1/Jan-Mar/2018
KEDUDUKAN ANAK YANG LAHIR DARI HASIL dalam suatu gugus yang disebut masyarakat.
PERKAWINAN CAMPURAN MENURUT Hidup sendiri tanpa sesama disuatu Tempat,
UU NO 1 TAHUN 19741 bukanlah kodrat manusia sebagai makhluk
Oleh: Freddy Alfrando Kalagison2 sosial, kalaupun ada yang hidup sendirian, Itu
Dosen Pembimbing: hanyalah cerita pengantar tidur, dan pada
Prof. Dr. Telly Sumbu, SH., MH; tengah kisah pasti akan dipertemukan dan
Dr. Jemmy Sondakh, SH, MH bergaul dengan sesamanya sebagai suatu
kebutuhan mutlak.3 Kodrat manusia sebagai
ABSTRAK mahluk yang diciptakan dengan penggolongan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk jenis kelamin pria dan wanita, satu dengan yang
mengetahui bagaimana status dan kedudukan lain akan saling tertarik untuk kemudian
anak dari perkawinan campuran yang berbeda mempersatukan diri dalam ikatan perkawinan.
kewarganegaraan dan bagaimana perlindungan Begitu juga anak yang lahir dalam perkawinan
hukum terhadap anak yang lahir dari campuran harus diakui dan dihormati hak-hak
pernikahan campuran. Dengan menggunakan keperdataannya sebagai Hak Asasi Manusia
metode penelitian yuridis normatif, sama dengan anak yang lahir pada umumnya.
disimpulkan: 1. Jadi status kedudukan Anak Anak yang lahir dari perkawinan sepanjang
seperti tertulis pada Undang-Undang No.12 anak itu adalah sah harus dihormati.
Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI Ini dapat dipahami karena dengan
memberikan jaminan kewarganegaraan anak perkawinan tersebut, selain untuk memenuhi
dari hasil perkawinan campuran. Berdasarkan kebutuhan biologis, dimaksudkan dari
ketentuan tersebut menyatakan bahwa anak perkawinan itu akan lahir anak keturunan yang
dari hasil perkawinan campuran mendapat hak tentunya diharapkan dapat meneruskan
untuk menentukan atau memilih kehidupan manusia secara berkelanjutan.4
kewarganegaraan. Hak tersebut diberikan jika Anak sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa
telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan mahluk sosial, sejak dalam kandungan
setelah berusia 18 tahun. 2. Perlindungan sampai dilahirkan mempunyai hak atas hidup
hukum terhadap anak terdapat pada Ketentuan dan merdeka serta mendapat perlindungan
dalam Undang-Undang No.12 Tahun 2006 baik dari orang tua, keluarga, masyarakat,
Tentang Kewarganegaraan RI. hal ini dimaksud bangsa dan Negara.5
untuk tetap memberikan perlindungan hukum Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun
kepada anak yang lahir dalam perkawinan 2002 dan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014
campuran antara WNI dan WNA atau anak Tentang Perubahan atas Undang-Undang No.
karena tempat kelahirannya mendapatkan 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,
kewarganegaraan di negaranya. UU No.35 Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak dalam (delapan belas) tahun, termasuk anak yang
pasal 5 dimana disebutkan bahwa setiap anak masih dalam kandungan.6
berhak atas kewarganegaran anak maka negara Perkawinan campuran diatur dalam Undang-
mempunyai kewajiban untuk melindungi anak Undang No 1 Tahun 1974 yaitu Perkawinan
warga negaranya dan juga berkewajiban untuk antara dua orang yang di Indonesia tunduk
menjamin pedidikan, hak-hak anak lainya pada hukum yang berlainan, karena perbedaan
semula untuk menentukan kewarganegaran. kewarganegaraan, dikenal dengan Perkawinan
Kata kunci: Kedudukan Anak, Lahir, Campuran (Pasal 57 UU No. 1 Tahun 1974
Perkawinan Campuran. tentang Perkawinan). Artinya perkawinan yang
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
3
Manusia ditakdirkan dengan sifat zoon Moch. Isnaeni, Hukum Perkawinan Indonesia
(Bandung:Refika Aditama, 2016), Hal. 1
Politicon, mereka selalu hidup berkelompok 4
Ibid. Hal.9
5
H.R. Abdussalam, Adri Desasfuryanto, Hukum
1
Artikel Skripsi. Perlindungan Anak, ( PTIK, Jakarta, 2016) Hal.1.
