KEWARGANEGARAAN
Kelas I B
Kelompok II
Disusun oleh
:
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah tepat pada waktunya.
Penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan oleh berbagai pihak. Kelompok
kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak.
Kelompok sadar sepenuhnya bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang
dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik
ataupun sarannya demi penyempurnaan laporan praktikum ini.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa
bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih berhubungan pada laporan praktikum
berikutnya.
Kelompok II
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dalam tugas kelompok ini kami memiliki tiga rumusan masalah, yaitu :
1. apakah pengertian dari kewarganegaraan ?
2. apakah asas dan unsur dari kewarganegaraan ?
3. apakah tugas dan kewajiban warga negara serta pemerintah ?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkan tujuan dari penulisan
makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian kewarganegaraan
2. Untuk mengetahui asas dan unsur dari kewarganeraan
Untuk mengetahui tugas dan kewajiban warga negara serta pemerintah.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Pengertian Kewarganegaraan Dan Pewarganegaraan
1. Kewarganegaraan
Berdasarkan pada pasal berdasar UUD pasal 26 dinyatakan sebagai warga negara
adalah sebagai berikut:
1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
2) Seseorang dapat menjadi kewarganegaraan negara Indonesia karena faktor-
faktor sebagai berikut :
Karena kelahiran.
Karena pengangkatan.
Karena pewarganegaraan.
Karena perkawinan.
2. Pewarganegaraan
B. Masalah Kewarganegaraan
1. Masalah kewarganegaraan meliputi :
1. Apatride
Apatride adalah adanya seorang penduduk yang sama sekali tidak mempunyai
kewarganegaraan.
Contohnya : Anda warga negara A (ius soli) lahir di negara B (ius sanguinus) maka
Anda tidaklah menjadi warga negara A dan juga Anda tidak dapat menjadi warga
negara B. Dengan demikian Anda tidak mempunyai warga negara sama sekali.
2. Bipatride
Bipatride adalah seorang penduduk yang mempunyai dua kewarganegaraan sekaligus
(kewarganegaraan rangkap).
Contohnya : Anda keturunan bangsa B (ius sanguinus) lahir di bangsa B maka Anda
dianggap sebagai warga negara B akan tetapi negara A juga menganggap warga
negaranya karena berdasarkan tempat lahir Anda
Prosedur administrasi
Ada banyak ketentuan administrasi dan prosedur yang terkait dengan
perolehan, pemulihan dan lepasnya kewarganegaraan. Walaupun seseorang sudah
layak mengajukan permohonan untuk memperoleh kewarganegaraan – bahkan, jika
seseorang telah berhasil mengajukan permohonan kewarganegaraan, namun biaya
administrasi, waktu tenggat yang terlalu ketat, dan/atau ketidakmampuan untuk
memberikan dokumen yang diinginkan karena masih dipegang oleh negara
kewarganegaraan sebelumnya, semuanya dapat mencegah seseorang untuk
memperoleh kewarganegaraan.
Dalam kasus lain, beberapa negara secara otomatis memulihkan
kewarganegaraan seseorang yang telah meninggalkan negaranya dan tinggal di luar
negeri. Pemulihan kewarganegaraan yang hilang beberapa bulan setelah seseorang
pergi ke luar negeri, seringkali dikaitkan dengan cara kerja administrasi yang tidak
efisien dimana orang tersebut tidak diberitahu tentang resiko kehilangan
kewarganegaraannya jika ia tidak secara rutin mendaftar ulang kewarganegaraannya
melalui naturalisasi dan bukan seseorang yang lahir di negara tersebut, atau yang telah
memperoleh kewarganegaraannya melalui keturunan, maka bahkan registrasi rutin
pun belum tentu dapat memulihkan kewarganegaraannya. Keadaan tak
berkewarganegaraan seringkali merupakan akibat langsung dari tatakerja yang
demikian.
Diskriminasi
Salah satu prinsip yang membatasi wewenang negara untuk memberikan atau
menolak kewarganegaraan seseorang adalah larangan terhadap diskriminasi ras.
Prinsip ini tercermin dalam Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Ras maupun dalam perangkatperangkat lain. Melalui Rekomendasi
Umum tentang Diskriminasi terhadap Non Warga tanggal 1 Oktober 2004, Komite
PBB tentang Penghapusan Diskriminasi Ras menyatakan bahwa ‘pembatalan atau
larangan memperoleh kewarganegaraan secara sewenang-wenang karena alasan ras,
warna kulit, keturunan, asal bangsa atau suku seseorang adalah pelanggaran
kewajiban negara untuk menjamin tidak adanya diskriminasi terhadap hak memiliki
kewarganegaraan.
Namun demikian, terkadang seorang individu tak dapat memperoleh
kewarganegaraan dari suatu negara tertentu meski mempunyai hubungan/ikatan yang
kuat dengan negara tersebut – suatu ikatan yang untuk orang lain sesungguhnya sudah
cukup untuk memperoleh kewarganegaraan. Diskriminasi berdasarkan ras, warna
kulit, suku, agama, jender, pendapat politik, atau faktor-faktor lain yang dilakukan
secara terbuka atau dibuat seenaknya menjadi hukum atau pada saat pelaksanaannya.
