Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

“Kewarganegaraan”

Dosen Pengampu:
Anta Rini Utami, S.H., M.H.

Disusun oleh:
KELOMPOK 4

Fachrizan pasaribu (2105101050026)

Muhammad Azfa Hanan (

Mahda silvia (2105101050031)

Muhammad Fachreal silva (

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
2021/202
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayat-Nya, Kami
dapat menyelasaikan tugas makalah “Kewarganegaraan” dengan baik dan tepat waktu.
Shalawat serta salam tak lupa kami sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW beserta para
sahabat dan pengikutnya yang setia.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari ibu Anta Rini Utami, S.H., M.H. selaku
dosen untuk mata kuliah Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan. Makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga para penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Anta Rini Utami, S.H., M.H selaku dosen
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, dan semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami sadar sepenuhnya, bahwa makalah yang kami buat ini masih
banyak kekurangan baik dalam tata bahasa maupun dari segi susunan kalimat. Maka dari itu,
Kami menerima dengan lapang dada segala saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Banda aceh, 06 Oktober 2021

Tim penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Warga negara merupakan salah satu hal terpenting bagi keberadaan suatu negara, mereka
harus mendapat jaminan hukum dan jaminan hukum yang memadai dari negara. Sebagaimana
dikemukakan para ahli, sudah menjadi fakta umum bahwa syarat-syarat untuk mendirikan negara
yang merdeka sekurang-kurangnya harus memiliki tiga syarat, yaitu adanya wilayah, adanya
orang tetap (warga negara), adanya pemerintahan yang berdaulat dan adanya pengakuan oleh
negara lain. Seorang warga negara Indonesia harus mendapat jaminan perlindungan dan jaminan
hukum atas hak-hak yang dimilikinya, serta kewajiban yang dimilikinya sebagai warga negara.
Penetapan warga negara Republik Indonesia ditetapkan berdasarkan perjanjian
kewarganegaraan pada Konferensi Meja Bundar (KMB) di Belanda pada tanggal 27 Desember
1949, selanjutnya diberlakukan kembali aturan kewarganegaraan yang diatur dalam Undang-
Undang No. 3 tahun 1946, maka aturan tentang kewarganegaraan, UU no. 62 Tahun 1958
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan pada makalah ini,
yaitu:
1. Apa Pengertian Kewarganegaraan?
2. Bagaimana sejarah kewarganegaraan?
3. Bagaimana Penentuan Kewarganegaraan?
4. Apa saja Persoalan Kewarganegaraan?
5. Apa saja Hak Dan Kewajiban Warga Negara?
6. Bagaimana Ketentuan Undang-Undang Mengenai Warga Negara Indonesia?
1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui perngertian kewarganegaraan.
2. Untuk mengetahui sejarah kewarganegaraan.
3. Untuk mengetahui penentuan kewarganegaraan.
4. Untuk mengetahui persoalan kewarganegaraan.
5. Untuk mengetahui Hak dan Kewajiban sebagai warga negara.
6. Untuk menegetahui ketentuan undang-undang mengenai warga negara Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kewarganegaraan


Kewarganegaraan dikenal dengan kata citizenship, artinya keanggotaan yang
menunjukan hubungan atau ikatan negara dengan warga negara. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, warga negara adalah penduduk dalam sebuah negara berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran. Mereka punya hak dan kewajiban penuh sebagai warga di negara itu. Warga Negara
adalah yang menjadi bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara, dahulu disebut
kawula negara, sekarang lazim disebut warganegara. Sesuai dengan kedudukannya sebagai orang
yang merdeka. Dia bukan lagi hamba, melainkan peserta, anggota atau warga dari suatu negara.
Kewarganegaraan menunjukan kebebasan dan warga negara memiliki hak, tugas, dan tanggung
jawab tertentu. Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua , yaitu:
1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis.
1) Kewarganegaraan dalam arti yuridis merupakan Kewarganegaraan yang ditandai
dengan adanya ikatan hukum antara orang-orang dengan negara. Adanya ikatan
hukum itu menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu, yaitu orang tersebut berada
di bawah kekuasaan negara yang bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum
tersebut antara lain akta kelahiran, surat pernyataan, dan bukti kewarganegaraan.
2) Kewarganegaraan dalam arti sosiologis merupakan kewarganegaraan yang tidak
ditandai dengan ikatan hukum. Akan tetapi ditandai dengan ikatan emosional,
seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan
tanah air. Dengan kata lain, ikatan ini lahir dari penghayatan warga negara yang
bersangkutan
2. Kewarganegaraan dalam arti formil dam materiil.
1) Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukan pada tempat kewarganegaraan.
2) Kewaarganegaran dalam arti materiil, menunjuk pada akibat hokum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga Negara.
2.2 Sejarah Kewarganegaraan
Konsep kewarganegaraan pertama kali muncul di kota-kota Yunani Kuno. Ini sebagai reaksi
ketakutan soal berbudakan. Di Yunani mengembangkan konsep demokrasi langsung. Setiap
warga negara berperan secara aktif dalam menentukan nasibnya maupun kehidupan
masyarakatnya.   Setiap warga negara di Kota Yunani berhak dalam kehidupan demokratis
dengan memilih wakil-wakil rakyat secara resmi. Selain itu dalam kegiatan rutin sehari-hari
dalam persoalaan administrasi dan hukum.  Bangsa Romawi pertama kali menggunakan
kewarganegaraan sebagai alat untuk membedakaan penduduk Kota Roma dari orang-orang yang
wilayahnya telah ditaklukan dan disatukan oleh Roma. Ketika kekaisaran terus tumbuh, orang-
orang Romawi memberikan kewarnegaraan kepada sekutu di seluruh Italia dan di provinsi
Romawi lainnya. Kewarganegaraan di Romawi memberikan hak hukum penting di dalam
kekaisaran.