6
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Amandemen Undang-Undang Perlindungan Anak UU RI
13071101028 No. 35 Tahun 2014 (Sinar Grafika, Jakarta,2016), Hal 3.
77
Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018
78
Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018
sepanjang perkawinan, memperoleh si suami tunggal, sehingga anak yang lahir dari
sebagai bapaknya. Jadi hanya anak yang perkawinan campuran hanya bisa memiliki satu
dilahirkan di sepanjang perkawinan saja yang kewarganegaraan, yang dalam UU tersebut
diakui sebagai anak yang sah. sedangkan bapak ditentukan bahwa yang harus diikuti adalah
anak sah itu adalah pria yang berstatus suami. kewarganegaraan ayahnya. Pengaturan ini
Ini memberi pertanda bahwa seorang anak menimbulkan persoalan apabila di kemudian
sudah dipastikan mempunyai ibu yang bersosok hari perkawinan orang tua pecah, tentu ibu
seorang wanita yang melahirkannya. Kendati akan kesulitan mendapat pengasuhan anaknya
misalnya tidak ada perkawinan, lalu seorang yang warga negara asing.
wanita melahirkan seorang anak maka wanita Berdasarkan UU No. 62 Tahun 1958 tentang
yang bersangkutan demi hukum adalah ibu dari Kewarganegaraan, anak hanya mengikuti
anak yang lahir tersebut. Ini berbeda dengan kewarganegaraan ayahnya, namun berdasarkan
sosok pria, sebab kalau sampai ada wanita yang UU No. 12 tahun 2006 tentang
hamil karena pria tersebut tanpa ada ikatan tali Kewarganegaraan anak akan memiliki dua
perkawinan, tidak begitu saja demi hukum pria kewarganegaraan.
tersebut menjadi bapak dari anak yang lahir Sikap Indonesia yang menyatakan diri
dari rahim wanita yang bersangkutan. sebagai negara yang berdasarkan atas hukum
Konsukuensinya muncullah Pasal 287 BW yang dan menjunjung tinggi HAM, dapat dilihat dari
menentukan bahwa menyelidiki soal siapakah UUD 1945 yang memuat ketentuan tentang
bapak seorang anak adalah terlarang. penghormatan beberapa aspek HAM yang
Sebaliknya kalau hendak menelisik siapa ibu sangat penting, seperti hak semua bangsa atas
seorang anak luar kawin adalah diperbolehkan, kemerdekaan (alinea pertama pembukaan), hak
dan ini dapat disimak pada Pasal 228 BW.10 atas kewarganegaraan (Pasal 26), persamaan
Pembuatan Undang-Undang No 23/2002 kedudukan semua warga negara Indonesia di
tentang Perlindungan Anak dilatarbelakangi depan hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat
dengan ratifikasi konvensi Hak anak oleh 1), hak warga negara Indonesia atas pekerjaan
Indonesia pada tahun 1990 setelah konvensi ini (Pasal 27 ayat 2), hak setiap warga negara
di adopsi oleh majelis umum PBB guna Indonesia atas kehidupan yang layak bagi
mengatur masalah Hak Anak. Selain itu kemanusiaan (Pasal 27 ayat 2) dan hak warga
Indonesia juga mengadopsi Undang-Undang negara atas pendidikan (Pasal 31 ayat 1).12
tentang hak asasi manusia pada tahun 1999 Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
(UU No 39/1999). Meskipun sudah ada Perdata Pasal 250 menyebutkan bahwa anak
sejumlah yang berkaitan dengan perlindungan yang dilahirkan atau dibesarkan selama
anak11 perkawinan adalah anak dari suami ibunya yang
Pada tanggal 11 Juli 2006, DPR terikat dengan perkawinan. Menurut Undang-
mengesahkan Undang-Undang Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum
Kewarganegaraan yang baru. Lahirnya Undang- Islam, anak yang sah adalah anak yang
Undang ini disambut gembira oleh sekelompok dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang
kaum ibu yang menikah dengan warga negara sah, meskipun anak tersebut lahir dari
asing, walaupun pro dan kontra masih saja perkawinan wanita hamil yang usia
timbul, namun secara garis besar Undang- kandungannya kurang dari enam bulan
Undang baru yang memperbolehkan dwi lamanya sejak ia menikah resmi.