Suatu hukum dapat dikatakan diskriminatif jika mengandung kata-kata yang bersifat
prasangka atau jika pelaksanaan hukum tersebut mengakibatkan perlakuan
diskriminatif.
Tidak mempunyai surat kelahiran;
Perjanjian Internasional tentang Hak Sipil dan Politik dan Konvensi Hak
Anak menyatakan bahwa setiap anak, dimanapun dilahirkan, harus segera didaftarkan
setelah lahir. Setiap anak mempunyai hak untuk memperoleh kewarganegaraan.
Kewarganegaraan seorang anak akan ditentukan menurut hukum dari negara yang
bersangkutan; dan semua negara memerlukan penjelasan tentang dimana anak itu
dilahirkan dan dari siapa dilahirkan. Tanpa bukti kelahiran ini, atau tanpa adanya
pendaftaran kelahiran yang diakui, maka sulit bagi anak untuk menegaskan identitas
diri serta memperoleh kewarganegaraan.
Pembatalan kewarganegaraan oleh negara;
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menegaskan bahwa tak seorangpun
dapat dicabut kewarganegaraannya secara sewenangwenang. Konvensi 1961 dan
Konvensi Kewarganegaraan Eropa 1997 secara tegas membatasi wewenang negara
yang dapat membuat seseorang kehilangan kewarganegaraannya. Kehilangan
kewarganegaraan demikian harus disertai jaminan prosedur yang lengkap dan tidak
mengakibatkan ke-tak berkewarganegaraan. Hilangnya kewarganegaraan seseorang
terjadi ketika negara membatalkan warga negara seseorang karena negara sedang
melaksanakan prosedur yang diskriminatif. Tindakan ini biasanya diikuti dengan
pengusiran orang tersebut.
Akan tetapi, hukum berkata lain. Gloria lahir pada saat undang-undang tentang
kewarganegaraan tersebut disahkan. Sehingga, Gloria tidak bisa otomatis mendapat
kewarganegaraan ganda. Gloria seharusnya mendaftar permohonan menjadi WNI paling
lambat empat tahun setelah ia lahir. Dengan kata lain, permohonan sebagai syarat Cara
Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia tersebut seharusnya dilakukan paling lambat tahun
2010. Kasus tersebut terus berlanjut hingga peradilan Mahkamah Konstitusi yang
menjalankan Tugas Dan Wewenang Lembaga Yudikatif. Keluarga Gloria terus
memperjuangkan hak nya untuk menjadi warga negara Indonesia dan menuntut undang-
undang untuk diubah. Akan tetapi, permohonan Gloria ditolak oleh Mahkamah Konstitusi
pada Agustus 2017.
Berbeda dengan kasus sebelumnya dimana warga negara yang tersebut diatas
mengalami kasus kewarganegaraan ganda pada saat usianya belum mencapai 18 tahun
dengan batas maksimal 3 tahun setelahnya, kasus ini lebih pelik. Archandra Tahar adalah
salah seorang pejabat tinggi negara yang dilantik dengan jabatan Menteri ESDM pada
Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Archandra dilantik menjadi Menteri ESDM pada 27
Juli 2016. Kurang dari sebulan setelah itu, muncul dugaan bahwa Archandra memiliki
kewarganegaraan ganda. Hal itu terbukti dengan kepemilikan paspor Amerika Serikat.
Sebelum menjadi menteri, Archandra memang menempuh pendidikan dan bekerja di
Amerika Serikat. Akan tetapi, beliau lahir dan besar di Indonesia. Seperti yang kita tahu,
hukum Indonesia tidak mengakui kewarganegaraan ganda untuk warga negara di atas 18
tahun dengan kondisi apapun.
Dalam hal ini, sebenarnya Presiden Joko Widodo bisa saja menggunakan Kekuasaan
Eksekutif Presiden untuk memberikan kewarganegaraan kepada Archandra melalui proses
naturalisasi apabila Archandra memang dinilai berjasa bagi Indonesia. Akan tetapi sikap
Archandra yang cenderung menutupi statusnya sebelum beliau dipilih menjadi menteri
membuat kasus ini lebih rumit. Setelah semua kasus kewarganegaraan ganda tersebut selesai,
Archandra Tahar diangkat menjadi Wakil Menteri ESDM mendampingi Ignasius Jonan yang
dilantik menjadi Menteri ESDM pada 14 Oktober 2016.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kita mempelajari makalah ini dapat kita simpulkan bahwa kewarganegaraan
merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap warga negara.Ini dikarenakan bahwa
dengan pemahaman kewarganegaraan yang baik maka kehidupan berbangsa dan bernegara
akan menjadi tentram dan jelas.Dan kita sebagai warga negara yang bertanggung jawab
terhadap masyarakat, bangsa dan negara hendaknya kita berusaha untuk meningkatkan
pengamalan prinsip serta nilai- nilai luhur bangsa terutama memahami manusia yang pada
dasarnya memiliki harkat dan martabat yang sama sebagai mahluk ciptaan Tuhan,agar
tercipta suatu keadilan dalam kehidupan bernegara.
Widodo Ekatjahjana dan Totok Sudaryanto, Sumber Hukum Tata Negara Formal di
Indonesia, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2001
https://guruppkn.com/contoh-kasus-kewarganegaraan-ganda