Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN

Kelas I B
Kelompok II
Disusun oleh
:

Aqilla Fauziah (211210516)

Dinda Maharani (211210526)


Fadhil Linka Putra (211210530)

Ferbia Nardianti (211210540)


Goldi Razon (211210542)

Jelita Susilawati (211210548)


Miftahul Janah (211210554)

Putri Nawrah Marismulni (211210564)


Syifa Nabila Dwiyanti (211210578)
Tri Junita Putri` (211210584)

PRODI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah tepat pada waktunya.
Penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan oleh berbagai pihak. Kelompok
kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak.
Kelompok sadar sepenuhnya bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang
dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik
ataupun sarannya demi penyempurnaan laporan praktikum ini.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa
bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih berhubungan pada laporan praktikum
berikutnya.

Padang, 10 Mei 2022

Kelompok II
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Pendidikan kewarganegaraan sangatlah penting untuk dipelajari oleh semua kalangan.
Oleh sebab itu, pendidikan Nasional Indonesia menjadikan pendidikan kewarganegaraan
sebagai pelajaran pokok dalam lima status. Pertama, sebagai mata pelajaran di sekolah.
Kedua, sebagai mata kuliah di perguruan tinggi. Ketiga, sebagai salah satu cabang pendidikan
disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru. Keempat, sebagai
program pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk Penataran Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (Penataran P4) atau sejenisnya yang pernah dikelola oleh Pemerintah
sebagai sutuan crash program. Kelima, sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran
individual dan kelompok pakar terkait Serta kewarganegaraan merupakan hal yang sangat
penting di dalam suatu negara. Tanpa status kewarganegaraan seorang warga negara tidak
akan diakui oleh sebuah negara. Dan dalam makalah ini kami akan sedikit menjelaskan
tentang masalah kewarganegaraan, agar warga negara Indonesia paham dan mengerti apa itu
kewarganegaraan. Hal ini disebabkan karena di-era sekarang ini banyak warga negara yang
tidak mengetahui dan memahami tentang kewarganegaraan. Warganegara: warga suatu
negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan (supaya dibedakan
dengan kewarganegaraan & pewarganegaraan) pasal l UU No 12 Tahun 2006 Tentang
Kewarganegaraan RI) Warganegara Indonesia menurut Pasal 4 UU No. 12

Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI adalah:


a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan per - undang-undangan dan atau berdasarkan
perjanjian pemerintah RI dengan negara lain sblm UU ini berlaku sudah menjadi WNI
b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah & ibu WNI
c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu WNA
d.Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan ibu WNI
e.Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI; tetap ayahnya
tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara ayah nya tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tsb.

Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan seluruh bangsa.


Sudah sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak negara atau bangsa lain, karena
potensinya
yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan alam yang banyak.
Kenyataannya ancaman datang tidak hanya dari luar, tetapi juga dari dalam. Terbukti, setelah
perjuangan bangsa tercapai dengan terbentuknya NKRI, ancaman dan gangguan dari dalam
juga timbul, dari yang bersifat kegiatan fisik sampai yang idiologis. Meski demikian, bangsa
Indonesia memegang satu komitmen bersama untuk tegaknya negara kesatuan Indonesia.
Dorongan kesadaran bangsa yang dipengaruhi kondisi dan letak geografis dengan dihadapkan
pada lingkungan dunia yang serba berubah akan memberikan motivasi dlam menciptakan
suasana damai.
Sejak merdeka negara Indonesia tidak luput dari gejolak dan ancaman yang
membahayakan kelangsungan hidup bangsa. Tetapi bangsa Indonesia mampu
mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatannya dari agresi Belanda dan mampu
menegakkan wibawa pemerintahan dari gerakan separatis.

