarkan kedua prinsip yang dianut dalam pasal
tersebut, maka perkawinan yang dianut dalam pasal terssebut, maka
perkawinan yang dilaksanakan di luar negeri yang tidak sesuai dengan hukum
perkawinan Indonesia yang berdasarkan hukm agama, menimbulkan satu
polemik tersendiri.9
Menurut prinsip Hukum Perdata Internasional pelanjutan keadaan
hukum atau hak-hak yang telah diperoleh (vested rights). Prinsip ini berarti
bahwa hak-hak yang telah diperoleh menurut hukum asing, diakui dengan
sepenuhnya dilaksanakan oleh hakim tempat negara asal, atau hak-hak yang
telah diperoleh di luar negeri sedapat mungkin diakui dan dihormati.
Ada beberapa public figure di Indonesia yang dapat dijadikan contoh
tentang bagaimana Warga Negara Indonesia beda agama yang menikah di
luar negeri dan kemudian mendaftarkan pernikahannya di Indonesia.
Perkawinan tersebut sah jika dilakukan berdasarkan hukum yang berlaku di
negara tempat perkawinan tersebut dilangsungkan. Namun pasangan yang
menikah tetap harus melaporkan perkawinan tersebut di kantor catatan sipil
Indonesia sebagaimana yang diatur dalam Pasal 56 ayat (2) UU Perkawinan:
“Dalam waktu 1 (satu) tahun setelah suami isteri itu kembali di wilayah
Indonesia, surat bukti perkawinan mereka harus didaftarkan di Kantor
Pencatatan Perkawinan tempat tinggal mereka.”
Negara yang sering ditempati perkawinan beda agama oleh Warga
Negara Indonesia adalah Australia, karena negara tersebut menganut model
9
Sidebang, J. I., Loc.Cit.
7
10
Ibid.
8
14
Ibid, hlm. 172.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam kasus perkawinan beda agama
yang dilakuaka oleh Yuni Shara dan Hendry Siahaan di Australia termasuk ke
dalam ranah Hukum Perdata Internasional karena telah terpenuhinya unsur
asing yaitu dimana tempat pertistiwa atau perkawinan beda agama tersebut
dilakukan yaitu di Negara Autralia. Dan adapun konflik hukum yang
ditimbulkan akibat adanya perkawinan beda agama yang dilakukan oleh Yuni
Shara dan Hendry Siahaan, yaitu terjadinya pertentangan antara system
hukum perkawinan di Australia dengan system hukum perkawinan Di
Indonesia.
Adapun asas-asas yang digunakan dalam kasus perkawinan beda
agama oleh Yuni Shara dan Hendry Siahaan di Australia, yaitu Asas lex loci
celebrationis yang bermakna bahwa validitas material perkawinan harus
ditetapkan berdasarkan kaidah hukum dari tempat di mana perkawinan
diresmikan/dilangsungkan, asas yang menyatakan bahwa validitas material
suatu perkawinan ditentukan berdasarkan sistem hukum dari tempat masing-
masing pihak menjadi warga negara sebelum perkawinan dilangsungkan, asas
yang menyatakan bahwa validitas material perkawinan harus ditentukan
berdasarkan sistem hukum dari tempat masing-masing pihak ber-domicilie
sebelum perkawinan dilangsungkan, dan asas yang menyatakan bahwa
validitas material perkawinan harus ditentukan berdasarkan sistem hukum
dari tempat dilangsungkannya perkawinan (locus celebrationis), tanpa
mengabaikan persyaratan perkawinan yang berlaku di dalam sistem hukum
para pihak sebelum perkawinan dilangsungkan.
10
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Hadikusuma, Hilman, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan.
Hukum Adat, dan Hukum Agama, Mandar Maju, Bandung, 2007.
Hardjowahono, Bayu Seto, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, PT Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2013, (selanjutnya disebut Bayu Seto H. II).
Melinda, Djaya S., Masalah Perkawinan Antar Agama dan Kepercayaan di
Indonesia Dalam Perspektif Hukum, Vrana Widya Darma, Jakarta, 2000.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 1985, Penelitian Hukum Normatif, Suatu
Tinjauan Singkat, Jakarta: CV Rajawali.
JURNAL
Benyamin, (2015), Fenomena Hukum Campuran Di Indonesia, di dalam:
Reminchel, Jaksa Sebagai Pengacara Negara Menurut Undang-Undang
Kejaksaan, Jurnal Advokasi, Vol. 7, No. 1.
E., Dianti, N., & Pranoto, P. (2013). PERKAWINAN BEDA AGAMA ANTAR
WARGA NEGARA INDONESIA DI LUAR NEGERI SEBAGAI
BENTUK PENYELUNDUPAN HUKUM DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN. PRIVAT LAW
1, 2(5).
Halim, Abdul dan Carina Rizky Ardhani, 2016, KEABSAHAN PERKAWINAN
BEDA AGAMA DILUAR NEGERI DALAM TINJAUAN YURIDIS,
Jurnal Moral KemasyarakatanI, Vol. 1, No. 1.
I., Sidebang, J., (2021). Pelaksanaan Pendaftaran Perkawinan Warga Negara
Indonesia Putri, Indah Melani dan Tengku Erwinsyahbana, 2019,
PERKAWINAN BEDA AGAMA YANG DIAKUKAN DI LUAR
WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA”, Restitusi: Jurnal
Mahasiswa Ilmu Hukum, Vol. 1 No. 1.
(WNI) Beda Agama Di Indonesia Yang Menikah Di Luar Negeri. Lex
Privatum, 9(8).
11