Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS YURIDIS PERKAWINAN CAMPURAN

BEDA NEGARA YANG TIDAK DI DAFTARKAN DI


KANTOR CATATAN SIPIL NEGARA REPUBLIK
INDONESIA (STUDI KASUS DI KANTOR CATATAN
SIPIL PEMERINTAH KOTA BATAM)

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)
Dalam Bidang Ilmu Hukum

Oleh :
Agus Triyana, ST
31119048

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BATAM (UNIBA)
BATAM – 2022

1
BAB l

PENDAHULUAN

1. Alasan Pemilihan Judul

Warga negara merupakan terjemahan dari citizenship adalah anggota dari

komunitas yang membentuk Negara itu sendiri. Istilah ini menurutnya lebih baik

ketimbang istilah kawula Negara, karena kawula Negara betul-betul berarti objek

yang dalam bahasa Inggris (object) berarti orang yang dimiliki dan mengabdi

kepada pemiliknya. Secara singkat, Koerniatmanto S. Mendefinisikan warga

Negara dengan angota Negara. Sebagai anggota Negara, seorang warga Negara

mempunyai kedudukan yang khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai

hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya1.

Dalam konteks Indonesia, istilah warga Negara (sesuai dengan UUD

1945 pasal 26) dimaksudkan untuk bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang

disahkan undang-undang sebagai warga Negara. Dalam penjelasan UUD 1945

pasal 26 ini, dinyatakan bahwa orang-orang bangsa lain, misalnya orang asli

belanda, asli china, asli Arab dan lain-lain yang bertempat tinggal di Indonesia,

mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan bersikap setia kepada Negara

Republik Indonesia dapat menjadi warga Negara.2

Perkawinan merupakan suatu ikatan yang menunjukkan hubungan antara

satu pribadi dengan pribadi yang lain. Sebuah ikatan perkawinan terjadi karena

1
Abdul Bari Azed, Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan, Jakarta : Ind-Hill.Co.,
1996
2
Undang – Undang Dasar 1945 pasal 26

2
3

adanya kecocokan pribadi, psikologis dan fisik antara seorang pria dan seorang

wanita.3 Soerojo Wignjodipoero menyatakan bahwa sistem perkawinan

merupakan urusan komunal. Mulai dari mencari pasangan, membuat persetujuan,

pertunangan, upacara perkawinan, bahkan sampai kepada akibat-akibat

perkawinan. Sesuai dengan kebersamaan sebagai ciri khas komunal, maka rumah

tangga (selain urusan yang sangat pribadi) menjadi urusan bersama pula.4

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU

Perkawinan) merupakan perundang-undangan yang mengatur secara khusus

mengenai perkawinan di Indonesia yang berlaku secara efektif sejak tanggal 1

Oktober 1975 yaitu sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975

tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

(PP 7/75). Pengertian perkawinan menurut UU Perkawinan bukan hanya sekedar

sebagai suatu perbuatan hukum saja, akan tetapi juga merupakan suatu perbuatan

keagamaan, sehingga oleh karenanya sah atau tidaknya suatu perkawinan

digantungkan sepenuhnya pada hukum masing-masing agama dan kepercayaan

yang dianut oleh rakyat Indonesia.5

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, tanpa

mengindahkan lagi batas-batas Negara dan Bangsa. Kemajuan tersebut

3
Djaja S Meliala. 2007, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Orang dan Hukum
Keluarga. Bandung: Nuansa Aulia, h. 71.
4
Yaswirman, 2011. Hukum Keluaraga-Karakteristik Dan Prospek Doktirn Islam Dan
Adat Dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau, Jakarta: Rajawali Press, h. 134. Menurut
Yaswirman agaknya yang dimaksud oleh Soerojo adalah karena masing masing daerah
mempunyai adat yang “harus’ ditaati oleh warganya, maka perkawinan yang tidak memperhatikan
cara-cara adat, secara tradisional tidak bias diterima oleh para pemuka adat, dan tergolong kepada
pelanggaran adat. Tetapi Soerojo tidak menjelaskan lebih lanjut bagaimana kalau salah satu pihak
dating dari luar yang tidak seadat dengan pihak mana ia akan melansungkan perkawinan, atau
seadat tetapi dilakukan diluar wilayah adatnya”.
5
Abdurrahman dan Riduan Syahrani, 1978, Hukum Perkawinan, Bandung: Alumni, h. 9
4

