Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN


Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu: Uyun Asalina, M.PD.

Disusun Oleh:

1. Kholifatul Rokhimah (2250410037)


2. Debby Anasshafira Putri (2250410038)
3. Anisa Fatmawati (2250410053)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat serta hidayahnya sehinga kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Warga Negara Dan Kewarganegaraan” tepat pada waktunya.

Adapun makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Kami juga berharap makalah ini bisa bermanfaat
untuk pembaca dan teman-teman, khususnya dalam memperluas wawasan dan
ilmu pengetahuan tentang Warga Negara Dan Kewarganegaraan.

Makalah ini disusun sebagai bentuk proses belajar mengembangkan


kemampuan mahasiswa. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kami mengharap kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak agar dapat menjadi bekal dalam
pembuatan makalah kami dikemudian hari dengan lebih baik lagi.

Atas perhatiannya, kami ucapkan terimakasih.

Kudus, 29 Maret 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1.Latar Belakang ...............................................................................................1

1.2.Rumusan Masalah ..........................................................................................1

1.3.Tujuan Masalah ..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

2.1. Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan .........................................3

2.2. Konsep Dasar Warga Negara ........................................................................6

2.3. Asas Penentu Status Kewarganegaraan .........................................................7

2.4. Kehilangan Kewarganegaraan dan Memperoleh Kembali Status


Kewarganegaraan .................................................................................................9

BAB III PENUTUP ..............................................................................................11

3.1. Kesimpulan ..................................................................................................11

3.2. Saran ............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Warga negara adalah warga yang memiliki arti anggota. Warga negara
merupakan anggota dari sebuah komunitas dan organisasi kekuasaan yang
disebut negara. Warga negara adalah setiap orang yang menurut undang-
undang termasuk sebagai warga negara.

Sementara itu secara terminologis kewarganegaraan (citizenshif) yang


memiliki hal sering dirancunkan dengan ilmu kewarganegaraan (civics) dan
pendidikan kewargaanegaaran (civic education). Perbedaan antara ketiga itu
terletak pada substansi harapannya dimana kewarganegaraan lebih ditekankan
pada persoalan status seseorang sebagai warga negara dan dengan kejelasan
status orang akan memiliki hak dan kewajiban yang jelas pula dalam
kehidupan orangnya.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian warga negara dan kewarganegaraan?
2. Bagaimana konsep dasar tentang warga negara?
3. Bagaimana asas penentu status kewarganegaraan
4. Apa yang dimaksud dengan kehilangan kewarganegaraan dan juga
bagaimana memperoleh kembali status kewarganegaraan?

1.3.Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian warga negara dan kewarganegaraan.
2. Untuk mengetahui konsep dasar tentang warga negara.
3. Untuk mengetahui asas penentu status kewarganegaraan.
4. Untuk mengetahui kehilangan kewarganegaraan dan memperoleh kembali
status kewarganegaraan.

1
2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan


Warga negara merupakan orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk
yang menjadi unsur negara. Istilah ini dahulu biasanya disebut hamba atau
kawula negara. Akan tetapi istilah warga negara lebih sesuai dengan
kedudukannya sebagai anggota atau warga dari suatu negara, yakni suatu
anggota yang didirikan dengan kekuatan bersama, atas dasar tanggung jawab
bersama dan untuk kepentingan bersama pula. 1
Kata warga negara berasal dari bahasa inggris, citizen, yang berarti sesame
penduduk dan orang setanah air. Warga negara adalah mereka yang menjadi
bagian dari penduduk yang menjadi bagian dari negara itu sendiri.
Pengertian warga negara menurut beberapa ahli :
1. A.S. Hakim, Pengertian warga negara merupakan terjemahan dari kata
“citizenship”, yaitu anggota masyarakat yang membentuk negara itu
sendiri.
2. Koerniatmanto S., Mendefinisikan warga negara sebagai anggota negara,
warga negara memliki kedudukan yang istimewa dibandingkan dengan
negaranya. Ia memiliki hubungan timbal balik hak dan kewajiban terhadap
negaranya.
3. Austin Ranney, Warga negara adalah orang yang secara resmi berstatus
anggota penuh negara.
4. UU No. 62 Tahun 1958, Menyatakan bahwa warga negara Republik
Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan
atau perjanjian-perjanjian dan atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak

1
Titik Triwulan Tutik. Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia pasca amandemen UUD 1945.
(Jakarta: Kencana, 2015). Hal 303.