B. Rumusan Masalah
Dalam tugas kelompok ini kami memiliki tiga rumusan masalah, yaitu :
1. apakah pengertian dari kewarganegaraan ?
2. apakah asas dan unsur dari kewarganegaraan ?
3. apakah tugas dan kewajiban warga negara serta pemerintah ?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkan tujuan dari penulisan
makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian kewarganegaraan
2. Untuk mengetahui asas dan unsur dari kewarganeraan
Untuk mengetahui tugas dan kewajiban warga negara serta pemerintah.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Pengertian Kewarganegaraan Dan Pewarganegaraan
1. Kewarganegaraan

Kewarganegaraan ialah setiap orang yang menurut undang-undang


kewarganegaraan termasuk warga negara.

Berdasarkan pada pasal berdasar UUD pasal 26 dinyatakan sebagai warga negara
adalah sebagai berikut:
1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
2) Seseorang dapat menjadi kewarganegaraan negara Indonesia karena faktor-
faktor sebagai berikut :
 Karena kelahiran.

 Karena pengangkatan.

 Karena dikabulkannya permohonan.

 Karena pewarganegaraan.

 Karena perkawinan.

 Karena turut ayah dan atau ibu

3) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang undangan dan atau


berdasarkan perjanjian pemerintah RI dengan negara lain sebelum UU ini berlaku
sudah menjadi warga negara Indonesia.
Adapun bukti menjadi warga negara adalah sebagai berikut :

a). Akta kelahiran

b). Surat bukti kewarganegaraan (kutipan pernyataan sah buku catatan


pengangkatan anak asing)

c). Surat bukti kewarganegaraan (petikan keputusan Presiden) karena


permohonan atau pewarganegaraan.
d). Surat bukti kewarganegaraan.

2. Pewarganegaraan

Pewarganegaraan disini dibedakan menjadi dua, yakni :


a. Pewarganegaraan aktif : seseorang dapat menggunakan hak opsi untuk
memilih atau mengajukan kehendak menjadi warga negara dari suatu negara.

b. Pewarganegaraan pasif : seseorang yang tidak mau diwarganegarakan oleh


suatu negara atau tidak mau diberi atau dijadikan WN suatu negara maka yang
bersangkutan dapat menggunakan hak repudiasi (menolak pewarganegaraan).

B. Masalah Kewarganegaraan
1. Masalah kewarganegaraan meliputi :
1. Apatride
Apatride adalah adanya seorang penduduk yang sama sekali tidak mempunyai
kewarganegaraan.
Contohnya : Anda warga negara A (ius soli) lahir di negara B (ius sanguinus) maka
Anda tidaklah menjadi warga negara A dan juga Anda tidak dapat menjadi warga
negara B. Dengan demikian Anda tidak mempunyai warga negara sama sekali.
2. Bipatride
Bipatride adalah seorang penduduk yang mempunyai dua kewarganegaraan sekaligus
(kewarganegaraan rangkap).
Contohnya : Anda keturunan bangsa B (ius sanguinus) lahir di bangsa B maka Anda
dianggap sebagai warga negara B akan tetapi negara A juga menganggap warga
negaranya karena berdasarkan tempat lahir Anda

Untuk memahami masalah kewarganegaraan baik apatride maupun bipatride, maka


perlu juga dikaji tentang dua asas kewarganegaraan yaitu asas ius soli dan ius
sanguinus. Mengapa demikian? Karena negara yang menerapkan ius soli maupun ius
sanguinus akan menimbulkan apatride dan bipatride.

Pengertian Ius Soli dan Ius Sanguinus


Ius Soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut daerah
atau negara tempat ia dilahirkan. Contohnya : Anda dilahirkan di negara A maka
Anda akan menjadi warga negara A walaupun orangtua Anda adalah warga negara B
(dianut di negara Inggris, Mesir, Amerika dan lain-lain).

