Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang masalah


Rakyatmerupakan suatu unsur bagi terbentuknya suatu negara, disamping
unsur wiayah dan unsur pemerintah. Suatu negara tidak akan terbentuk tan
pa adanya rakyat,walaupun mempunyai wilayah tertentu dan pemerintahan
yang berdaulat. Rakyat yangtinggal di wilayah negara menjadi penduduk n
egara yang bersangkutan. Warga negaraadalah bagian dari penduduk suatu
negara. Warga negara memiliki hubungan dengannegaranya. Pedudukanny
a sebagai warga negara menciptakan berupa hak dankewajiban yang bersif
at timbal balik. Setiap warga negara mempunyai hak dankewajiban terhada
p negaranya. Sebaliknya negara
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian warga negara, kewarganegaraan, asas umum
kewarganegaraan, dan asas khusus kewarganegaraan ?
2. Apa saja hak dan kewajiban warga negara menurut UUD 1945 ?
3. Tujuaan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian warga negara, kewarganegaraan, asas
umum kewarganegaraan, asas khusus kewarganegaraan di indonesia.
2. Untuk mengetahui hak kebebasan berkeyakinan dan beragama, hak
budaya
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN WARGA NEGARA, KEWARGANEGARAAN,


ASAS UMUM

A. Warga negara

Warga negara merupakan seseorang atau individu yang tinggal dan


menjadi bagian dari suatu masyarakat di wilayah tertentu. Sebagai salah
satu unsur dari terbentuknya suatu negara yaitu warganya, warga negara
secara sederhana dapat diartikan sebagai semua orang yang tinggal serta
bertumbuh di negara tersebut.

Secara etimologis, kata warga negara berasal dari bangsa Romawi


yang pada saat itu menggunakan bahasa Latin. Kata warga negara berasal
dari kata “civis” atau “civitas” yang memiliki arti anggota warga yang
berasal dari city-state. Selain itu, kata civitas dalam bahasa Perancis dapat
diistilahkan sebagai “citoyen” yang memiliki makna warga dalam “cite”
yang memiliki makna kota yang memiliki hak terbatas.

Istilah warga negara sendiri merupakan hasil terjemahan dari kata


bahasa Inggris yaitu citizen yang memiliki makna yaitu warga negara atau
juga dapat diartikan sebagai sesama penduduk serta individu setanah air.

Sementara itu, menurut Encyclopedia of the Social Science (1968),


warga negara didefinisikan sebagai orang yang tercatat keanggotaannya
dari sebuah negara, baik yang tinggal di wilayah negara tersebut maupun
berada di luar negara tersebut pada jangka waktu tertentu.

Dalam bahasa Inggris, kata warga negara dapat didefinisikan sebagai


kelompok orang yang menjadi bagian dari sebuah kependudukan yang
merupakan salah satu unsur terbentuknya sebuah negara.
Orang yang dapat disebut sebagai warga negara dapat berupa
penduduk lokal maupun warga negara asing yang datang ke sebuah negara
tersebut. Secara umum, terdapat asa kewarganegaraan yang dapat digunakan
dalam menentukan kewarganegaraan yang dimiliki oleh seseorang.

 Pertama, yaitu asas ius sanguinis yang didasarkan pada keturunan


berdasarkan darah maupun kewarganegaraan yang dimiliki oleh orang tua
yang melahirkan mereka.
 Kedua, yaitu ius soli yang didasarkan pada tempat kelahiran dari seseorang
di sebuah negara tersebut.

Selain itu, berdasarkan buku “Pendidikan Kewarganegaraan” oleh


Maryanto, terdapat pengertian warga negara berdasarkan beberapa ahli, sebagai
berikut.

 Menurut A.S. Hikam yang mengemukakan definisi dari warga negara


sebagai terjemahan yang berasal dari kata bahasa Inggris yaitu citizenship.
Kata tersebut memiliki makna sebagai anggota yang menjadi bagian dari
sebuah komunitas yang membentuk sebuah negara itu sendiri. Hikam
mendefinisikan warga negara sebagai anggota suatu negara itu sendiri.
 Menurut Koerniatmanto S., mengartikan warga negara sebagai anggota
dari sebuah negara, yang merupakan seseorang yang memiliki kedudukan
khusus di dalam negara tersebut. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa
seorang warga negara memiliki hubungan antara hak serta kewajiban yang
sifatnya timbal balik terhadap negara tersebut.
 Menurut Austin Ranney, definisi dari warga negara adalah sekelompok
orang yang memiliki kedudukan secara resmi menjadi anggota penuh dari
suatu negara.
 Sedangkan, berdasarkan UU No. 62 Tahun 1958 menyatakan, bahwa
warga negara RI atau warga negara Republik Indonesia merupakan
sekelompok orang yang memiliki dasar undang-undang serta maupun
perjanjian-perjanjian serta maupun peraturan-peraturan yang berlaku sejak
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan sudah menjadi warga
negara Republik Indonesia.

Istilah warga negara sendiri juga bisa dibagi menjadi dua kategori, yang
terdiri dari warga negara asli atau pribumi dan warga negara asing atau
vreemdeling. Hal ini secara yuridis diatur berdasarkan pasal 26 ayat 1 UUD 1945
dan perubahannya. Simak informasi berikut.

