Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HAKIKAT DAN PENTINGNYA KEWARGANEGARAAN

Dosen pengampu : Safrudin S.pd., M.si

Disusun oleh :

1. Anggun Permatasari (2201058)

2. Berliana Balkisz (2201108)

3. Khanaya Khasih Haziva (2201026)

4. Mayang Sari Nasution (2201049)

5. Paras Hasibuan (2201101)

6. Rahma Fitria Sabina (2201062)

7. Rona Rizki Daulay (2201034)

8. Thiara Adfimaharani (2201115)

9. Zilvania Putri (2201021)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “ Hakikat dan pentingnya
kewarganegaraan “ yang dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini memuat
tentang hakikat dan pentingnya kewarganegaraan.
Tak lupa saya mengucapkan terimakasih kapada pihak yang telah banyak
berperan penting dalam menyelesaikan makalah ini. Khusus nya bapak dosen yang
telah memberikan tugas ini kepada kami. Harapan kami makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai hakikat dan
pentingnya kewarganegaraan.

Pasir pengaraian, 19 september 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR……………………………………………. ii

DAFTAR ISI………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………. 4

1.1 latar belakang................................................................................ 4


1.2 Rumusan masalah………………………………………………. 5
1.3 Tujuan…………………………………………………………... 5

BAB II PEMBAHASAN………………………………………….. 6

II.1 Pengertian dan unsur kewarganegaraan………………………… 6

II.2 Kewarganegaraan dalam dunia pendidikan…………………….. 8

BAB III PENUTUP………………………………………………… 15

III.1 Kesimpulan…………………………………………………...... 15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kewarganegaraan sangat wajib dimiliki oleh setiap warga negara yang


hidup, tinggal, dan melakukan semua aktifitasnya disuatu negara. Setiap warga
negara akan memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama sebagai warga
negara. Setiap orang haruslah terjamin haknya untuk mendapatkan status
kewarganegaraan, sehingga dapat menghindarkan terjadinya ‘stateless’ atau tidak
berkewarganegaraan.

Negara tidak membolehkan seseorang memiliki dua status


kewarganegaraan, termasuk negara Indonesia. Oleh karena itu diperlukan
perjanjian kewarganegaraan antara negara modern untuk menghindari status dwi
kewarganegaraan.

Sebagai warga negara wajib membina hak dan kewajiban yang telah
diatur dalam UUD 1945 dengan baik. Tujuan agar generasi muda menjadi warga
negara yang baik. Indonesia telah mewajibkan untuk mempelajari Pendidikan
Kewarganegaraan di lima status, pertama sebagai mata pelajaran di sekolah.
Kedua, sebagai mata kuliah di Perguruan Tinggi. Ketiga, sebagai salah satu cabang
pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan
guru. Keempat, sebagai program pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk
Penataran Pedoman Penghayatan (Penataran P4) atau sejenisnya yang pernah
dikelola oleh Pemerintah sebagai satuan crash program. Kelima, sebagai kerangka
konseptual dalam pemikiran individual dan kelompok pakar terkait.

Tujuan lainnya adalah untuk menyadarkan generasi muda bahwa


semangat perjuangan bangsa merupakan kekuatan mental spiritual telah
melahirkan kekuatan yang luar biasa dalam masa perjuangan fisik, sedangkan
dalam menghadapi globalisasi merupakan perjuangan non fisik sesuai dengan
profesi masing-masing.

4
I.2 Rumusan Masalah

A. Apa pengertian dan unsur Kewarganegaraan?


B. Bagaimana kewarganeganegaraan dalam Dunia Pendidikan?

1.3Tujuan

A. Untuk mengetahui arti dan unsur Kewarganegaraan.


B. Untuk mengetahui Kewarganegaraan dalam Dunia Pendidikan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian dan Unsur Kewarganegaraan

A. Pengertian Kewarganegaraan

Menurut bahasa, memiliki arti anggota, peserta atau warga dari suatu
perkumpulan organisasi. Jadi, warga negara adalah warga atau anggota dari suatu
negara. Sering dijumpai kata warga negara, warga desa, warga masyarakat, warga
kota, sebagai arti anggota atau peserta. Sacara sederhana dapat disimpulkan arti
warga negara adalah anggota dari suatu negara.

