Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Nama : Achmad Dwi Putra


NPM : 2013710015

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai Warga Negara dan masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, yang pokok adalah bahwa setiap orang
haruslah terjamin haknya dan mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga terhindar
dari kemungkinan menjadi tidak berkewarganegaraan. Tetapi pada saat yang bersamaan,
setiap negara tidak boleh membiarkan seseorang memiliki dua status kewarganegaraan
sekaligus. Itulah sebabnya diperlukan perjanjian kewarganegaraan antara negara-negara
modern untuk menghindari status dwi-kewarganegaraan tersebut oleh karena itu
disamping pengaturan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan melalui proses
pewarganegaraan (naturalisasi) tersebut, juga diperlukan mekanisme lain yang lebih
sederhana, yaitu melalui regristrasi biasa.

B. RUMUSAN MASALAH
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antaralain :
1. Apa pengertian kewarganegaraan dan warga negara ?
2. Apa saja asas-asas kewarganegaraan ?
3. Apa unsur-unsur yang menentukan kewarganegaraan ?
4. Apa saja hak dan kewajiban warganegara ?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun Tujuan Penuliasan dalam makalah Kewarganegaraan sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian kewarganegaraan dan warga negara
2. Mengetahui saja asas-asas kewarganegaraan
3. Mengetahui unsur-unsur yang menentukan kewarganegaraan
4. Mengetahui hak dan kewajiban warganegara
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEWARGANEGARAAN
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol
satuanpolitik tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk
berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian
disebut warga negara.Seorang warga negara berhak memiliki paspor dari negara yang
dianggotainya.
Pengertian Kewarganegaraan juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosilogis
Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara
orang-orang dengan negara atau kewarganegaraan sebagai status legal. Dengan adanya
ikatan hukum itu menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu, bahwa orang tersebut
berada di bawah kekuasaan negara yang bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum
seperti akte kelahiran, surat pernyataan, bukti kewarganegaraan, dan lain-lain.
Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan adanya ikatan
hukum, tetapi ikatan emosional seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib,
dan lain-lain. Dengan kata lain ikatan ini lahir dari penghayatan orang yang
bersangkutan.
2. Kewarganegaran dalam arti formal dan material
Kewarganegaraan dalam arti formal menunjuk pada tempat kewarganegaraan
dalam sistematika hukum. Masalah kewarganegaraan atau ha ikhwat mengenai warga
negara berada pada hukum publik. Hal ini karena kaidah-kaidah mengenai negara dan
warga negara semata-mata bersifat publik. Kewarganegaraan dalam arti material menujuk
pada akibat dari status kewarganegaraan, yaitu adanya ahak dan kewajiban serta
partisipasi warga negara. Kedudukan seseorang sebagai warga negara akan berbeda
dengan kedudukan seseorag sebagai orang asing.
B. PENGERTIAN KEWARGANEGARAAN MENURUT PARA AHLI
1. Daryono
Kewarganegaraan adalah isi pokok yang mencakup hak dan kewajiban warga
Negara. Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan politik
tertentu (secara khusus : Negara ) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi
dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga
Negara.
2. Wolhoff
Kewarganegaraan ialah keanggotaan suatu bangsa tertentu yakni sejumlah
manusia yang terikat dengan yang lainnya karena kesatuan bahasa kehidupan social-
budaya serta kesadaran nasionalnya. Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan
kebangsaan yang membedakana adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada
kemungkinan untuk memiliki kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh
