Anda di halaman 1dari 7

WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN 6

Negara sebagai suatu entitas adalah abstrak. Yang nampak itu adalah unsur negara berupa
rakyat, wilayah dan pemerintah. Salah satu unsur negara adalah rakyat. Rakyat yang tinggal
di wilayah negara menjadi penduduk negara yang bersangkutan, Warga negara bagian dari
penduduk suatu negara. Warga negara memiliki hubungan dengan negaranya. Hubungan itu
lazim disebut Kewarganegaan. Kedudukanya sebagai warga negara menciptakan hubungan
berupa status (identitas).
Seseorang menjadi warga negara oleh karena ia menjadi anggota dari negara yang
bersangkutan. Ketika dimasa lalu hidup bernegara belum ada, individu telah menjadi warga
negara dari sebuah komunitas, apakah anggota keluarga, marga, suku atau bangsa. Ketika
komunitas politik negara didirikan maka individu-individu yang terikat di dalamnya memasuki
status baru sebagai warga negara. Kewarganegaraan yang pada awalnya hanya mencakup
keanggotaan diluar negara sekarang ini telah menciptakan hubungan dengan negara.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, kewarganegaraan mennjuk pada bentuk
hubungan antara warga dengan komunitasnya sendiri. Dalam hal ini negara, yang melahirkan
berbagai akibat antara lain:
1. Memunculkan identitas baru sebagai warga negara
2. Menghasilkan rasa kepemilikan terhadap komunitas baru (negara) termasuk
kepemilikan akan nilai-nilai Bersama komunitas.
3. Memunculkan aneka peran, partisipasi dan bentuk-bentuk keterlibatan lain pada
komunitas negara, dan
4. Timbulnya hak dan kewajiban antara keduanya secara timbal balik.
Menurut Hukum Indonesia, yakni dalam UU No.12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan
RI. Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan sebgai negara. Hal ikhwal
hubungan antara warga negara dengan negara tersebut pada dasarnya menghasilkan bentuk-
bentuk hubungan sebagaimana di atas.
Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua:
1. Kewarganegaraan dalam arti Yuridis dan Sosiologis
ditandai dengan adanya ikatan Hukum antara orang-orang dengan Negara
atau kewarganegaraan sebagai status legal. Dengan adanya ikatan Hukum itu
menimbulkan akibat-akibat Hukum tertentu. Bahwa orang tersebut berada dalam
kekuasaan Negara yang bersangkutan. Tanda ada ikatan Hukum seperti Akte
Kelahiran, Surat pernyataan, bukti kewarganegaraan. Dll

2. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis


Dalam arti sosiologis kewarganegaraan tidak ditandai dengan ikatan Hukum,
tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib,
ikatan sejarah dan ikatan tanah air, dengan kata lain, ikatan ini lahir dari penghayatan
orang yang bersangkutan. Orang memiliki ikatan demikian merupakan
kewarganegaraan dalam arti sosiologis.