Ius Sanguinus adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut


pertalian darah atau keturunan dari orang yang bersangkutan tadi. Contohnya : Anda
dilahirkan di negara A, tetapi orangtua Anda warga negara B, maka Anda tetap
menjadi warga negara B (dianut oleh RR Apatride adalah adanya seorang penduduk
yang sama sekali tidak mempunyai kewarganegaraan.
2. Masalah Kewarganegaraan dan Tidak Berkewarganegaraan
Hampir semua hukum kewarganegaraan yang dimiliki oleh negaranegara di
dunia mengatur tentang masalah kewarganegaraan dan tidak berkewarganegaraan
seseorang. Sidang Umum PBB juga telah memberikan mandat kepada United Nations
High Commissioner for Refugees (UNHCR) sebagai lembaga yang bertanggungjawab
mencegah serta mengurangi terjadinya keadaan tak berkewarganegaraan. [[[[[ Prinsip-
prinsip hukum umum (universal) dalam hukum kewarganegaraan yang ditarik dari
ketentuan Pasal 15 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) 1948,
menyatakan : ‘semua orang berhak mempunyai kewarganegaraan. Tak seorang pun
boleh dihapus kewarganegaraannya secara sewenang-wenang, atau dilarang merubah
kewarganegaraannya’.
Pasal 15 DUHAM ini telah menganugerahi setiap individu, dimanapun di
dunia, dengan hak untuk mempunyai hubungan hukum dengan suatu negara.
Kewarganegaraan tidak saja memberikan identitas hukum kepada seseorang, tetapi
juga memberi hak kepada seseorang untuk memperoleh :
(1) jaminan dan perlindungan hukumnya dari negara; dan
(2) hak-hak konstitusionalnya, serta hak-hak lainnya sebagaimana telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan nasional, maupun diatur dalam hukum internasional.
Masalah kewarganegaraan dan tidak berkewarganegaraan (apakah itu menyangkut
masalah perolehan, kehilangan atau penolakan kewarganegaraan) walaupun sudah
diatur oleh hukum kewarganegaraan nasional maupun hukum internasional, ternyata
masih banyak menyisakan berbagai permasalahan. Banyak orang tak
berkewarganegaraan menjadi korban dari pemindahan paksa. Orang-orang yang
terusir dari kampung halamannya cenderung rawan menjadi tak berkewarganegaraan
dan
kehilangan kewarganegaraannya, terutama jika kepindahan mereka diikuti dengan
pemetaan ulang batas wilayah negara mereka. Sebaliknya, individu tak
berkewarganegaraan dan kehilangan kewarganegaraannya seringkali dipaksa pergi
dari tempat tinggalnya sehari-hari. Banyak orang tak berkewarganegaraan yang dari
hari ke hari terus bertambah dan masih harus berjuang untuk memperoleh hak atas
status kewarganegaraannya. Perjuangan mereka itu tidak lain adalah perjuangan ‘hak
untuk mempunyai hak’. Karena mendapatkan status hukum kewarganegaraan sama
halnya memiliki kunci pintu masuk untuk mendapatkan hak-hak lainnya dari negara.
Pada umumnya, keadaan tak berkewarganegaraan dapat disebabkan oleh berbagai hal,