Istilah Warga Negara merupakan terjemahan kata “citizien” yang memiliki


makna, sebagai:

a. Warga Negara
b. Petunjuk dari sebuah kota
c. Orang setanah air, sesama penduduk atau sesama warga negara
d. Bawahan atau kaula.

Pada masa lalu, dipakai istilah kawula negara (misalnya zaman Hindia
Belanda) yang menunjukan hubungan yang tidak sederajat dengan negara. Istilah
kawula memberi arti bahwa warga hanya sebagai obyek atau milik negara.
Sekarang Istilah warga negara sering digunakan untuk menunjukkan hubungan
yang sederajat antara warga dengan negaranya.

Pengertian Kewarganegaraan menurut UUD 1945 No.62 Tahun 1985


Tentang Kewarganegaraan adalah segala jenis hubungan dengan suatu negara yang
mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang
bersangkutan.

Pengertian Kewarganegaraan dalam arti sosiologis adalah seseorang dapat


dipandang negara sebagai warga negaranya sebab penghayatan hidup, ikatan
emosional dan juga tingkah laku yang dilakukan menunjukkan bahwa orang

6
tersebut sudah seharusnya menjadi anggota negara itu. Namun dari sudut pandang
hukum orang tersebut tidak memiliki bukti ikatan hukum dengan negara.

Pengertian Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat


Kewarganegaraannya, dalam sistematika hukum, masalah Kewarganegaraan
berada pada hukum politik.

Pengertian Kewarganegaraan dalam arti Materil menunjuk pada akibat


hukum dari status Kewarganegaraan, yaitu hak dan kewajiban sebagai bagian dari
warga negara.

Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol


satuan politik tertentu (secara khusus:negara) yang dengannya membawa hak untuk
berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaannya yang
demikian disebut warga negara. Seorang warga negara berhak memiliki paspor dari
negara yang dianggotainya.

Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan (bahasa


Inggris:nationality), yang membedakannya adalah hak-hak untuk aktif dalam
perpolitikkan. Ada kemugkinan untuk memiliki kebangsaan tanpa menjadi seorang
warga negara (contoh, secara hukum merupakan subyek suatu negara dan berhak
atas perlindungan tanpa memiliki hak berpartisipasi dalam politik). Juga
dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu
negara.

B. Unsur Kewarganegaraan

Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU
sebagi warga negara Republik Indonesia. Kepada setiap penduduk akan dierikan
Kartu Tanda Penduduk (KTP) berdasarkan Kabupaten atau (kuhusus DKI Jakarta)
Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada setiap penduduk
akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk, NIK) apabila ia telah
berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintah. Unsur yang
menentukan Kewarganegaraan adalah:

1. Unsur darah keturunan (Ius Sanguinis)


2. Unsur daerah tempat kelahiran (Ius Soli)

7
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no.12 tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

1. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI 


2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI 
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu
warga negara asing (WNA), atau sebaliknya 
4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang
tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut 
5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal
dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI 
6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI 
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh
seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak
tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin 
8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir
tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya. 
9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah megara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui 
10. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan
ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya 
II.2 Kewarganegaraan dalam Dunia Pendidikan
A. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi

Pendidikan Kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan


diseluruh dunia, meskipun dengan berbagai istilah atau nama. Mata kuliah tersebut
sering disebut civic education, citizenship education , dan bahkan ada yang
menyebut democrary education. Mata kuliah ini memiliki peran yang strategis
dalam mempersiapkan warga negara yang cerdas, bertanggung jawab,
berkaadaban. Berdasarkan rumusan “Civic International” (1995), disepakati bahwa
pendidikan demokrasi penting untuk pertumbuhan civic culture, untuk keberhasilan
pengembangan dan pemeliharaan pemerintahan demokrasi (Mansoer, 2005)

8
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang
Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok mata kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi atas mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Berdasarkan ketentuan tersebut maka
kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian tersebut wajib diberikan
disemua Fakultas dan Jurusan di seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia.