membawa pengaruh semakin mudah terjadinya hubungan antar sesama manusia,

antar suku bangsa dan antar Negara dalam segala aspek kehidupan. Interaksi

yang terjadi antara individu yang berbeda suku Bangsa dan Negara dalam

berbagai bidang akan melahirkan hubungan-hubungan hukum khususnya dalam

Hukum Perdata Internasional (HPI) yang salah satu diantaranya adalah

perkawinan campuran. Perkenalan yang membawa pasangan berbeda

kewarganegaraan melangsungkan perkawinan campuran antara lain adalah

perkenalan melalui internet, bekas teman kerja atau bisnis, berkenalan saat

berlibur, bekas teman sekolah atau kuliah, dan sahabat pena. Perkawinan

campuran juga terjadi pada tenaga kerja Indonesia dengan tenaga kerja dari

Negara lain.6 Pasal 16 Universal Decleration of Human Rights mengatur bahwa

setiap manusia mempunyai hak untuk menikah dan berkeluarga tanpa

memandang kebangsaan, kewarganegaraan maupun agama, yang penting

memiliki rasa suka sama suka. Hak untuk menikah adalah hak yang paling

mendasar dan bergantung sepenuhnya pada pilihan setiap ndividu. Pengaturan

pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap perkawinan tidak di batasi perbedaan

kewarganegaraan.7

Perkawinan campuran telah disinggung dalam Pasal 57 UU No.1 Tahun

6
Benyamin, (2015), Fenomena Hukum Campuran Di Indonesia, di dalam: Reminchel,
Jaksa Sebagai Pengacara Negara Menurut Undang-Undang Kejaksaan, Jurnal Advokasi, Vol. 7,
No. 1, h. 17.
7
C.S.T. Kansil, 1996, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta, Balai
Pustaka, , h. 474. Salah satu bentuk anti-diskriminasi dari deklarasi ini adalah dalam hal
perkawinan Pasal 16 Universal Decleration of Human Rihts 1948 dinyatakan: 1) Orang dewasa
baik laki-laki maupun perempuan dengan tidak di batasi oleh kebangsaan, kewarganegaraan atau
agama, berhak untuk mencari jodoh dan untuk membentuk keluarga. Mereka mempunyai hak yang
sama dalam soal perkawinan, di dalam perkawinan dan di kala perceraian; 2) Perkawinan harus
dilakukan hanya dengan cara suka sama suka dari kedua mempelai; 3) Keluarga adalah kesatuan
yang sewajarnya serta bersifat pokok dari masyarakat dan berhak mendapat perlindungan dari
masyarakat dan negara.
5

1974 tentang Perkawinan (UUP), yang dimaksud dengan perkawinan campuran

adalah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang

berlainan karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak

berkewarganegaraan Indonesia.

Perkawinan campuran beda kewarganegaraan semakin banyak terjadi

disebabkan sikap masyarakat yang semakin terbuka terhadap kebudayaan yang

datang dari luar lingkungannya baik yang ada di daerah-daerah terpencil maupun

yang ada di kota. Disamping itu juga kemajuan teknologi di segala sektor telah

menimbulkan hubungan yang semakin akrab antar bangsa Indonesia dengan

bangsa lainnya. Hal ini sangat mempengaruhi terjadinya perkawinan campuran

beda kewarganegaraan.8 Perkawinan ini bersifat universal dan tidak dibatasi oleh

warna kulit, ras dan kewarganegaraan. Maka tidak mengherankan jika jumlah

perkawinan campuran terus bertambah, termasuk di Indonesia.

Pasal berikutnya menyatakan orang-orang yang melakukan perkawinan

campuran dapat memperoleh kewarganegaraan dari pasangannya dan dapat pula

kehilangan kewarganegaraannya. Berikut ini adalah contoh kasus dan

permasalahan perkawinan campuranyang ada di Indonesia :

Pertama kasus artis Maury Issak, yang menikah dengan laki-laki warga

negara Swedia, prosedur birokrasi memerlukan spesimen tanda tangan kepala

KUA di Kemenlu dan Kemenkumham. Maka dari itu pasangan tersebut tidak

jadi menikah resmi di Indonesia, keduanya menikah di Denmark. Kemudian

masalah timbul lagi dengan adanya pengurusan Kitap. Kitap adalah warga
8
Novie Yulianie, “Upaya Perlindungan Hukum Bagi Istri Warga Negara Indonesia Yang
Melangsungkan Perkawinan Campuran”, Tesis, Magister Kenotariatan, Universitas Indonesia,
2012, hlm. 5
6

negara asing yang sudah dua tahun menikah dengan orang Indonesia.