A. Kewarganegaraan dalam arti formal dan material


1) Kewarganegaraan dalam arti formal menunjuk pada tempat kewarganegaraan dalam
sistematika Hukum. Masalah kewarganegaraan atau hal ikhwal mengenai warga
negara berada pada Hukum Publik. Karena kaidah-kaidah mengenai negara dan warga
negara semata-mata bersifat public.
2) Kewarganegaraan dalam arti materil, menunjuk pada akibat dari status
kewarganegaraan, yaitu ada hak dan kewajiban serta partisipasi warga negara.
Kedudukan seseorang sebgai warga negara akan berbeda dengan kedudukan
seseorang sebagai orang asing.
B. Kedudukan Warga Negara Dalam Negara
Sebagai anggota dari negera maka warga negara memiliki hubungan atau ikatan
dengan negara. Hubungan antara warga negaara dengan negara terwujud dalam
identitas, partisipasi dan aneka hak dan kewajiban antara keduanya.
1. Penentuan Warga Negara
Siapa saja yang dapat menjadi warga negara dari suatu negara ? Setiap Negara
berdaulat berwenang menentuakan siapa-siapa yang menjadi warga negaranya.
Negara tidak terikat dengan negara lain dalam menentukan kewarganegaraan.
Negara lain juga tidak berhak menentukan atau turut campur dalam penentuan
kewarganegaraan suatu negara.
Meskipun demikian, dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, negara
tidak boleh melanggar “General Principle” atau azas-azas umum Hukum
Internasional tentang kewarganegaraan. Azas tersebut adalah :
a. Suatu negara tidak boleh memasukkan orang-orang yang sama sekali tidak ada
hubungan sedikit pun dengan negara yang bersangkutan sebgai warga
negaranya. Misalnya : Indonesia bebas menentukan siapa yang akan menjadi
warga negaranya.
b. Suatu negara tidak boleh menentukan kewarganegaran berdasarkan unsur-
unsur primordial yang dirasakan bertentangan prinsip-prinsip Hukum umum
(general prinsiples).
Misalnya: Indonesia tidak dapat menyatakan bahwa yang dapat menjadi
wasrga negara Indonesia adalah orang beragama Islam atau beragama Kristen
saja. Atau dari suku tertentu saja.
Penentuan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran didasarkan pada sisi
kelahiran di kenal dengan dua azas, yaitu Azas Ius Soli dan azas Ius Sanguinis.
Ius artinya Hukum atau dalil Soli berasal dari kata solum yang artinya negeri atau
tanah. Sanguinis berasal dari kata sanguis yang artinya darah.
a. Asas Ius Soli adalah asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan
seseorang ditentukan dari tempat dimana orang tersebut dilahirkan.
b. Asas Ius Songuinis adalah azas yang menyatakan bahwa kewarganegaran
seseorang ditentukan bedasarkan keturunan dan orang tersebut.

Selain dari sisi kelahiran, penentuan penentuan kewarganegaraan dapat


didasarkan aspek perkawinan yang mencakup azas kesatuan Hukum dan azas
persamaan derajat.
a. Asas persamaan Hukum
didasarkan pandangan bahwa suatu istri adalah suatu ikatan yang tidak
terpecah sebagai inti dari masyarakat. Dalam menyelenggarakan kehidupan
bersama suami istri perlu mencerminkan suatu kesatuan yang bulat
termasuk dalam masalah kewarganegaraan. Berdasarkan azas ini
diusahakan stauts kewarganegaraan. Berdasarkan asas ini diusahakan
status kewarganegaraan suami dan istri adalah sama dan satu.
b. Asas persamaan derajat
berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan
status kewarganegaraan suami atau istri. Keduanya memiliki hak yang sama
untuk menentukan sendiri kewarganegaraan, jadi mereka dapat berbeda
kewarganegaran, seperti halnya ketika belum bekeluarga.
Selain asas tersebut di atas, beberapa asas khusus juga menjadi dasar
penyusunan Undang-Undang tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
1. Asas kepentingan nasional adalah asas yang menentukan bahwa
peraturan kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional
Indonesia, yang bertekad mempertahankan kedaulatannya sebagai
negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri.
2. Asas perlindungan maksimum adalah asas yang menentukan bahwa
pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh kepada setiap
Warga Negara Indonesia dalam keadaan apapun baik di dalam maupun
di luar negeri.
3. Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan adalah asas yang
menentukan bahwa setiap Warga Negara Indonesia mendapatkan
perlakuan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.
4. Asas kebenaran substantif adalah prosedur pewarganegaraan
seseorang tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga disertai
substansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat di
pertanggungjawabkan kebenarannya.
5. Asas nondiskriminatif adalah asas yang tidak membedakan perlakuan
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas
dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin dan gender.
6. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah
asas yang dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga
negara harus menjamin, melindungi, dan memuliakan hak asasi
manusia pada umumnya dan hak warga negara pada khususnya.
7. Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala
hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan
secara terbuka.
8. Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang
memperoleh atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat
mengetahuinya.

