Anda di halaman 1dari 20

Ratio Legis dan Dampak Pengaturan:……….

(Zendy Wulan Ayu Widhi Prameswari)

RATIO LEGIS DAN DAMPAK PENGATURAN KEWARGANEGARAAN GANDA


DALAM UNDANG-UNDANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA1
(The Ratio Legis and Impacts of Dual Citizenship Stipulation
in Indonesian Citizenship Law)
Zendy Wulan Ayu Widhi Prameswari
Departemen Hukum Tata Negara
Fakultas Hukum Universitas Airlangga
Kampus B UNAIR Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan, Surabaya 60286
Telp./Handphone: Tel.: 031-5023151 ext. 130/081330070627; Fax: 031-5020454
zendy@fh.unair.ac.id

Tulisan Diterima: 17-07-2019; Direvisi: 28-10-2019; Disetujui Diterbitkan: 06-11-2019


DOI: http://dx.doi.org/10.30641/kebijakan.2019.V13.359-378

ABSTRAK
UU No. 62/1958 dan UU No. 12/ 2006 pada prinsipnya tidak mengenal adanya kewarganegaraan
ganda. UU No. 12/ 2006 memperbolehkan kewarganegaraan ganda terbatas pada anak-anak
dalam kaitannya perlindungan terhadap hak anak. Namun, seiring dengan perkembangan dalam
dunia modern, tuntutan diaspora Indonesia terhadap Pemerintah RI untuk juga memberikan status
kewarganegaraan ganda bagi orang dewasa terus bergulir. Penelitian ini mengangkat dua isu
hukum. Isu hukum pertama mengenai ratio legis tidak diperbolehkannya kewarganegaraan ganda
dalam UU No. 62/1958 dan UU No. 12/2006. Isu hukum kedua adalah dampaknya terutama dalam
bidang hukum apabila kewarganegaraan ganda diberlakukan di Indonesia. Penelitian ini merupakan
penelitian hukum yang menggunakan pendekatan perundang-undangan, pendekatan konsep serta
pendekatan sejarah. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis terhadap isu hukum yang
telah diajukan. Berdasarkan penelitian ini, kedua undang-undang tersebut tidak terlepas dari filosofi
kewarganegaraan yang didasarkan pada doktrin “kesetiaan abadi” (perpetual allegiance). Kedua
undang-undang tersebut mengatur bahwa bentuk kesetiaan WNI kepada negara nya adalah dengan
tidak mempunyai kewarganegaraan ganda. Sedangkan dampaknya dalam bidang hukum apabila
kewarganegaraan ganda diberlakukan di Indonesia diantaranya adalah perubahan ketentuan-
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan terutama yang berkaitan dengan kepemilikan
properti, hak politik, kewarganegaraan dan Imigrasi. Penelitian ini memberikan saran bahwa tuntutan
kewarganegaraan ganda dari komunitas diaspora Indonesia perlu direspon oleh Pemerintah
Indonesia dengan dicermat dengan melakukan pengkajian dan penyusunan pertimbangan yang
melibatkan berbagai instansi terkait.
Kata kunci: kewarganegaraan ganda; kewarganegaraan Indonesia; hukum kewarganegaraan;
hukum Indonesia

1 Artikel ini berdasarkan Penelitian dengan judul “Kewarganegaraan Ganda Dalam Peraturan Perundang-
Undangan Di Indonesia” yang dilakukan pada tahun 2016 dan dipresentasikan di Konferensi Nasional
III Serikat Pengajar Hak Asasi Manusia Indonesia (SEPAHAM) ”Hak Asasi Manusia Dan Keadilan Eko-
Sosial” Palu, 1-2 Maret 2017 dengan perbaikan.

359
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 359-378

ABSTRACT
In principle, Indonesian Citizenship Law does not recognize the existence of dual citizenship. Law
No. 12/2006 regulates dual citizenship which only limited to the children in relation to the protection
of children’s rights. However, along with the developments in the modern world, the demands of the
Indonesian diaspora towards the Indonesian Government to grant dual citizenship status for adults
are more intense. This research raises two legal issues related to this matter. First, this research
scrutinizes the ratio legis of Law No. 62/1958 and Law No. 12/2006 which not allowing dual citizenship
for Indonesian citizens. Second, it examines the impact, particularly in legal field, if dual citizenship
is applied in Indonesia. The purpose of this study is to conduct an analysis of the legal issues above.
The study finds that Law No. 62/1958 and Law No. 12/2006 adhere to the doctrine of perpetual
allegiance. Both of them stipulate that the form of the loyalty of Indonesian citizens to the country is
by not having dual citizenship. If dual citizenship is applied in Indonesia, one of the impacts in legal
field is there should be changes to the provisions of the law relating to property ownership, political
rights, citizenship and immigration. This research suggests that the Indonesian Government needs
to respond carefully with regard to the m a t t e r o f dual citizenship status for the adults. The
Government of Indonesia have to conduct further studies as well as make some considerations
involving various related agencies.
Keywords: dual citizenship; Indonesian citizenship; citizenship law; Indonesian law

PENDAHULUAN seseorang mempunyai kewarganegaraan


di suatu negara, orang tersebut mempunyai
Latar Belakang
hak untuk tinggal, bekerja, memilih dan
Warga negara merupakan salah satu
melakukan perjalanan di negara tersebut.5
unsur yang esensial bagi berdirinya suatu
Namun di sisi lain, adalah merupakan hak
negara. Dengan memiliki status
suatu negara untuk menentukan siapa saja
kewarganegaran, seorang individu diakui
yang menjadi warga negaranya selama tidak
sebagai salah satu anggota dari negara yang
melanggar prinsip-prinsip umum hukum
mengakuinya, dimana pengakuan negara
internasional.6
tersebut merupakan sebuah hubungan
Dari uraian sebelumnya, dapat terlihat
hukum antara dua pihak tersebut, yaitu
bahwa di dalam hubungan antara negara
individu dan negara yang mengakuinya.2
dan warga negara terdapat hubungan
Sehingga bisa dikatakan bahwa melalui
yuridis tertentu. Warga negara sebagai
status kewarganegaraan tersebut individu
anggota penuh dari suatu negara memiliki
bisa menikmati banyak manfaat baik dari
hak sekaligus kewajiban tertentu kepada
hukum nasional maupun internasional.3
negaranya. Sedangkan negara juga
Untuk dapat menikmati apa yang disebut
mempunyai kewajiban untuk melindungi
sebagai hak asasi manusia yang universal,
warga negaranya dimanapun mereka
seorang individu harus menikmati hak atas
kewarganegaraan terlebih dahulu, yaitu
status kewarganegaraan yang formal dan
and Walton-Roberts, M. (Eds.), The Human Right
komplit setidaknya di satu negara.4 Jika
to Citizenship: A Slippery Concept. (Philadhelphia-
Pennsylvania: University of Pennsylvania Press,
2 Lihat Seyyed Ibrahim Hosseini, et.al, Nationality 2015), h. 1-20
in Private International Law, Indian Journal of 5 Sobel, R. Citizenship as Foundation of Rights:
Science and Technology, Vol 8(12), 69906, June Meaning for America. (Cambridge: Cambridge
2015. University Press, 2016), h. 1.
3 Ibid. 6 Wijayanti, Herlin. Hukum Kewarganegaraan &
4 Howard-Hassman, R.E., Introduction: The Human Keimigrasian. (Malang: Bayumedia Publishing,
Right to Citizenship, In Howard-Hassman, R.E. 2011), h.56.