secara hokum berpartisispasi dalam politik). Juga dimungkinkan untuk memiliki hak
politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara.
3. Ko Swaw Sik ( 1957 )
Kewarganegaraan ialah ikatan hukum antara Negara dan seseorang. Ikatan itu
menjadi suatu “kontrak politis” antara Negara yang mendapat status sebagai Negara yang
berdaulat dan diakui karena memiliki tata Negara.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan . didalam pengertian
ini, warga suatu kota atau kapubaten disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten,
karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini
menjadi penting, karena masing-masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya
social) yang berbeda-beda bagi warganya.
4. Graham Murdock ( 1994 )
Kewarganegaraan ialah hak untuk berpartisipasi secara utuh dalam berbagai pola
struktur social, politik dan kehidupan kultural serta untuk membantu menciptakan
bentuk-bentuk yang selanjutnya dengan begitu maka memperbesar ide-ide.
5. R. Parman
Kewarganegaraan ialah suatu hal-hal yang berhubungan dengan penduduk suatu
bangsa
6. Soemantri
Kewarganegaraan ialah sesuatu yang berhubungan dengan manusia sebagai
individu dalam suatu perkumpulan yang terorganisir dalam hubungan dengan Negara.
7. Mr. Wiyanto Dwijo Hardjono, S.Pd.
Kewarganegaraan ialah keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu
(secara khusus:Negara) yang dengannya membawa hak untuk berprestasi dalam
kegiatan-kegiatan politik.
8. Stanley E. Ptnord dan Etner F.Peliger
Kewarganegaraan ialah studi yang berhubungan dengan tugas-tugas pemerintahan
dan hak-kewajiban warga Negara.
9. Pengertian Warga Negari
Warga Negara adalah bagian dari penduduk suatu Negara. Warga Negara
memiliki hubungan dengan negarannya. Istilah warga Negara merupaka terjemahan kata
citizen(inggris). Kata citizen secara etimologis berasal dari bangsa romawi yang pada
waktu itu berbahasa latin, yaitu kata “civis” atau “civitas” yang berarti anggota warga
dari city-state. Seorang warga negara ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Dan Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh
Kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan.
C. PENENTUAN WARGA NEGARA
Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, suatu negara tidak boleh melanggar
prinsip-prinsip internasional dalam hal penentuan kewarganegaraan. Asas-asas tersebut
adalah :
a. Suatu negara tidak boleh memasukkan orang-orang yang tidak ada hubungannya
sedikitpun dengan negaranya, misalnya Indonesia tidak bisa mengangkat orang-
orang yang tinggal di kutub selatan sebagai warga negaranya.
b. Suatu negara tidak boleh menentukan kewarganegaraan berdasarkan unsur-unsur
primordial yang dirasakan bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum umum.
Misalnya, Indonesia tidak dapat menyatakan bahwa yang dapat menjadi warga
negara Indonesia adalah orang-orang yang beragama islam saja, atau orang dari
suku jawa saja.
Penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal dengan dua asas :
a. Asas Ius Soli, yaitu asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang di
tentukan dari tmpat di mana orang tersebut dilahirkan.
b. Asas Ius Sangunis, yaitu asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan
seseorang ditentukan berdasar keturunan dari orang tersebut. (kewarganegaraan
orang tua)
Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada aspek perkawinan
yang mencakup asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat.
1. Asas Persamaan Hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan
yang tidak terpecah sebagai inti dari masyarakat. Berdasarkan asas ini diusahakan status
kewarganegaraan suami dan istri adalah sama dan satu.
2. Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawian tidak menybabkan perubahan
status kewarganegaan suami atau istri. Keduanya memiliki hak yang sama untuk
menentukn sendiri kewarganegaraan, jadi mereka dapat berbeda kewarganegaraan,
seperti hanya ketika belum berkeluarga.