2. Pengertian Kewarganegaraan
Istilah kewarganegaraan (citizenship) memiliki arti keanggotaan yang
menunjukkan hubungan atau ikatan anatara negara dan warga negara. Menurut
memori penjelasan dari pasal II Peraturan Penutup Undang-Undang No. 62 tahun 1958
tentang Kewarganeraan Republik Indonesia, kewarganegaraan diartikan segala jenis
hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu
untuk melindungi orang ang bersangkutan. Adapun menurut Undang-Undang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, kewarganegaraan adalh segala hal ihwal yang
berhubungan dengan negara.

3. Konsep Dasar Tentang Negara


Secara litral istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing,
yakni state (bahasa Inggris), staat (bahasa Belanda dan Jerman), dan etat (bahasa
Prancis). Kata state, staat, etat itu diambil dari kata bahasa Latin status atau statum,
yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang
tegak dan tetap.
Secara terminologi, negara diartikan dengan organisasi tertinggi diantara ssatu
kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam daerah
tertentu yang mempunyai pemerintah yang beraulat. Pengertian ini mengandung nilai
konstitutif dari sebuah negara yang meniscayakan adanya unsur dalam sebuah
negara, yakni adanya masyarakat (rakyat), adanya wilayah (daerah) dan adanya
pemerintah yang berdaulat.
Secara sederhana dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan negara adalah
suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat
yang berhak menuntut dari warganegaranya untuk taat pada peraturan perundang-
undangan melalaui penguasaan (kontrol) monopolistis dari kekuasaan yang sah.

4. Tujuan Negara
Sebagai sebuah organisasi kekuasaan dari kumpulan orang-orang yang
mendiaminya, negara harus memiliki tujuan yang disepakati bersama. tujuan sebuah
negara dapat bermaam-macam, antara lain;
▪ Bertujuan untuk memperluas kekuasaan semata-mata;
▪ Bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum;
▪ Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum

Dalam konsep dan ajaran plato, tujuan dengan adanya negara adalah untuk
memajukan kesusilaan manusia, sebagai perseorangann (individu) dan sebagai
makhluk sosial. Sedangkan menurut Roger H. Soltau tujuan negara adalah
memungkinkan rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya
sebebas mungkin.
Sebuah negara mempunyai unsur-unsur yang harus ada di dalamnya yaitu sebagai
berikut.
1. Rakyat (Masyarakat/Warga Negara)
 Setiap negara tidak mungkin bisa ada tanpa adanya warga atau rakyatnya.
Unsur rakyat ini sangat penting dalam sebuah negara, karena secara konkret
rakyatlah memiliki kepentingan agar negara itu dapat berjalan dengan baik.
Selain it, bagaimanapun juga manusialah yang akan mengatur dan
menentukan sebuah organisasa (negara).
 Rakyat dalam konteks ini diartikan sebagai sekumpulan manusia yang
dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan yang bersama-sama mendiami
suatu wilayah tertentu. Mungkin tidak dapat dibayangkan adanya suatu
negara tanpa rakyat (warga negara). Rakyat adalah substratum dari negara.
2. Wilayah
 Wilayah dalam sebuah negara merupakan unsur yang harus ada, karena tidak
mungkin ada negara tanpa ada batas-batas teritorial yang jelas. Secara
mendasar, wilayah dalam sebuah negara biasanya mencakup daratan
(wilayah darat), peraiaran (wilayah laut/perairan) dan udara (wilayah udara).
 Daratan (Wilayah Darat)
Wilayah darat suatu negara dibatasi oleh wilayah darat dan laut
(perairan) negara lain. Perbatasan wilayah sebuah negara biasanya
ditentukan berdasarkan perjanjian yakni perjanjian antara dua negara atau
lebih.
 Perairan (Wilayah Laut/Perairan)
Perairan atau laut yang menjadi bagian atau termasuk wilayah suatu
negara disebut perairan atau laut teritorial dari negara yang bersangkutan.
Adapun batas dari perairan teritorial itu pada umumnya 12 mil laut ( km) yang
dihitung dari pantai ketika air surut. Laut yang berada diluar perairan
teritorial disebut Lautan Bebas (Mare Liberum). Disebut dengan Lautan
Bebas, karena wilayah perairan tersebut tidak termasuk wilayah kekuasaan
suatu negara sehingga siapapun bebas memanfaatkannnya.