360
Ratio Legis dan Dampak Pengaturan:………. (Zendy Wulan Ayu Widhi Prameswari)

berada.7 Kewarganegaraan mendefinisikan UUD NRI Tahun 1945 memang tidak


ruang lingkup hak-hak yang bisa di klaim oleh secara eksplisit menyatakan apakah
seorang individu dan menentukan negara seseorang berhak atas satu atau dua status
mana yang diharapkan untuk menjawab kewarganegaraan. Bagi UUD NRI Tahun
klaim individu tersebut.8 Dalam 1945, yang penting adalah bahwa tidak boleh
perkembangannya, pada masa ini banyak terjadi keadaan apatride yaitu suatu keadaan
individu yang mempuyai kewarganegaraan dimana seseorang tidak mempunyai status
lebih dari satu walaupun dalam hitungan kewarganegaraan. Sedangkan kemungkinan
angka jumlah individu tersebut tidak terjadinya bipatride, yaitu suatu keadaan
diketahui. Namun seiring dengan diterimanya dimana seseorang mempunyai 2 (dua) status
kebijakan mengenai kewarganegaraan lebih kewarganegaraan, tidak diharuskan dan tidak
dari satu dalam hukum kewarganegaraan juga dilarang. Dalam hal ini, kebijakan lebih
banyak negara, jumlah individu yang memiliki lanjut diberikan kepada pembentuk undang-
kewarganegaraan lebih dari satu meningkat undang untuk mengaturnya sesuai dengan
pesat selama belasan tahun terakhir.9 ketentuan Pasal 26 ayat (3) UUD NRI Tahun
Pengaturan mengenai kewarganegaraan 1945, yaitu bahwa “Hal-hal mengenai warga
menjadi hal yang sangat penting dalam negara dan penduduk diatur dengan undang-
kehidupan bernegara. Di Indonesia, undang.”10
pengaturan mengenai Kewarganegaraan Sejak Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia selain terdapat dalam konstitusi Republik Indonesia, pengaturan dalam
juga diatur di peraturan perundang-undangan undang-undang mengenai kewarganegaraan
di bawahnya. Pasal 28D ayat (4) Undang- terdapat dalam Undang-Undang Nomor 3
Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan
(selanjutnya disebut UUD NRI Tahun 1945) Penduduk Negara (selanjutnya disebut UU
menyatakan bahwa: “Setiap orang berhak No. 3/1946). Undang-Undang tersebut
atas status kewarganegaraan.” Pasal ini kemudian diubah dengan Undang-Undang
merupakan hasil perubahan kedua UUD NRI Nomor 6 Tahun 1947 tentang Perubahan
Tahun 1945. Sedangkan menurut Pasal 26 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946
ayat (1) UUD NRI Tahun 1945, “Yang menjadi (selanjutnya disebut UU No. 6/1947) dan
warga negara ialah orang-orang bangsa diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain 8 Tahun 1947 tentang Memperpanjang Waktu
yang disahkan dengan undang-undang untuk Mengajukan Pernyataan Berhubung
sebagai warga negara.” Pasal 26 ayat (1) dengan Kewargaan Negara Indonesia
UUD NRI Tahun 1945 tersebut merupakan (selanjutnya disebut UU No. 8/1947).
pasal yang tidak mengalami perubahan. Selanjutnya, ikhwal kewarganegaraan diatur
Selain kedua pasal tersebut, UUD NRI Tahun dengan Undang-Undang Nomor 62 Tahun
1945 juga mengatur mengenai hak-hak yang 1958 tentang Kewarganegaraan Republik
dimiliki serta kewajiban yang dibebankan Indonesia (selanjutnya disebut UU No.
kepada seseorang sebagai Warga Negara 62/1958) sebagaimana telah diubah dengan
Indonesia (selanjutnya disebut WNI). Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 tentang
Perubahan Pasal 18 UU No. 62 Tahun 1958.11
7 Herlin Wijayanti, Op.Cit., h. 57.
8 Harpaz, Y. Citizenship 2.0: Dual Nationality as
a Global Asset (Princeton: Princeton University 10 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata
Press, 2019), h.3 Negara Jilid II, Cetakan Pertama, (Jakarta:
9 Tanasoca, A. The Ethics of Multiple Nationality Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
(Cambridge: Cambridge University Press, 2018), Konstitusi RI, 2006), h. 145.
h. 1 11 Penjelasan Umum UU No. 12 Tahun 2006

361
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 359-378

Pada tahun 2006, Undang-Undang Nomor 12 harus mengadakan pilihan tegas dan tertulis,
mengenai Kewarganegaraan RI (selanjutnya apakah akan menjadi warga negara RI atau
disebut UU No. 12/2006) ditetapkan untuk tetap berkewarganegaraan Republik Rakyat
menggantikan UU No. 62 Tahun 1958 Cina. Dengan perjanjian tersebut, diharapkan
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 masalah yang pernah timbul antara RI dengan
Tahun 1976 karena dinilai sudah tidak sesuai Republik Rakyat Cina akan terpecahkan.13
lagi dengan perkembangan ketatanegaraan Pada tahun 1958, UU No. 62/1958
RI. ditetapkan untuk menggantikan undang-
Ketentuan mengenai kewarganegaraan undang lama yang mengatur mengenai
ganda di dalam UU No. 3/1946 setelah dua kewarganegaraan. Tujuan utama dari
kali mengalami perubahan diatur terutama pembuat UU No. 62/1958 pada waktu itu
melalui Pasal 3a. Melalui Pasal 3a, UU No. adalah menghindari sebisa mungkin
3/1946 berusaha mencegah terjadinya terjadinya kewarganegaraan ganda. Tidak
kewarganegaraan ganda. Pasal 3a hanya mencegah, namun pada waktu itu
menyatakan bahwa: “Seorang Warga kewarganegaraan ganda yang ada harus
Negara Indonesia tersebut dalam pasal 1 dihilangkan dan diminimalisir sedapat
bab b, yang mempunyai kewargaan negara mungkin.14 UU No. 62/1958 ini tidak
dari negeri lain, dapat melepaskan menghendaki adanya bipatride. UU No.
kewargaannya dari Negara Indonesia 62/1958 dikatakan sudah tidak sesuai lagi
dengan menyatakan keberatan menjadi dengan perkembangan masyarakat dan
Warga Negara Indonesia (huruf tebal dari ketatanegaraan Republik Indonesia secara
Penulis).”12 filosofis, yuridis, dan sosiologis sehingga
Dalam sejarahnya, keadaan bipatride digantikan oleh UU No. 12/2006. Hampir
pernah terjadi pada saat UU No. 3/1946 sama dengan UU yang mengatur mengenai
sebagaimana telah dirubah sebanyak dua kewarganegaraan sebelumnya, UU No.
kali berlaku. Sebelum tahun 1955, orang- 12/2006 juga tidak mengenal adanya
orang Cina karena peraturan perundangan kewarganegaraan ganda pada orang dewasa.
yang berlaku pada saat itu dapat dianggap Namun UU No. 12/2006 mengatur mengenai
sebagai warga negara Republik Indonesia, kewarganegaraan ganda terbatas pada anak-
sedangkan pada saat yang bersamaan anak dalam kaitannya perlindungan terhadap
Republik Rakyat Cina tetap beranggapan hak anak.
bahwa orang-orang tersebut adalah warga Pada tahun 2014, jaringan diaspora
negaranya. Oleh karena itu, pada tanggal 22 Indonesia telah mengadakan serangkaian
April 1955 diadakan perundingan langsung seminar nasional tentang “Diaspora
dan telah ditanda tangani perjanjian yang Indonesia dan Dinamika Kewarganegaraan”.
dikenal dengan Perjanjian Soenario-Chou Dari pembahasan dalam serangkaian
oleh Menteri Luar Negeri RI dengan Republik seminar tesebut menghasilkan beberapa
Rakyat Cina. Perjanjian tersebut kemudian rekomendasi kebijakan yang berkaitan
dituangkan dalam Undang-Undang Nomor dengan diaspora Indonesia, salah satunya
2 Tahun 1958. Menurut perjanjian tersebut, adalah bahwa Pemerintah Indonesia
semua orang Cina yang ada di Indonesia hendaknya memberikan kewarganegaraan

(Republik Indonesia, 2006). 13 Jimly Asshiddiqie, Op.Cit., h. 141-142.


12 Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum 14 Sudargo Gautama, Tafsiran Undang-Undang
Tatanegara di Indonesia, (Jakarta: Dian Rakyat, Kewarganegaraan Republik Indonesia, (Bandung:
1983), h. 178-179. Penerbit Alumni, 1983), h. 2.

362
Ratio Legis dan Dampak Pengaturan:………. (Zendy Wulan Ayu Widhi Prameswari)

ganda kepada eks-Warga Negara Indonesia, Tujuan


baik orang dewasa, anak-anak, serta anak- Penelitian ini bertujuan untuk:
anak pemegang status kewarganegaraan
1. Melakukan analisis terhadap ratio
ganda terbatas berdasarkan UU No.
legis tidak diperbolehkannya
12/2006. Pemerintah Indonesia hendaknya kewarganegaraan ganda dalam UU No.
juga memberikan kewarganegaraan ganda 62 Tahun 1958 dan UU No. 12 Tahun
kepada orang dewasa maupun kepada anak- 2006.
anak yang lahir di luar negeri maupun di 2. Melakukan analisis terhadap dampak
Indonesia, dimana salah satu atau kedua dalam bidang hukum apabila
orang tuanya Warga Negara Indonesia atau kewarganegaraan ganda diberlakukan
eks- Warga Negara Indonesia, namun akibat di Indonesia.
hukum Ius Soli atau Ius Sanguinis yang
berlaku di negara mereka tinggal Metode Penelitian
menyebabkan subyek kewarganegaraan 1. Pendekatan
ganda tersebut otomatis menjadi warga Berdasarkan permasalahan yang
negara asing. Kewarganegaraan ganda dikemukakan, penelitian ini merupakan
merupakan bukti identitas dan perlindungan penelitian hukum normatif. Pendekatan
bagi setiap warga negara Indonesia yang masalah yang digunakan dalam tulisan
telah memenuhi persyaratan dari negara ini adalah pendekatan perundang-
dimana mereka berdomisili.15 Pada tahun undangan, pendekatan konsep serta
2015, komisi III DPR kembali mengusulkan pendekatan sejarah.
revisi UU Kewarganegaraan untuk masuk 2. Metode Pengumpulan Bahan Hukum
Prolegnas 2015-2016 setelah sebelumnya Dalam penelitian ini diperlukan bahan
pada Prolegnas 2014 revisi UU hukum primer dan sekunder. Bahan
Kewarganegaraan merupakan RUU non hukum primer dalam penelitian ini meliputi
prioritas.16 Dalam perkembangannya, revisi peraturan perundang-undangan yang
UU Kewarganegaraan masuk lagi dalam berkaitan dengan kewarganegaraan
Republik Indonesia.
Prolegnas 2015-2019 atas usulan DPR.
Namun sampai dengan artikel ini selesai Sedangkan bahan hukum sekunder
belum ada perkembangan pembahasan yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan karya ilmiah para Sarjana,
terhadap RUU Perubahan UU No. 12/2006.17
hasil-hasil penelitian, ensiklopedia,
jurnal-jurnal ilmiah dan terbitan (media
Rumusan Masalah
massa) harian atau berkala di bidang
Berdasarkan latar belakang yang telah
hukum, makalah-makalah seminar
diuraikan, isu hukum yang akan dibahas khususnya tentang konsep warga
dalam tulisan ini adalah: negara, kewarganegaraan serta hak
1. Ratio legis tidak diperbolehkannya asasi manusia. Pengumpulan bahan
kewarganegaraan ganda dalam UU No. hukum dilakukan melalui prosedur
62/1958 dan UU No. 12/2006. identifikasi serta inventarisasi bahan-
2. Dampak dalam bidang hukum apabila bahan hukum primer dan sekunder.
kewarganegaraan ganda diberlakukan 3. Teknik Analisa Data
di Indonesia. Setelah bahan hukum primer dan
sekunder terkumpul, dilakukan
15 Siaran Pers Indonesian Diaspora Network,
Jakarta 24 Nopember 2014.
klasifikasi secara sistematis sesuai
16 Dpr.go.id, diakses tanggal 04 Maret 2016. dengan rumusan masalah dan tujuan
17 http://dpr.go.id/uu/prolegnas-long-list, diakses penelitian. Berikutnya, dilanjutkan
tanggal 23 September 2019.