Fakta seluruh negara di dunia, memiliki kesadaran bahwa Demokrasi serta


Implementasinya harus senantiasa dikembangkan dengan basis filsafat bangsa,
identitas nasional, kenyataan dan pengalaman sejarah bangsa tersebut, serta dasar-
dasar kemanusiaan dan keadaban. Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan
intelektual Indonesia memiliki dasar kepribadian sebagai warga negara yang
demokratis, religius, berkemanusiaan, dan berkeadaban.

Berdasarkan Keputusan DIRJEN Dikti No. 43/Dikti/Kep/2006, tujuan


pendidikan pancasila dan kewarganegaraan adalah dirumuskan dalam visi, misi,
dan kompetensi sebagai berikut:

VISI: Pendisdikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi


adalah sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan
program studi, guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya
sebagai manusia seutuhnya, hal ini berdasarkan suatu realitas yang dihadapi,
bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi
intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan, dan cinta tanah air dan
bangsanya.

Misi: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi


adalah untuk membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara
konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan
cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.

Oleh karena itu kompetensi yang diharapkan mahasiswa adalah untuk


menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah

9
air, demokrasi, berkeadaban. Selain itu kompetensi yang diharapkan agar
mahasiswa menjadi warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin, dan
berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem
nilai Pancasila. Berdasarkan pengertian tersebut maka kompetensi mahasiswa
dalam Pendidikan Tinggi tidak dapat dipisahkan dengan filsafat bangsa.

B. Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah

Sebagai mata pelajaran di sekolah, pendidikan Kewarganegaraan telah


mengalami perkembangan yang fluktuatif, baik dalam kemasan maupun
subtansinya.

Pendidikan Kewarganegaraan dijelaskan  dalam Depdiknas (2006:49),


Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang mefokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Lebih lanjut
Somantri (2001: 154) menyatakan bahwa:

“PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan


dan kemampuan dasaryang berkenan dengan hubungan antar warga negara dengan
negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara  agar dapat
diandalkan oleh bangsa dan negara”.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang


dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural dan bahasa
untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi
oleh UUD 1945 (Sudjana, 2003).

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang secara umum


bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia,
sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang
memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung
jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
(Sudjatmiko, 2008).

10
Kurikulum Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sejak awal
kemerdekaan pada tahun 1946 sampai era reformasi atau masa sekarang:

1.  Tahun 1957
Pada tahun ini mulai diperkenalkan mata pelajaran Kewarganegaraan. Isi
pokok materinya meliputi cara memperoleh kewarganegaraan serta hak dan
kewajiban warga negara. Selain mata pelajaran Kewarganegaraan juga
diperkenalkan mata pelajaran Tata Negara dan Tata Hukum.

2.   Tahun 1959
Pada tahun ini ini muncul mata pelajaran CIVICS yang isinya meliputi
sejarah nasional, sejarah proklamasi, Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila,
pidato-pidato kewarganegaraan presiden, serta pembinaan persatuan dan kesatuan
bangsa.

3.  Tahun 1962
Pada tahun ini telah terjadi pergantian mata pelajaran CIVICS menjadi
Kewargaan Negara. Penggantian ini atas usul menteri kehakiman pada masa itu,
yaitu Dr. Saharjo, SH. Menurut beliau penggantian ini bertujuan untuk membentuk
warga negara yang baik. Materi yang diberikan menurut keputusan menteri P dan
K no. 31/1967 meliputi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Tap MPR, dan
pengetahuan PBB.