3
proklamasi 17 agustus 1945 sudah menjadi warga negara Republik
Indonesia.2
Mengenai siapa saja yang termasuk sebagai Warga Negara Indonesia, diatur
dalam Pasal 4 UU Nomor 12 Tahun 2006, yang menegaskan: 3
a) Setiap orang yang sebelum UU ini disahkan sudah menjadi Warga Negara
Indonesia;
b) Anak lahir dari perkawinan sah seorang ayah dan ibu WNI;
c) Anak lahir dari perkawinan sah dari seorang ayah WNI dan ibu WNA;
d) Anak lahir dari perkawinan sah dari seorang ayah WNA dan ibu WNI;
e) Anak lahir di luar perkawinan sah dari seorang ibu WNI, tetapi ayahnya
tidak punya status kewarganegaraan atau hukum negara asal tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak itu;
f) Anak yang lahir 300 hari setelah ayah meninggal dari perkawinan sah dan
ayahnya WNI;
g) Anak lahir di luar perkawinan sah dari seorang ibu WNI;
h) Anak lahir di luar perkawinan sah dari seorang ibu WNA, yang diakui oleh
seorang ayah WNI sebagai anaknya dan belum usia 18 tahu atau belum
kawin;
i) Anak yang lahir di wilayah NKRI, yang tidak jelas status
kewarganegaraan ayah dan ibunya;
j) Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah NKRI, selama ayah dan
ibunya tidak diketahui;
k) Anak yang lahir di wilayah NKRI, apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan;
l) Anak yang dilahirkan di luar wilayah NKRI dari seorang ayah dan ibu
WNI, karena negara tempat anak itu lahir memberikan ke- warganegaraan
anak yang yang bersangkutan;

2
Wahyu Widodo, dkk,. Pendidikan Kwarganegaraan. (Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, 2015).
Hal 48-49.
3
Suparlan al- Hakim, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia. (Malang:
Madani, 2016). Hal 108.

4
m) Anak dari seorang ayah atau ibu yang dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, tetapi ayah dan ibu tersebut meninggal dalam
keadaan belum mengucapkan sumpah dan jani setia;

Kewarganegaraan dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah hal yang


berhubungan dengan warga negara dan keanggotaan sebagai warga negara.
Sedangkan menurut Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Dalam bahasa inggris,
Kewarganegaraan dikenal dengan kata citizhenship, yang artinya keanggtaan
yang menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara dengan warga
negara.4
Kewarganegaraan mengacu pada seperangkat karakterisitik warga negara.
Karakteristik kewarganegaraan yaitu :
a) Kewarganegaraan berarti seseorang memiliki identitas atau status dalam
lingkup nasional.
b) Kewarganegaraan berarti memiliki hak dan kewajiban terhadap negara,
begitupun sebaliknya.
c) Berpartisipasi dalam kehidupan negaranya.
d) Kewarganegaraan berarti memungkinkan mereka untuk berbagi dengan
warga negara lain, meningkatkan penerimaan nilai-nilai sosial umum yang
berlaku di negara.
Pengertian kewarganegaraan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis
• Kewarganegaraan dalam pengertian hukum ditandai dengan ikatan
hukum antara orang dengan negara, atau kewarganegaraan sebagai
status hukum. Adanya kewajiban hukum menimbulkan akibat hukum
tertentu, orang tersebut tunduk pada negara masing-masing. Bukti
ikatan hukum seperti akte kelahiran, surat pernyataan, akte
kewarganegaraan dan lain-lain.

4Abdul Latief, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan. (Sulawesi Selatan: Yayasan Ahmar Cendekia
Indonesia, 2019). Hal 63.

5
• Kewarganegaraan dalam pengertian sosiologis dicirikan bukan oleh
ikatan hukum tetapi oleh ikatan emosional seperti perasaan, keturunan,
takdir, dll. Dengan kata lain, hubungan ini muncul dari penghayatan
orang yang bersangkutan.
2. Kewarganegaraan dalam arti formal dan material
• Kewarganegaraan dalam arti formal adalah kedudukan warga negara
dalam sistem hukum. Masalah kewarganegaraan atau hak terkait
kewarganegaraan adalah masalah hukum publik. Memang, prinsip-
prinsip tentang negara dan warga negara murni bersifat publik.
• Kewarganegaraan dalam arti material mengacu pada konsekuensi
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban serta partisipasi
warga negara. Kedudukan seseorang sebagai warga negara akan
berbeda dengan kedudukan seseorang sebagai orang asing.5

2.2. Konsep Dasar Warga Negara


Dalam kehidupan sehari-hari, istilah warga negara sering disamakan
dengan rakyat atau penduduk. Bukan demikian, dalam konteks ini perlu
dijelaskan arti dari masing-masing dan perbedaannya.6