363
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 359-378

dengan membaca, serta mencari memungkinkan mereka untuk berkontribusi


rumusan mengenai teori dan konsep dalam kehidupan publik.19 UU No. 62/1958
kewarganegaraan. Selanjutnya mengkaji adalah undang-undang organik yang dibentuk
teori dan konsep tersebut dalam literatur pada saat UUDS 1950 berlaku. Pengaturan
yang menjelaskan tentang landasan mengenai kewarganegaraan di dalam UUDS
berpikir teoritis atau isu hukum yang 1950 terutama terdapat dalam Bagian IV dari
hendak diteliti. Langkah terakhir adalah
Bab III mengenai Kewarganegaraan dan
mengidentifikasi, mengkaitkan dan
Penduduk Negara. Bagian tersebut memuat
menganalisa semua fakta-fakta dan
dua Pasal, yaitu Pasal 5 dan 6. Selain itu, di
bahan hukum yang tersedia serta
kemudian mencari jawaban atas dalam Ketentuan Peralihan Pasal 144 juga
rumusan masalah. disinggung mengenai pengaturan terhadap
kewarganegaraan.
PEMBAHASAN Salah satu bunyi pertimbangan
Ratio Legis tidak diperbolehkannya penetapan UU No. 7 Tahun 1950 tentang
kewarganegaraan ganda dalam UU No. 62 Perubahan Konstitusi Sementara RIS
Tahun 1958 dan UU No. 12 Tahun 2006 menjadi UUDS 1950 adalah “Bahwa negara
Menurut Susi Dwi Harijanti, rezim yang berbentuk republik-kesatuan ini
kewarganegaran Indonesia telah dibentuk sesungguhnya tidak lain dari pada Negara
oleh dua proses mendasar, yaitu periode Indonesia yang kemerdekaannya oleh Rakyat
dekolonisasi dan pembangunan bangsa diproklamirkan pada hari 17 Agustus 1945,
pasca-kolonial di era globalisasi. Kedua yang semula berbentuk republik-kesatuan
proses ini, khususnya dekolonisasi tidak dan kemudian hari menjadi republik-
diragukan lagi bertanggung jawab atas federasi”. Pertimbangan tersebut merupakan
beberapa karakteristik penting dalam hukum pelaksanaan dari Piagam Persetujuan
kewarganegaraan Indonesia jika Pemerintah RIS dan RI yang antara lain
dibandingkan dengan negara-negara lain. berbunyi: “...dalam waktu yang sesingkat-
Kewarganegaraan telah banyak dipandang singkatnya bersama-sama melaksanakan
sebagai ‘konstruksi ideologis politik dan Negara-Kesatuan, sebagai jelmaan dari pada
sejarah’. Ini mengarah pada cita-cita negara Republik Indonesia berdasarkan Proklamasi
bangsa.Akibatnya, masalah nasionalisme dan 17 Agustus 1945,...”. Berdasarkan
kesetiaan mengambil bagian penting dalam pertimbangan tersebut dapat disimpulkan
semua upaya reformasi kewarganegaraan bahwa Negara RI 1950 adalah penjelmaan
dan hal tersebut memang menandai hukum Negara RI Proklamasi. Adanya perubahan
kewarganegaraan dan kebijakan di rumusan Pembukaan, turut mengubah jiwa
Indonesia. 18 pasal-pasal UUD. Tetapi karena Pancasila
yang menjadi jiwa dari bangsa Indonesia,
Kewarganegaraan merupakan status
suasana kebatinan UUD 1945 masih diakui
yang membentuk jembatan antara hak
pada saat UUDS 1950 berlaku. Dengan
universal setiap manusia untuk hidup bebas
kata lain, dapat disimpulkan bahwa Negara
dalam kesetaraan dan pengaturan politik
RI tahun 1950 tetap berdasarkan jiwa asli
serta sosial yang memerlukan pengaturan
bangsa Indonesia yaitu Pancasila.20
dalam konstitusi, yang melindungi setiap
orang secara setara di bawah hukum dan
19 Ballin, E.H., Citizen’s Rights and the Right to be a
Citizen. (Leiden: Brill Nijhoff, 2014), h.10.
18 Harijanti, Susi D. Report on Citizenship Law: 20 B.P. Paulus, Kewarganegaraan RI Ditinjau dari
Indonesia. (Italy: European University Institute, UUD 1945:Khususnya Kewarganegaraan
2017) h. 19. Peranakan Tionghoa, (Jakarta: Pradnya Paramita,

364
Ratio Legis dan Dampak Pengaturan:………. (Zendy Wulan Ayu Widhi Prameswari)

Dengan demikian, asas kerohanian dari Pemerintah pada saat membicarakan UU No.
warga negara ialah tetap Pancasila sesuai 62/1958 jelas sekali, bahwa Negara RI 1950
pada saat UUD 1945 masih diberlakukan. tidak didukung oleh bangsa Indonesia dalam
Di sisi lain, dapat diketahui dari sejarahnya arti etnik, karena telah terleburnya orang yang
bahwa bentuk Republik 1950 merupakan asli dalam daerah Indonesia dengan turunan
bentuk kompromi antara kekuatan-kekuatan orang-orang bangsa lain yang disahkan
unitaris dan federalis. Oleh karena itu, dapat dengan undang-undang sebagai warga
dipahami bahwa tidak seluruh pokok-pokok negara melalui UU No. 3/1946, menjadi
pikiran yang mengenai negara maupun warga warga negara RI seperti ditetapkan dalam
negara menjelma dalam Batang Tubuh UUDS Pasal 1a UU No. 62/1958.23
1950, kecuali jiwa Proklamasi. Jiwa bangsa Berdasarkan UU No. 62/1958, per-
Indonesia yang menjelma menjadi segenap syaratan untuk memperoleh kewarganegara-
bangsa Indonesia dalam Pembukaan UUD an Indonesia, diantaranya adalah disamping
1945, bangsa Indonesia dalam daerah sudah berumur 21 tahun juga lahir di dalam
Negara Indonesia dalam Batang Tubuh UUD daerah Negara RI atau meskipun tidak lahir
1945, orang-orang bangsa Indonesia asli di dalam daerah Negara RI, pada waktu
dalam Pasal 26 UUD dan orang yang asli mengajukan permohonan sudah bertempat
dalam daerah Negara Indonesia dalam pasal tinggal dalam daerah Negara Indonesia
1 bab a UU No. 3 Tahun 1946 telah terlebur selama sedikit-dikitnya 5 tahun berturut-
menjadi Warga Negara RI dalam Pasal 1 UU turut paling akhir atau sama sekali selama
No. 62 Tahun 1958.21 sedikit-dikitnya 10 tahun tidak berturut-turut,
Maka jika dirunut dari Naskah Persiapan cukup dapat berbahasa Indonesia dan
UUD 1945 dalam Muhammad Yamin, mempunyai sekedar pengetahuan tentang
Soepomo menyatakan bahwa negara harus sejarah Indonesia. B.P. Paulus berpendapat
menjaga supaya tidak ada warga negara bahwa dengan persyaratan-persyaratan
yang memiliki kewarganegaraan ganda tersebut belum menimbulkan keyakinan,
(dwikewarganegaraan atau dubbele bahwa dengan syarat-syarat itu orang-orang
onderdaanschap) dan juga yang tidak bangsa lain sudah menjadi orang Pribumi
mempunyai kewarganegaraan sebelumnya. Persyaratan-tersebut tidak
(staatloosheid). Hal ini harus diatur dengan memaksa (secara psikologis) orang bangsa
sistem dan peraturan perundang-undangan di lain untuk menjadi orang Pribumi yang
Indonesia. Untuk itu, Soepomo mengajukan merupakan syarat mutlak untuk kesatuan
dasar kewarganegaraan Indonesia, yaitu: warga negara. Pemberian kewarganegaraan
1. Ius Sanguinis (prinsip keturunan) RI berdasarkan UU No. 62/1958 terlalu
2. Ius Soli (prinsip teritiorial)22 dititikberatkan kepada persyaratan yuridis.24
Dari segi histori tentang bangsa dalam Lebih lanjut B.P. Paulus menjelaskan
arti etnik dalam UUDS ini tidak terlihat dengan bahwa kewarganegaraan yang diberikan
jelas, bahwa bangsa yang mendukung dan berdasar Keputusan Menteri Kehakiman
mendirikan Negara RI adalah segenap ataupun Presiden menurut UU No. 62/1958
bangsa Indonesia. Berdasarkan keterangan bertentangan dengan pokok-pokok pikiran
yang mengharuskan kewarganegaraan
Indonesia dengan cara naturalisasi
1983), h. 227.
21 Ibid., h. 227-228. (pewarganegaraan) diperoleh dengan

22 Muhammad Yamin, Naskah Persiapan


Undang-Undang Dasar 1945, djilid pertama, 23 Ibid., h.228.
cetakan kedua, (Jakarta, 1971), h. 109. 24 Ibid.