D. UNSUR-UNSUR YANG MENENTUKAN KEWARGARNEGARAAN


1. Karena kelahiran.
2. Karena pengangkatan.
3. Karena dikabulkannya permohonan.
4. Karena pewarganegaraan.
5. Karena perkawinan.
6. Karena turut ayah dan atau ibu

E. STATUS KEWARGANEGARAAN
1. Warga Negara Indonesia (selanjutnya disingkat WNI) adalah:
a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau
berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain
sebelum Undang-undang no. 12 tahun 2006 berlaku, telah menjadi Warga Negara
Indonesia;
b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI;
c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu Warga
Negara Asing ( selanjutnya disingkat WNA )
d. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan ibu WNI;
e. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang seorang ibu WNI, tetapi
ayahnya tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut;
f. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia
dari perkawinan yang sah dan ayahnya itu seorang WNI;
g. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari ibu WNI;
h. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh
seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak
tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin;
i. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir
tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
j. Anak yang baru lahir yang ditemukan diwilayah negara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
k. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya
tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;
l. Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari ayah dan
ibu WNI yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;
m. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

2. Selain itu, tetap diakui pula sebagai Warga Negara Indonesia bagi:
a. Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun dan
belum kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing;
b. Anak WNI yang belum berusia 5 tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh
warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan.
3. Kewarganegaraan juga diperoleh bagi anak sebagai berikut:
a. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat
tinggal di wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan
Indonesia
b. Anak WNA yang belum berusia 5 tahun yang diangkat anak secara sah menurut
penetapan pengadilan sebagai anak oleh Warga Negara Indonesia.
Disamping status kewarganegaraan diperoleh melalui cara di atas, dimungkinkan pula
perolehan Kewarganegaraan Republik Indonesia melalui proses pewarganegaraan. WNA
yang kawin secara sah dengan WNI dan telah tinggal diwilayah negara Republik
Indonesia sedikitnya 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak berturut-turut, juga dapat
memperoleh Kewarganegaraan Indonesia dengan menyampaikan pernyataan menjadi
warganegara dihadapan Pejabat yang berwenang. Perolehan kewarganegaraan melalui
kedua proses ini tidak boleh mengakibatkan berkewarganegaraan ganda.
4. Dwikewarganegaraan terbatas
Khusus bagi anak sebagaimana kriteria diatas, dalam hal status Kewarganegaraan
Indonesia bagi anak tersebut berakibat anak berkewarganegaraan ganda, maka setelah
berusia 18 tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu
kewarganegaraannya. Pernyataan ini harus disampaikan secara tertulis selambat-
lambatnya 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 tahun atau sudah kawin (Pasal 60
Peraturan Pemerintah no. 2 tahun 2007). Apabila anak tersebut tidak mengajukan
pernyataan memilih kewarganegaraan Indonesia, termasuk akibat lali, maka
kewarganegaraan Indonesia-nya menjadi gugur sejak ia berusia 21 tahun atau 3 tahun
sejak menikah. Ia diwajibkan untuk mengembalikan kepada Pemerintah RI segala
keputusan, dokumen atau surat lain yang membuktikan identitas anak sebagai WNI
dalam waktu 14 hari sejak ia kehilangan kewarganegaraan Indonesia tersebut. (lihat Ps.
65 PP no. 2/2007)
5. Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia
WNI kehilangan kewarganegaraannya jika yang bersangkutan:
a. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;
b. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang
yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;
c. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya
sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat
tinggal di luarnegeri, dan dengan dinyatakan hilang kewarganegaraan RI tidak
menjadi tanpa kewarganegaraan;
d. Masuk kedalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;(tidak
berlaku bagi mereka yang mengikuti program pendidikan dinegara lain yang
mengharuskan wajib militer);
e. Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas
semacam itu di Indonesia sesuai peraturan perundang-undangan hanya dapat
dijabat oleh WNI;
f. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara
asing atau bagian dari negara asing tersebut;
g. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang besifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing;
h. Mempunyai paspor atau surat bersifat paspor dari negara asing atau surat yang
dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari
negaralain atas namanya; atau
i. Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima)
tahun terus menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan
dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi WNI
sebelum jangka waktu 5 tahun itu berakhir, dan setiap 5 tahun berikutnya yang
bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi WNI kepada
Perwakilan RI yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan
padahal Perwakilan RI tersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada yang
bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan.
Kehilangan kewarganegaraan Indonesia dapat terjadi pula akibat perkawinan
dikarenakan bekerjanya hukum kewarganegaraan negara pasangannya tersebut. Bagi
mereka ini, jika ingin tetap berkewarganegaraan Indonesia, dapat mengajukan
pernyataan tertulis kepada Pejabat atau Perwakilan RI kecuali berakibat
berkewarganegaraan ganda.
F. MASALAH KEWARGANEGARAAN
Masalah kewarganegaraan disini meliputi :
1. Apatride
Apatride adalah adanya seorang penduduk yang sama sekali tidak mempunyai
kewarganegaraan.
Contohnya : Anda warga negara A (ius soli) lahir di negara B (ius sanguinus) maka
Anda tidaklah menjadi warga negara A dan juga Anda tidak dapat menjadi warga
negara B. Dengan demikian Anda tidak mempunyai warga negara sama sekali.
2. Bipatride
Bipatride adalah seorang penduduk yang mempunyai dua kewarganegaraan
sekaligus (kewarganegaraan rangkap).
Contohnya : Anda keturunan bangsa B (ius sanguinus) lahir di bangsa B maka Anda
dianggap sebagai warga negara B akan tetapi negara A juga menganggap warga
negaranya karena berdasarkan tempat lahir Anda
3. Multipatride
Seseorang yang memiliki kewarganegaraan lebih dari dua.