Kedua kasus yang dikenakan sanksi karena mempunyai kewarganegaraan

ganda disebabkan ayahnya berkewarganegara Perancis ibunya warga negara

indonesia sedangkan sebagai anak belum sempat mengurus atau pidah menjadi

WNI dan masih ikut WNA dari ayhanya. Kewarganegaara yang dialami oleh

Gloria Natapradja Hamel, paskibraka asal Jawa Barat yang sempat tidak

dikukuhkan Pada kasus Gloria, ia dianggap kehilangan kewarganegaraan karena

memiliki paspor Perancis dan mengikuti kewarganegaraan ayahnya. Selanjutnya

orangtua Gloria, Ira Hartini Natapradja Hamel, menggugat Mahkamah

Konstitusi (MK) terkait pasal 41 UU Kewarganegaraan yang dinilai tidak

memberikan kepastian hukum dan bertentangan dengan UUD 1945.

Hal ini diatur pada UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan.

Pasal 5 ayat 1 menyebut anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar

perkawinan yang sah, belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin

diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui

sebagai Warga Negara Indonesia.

Ketiga, kasus yang terjadi pada pesepak bola Cristian Gonzalez menjadi

Warga Negara Indonesa (WNI) akhirnya berakhir sudah. Setelah menunggu

empat tahun lamanya, Gonzalez resmi menjadi WNI dari jalur naturalisasi

pemain yang diajukan PSSI kepada Pemerintah Republik Indonesia. Gonzales

merupakan warga asli kebangsaan Uruguay Nama lengkap Christian Gerard

Alvaro Gonzalez Templat, tanggal lahir Montevideo, Uruguay, 30 Agustus 1976.

Menetap dan berada di Indonesia meniti karirnya sebagai pesepak bola tanah air.
7

Dalam perjalanan karirnya menuai berbagai kontra salah satunya terkait status

kewarganegaraan Gonzalez yang menikah dengan wanita Indonesia bernama

Eva Nurida Siregar yang beragama Islam dan Christian Gerard Alfaro Gonzales

yang beragama Katolik menikah dan hidup bersama di Uruguay pada tahun

1995. Bahwa ketika prestasi dan karir yang bagus sebagai pemain bola di

Indonesia sempat mengalami kendala dan dijatuhi sanksi tidak dapat berlaga di

lapangan hijau karena status kewarganegaraan Gonzales yang masih resmi

berkebangsaan Uruguay.9

Batam merupakan salah satu kota di Indonesia yang masyarakatnya

cukup banyak melangsungkan perkawinan campuran. Hal ini dibuktikan dengan

adanya laporan rekapitulasi penerbitan akta-akta sipil Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Batam pada 3 (tiga) tahun terakhir. Perkawinan campuran

yang dicatatkan pada Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Batam dalam 3 (tiga) tahun terakhir, yaitu sebagai berikut:10

1. Tahun 2019 : 33 (tiga puluh tiga)

2. Tahun 2020 : 65 (enam puluh lima)

3. Tahun 2021 : 53 (lima puluh tiga)

Kota Batam merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan terpesat di

Indonesia, yang didukung dengan adanya informasi Badan Pusat Statistik Kota

Batam mengenai laju pertumbuhan penduduk menurut jenis kelamin tahun 2020

9
http://mammet.blogspot.com/2010/12/kisahperjalan-christian-gonzales.html
10
Wawancara dengan Rahmat Ali, Kepala Seksi Perkawinan, Perceraian, Pengesahan dan
Pengangkatan Anak, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Batam. Wawancara
dilakukan pada tanggal 21 Januari 2022.
8

sebesar 1.196.396 Jiwa.11

Kota Batam juga memiliki letak yang sangat strategis dalam jalur

pelayaran internasional. Jaraknya yang sangat dekat dan berbatasan langsung

dengan Negara Singapura dan Malaysia menyebabkan cukup banyak masyarakat

Batam yang melakukan perkawinan campuran.

Pasal 80 KUHPerdata menegaskan:12

“Perkawinan harus dilangsungkan di hadapan Pejabat Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil.”