2.3 Penentuan Kewarganegaraan


Asas kewarganegaraan adalah dasar hukum bagi kewarganegaraan untuk penduduk (warga)
sebuah negara. Orang yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau
wewenang negara lain. Negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum kepada
orang yang bukan warga negaranya.
Dalam penentuan kewarganegaraan seseorang, dikenal ada 3 unsur yang menentukan
kewarganegaraannya, yaitu:
1. Ius Sanguinis
Asas ius sanguinis atau asas keturunan yang menetapkan kewarganegaraan seseorang
menurut keturunan atau pertalian darah. Artinya, kewarganegaraan anak bergantung pada
orang tuanya meskipun anak tersebut lahir di negara lain (bukan kewarganegaraan orang
tuanya). Misalkan, seorang anak dilahirkan di negara B yang menganut asas ius sanguinis,
sedangkan orang tuanya warga negara A, maka anak tersebut tetap menjadi warga negara A.
Contoh Negara dengan Sistem Asas Kewarganegaraan Ius Sanguinis
:Belanda, Belgia, Bulgaria, Korea Selatan, Kroasia, Inggris, Irlandia, Islandia, India, Italia,
Jepang, Jerman, Polandia, Portugal, Republik Ceko, Rusia,Spanyol, dan Serbia.

2. Ius Soli

Asas ius soli atau asas tempat kelahiran yang menetapkan kewarganegaraan seseorang


menurut tempat kelahirannya. Artinya kewarganegaraan anak akan diberikan jika anak
tersebut lahir di negara yang menganut asas ius soli. Misalnya, seorang anak harus menjadi
warga negara B karena lahir di negara B, meskipun orang tuanya warga negara A. Contoh
Negara dengan Sistem Asas Kewarganegaraan Ius Soli: Argentina, Amerika Serikat,
Brazil, Bangladesh,
Kanada, Kamboja, Kolombia, KostaRika,Panama, Peru, Pakistan, Paraguay,Grenada, Guate
mal, dan Guyana.

3. Asas Naturalisasi (pewarganegaraan)

Meskipun orang tidak dapat memenuhi dua prinsip di atas,namun dapat juga memperoleh
kewarganegaraan dengan jalan pewarganegaraan atau naturalisasi. Setiap Negara memiliki
mekanisme tersendiri terkait dengan naturalisasi ini.

Selain dari sisi kelahiran, penentuan asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat.

a. Asas persamaan hokum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan
yang tidak terpecah sebagai inti dari masyarakat. Dalam menyelenggarakan kehidupan
bersama, suami istri perlu mencerminkan suatu kesatuan yang bulat termasuk dalam
masalah kewarganegaraan. Berdasarkan asas ini diusahakan status kewarganegaraan
suami dan istri adalah sama dan satu.
b. Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan
perubahan status kewarganegaraan suami dan istri. Keduanya memiliki hak yang sama
untuk menentukan sendiri kewarganegaraan. Jadi, mereka dapat berbeda
kewarganegaraan seperti halnya ketika belum berkeluarga.
2.4 Persoalan kewarganegaraan

Persoalan kewarganegaraan yang dapat terjadi ialah munculnya apatride bipatride dan
multipatride.

1) Apatride adalah seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Bisa terjadi jika anak
lahir di negara B yang menganut asas ius sanguinis sedangkan orang tua berasal dari
negara A. Si anak tidak mendapat kewarganegaraan negara B karena lahir dari orang tua
yang bukan warga negara B. Anak juga tidak mendapat kewarganegaraan orang tuanya
(negara A) karena tidak lahir di negara A (ius soli – berdasarkan tempat lahir).
2) Bipatride adalah seseorang yang memiliki dua kewarganegaraan (kewarganegaraan
ganda) yang bisa terjadi karena anak lahir di negara A yang menganut asas
kewarganegaraan ius soli (tempat kelahiran), namun orang tuanya warga negara B yang
menganut asas ius sanguinis. Anak tersebut akan mendapat 2 kewarganegaraan dari
negara A berdasarkan tempat lahir dan dari negara B karena faktor keturunan.
3) Multipatride adalah seseorang yang memiliki 2 atau lebih kewarganegaraan. Hal ini bisa
terjadi jika bipatride menerima juga pemberian status kewarganegaraan lain ketika dia
telah dewasa, namun tidak melepaskan status kewarganegaraan yang lama.
2.5 Hak Dan Kewajiban Warga Negara

Anda mungkin juga menyukai