G. KARAKTERISTIK WARGA YANG DEMOKRAT


Ada beberapa karakteristik bagi warga negara yang disebut sebagai warga yang
demokrat. Yakni antara lain :
1. Rasa Hormat Dan Tanggung Jawab
Sebagai warga negara yang demokratis, hendaknya memiliki rasa hormat terhadap
sesama warga negara terutama dalam konteks adanya pluralitas masyarakat Indoneesia
yang terdiri dari berbagai etnis, suku, ras, keyakinan, agama, dan ideologi politik.
Selain itu, sebagai warga negara yang demokrat, seorang warganegara juga dituntut
untuk turut bertanggung jawab menjaga keharmonisan hubungan antar etnis serta
keteraturan dan ketertiban negara yang berdiri diatas pluralitas tersebut.
2. Bersikap Kritis
Warga negara yang demokrat hendaknya selalu bersikap kritis, baik terhadap
kenyataan empiris (realitas soaial, budaya, dan politik) maupun terhadap kenyataan supra
empiris (agama, mitologi, kepercayaan). Sikap kritis juga harus ditunjukkan pada diri
sendiri. Sikap kritis pada diri sendiri itu tentu disertai sikap kritis terhadap pendapat yang
berbeda. Tentu saja sikap kritis ini harus didukung oleh sikap yang bertanggung jawab
terhadap apa yang harus dikritisi.
3. Membuka Diskusi Dan Dialog
Perbedaan pendapat dan pandangan serta perilaku merupakan realitas empirik yang
pasti terjadi di ditengah komunitas warga negara, apalagi ditengah komunitas masyarakat
yang plural dan multi etnik. Untuk meminimalisasikan konflik yang ditimbulkan dari
perbedaan tersebut, maka membuka ruang untuk berdikusi dan berdialog merupakan
salah satu solusi yang bisa digunakan. Oleh karenanya, sikap membuka diri untuk
berdialog dan diskusi merupakan salah satu ciri sikap warga negara yang demokrat.
4. Bersifat Terbuka
Sikap terbuka merupakan bentuk penghargaan terhadap kebebasan sesama manusia,
termasuk rasa menghargai terhadap hal-hal yang tidak biasa atau baru serta pada hal-hal
yang mungkin asing. Sikap terbuka yang didasarkan atas kesadaran akan pluralisme dan
keterbatasan diri akan melahirkan kemampuan untuk menahan diri dan tidak secepatnya
menjatuhkan penilaian dan pilihan.
5. Rasional
Bagi warga negara yang demokrat, memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan
secara bebas dan rasional adalah sesuatu hal yang harus dilakukan. Keputusan-keputusan
yang diambil secara rasional akan mengantarkan sikap yang logis yang ditampilkan oleh
warga negara. Sementara, sikap dan keputusan yang diambil secara tidak rasional akan
membawa implikasi emosional dan cenderung egois. Masalah-masalah yang terjadi di
lingkungan warga negara, baik persoalan plitik, budaya, sosial, dan sebagainya,
sebaiknya dilakukan dengan keputusan-keputusan yang rasional.
6. Adil
Sebagai warga negara yang demokrat, tidak ada tujuan baik, yang patut diwujudkan
dengan cara-cara yang tidak adil. Penggunaan cara-cara yang tidak adil merupakan