Selanjutnya ketentuan dalam Pasal 81 KUHPerdata menyatakan:13

“Perkawinan secara agama harus dilaksanakan setelah perkawinan di

hadapan Pejabat Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.”

Perkawinan campuran yang hanya dilakukan secara agama dan tidak

dilakukan di hadapan Pejabat Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil,

maka konsekuensi hukumnya dari berlakunya Pasal 80 jo Pasal 81 KUHPerdata

di atas, yaitu antara suami dan istri dan/atau antara ibu dan ayah dengan anak-

anaknya (jika ada anak yang dilahirkan dalam perkawinan tersebut), tidak akan

ada hubungan hubungan perdata. Hubungan perdata yang dimaksud adalah

antara lain hubungan pewarisan antara suami dan istri dan/atau ibu dan ayah

dengan anak-anak serta keluarganya, apabila di kemudian hari terdapat salah

11
Badan Pusat Statistik Kota Batam, “Penduduk WNI Kota Batam Menurut Rasio Jenis
Kelamin Tahun 2020”, diakses melalui https://batamkota.bps.go.id/, pada tanggal 12 Januari 2022,
pukul 15.30 WIB.
12
Pasal 80 KUHPerdata
13
Pasal 81 KUHPerdata
9

seorang yang meninggal dunia.14

Pasal 2 Undang-Undang Perkawinan menentukan:15

(1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-

masing agamanya dan kepercayaannya itu.

(2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Undang-Undang Perkawinan tidak mengatur dan tidak menjelaskan

mengenai konsekuensi/akibat hukum, apabila perkawinan hanya dilakukan

menurut hukum agama (kepercayaan) saja, tanpa melakukan pendaftaran

perkawinan di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Berbagai masalah yang terjadi disini ialah bahwa Perkawinan campuran

beda kewarganegaraan yang dialami oleh pasangan tersebut terdapat kendala

diantaranya terkait persyaratan Administrasi untuk mendapatkan legaliats

pernikahan dan tidak didaftarkan di kantor catatan sipil negara republik

indonesia, sanksi terhadap perkawinan campuran berdasarkan Undang-undang

Administrasi kependudukan No. 24 Tahun 1974 Tahun 2013 dan motif dari pada

kasus terjadinya perkawinan campuran beda kewarganegaraan. Berdasarkan

kasus tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

“Analisis Yuridis Perkawinan Campuran Beda Negara Yang Tidak Di

Daftarkan Di Kantor Catatan Sipil Negara Republik Indonesia (Studi

Kasus Di Kantor Catatan Sipil Pemerintah Kota Batam)”

14
Wawancara dengan Rahmat Ali, Kepala Seksi Perkawinan, Perceraian, Pengesahan dan
Pengangkatan Anak, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Batam. Wawancara
dilakukan pada tanggal 11 Januari 2022.
15
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
10

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan sebelumnya,

maka peneliti dapat merumuskan masalah pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana pengaturan hukum tentang perkawinan campuran beda

negara yang tidak di daftarkan di Kantor Catatan Sipil Negara

Republik Indonesia (studi kasus di Kantor Catatan Sipil Pemerintah

Kota Batam)?

2. Apa yang menjadi hambatan dalam perkawinan campuran beda

negara yang tidak di daftarkan di Kantor Catatan Sipil Negara

Republik Indonesia (studi kasus di Kantor Catatan Sipil Pemerintah

Kota Batam)?

3. Tujuan penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk menjawab dan

menganalisa berbagai pertanyaan yang tertera dalam rumusan masalah. Adapun

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaturan hukum tentang perkawinan campuran beda

negara yang tidak di daftarkan di Kantor Catatan Sipil Negara Republik

Indonesia (studi kasus di Kantor Catatan Sipil Pemerintah Kota Batam).

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan perkawinan campuran beda

negara yang tidak di daftarkan di Kantor Catatan Sipil Negara Republik

Indonesia (studi kasus di Kantor Catatan Sipil Pemerintah Kota Batam).


11

4 Kegunaan/Manfaat Penelitian

Peneliti berharap bahwa dengan adanya penelitian ini dapat membawa

manfaat kepada beberapa pihak sebagai berikut:

1. Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan sebagai bekal

dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah, dan

dapat menjadi bahan pelajaran dan pengaplikasian ilmu pengetahuan

di bidang hukum, khususnya dalam menangani kasus perkawinan

campuran beda negara yang tidak di daftarkan di Kantor Catatan Sipil

Negara Republik Indonesia.

b. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi lembaga-

lembaga atau bagi para Warga Negara Indonesia khusus warha Batam

dan juga dari pihak kantor urusan agama (KUA) dalam hal tertib

administrasi perihal perkawinan campuran beda kewarganegaraan

serta Dinas Kependudukan dan Sipil (DUKCAPIL) di masing-masing

daerah terkait data kependudukan.