 Warga negara asli atau pribumi merupakan penduduk asli sebuah negara
tersebut. Seperti contohnya warga negara Indonesia yang berasal dari
suku Jawa, Madura, Sunda, Batak, Bugis, Dayak, Asmat, Minang, Toraja,
Bali, Aceh, serta etnis keturunan negara Indonesia yang lain.
 Warga negara asing atau vreemdeling merupakan penduduk yang berasal
dari suku bangsa keturunan di luar negara tersebut. Seperti pada contohnya
warga negara Indonesia yang berasal dari suku China atau Tionghua,
India, Belanda, Eropa, Arab, dan masih banyak lagi. Hal ini telah disahkan
berdasarkan UU atau undang-undang yang telah berlaku mengenai warga
negara Indonesia.

B. Kewarganegaraan

Kewarganegaraan adalah keanggotaan seseorang dalam satuan politik


tertentu negara yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam
kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga
negara. Seorang warga negara berhak memiliki paspor dari negara yang
dianggotainya.

Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan yang


membedakana adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada kemungkinan
untuk memiliki kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh secara
hokum berpartisispasi dalam politik). Juga dimungkinkan untuk memiliki hak
politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (bahasa
Inggris: citizenship). Di dalam pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten
disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena keduanya juga
merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi penting,
karena masing-masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya sosial) yang
berbeda-beda bagi warganya.

Nationality (kebangsaan) sebagai suatu pertalian hukum harus dibedakan


dari citizenship (kewarganegaraan). Citizenship adalah suatu status menurut
hukum dari suatu negara yang memberi keuntungan-keuntungan hukum tertentu
dan membebankan kewajiban-kewajiban tertentu kepada individu.

Nationality sebagai istilah hukum internasional menunjuk kepada ikatan,


yaitu ikatan seorang individu terhadap suatu negara yang memberi kepada suatu
negara hak untuk mengatur dan melindungi nationals-nya, meskipun di luar
negeri. Walaupun pada umumnya nationality itu dirimbag (derived, derivasi) dari
citizenship, tetapi baik nationality maupun citizenship berasal dari hukum suatu
negara, sedangkan international law memberi pembatasan-pembatasan tertentu
terhadap hak dari suatu negara untuk memberikan nationality dan perjanjian-
perjanjian (treaties) mungkin mengadakan pembatasan-pembatasan tertentu pula.

Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan


hubungan atau ikatan antara negara dan warga negara. Kewarganegaraan diartikan
segala jenis hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya
kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan. Adapun
menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan negara.

Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis. Kewarganegaraan


dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang-
orang dengan negara. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak
ditandai dengan ikatan hukum, tetapi ikatan emosional, seperti ikatan
perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah
air.
2. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil. Kewarganegaraan dalam
arti formil menunjukkan pada tempat kewarganegaraan. Dalam sistematika
hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.
Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat hukum dari
status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.

Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006


tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang
menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah:

1. Setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI


2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu
warga negara asing (WNA), atau sebaliknya
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah
yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut
5. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI
6. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui
oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan
sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
8. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu
lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui
10. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan
ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya
11. Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan
ibu WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan
12. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia
sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

Asas kewarganegaraan adalah pedoman dasar bagi suatu negara untuk


menentukan siapakah yang menjadi warga negaranya. Setiap negara mempunyai
kebebasan untuk menentukan asas kewarganegaraan mana yang hendak
dipergunakannya. Dari segi kelahiran, ada dua asas kewarganegaraan yang sering
dijumpai,yaitu ius soli dan ius sanguinis. Sedangkan dari segi perkawinan, ada
dua asas pula yaitu asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat.

C. Asas umum kewarganegaraan

Asas kewarganegaraan adalah dasar hukum bagi kewarganegaraan untuk


penduduk (warga) sebuah negara. Orang yang sudah memiliki kewarganegaraan
tidak jatuh pada kekuasaan atau wewenang negara lain. Negara lain tidak berhak
memperlakukan kaidah-kaidah hukum kepada orang yang bukan warga
negaranya.

Penduduk suatu negara juga dibedakan menjadi warga negara dan warga
negara asing. Warga negara adalah mereka yang secara hukum merupakan
anggota suatu negara. Adapun warga negara asing adalah mereka yang belum
menjadi warga negara. Jika mereka ingin menjadi warga negara, mereka harus
melalui proses yang disebut naturalisasi.

Secara umum ada 2 asas kewarganegaraan yang diterapkan oleh suatu negara,
yaitu:
1. Ius Sanguinis

Asas ius sanguinis atau asas keturunan yang menetapkan kewarganegaraan


seseorang menurut keturunan atau pertalian darah. Artinya, kewarganegaraan
anak bergantung pada orang tuanya meskipun anak tersebut lahir di negara lain
(bukan kewarganegaraan orang tuanya).

Misalkan, seorang anak dilahirkan di negara B yang menganut asas ius


sanguinis, sedangkan orang tuanya warga negara A, maka anak tersebut tetap
menjadi warga negara A.