bentuk pelanggaran hak asasi dari orang yang diperlakukan tidak adil., dengan semangat
keadilan, maka tujuan-tujuan bersama bukanlah suatu yang didektekan akan tetapi
ditawarkan. Mayoritas suara bukanlah diatur tetapi diperoleh.
7. Jujur
Memiliki sifat dan sikap yang jujur bagi warga negara merupakan sesuatu yang mutlak.
Kejujuran merupakan kunci bagi terciptanya keselarasan dan keharmonisan hubungan
antar warga negara. Sikap jujur bisa diterapkan disegala sektor, baik politik, sosial, dan
sebagainya. Kejujuran politik adalah bahwa, kesejahteraan warga negara merupakan
tujuan yang ingin dicapai, yaitu kesejahteraan dari masyarakat yang memilih para politisi.
Ketidak jujuran politik adalah seorang politisi mencari keuntungan bagi dirinya sendiri
atau mencari keuntungan demi partainya, karena partai itu penting bagi kedududukanya.
Beberapa karakteristik warga yang demokrat diatas, merupakan sikap dan sifat yang
seharusnya melekat pada seorang warga negara. Hal ini akan menampilkan sosok warga negara
yang otonom, yakni mampu mempengarui dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
ditingkat lokal secara mandiri. Sebagai warga negara yang otonom, ia mempunyai karakteristik
lanjutan sebagai berikut :
1. Memiliki kemandirian. Mandiri berarti tidak mudah dipengaruhi atau dimobilisasi, teguh
pendirian, dan bersikap kritis pada segenap keputusan publik.
2. Memiliki tanggung jawab pribadi, politik, dan ekonomi sebagai warga negara, khususnya
dilingkungan masyarakat yang terkecil seperti RT, RW, Desa, dan seterusnya. Atau juga
dilingkungan sekolah dan perguruan tinggi.
3. Menghargai martabat manusia dan dan kehormatan pribadi. Menghargai berarti
menghormati hak-hak asasi dan privasi pribadi setiap orang tanpa membedakan ras,
warna kulit, golongan, ataupun warga negara yang lain.
4. Berpartisipasi dalam urusan kemasyarakatan dengan pikiran dan sikap yang santun.
Warga negara yang otonom secara efektif mampu mempengarui dan berpartisipasi dalam
proses-proses pengambilan kebijakan pada level sosial yang paling kecil dan lokal,
misalnya dalam rapat kepanitiaan, pertemuanrukun warta, termasuk juga mengawasi
kinerja dan kebijakan parlemen dan pemerintahan.
5. Mendorong berfungsinya demokrasi konstitusional yang sehat. Tidak ada demokrasi
tanpa aturan hukum dan konstitusi. Tanpa konstitusi, demokrasi akan menjadi anarkhi.
Karena itu, warga negara yang otonom harus melakukan empat hal untuk mewujudkan
demokrasi konstitusional, yaitu :
a. menciptakan kultur tat hukum yang sehat dan aktif. (culture of law).
b. Ikut mendorong proses pembuatan hukum yang aspiratif. (process of low
making).
c. Mendukung pembuatan-pembuatan materi-materi hukum yang responsif. (content
of law).
d. Ikut menciptakan aparat penegak hukum yang jujur dan bertanggung
jawab(structure of low).