1. Penduduk
Adalah orang yang tinggal di daerah tertentu di negara itu untuk
jangka waktu tertentu. Penduduk negara dapat dibagi lagi menjadi dua
bagian, yaitu warga negara dan orang asing. Orang asing adalah orang
yang tinggal sementara atau tetap di negara bagian tertentu, tetapi tidak
memiliki tempat tinggal sebagai warga negara. Mereka adalah warga
negara lain yang tinggal di negara ini dengan izin dari pemerintah
setempat.
2. Bukan penduduk

5
Wahyu Widodo, dkk. op.cit. hal 52-54
6
Ibid hal 51-52.

6
Adalah orang yang tinggal di suatu wilayah negara hanya untuk
sementara. Contoh: Orang Australia yang tinggal di Bali untuk jangka
waktu tertentu bukanlah penduduk Indonesia, sedangkan orang Jerman
yang perlu tinggal atau menetap di Jakarta untuk tugasnya adalah
penduduk Indonesia. Suatu negara memiliki sekelompok orang yang
merupakan warga negara dan penduduk serta sekelompok penduduk yang
bukan warga negara (orang asing).
Perbedaan status atau status sebagai penduduk dan bukan warga negara,
serta sebagai warga negara dan bukan warga negara mengakibatkan adanya
perbedaan hak dan kewajiban. Sebagian besar negara mendikte bahwa hanya
mereka yang berstatus penduduk di negara tersebut yang diperbolehkan
bekerja, sedangkan non-penduduk tidak diperbolehkan bekerja. Demikian
pula misalnya di Indonesia, hanya warga negara yang dapat memilih atau
dipilih dalam pemilihan umum. Pada saat yang sama, orang asing tidak
diperbolehkan melakukan hal seperti itu.

2.3. Asas Penentu Status Kewarganegaraan


Setiap negara memiliki otonomi penuh untuk memutuskan siapa yang
menjadi warga negaranya. Tidak ada negara yang berhak mengatur
kewarganegaraan negara lain. Suatu negara tidak bisa begitu saja menentukan
kewarganegaraan seseorang di negara lain.

Secara umum dapat digunakan dua asas umum untuk menentukan


kewarganegaraan seseorang, yaitu ius soli dan ius sanguinis. Ius soli adalah
pengertian kewarganegaraan berdasarkan tempat lahir seseorang. Dengan
kata lain, kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh daerah/negara tempat
ia dilahirkan (dari bahasa latin “soli” = solum, yang berarti negeri, negeri
atau daerah). Ius sanguinis adalah pengertian kewarganegaraan berdasarkan
keturunan (dalam bahasa Latin, Anguinis berasal dari sanguis, artinya darah).
Ius sanguinis, menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan pertalian

7
darah atau keturunan. Jadi kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh
kewarganegaraan orang tuanya, di mana pun mereka dilahirkan.

Perlu dicatat bahwa penerapan kedua asas ini sering menimbulkan masalah
kewarganegaraan, karena orang mungkin tidak memiliki kewarganegaraan
yang jelas, karena beberapa orang memiliki kewarganegaraan ganda
(bipatris) atau bahkan mungkin tanpa kewarganegaraan (stateless). Selain
kedua asas tersebut, terdapat dua sistem kewarganegaraan dalam menentukan
kewarganegaraan seseorang, yaitu sistem aktif dan sistem pasif. Stelsel aktif,
orang harus aktif ke pengadilan untuk menjadi warga negara atau dibebaskan.
Pada saat yang sama, orang dalam sistem pasif dapat menerima
kewarganegaraan secara otomatis atau menyatakan dirinya hilang.

Dalam konteks kedua sistem tersebut, juga diakui adanya dua hak
kewarganegaraan, yaitu hak opsi adalah hak memilih kewarganegaraan. Hak
ini dapat digunakan dalam sistem aktif. Sementara itu, Hak repudiasi, yaitu
hak menolak kewarganegaraan. Dalam kewarganegaraan yang diperoleh
sendiri (sistem pasif), orang memiliki hak untuk menolaknya jika mereka
tidak menginginkannya.

Berkaitan dengan asas kewarganegaraan tersebut, Penjelas Umum


Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006, menegaskan menganut asas sebagai
berikut:

1. Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan berdasarkan
negara tepat kelahiran. Artinya, kewarganegaraan anak tergantung pada
orang tuannya meskipun anak tersebut lahir di negara lain.
2. Asas as solt (few of the mil) secara terbatas adalah asas yang menenakan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang
diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam undang-undang ini.