365
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 359-378

berlakunya undang-undang yang memberi R. Herlambang P. Wiratraman


kewarganegaraan itu. Undang-undang berpendapat bahwa, Hak kewarganegaraan
tersebut sesuai dengan Pasal 26 ayat (1) dalam konteks kedua Bab tersebut, harus
UUD 1945, ialah undang-undang yang dibaca secara utuh, tidak boleh dipisah-
mengesahkan orang-orang bangsa lain pisahkan kualifikasinya, karena perspektif
menjadi warga negara. Istilah pengesahan yang diangkat dalam UUD NRI Tahun 1945
tersebut sesuai dengan pokok pikiran tersebut adalah bahwa hak-hak fundamental
mengenai kewarganegaraan, ialah bahwa sebagai bagian dari warga negara merupakan
ikatan antara orang-orang bangsa lain segala hak-hak manusia, baik yang sifatnya
dengan Negara RI sudah ada sebelumnya, asasi maupun yang lahir karena hukum
artinya secara sosiologis orang-orang bangsa tertentu, wajib diberikan perlindungannya
lain itu sudah menjadi orang Pribumi, atau bagi setiap warga negara. Inilah yang disebut
orang bangsa asli, karena mereka bertempat sebagai constitutional rights, atau hak-hak
tinggal di Indonesia dan mengakui Indonesia konstitusional, atau hak-hak fundamental,
sebagai tanah airnya dan bersikap setia atau hak-hak dasar. Posisi untuk memahami
kepada Negara RI.25 secara utuh semacam itu menegaskan
UU No. 12/2006 lahir pada saat UUD posisi bahwa negara tidak boleh membatasi
NRI Tahun 1945 berlaku. Yang dimaksud pemaknaan, apalagi menegasikan per-
dengan UUD NRI Tahun 1945 dalam hal ini lindungan hak-haknya, dalam konsep
adalah UUD yang ditetapkan berdasarkan menyederhanakan pemilahan kualifikasi atas
(melalui) Dekrit Presiden 5 Juli 1959 beserta hak dan status atau identitas manusianya.26
perubahan-perubahannya, yaitu perubahan Jimly Asshiddiqie menyatakan bahwa
pertama sampai dengan perubahan keempat UUD NRI Tahun 1945 memberikan
pada tahun 1999 sampai dengan 2002. perlindungan baik kepada setiap warga
Sebelum perubahan UUD 1945, pengaturan negara maupun penduduk di Negara RI.
yang berkaitan dengan kewarganegaraan Dalam arti bahwa UUD NRI 1945 menjamin
dalam UUD 1945 terdapat dalam BAB X perlindungan kepada setiap penduduk tanpa
yang berjudul Warga Negara. Bab X tersebut membedakan apakah seseorang tersebut
memuat dua pasal yaitu Pasal 26 dan 27. warga negara ataukah orang asing. Misalnya
Melalui perubahan kedua UUD 1945, dalam Pasal 29 ayat (2) UUD NRI Tahun
pengaturan mengenai kewarganegaraan 1945 dinyatakan bahwa “Negara menjamin
dalam UUD 1945 mengalami perubahan. kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
Berbeda dengan UUD 1945 sebelum memeluk agamanya masing-masing dan
perubahan, UUD 1945 setelah perubahan untuk beribadat menurut agamanya dan
juga mengatur tentang penduduk. Pengaturan kepercayaannya itu.”27
mengenai warga negara dan penduduk dalam Di sisi lain, UUD NRI Tahun 1945 juga
UUD NRI Tahun 1945 tidak berhenti di Pasal mengatur hak-hak yang khusus dijamin untuk
26 seperti yang telah tersebut di atas saja, warga negara, misalnya Pasal 27 ayat (2) yang

namun pengaturan mengenai warga negara


dan penduduk terutama berkaitan dengan 26 R. Herlambang P. Wiratraman, Mengapa dwi-
kewarganegaraan harus dilindungi dalam
hak-haknya menyebar di pasal-pasal lainnya, Sistem Hukum Indonesia? Pendekatan
misalnya Pasal 27, 28 dan pasal-pasal yang Konstitusionalisme Hak Asasi Manusia , (sebuah
terdapat dalam Bab XA tentang HAM. masukan untuk Team Penyusun Naskah dan/atau
Team Penyusun Rancangan Undang Undang
mengenai Perubahan UU No. 12/2006 tentang
Kewarganegaraan Indonesia).
25 Ibid., h.228-229 27 Jimly Asshiddiqie, Op.Cit, h. 134.

366
Ratio Legis dan Dampak Pengaturan:………. (Zendy Wulan Ayu Widhi Prameswari)

mengatur bahwa “Tiap-tiap warga negara UUDNRITahun1945tidaksecaraeksplisit


berhak atas pekerjaan dan penghidupan menjamin apakah seseorang berhak atas satu
yang layak bagi kemanusiaan”. Hal ini berarti atau dua status kewarganegaraan. Bagi UUD
bahwa setiap warga negara mempunyai hak NRI Tahun 1945, yang penting adalah bahwa
untuk menuntut penghidupan yang layak atas tidak boleh adanya keadaan apatride atau
kemanusiaan.28 seseorang tanpa kewarganegaraan karena
Pasal 28D ayat (4) UUD NRI Tahun UUD NRI Tahun 1945 sudah memberikan
1945 menyatakan bahwa “Setiap orang jaminan bahwa setiap orang berhak atas
berhak atas status kewarganegaraan”. Dari status kewarganegaraan. Sedangkan untuk
pasal tersebut terlihat bahwa UUD NRI kemungkinan terjadinya bipatride, UUD NRI
Tahun 1945 memberikan sebuah pengakuan Tahun 1945 tidak mengharuskan dan tidak
bahwa status kewarganegaraan adalah juga melarang.
merupakan hak setiap orang. Hak atas Susi Dwi Harijanti berpendapat bahwa
status kewarganegaraan mengandung dari perspektif hak asasi manusia dalam
makna tidak hanya hak untuk memperoleh hukum nasional, dwi kewarganegaraan di
status kewarganegaraan, tetapi juga Indonesia mendapatkan ruang pengaturan
termasuk hak untuk merubah serta hak untuk yang lebih luas, mengingat jaminan hak
mempertahankan status kewarganegaraan. atas kewarganegaraan terdapat juga dalam
Hal tersebut adalah sebagaimana dinyatakan Pasal 28E ayat (1) UUD NRI Tahun 1945
oleh Human Rights Council dalam Annual yang menyatakan bahwa “Setiap orang
report: bebas memeluk agama dan beribadat
“The right to a nationality implies the right menurut agamanya, memilih pendidikan
of each individual to acquire, change and dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
retain a nationality. The right to retain a kewarganegaraan, memilih tempat tinggal
nationality corresponds to the prohibition di wilayah negara dan meninggalkannya,
of arbitrary deprivation of nationality. As serta berhak kembali”. Perubahan status
indicated above, an explicit and general kewarganegaraan, tidak dibatasi pada klaim
prohibition of arbitrary deprivation of atas “satu kewarganegaraan”, namun hak
nationality can be found in numerous untuk memilih kewarganegaraan. Artinya,
international instruments. In particular,
pilihan satu atau dua kewarganegaraan,
it is worth noting that article 15 of the
sangat terkait dengan politik hukum nasional
Universal Declaration of Human Rights
Indonesia untuk merespon globalisasi,
explicitly provides that no one should be
arbitrarily deprived of his or her melindungi hak asasi manusia, termasuk
nationality. The General Assembly, in its mengantisipasi implikasi dari migrasi
resolution 50/152, also recognized the internasional, sekaligus memberdayakan
fundamental nature of the prohibition of sumber daya manusia Indonesia di luar
arbitrary deprivation of nationality.”29 negeri untuk kepentingan nasional.30