H. CARA DAN BUKTI MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN INDONESIA


Adanya 5 prosedur atau metode perolehan status kewarganegaraan yaitu :
1. Citizenship by birth, yaitu pewarganegaraan berdasarkan kelahiran di mana setiap
orang yang lahir di wilayah suatu negara, dianggap sah sebagai warga negara yang
bersagkutan. Asas yang dianut adalah ius soli.
2. Citizenship by descent, yaitu pewarganegaraan berdasarkan keturunan di mana
seorang yang lahir di luar wilayah suatu negara dianggap sebagai warga negara
karena keturunan apabila pada waktu yang bersangkutan dilahirkan keduanya
adalah warga negara tersebut. Asas yang dipakai disini adalah ius sanguinis.
3. Citizenship by naturalisation, yaitu pewarganegaraan orang asing yang atas
kehendak sadarnya sendiri mengajukan pewrmohonan untuk menjadi warga negara
dengan memenuhi segala persyaratan yang ditentukan untuk itu.
4. Citizenship by registration, yaitu pewargganegaraan bagi mereka yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu dianggap cukup dilakukan melalui prosedur
administrasi pendaftaran ulang yang lebih sederhana dibandingkan dengan metode
naturalisasi yang lebih rumit.
5. Citizenship by incorporation of territory, yaitu proses pewarganegaraan karena
terjadinya perluasan wilayah negara.
I. BUKTI MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN INDONESIA

• Akta kelahiran
• Surat bukti kewarganegaraan (kutipan pernyataan sah buku catatan pengangkatan anak
asing)
• Surat bukti kewarganegaraan (petikan keputusan Presiden) krn
permohonan/pewarganegaraan
• Surat bukti kewarganegaraan (surat edaran menteri kehakiman…)
J. HAK DAN KEWAJIBAN WARGANEGARA
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara dan
negara pada umumnya berupa peranan (role).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indonesia
tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.
Hak Warga Negara Indonesia :
1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
2. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
3. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(pasal 28B ayat 1).
4. Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang”
5. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
6. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
7. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
8. Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak
untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).
Kewajiban Warga Negara Indonesia :
1. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi : segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara”.
3. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan : Setiap
orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain
4. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat
2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.”
5. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD
1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.”
Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30, yaitu :
1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga
negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan
undang-undang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat
(2), taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan,
dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan
negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuanpolitik tertentu
(secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam
kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga Negara
Penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal dengan dua
asas yaitu Asas Ius Soli dan Asas Ius Sangunis
Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada aspek
perkawinan yang mencakup asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat
Unsur-unsur yang menentukan kewargarnegaraan adalah karena kelahiran, karena
pengangkatan, karena dikabulkannya permohonan, karena pewarganegaraan, karena
perkawinan, dan karena turut ayah dan atau ibu
Hak dan kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, 30

B. SARAN
Semoga dengan dibuatnya makalah ini kita bisa menambah wawasan pengetahuan kita,
kita tahu apa itu kewarganegaraan dan bagaimana pentingnya keawarganegaraan. Dan
semoga kita bisa lebih kritis lagi dalam menyikapinmasalah kewarganegaraan. Dan juga
sebagai warga negara yang baik kita harus memiliki kewarganwgaraan yang jelas sesuai
dengan undang-undang yang berlaku. Selain itu sudah sewajarnya kita sebagai warga
negara harus memenuhi hak dan kewajiban kita.
\
DAFTAR PUSTAKA

http://www.indonesianembassy.org.uk/consular/consular_wni_kewarganegaraan.html
http://zolopox.blogspot.com/2009/12/karakteristik-warga-negara-yang.html
http://3yoo

Anda mungkin juga menyukai