diantaranya adalah karena :
(1) konflik hukum;
(2) perubahan wilayah negara;
(3) hukum perkawinan;
(4) prosedur administrasi;
(5) diskriminasi;
(6) tidak mempunyai surat kelahiran;
(7) pembatalan kewarganegaraan oleh negara; dan
sebagainya. Konflik hukum
Konflik hukum yang dimaksud ini adalah konflik hukum terkait dengan
pembatalan kewarganegaraan. Beberapa negara mempunyai hukum kewarganegaraan
yang mengijinkan warganya untuk menanggalkan kewarganegaraannya tanpa terlibih
dahulu memperoleh atau mendapat jaminan perolehan kewarganegaraan lain. Hal ini
sering berakibat pada keadaan tak berkewarnegaraan. Konflik hukum terkait masalah
ini muncul saat salah satu negara tidak mengijinkan pembatalan suatu
kewarganegaraan sebelum memperoleh kewarganegaraan lain, sementara negara lain
tersebut tidak mau memberikan kewarganegaraan sebelum individu tersebut
menanggalkan kewarganegaraan sebelumnya. Kadang-kadang seseorang disyaratkan
untuk menanggalkan kewarganegaraannya yang sekarang di tempat lain sebelum ia
dapat mengajukan permohonan menjadi warga negara di tempat ia tinggal sekarang,
sehingga ia menjadi tak berkewarganegaraan sebelum memperoleh
kewarganegaraannya yang baru.
Perubahan Wilayah Negara
Walau hanya dibahas sebagian dalam berbagai perangkat dan prinsip hukum
internasional, peralihan wilayah atau kedaulatan suatu negara sudah lama menjadi
penyebab terjadinya ke-tak berkewarganegaraan. Hukum kewarganegaraan dan
pelaksanaannya biasanya berubah saat negara mengalami perubahan wilayah atau
kedaulatan seperti saat negara merdeka dari kekuasaan penjajah, setelah negara bubar,
jika suatu negara atau negara-negara baru muncul setelah negara bubar, atau jika
negara dipulihkan kembali setelah dibubarkan selama beberap waktu. Kejadian-
kejadian ini dapat memicu diberlakukannya hukum atau undang-undang
kewarganegaraan baru dan/atau prosedur administrasi baru. Dalam keadaan demikian,
seseorang dapat menjadi tak berkewarganegaraan jika mereka lalai mengajukan
permohonan kewarganegaraan di bawah hukum/undang-undang yang baru atau
menurut prosedur administrasi yang baru, atau jika mereka ditolak
kewarganegaraannya karena penerjemahan ulang dari hukum dan pelaksanaan aturan-
aturan terdahulu.
Hukum perkawinan
Beberapa negara secara otomatis merubah status kewarganegaraan seorang
perempuan pada saat ia menikah dengan seorang non warganegara. Perempuan
demikian dapat menjadi tak berkewarganegaraan jika dia tidak segera memperoleh
kewarganegaraan suaminya secara otomatis, atau jika suaminya tak
berkewarganegaraan. Seorang perempuan juga dapat menjadi tak berkewarganegaraan
jika setelah ia menerima kewarganegaraan suaminya, mereka lalu bercerai sehingga ia
kehilangan kewarganegaraan yang diperolehnya pada saat menikah, sedangkan
kewarganegaraan aslinya juga tidak dipulihkan secara otomatis.