28 Ibid.
29 Human Rights Council, Thirteenth session 30 Harijanti, Susi Dwi, Dwi Kewarganegaraan dan
Politik Hukum Kewarganegaraan Indonesia,
Annual report of the United Nations High
Disampaikan dalam acara Diskusi Penyusunan
Commissioner for Human Rights and reports Konsep Naskah Akademik dan RUU tentang
of the Office of the High Commissioner and Kewarganegaraan Ganda, diselenggarakan oleh
the Secretary-General, 14 December 2009, Sekretariat Jenderal DPR, Jakarta, 23 Oktober
point 21. 2014, h. 10

367
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 359-378

Latar belakang pembentukan UU No. Den Haag tentang kewarganegaraan di


12/2006 dan UU No. 62/1958 sangat tahun 1930.37 Sudargo Gautama juga
ditentukan oleh situasi dan kondisi pada menyoroti perlunya dihapuskan praktek
masa kedua UU tersebut dibentuk. Terdapat pencabutan kewarganegaraan sebagai
beberapa persamaan, misalnya pencegahan suatu sanksi pidana terhadap warga yang
apatride dan bipatride, namun kondisi yang memiliki pandangan politik berbeda dengan
berbeda menyebabkan latar belakang penguasa. Hal itu tidak sesuai dengan hak
pembentukan menjadi berbeda.31 asasi manusia dan melanggar Pasal 15 ayat
Dalam kaitan dengan UU No. 62/1958, (2) Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
latar belakang pembentukannya dapat dilihat yang menyatakan bahwa “Tiada seorangpun
dari maksud pembentuk undang-undang yang dengan semena-mena dikeluarkan dari
memperlihatkan beberapa corak utama.32 kewarganegaraannya‟.38
Pertama, melenyapkan atau memperkecil Sedangkan untuk UU No. 12/2006,
dwi kewarganegaraan.33 Dalam kaitan ini, berdasarkan penjelasan UU No. 12 /2006
undang-undang bukan saja perlu mencegah dapat dilihat latar belakang pembentukan UU
tetapi juga melenyapkan atau memperkecil No. 12/2006. Penjelasan UU No. 12/2006
bipatride. Lebih lanjut, Sudargo Gautaman menyebutkan beberapa alasan yang
menyatakan bahwa keinginan untuk melatarbelakangi pembentukan UU baru di
melenyapkan, mencegah atau memperkecil bidang kewarganegaraan, yang mencakup
bipatride sesuai dengan aliran-aliran hukum alasan filosofis, yuridis dan sosiologis. Secara
kewarganegaraan pada saat itu.34 Bahkan filosofis, UU No. 62/1958 masih mengandung
mengutip pendapat Ko Swan Sik, Gouw Giok ketentuan-ketentuan yang belum sejalan
Siong berpendapat bahwa bipatride pernah dengan falsafah Pancasila, antara lain,
dipandang sebagai “kejahatan terbesar karena bersifat diskriminatif, kurang
daripada kehidupan internasional dewasa menjamin pemenuhan hak asasi dan
ini” (the greatest evil of present international persamaan antarwarga negara, serta kurang
life)‟.35 memberikan perlindungan terhadap
Latar belakang kedua adalah mencegah perempuan dan anak-anak. Secara yuridis,
tanpa kewarganegaraan.36 Hal ini dilakukan landasan konstitusional pembentukan UU
karena Pemerintah menyadari kondisi-kondisi No. 62/1958 adalah UUDS Tahun 1950 yang
sulit yang dihadapi oleh orang-orang yang sudah tidak berlaku sejak Dekrit Presiden
tidak mempunyai kewarganegaraan. Selain 5 Juli 1959 yang menyatakan kembali
itu, alasan untuk mencegah terjadinya apatride kepada UUD 1945. Dalam
sejalan dengan perkembangan internasional perkembangannya, UUD NRI Tahun 1945
dimana telah dibahas Protokol khusus telah mengalami perubahan yang lebih
berkenaan dengan apatride dari Konvensi menjamin perlindungan terhadap HAM dan
hak warga negara. Secara sosiologis, UU No.
62/1958 sudah tidak sesuai lagi dengan
31 Harijanti, Susi Dwi, “Politik Hukum
perkembangan dan tuntutan masyarakat
Kewarganegaraan Indonesia”, Op.Cit. h. 91.
32 Ibid. Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
33 Gautama, Sudargo, Tafsiran Undang-Undang internasional dalam pergaulan global, yang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, Op.Cit, h.
2. menghendaki adanya persamaan perlakuan
34 Ibid. dan kedudukan warga negara di hadapan
35 Ko Swan Sik dalam Gautama, Sudargo, Tafsiran

Undang-Undang Kewarganegaraan Republik


Indonesia, Op.Cit, h. 2 37 Ibid.
36 Ibid., h. 15 38 Ibid., h. 15-16.

368
Ratio Legis dan Dampak Pengaturan:………. (Zendy Wulan Ayu Widhi Prameswari)

hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan UU No. 62/1958 mengutamakan


gender. pencegahan adanya kewarganegaraan
Dengan diundangkannya UU No. ganda, bahkan berusaha memperkecil
12/2006, terlihat bahwa Negara RI bipatride yang sudah ada. Usaha untuk
menunjukkan usaha yang serius untuk melenyapkan bipatride yang ada dilakukan
melindungi dan menjamin persamaan hak dan dengan perjanjian dengan negara yang juga
kewajiban setiap Warga Negara Indonesia. menganggap seseorang adalah warga-
Warga Negara Indonesia tidak lagi dipisahkan negaranya, misalnya UU No. 2/1958, yaitu
berdasarkan etnis yang dianggap “asli”, yang Perjanjian dwi kewarganegaraan RI-RRC.
pada kenyataannya juga tidak jelas Beberapa pasal yang memperlihatkan bahwa
kriterianya. Selain itu, UU No. 12/2006 juga UU No. 62/1958 menganut asas anti bipatride
memberikan perlindungan bagi kepentingan adalah Pasal 3 ayat (1), Pasal 4 ayat (1),
kaum perempuan dan juga anak-anak. Hal Pasal 5 ayat 2 huruf (h), Pasal 7 ayat (1)
tersebut dikarenakan dalam pertimbangan dan (2), Pasal 8 ayat (1), Pasal 9 ayat (1),
pembentukan undang-undang tersebut, Pasal 11, Pasal 16, Pasal 17 huruf (a), (b),
selain mempertimbangkan hasil amandemen dan (j), Pasal I Peraturan Peralihan dan Pasal
UUD 1945 yang sarat dengan perlindungan I Aturan Penutup.
HAM juga mempertimbangakan banyak B.P Paulus berpendapat bahwa
instrumen hukum internasional terutama ketentuan-ketentuan yang mengatur anti
yang berkaitan dengan anti diskriminasi yang bipatride tersebut justru menjadi “bumerang”,
telah diratifikasi oleh Negara Indonesia.39 contohnya adalah berkaitan dengan
Salah satu asas yang dianut oleh UU kewarganegaraan peranakan Tionghoa,
No. 62/1958 adalah asas untuk melenyapkan maka ketentuan Pasal 5 ayat 2 huruf h UU
kelebihan kewarganegaraan (anti bipatride). No. 62/1958 harus dihubungkan dengan
Asas anti bipatride ini menghendaki bahwa ketentuan hukum dari negara asal orang-
apabila seseorang memperoleh orang Cina, atau ketentuan hukum
kewarganegaraan Indonesia pada saat itu perjanjian penyelesaian dwi
juga ia kehilangan kewarganegaraan asalnya. kewarganegaraan antara RI dan RRC. Dalam
Untuk itu, maka orang yang bersangkutan hal penentuan kewarganegaraan Cina, baik
haruslah: RRC maupun Republik Cina Nasionalis
a. tidak mempunyai kewarganegaraan (Taiwan) menggunakan asas ius sanguinis.
Berdasarkan asas ius sanguinis tersebut,
b. atau kehilangan kewarganegaraannya,
apabila ia memperoleh kewarganegaraan seorang Cina atau keturunan Cina di mana pun
RI; ia lahir adalah warga negara Cina. Tidak ada
seorang Cina pun yang bisa sesuka hatinya
c. atau menyertakan pernyataan
menanggalkan kewarganegaraann lain melepaskan kewarganegaraan Cinanya.
menurut ketentuan hukum dari negara Untuk menghilangkan kewarganegaraan
asalnya atau menurut ketentuan hukum Cina haruslah ada izin atau pernyataan dari
perjanjian penyelesaian dwi perwakilan negara Cina (RRC/ Taiwan).41
kewarganegaraan anatar RI dengan Dalam praktek penyelenggaraan
negara yang bersangkutan RI.40 perundang-undangan kewarganegaraan
Indonesia setelah perwakilan RRC di
Indonesia ditutup, baik penyelesaian
39 Arwiyah, M. Yahya, dkk., Regulasi
Kewarganegaraan Indonesia, (Bandung: Alfabeta,
2013), h.26.
40 Paulus, B.P., Op. Cit., h. 229-230. 41 Paulus, B.P., Op.Cit., h. 229.