3. Pemerintah
Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin
organisasi negara untuk mencapai tujuan negara. Oleh karenanya, pemerintah
seringkali menjadi personifikasi sebuah negara.
Pemerintah menegakkan hukum dan memberantas kekacauan,
mengadakan perdamaian dan menyelaraskan kepentingan-kepentingan yang
bertantangan. Pemerintah yang menetapkan, menyatakan dan menjalankan
kemauan individu-individu yang tergabung dalam organisasi politik yang disebut
negara. Pemerintah adalah badan yang mengatur urusan sehari-hari, yang
menjalankan kepentingan-kepentingan bersama. Pemerintah melaksanakan
tujuan-tujuan negara, menjalankan fungsi-fungsi kesejahteraan bersama-sama.

5. Teori Terbentuknya Negara


Adapun beberapa teori tentang terbentuknya suatu Negara
• Thomas Hobbes (1588-1679)
Menurutnya syarat membentuk Negara adalah dengan mengadakan perjanjian
bersama individu-individu yang tadinya dalam keadaan alamiah berjanji akan
menyerahkan semua hak-hak kodrat yang dimilikinya kepada seseorang atau
sebuah badan. Teknik perjanjian masyarakat yang dibuat Hobbes sebagai berikut
setiap individu mengatakan kepada individu lainnya bahwa “Saya memberikan
kekuasaan dan menyerahkan hak memerintah kepada orang ini atau kepada orang-
orang yang ada di dalam dewan ini dengan syarat bahwa saya memberikan hak
kepadanya dan memberikan keabsahan seluruh tindakan dalam suatu cara
tertentu.
• John locke (1632-1704)
Dasar kontraktual dan Negara dikemukakan Locke sebagai peringatan bahwa
kekuasaan penguasa tidak pernah mutlak tetapi selalu terbatas, sebab dalam
mengadakan perjanjian dengan seseorang atau sekelompok orang, individu-
individu tidak menyerahkan seluruh hak-hak alamiah mereka.
• Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
Keadaan alamiah diumapamakannya sebagai keadaan alamiah, hidup individu
bebas dan sederajat, semuanya dihasilkan sendiri oleh individu dan indi vidu itu
puas. Menurut “Negara” atau “badan korporatif” dibentuk untuk menyatakan
“kemauan umumnya” (general will) dan ditujukan pada kebahagiaan besama.
Selain itu Negara juga memperhatikan kepentingan-kepentingan individual
(particular interest). Kedaulatannya berada dalam tangan rakyat melalui kemauan
umumnya.

1. Teori Ketuhanan
Negara dibentuk oleh Tuhan dan pemimpin-pemimpin Negara ditunjuk oleh
Tuhan Raja dan pemimpin-pemimpin Negara hanya bertanggung jawab pada Tuhan
dan tidak pada siapapun. Penganut teori ini adalah Agustinus, Yulius Stahi, Haller,
Kranenburg dan Thomas Aquinas.
2. Teori kekuatan
Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari komunikasi yang kuat terhadap
kelompok yang lemah, Negara terbentuk dengan penaklukan dan pendudukan.
Dengan penaklukan dan pendudukan dari suatu kelompok etnis yang lebih kuat
atas kelompok etnis yang lebih lemah, dimulailah proses pembentukan Negara.
Penganut teori ini adalah H.J. Laski, L. Duguit, Karl Marx, Oppenheimer dan
Kollikles.

Anda mungkin juga menyukai