Contoh Negara dengan Sistem Asas Kewarganegaraan Ius Sanguinis :

 Belanda, Belgia, Bulgaria


 Korea Selatan, Kroasia
 Inggris, Irlandia, Islandia, India, Italia
 Jepang, Jerman
 Polandia, Portugal
 Republik Ceko, Rusia
 Spanyol, Serbia
 dll.

2. Ius Soli

Asas ius soli atau asas tempat kelahiran yang menetapkan kewarganegaraan
seseorang menurut tempat kelahirannya. Artinya kewarganegaraan anak akan
diberikan jika anak tersebut lahir di negara yang menganut asas ius soli.

Misalnya, seorang anak harus menjadi warga negara B karena lahir di negara
B, meskipun orang tuanya warga negara A.

Contoh Negara dengan Sistem Asas Kewarganegaraan Ius Soli :

 Argentina, Amerika Serikat


 Brazil, Bangladesh
 Kanada, Kamboja, Kolombia, Kosta Rika
 Panama, Peru, Pakistan, Paraguay
 Grenada, Guatemala, Guyana
 dll

Keberadaan kedua asas kewarganegaraan tersebut kerap kali menimbulkan


masalah. Hal ini karena ada negara yang menganut asas ius sanguinis dan ada pula
negara yang menganut asas ius soli. Sehingga kerap muncul masalah bipatride,
multipatride bahkan apatride.

Pengertian Bipatride adalah seseorang yang memiliki dua kewarganegaraan


(kewarganegaraan ganda) yang bisa terjadi karena anak lahir di negara A yang
menganut asas kewarganegaraan ius soli (tempat kelahiran) namun orang tuanya
warga negara B yang menganut asas ius sanguinis. Anak tersebut akan mendapat
2 kewarganegaraan dari negara A berdasarkan tempat lahir dan dari negara B
karena faktor keturunan.

Pengertian Apatride adalah seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan.


Bisa terjadi jika anak lahir di negara B yang menganut asas ius sanguinis
sedangkan orang tua berasal dari negara A. Si anak tidak mendapat
kewarganegaraan negara B karena lahir dari orang tua yang bukan warga negara
B. Anak juga tidak mendapat kewarganegaraan orang tuanya (negara A) karena
tidak lahir di negara A (ius soli – berdasarkan tempat lahir).

Pengertian Multipatride adalah seseorang yang memiliki 2 atau lebih


kewarganegaraan. Hal ini bisa terjadi jika bipatride menerima juga pemberian
status kewarganegaraan lain ketika dia telah dewasa, namun tidak melepaskan
status kewarganegaraan yang lama.

D. Asas kewarganegaraan khusus kewarganegaraan di


indonesia
Selain asas, di atas, beberapa asas khusus juga menjadi dasar
penyusun undang-undang tentang kewarganegaraan. Berikut jenis
asa lainnya menurut buku hukum kewarganegaraan republik
indonesia.

1. Asas kepentingan nasional adalah asas yang menentukan bahwa


peraturan kewarganegaraan akan mengutamakan kepentingan
nasional indonesia, yang bertekad mempertahankan kedaulatannya
sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuannya.
2. Asas perlindungan maksimum adalah asas yang menentukan
bahwa pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh kepada
setiap warga negara indonesia dalam keadaan apapun, baik di
dalam maupun luar negeri.
3. Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan adalah asas
yang menentukan bahwa setiap warga negara indonesia agar dapat
mendapatkan perlakuan yang sama didalam hukum dan
pemerintahan.
2. HAK DAN KEWAJIABAN WARGA NEGARA MENURUT UUD
1945 HAK KESETARAAN DALAM HUKUM
PEMERINTAHAN
A. Hak dan kewajiban warga negara menurut uud 1945
hak kesetaraan dalam hukum pemerintahan

Selain memuat aturan dalam bernegara, UUD 1945 juga mengatur hak dan
kewajiban warga negara hingga ke tingkat individu. Semua itu mengikat dan
tercantum dalam sejumlah pasal dalam UUD 1945.

Dalam laman mkri.id, Prof. Dr. Notonagoro menyebutkan, hak dan


kewajiban warga negara Indonesia tercantum dalam pasal 25 hingga 35 UUD
1945.

Hak warga negara menurut UUD 1945 meliputi:


1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
(pasal 27 ayat 2).
2. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.”(pasal 28A).
3. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).
4. Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan Berkembang”
5. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi
kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
6. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C
ayat 2).
7. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
8. Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk
tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal
28I ayat 1).

Sementara Kewajiban Warga Negara menurut UUD 1945 meliputi:

1. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi : segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
2. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD
1945 menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara”.
3. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan : Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang
lain.
4. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 28J ayat 2 menyatakan: “Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.”
5. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30
ayat (1) UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”

DAFTAR PUSTAKA

Lutfi, J. H. realitas politik dan implementasi hukum. civic education.

Rosyada, D. (2007). pendidikan kewarganegaraan. jakarta selatan: civil


education.

Tutik, T. T. konstruksi hukum.

Anda mungkin juga menyukai