369
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 359-378

pernyataan melepaskan kewarganegaraan tersebut telah melepaskan kesetiaannya


RRC untuk kembali menjadi warga negara kepada negara asalnya.43
RI, maupun pewarganegaraan untuk menjadi Pada dasarnya UU No. 12/2006 juga
warga negara RI dan pernyataan memperoleh tidak mengenal kewarganegaraan ganda.
kewarganegaraan RI untuk wanita RRC yang Asas kewarganegaraan ganda terbatas yang
ingin turut memperoleh kewarganegaraan RI dianut oleh undang-undang ini hanyalah
mengikuti suaminya warga negara RI sebagai merupakan pengecualian dalam rangka
pelaksanaan Pasal X Perjanjian UU No. perlindungan terhadap anak. Beberapa pasal
62/1958 jo. Pasal II Peraturan Peralihan dan yang membuktikan bahwa UU No. 12 Tahun
Pasal V Peraturan Penutup tidak mungkin lagi 2006 tidak menganut kewarganegaraan
diperoleh surat keterangan dari Perwakilan ganda untuk orang dewasa adalah Pasal 6
RRC untuk menghilangkan kewarganegaraan ayat (1), Pasal 7, Pasal 9 huruf (f), Pasal 19,
RRC. Jadi setelah Perwakilan RRC ditutup, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 23 huruf (a,b,h),
apalagi setelah UU No. 2/1958 dinyatakan Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 42.
tidak berlaku lagi, praktis penerimaan orang-
Terlihat dalam UU No. 62/1958 dan UU
orang Cina menjadi warga negara RI adalah
No. 12/2006 bahwa kewarganegaraan ganda
bertentangan dengan ketentuan UU No.
pada prinsipnya tidak diperbolehkan.
62/1958, sebab menimbulkan kembali
Sepertinya hal ini tidak terlepas dari filosofi
keadaan sebelum UU No. 62/1958 berlaku,
kewarganegaraan yang didasarkan pada
yaitu terjadinya kembali kewarganegaraan
doktrin “kesetiaan abadi” (perpetual
ganda di antara warga negara RRC yang
allegiance) yang sebenarnya merupakan
memperoleh kewarganegaraan RI.42
masa feodalisme.44 Spiro menyatakan bahwa
B.P. Paulus berpendapat bahwa “Through the nineteenth century into the
seharusnya dalam undang-undang baru yang twentieth, dual nationality was condemned
nantinya akan menggantikan UU No. 62/1958, as nothing less than a moral abomination.
perihal kewarganegaraan ganda sebaiknya If the law could not stop one from holding
tidak perlu dijadikan permasalahan untuk the status (the status itself was typically not
memperoleh kewarganegaraan RI. Untuk “illegal”), social norms went a long way
menanggalkan kewarganegaraan asal cukup towards mitigating its threat to world order.45
dengan pernyataan formal di depan umum Dari yang disampaikan Spiro tersebut
ialah dengan mengucapkan sumpah atau janji terlihat bahwa pada abad 19 menuju abad
setia dengan dengan melepaskan seluruhnya 20, apabila hukum tidak bisa menghentikan
segala kesetiaan kepada kekuasaan asing. seseorang untuk memiliki kewarganegaraan
Bahwa penerimaan orang-orang lain menjadi ganda, maka klaim ketidaksetiaan sebagai
anggota bangsa Indonesia adalah orang- sanksi sosial yang menggantikan sanksi
orang bangsa lain yang secara sosiologis hukum akan tersemat pada individu tersebut.
orang bangsa Indonesia asli. Apabila orang

bangsa lain itu orang bangsa Indonesia


43 Ibid., h. 230-231.
asli dalam arti sosiologis, maka masalah 44 Weis, P. Weis. Nationality and Statelessness in
permanence of allegiance yang secara yuridis International Law. (the Netherlands: Sijthoff &
selalu melekat pada diri seseorang dianggap Noordhoff International Publisher, 1979) dalam
Harijanti, Susi Dwi, Dwi Kewarganegaraan dan
telah lenyap dengan sendirinya, atau dengan Politik Hukum Kewarganegaraan Indonesia,
kata lain, pengabulan permohonan seseorang Op.Cit.
45 Spiro, P.J. Dual Citizenship As Human Right,
untuk menjadi WNI, karena dianggap orang
Legal Studies Research Paper, Temple University
Beasley School of Law, Research Paper No.
42 Ibid., h. 230. 2009-41, 2009.

370
Ratio Legis dan Dampak Pengaturan:………. (Zendy Wulan Ayu Widhi Prameswari)

Sehingga dapat terlihat bahwa baik UU No. penggunaan kedua asas kelahiran secara
62/1958 maupun UU No. 12/2006 mengatur bersamaan (simultan).48
bahwa bentuk kesetiaan WNI kepada UU No. 12/2006 ini pada dasarnya
negaranya adalah dengan tidak mempunyai menganut asas kewarganegaraan tunggal
kewarganegaraan ganda. dalam arti seseorang hanya menganut satu
Namun, Spiro juga menegaskan bahwa: kewarganegaraan. Namun, undang-undang
”The common law doctrine perpetual ini tidak mengesampingkan penggunaan
allegiance, a last legal vestige of feudal asas kewarganegaraan ganda yang
conceptions of the relationship between memungkinkan seseorang memiliki lebih
souvereign and subject, could not survive dari satu kewarganegaraan. Hanya saja,
modernity and increasingly global mobility.”46 penggunaannya bersifat terbatas, yakni
pada anak-anak. Penggunaan bersifat
Dari argumen tersebut terlihat bahwa
terbatas ini merupakan pengecualian
doktrin perpetual allegiance tersebut tidak
sebagaimana termuat dalam Penjelasan
akan bertahan dari modernitas dan mobilitas
Umum yang menyatakan bahwa UU No.
global yang semakin meningkat.
12/2006 pada dasarnya tidak mengenal
Dampak dalam bidang hukum apabila
kewarganegaraan ganda (bipatride)
kewarganegaraan ganda berlaku di Indonesia
ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride),
Dalam tataran praktik, kewarganegaraan kewarganegaraan ganda yang diberikan
memberikan banyak manfaat, misalnya kepada anak dalam undang-undang ini
dokumen yang dikeluarkan oleh negara dan merupakan pengecualian.
paspor, berbagai layanan sosial, dan
Penjelasan Umum UU No. 12/2006 juga
perlindungan diplomatik.47 Oleh karena itu
menentukan asas-asas khusus yang
perubahan politik hukum kewarganegaraan
menjadi dasar penyusunan undang-undang
yang mengakibatkan diterapkannya
ini. Beberapa asas khusus tersebut adalah:
kewaganegaraan ganda pasti diikuti oleh
1. Asas kepentingan nasional adalah asas
perubahan-perubahan dalam berbagai
yang menentukan bahwa peraturan
bidang diantaranya hukum. Diantara
kewarganegaraan mengutamakan
beberapa dampaknya dalam bidang hukum kepentingan nasional Indonesia, yang
apabila kewarganegaraan ganda berlaku bertekad mempertahankan
akan mengakibatkan berubahnya asas-asas kedaulatannya sebagai negara kesatuan
atau prinsip-prinsip yang terdapat dalam UU yang memiliki cita-cita dan tujuannya
No. 12/2006. Penjelasan Umum UU No. sendiri;
12/2006 menyatakan bahwa UU No. 12/2006 2. Asas perlindungan maksimum adalah
memperhatikan asas-asas kewarganegaraan asas yang menentukan
umum atau universal, yakni ius sanguinis, ius bahwapemerintah wajib memberikan
soli dan campuran. UU No. 12/2006 tidak perlindungan penuh kepada setiap
menjelaskan lebih lanjut apa yang dimaksud Warga Negara Indonesia dalam
dengan asas campuran. Tampaknya asas keadaan apapun baik di dalam maupun
campuran yang dimaksud adalah di luar negeri;
3. Asas persamaan di dalam hukum dan
pemerintahan adalah asas yang
46 Spiro, P.J. At Home in Two Countries: The Past menentukan bahwa setiap Warga Negara
and Future of Dual Citizenship (New York: New
York University Press, 2016), h. 21 Indonesia mendapatkan perlakuan yang
47 Kingston, L.N. Fully Human: Personhood, sama di dalam hukum dan pemerintahan;
Citizenship, and Rights. (New York: Oxford
University Press), 2019, h. 12
48 Harijanti, Susi Dwi, dkk., Politik Hukum
Kewarganegaraan Indonesia, Op.Cit., h. 39