4. Tahun 1968
Pada tahun ini keluar kurikulum 1968 sehingga istilah Kewargaan Negara
secara tidak resmi diganti menjadi Pendidikan Kewarganegaraan. Materi pokoknya
di Sekolah Dasar yaitu,

a. Pengetahuan kewarganegaraan
b. Sejarah Indonesia
c. Ilmu bumi
Sekolah Pendidikan Guru
a. Sejarah Indonesia
b. Undang-Undang Dasar 1945
c. Kemasyarakatan
d. Hak Asasi Manusia (HAM)

11
5. Tahun 1973
Pada tahun ini Badan Pengembangan Pendidikan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan bidang PKn menetapkan 8 tujuan kurikuler, yaitu:
1. Hak dan kewajiban warga negara
2. Hubungan luar negeri dan pengetahuan internasional
3. Persatuan dan kesatuan bangsa
4. Pemerintahan demokrasi Indonesia
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
6. Pembangunan sosial ekonomi
7. Pendidikan kependudukan
8. Keamanan dan ketertiban masyarakat

6. Tahun 1975
Pada Kurikulum tahun 1975 istilah Pendidikan Kewargaan Negara diubah menjadi
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi Pancasila sebagaimana
diuraikan dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P4. Perubahan
ini sejalan dengan misi pendidikan yang diamanatkan oleh Tap. MPR II/MPR/1973.
Mata pelajaran PMP ini merupakan mata pelajaran wajib untuk Taman Kanak-Kanak
sampai Perguruan Tinggi. Mata pelajaran PMP ini terus dipertahankan baik istilah
maupun isinya sampai dengan berlakunya Kurikulum 1984 yang pada dasarnya
merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 1975 (Depdikbud: 1975 a, b, c dan 1976).
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) pada masa itu berorientasi pada value inculcation
dengan muatan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 (Winataputra dan Budimansyah,
2007).
7. Tahun 1994
Pada tahun ini mata pelajaran PMP diganti menjadi mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor
2 tahun 1989 tentang Sistim Pendidikan Nasional yang menggariskan adanya muatan
kurikulum Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan, sebagai bahan
kajian wajib kurikulum semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan (Pasal 39).
Kurikulum Pendidikan Dasar tahun 1994 mengakomodasikan misi baru pendidikan
tersebut dengan memperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan atau PPKn. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, Kurikulum

12
PPKn 1994 mengorganisasikan materi pembelajarannya bukan atas dasar rumusan
butir-butir nilai P4, tetapi atas dasar konsep nilai yang disaripatikan dari P4 dan
sumber resmi lainnya yang ditata dengan menggunakan pendekatan spiral meluas atau
spiral of concept development (Taba, 1967). Pendekatan ini mengartikulasikan sila-
sila Pancasila dengan jabaran nilainya untuk setiap jenjang pendidikan dan kelas serta
catur wulan dalam setiap kelas.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) pada masa ini karakteristiknya
didominasi oleh proses value incucation  dan  knowledge dissemination. Hal tersebut
dapat lihat dari materi pembelajarannya yang dikembangkan berdasarkan butir-butir
setiap sila Pancasila. Tujuan pembelajarannya pun diarahkan untuk menanamkan
sikap dan prilaku yang beradasarkan nilai-nilai Pancasila serta untuk mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan untuk memahami, menghayati dan meyakini nilai-nilai
Pancasila sebagai pedoman dalam berprilaku sehari-hari (Winataputra dan
Budimansyah, 2007).
Sedangkan dalam kurikulum 1994 ruang lingkup Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) meliputi :
1.  nilai moral dan norma bangsa Indonesia serta perilaku yang diharapkan terwujud
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagaimana
dimaksud dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
2.  kehidupan ideologi politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan di
negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Sedangkan luas liputan, kedalaman dan tingkat kesukaran materi pelajaran sesuai
dengan tingkat perkembangan belajar siswa pada satuan pendidikan.

8. Tahun 2004
Dengan dberlakukannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003, diberlakukan kurikulum yang dikenal dengan nama Kurikulum Berbasis
Kompetensi tahun 2004 dimana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berubah
nama menjadi Kewarganegaraan.
9. Tahun 2006
Pada tahun ini keluar kurikulum baru yang bernama Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) muncul mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
menggantikan Kewarganegaraan dan PPKn.