2. Teoritis

a. Sebagai upaya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya

di bidang hukum terkait dengan perkawinan campuran. Sehingga bisa

menjadi acuan dan rujukan bagi pada dosen dan mahasiswa di

Universitas Batam.

b. sebagai bahan kajian penelitian dan pengkajian lebih lanjut dan

bermanfaat bagi masyarakat yang kurang memahami prosedur


12

perkawinan campuran beda negara.

5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran dan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh

penulis di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Batam menyatakan bahwa

skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis Perkawinan Campuran Beda Negara

Yang Tidak Di Daftarkan Di Kantor Catatan Sipil Negara Republik

Indonesia” belum diteliti oleh peneliti lain dan dinyatakan asli, maka penulis

mengambil judul ini sebagai judul skripsi.

6 Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Pengkajian ini masuk dalam peneltian hukum yang normatif, untuk itu

pengkajian ini mempergunakan metode penelitian normatif.16 Namun

demikian tetap akan menggunakan data empiris17 sebagai pendukung.

Dengan demikian pokok permasalahan diteliti secara yuridis normatif.

1) Penelitian Hukum Normatif

Penelitian hukum jenis ini hanya ditujukan pada peraturan-peraturan

tertulis sehingga penelitian ini sangat erat hubungannya pada

perpustakaan karna akan membutuhkan data-data yang bersifat

sekunder pada perpustakaan. Dalam penelitian hukum normatif yang

16
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, CV.
Rajawali, Jakarta, 1990, hlm. 15. Penelitian normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.
17
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, ibid, Penelitian empiris adalah penelitian yang dilakukan
dengan cara meneliti data-data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari masyarakat.
Pemikiran empiris ini disebut juga pemikiran sosiologis.
13

tertulis dikaji dari berbagai aspek seperti aspek teori, filosofi,

perbandingan, struktur/komposisi. Konsistensi, penjelasan umum dan

penjelasan pada setiap pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu

undang-undang, sehingga bisa kita simpulkan pada penelitian hokum

normatif mempunyai cakupan yang luas.

2) Penelitian Hukum Empiris

Metode penelitian hukum empiris adalah suatu metode penelitian

hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan

meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat.

Dikarenakan dalam penelitian ini meneliti orang dalam hubungan

hidup di masyarakat maka metode penelitian hukum empiris dapat

dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis. Dapat dikatakan bahwa

penelitian hukum yang diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam

suatu masyarakat, badan hukum atau badan pemerintah.

3) Penelitian Hukum Normatif – Empiris

Metode penelitian hukum normatif empiris ini pada dasarnya

merupakan penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan

adanya penambahan berbagai unsur empiris. Metode penelitian

normatif-empiris mengenai implementasi ketentuan hukum normatif

(undang-undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu

yang terjadi dalam suatu masyarakat.


14

b. Metode Pendekatan

Karena dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian yuridis normatif,

maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan

dan pendekatan konsep. Pendekatan tersebut melakukan pengkajian

peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian dan

yang beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang

berkembang di dalam ilmu hukum.

c. Alat Pengumpulan Data

Suatu penelitian membutuhkan data yang lengkap, dalam hal ini

dimasudkan agar data yang terkumpul benar-benar memiliki nilai validasi

dan reabilitas yang cukup tinggi. Pengumpulan data mempunyai hubungan

erat dengan sumber data, karena dengan pengumpulan data akan diperoleh

data yang diperlukan untuk selanjutnya dianalisis sesuai kehendak yang

diharapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini penulis

menggunakan data sekunder. Data sekunder tersebut meliputi bahan

hukum yang mengikat berupa peraturan perundang-undangan dan bahan-

bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer

sebagaimana yang terdapat dalam kumpulan pustaka yang bersifat sebagai

penunjang dari bahan hukum primer, sebagai contoh buku-buku, jurnal,

majalah dan internet.

d. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Penelitian ini termasuk kategori penelitian kepustakaan (Library