371
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 359-378

4. Asas kebenaran substantif adalah yang akan ada dalam undang-undang yang
prosedur pewarganegaraan seseorang baru beserta peraturan pelaksananya.
tidak hanya bersifat administratif, tetapi Dalam Handbook for Parliamentarians
juga disertai substansi dan syarat-syarat
dinyatakan bahwa “In principle, questions of
permohonan yang dapat
nationality fall within the domestic jurisdiction
dipertanggungjawabkan kebenarannya;
of each State. However, the applicability of
5. Asas nondiskriminatif adalah asas yang
a State’s internal decisions can be limited
tidak membedakan perlakuan dalam
by the similar actions of other States and by
segala hal ikhwal yang berhubungan
international law.”50 Berdasarkan pendapat
dengan warga negara atas dasar suku,
ras, agama, golongan, jenis kelamin dan tersebut maka pada prinsipnya, masalah
gender; mengenai kewarganegaraan termasuk
dalam yurisdiksi domestik masing-masing
6. Asas pengakuan dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia adalah negara. Namun, penerapan keputusan
alas yang dalam segala hal ikhwal yang internal negara dapat dibatasi oleh tindakan
berhubungan dengan warga negara serupa dari negara lain dan oleh hukum
harus menjamin, melindungi, dan internasional. Dengan kata lain, walaupun
memuliakan hak asasi manusia pada hukum nasional lebih menentukan kajian
umumnya dan hak warga negara pada dalam kewarganegaraan. Namun peran
khususnya; hukum internasional juga tidak bisa lepas
7. Asas keterbukaan adalah asas yang dengan mudahnya.
menentukan bahwa dalam segala hal Mengutip Susi Dwi Harijati, jika nanti UU
ihwal yang berhubungan dengan warga No. 12/2006 diubah maka beberapa hal
negara harus dilakukan secara terbuka; pokok mengenai Dwi Kewarganegaraan yang
8. Asas publisitas adalah asas yang perlu diatur mencakup:
menentukan bahwa seseorang yang
1. Subjek dwi kewarganegaraan (WNI, eks
memperoleh atau kehilangan
WNI dengan status kewarganegaraan
Kewarganegaraan Republik Indonesia
asing, anak dari perkawinan campuran
diumumkan dalam Berita Negara
antara WNI dengan WNA);
Republik Indonesia agar masyarakat
mengetahuinya. 49 2. Kondisi-kondisi yang dapat
diperbolehkan perolehan dwi
Beberapa asas-asas dan prinsip yang kewarganegaraan (termasuk tata
akan berubah dengan penerapan caranya), seperti memperoleh
kewarganegaraan ganda adalah kewarganegaraan dari suatu negara
asas kewarganegaraan tunggal, asas asing yang juga mengakui dwi
kewarganegaraan ganda terbatas dan asas kewarganegaraan melalui kelahiran,
perlindungan maksimum. Perubahan asas pewarganegaraan/ naturalisasi,
perlindungan maksimum terutama berkaitan perkawinan campuran/ antar bangsa;
dengan bahwa seorang WNI juga akan 3. Kondisi-kondisi yang menyebabkan
menerima perlindungan dari negara lain selain kehilangan kewarganegaraan Indonesia
Indonesia yang juga mengklaim WNI tersebut yang memiliki dwi kewarganegaraan
sebagai warga negaranya. Perubahan asas- (termasuk tata caranya), seperti
asas tersebut tentu saja akan membawa
dampak terhadap berubahnya ketentuan
50 Inter-Parliamentary Union and United Nation
High Commissioner for Refugees, Nationality and
Stateslessness: A Handbook for Parliamentarians,
49 Penjelasan Umum UU No. 12 Tahun 2006 No. 22. (Switzerland: Inter-Parliamentary Union
(Republik Indonesia, 2006) and United Nation High Commissioner for
Refugees, 2014), h.8.

372
Ratio Legis dan Dampak Pengaturan:………. (Zendy Wulan Ayu Widhi Prameswari)

melakukan pengkhianatan negara, Cara Pendaftaran untuk Memperoleh


dan alasan-alasan kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia
kewarganegaraan Indonesia, selain Berdasarkan Pasal 41 dan Memperoleh
larangan dwi kewarganegaraan; Kembali Kewarganegaraan Republik
4. Ketentuan tentang kerja sama dengan Indonesia Berdasarkan Pasal 42
negara-negara yang menerima dwi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
kewarganegaraan untuk memastikan tentang Kewarganegaraan Republik
dwi kewarganegaraan diakui secara Indonesia.
timbal balik, termasuk ketentuan 3. Peraturan Menteri Hukum dan HAM
tentang hak dan kewajiban tertentu dari Republik Indonesia No. M.HH-
pemegang status dwi kewarganegaraan, 19.AH.10.01 Tahun 2011 tentang Tata
seperti perjanjian masalah pajak (untuk Cara Penyampaian Pernyataan Memilih
menghindari persoalan double taxation); Kewarganegaraan bagi Anak
5. Ketentuan peralihan yang mengatur Berkewarganegaraan Ganda.
proses pengakuan dwi 4. Peraturan Menteri Hukum dan HAM
kewarganegaraan, misalnya Republik Indonesia No. 22 Tahun 2012
pendaftaran bagi eks-WNI, anak dari tentang Tata Cara Pendaftaran Anak
hasil perkawinan campuran Berkewarganegaraan Ganda dan
berkewarganegaraan asing yang Permohonan Fasilitas Keimigrasian.
kehilangan kewarganegaraan Indonesia 5. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun
sebelum UU tersebut diundangkan.51 2019 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Ketentuan-ketentuan baru mengenai Penerimaan Bukan Pajak yang Berlaku
kewarganegaraan ganda tersebut tentu pada Kementerian Hukum dan HAM.
saja selain harus memperhatikan peraturan Selain peraturan pelaksana UU No.
perundang-undangan yang lebih tinggi juga 12/2006 yang akan berubah, ada beberapa
ketentuan hukum internasional yang berlaku. peraturan perundang-undangan yang memiliki
Selain mengakibatkan perubahan keterkaitan dengan kewarganegaraan yang
terhadap UU No. 12/2006, revisi tersebut harus akan berubah. Beberapa undang- undang
diikuti dengan revisi peraturan perundang- memiliki keterkaitan dengan status
undangan yang lain baik peraturan pelaksana kewarganegaraan. Hal ini dikarenakan
dari UU No. 12 /2006 maupun peraturan adanya perbedaan antara hak dan kewajiban
perundang-undangan di bidang lain yang antara warga negara Indonesia dan warga
kemungkinan akan mendapatkan dampak negara asing. Perbedaan hak dan kewajiban
dari perubahan tersebut. tersebut harus ditinjau lebih jauh lagi seiring
Peraturan pelaksana UU No. 12/2006 dengan penerapan kewarganegaraan ganda.
yang akan berubah diantaranya adalah: Peraturan perudang-undangan yang harus
dirubah bersamaan dengan diberlakukannya
1. Peraturan Pemerintah No 2 Tahun
kewarganegaraan ganda diantaranya adalah
2007 tentang Tata Cara Memperoleh,
Kehilangan, Pembatalan dan yang berkaitan dengan yang pertama adalah
Memperoleh Kembali Kewarganegaraan peraturan perundang-undangan yang
Republik Indonesia; mengatur mengenai kepemilikan properti.
2. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Berdasarkan peraturan perundang-undang
Republik Indonesia No M.01- HL.03.01 yang berlaku saat ini, misalnya Peraturan
Tahun 2006 tentang Tata Pemerintah No. 103 Tahun 2015 tentang
Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau
51 Harijanti, Susi Dwi. Dwi Kewarganegaraan dan Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan
Politik Hukum Kewarganegaraan Indonesia, Op.
Cit., h. 13.

373
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 359-378

di Indonesia, warga negara asing mempunyai PENUTUP


keterbatasan dalam hal memiliki properti di
Kesimpulan
Indonesia. Namun, dengan diberlakukannya
Ratio legis tidak diperbolehkannya
kewarganegaraan ganda, beberapa
kewarganegaraan ganda baik dalam UU No.
ketentuan tersebut harus disesuaikan
62 tahun 1958 dan UU No. 12 Tahun 2006
dengan hak WNI yang memiliki status
adalah tidak jauh berbeda. UU No. 62/1958
kewarganegaraan ganda. Kedua, peraturan
dan UU No. 12/2006 mengatur bahwa
perundang-undangan yang mengatur tentang
kewarganegaraan ganda pada prinsipnya
hak politik. Alece Edwards and Laura van
tidak diperbolehkan. Hal tersebut tidak
Waas berpendapat bahwa “Nationality is the
terlepas dari filosofi kewarganegaraan yang
principal gateway to political participation”. 52
didasarkan pada doktrin “kesetiaan abadi”
Berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun
(perpetual allegiance). Sehingga dapat terlihat
2017 tentang Pemilu, kewarganegaraan
bahwa baik UU No. 62/1958 maupun UU No.
Indonesia merupakan salah satu syarat dalam
12/2006 mengatur bahwa bentuk kesetiaan
pengaturan tentang hak berpolitik. Selain itu,
WNI kepada negaranya adalah dengan tidak
dengan di terapkannya kewarganegaraan
mempunyai kewarganegaraan ganda.
ganda tentu akan berdampak sangat
signifikan terhadap perkembangan peraturan Apabila kewarganegaraan ganda
perundang-undangan dalam bidang politik. diberlakukan di Indonesia akan membawa
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh dampak dalam bidang hukum terutama
Liza Mügge di Belanda, kewarganegaraan terhadap beberapa hal. Diantaranya adalah
ganda akan mempunyai dampak terhadap perubahan Asas/Prinsip dalam UU No.
meningkatnya partisipasi politik seorang 12/2006, perubahan pengaturan tentang
individu yang mempunyai kewarganegaraan larangan kewarganegaraan ganda dalam
ganda. Dampak tersebut terutama dirasakan UU No. 12/2006 serta terhadap harmonisasi
di negara asal individu tersebut yang bisa dengan peraturan perundang-undangan
diindikasikan melalui ketertarikan atau terkait misalnya peraturan pelaksana dari UU
kesanggupan untuk memberikan hak pilih No. 12/2006, undang-undang yang mengatur
serta pemberian pendapat mengenai pilihan kepemilikan properti, undang-undang yang
terhadap keluarga atau teman.53 Yang ketiga mengatur tentang hak politik, serta Undang-
adalah Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 Undang tentang Keimigrasian beserta
tentang Keimigrasian beserta Peraturan Peraturan Pelaksananya.
Pelaksananya. Peraturan perundang- Saran
undangan yang mengatur tentang
Tuntutan kewarganegaraan ganda dari
keimigrasian juga tidak bisa dihindarkan dari
komunitas diaspora Indonesia perlu direspon
perubahan yang terjadi jika kewarganegaraan
oleh Pemerintah Indonesia dengan dicermati.
ganda diterapkan. Ketentuan-ketentuan yang
Pemerintah perlu membuka ruang diskusi
berubah terutama terkait visa, masa tinggal
dengan komunitas diaspora Indonesia untuk
serta dokumen yang harus dimiliki oleh WNI
mendapatkan masukan mengenai
dengan kewarganegaraan ganda.
kemungkinan akan diberlakukannya
kewarganegaraan ganda bagi orang dewasa.
52 Alece Edwards and Laura van Waas (Eds.), Selain itu Pemerintah juga bisa melakukan
Nationality and statelessness under international studi perbandingan dengan negara- negara
law, (UK: Cambridge University Press, 2014), h.4
53 Liza Mügge, Dual Nationality and Transnational lain yang telah memberlakukan
Politics, Journal of Ethnic and Migration Studies
Vol. 38, No. 1 (January 2012): 1-19.