Prosedur administrasi
Ada banyak ketentuan administrasi dan prosedur yang terkait dengan
perolehan, pemulihan dan lepasnya kewarganegaraan. Walaupun seseorang sudah
layak mengajukan permohonan untuk memperoleh kewarganegaraan – bahkan, jika
seseorang telah berhasil mengajukan permohonan kewarganegaraan, namun biaya
administrasi, waktu tenggat yang terlalu ketat, dan/atau ketidakmampuan untuk
memberikan dokumen yang diinginkan karena masih dipegang oleh negara
kewarganegaraan sebelumnya, semuanya dapat mencegah seseorang untuk
memperoleh kewarganegaraan.
Dalam kasus lain, beberapa negara secara otomatis memulihkan
kewarganegaraan seseorang yang telah meninggalkan negaranya dan tinggal di luar
negeri. Pemulihan kewarganegaraan yang hilang beberapa bulan setelah seseorang
pergi ke luar negeri, seringkali dikaitkan dengan cara kerja administrasi yang tidak
efisien dimana orang tersebut tidak diberitahu tentang resiko kehilangan
kewarganegaraannya jika ia tidak secara rutin mendaftar ulang kewarganegaraannya
melalui naturalisasi dan bukan seseorang yang lahir di negara tersebut, atau yang telah
memperoleh kewarganegaraannya melalui keturunan, maka bahkan registrasi rutin
pun belum tentu dapat memulihkan kewarganegaraannya. Keadaan tak
berkewarganegaraan seringkali merupakan akibat langsung dari tatakerja yang
demikian.
Diskriminasi
Salah satu prinsip yang membatasi wewenang negara untuk memberikan atau
menolak kewarganegaraan seseorang adalah larangan terhadap diskriminasi ras.
Prinsip ini tercermin dalam Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Ras maupun dalam perangkatperangkat lain. Melalui Rekomendasi
Umum tentang Diskriminasi terhadap Non Warga tanggal 1 Oktober 2004, Komite
PBB tentang Penghapusan Diskriminasi Ras menyatakan bahwa ‘pembatalan atau
larangan memperoleh kewarganegaraan secara sewenang-wenang karena alasan ras,
warna kulit, keturunan, asal bangsa atau suku seseorang adalah pelanggaran
kewajiban negara untuk menjamin tidak adanya diskriminasi terhadap hak memiliki
kewarganegaraan.
Namun demikian, terkadang seorang individu tak dapat memperoleh
kewarganegaraan dari suatu negara tertentu meski mempunyai hubungan/ikatan yang
kuat dengan negara tersebut – suatu ikatan yang untuk orang lain sesungguhnya sudah
cukup untuk memperoleh kewarganegaraan. Diskriminasi berdasarkan ras, warna
kulit, suku, agama, jender, pendapat politik, atau faktor-faktor lain yang dilakukan
secara terbuka atau dibuat seenaknya menjadi hukum atau pada saat pelaksanaannya.
Suatu hukum dapat dikatakan diskriminatif jika mengandung kata-kata yang bersifat
prasangka atau jika pelaksanaan hukum tersebut mengakibatkan perlakuan
diskriminatif.
Tidak mempunyai surat kelahiran;
Perjanjian Internasional tentang Hak Sipil dan Politik dan Konvensi Hak
Anak menyatakan bahwa setiap anak, dimanapun dilahirkan, harus segera didaftarkan
setelah lahir. Setiap anak mempunyai hak untuk memperoleh kewarganegaraan.
Kewarganegaraan seorang anak akan ditentukan menurut hukum dari negara yang
bersangkutan; dan semua negara memerlukan penjelasan tentang dimana anak itu
dilahirkan dan dari siapa dilahirkan. Tanpa bukti kelahiran ini, atau tanpa adanya
pendaftaran kelahiran yang diakui, maka sulit bagi anak untuk menegaskan identitas
diri serta memperoleh kewarganegaraan.
Pembatalan kewarganegaraan oleh negara;
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menegaskan bahwa tak seorangpun
dapat dicabut kewarganegaraannya secara sewenangwenang. Konvensi 1961 dan
Konvensi Kewarganegaraan Eropa 1997 secara tegas membatasi wewenang negara
yang dapat membuat seseorang kehilangan kewarganegaraannya. Kehilangan
kewarganegaraan demikian harus disertai jaminan prosedur yang lengkap dan tidak
mengakibatkan ke-tak berkewarganegaraan. Hilangnya kewarganegaraan seseorang
terjadi ketika negara membatalkan warga negara seseorang karena negara sedang
melaksanakan prosedur yang diskriminatif. Tindakan ini biasanya diikuti dengan
pengusiran orang tersebut.