kewarganegaraan terbatas ini sudah Berdasarkan atas hal itulah, UU No. 12/2006
memberikan pencerahan baru dalam mengatasi tentang Kewarganegaraan RI hadir untuk
persoalan-persoalan yang lahir dari perkawinan menggantikan UU No 62/1958 tentang
campuran. Kewarganegaraan RI yang mengundang banyak
Persoalan yang rentan dan sering timbul polemik dan diskriminatif. HAM menurut
dalam perkawinan campuran adalah masalah Indonesia adalah hak yang melekat pada setiap
kewarganegaraan anak. kewarganegaraan yang manusia untuk dapat mempertahankan hidup,
lama menganut prinsip kewarganegaraan harkat dan martabatnya. Dalam mengemban
10
Ibid, Hal.118
11 12
Ibid, Hal.120 UUD 1945 Hasil Amandemen
79
Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018
hak tersebut dilakukan secara seimbang antara yang dibawah pengampuan.15 Dengan
hak dan kewajiban dan antara kepentingan demikian, anak dapat dikategorikan sebagai
perorangan dan kepentingan umum. subjek hukum yang tidak cakap melakukan
perbuatan hukum. Hanya saja, seseorang yang
B. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Hasil tidak cakap karena belum dewasa diwakili oleh
Perkawinan Campuran orang tua atau walinya dalam melakukan
Perlindungan Hukum adalah memberikan perbuatan hukum. Meskipun demikian, anak
pengayoman kepada hak asasi manusia yang tetap dapat dikategorikan sebagai subjek
dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut hukum yang sama-sama mempunyai hak, salah
diberikan kepada masyarakat agar mereka satunya adalah hak kewarganegaraan. Setiap
dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh,
oleh hukum. berkembang, dan berpartisipasi secara wajar
Selain itu, perlindungan akan harkat dan sesuai dengan harkat dan martabat
martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum dari kekerasan dan diskriminasi. Oleh karena
berdasarkan ketentuan hukum dari itu, perlindungan terhadap anak perlu
kesewenangan. Berbagai upaya hukum yang diperhatikan dan dijauhkan dari kehidupan
harus diberikan oleh aparat penegak hukum yang diskriminatif. Seperti yang tertuang dalam
untuk memberikan rasa aman, baik secara Undang-Undang HAM pasal 13 ayat (1) yang
pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbunyi:16
berbagai ancaman dari pihak manapun. Dan Setiap anak selama dalam pengasuhan
Sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang
akan dapat melindungi suatu hal dari hal bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak
lainnya. Berkaitan dengan konsumen, berarti mendapat perlindungan dari perlakuan: (a)
hukum memberikan perlindungan terhadap diskriminasi; (b) eksploitasi, baik ekonomi
hak-hak pelanggan dari sesuatu yang maupun seksual; (c) penelantaran; (d)
mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan; (e)
tersebut.13 ketidakadilan; dan perlakuan salah lainnya.
Dalam hukum perdata, diketahui bahwa Perlindungan anak adalah segala kegiatan
manusia memiliki status sebagai subjek hukum untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-
sejak ia dilahirkan. Pasal 2 Kitab Undang- haknya agar dapat hidup, tumbuh,
Undang Hukum Perdata memberi pengecualian berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal
bahwa anak yang masih dalam kandungan sesuai dengan harkat dan martabat
dapat menjadi subjek hukum apabila ada kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
kepentingan yang menghendaki dan dilahirkan dari kekerasan dan diskriminasi,17 terlebih lagi
dalam keadaan hidup.14 Manusia sebagai subjek kita hidup dalam negara demokrasi. Masalah
hukum berarti manusia memiliki hak dan anak sah diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974
kewajiban dalam lalu lintas hukum. Namun terdapat pada Pasal 42, 43 dan 44.
tidak berarti semua manusia cakap bertindak Kemudian dalam Pasal 250 Kitab Undang-
dalam lalu lintas hukum. Orang-orang yang Undang Hukum Perdata mengatakan bahwa:
tidak memiliki kewenangan atau kecakapan “Tiap anak yang dilahirkan atau ditumbuhkan
untuk melakukan perbuatan hukum diwakili sepanjang perkawinan, memperoleh si suami
oleh orang lain. sebagai bapaknya”.18 Dari ketentuan tersebut,
Berdasarkan pasal 1330 Kitab Undang- bahwa wanita yang hamil kemudian ia kawin
Undang Hukum Perdata, mereka yang sah dengan seorang pria, maka jika anak itu
digolongkan tidak cakap adalah mereka yang lahir, anak itu adalah anak sah dari perkawinan
belum dewasa, wanita bersuami, dan mereka
13 15
Muhammad Naoval Adam, SH. Makala Diskusi. Kitab Undang-undang Hukum Perdata
16
Perlindungan Anak Hasil Perkawinan Campuran.16 Lihat, Undang-Undang HAM pasal 13 ayat (1)
17
Oktober 2010. Hal.2 Muladi, Hak Asasi Manusia, Hal 233.