374
Ratio Legis dan Dampak Pengaturan:………. (Zendy Wulan Ayu Widhi Prameswari)

kewarganegaraan ganda untuk orang


dewasa.
Apabila Indonesia akan memberlakukan
kewarganegaraan ganda maka sebaiknya
pejabat yang berwenang, dalam hal ini
Menteri Hukum dan HAM membentuk tim
secara khusus yang terdiri dari berbagai
instansi terkait. Tim tersebut mempunyai tugas
untuk melakukan pengkajian dan menyusun
pertimbangan apabila kewarganegaraan
ganda jadi diberlakukan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Dengan mengucap rasa syukur, artikel
hasil penelitian ini bisa diselesaikan oleh
penulis. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Pimpinan Fakultas Hukum Universitas
Airlangga atas pembiayaan penelitian ini
melalui RKAT Tahun 2016. Terima kasih pula
kepada para peserta Konferensi Nasional
III Serikat Pengajar Hak Asasi Manusia
Indonesia (SEPAHAM) “Hak Asasi Manusia
dan Keadilan Eko-Sosial” di Palu, tanggal 1-2
Maret 2017 yang telah memberikan masukan
kepada penulis.

375
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 359-378

DAFTAR PUSTAKA Prodjodikoro, Wirjono. Azas-Azas Hukum


Tatanegara di Indonesia. Jakarta: Dian
Arwiyah, M. Yahya, dkk. Regulasi Rakyat, 1983.
Kewarganegaraan Indonesia. Bandung: Spiro, P.J. At Home in Two Countries: The
Alfabeta, 2013. Past and Future of Dual Citizenship. New
Asshiddiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum York: New York University Press, 2016.
Tata Negara Jilid II. Cetakan Pertama. Sobel, R. Citizenship as Foundation of Rights:
Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Meaning for America. Cambridge:
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Cambridge University Press, 2016.
2006.
Tanasoca, A. The Ethics of Multiple Nationality.
Ballin, E.H. Citizen’s Rights and the Right to Cambridge: Cambridge University Press,
be a Citizen. Leiden: Brill Nijhoff, 2014. 2018.
Edwards, Alece dan Waas, Laura van (Eds.). Wijayanti, Herlin. Hukum Kewarganegaraan
Nationality and Statelessness under & Keimigrasian. Malang: Bayumedia
International Law. UK: Cambridge Publishing, 2011.
University Press, 2014.
Yamin, Muhammad Yamin Naskah Persiapan
Gautama, Sudargo. Tafsiran Undang-Undang Undang-Undang Dasar 1945, (djilid
Kewarganegaraan Republik Indonesia. pertama, cetakan kedua). Jakarta, 1971.
Bandung: Penerbit Alumni, 1983.
Hosseini, Seyyed Ibrahim, et.al, Nationality in
Harijanti, Susi D. Report on Citizenship Law: Private International Law, Indian Journal
Indonesia. Italy: European University of Science and Technology, Vol 8(12),
Institute, 2017. 69906, June 2015.
Harpaz, Y. Citizenship 2.0: Dual Nationality Mügge, Liza, Dual Nationality and
as a Global Asset. Princeton: Princeton Transnational Politics, Journal of Ethnic
University Press, 2019. and Migration Studies Vol. 38, No. 1
Howard-Hassman, R.E. Introduction: The (January 2012): 1-19
Human Right to Citizenship, In Howard- Harijanti, Susi Dwi, dkk, “Politik Hukum
Hassman, R.E. and Walton-Roberts, M. Kewarganegaraan Indonesia”, Laporan
(Eds.), The Human Right to Citizenship: Penelitian Fakultas Universitas
A Slippery Concept. Philadhelphia- Padjadjaran, Bandung, 2007.
Pennsylvania: University of Pennsylvania
Harijanti, Susi Dwi, Dwi Kewarganegaraan
Press, 2015.
dan Politik Hukum Kewarganegaraan
Inter-Parliamentary Union and United Nation Indonesia, Disampaikan dalam acara
High Commissioner for Refugees, Diskusi Penyusunan Konsep
Nationality and Stateslessness: A Naskah Akademik dan RUU
Handbook for Parliamentarians, No. 22. tentang Kewarganegaraan Ganda,
Switzerland: Inter-Parliamentary Union diselenggarakan oleh Sekretariat
and United Nation High Commissioner Jenderal DPR, Jakarta, 23 Oktober 2014.
for Refugees, 2014.
Human Rights Council, Human Rights and
Kingston, L.N. Fully Human: Personhood, Arbitrary Deprivation of Nationality.
Citizenship, and Rights. New York: Thirteenth session Annual report of the
Oxford University Press, 2019. United Nations High Commissioner for
Paulus, B.P. Kewarganegaraan RI Ditinjau Human Rights and reports of the Office
dari UUD 1945: Khususnya of the High Commissioner and the
Kewarganegaraan Peranakan Tionghoa. Secretary-General (A/HRC/13/34), 14
Jakarta: Pradnya Paramita, 1983. December 2009.

376
Ratio Legis dan Dampak Pengaturan:………. (Zendy Wulan Ayu Widhi Prameswari)

Spiro, Peter J. “Dual Citizenship as Human Untuk Memperoleh Kewarganegaraan


Right”, Legal Studies Research Paper, Republik Indonesia Berdasarkan
Temple University Beasley School of Pasal 41 Dan Memperoleh Kembali
Law, Research Paper No. 2009-41, Kewarganegaraan Republik Indonesia
2009. Berdasarkan Pasal 42 Undang- Undang
Wiratraman, R. Herlambang P., Mengapa Nomor 12 Tahun 2006 tentang
dwi-kewarganegaraan harus dilindungi Kewarganegaraan Republik Indonesia.
dalam Sistem Hukum Indonesia? Peraturan Menteri Hukum Dan Ham Republik
Pendekatan Konstitusionalisme Hak Indonesia No. M.HH-19.AH.10.01 Tahun
Asasi Manusia, (sebuah masukan untuk 2011 tentang Tata Cara Penyampaian
Team Penyusun Naskah dan/atau Team Pernyataan Memilih Kewarganegaraan
Penyusun Rancangan Undang Undang Bagi Anak Berkewarganegaraan Ganda.
mengenai Perubahan UU No. 12/2006 Peraturan Menteri Hukum Dan HAM
tentang Kewarganegaraan Indonesia). Republik Indonesia No. 22 Tahun 2012
http://dpr.go.id/uu/prolegnas -long -list, tentang Tata Cara Pendaftaran Anak
diakses tanggal 23 September 2019. Berkewarganegaraan Ganda Dan
Dpr.go.id, diakses tanggal 04 Maret 2016 Permohonan Fasilitas Keimigrasian.
Siaran Pers Indonesian Diaspora Network, Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2019
Jakarta 24 Nopember 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Bukan Pajak Yang berlaku
Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun
pada Kementerian Hukum dan HAM.
1945
Undang-Undang No 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia
Undang Nomor 3 Tahun 1976 tentang
Perubahan Pasal 18 UU No. 62 Tahun
1958
Undang-Undang No 62 Tahun 1958 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947
tentang memperpanjang waktu untuk
mengajukan pernyataan berhubung
dengan Kewargaan Negara Indonesia
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947
tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1946
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946
tentang Warga Negara dan Penduduk
Negara
Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2007
tentang Tata Cara Memperoleh,
Kehilangan, Pembatalan Dan
Memperoleh Kembali Kewarganegaraan
Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Hukum Dan HAM Republik
Indonesia No M.01-HL.03.01 Tahun
2006 tentang Tata Cara Pendaftaran

377
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 359-378

HALAMAN KOSONG

378

Anda mungkin juga menyukai