13
Berdasarkan Pemendiknas No. 22 tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pendidikan Dasar dan Menengah secara umum 
meliputi aspek-aspek sebagai berikut,
1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa
2. Norma, Hukum dan Peraturan
3. Hak Asasi Manusia
4. Kebutuhan Warga Negara
5. Konstitusi Negara
6. Kekuasaan dan Pilitik
7. Pancasila
8. Globalisasi

10. Kurikulum tahun 2013


Pada tahun 2013/2014 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan memberlakukan
Kurikulum 2013 yang menrupakan pengembangan 2006. Menurut pasal 1 ayat 19 UU
sistem peraturan Nasional No 23 Tahun 2013. Kurikulum 2013 dirancang dengan
tujuan untuk mempersiapkan iman Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan efektif
serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
peradaban dunia.
Penataan ulang PKN menjadi PPKN pada kurikulum 2013:
a. Memperkuat nilai norma dan moral pancasila, nilai UUD NKRI tahun 1945, nilai
dan semangat Bhineka Tunggal Ika, serta wawasan dan komitmen Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
b. Memantapkan pengembangan peserta didik dalam dimensi (1) pengetahuan
Kewarganegaraan (2) sikap Kewarganegaraan (3) keterampilan Kewarganegaraan
(4) Keteguhan Kewarganegaraan (5) komitmen Kewarganegaraan (6) Kompetisi
Kewarganegaraan.
c. Mengembangkan dan menerapkan berbagai model pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik PPKn yang berorientasi pada pengembangan karakteristik
peserta didik sebagai warga negara yang baik dan cerdas secara utuh.
d. Menembangkan dan menerapkan berbagai model penilai proses pembelajaran dan
hasil belajar PPKn.

14
BAB III
PENUTUP

III. 1 Kesimpulan

Hakikat dan Pentingnya Kewarganegaraan adalah mempermudah kita


melakukan administrasi disuatu Negara termasuk Indonesia dan sebagai semangat
nasional untuk membela negara, membanggakan nama negara biasanya disebut
dengan rasa Patriotisme terhadap negara. Pemerintah dan warga negara haruslah
melakukan tanggung jawab masing-masing dengan baik.
Peningkatan rasa Patriotisme kepada negara itu dilakukan dengan berbagai
cara, cara ini dilakukan dibanyak negara termasuk salah satunya adalah Indonesia
dengan mengadakan Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah-sekolah dan Perguruan
Tinggi, bahkan pemerintah mewajibkan Pendidikan Kewarganegaraan di berbagai
instansi pendidikan. Alasan Pemerintah mewajibkan Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yakni ingin menumbuhkan rasa cinta tanah air dengan beriman
kepada Tuhan Yang Maha Esa, produktif, kreatif, inovatif, serta mampu berkontribusi
pada kebutuhan masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Andhikafrancisco.blogspot.com

herherdiawanto,2010. Cerdas, kritis dan aktif berwaarganegara.Erlangga:Jakarta

Htttp://googlewweblight.com/?lite_url=https://id.m.wikipedia.org/wiki/
kewarganegaraan

https://googleweblight.com/?lite_ur=https://m.tempo.co/read/news/
2016/08/20/078797422/soal-status-archandra-rahasia-di-balik-kengototan-
pemerintah

nasional.kompas.com/read/2016/08/19/21153041/
masalah.kewarganegaraan.bukan.hanya.dialami.archandra.tahar

Sri Rahayu Ani, 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan: Jakarta

Winarno,2008. Pradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraaan. PT Bumi


Aksara:Jakarta

www.pengertianpakar.com

www.indoberita.com/2016/08/63205/berita-terbaru-fakta-gloria-natapradja-hamel-
paskibra-nasional-2016-yang-dicoret/

16

Anda mungkin juga menyukai