C. Contoh Kasus Kewarganegaraan Ganda di Indonesia

Kasus Kewarganegaraan Ganda Irfan Bachdim


Indonesia memiliki seorang pemain sepakbola yang mempunyai banyak penggemar,
bukan hanya karena keterampilannya bermain sepakbola, tapi juga karena postur dan
parasnya yang menawan. Akan tetapi, di awal karir Irfan Bachdim, ia pernah mendapat
tekanan dari beberapa pihak karena kasus kewarganegaraan ganda. Pada tahun 2009, Irfan
Bachdim memulai karir persebakbolaannya di Indonesia. Pada waktu itu ia berusia hampir 21
tahun dan masih mempunyai dua kewarganegaraan.

Ia memiliki kewarganegaraan Indonesia dari ayahnya yang WNI, dan mempunyai


kewarganegaraan Belanda dari tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Menurut undang-undang
di Indonesia, kewarganegaraan seseorang yang berkewarganegaraan ganda bisa diputuskan
paling lambat 3 tahun setelah ia menginjak usia 18 tahun. Agustus 2009 adalah batas akhir ia
harus memilih kewarganegaraannya. Karena jika tidak, ia akan kehilangan kesempatan
mendapat kewarganegaraan Indonesia. Jika ia tidak menjadi WNI, ia tidak akan bisa ikut
membela Indonesia dalam laga Internasional. Pasa waktu itu Irfan Bachdim adalah pemain
yang sangat diandalkan oleh timnas Indonesia untuk bertanding dalam piala AFF (Asian
Football Federation) tahun 2010. Pada akhirnya, putra dari Noval Bachdim ini memilih untuk
menjadi WNI sebelum usianya lebih dari 21 tahun.

Kasus Kewarganegaraan Ganda Manohara Odelia Pinot


Beberapa tahun yang lalu Indonesia pernah dihebohkan oleh cerita seorang
gadis belia Indonesia yang menikah dengan bangsawan negeri jiran Malaysia dan hidup
bersama dengan suaminya di Malaysia. Sepertinya tidak ada yang salah dengan cerita itu.
Akan tetapi cerita tersebut berubah menjadi cerita penculikan dan penganiayaan. Dari
kejadian tersebut, wanita yang diketahui bernama Manohara Odelia Pinot mengkritik
pemerintahan Indonesia yang tidak memberikan perlindungan kepada Warga Negara
Indonesia yang berada di luar negeri seperti yang tercantum pada UU no. 12 tahun 2006.
Akan tetapi, setelah ditilik lebih jauh, kasus ini ternyata terkait dengan kewarganegaraan
yang dimiliki oleh Manohara.
Manohara dikutahui mempunyai kewarganegaraan ganda dari pernikahan
ibunya yang merupakan WNI dan ayahnya yang merupakan Warga Negara Asing. Akan
tetapi, apabila menggunakan ius soli, Manohara lahir dan dibesarkan di Indonesia.
Seharusnya ia menjadi warga negara Indonesia saat ia berusia 18 tahun atau sudah menikah.
Akan tetapi pada saat permasalahan tersebut terjadi, ia berusia 17 tahun dan masih
mempunyai dua kewarganegaraan dan memohon perlindungan dari Indonesia. Hal ini
melanggar hukum Indonesia, karena Indonesia tidak menerima sistem kewarganegaraan
ganda bagi warga negara yang sudah cukup umur atau sudah menikah. Dan perlindungan
warga negara yang berada di luar negeri hanya diberikan bagi WNI yang bekerja atau
menempuh pendidikan di luar negeri. Bukan bagi seseorang yang diperistri oleh WNA dan
tinggal menetap di luar negeri.
Diketahui bahwa ayah biologis Manohara adalah warga Perancis yang
mempunyai kewarganegaraan Amerika Serikat. Sedangkan ayah tiri Manohara yang
memberikan nama Pinot sebagai nama belakang Manohara adalah seseorang
berkewarganegaraan Jerman. Dengan kondisi seperti itu, Manohara juga bisa saja memilih
salah satu contoh kasus kewarganegaraan ganda berdasarkan keturunan dari ayahnya. Ayah
Manohara juga meminta Amerika Serikat untuk menangani kasus tersebut karena Manohara
mempunyai kewarganegaraan Amerika Serikat.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kewarganegaraan seseorang yang
memiliki kewarganegaraan ganda harus diputuskan saat ia sudah mencapai usia 18 tahun atau
sudah menikah. Menganut asas ini, Manohara yang pada waktu itu berusia 17 tahun sudah
bisa memilih kewarganegaraan karena ia sudah menikah pada usia 16 tahun. Dengan begitu,
status kewarganegaraan Manohara juga bisa berubah menjadi kewarganegaraan Malaysia
karena suaminya berkewarganegaraan Malaysia. Kasus kewarganegaraan ganda ini
menghambat pihak yang berwenang untuk mengambil langkah hukum. Lebih – lebih kasus
ini adalah kasus yang mengkaitkan hukum 2 negara, sehingga penanganannya tidak bisa
dilakukan secara sepihak.
Kasus Kewarganegaraan Ganda Cinta Laura
Siapa yang tidak kenal Cinta Laura? Aktris sekaligus penyanyi cantik ini
dikenal dengan gaya bicaranya yang khas. Cinta Laura juga diketahui pernah mempunyai
masalah dengan dua kewarganegaraan. Seperti yang kita tahu, ibu Cinta Laura adalah WNI
sedangkan ayahnya yang bernama belakang Kiehl adalah warga negara Jerman. Pada saat
usianya menginjak 18 tahun, sebagai publik figur, Cinta banyak mendapat sorotan mengenai
masalah kewarganegaraan nya. Waktu itupun ia masih belum bisa memutuskan
kewarganegaraan yang akan ia pilih. Ia mengaku sangat mencintai Indonesia karena ia tinggal
dan besar di Indonesia. Tapi karena ambisinya untuk berkarir di kancah internasional, ia
berpikiran bahwa kewarganegaraan Jerman akan lebih memudahkan jalan karirnya di
Amerika Serikat. Banyak yang mencibir pernyataan Cinta Laura tersebut. Tapi saat ini ia
telah memilih kewarganegaraan Jerman dan ia telah aktif berkarir di Amerika Serikat.