14 18
Sri Susilowati Mahdi, Surini Ahlan Sjarif, dan Akhmad Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPer. Tim Viva
Budi Cahyono, Hukum Perdata; Suatu Pengantar, Hal 21. Justicia. Hal.76
80
Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018
wanita dengan pria tersebut tanpa ada batas keterangan untuk itu, kecuali apabila
waktu usia. dengan kehilangan kewarganegaraan
Persoalan yang rentan dan sering timbul tersebut, menjadi tanpa kewarganegaraan.22
dalam perkawinan campuran adalah masalah Apabila suami WNA bila ingin memperoleh
kewarganegaraan anak. UU kewarganegaraan kewarganegaraan Indonesia maka harus
yang lama menganut prinsip kewarganegaraan memenuhi persyaratan yang ditentukan bagi
tunggal, sehingga anak yang lahir dari WNA biasa. Karena sulitnya mendapat ijin
perkawinan campuran hanya bisa memiliki satu tinggal di Indonesia bagi laki-laki WNA
kewarganegaraan, yang dalam UU tersebut sementara istri WNI tidak bisa meninggalkan
ditentukan bahwa yang harus diikuti adalah Indonesia karena satudan lain hal( faktor
kewarganegaraan ayahnya. Pengaturan ini bahasa, budaya, keluarga besar, pekerjaan
menimbulkan persoalan apabila di kemudian pendidikan, dll) maka banyak pasangan seperti
hari perkawinan orang tua pecah, tentu ibu terpaksa hidup dalam keterpisahan.
akan kesulitan mendapat pengasuhan anaknya Wanita Warga Negara Asing (WNA) yang
yang warga negara asing. menikah dengan Pria Warga Negara Indonesia
Dengan lahirnya UU Kewarganegaraan yang (WNI), menganut azas kewarganegaraan
baru, sangat menarik untuk dikaji bagaimana tunggal sehingga berdasarkan Pasal 7 UU No.62
pengaruh lahirnya UU ini terhadap status Tahun 1958 apabila seorang perempuan WNA
hukum anak dari perkawinan campuran, menikah dengan pria WNI, ia dapat
berikut komparasinya terhadap UU memperoleh kewarganegaraan Indonesia tapi
Kewarganegaraan yang lama.19 Definisi anak pada saat yang sama ia juga harus kehilangan
dalam pasal 1 angka 1 UU No 35 Tahun 2014 kewarganegaraan asalnya. Permohonan untuk
tentang perubahan atas Undang-Undang No 23 menjadi WNI pun harus dilakukan maksimal
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah: dalam waktu satu tahun setelah pernikahan,
“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 bila masa itu terlewati, maka permohonan
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang untuk menjadi WNI harus mengikuti
masih dalam kandungan.”20 dengan ibunya. persyaratan yang berlaku bagi WNA biasa.
Sejak dahulu diakui bahwa soal keturunan Untuk dapat tinggal di Indonesia perempuan
termasuk status personal. WNA ini mendapat sponsor suami dan dapat
Kecondongan ini sesuai dengan prinsip memperoleh izin tinggal yang harus
dalam UU Kewarganegaraan No.62 tahun 1958. diperpanjang setiap tahun dan memerlukan
Kecondongan pada sistem hukum ayah demi biaya serta waktu untuk pengurusannya. Bila
kesatuan hukum, memiliki tujuan yang baik suami meninggal maka ia akan kehilangan
yaitu kesatuan dalam keluarga, namun dalam sponsor dan otomatis keberadaannya di
hal kewarganegaraan ibu berbeda dari ayah, Indonesia menjadi tidak jelas Setiap kali
lalu terjadi perpecahan dalam perkawinan melakukan perjalanan keluar negeri
tersebut maka akan sulit bagi ibu untuk memerlukan reentry permit yang
mengasuh dan membesarkan anak-anaknya permohonannya harus disetujui suami sebagai
yang berbeda kewarganegaraan, terutama bila sponsor. Bila suami meninggal tanah hak milik
anak-anak tersebut masih dibawah umur.21 yang diwariskan suami harus segera dialihkan
Pria Warga Negara Asing (WNA) menikah dalam waktu satu tahun. Seorang wanita WNA
dengan Wanita Warga Negara Indonesia (WNI), tidak dapat bekerja kecuali dengan sponsor
berdasarkan pasal 8 UU No. 62 tahun 1958: perusahaan. Bila dengan sponsor suami hanya
seorang perempuan warga negara Indonesia dapat bekerja sebagai tenaga sukarela. Artinya
yang kawin dengan seorang asing bisa sebagai istri/ibu dari WNI, perempuan ini
kehilangan kewarganegaraannya, apabila kehilangan hak berkontribusi pada pendapatan
selama waktu satu tahun ia menyatakan rumah tangga.
Dalam Undang-Undang kewarganegaraan
19
yang baru memuat asas-asas kewarganegaraan
Muhammad Naoval Adam, Op,cit. Hal.4
20
Solahudin Pugung. Mendapatkan Hak Asuh Anak dan
22
Harta Bersama. Indonesia Legal Center Sudargo Gautama. Tafsir Undang-Undang
Publising.Op.Cit.Hal.22 Kewarganegaraan Republik Indonesia. Alumni. Bandung.
21
Ibid. Hal. 6 1973.Hal.262
81
Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018
82
Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018
83