Research). Oleh karena itu teknik yang digunakan adalah pengumpulan


15

data literer yaitu penggalian bahan-bahan pustaka yang koheren dengan

objek pembahasan yang dimaksud, atau proses penghimpunan data dari

literatureliteratur yang sesuai dengan objek pembahasan

e. Prosedur Analisis Data

Data yang diperoleh dari data primer dan data sekunder akan diolah dan

dianalisis berdasarkan rumusan masalah yang telah diterapkan sehingga

diharapkan dapat diperoleh gambaran yang jelas. Analisis data yang

digunakan adalah analisis data yang memberikan gambaran secara jelas

terhadap objek yang dibahas secara kualitatif dan selanjutnya data tersebut

disajikan secara deskriptif yaitu menjelaskan, menguraikan, dan

menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya dengan

penelitian ini.

7 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini disusun dalam empat bab, antara

lain sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan
Merupakan bab pendahuluan yang berisi alasan pemilihan judul,
permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Teoritis Perkawinan Campuran


Pada bab ini berisi kerangka teori mengenai tinjauan yuridis
tentang perkawinan campuran beda kewarganegaraan, yang
meliputi pengertian perkwinan beda kewarganegaraan,
ketentuan dan syarat Administrasi kependudukan, sanksi dan
16

motif terjadinya perkawinan campuran beda kewarganegaraan


dan juga membahas tentang pelaksanaan perkawinan campuran
beda kewarganegaraan di tinjau dari Undang-undang No 24
Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan.

BAB III Pemaparan Data dan Hasil Penelitian


Pada bab ini merupakan studi kasus perkawinan csmpuran yang
terjadi di masyarakat Indonesia, tentang gambaran pasangan
yang melangsungkan perkawinan campuran beda
kewarganegaraan yang tidak didaftarkan sebagai obyek
penelitian, hal-hal yang melatar belakangi terjadinya
pelaksanaan perkawinan campuran, dan data-data tentang proses
administrasi data kependudukan berdasarkan Undang-undang.

BAB IV Penutup
Bab ini merupakanbabyang paling akhir dari pembahasan
skripsi yang berisikan kesimpulan dari seluruh pembahasan dan
saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Azed, Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan, Jakarta : Ind-


Hill.Co., 1996

Abdurrahman dan Riduan Syahrani, 1978, Hukum Perkawinan, Bandung:


Alumni, h. 9

Badan Pusat Statistik Kota Batam, “Penduduk WNI Kota Batam Menurut Rasio
Jenis Kelamin Tahun 2020”, diakses melalui https://batamkota.bps.go.id/,
pada tanggal 12 Januari 2022, pukul 15.30 WIB.

Benyamin, (2015), Fenomena Hukum Campuran Di Indonesia, di dalam:


Reminchel, Jaksa Sebagai Pengacara Negara Menurut Undang-Undang
Kejaksaan, Jurnal Advokasi, Vol. 7, No. 1, h. 17.

C.S.T. Kansil, 1996, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta,
Balai Pustaka, , h. 474.

Djaja S Meliala. 2007, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Orang dan Hukum
Keluarga. Bandung: Nuansa Aulia, h. 71.

http://mammet.blogspot.com/2010/12/kisahperjalan-christian-gonzales.html

Novie Yulianie, “Upaya Perlindungan Hukum Bagi Istri Warga Negara Indonesia
Yang Melangsungkan Perkawinan Campuran”, Tesis, Magister
Kenotariatan, Universitas Indonesia, 2012, hlm. 5

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Pasal 80 KUHPerdata

Pasal 81 KUHPerdata

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat, CV. Rajawali, Jakarta, 1990, hlm. 15.

Undang – Undang Dasar 1945 pasal 26

Wawancara dengan Rahmat Ali, Kepala Seksi Perkawinan, Perceraian,


Pengesahan dan Pengangkatan Anak, Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Batam. Wawancara dilakukan pada tanggal 21 Januari 2022.

Wawancara dengan Rahmat Ali, Kepala Seksi Perkawinan, Perceraian,


Pengesahan dan Pengangkatan Anak, Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Batam. Wawancara dilakukan pada tanggal 11 Januari 2022.

17
18

Yaswirman, 2011. Hukum Keluaraga-Karakteristik Dan Prospek Doktirn Islam


Dan Adat Dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau, Jakarta: Rajawali
Press, h. 134.

Anda mungkin juga menyukai