Kasus Kewarganegaraan Ganda Gloria Natapradja

Pada saat peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke 71 pada tahun 2016,


masyarakat dihebohkan oleh pemberitaan seorang siswi anggota Pasukan Pengibar Bendera
yang tersandung kasus kewarganegaraan ganda. Siswi tersebut adalah Gloria Natapradja,
salah seorang anggota Paskibraka yang bertugas untuk mengibarkan bendera pada saat
upacara peringatan HUT RI di Istana Negara pada 17 Agustus 2016. Setelah menempuh
seleksi dan latihan selama berbulan-bulan, Gloria digugurkan dari formasi tepat dua hari
sebelum upacara berlangsung. Hal itu terjadi karena belakangan diketahui Gloria memiliki
passpor Perancis. Gloria memang dilahirkan dari pasangan berbeda kewarganegaraan. Ibunya
seorang WNI dan ayahnya warga negara Perancis. Selama ini kita tahu bahwa anak yang
lahir dari perkawinan berbeda kewarganageraan bisa mempunyai kewarganegaraan ganda
sebelum 18 tahun. Anak tersebut bisa memilih salah satu kewarganegaraan nya saat ia telah
menginjak 18 tahun. Dalam kasus Gloria, pihak keluarga menganggap Gloria mempunyai
hak selayaknya Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia. Dalam hal ini hak untuk
menjadi pasukan Paskibraka, karena ia belum menginjak 18 tahun maka ia otomatis
mempunyai dua kewarganegaraan.

Akan tetapi, hukum berkata lain. Gloria lahir pada saat undang-undang tentang
kewarganegaraan tersebut disahkan. Sehingga, Gloria tidak bisa otomatis mendapat
kewarganegaraan ganda. Gloria seharusnya mendaftar permohonan menjadi WNI paling
lambat empat tahun setelah ia lahir. Dengan kata lain, permohonan sebagai syarat Cara
Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia tersebut seharusnya dilakukan paling lambat tahun
2010. Kasus tersebut terus berlanjut hingga peradilan Mahkamah Konstitusi yang
menjalankan Tugas Dan Wewenang Lembaga Yudikatif. Keluarga Gloria terus
memperjuangkan hak nya untuk menjadi warga negara Indonesia dan menuntut undang-
undang untuk diubah. Akan tetapi, permohonan Gloria ditolak oleh Mahkamah Konstitusi
pada Agustus 2017.