8
3. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi seseorang.
4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda baik anak-anak sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam undang-undang ini.7

2.4. Kehilangan Kewarganegaraan dan Memperoleh Kembali Status


Kewarganegaraan
a. Kehilangan Kewarganegaraan 8
Berdasarkan ketentuan pasal 23 UU No.12/2006, kewarganegaraan RI
dinyatakan hilang karena beberapa sebab
1. Memperoleh kewarganegaraan lain karena kemauan sendiri,
2. Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan
kesempatan ada;
3. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas
permohonannnya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun,
bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang
kewarganegaraan RI tidak menjadi tanpa kewarganegaraan;
4. Masuk dinas tentar asing tanpa izi terlebih dahulu dari Presiden;
5. Secara sukarela asuk dalam dinas negara asing, yang jabatan da- lam
dinas semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan per undang
undangan hanya dapat dijabat oleh WNI.
6. Diakui oleh orang asing sebagai anaknya, selama orang belum usia 18
tahun;
7. Secara sukarela mengangkat sumpah atau janji setia kepada negara
asing atau bagian dan negara asing tersebut;
8. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang
bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing; mempunyai paspor
atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat

7
Suparlan al Hakim, dkk. op.cit. hal110-112.
8
Ibid hal 114.

9
diartikan sebagai tanda kewanganegaraan yang masih berlaku dari
negara lain atas namanya;
9. Bertempat tinggal di luar negeri selama 5 tahun terus-menerus bukan
dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja
tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi WNI, sebelum
jangka waktu 5 tahun itu berakhir.
b. Memperoleh Kembali Status Kewarganegaraan 9
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006, mengatur dengan tegas tentang
perolehan kembali status kewarganegaraan RI yang pernah hilang. Dalam
kaitan ini, Pasal 31, menegaskan "Seseorang yang kehilangan
Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat memperoleh kembali
kewarganegaraannya melalui prosedur pewarganegaraan sebagai dimaksud
dalam pasal 9 sampai Pasal 18 dan Pasal 22. Di samping itu, Pasal 32,
menegaskan:
1. WNI yang kehilangan Kewarganegaraan RI sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 huruf i; Pasal 25 dari Pasal 26 avat (1) dan (2), dapat
memperoleh kembali Kewarganegaraan RI dengan meng ajukan
permohonan tertulis kepada Meneteri tanpa melalui prosedur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 17;
2. Dalam hal pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertempat
tinggal di luar wilayah NKRI, permohonan disampaikan melalui
Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal penonton.
3. Permohonan untuk memperoleh kembali Kewarganegaraan RI dapat
diajukan oleh perempuan atau laki-laki yang kehilangan ke-
warganegaraannya akibat ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 ayat (1) dan (2) sejak putusnya perkawinan;
4. Kepala Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) meneruskan permohonan tersebut kepada Menteri dalam waktu
paling lama 14 hari setelah menerima permohonan.

9
Ibid hal 115.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Warga negara adalah bagian dari penduduk suatu negara. Warga negara
memiliki hubungan dengan negaranya, hubungan itu lazim disebut
kewarganegaraan karena kedudukannya sebagai warga negara menciptakan
hubungan berupa status (identitas), partisipasi, hak dan kewajiban yang
bersifat timbal balik (resiprokalitas).
Kewarganegaraan menunjuk pada seperangkat karakteristik seorang
warga. Memiliki kewarganegaraan berarti seseorang itu memiliki identitas
dalam lingkup nasional. Memiliki kewarganegaraan berarti didapatkannya
sejumlah hak dan kewajiban yang berlaku timbal balik dengan negara. Terkait
dengan hak dan kewajiban maka seseorang menjadikan terlibat atau
berpartisipasi dalam kehidupan negaranya.

3.2. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, maka saran untuk makalah ini
adalah pembahasan penulis dalam makalah ini sudah sesuai dengan tema dan
judul yang telah ditentukan sebelumnya tetapi penulis menyadari jika masih
banyak kekurangan di makalah ini sehingga penulis mengaharapkan
masukan, saran serta kritik dari pembaca untuk perbaikan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Tutik, Titik Triwulan. Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia pasca


amandemen UUD 1945. (Jakarta: Kencana). 2015.
Wahyu Widodo, dkk. Pendidikan Kwarganegaraan. (Yogyakarta: CV ANDI
OFFSET). 2015.
Suparlan al- Hakim, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks
Indonesia. (Malang: Madani). 2016.
Abdul Latief, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan. (Sulawesi Selatan: Yayasan
Ahmar Cendekia Indonesia). 2019.

12

Anda mungkin juga menyukai