Kasus Kewarganegaraan Ganda Archandra Tahar

Berbeda dengan kasus sebelumnya dimana warga negara yang tersebut diatas
mengalami kasus kewarganegaraan ganda pada saat usianya belum mencapai 18 tahun
dengan batas maksimal 3 tahun setelahnya, kasus ini lebih pelik. Archandra Tahar adalah
salah seorang pejabat tinggi negara yang dilantik dengan jabatan Menteri ESDM pada
Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Archandra dilantik menjadi Menteri ESDM pada 27
Juli 2016. Kurang dari sebulan setelah itu, muncul dugaan bahwa Archandra memiliki
kewarganegaraan ganda. Hal itu terbukti dengan kepemilikan paspor Amerika Serikat.
Sebelum menjadi menteri, Archandra memang menempuh pendidikan dan bekerja di
Amerika Serikat. Akan tetapi, beliau lahir dan besar di Indonesia. Seperti yang kita tahu,
hukum Indonesia tidak mengakui kewarganegaraan ganda untuk warga negara di atas 18
tahun dengan kondisi apapun.

Kasus kewarganegaraan ganda tersebut membuat Archandra diberhentikan secara


terhormat dari jabatannya sebagai menteri ESDM pada 27 Juli 2016. Selain itu, ia juga
terancam kehilangan kewarganegaraan Indonesia. Akan tetapi, sebelum dilantik menjadi
menteri ternyata beliau telah mengajukan permohonan kehilangan kewarganegaraan pada
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia. Permohonan tersebut disetujui tepat setelah
jabatannya sebagai menteri dilepaskan. Meskipun begitu, beliau berhasil mempertahankan
kewarganegaraan Indonesia nya.

Dalam hal ini, sebenarnya Presiden Joko Widodo bisa saja menggunakan Kekuasaan
Eksekutif Presiden untuk memberikan kewarganegaraan kepada Archandra melalui proses
naturalisasi apabila Archandra memang dinilai berjasa bagi Indonesia. Akan tetapi sikap
Archandra yang cenderung menutupi statusnya sebelum beliau dipilih menjadi menteri
membuat kasus ini lebih rumit. Setelah semua kasus kewarganegaraan ganda tersebut selesai,
Archandra Tahar diangkat menjadi Wakil Menteri ESDM mendampingi Ignasius Jonan yang
dilantik menjadi Menteri ESDM pada 14 Oktober 2016.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah kita mempelajari makalah ini dapat kita simpulkan bahwa kewarganegaraan
merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap warga negara.Ini dikarenakan bahwa
dengan pemahaman kewarganegaraan yang baik maka kehidupan berbangsa dan bernegara
akan menjadi tentram dan jelas.Dan kita sebagai warga negara yang bertanggung jawab
terhadap masyarakat, bangsa dan negara hendaknya kita berusaha untuk meningkatkan
pengamalan prinsip serta nilai- nilai luhur bangsa terutama memahami manusia yang pada
dasarnya memiliki harkat dan martabat yang sama sebagai mahluk ciptaan Tuhan,agar
tercipta suatu keadilan dalam kehidupan bernegara.

B. Kritik dan saran

Akhirnya terselesaikannya makalah ini kami selaku pemakalah menyadari dalam


penyusunan makalah ini yang membahas tentang kewarganegaraan masih jauh dari
kesempurnaan baik dari tata cara penulisan dan bahasa yang dipergunakan maupun dari segi
penyajian materinya.
Untuk itu kritik dan saran dari pembimbing atau dosen yang terlibat dalam penyusunan
makalah ini yang bersifat kousteuktif dan bersifat komulatif sangat kami harapkan supaya
dalam penugasan makalah yang akan datang lebih baik dan lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Marilyn Achiron, Kewarganegaraan dan Tak berkewarganegaraan, Buku Panduan


untuk Anggota Parlemen, UNHCR & Presses Centrales de Lavsanne, Switzerland, tth.

E. Utrecht – Moh. Saleh Djindang, Pengantar dalam Hukum Indonesia, Cetakan


Kesepeluh, Sinar Harapan, Jakarta, 1983

Widodo Ekatjahjana dan Totok Sudaryanto, Sumber Hukum Tata Negara Formal di
Indonesia, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2001

Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta, Suatu Pengenalan Pertama Ruang


Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 2000

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia

https://guruppkn.com/contoh-kasus-kewarganegaraan-ganda

Anda mungkin juga menyukai